Analisis Pola Penyaluran Kredit Pada Bank-Bank Asing di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang
Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan

kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya
dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang
berupa uang giral menurut Verryn Stuart (dalam Simorangkir, 2000 : 10). Dalam
melangsungkan kegiatannya, bank mempunyai fungsi yang begitu mutlak yaitu,
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kembali ke
masyarakat melalui pinjaman kredit. Dimana kegiatan penyaluran kredit ini
merupakan sumber pendapatan terbesar bank dalam bentuk bunga bagi bank
konvesional dan berupa bagi hasil untuk bank yang berbentuk syariah,
dibandingkan pendapatan bank dari produk-produk perbankan lainnya. Di
Indonesia, dunia perbankan sudah banyak mengalami kemajuan yang cukup
pesat. Hal ini digambarkan dari banyaknya jumlah perusahaan perbankan yang
ada di Indonesia, mulai dari bank milik pemerintah, bank swasta, bank campuran,
bank perkreditan rakyat, dan bank asing. Di sini sangat menarik perhatian adalah
kinerja dari bank-bank asing yang ada di Indonesia, terutama dalam hal pola

penyaluran kreditnya yang dapat dikatakan peran dari bank asing tersebut
bersentuhan langsung dengan sektor riil di Indonesia.
Bank asing atau bank kepemilikan asing mempunyai peranan penting
dalam berjalannya perekonomian Indonesia khususnya di bidang perbankan.
Sekarang ini, terdapat sekitar 10 bank asing yang sedang beroperasi di Indonesia.

1
Universitas Sumatera Utara

Berikut ini adalah daftar bank asing yang ada di Indonesia beserta negara asal,
tahun berdiri serta domisili kantor cabang bank tersebut di Indonesia.
Tabel 1.1 Daftar bank asing di Indonesia tahun 2012.

No

Nama Bank Asinng

Standard Chartered
1
Citibank

2
ABN – Amro Bank
3
Deutsche Bank
4
Bank of America
5
Bangkok Bank
6
JP Morgan Chase Bank
7
HSBC
8
Bank of Tokyo
9
Bank of China
10
Sumber: Bank Indonesia

Negara

Asal

Berdiri
Sejak
Tahun

Kantor cabang
di Indonesia

Inggris
USA
Belanda
Jerman
USA
Thailand
USA
Inggris
Jepang
China


1863
1812
1991
1870
1998
1944
1799
1865
2001
1912

Jakarta
Jakarta
Jakarta
Jakarta
Jakarta
Jakarta
Jakarta
Jakarta
Jakarta

Jakarta

Bank asing sudah tentu akan mengikut dan patuh pada hukum aturan dari
kantor pusatnya yang berdomisili di luar negeri sehingga yang menjadi
konsekuensinya adalah penyaluran kredit akan terpusat kepada perusahaanperusahaan besar. Hal ini dikarenakan bank asing tersebut beralasan bahwa
perusahaan besar lebih kecil resiko pengembaliannya dibandingkan perusahaan
kecil seperti Usaha Makro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sama halnya yang
terjadi pada bank-bank asing di Indonesia, penyaluran kreditnya cenderung
kepada perusahaan yang bersifat nasional dan sudah memiliki nama besar yang
modal pembiayaannya diperoleh dari kantor pusatnya di luar negeri.
Dalam hal pengaturan dan kebijakan bank sebenarnya Bank Indonesia
selaku bank sentral di indonesia menetapkan aturan yang sama kepada semua
bank, baik itu bank domestik, bank campuran maupun bank asing. Perbedaannya

2
Universitas Sumatera Utara

terletak pada pengaturan modal. Dimana bank yang berbadan hukum Indonesia
mengikuti Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT), modal usaha tercatat di
neraca bank sebagai modal disetor. Sedangkan bank asing yang tidak mengikuti

hukum Indonesia, modal usaha yang tercatat di neraca bank yang disebut dana
usaha atau antar kantor. Selain itu bank asing di Indonesia dibatasi dalam hal
pembukaan kantor cabang yang hanya diperbolehkan di ibukota propinsi saja dan
dapat membuka kantor cabang pembantu di beberapa ibukota selain Jakarta yaitu:
Semarang, Bandung, Denpasar, dan Ujung Pandang.
Latar belakang dibukanya kesempatan bank asing dan bank campuran
untuk beroperasi di Indonesia berhubungan dengan kebutuhan akan modal asing.
Selain itu, masuknya bank-bank tersebut ke Indonesia diharapkan dapat
mendorong perkembangan perbankan serta perekonomian nasional. Secara umum,
keuntungan yang diperoleh dengan masuknya bank-bank asing, termasuk bank
campuran, antara lain adalah sebagai jembatan masuknya permodalan asing untuk
ekonomi domestik, meningkatkan kompetisi antar bank, dan memperkenalkan
produk-produk yang lebih bervariasi.
Namun demikian, tetap terdapat sisi negatif yang perlu diantisipasi,
terutama pada saat krisis dalam perekonomian, karena bank-bank tersebut dapat
berperan sebagai tempat untuk pelarian modal, dan disamping itu dana asing
berupa kredit yang disalurkan tersebut lebih bersifat hanya untuk mencari
keuntungan sesaat. Sementara itu, kelengkapan jenis produk dan teknologi yang
dibawa bank asing dari negara maju belum tentu dapat dilihat dan dikuasai oleh
otoritas


pengawas

perbankan

di

negara

tersebut,

sehingga

bukannya

3
Universitas Sumatera Utara

meningkatkan pengaturan dan proses pengawasan bank namun malah akan lebih
memperburuk.

Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan dunia
usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit merupakan
aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko
yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Oleh karena itu,
pemberian kredit harus dikawal dengan manajemen risiko yang ketat
(www.InfoBankNews.com, 2007).
Terpuruknya sektor perbankan di Indonesia yang diakibatkan oleh krisis
moneter yang diikuti dengan krisis ekonomi pada tahun 1997 membuat
pemerintah melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak layak untuk beroperasi. Hal
ini tidak terkecuali kepada bank asing yang ada di Indonesia. Pemerintah melihat
ada beberapa kejanggalan yang dilakukan oleh pihak bank dalam hal pemberian
kredit

kepada

masyarakat.

Seperti


mudah

memberikan

kredit

tanpa

memperhatikan terlebih dahulu prospek dari si debitur. Karena bagi pihak bank
yang paling utama adalah memenuhi target dalam hal penyaluran kreditnya.
Sehingga yang terjadi adalah kredit macet besar-besaran dikarenakan krisis
ekonomi pada tahun 1998 di Indonesia yang disebabkan oleh ketidakmampuan
pihak debitur dalam membayar kewajiban kreditnya dan akhirnya banyak bank
yang collaps pada saat itu. Melihat dari sini, pemerintah pun akhirnya melakukan
berbagai tindakan sistematis agar hal tersebut tidak terulang lagi diantaranya

4
Universitas Sumatera Utara

seperti memperketat syarat kepada semua bank tidak terkecuali kepada pihak bank

asing untuk membuka cabang di Indonesia.
Menurut Global Finance Database (2012) menunjukkan bahwa Indonesia
dan Singapura merupakan negara dengan proporsi jumlah bank asing tertinggi,
masing-masing mencapai 52% dan 55%. Filipina adalah adalah negara dengan
proporsi terendah yaitu 13%, dibawah Thailand (19%) dan Malaysia (33%).
Dengan begitu tingginya penetrasi bank asing di perbankan Indonesia regulasi pun
diperkuat. Salah satunya adalah PBI No. 14/08/2012 yang membatasi kepemilikan
asing pada bank nasional hingga 40% , dimana sebelumnya pihak asing boleh
memiliki bank nasional hampir mencapai 99%. Hal ini bertujuan untuk
memperkuat tata kelola internal bank. Saat ini semua jenis bank tidak terkecuali
bank asing di Indonesia diwajibkan untuk menyalurkan kredit sebesar 20% dari
besarnya nilai kredit portofolio nya kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM). Bank asing juga diminta untuk membuka anak cabang di daerah
pedalaman. Walaupun untuk mendorong inklusi finansial, kedua regulasi tersebut
memiliki potensi resiko yang perlu diantisipasi.
Keseluruhan dari bank asing yang ada di Indonesia merupakan bank yang
berfungsi sebagai kantor cabang perwakilan yang mengikuti hukum berdasarkan
peraturan di kantor pusatnya. Sehingga sangat sensitif terhadap krisis di negara
asalnya. Hal ini sedikit banyaknya dapat mempengaruhi kinerja bank itu sendiri di
Indonesia. Sebagaimana umumnya bank konvensional, bank asing tersebut juga

menghimpun dana dari masyarakat Indonesia dalam bentuk tabungan. Bank
tersebut tidak hanya berfokus untuk penyaluran modal asing dari negaranya

5
Universitas Sumatera Utara

berupa kredit serta mencari keuntungan dari kegiatan yang bersifat bunga dan non
bunga.
Sejak tahun 2008, bisinis bank asing di Indonesia telah bergeser dari
aktivitas intermediasi menjadi aktivitas non intermediasi. Pada tahun 2008 dari
data Bank Indonesia menunjukkan bahwa pendapatan bunga di bank asing hanya
mencapai 16,7 Triliun Rupiah sedangkan pendapatan non-bunga, seperti transaksi
valuta asing, deviden, komisi/fee/provisi derivative, telah mencapai 17,5 Triliun
Rupiah. Dan pada tahun 2012 pendapatan non-bunga bank asing mencapai 24,3
Triliun Rupiah dimana angka ini hampir dua kali lipat dari pendapatan bunga
yang sebesar 13,6 Triliun Rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa bank asing di
Indonesia juga mempunyai peranan penting dalam sektor keuangan di Indonesia
(Bisnis Indonesia).
Akan tetapi dalam pelaksanaanya tidak semua modal asing tersebut dapat
tersalurkan dengan baik sesuai tolak ukur yang telah ditetapkan. Dan sering kali
terjadi hambatan dalam pengembalian kredit kepada pihak bank dan semua bank
yang beroperasi di Indonesia juga mengalami kredit bermasalah. Selama tahun
2007-2009 menurut data Bank Indonesia menunjukkan rasio Non Performing
Loan (NPL) , atau kredit bermasalah (dengan status kurang lancar, dalam
perhatian khusus, diragukan, dan macet) pada bank asing mencapai 13,6% dimana
angka ini dua kali lipat daripada bank swasta nasional (7,5%). Sedangkan pada
tahun 2010 Non Performing Loan dari bank asing menurun menjadi 8,7% namun
meskipun demikian angka tersebut masih lebih tinggi dari bank swasta nasional
yaitu 6,4%. Melihat data-data tersebut menarik untuk diteliti bagaimana sistem

6
Universitas Sumatera Utara

pemberian atau penyaluran kredit pada bank asing di Indonesia sehingga
menyebabkan tingginya kredit macet pada bank asing di Indonesia.
Menurut Djoko Retnadi (2006 : 1) kemampuan menyalurkan kredit oleh
perbankan dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat ditinjau dari sisi internal dan
eksternal bank. Dari sisi internal bank terutama dipengaruhi oleh kemampuan
bank dalam menghimpun dana masyarakat dan penetapan tingkat suku bunga.
Dan dari sisi eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan
pemerintah, dan lain - lain.
Menurut Perry Warjiyo (2004 : 17), mekanisme transmisi kebijakan
moneter melalui saluran uang secara implisit beranggapan bahwa semua dana
yang dimobilisasi perbankan dari masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1,
M2) dipergunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit
perbankan. Tetapi dalam kenyataanya perilaku penyaluran kredit perbankan tidak
hanya dipengaruhi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK), tetapi juga dipengaruhi oleh
persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri,
seperti permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR), jumlah kredit macet atau
Non Performing Loans (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Dari tingkat
profitabilitas juga harus selalu menjadi perhatian bank. Bahwa bagaimana bank
tersebut harus mampu mengoptimalkan aktiva yang dimiliki agar mampu
menghasilkan pendapatan. Kaitannya dengan cara mengukur tingkat profitabilitas,
dapat menggunakan rasio ROA atau Return On Assets. Selain itu, pihak bank
asing mempunyai pola tersendiri untuk menyalurkan Dana Pihak Ketiga kepada
para debitur di Indonesia.

7
Universitas Sumatera Utara

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang
tentunya sangat membutuhkan banyak modal untuk investasi pembangunan di
sektor riil seperti kredit pada sektor modal kerja (KMK) dan juga kredit pada
usaha produktif atau investasi. Dengan begitu pihak bank asing melihat itu
sebagai prospek yang menguntungkan sebagai tempat untuk mencari keuntungan
melalui penyaluran kredit. Meskipun pada kenyataannya pendapatan terbesar bank
asing di Indonesia bukan berasal dari kredit yang disalurkan melainkan
pendapatan dari non-bank. Sehingga diharapkan dengan berdirinya kantor cabang
bank asing di Indonesia akan mampu mempermudah penyaluran modal berupa
kredit terutama modal bersumber dari luar negeri untuk mendukung proses
pembangunan di Indonesia.
1.2.

Perumusan masalah
Dengan melihat hal diatas tersebut maka perumusan masalah yang
diambil meliputi :
1.

Bank asing mana yang penyaluran kreditnya terbesar dan terkecil di
Indonesia dan bagaimana pola penyaluran kreditnya?

2.

Bagaimana pengaruh NPL terhadap pola penyaluran kredit bank asing
di Indonesia ?

3.

Bagaimana pengaruh CAR terhadap pola penyaluran kredit bank asing
di Indonesia?

4.

Bagaimana pengaruh BI rate terhadap pola penyaluran kredit bank
asing di Indonesia?

5.

8
Universitas Sumatera Utara

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Mengetahui bank asing mana yang rata-rata penyaluran kredit terbesar
dan terkecil serta mengetahui pola penyaluran kredit pada bank asing
yang ada di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah faktor NPL berpengaruh terhadap pola
penyaluran kredit pada bank asing di Indonesia
3. Untuk mengetahui apakah faktor CAR berpengaruh terhadap pola
penyaluran kredit pada bank asing di Indonesia
4. Untuk mengetahui apakah faktor BI rate berpengaruh terhadap pola
penyaluran kredit pada bank asing di Indonesia
1.3.2 Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diambil dari penelitian skripsi ini, yaitu :
1. Bagi pihak perbankan, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam
menyalurkan kredit kepada masyarakat.
2. Bagi pemerintah, bermanfaat sebagai acuan dalam mengawasi kinerja
bank asing terutama dalam penyaluran kredit.
3. Bagi pembaca, bermanfaat untuk memenuhi keingintahuan para
pembaca tentang pola penyaluran kredit pada bank – bank asing di
Indonesia serta dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan referensi
untuk penelitian di masa yang akan datang

9
Universitas Sumatera Utara