Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam hukum yang hidup
dalam masyarakat yang berasal dari adat ataupun masyarakat itu sendiri. bagian
terkecil dari pemerintahan di Indonesia merupakan desa atau kelurahan yang
tersebar pada setiap pulau yang dikenal pemerintahan daerah. Pengaturan
mengenai pemerintahan daerah atau yang lebih spesifik lagi mengenai desa dan
kelurahan diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut dengan
UUD 1945) pada Pasal 18 mengenai pemerintah daerah. Pengaturan pada UUD
1945 Pasal 18 tersebut mencakup rumusan susunanan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang didalamnya mengatur mengenai pembagian atas
daerah-daerah provinsi dan daerah. provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah.
Pengaturan mengenai desa dan kelurahan dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut dengan UU No.
23 Tahun 2014) mencakup banyak hal, misalnya saja pengertian desa dan
kelurahan serta ruang lingkupnya yang tercantum pada Pasal 1, desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan

asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

1

2

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.1 Pengaturan secara
mendalam mengenai desa dan kelurahan telah tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor
73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (selanjutnya disebut dengan PP No. 73 Tahun
2005).
Peraturan Pemerintah tersebut lebih jelas mengatur mengenai kewenangan
desa dan kelurahan, sampai ke struktur organisasi, selain itu pula terdapat
pembahasan pada Bab 2 PP No. 72 Tahun 2005 mengenai pembentukan dan
perubahan status desa. Perubahan dari desa menjadi kelurahan maka tidak dapat
dipungkiri lagi akan terjadi perubahan struktur, keuangan, kekayaan, kewenangan,
dan birokrat publik. Sehingga pengaturan kembali (rearrangement) susunan
pemerintahan terutama birokrasi publik desa. Tidak pelik lagi bahwa
permasalahan birokrasi publik yang nantinya memegang pemerintahan akan
terjadi, misalnya saja pergantian birokrasi publik desa mengakibatkan turunnya

kepala desa walaupun belum habis masa berakhirnya dan dibutuhkannya dana
kompensasi untuk perangkat desa lainnya yang diberhentikan.
Oleh karena itu, desa memiliki kriteria tertentu berdasarkan kepentingan
masyarakat setempat. Birokrasi publik memiliki kewenangan yang sangat besar
bagi pembangunan pemerintah daerah khususnya wilayah lingkup kelurahan dan
pedesaan. Sebagai Negara kecil desa maupun kelurahan memiliki potensi yang
besar bagi pondasi perekonomian Negara sehingga diperlukan suatu pemimpin
yang mampu mengelola potensi tersebut. perubahan status desa menjadi kelurahan

1

Pasal 1 Undang-undang No 32 Tahun 2004 Tentang Desa.

3

tersebut menjadikan peran birokrasi publik lebih tegas dan profesional sehingga
memiliki status yang jelas di mata masyarakat yang berakibat pada peningkatan
pelayanan kepada masyarakat.
Sejak tahun 1981 Pemerintah Desa Deli Tua telah menerapkan ketentuan
mengenai perubahan status dari desa sesuai dengan Undang-undang Nomor 5

Tahun 1979 menjadi kelurahan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Pembentukan, Pemecahan, Penyatuan dan
Penghapusan Desa. Dengan adanya Perda tersebut maka Desa Deli Tua lebih
mencermati kebutuhan desa-desa untuk lebih dapat mengurus rumah tangga
desanya sendiri, sekaligus memenuhi aspirasi penduduk desa karena dalam
pengajuan perubahan status desa menjadi kelurahan diperlukan partisipasi
penduduk desa. Salah satu peningkatan kualitas pelayanan publik ini antara lain
dilakukan dengan melakukan perubahan status desa menjadi kelurahan sesuai
dengan tuntutan UU No. 23 Tahun 2014.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka desa-desa yang ada di wilayah
kabupaten dan kota ditetapkan sebagai Kelurahan. Dengan demikian desa-desa
yang berada di daerah kota harus diubah statusnya menjadi kelurahan yang
diharapkan mampu mengubah kualitas pelayanan publik menjadi lebih baik yang
dimulai dari daerah, khususnya desa dan kelurahan.
Dilihat dari latar belakang diubahnya bentuk pemerintahan desa menjadi
kelurahan bukan disebabkan karena adanya kebutuhan, tetapi karena tuntutan
perundang-undangan (conditio sine qua non/syarat mutlak sesuai dengan tuntutan
perundang-undangan), maka mau tidak mau, siap tidak siap, semua pemerintahan

4


desa yang berada di wilayah kota harus berubah menjadi kelurahan. Perubahan
yang terjadi menuju pada perbaikan tata pemerintahan perlu mendapat dukungan
baik dari pemerintah pusat maupun daerah guna meningkatkan pelayanan dalam
rangka pelaksanaan amanat perundang-undangan.
Oleh karena itu, Desa Deli Tua merupakan salah satu desa yang
melaksanakan perubahan status dari desa menjadi kelurahan yang berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Pembentukan,
Pemecahan, Penyatuan dan Penghapusan Desa dan Perubahan Status Desa
menjadi Kelurahan. Berdasarkan undang-undang di Indonesia perubahan status
desa menjadi kelurahan diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 mengenai
Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999, pada Pasal 200 ayat (3) yaitu Desa di kabupaten/kota secara bertahap dapat
diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa
Pemerintah desa bersama badan permusyawaratan desa yang ditetapkan dengan
Perda.2 Pasal 201 ayat (2) yaitu dalam hal desa berubah statusnya menjadi
kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan
yang bersangkutan, sehingga UU No. 23 Tahun 2014 lebih jelas mengkaji
perubahan status desa menjadi kelurahan.3
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih mendalam dengan judul : KAJIAN YURIDIS TERHADAP
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 28 TAHUN 2006 TENTANG

2
3

Pasal 200 ayat (3) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 201 ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

5

PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN (STUDI KASUS
KELURAHAN DELI TUA).

B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada bagian sebelumnya dan juga berdasarkan judul di
atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Bagaimanakah peraturan perundang-undangan mengatur peralihan desa

menjadi kelurahan?

2.

Bagaimanakah proses perubahan status desa menjadi kelurahan?

3.

Bagaimanakah status hukum desa Deli Tua mejadi Kelurahan Deli Tua?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana peraturan perudang-unadangan yang
mengatur peralihan desa menjadi kelurahan
b. Untuk mengetahui bagaimana proses perubahan status desa menjadi
kelurahan
c. Bagaimana hukum desa Deli Tua mejadi Kelurahan Deli Tua
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


6

a. Secara teoritis
1) Untuk mengaplikasikan ilmu yang secara teoritis dari bangku
perkuliahan.
2) Untuk melatih kemampuan dalam melakukan penelitian secara ilmiah
dan merumuskan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tulisan.
3) Untuk dapat menambah pengetahuan tentang Hukum Bisnis, khususnya
mengenai tentang perubahan status desa menjadi kelurahan serta manfaat bagi
ilmu pengetahuan pada umumnya.
b. Secara praktis
1) Bagi pihak-pihak yang terkait memberikan manfaat bagaimana
perubahan status desa menjadi kelurahan.
2) Bagi masyarakat agar dapat bermanfaat secara praktis bagi para pihak
apakah itu mahasiswa, masyarakat umum, praktisi hukum dan institusi terkait
dalam perubahan status desa menjadi kelurahan .

D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan, dan pemikiran. Yang
dalam pembuatannya, melihat dasar-dasar yang ada baik melalui literatur yang

diperoleh dari perpustakaan maupun media-media lain. Pokok pembahasan di
dalam skripsi yang berjudul: ” KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERATURAN
MENTERI DALAM NEGERI NO. 28 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN
STATUS DESA MENJADI KELURAHAN (STUDI KASUS KELURAHAN
DELI TUA)“.

7

Permasalahan dan pembahasan didalam penulisan skripsi ini adalah murni
hasil pemikiran dari penulis. Kemudian penulis membuat skripsi ini dalam rangka
melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan apabila ternyata dikemudian
hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis akan bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006
(selanjutnya disebut dengan Permendagri No. 28 Tahun 2006) yang dimaksud
dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentigan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.4
Menurut UU No. 23 Tahun 2014 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.5

4

Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2006 Tentang pembentukan,
penghapusan , penggabungan desa dan perubahan status desa menjadi kelurahan.
5
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

8

Pembentukan desa bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Desa dibentuk atas prakarsa

masyarakat dengan memperhatikan asal usul desa, adat istiadat dan kondisi sosial
budaya setempat.
Dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006
disebutkan sebagai berikut:
a. Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk membentuk desa.
b. Masyarakat mengajukan usul pembentukan desa kepada BPD dan
Kepala Desa.
c. BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul
masyarakat tentang pembentukan desa, dan kesepakatan rapat
dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat BPD tentang Pembentukan
Desa.
d. Kepala

Desa

mengajukan

usul

pembentukan


Desa

kepada

Bupati/Walikota melalui Camat, disertai Berita Acara Hasil Rapat
BPD dan rencana wilayah administrasi desa yang akan dibentuk.
e. Dengan

memperhatikan

dokumen

usulan

Kepala

Desa,

Bupati/Walikota menugaskan Tim Kabupaten/Kota bersama Tim
Kecamatan untuk melakukan observasi ke Desa yang akan dibentuk,
yang hasilnya menjadi bahan rekomendasi kepada Bupati/Walikota.
f. Bila rekomendasi Tim Observasi menyatakan layak dibentuk desa
baru, Bupati/Walikota menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah
Pembentukan Desa.

9

g. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa
sebagaimana dimaksud pada huruf f, harus melibatkan pemerintah
desa, BPD, dan unsur masyarakat desa, agar ditetapkan secara tepat
batas-batas wilayah desa yang akan dibentuk.
h. Bupati/Walikota mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Pembentukan Desa hasil pemabahasan pemerintah desa, BPD, dan
unsur masyarakat desa kepada DPRD dalam forum rapat Paripurna
DPRD.
i. DPRD

bersama

Bupati/Walikota

melakukan

pembahasan

atas

Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa, dan bila
diperlukan dapat mengikutsertakan Pemerintah Desa, BPD, dan unsur
masyarakat desa.
j. Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa yang telah
disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati/Walikota disampaikan oleh
Pimpinan DPRD kepada Bupati/Walikota untuk ditetapkan menjadi
Peraturan Daerah.
k. Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa
sebagaimana dimaksud pada huruf j, disampaikan oleh Pempinan
DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan
bersama.
l. Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan Desa sebagaimana
dimaksud pada huruf k, ditetapkan oleh Bupati/Walikota paling lambat

10

30 (tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan tersebut disetujui
bersama dan,
m. Dalam sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan
Desa yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota sebagaimana
dimaksud pada huruf l, Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan
Dearah tersebut di dalam Lembaran Daerah.
Oleh karena itu, desa memiliki kriteria tertentu berdasarkan kepentingan
masyarakat setempat. Birokrasi publik memiliki kewenangan yang sangat besar
bagi pembangunan pemerintah daerah khususnya wilayah lingkup kelurahan dan
pedesaan. Sebagai Negara kecil desa maupun kelurahan memiliki potensi yang
besar bagi pondasi perekonomian Negara sehingga diperlukan suatu pemimpin
yang mampu mengelola potensi tersebut. perubahan status desa menjadi kelurahan
tersebut menjadikan peran birokrasi publik lebih tegas dan profesional sehingga
memiliki status yang jelas di mata masyarakat yang berakibat pada peningkatan
pelayanan kepada masyarakat.

2. Pengertian Kelurahan
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2104 Kelurahan adalah suatu
wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah langsung di bawah Camat, yang tidak berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri;

11

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 yang
dimaksud dengan kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat
kabupaten/kota dalam wilayah kerja kecamatan. Tujuan pembentukan kelurahan
adalah untuk meningkatkan kegiatan penyeleggarakan pemerintahan secara
berdaya guna dan berhasil guna serta meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat kota sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan.6
Pembentukan kelurahan baru itu terutama di kota-kota dimana desa-desa
yang telah ada sebelumnya sudah kurang selaras dan serasi dengan perkembangan
masyarakatnya yang telah nyata mempunyai ciri dan sifat” masyarakat
kota/urban”.7
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang kelurahan
yang dimaksud dengan kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat
daerah kabupaten/kota dalam wilayah kerja kecamatan.8
Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 disebutkan
sebagai berikut :
1. Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan.
2. Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
penggabungan beberapa kelurahan atau bagian kelurahan yang bersanding,
atau pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih.
3. Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sekurangkurangnya memenuhi syarat :

6

Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2005 Tentang Kelurahan.
RH. Unang Sunardjo, tinjauan sepintas tentang Pemerintahan Desa dan Kelurahan (Bandung:
Tarsito, 1984), hlm. 122.
8
Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2005 Tentang Kelurahan.
7

12

a. Jumlah penduduk,
b. Luas wilayah,
c. Bagian wilayah kerja,
d. Sarana dan prasarana pemerintahan.
4. Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi
persyaratan sebagaimana diamksud pada ayat (3) dapat dihapus atau digabung.
5. Pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat penyelenggaraan pemerintahan kelurahan.
6. Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

pembentukan,

penghapusan

dan

penggabungan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat
(3), ayat (4), dan ayat (5) diatur Peraturan Daerah Kebupaten/Kota dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri.
Dalam pasal 10 PP No.73 Tahun 2005 Di kelurahan dapat dibentuk
lembaga kemasyarakatan. Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah
dan mufakat.
Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
mempunyai tugas membantu lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan,
pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam
melaksanakan

tugas

sebagaimana

dimaksud

dalam

kemasyarakatan mempunyai fungsi:
a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat;

Pasal

11

lembaga

13

b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam
kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintahan kepada
masyarakat;
d. penyusun

rencana,

pelaksana

dan

pengelola

pembangunan

serta

pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara
partisipatif;
e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi, serta
swadaya gotong royong masyarakat;
f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta
keserasian lingkungan hidup;
g. pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat
terlarang (Narkoba) bagi remaja;
h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga;
i. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat; dan
j. pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah
desa/kelurahan dan masyarakat.

Dalam pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 2
Tahun 1980 telah diperinci beberapa faktor yang harus dipenuhi sebagai syarat
pembentukan kelurahan, yaitu:
1. Faktor penduduk, sekurang-kurangnya 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga
dan sebanyak-banyaknya 20.000 jiwa atau 4000 kepala keluarga.

14

2. Faktor luas wilayah

harus dapat terjangkau secara efektif dalam

melaksanakan pelayanan kepada masyarakat .
3. Faktor letak berkaitan dengan aspek komunikasi, transportasi dan jarak
dengan pusat kegiatan pemerintahan dan pusat-pusat pengembangan harus
sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan pelayanan kepada
masyrakat.
4. Faktor sosial budaya, agama dan adat akan dapat berkembang dengan
baik.
5. Faktor prasarana berkaitan dengan prasarana berhubungan, pemasaran,
sosial, dan fisik pemerintah akan dapat memenuhi berbagai kebutuhan
masyarakat sebagaimana layaknya.
6. Faktor kehidupan masyarakat baik mata pencaharian dan ciri-ciri
kehidupan lainnya akan dapat meningkat lebih baik.
Peraturan Pemerintah tersebut lebih jelas mengatur mengenai kewenangan
desa dan kelurahan, sampai ke struktur organisasi, selain itu pula terdapat
pembahasan pada Bab 2 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 mengenai
pembentukan dan perubahan status desa. Perubahan dari desa menjadi kelurahan
maka tidak dapat dipungkiri lagi akan terjadi perubahan struktur, keuangan,
kekayaan, kewenangan, dan birokrat publik. Sehingga pengaturan kembali
(rearrangement) susunan pemerintahan terutama birokrasi publik desa. Tidak
pelik lagi bahwa permasalahan birokrasi publik yang nantinya memegang
pemerintahan akan terjadi, misalnya saja pergantian birokrasi publik desa
mengakibatkan turunnya kepala desa walaupun belum habis masa berakhirnya

15

dan dibutuhkannya dana kompensasi untuk perangkat desa lainnya yang
diberhentikan.
Usul pembentukan kelurahan dibuat oleh Bupati/Walikotamdya setelah
mendengar pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II
bersangkutan, kemudian disampaikan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I,
untuk

seterusnya

oleh

Gubernur

disampaikan

kepada

Menteri

Dalam

Negeri.Setelah medapat persetujuan Menteri Dalam Negeri, maka Gubernur
kepala daerah tingkat I menerbitkan surt keputusan pembentukan kelurahan yang
diusulkan oleh Bupati/Kotamadya bersangkutan.

F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang konkrit sebagai data dalam penelitian ini, maka
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian yuridis normatif, yaitu dengan
pengumpulan data-data serta studi kepustakaan maupun studi lapangan dan
menggambarkan kondisi dengan melakukan riset lngsung kelapangan untuk
memperoleh data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi tersebut.9
2. Jenis data dan sumber data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang merupakan data yang diperoleh langsung dari naraumber atau
langsung dari sumber pertama dan data skunder yang merupakan data yang
9

Bambang sungguno, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003), hlm.
71.

16

diperoleh dari dokumen-dokumen yang resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.10
a. Bahan Hukum Primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan
ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa UndangUndang, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya.
b. Bahan Hukum Skunder, yaitu semua dokumen yang merupakan informasi
atau hasil kajian tentang status hukum desa menjadi kelurahan seperti:
seminar hukun, majalah-majalah, karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan
status hukum desa menjadi kelurahan dan juga beberapa sumber dari situs
internet yang yang berkaitan dengan persoalnya diatas.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep
dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan
bahan skunder.11
Sedangkan data primer diperoleh dari wawancara dengan Lurah Deli Tua.
3. Teknik pengumpulan Data
Adapun data tersebut dapat diperoleh:
a. Penelitian Pustaka, yaitu data-data dan keterangan yang dikumpul dari
bahan-bahan tulisan seperti buku-buku bacaan dan undang-undang yang ada
hubunganya dengan pembahasan yang dilakukan. Data ini merupakan data
skunder.
b. Penelitian Lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan
dengan melakukan riset ke kantor Lurah terkait seperti Lurah Deli Tua.
10
11

Ibid., hlm. 72.
Abdurahman, Sosiologi dan Metodologi Penelitian Hukum (Malang:UMM), hlm.25.

17

F. Sistematika Penulisan
Isi dari skripsi yang akan penulis buat terdiri dari lima bab dan tiap-tiap
bab terdiri dari sub-sub bab. Bab tersebut adalah :
BAB I

:

PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.

BAB II

:

PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

YANG

MENGATUR PERALIHAN DESA MENJADI KELURAHAN
Memuat tentang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006
Tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Peraturan
Pemerintah

Nomor

43

Tahun

2014

tentang

peraturan

pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa.
BAB III

:

PROSES

PERUBAHAN

STATUS

DESA

MENJADI

KELURAHAN
Bab ini membahas tentang pengertian desa dan ruang lingkup
desa, susunan organisasi dan tata kerja pemerintah desa dan
perangkat desa, pembentukan pemecahan penyatuan dan
penghapusan kelurahan dan tata cara dan dasar hukum
perubahan status desa menjadi kelurahan.

18

BAB IV

: PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
(STUDI KASUS KELURAHAN DELI TUA)
Dalam bab ini akan diuraikan lebih lanjut tentang apa yang
diperoleh dalam penelitian seperti bagaimana proses alih status
hukum desa Deli Tua menjadi Kelurahan Deli Tua, Hal-hal Apa
saja Yang Menjadi Kendala Dalam Proses Alih Status Hukum
Desa Menjadi Kelurahan di Desa Deli Tua Menjadi Kelurahan
Deli Tua, Syarat-syarat Pembentukan Desa Menjadi Kelurahan
Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri No.28 Tahun 2006 dan
Tata Cara Pembentukan Desa.

BAB V

: PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari skripsi ini. Pada
bab ini akan disimpulkan hasil uraian mulai dari bab I sampai
dengan bab IV dengan singkat dan sistematis, sebagai jawaban
dari pembahasan. Dan terakhir ditutup dengan saran-saran
setelah menguraikan permasalahan yang timbul sesuai dengan
judul skripsi ini.

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 8 96

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 2 15

PENDAHULUAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006).

0 3 10

IMPLEMENTASI PERSYARATAN PERUBAHAN DARI STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Implementasi Persyaratan Perubahan Dari Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Berdasarkan Peraturan Menteri dalam N

0 1 15

Perda Kabupaten OKU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Perubahan Status 7 Desa menjadi Kelurahan Dalam K

0 0 18

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 11

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 18

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 2

Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan (Studi Kasus Kelurahan Deli Tua)

0 0 1