Analisis Pola Penyaluran Kredit Pada Bank-Bank Asing di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori

2.1.1

Defenisi Bank
Menurut UU No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
UU. No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
Ada 2 jenis perbankan menurut Undang-Undang pokok perbankan
Nomor 10 tahun 1998 yang terdiri dari:
1. Bank Umum
Merupakan

bank


yang

melakasanakan

kegiatan

usaha

secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya berdasarkan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat
Merupakan

bank

yang

melaksanakan


kegiatan

usaha

secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

10
Universitas Sumatera Utara

2.1.2

Defenisi Bank Asing
Bank asing merupakan kantor cabang dari suatu bank di luar
Indonesia yang saat ini hanya diperkenankan beroperasi di Jakarta dan
kantor cabang pembantu di beberapa ibukota Provinsi selain Jakarta,
seperti Semarang, Surabaya, Bandung, Denpasar, Ujung Pandang, Medan
dan Batam (Siamat, 2005 : 56). Sedangkan menurut Kasmir (2002 : 35),

bank kepemilikan asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swasta asing atau pemerintahan asing. Jelas
kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya adalah
Standard Chartered, Citibank, Deutsche Bank, Bank of America, HSBC,
dan lain – lain.

2.1.3

Usaha Bank Asing
Bank asing yang sejak awal tahun 1970-an, tidak diizinkan
membuka kantor cabang di Indonesia, sejak pertengahan tahun 1999
diberi kesempatan kembali membuka kantor cabang dengan membuka
kantor cabang dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bank
asing tersebut harus termasuk bank yang memiliki asset 200 besar di
dunia dan memiliki rating minimal A dari lembaga peringkat (rating
agency) internasional (Siamat, 2005 : 56)
Pemberian pelayanan jasa-jasa dalam kegiatan operasional
bank asing pada prinsipnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan
dengan bank-bank umum swasta nasional, kecuali di dalam hal
pembatasan pembukaan kantor cabang di wilayah tertentu di


11
Universitas Sumatera Utara

Indonesia. Selain itu, pada awalnya bank asing tidak diperbolehkan
menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk tabungan. Tetapi
seiring berjalannya waktu, bank asing di Indonesia sudah mempunyai
kegiatan menyimpan tabungan dengan berbagai mata uang asing. Baik
itu tabungan perorangan maupun tabungan korporasi. Di samping itu,
segmen usaha kegiatan bank asing ini adalah penyediaan jasa di
bidang segmen korporasi atau corporate banking. Ciri lain dari
kegiatan bank asing adalah penyediaan jasa di bidang investment bank
yang menawarkan jasa-jasa di bidang pasar modal serta kegiatan pasar
valuta asing (valas).
2.1.4

Pengertian Kredit
Dalam arti yang luas kredit diartikan sebagai kepercayaan.
Menurut Tjoekam (1999 : 1) kata “kredit” berasal dari bahasa Latin
yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust. Oleh

karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu
badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima
kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala
sesuatu yang telah dijanjikan. Sedangkan bagi si penerima, kredit
merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar sesuai dengan jangka waktu. Seseorang atau suatu
badan atau lembaga keuangan yang memberikan kredit percaya bahwa
penerima kredit dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala
sesuatu yang telah dijanjikan baik berupa barang, uang ataupun jasa.

12
Universitas Sumatera Utara

Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokokpokok Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak
lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah
ditetapkan.
Terdapat beberapa pengertian kredit secara universal yaitu

diantaranya: “Menurut Undang-undang Perbankan No. 7 / 1992, kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
2.1.5

Tujuan kredit
Menurut Tjoekam (1999 : 4), tujuan kredit yang diberikan oleh suatu
bank melibatkan beberapa pihak, seperti kreditur (bank), debitur
(penerima kredit), otoritas moneter, dan bahkan masyarakat pada
umumnya.
Oleh karena itu, tujuan perkreditan berbeda-beda tergantung pada
pihak-pihak tersebut.
1. Bagi kreditur (Bank):
a) Perkreditan merupakan sumber utama pendapatanya.

13
Universitas Sumatera Utara


b) Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produkproduk lainnya dalam persaingan.
c) Perkreditan

merupakan

instrumen

penjaga

likuiditas,

solvabilitas dan profitabilitas bank.
2. Bagi debitur:
a) Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan
usaha makin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin
membaik daripada sebelumnya.
b) Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai
jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
c) Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam

perusahaan.
3. Bagi otoritas:
a) Kredit berfungsi sebagai instrumen moneter.
b) Kredit berfungsi untuk menciptkan kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja yang memperluas sumber pendapatan dan
kemungkinan membuka sumber-sumber pendapatan negara.
c) Kredit

berfungsi

sebagai

instrumen

untuk

ikut

serta


meningkatkan mutu manajemen dunia usaha, sehingga terjadi
efisiensi dan mengurangi pemborosan disemua lini.
4. Bagi Masyarakat:
a) Kredit dapat menimbulkan backward dan foreward linkage
dalam kehidupan prekonomian.

14
Universitas Sumatera Utara

b) Kredit mengurangi pengangguran, karena membuka peluang
berusaha, bekerja, dan pemerataan pendapatan.
c) Kredit meningkatkan fungsi pasar, karena adanya peningkatan
daya beli (social buying power).
2.1.6 Jenis Kredit
Menurut Kasmir (2002 : 99), jenis kredit yang disalurkan oleh bank
dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :
1. Segi Kegunaan
a) Kredit Investasi : Kredit yang digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dengan
masa pemakaian relatif lama dan untuk kegunaan kegiatan

utama suatu perusahaan.
b) Kredit Modal Kerja : Kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal
kerja merupakan kredit pendukung kredit investasi yang sudah
ada.
2. Segi Tujuan Kredit
a) Kredit

Produktif

:

Kredit

produktif

digunakan

untuk


peningkatan usaha, produksi, atau investasi. Kredit ini
diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
b) Kredit Konsumtif : Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
penambahan barang atau jasa yang dihasilkan.

15
Universitas Sumatera Utara

c) Kredit Perdagangan : Kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan
yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier
atau agen perdagangan yang akan membeli barang dagangan
dalam jumlah tertentu.
3. Segi Jangka Waktu
a) Kredit jangka pendek : Kredit yang memberikan jangka waktu
maksimum satu tahun, biasanya digunakan untuk keperluan
modal kerja dan musiman.
b) Kredit jangka menengah : Kredit yang jangka waktu kreditnya
antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun. Beberapa Bank
mengklasifikasikan kredit ini menjadi kredit jangka panjang.
c) Kredit jangka panjang : Kredit yang masa pengembaliannya
diatas 3 tahun atau 5 tahun. Digunakan untuk investasi jangka
panjang

seperti

perkebunan

karet,

manufaktur,

kredit

perumahan.
4. Segi Jaminan
a) Kredit dengan jaminan : Kredit diberikan dengan jaminan
tertentu, dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud.
Artinya setiap kredit yang di keluarkan akan dilindungi senilai
dengan jaminan yang diberikan calon debitur. Jaminan yang

16
Universitas Sumatera Utara

dimaksud diatas dapat berupa barang, surat berharga orang
atau perusahaan, asuransi, dan lain – lain.
b) Kredit tanpa jaminan : Kredit ini diberikan tanpa jaminan
barang atau benda tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan
melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur
selama berhubungan dengan bank. Biasanya kredit ini sudah
diperhitungkan tidak akan merugikan kreditur jika ternyata
debitur tidak mampu mengembalikan pinjamannya.
5. Segi Sektor Usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
oleh sebab itu pemberian fasilitas kredit pun berbeda-beda pula.
Jenis kredit yang dilihat dari sektor usaha yaitu :
a) Kredit pertanian
Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian
rakyat. Kredit ini bisa berupa jangka pendek atau jangka
panjang.
b) Kredit Peternakan
Kredit ini diberikan untuk sektor peternakan, biasanya untuk
waktu yang relatif pendek.

c) Kredit Industri

17
Universitas Sumatera Utara

Kredit ini digunakan untuk membiayai industri pengolahan
baik untuk industri kecil, menengah, atau besar.
d) Kredit Pertambangan
Kredit ini digunakan untuk usaha tambang, biasanya dalam
jangka panjang.
e) Kredit Pendidikan
Kredit pendidikan digunakan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para
mahasiswa yang sedang belajar.
f) Kredit Profesi
Kredit profesi diberikan kepada kalangan para professional
seperti dosen, dokter dan pengacara.
g) Kredit Perumahan
Kredit perumahan digunakan untuk membiayai pembangunan
atau pembelian perumahan dan sektor-sektor usaha lainnya.
2.1.7 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap kredit
perbankan
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio Kecukupan
Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku
(Siamat, 2005 : 209). Rasio permodalan ini menunjukkan kemampuan bank
dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan
menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi
bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001, bank wajib

18
Universitas Sumatera Utara

menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR).
Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial
yang dapat

digunakan

untuk

keperluan pengembangan

usaha

dan

mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.
Secara singkat bisa dikatakan besarnya nilai CAR akan meningkatkan
kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Menurut Billy (2010)
bahwa faktor CAR itu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit perbankan.
2.1.8 Pengaruh Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) terhadap
kredit perbankan
Menurut Rivai (dalam Bhakti, 2009 : 20), kredit bemasalah
merupakan kredit yang mengalami kesulitan di dalam penyelesaian
kewajiban-kewajibannya

terhadap

bank,

baik

dalam

bentuk

pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran
ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.
Menurut ketentuan Bank Indonesia

kredit digolongkan menurut

kualitasnya yaitu:
1. Kredit lancar (pass), kredit digolongkan lancar apabila memenuhi
kriteria:
a) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu
b) Memiliki mutasi rekening yang aktif

19
Universitas Sumatera Utara

c) Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai (cash
collateral)
2. Kredit dalam perhatian khusus (special mention).Kredit yang
digolongkan ke dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang belum
melampaui 90 hari.
b) Kadang-kadang terjadi cerukan.
c) Mutasi rekening relatif aktif.
d) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.
e) Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kredit kurang lancar (substandard). Kredit yang digolongkan ke
dalam kurang lancar apabila memenuhi kriteria :
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah
melampaui 90 hari.
b) Sering terjadi cerukan.
c) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.
d) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari Sembilan puluh hari.
e) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah.
f) Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Kredit diragukan (doubtful). Kredit yang digolongkan ke dalam
kredit diragukan apabila memenuhi kriteria :

20
Universitas Sumatera Utara

a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah
melampui 180 hari.
b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen.
c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
d) Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikatan jaminan.
5. Kredit macet (loss). Kredit yang digolongkan ke dalam kredit
macet apabila memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah
melampaui 270 hari.
b) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.
c) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
Semakin besar tingkat NPL, menunjukkan bahwa bank tersebut tidak
professional dalam pengelolaan kreditnya sekaligus memberikan tanda bahwa
tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank yang bersangkutan cukup
tinggi sejalan dengan tingginya NPL yang dihadapi oleh bank. NPL
mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar
pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004). Akibat
tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar
sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal
sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah
satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit. Menurut Billy

21
Universitas Sumatera Utara

(2010) bahwa faktor NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyaluran kredit bank.
2.1.9 Pengaruh BI Rate terhadap kredit perbankan
Menurut Bank Indonesia, BI rate meupakan suku bunga dengan tenor
1 bulan yang diumumkan oleh BI secara periodik untuk jangka waktu
tertentu yang berfungsi sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter. BI
Rate ditetapkan BI terkait lelang SBI dan dapat digunakan perbankan sebagai
acuan dalam menentukan tingkat suku bunga jangka pendek guna mencapai
target inflasi.
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter
yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liqudity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter.

Sasaran operasional

kebijakan

moneter dicerminkan

pada

perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh
perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit
perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (secara

22
Universitas Sumatera Utara

konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi
untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap
pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih
dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps. Dalam penetapan suku bunga SBI
biasanya BI rate merupakan acuan dari BI. Sehingga jika suku bunga SBI
yang terlalu tinggi dapat membuat perbankan betah menempatkan dananya di
SBI ketimbang menyalurkan kredit pada debitur.
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Billy Arma Pratama (2010) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Kasus
pada Bank Umum di Indonesia pada Tahun 2005-2009). Pada
penelitiannya, peneliti memakai 4 variabel yang mempengaruhi
kebijakan penyaluran kredit pada bank asing yaitu Dana Pihak Ketiga
(DPK), CAR, NPL dan Suku Bunga BI. Hasil penelitiannya adalah
DPK berpengaruh Negatif (signifikan), CAR berpengaruh Negatif
(signifikan),

NPL

berpengaruh

positif

(signifikan),

dan

SBI

berpengaruh positif (signifikan) terhadap kebijakan penyaluran kredit
bank umum pada periode tersebut.
2. Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso; Dwityapoetra S Besar, Ita
Rulina, Wini Purwanti, Ricky Satria (2004) dengan judul Fungsi
Intermediasi Bank Asing dalam Mendorong Pemulihan Sektor Riil di
Indonesia. Berdasarkan hasil analisis terhadap keseluruhan kelompok
bank dengan menggunakan metode OLS diperoleh hasil estimasi bahwa

23
Universitas Sumatera Utara

bank asing secara khusus lebih fokus menjadi bank yang melakukan
aktivitas yang menghasilkan fee (fee based income), sehingga kurang
berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Disamping
itu produk fee based income yang sama juga sudah banyak ditawarkan
oleh bank domestik. Hasil estimasi terhadap keseluruhan kelompok
bank memberikan konfirmasi terhadap fenomena bank asing di
Indonesia bahwa walaupun dari aspek efisiensi dan kredit bermasalah
bank asing memiliki perilaku yang sama dengan bank domestik atau
campuran

namun

dari

aspek

pendapatan,

bank

asing

lebih

mengutamakan pendapatan yang berasal dari non kredit (42,1%).
3. Tan Henry (2008), dengan judul Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan
Bank Asing dan Bank Umum di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis
terhadap keseluruhan kelompok bank dengan menggunakan metode
Independent samples T-test diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio LDR bank asing
dengan bank domestik, dimana bank asing mempunyai rata-rata yang
jauh lebih tinggi dari bank domestik.
b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio BOPO bank asing
dengan bank domestik, dimana bank asing mempunyai rata-rata yang
jauh lebih rendah dari bank domestik,
c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio NPL bank asing
dengan bank domestik, dimana bank asing mempunyai rata-rata yang

24
Universitas Sumatera Utara

jauh lebih tinggi. Sebab bank asing lebih banyak menyalurkan kredit
sehingga NPL juga tinggi.
2.3 Kerangka Konseptual
Bank asing di Indonesia merupakan bank umum yang menjalankan
fungsi intermediasi dimana mengumpulkan dana dari masyarakat dan
kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat berbentuk kredit. Dimana
selisih dari bunga kredit dan bunga tabungan tersebut merupakan pendapatan
terbesar dari bank itu sendiri. Sehingga bank harus mempehatikan dengan
baik setiap aturan dalam penyaluran kreditnya. Sebab jika terjadi masalah
dalam penyaluran kredit tersebut maka akan menganggu kredibilitas bank itu
sendiri, seperti menurunnya kepercayaan para investor untuk menanamkan
modalnya. Dengan begitu otomatis akan mengurangi jumlah dana yang dapat
disalurkan oleh pihak bank dan bisa mempengaruhi laba yang diterima. Oleh
karena itu, dalam menyalurkan kreditnya pihak bank asing memiliki aturan
dalam hal penyaluran kreditnya seperti memperhatikan kondisi internal
keuangan maupun kondisi eksternal bank asing.

25
Universitas Sumatera Utara

Dalam penulisan ini menggunakan variabel yang meliputi: Non
Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan BI rate.
Sehingga berdasarkan hal tersebut maka kerangka konseptual dapat
dijelaskan pada gambar 2.1 berikut ini:
CAR

BI rate

NPL

Penyaluran Kredit

Debitur
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

26
Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul, (Suharsini, 2006 : 71). Berdasarkan hubungan antara tujuan
penelitian serta tinjauan pustaka terhadap rumusan permasalahan, maka
hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah:
H1= CAR berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit pada bank asing di
Indonesia.
H2= NPL berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit pada bank asing di
Indonesia.
H3= BI rate berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit pada bank asing
di Indonesia.

27
Universitas Sumatera Utara