Pelaksanaan Program Jaminan Pensiun pada PT. Perkebunan Sumatera Utara Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS

BAB II
PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Jaminan Sosial (Social Security)
Sistem jaminan sosial suatu negara sangat penting. Pertama, kewajiban
Negara (state obligation) untuk memberikan jaminan pada setiap warga untuk
memperoleh akses yang baik terhadap berbagai kebutuhan dasar manusia
(terutama makanan, kesehatan, tempat tinggal, dan pendidikan). Kedua, jaminan
sosial berbicara tentang proteksi negara bagi warga terhadap kondisi-kondisi
yang potensial mendegradasi harkat dan martabat manusia, seperti kemiskinan,
usia lanjut, cacat, dan pengangguran. 34
Di Indonesia telah lama beroperasi program jaminan sosial yang
diselenggarakan oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial yaitu PT
Jamsostek, PT Askes, PT Taspen, PT Asabri Bapel JPKM dan berbagai programprogram jaminan sosial mikro, tetapi cakupannya masih relatif rendah dan
terbatas pada pekerja sektor formal. Badan-badan penyelenggara tersebut
beroperasi secara parsial masing-masing belandaskan Undang-undang atau
peraturan-peraturan yang terpisah, tumpang tindih, tidak konsisten, dan kurang
tegas. Sementara itu, diketahui bahwa manfaat yang diterima peserta masih
terbatas sehingga peserta tidak terlindungi sevara optimal. Pengelolaan lembaga


34

Michael Raper, Negara Tanpa Jaminan Sosial Tiga Pilar Jaminan Sosial di Australia
dan Indonesia (Jakarta: Trade Union Right Centre,2008), hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

dianggap belum transparan dan dengan manajemen yang profesionalitasnya
masih perlu ditingkatkan.
Menyadari kekurangan-kekurangan di atas, pemerintah merasa perlu
memiliki undang-undang yang berlaku nasional dan mampu menyempurnakan
undang-undang dan peraturan yang mengatur baik substansi, kelembagaan
maupun mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial, undang-undang tersebut
disusun berlandaskan konsep jaminan sosial nasional yang sahih dan integral
sehingga dapat menjadi payung yang memberikan arahan dalam penyelenggaraan
jaminan sosial.
Atas dasar itulah maka pada tanggal 19 Oktober 2004 Pemerintah
mengesahkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Reformasi sistem jaminan
sosial di Indonesia telah dimulai dengan pengesahan UU No. 40 tahun 2004
tentang SJSN pada tanggal 19 Oktober 2004. Undang-undang SJSN akan

menyelaraskan penyelenggaraan yang ada sekarang sehingga lebih menjamin
terselenggaranya keadilan sosial. 35
Sistem jaminan sosial nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara. SJSN pada dasarnya
merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan
dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini,
setiap penduduk mengharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang
layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya

35

https://www.scribd.com/doc/291519845/Buku-Reformasi-Sjsn-Ind, (diakses tanggal
12 maret 2016).

Universitas Sumatera Utara

pendapatan karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan,
memasuki usia lanjut atau pensiun.
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.

Kebutuhan dasar hidup yang layak yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem
Jaminan Sosial Nasional adalah kebutuha esensial setiap orang agar dapat hidup
layak demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyar Indonesia.
Jaminan Sosial diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi sosial yaitu
suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran
guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta
dan/atau anggota keluarganya.
Sistem jaminan sosial nasional diselenggarakan berdasarkan asas
kemanusiaan, asas manfaat dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat
manusia.

Asas

manfaat

merupakan

asas


yang

bersifat

operasional

menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif. Asas keadilan merupakan
asas yang bersifat ideal. Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk menjamin
kelangsungan program dan hak peserta.
Sistem jaminan sosial bertujuan untuk melaksanakan amanat Pasal 28 H
ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) Amandemen UUD 1945, yang dituangkan dalam
UU SJSN yang mengatur substansi berupa cakupan kepesertaan, besarnya iuran
dan manfaat, mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial, dan kelembagaan
sistem jaminan sosial yang berlaku nasional guna memberikan jaminan

Universitas Sumatera Utara

terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau
anggota keluarganya.
Sistem jaminan sosial dirancang untuk mampu mensinkronisasikan

penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh
beberapa penyelenggara agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi
seluruh peserta. Program jaminan sosial diselenggarakan dengan menggunakan
mekanisme asuransi sosial,bantuan sosial, dan atau tabungan wajib yng bertujuan
untuk menyediakan jaminan sosial bagi seluruh penduduk, guna memenuhi
kebutuhan dasar yang layak. 36

B. Jenis Jaminan Sosial dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di
Indonesia
SJSN adalah program negara yang bertujuan untuk memberi perlindungan
dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini,
setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak
apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya
pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan,
memasuki usia lanjut, atau pensiun.37
SJSN seperti yang tertuang dalam Pasal 4 UU No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsipprinsip:

36
37


Ibid.
Penjelasan atas UU No.40 Tahun 2004 paragraf ketiga

Universitas Sumatera Utara

1.

Prinsip kegotong-royongan, prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong
royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam
bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat, peserta yang beresiko rendah
membantu yang beresiko tinggi dan peserta yang sehat membantu yang sakit.
Melalui prinsip kegotongroyongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.

Prinsip nirlaba, bahwa pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan untuk
mencari keuntungan bagi badan penyelenggara jaminan sosial adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.


3.

Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas,
prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan dari hasil
pengembangan.

4.

Prinsip kehati-hatian, pengelolaan dana secara cermat,teliti,aman dan tertib.

5.

Prinsip akuntabilitas, pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

6.

Prinsip portabilitas, bahwa jaminan sosial yang dimaksud untuk memberikan

jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau
temapat tinggal, tetapi masih dalam wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia. Bertambah majunya pertumbuhan ekonomi lebih lancarnya
transportasi nusantara dan meluasnya usaha-usaha pemerintah maupun sektor
swasta di seluruh nusantara menyebabkan penduduk akan lebih sering
berpindah-pindah.

Universitas Sumatera Utara

7.

Prinsip kepesertaan yang bersifat wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat
Indonesia menjadi peserta walaupun dalam penerapannya tetap menyesuaikan
dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta
kelayakan penyelenggaraan program. Peserta dimulai dari pekerja pada sektor
formal dan pekerja pada sektor informal yang dapat menjadi peserta acara
sukarela.

8.


Prinsip dana amanat, bahwa dana yang terkumpul dari iuran peserta
merupakan titipan kepada badan-badan penyelenggaraan untuk dikelola
sebaik-baiknya

dalam

rangka

mengoptimalkan dana

tersebut

untuk

kesejahteraan peserta.
9.

Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial nasional bahwa hasil berupa
deviden dari para pemegang saham dikembalikan untuk kepentingan peserta
jaminan social.

Dengan demikian tampak jelas bahwa dengan hadirnya UU No. 40 Tahun
2004 tentang SJSN dimaksudkan untuk memberikan jaminan dasar yang layak
bagi seluruh masyarakat karena itu menjadi kewajiban konstitusional pemerintah
terhadap rakyatnya yang harus dikelola langsung oleh pemerintah agar terciptanya
suatu pemerataan dan keadilan di seluruh negara kesatuan Republik Indonesia.
Jaminan dasar yang dimaksud merupakan kebutuhan dasar yang layak dan
meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil, dan makmur. Adapun jaminan tambahan yang juga di butuhkan
perlindungan sosial yang menjamin rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak.

Universitas Sumatera Utara

Dalam UU No.40 Tahun 2004, jenis program jaminan sosial yang hendak
diselenggarakan meliputi:
1.

Jaminan kesehatan
Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan


tujuan untuk menjamin agar peserta dan anggota keluarganya memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan.38
Manfaat Jaminan Kesehatan (JK) diberikan kepada peserta dengan jumlah
keluarga lima orang, suami/istri dengan jumlah anak sampai tiga orang. Apabila
memiliki keluarga lebih dari lima orang, dapat mengikutsertakannya dengan
membayar iuran tambahan, yang besarannya akan ditetapkan dengan Peraturan
Presiden.39
Kekhususan program jaminan kesehatan dalam SJSN adalah Badan
Penyelenggara harus mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali
mutu

pelayanan,

dan

sistem

pembayaran

pelayanan

kesehatan

untuk

meningkatkan efisiensi jaminan kesehatan.40
Pelaksanaan program jaminan kesehatan memerlukan persiapan yang
matang agar kelangsungan program jaminan kesehatannya dapat terjamin
kelangsungan hidupnya.

38

Pasal 19 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 20 ayat 2 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
39
Pasal 28 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
40
Pasal 24 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Universitas Sumatera Utara

2.

Jaminan kecelakaan kerja
Program jaminan sosial yang diselenggrakan secara nasional dengan

tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan
santunan uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita
penyakit akibat kerja.41Manfaat jaminan Kecelakaan kerja (JKK) yang berupa
uang tunai diberikan sekaligus kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia
atau pekerja yang cacat sesuai dengan tingkat kecacatan.42
Dalam penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja, bagi PNS dan Anggota
TNI, ternyata belum tercakup dalam program jaminan kecelakaan kerja. Oleh
karena itu, untuk memperluas cakupan peserta jaminan kecelakaan kerja,
pemerintah sudah saatnya disarankan untuk melengkapi program jaminan sosial
bagi pegawai negeri sipil dan anggota TNI/Polri dengan program jaminan
kecelakaan kerja.
3.

Jaminan hari tua
Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan

tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa
pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. 43
Manfaat diberikan sekaligus pada saat memasuki masa pensiun, meninggal
dunia atau menderita kecacatan total tetap. Besaran manfaat sesuai dengan
akumulasi iuran yang telah disetorkan ditambah hasil pengembangannya.

41

Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.
42
43

Pasal 31 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Pasal 35 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.

Universitas Sumatera Utara

Meskipun demikian, pembayaran manfaat dapat diberikan sebagian setelah
membayar iuran selama sepuluh tahun.44
Apabila peserta meninggal dunia, maka manfaat akan diberikan kepada
ahli warisnya.45Iuran ditetapkan berdasar persentase upah, menjadi beban pekerja
dan pemberi kerja. Bagi peserta yang tidak menerima upah, iuran ditetapkan
berdasarkan angka nominal. Keduanya akan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.46
Dengan pilihan dua mekanisme iuran, yaitu asuransi sosial atau tabungan
wajib, akan lebih menjamin manfaat bagi peserta. Bisa diberlakukan sebagai
tabungan, apabila peserta hidup sampai memasuki masa pensiun atau sebagai
asuransi sosial apabila peserta meninggal sebelum masa pensiun.
4.

Jaminan pensiun
Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan

tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta
mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia
pensiun atau mengalami cacat tetap total.47
Manfaat jaminan pensiun terdiri dari pensiun hari tua, pensiun cacat,
pensiun janda/duda, pensiun anak dan pensiun orang tua bagi peserta yang tidak
mempunyai anak.

44

Pasal 37 ayat 1 dan ayat 2 dan ayat 3 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
45
Pasal 37 ayat 4 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
46
Pasal 38 ayat 1 dan ayat 2 dan ayat 3 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
47
Pasal 39 ayat 1 dan ayat 2 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional.

Universitas Sumatera Utara

Bagi pekerja formal swasta, penyelenggaraan jaminan pensiun juga harus
diselenggarakan dengan memerhatikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992
tentang Dana Pensiun (selanjutnya disebut dengan UU No. 11 Tahun 1992).
Dalam hal ini, Dewan jaminan Sosial Nasional perlu merumuskan kebijakan
penyelenggaraan Jaminan Pensiun sehingga penyelenggaraan jaminan pensiun
dapat diselaraskan dengan pelaksanaan UU No.11 Tahun 1992 serta UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang tenaga Kerja. Selain itu, juga harus
memerhatikan perkembangan ekonomi pada umumnya, khususnya kemampuan
pemberi kerja.
5.

Jaminan kematian
Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan

tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris
peserta

yang

meninggal

dunia.48Manfaat

jaminan

kematian

ditetapkan

berdasarkan angka nominal dan diberikan tiga hari setelah peserta meninggal. 49
Semula juga dirancang jaminan pemutusan hubungan kerja, namun karena
baru

menerbitkan

Undang-Undang

Nomor

13

Tahun

2003

tentang

ketenagakerjaan, di mana masalah pesangon berhenti bekerja (PHK) telah
tertampung, rancangan itu dibatalkan.50
Berdasarkan jenis-jenis program jaminan sosial, program jaminan sosial
dapat yang bersifat jangka pendek, yaitu program jaminan sosial yang dapat

48

Pasal 43 ayat 1 dan ayat 2 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.
49

Pasal 45 ayat 1 dan ayat 2 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.
50

Sulastomo, Op.cit., hlm. 20-29.

Universitas Sumatera Utara

segera dinikmati pesertanya (misalnya program jaminan kesehatan) dan program
jangka panjang (program jaminan pensiun/hari tua), yang baru dapat dinikmati
setelah bertahun-tahun menjadi peserta. Keduanya saling terkait sebab adanya
jaminan hari tua dan pensiun juga dapat berdampak rasa aman ketika usia masih
muda.
Penyelenggaraan program jaminan sosial dewasa ini diselenggarakan oleh
PT Jamsostek bagi tenaga kerja swasta, PT Askes Indonesia dan PT Taspen bagi
pegawai negeri dan penerima pensiun, PT Asabri bagi purnawirawan TNI/Polri.
Dari penyelenggaraan program jaminan sosial selama ini dapat disimpulkan
bahwa pendekatan kelompok menjadi ciri utama penyelenggaraan. Demikian juga
status peserta dalam pemberian manfaat. Bagi pegawai negeri dan penerima
pensiun, program jaminan kesehatan dibebankan pada peserta, sementara bagi
tenaga kerja swasta, menjadi beban pemberi kerja. Ada program jaminan pensiun
bagi PNS/TNI/Polri yang diselenggarakan dengan sistem “membayar sambil jalan
(pay as you go) yang mana perlu dilakukan perubahan sistem menjadi “yang di
simpan (funded) agar tidak memberatkan APBN dan menyesuaikan dengan UU
No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan program jaminan pensiun bagi kelompok
lainnya. Ada program jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja swasta, yang
tidak diberikan pada PNS/TNI/Polri. Selain itu, ada kelompok masyarakat,yang
iuran jaminan sosialnya ditanggung oleh pemerintah, dalam bentuk “bantuan
iuran”. Manfaatnya, sudah disesuaikan dengan kemampuan pemerintah (manfaat
minimal) sebagaimana prinsip Welfare State Model.51 Welfare State adalah suatu

51

Sulastomo, Op.Cit., hlm.45-46.

Universitas Sumatera Utara

sistem yang memberi peran lebih besar kepada negara (pemerintah) dalam
pembangunan

kesejahteraan

sosial

yang

terencana,

melembaga

dan

berkesinambungan. welfare state meyakini bahwa negara memiliki kewajiban
untuk menyediakan warga negara nya akan standar hidup yg layak. Karena setiap
negara memiliki standar yg berbeda-beda, yang berhubungan langsung dengan
batas kemampuan negara. 52

C. Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Indonesia
Sudah

merupakan

kodrat,

bahwa

manusia

itu

berkeluarga

dan

berkewajiban menanggung kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu, kesejahteraan
yang perlu dikembangkan bukan hanya bagi pekerja/buruh itu sendiri, tetapi juga
bagi keluarganya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat (dalam
arti luas), yang harus tetap terpelihara termasuk pada saat pekerja/buruh
kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadi risikorisiko sosial antara lain kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia dan hari tua.
Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja ini memberikan
kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang kemungkinan bisa hilang. Oleh
karena itu, jaminan sosial tenaga kerja ini dikatakan mempunyai beberapa aspek,
antara lain:
1.

Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal
bagi tenaga kerja beserta keluarganya;
52

http://umemsindonesia.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-welfare-state.html (diakses
tanggal 12 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara

2.

Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.
Penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja yang dimaksudkan

dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 (selanjutnya disebut dengan UU
No. 3 Tahun 1992) ini pada mulanya sebagai pelaksanaan Pasal 15 UndangUndang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai
Tenaga Kerja (selanjutnya disebut dengan UU No. 14 Tahun 1969).
UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial
tenaga kerja tersebut meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian,
jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Akan tetapi, mengingat
objek yang mendapat jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam undangundang ini diprioritaskan bagi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan dengan
menerima upah (pekerja/buruh), maka kepada tenaga kerja di luar hubungan kerja
atau dengan kata lain tidak bekerja pada perusahaan, pengaturan tentang jaminan
social tenaga kerjanya akan diatur tersendiri. Pelaksanaan jaminan sosial bagi
tenaga kerja yang tidak dalam hubungan kerja untuk sementara diatur dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-24/MEN/VI/2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang
Melakukan Pekerjaan di Luar Hubungan Kerja.
Adapun ruang lingkup yang diatur dalam UU No. 3 Tahun 1992 tentang
jaminan sosial tenaga kerja, meliputi jaminan-jaminan sebagaimana tercantum
dalam penjelasan umum undang-undang tersebut, yaitu sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1.

Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan kecelakaan kerja (selanjutnya disebut JKK) adalah santunan

berupa uang sebagai pengganti biaya pengangkutan, biaya rehabilitasi serta
santunan sementara tidak mampu bekerja, santunan cacat sebagian untuk selamalamanya atau cacat total selama-lamanya baik,fisik maupun mental, santunan
kematian sebagai akibat peristiwa berupa kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima JKK.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
2.

Jaminan kematian
Jaminan kematian (selanjutnya disebut JKM) adalah santunan kematian

berupa uang tunai dan santunan berupa uang untuk pengganti biaya pemakaman,
seperti pembelian tanah (sewa/retribusi), peti jenazah, kain kafan, transportasi dan
lain-lain yang berkaitan dengan tata cara pemakaman sesuai dengan adat
istiadat,agama dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kondisi
daerah masing-masing dari tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas JKM.
3.

Jaminan hari tua
Jaminan hari tua (selanjutnya disebut JHT) adalah santunan berupa uang

yang dibayarkan secara sekaligus atau berkala atau sebagian dan berkala kepada
tenaga kerja karena:

Universitas Sumatera Utara

a.

Telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun; atau

b.

cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter.
Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua (JHT)

dibayarkan kepada janda atau duda atau anak yatim piatu. Yang dimaksud dengan
yatim piatu adalah anak yatim atau anak piatu, yang ada pada saat janda atau duda
meninggal dunia masih menjadi tanggungan janda atau duda tersebut.
Jaminan hari tua dapat dibayarkan kepada tenaga kerja yang belum
mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, yaitu dalam hal tenaga kerja telah
mempunyai masa kepesertaan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan mengalami
pemutusan hubungan kerja. Program jaminan hari tua (program pensiun) dapat
dibedakan antara program manfaat pasti dan program iuran pasti:
1) Program manfaat pasti (defined benefit), yaitu program yang
manfaatnya ditetapkan dalam ketentuan yang mengaturnya, sedang
iuran disesuaikan dengan manfaat tersebut.
2) Program iuran pasti (defined contribution), yaitu program pensiun
yang iurannya ditentukan dalam ketentuan yang mengaturnya,
sedang manfaat bergantung pada akumulasi iuran dan hasil
pengembangan.
Jaminan hari tua (JHT) pada pokoknya termasuk dalam jenis program
pensiun iuran pasti, dimana besar iuran telah ditentukan secara pasti dalam
ketentuan yang mengaturnya (dalam hal ini PP No. 14 Tahun 1993), sedangkan
manfaatnya bergantung dari akumulasi iuran yang terpupuk beserta hasil
pengembangannya.

Universitas Sumatera Utara

4.

Jaminan pemeliharaan kesehatan
Jaminan pemeliharaan kesehatan (selanjutnya disebut JPK) adalah jaminan

berupa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada tenaga kerja atau suami atau
istri yang sah dan anak yang bersifat menyeluruh dan meliputi pelayanan
peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan
kesehatan.
Secara rinci kepada tenaga kerja atau suami atau istri yang sah dan anak
diberikan paket JPK dasar yang meliputi:
a.

Rawat jalan tingkat pertama;

b.

rawat jalan tingkat lanjutan;

c.

rawat inap;

d.

pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan;

e.

penunjang diagnostic;

f.

pelayanan khusus;

g.

pelayanan gawat darurat;53

Program jamsostek diselenggarakan oleh negara, tetapi pelaksanaannya
dilakukan oleh badan penyelenggara yang ditunjuk. Dalam hal ini menteri yang
bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan melimpahkan tugas dan
wewenang penyelenggaraan program tersebut kepada badan penyelenggara yang
ditunjuk itu.
Badan Penyelenggara yang ditunjuk tersebut adalah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan yang
53

Zulaini Wahab, Dana pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 143-145.

Universitas Sumatera Utara

berlaku, Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) tersebut melaksanakan fungsi dan
tugasnya dengan mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam peningkatan
perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya.
PT Askes, PT Asabri, PT Jamsostek, PT Taspen adalah empat Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk perseroan terbatas (persero) yang terdiri
dari persekutuan modal dan bertanggung jawab kepada pemegang saham.
Keempat persero adalah subsistem Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
bertindak sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh dan sesuai dengan
keputusan pemilik saham yang tergabung dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).54
Hal ini tidak diberikan kepada perusahaan asuransi komersial dikarenakan
asuransi tersebut diadakan oleh perusahaan asuransi sebagai bisnis yang tujuan
utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, besaran premi
dan ganti kerugian ditentukan berdasarkan perhitungan-perhitungan ekonomis.
Semua asuransi yang diatur dalam KUH Dagang merupakan asuransi komersial
yang pada dasarnya merupakan asuransi sukarela.55
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang
Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja disingkat
PT. Jamsostek (sebelumnya PT Asuransi Sosial Tenaga Kerja disingkat PT Astek,
sebagai Badan Penyelenggara tunggal Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. PT
Jamsostek merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai 2
(dua) tugas khusus, yaitu:
54
55

Pasal 13 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN.
A.Junaedy Ganie, Hukum Asuransi Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,2013), hlm.89.

Universitas Sumatera Utara

a.

Mengadministrasikan kepesertaan JHT dan menginvestasikan dana
iuran JHT;

b.

bertindak sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mengelola program
JKK, JKM, dan JPK.
Walaupun PT Jamsostek bertindak sebagai perusahaan asuransi jiwa

sebagaimana dikemukakan di atas, namun PT Jamsostek tidak tunduk pada
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Pada dasarnya program Jamsostek sebagaimana diatur dalam UU No. 3
Tahun 1992, telah mengandung program-program jaminan sosial yang secara
umum dipersyaratkan dalam Konvensi International Labour Organization (ILO)
Nomor 102 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial (minimum standar). Program
jaminan sosial yang ditetapkan Konvensi ILO yang tidak diliput oleh UU No. 3
Tahun 1992 adalah tunjangan pengangguran dan tunjangan keluarga.56
Berdasarkan Pasal 3 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek dan Pasal
117 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, setiap
tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Pengusaha yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih, atau
membayar upah paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebulan, wajib
mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja.
Bagi

pengusaha

yang

telah

menyelenggarakan

sendiri

program

pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dengan manfaat yang lebih baik dari
paket JPK dasar, tidak wajib ikut dalam jaminan pemeliharaan kesehatan yang

56

Zulaini Wahab, Op.Cit., hlm.146-148.

Universitas Sumatera Utara

diselenggarakan oleh PT Jamsostek. Disamping itu, dalam hal perusahaan belum
ikut serta dalam program Jamsostek, pengusaha wajib memberikan jaminan
kecelakaan kerja kepada tenaga kerjanya. Pengusaha harus secara aktif (wajib)
mendaftarkan perusahaan dan tenaga kerja sebagai peserta program Jamsostek
pada PT Jamsostek.
Sehubungan dengan kepesertaan jamsostek, badan penyelenggara dalam
hal ini PT Jamsostek berkewajiban untuk menyampaikan kepada pengusaha:
1)

Sertifikat kepesertaan untuk masing-masing perusahaan sebagai tanda
kepesertaan;

2)

kartu peserta untuk masing-masing tenaga kerja sebagai tanda
kepesertaan dalam program Jamsostek;

3)

kartu Pemeliharaan Kesehatan untuk masing-masing tenaga kerja bagi
yang mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK).
Kepesertaan perusahaan dan tenaga kerja dalam program Jamsostek

berlaku sejak pendaftaran dan pembayaran iuran pertama dilakukan oleh
Pengusaha.57 Iuran JKK, iuran JKM, dan iuran JPK ditanggung oleh pengusaha,
sedang iuran JHT ditanggung oleh Pengusaha dan tenaga kerja. Pengusaha wajib
membayar iuran dan melakukan pemungutan iuran yang menjadi kewajiban
tenaga kerja melalui pemotongan upah tenaga kerja serta membayarkan kepada
Badan Penyelenggara (dalam hal ini PT Jamsostek), pada setiap bulan dan disetor
secara lunas paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya dari bulan
iuran yang bersangkutan. Keterlambatan pembayaran iuran oleh Pengusaha

57

Zulaini Wahab.,Op.Cit., hlm.148-149.

Universitas Sumatera Utara

kepada PT Jamsostek akan dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) untuk setiap
bulan keterlambatan yang dihitung dari iuran yang seharusnya dibayar.
Besarnya iuran program Jamsostek adalah sebagai berikut:
1.

Jaminan kecelakaan kerja (JKK) yang rincian besarnya iuran berdasarkan
kelompok jenis usahanya seperti :
a.

Kelompok I, jenis usaha penjahitan/konveksi, pabrik keperluan rumah
Tangga, perdagangan ekspor impor, bank dan kantor-kantor dagang, jasa
pemerintahan, dll. Besaran iurannya 0,24 % dari upah sebulan;

b.

kelompok II, jenis usaha perkebunan gula, perkebunan tembakau, pabrik
teh, pabrik tinta dan lem, pabrik alat-alat pengangkutan lainnya,dll.
Besaran iurannya 0,54 % dari upah sebulan;

c.

kelompok III, jenis usaha perusahaan kehutanan, pelayanan pengairan,
pengelolaan susu dan mentega, penggilingan padi, pabrik roti dan kue,
dll. Besaran iurannya 0,89 % dari upah sebulan;

d.

kelompok IV, jenis usaha pabrik dan hasil minyak tanah, Perusahaan
kereta api, pabrik bata merah dan genteng, Pembuatan dan reparasi kapal
dari baja, Perusahaan trem dan bus, dll. Besaran iurannya 1,27 % dari
upah sebulan;

e.

kelompok V, jenis usaha pabrik pupuk, pabrik kaleng, tambang emas dan
perak, tambang intan dan batu perhiasan, penggalian belerang, dll.
Besaran iurannya 1,74 % dari upah sebulan;

f.

JHT sebesar 5,70 % dari upah sebulan, sebesar 3,70 % ditanggung oleh
pengusaha dan 2 % di tanggung oleh tenaga kerja;

Universitas Sumatera Utara

g.

JKM sebesar 0,30 % dari upah sebulan;

h.

JPK sebesar 6 % dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang sudah
berkeluarga dan 3 % dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang belum
berkeluarga.
Dasar perhitungan iuran JPK dari upah sebulan, dan setinggi-tingginya

Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Perbedaan besar iuran JPK bagi tenaga kerja
yang sudah berkeluarga dan yang belum berkeluarga dimaksud agar ada
keseimbangan antara kewajiban pengusaha dan pelayanan yang diberikan kepada
tenaga kerja itu sendiri.58
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak atas JKK berupa
penggantian biaya yang meliputi:
a. Biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja ke
rumah sakit dan atau ke rumahnya, termasuk biaya pertolonganpertama
pada kecelakaan;
b. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan selama di rumah sakit,
termasuk rawat jalan;
c. biaya rehabilitasi berupa alat bantu (arthese) dan atau alat ganti (prothese)
bagi tenaga kerja yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi
akibat kecelakaan kerja.
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja,
keluarganya berhak atas Jaminan Kematian (JKM).

58

Zulaini Wahab, Op.Cit., hlm.150-151.

Universitas Sumatera Utara

a. Jaminan kematian (JKM) dibayar sekaligus kepada janda atau duda, atau
anak dan meliputi:
1) Santunan kematian sebesar Rp1.000.000,00; dan
2) biaya pemakaman sebesar Rp200.000,00.
b. Pihak yang berhak (janda atau duda atau anak) mengajukan pembayaran
JKM kepada badan penyelenggara (PT Jamsostek) dengan disertai buktibukti:
1) Kartu peserta;
2) surat keterangan kematian.
Besarnya JHT adalah keseluruhan iuran yang telah disetor, besrta hasil
pengembangannya. JHT dibayar kepada tenaga kerja yang telah mencapai usai 55
(lima puluh lima) tahun atau cacat total untuk selama-lamanya, dan dapat
dilakukan:
a. Secara sekaligus apabila jumlah seluruh JHT yang harus dibayar kurang
dari Rp3.000.000,00; atau
b. secara berkala apabila jumlah seluruh JHT mencapai Rp3.000.000.,00 atau
lebih, dan dilakukan paling lama 5 (lima) tahun.
Pembayaran JHT secara sekaligus atau berkala sepenuhnya merupakan
pilihan tenaga kerja yang bersangkutan dan bukan ditetapkan oleh PT. Jamsostek.
Bagi tenaga kerja atau suami atau istri yang sah dan anak sebanyak-banyaknya 3
(tiga) orang diberikan JPK dasar yang diselenggarakan oleh Badan (PT.
Jamsostek). Di samping paket JPK dasar, Badan Penyelenggara (PT. Jamsostek)
dapat menyelenggarakan paket pemeliharaan kesehatan tambahan. Jenis

Universitas Sumatera Utara

pelayanan kesehatan dalam paket pemeliharaan tambahan diberikan sesuai dengan
kesepakatan antara badan penyelenggara dengan peserta.
Badan Penyelenggara (PT. Jamsostek) wajib:
a. Memberikan kartu pemeriksaan kesehatan kepada setiap peserta;
b. Memberikan keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai paket
pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan.
Dalam hal tertentu yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab
dalam bidang ketenagakerjaan,tenaga kerja atau suami atau istri atau anak dapat
memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan di luar pelaksana pelayanan
kesehatan yang ditunjuk Badan Penyelenggara (PT. Jamsostek).59

D. Aspek kelembagaan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Badan Usaha Milik Negara persero penyelenggara jaminan sosial terdiri
dari PT Askes, PT Asabri, PT Jamsostek, PT Taspen. Keempatnya adalah badan
hukum privat yang didirikan sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut dengan UU No. 19
Tahun 2003) dan tatakelolanya tunduk pada ketentuan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Empat badan privat yang terdiri dari persekutuan modal dan bertanggung
jawab kepada pemegang saham. Keempatnya bertindak sesuai dengan
kewenangan yang diberikan oleh dan sesuai dengan keputusan pemilik saham
yang tergabung dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

59

Zulaini Wahab,Op.cit.,hlm.151-158

Universitas Sumatera Utara

Misi yang dilaksanakan oleh keempat Persero tersebut merujuk pada
peraturan perundangan yang mengatur program-program jaminan sosial bagi
berbagai kelompok pekerja. Walaupun program-program jaminan sosial yang
tengah berlangsung saat ini diatur dalam peraturan sama, yaitu menyelenggarakan
program jaminan sosial untuk menggairahkan semangat kerja para pekerja.60
Program jamsostek diselenggarakan dengan pertimbangan selain untuk
memberikan ketenangan kerja juga karena dianggap mempunyai dampak positif
terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan produktifitas tenaga kerja.61
Program jamsostek diselenggarakan untuk memberikan perlindungan dasar untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, serta
merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga
dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.62
Sebaliknya di era SJSN, BPJS merepresentasikan negara dalam
mewujudkan hak konstitusional warga Negara atas jaminan sosial dan hak atas
penghidupan yang layak. Penyelenggaraan jaminan sosial berbasis kepada hak
konstitusional setiap orang dan sebagai wujud tanggungjawab Negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Penyelenggaraan
sistem jaminan sosial berdasarkan asas antara lain asas kemanusiaan yang
berkaitan dengan martabat manusia.63

60

Asih Eka Putri, Transformasi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial, Journal
Legislasi Indonesia Vol. 9 No.2 – Juli 2012, hlm. 240-241.
61
Penjelasan umum alinea ke-2 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
62
Penjelasan umum alinea-7 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
63
Penjelasan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Universitas Sumatera Utara

UU BPJS mengatur ketentuan pembubaran dan pengalihan PT Askes dan
PT Jamsostek . Ketentuan pembubaran BUMN Persero tidak berlaku bagi
pembubaran PT Askes dan PT Jamsostek.64 UU BPJS tidak jelas mengatur apakah
ketentuan ini berlaku bagi pembubaran dan transformasi PT Asabri dan PT
Taspen .
Proses transformasi keempat BUMN persero tersebut tidaklah sederajat.
Ada tiga derajat transformasi dalam UU BPJS. Tingkat tertinggi adalah
transformasi tegas. UU BPJS dengan tegas mengubah PT Jamsostek menjadi
BPJS Ketenagakerjaan, membubarkan PT Jamsostek dan mencabut UndangUndang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.
Tingkat kedua adalah transformasi tidak tegas. UU BPJS tidak secara
eksplisit mengubah PT Askes menjadi BPJS Kesehatan, maupun pencabutan
peraturan perundangan terkait pembentukan PT Askes. UU BPJS hanya
menyatakan pembubaran PT Askes menjadi BPJS Kesehatan sejak beroperasinya
BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014. Perubahan PT Askes menjadi BPJS
Kesehatan tersirat dalam kata pembubaran PT Askes dan beroperasinya BPJS
Kesehatan.
Tingkat ketiga adalah tidak bertransformasi. UU BPJS tidak menyatakan
perubahan maupun pembubaran PT Asabri dan PT Taspen. UU BPJS hanya
mengalihkan program dan fungsi kedua persero sebagai pembayar pensiun ke
BPJS Ketenagakerjaan selambatnya pada tahun 2029.

64

Pasal 67 UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Universitas Sumatera Utara

Disamping terdapat tingkatan transformasi, UU BPJS menetapkan dua
kriteria proses transformasi BPJS. UU BPJS memberi tenggat 2 tahun sejak
pengundangan UU BPJS ( pada 25 November 2011) kepada PT Askes dan PT
Jamsostek untuk beralih dari perseroan menjadi badan hukum publik BPJS.
Namun, saat mulai beroperasi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan terpaut
1,5 tahun. BPJS sebagai badan hukum publik ditandai oleh ketentuan di bawah
ini:
a.

Dibentuk dengan undang-undang65

b.

Berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan,
manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 66

c.

Diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat
umum67

d.

Bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk
kepentingan peserta68

e.

Berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan
peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional69

f.

Bertindak mewakili Negara Republik Indonesia sebagai anggota
organisasi atau lembaga internasional70

65

Pasal 5 Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Pasal 2 Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
67
Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
68
Pasal 10 huruf d Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
69
Pasal 11 huruf c Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
70
Pasal 51 ayat (3) Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
66

Universitas Sumatera Utara

g.

Berwenang mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi
kerja yang tidak memenuhi kewajibannya 71

h.

Pengangkatan Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi oleh
Presiden, setelah melalui proses seleksi publik72
Kriteria pertama adalah transformasi simultan. PT Askes pada waktu yang

sama bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan dan beroperasi. Mulai 1 Januari
2014 PT Askes berubah menjadi BPJS Kesehatan dan pada saat yang sama BPJS
Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan sesuai ketentuan UU
SJSN.
Kriteria

kedua

adalah

transformasi

bertahap.

PT

Jamsostek

bertransformasi dan beroperasi secara bertahap. Pada 1 Januari 2014, PT
Jamsostek bubar dan berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, namun tetap
melanjutkan penyelenggaraan tiga program PT Jamsostek, jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua. BPJS Ketenagakerjaan diberi waktu
1,5 tahun untuk menyesuaikan penyelenggaraan ketiga program tersebut dengan
ketentuan UU SJSN dan menambahkan program jaminan pensiun ke dalam
pengelolaannya. Selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan
telah menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian,
jaminan hari tua dan jaminan pensiun sesuai UU SJSN. 73
Dalam hal ini transformasi PT Jamsostek dilakukan dalam dua tahap.

71
72

73

Pasal 11 huruf f Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Pasal 28 s/d Pasal 30 Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Asih Eka Putri, Op.Cit., hlm. 245-246.

Universitas Sumatera Utara

Tahap pertama adalah masa peralihan PT Jamsostek menjadi BPJS
Ketenagakerjaan berlangsung selama 2 tahun, mulai 25 November 2011 sampai
dengan 31 Desember 2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian BPJS
Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014.
Tahap

Kedua

adalah

tahap

penyiapan

operasionalisasi

BPJS

Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan
UU SJSN. Persiapan tahap kedua berlangsung selambat-lambatnya hingga 30 Juni
2015 dan diakhiri dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan untuk
penyelenggaraan keempat program tersebut sesuai dengan ketentuan UU SJSN
selambatnya pada 1 Juli 2015.
Selama masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek
ditugasi untuk menyiapkan:
a. Pengalihan program

jaminan kesehatan Jamsostek kepada

BPJS

Kesehatan.
b. Pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hal dan kewajiban program
jaminan pemeliharaan kesehatan PT Jamsostek ke BPJS Kesehatan.
c. Penyiapan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan berupa pembangunan
system dan prosedur bagi penyelenggaraan program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian, serta
sosialisasi program kepada publik.
d. Pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT
Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Penyiapan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban
PT Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan mencakup penunjukan kantor akuntan
publik untuk melakukan audit atas:
a. Laporan keuangan penutup PT Askes
b. Laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kesehatan,dan
c. Laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan.
Seperti halnya pembubaran PT ASKES, pada 1 Januari 2014 PT
Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan PT Jamsostek berubah menjadi
BPJS Ketenagakerjaan. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang
Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek
menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan.
Semua pegawai PT Jamsostek menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat
pembubaran, Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan posisi keuangan
penutup PT Jamsostek setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik.
Menteri Keuangan mengesahkan posisi laporan keuangan pembukaan BPJS
Ketenagakerjaan dan laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan
ketenagakerjaan.
Sejak 1 Januari 2014 hingga selambat-lambatnya 30 Juni 2015, BPJS
Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan tiga program yang selama ini
diselenggarakan oleh PT Jamsostek, yaitu program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua dan jaminan kematian, termasuk menerima peserta baru.

Universitas Sumatera Utara

Penyelenggaraan ketiga program tersebut oleh BPJS Ketenagakerjaan masih
berpedoman pada ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 UU Nomor 3 Tahun
1992 tentang Jamsostek.
Selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan beroperasi
sesuai dengan ketentuan UU SJSN. Seluruh pasal UU Jamsostek dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program
jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan
kematian sesuai dengan ketentuan UU SJSN untuk seluruh pekerja kecuali
Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI dan POLRI.
Untuk pertama kali, Presiden mengangkat dewan komisaris dan direksi PT
jamsostek menjadi anggota dewan pengawas dan anggota direksi BPJS
ketenagakerjaan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun sejak BPJS
ketenagakerjaan mulai beroperasi.74 Ketentuan ini berpotensi menimbulkan
kekosongan pimpinan dan pengawas BPJS ketenagakerjaan di masa transisi,
mulai saat pembubaran PT Jamsostek pada 1 Januari 2014 hingga beroperasinya
BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Juli 2015.75

74
75

Pasal 63 UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Asih Eka Putri, Op.Cit., hlm. 247-249.

Universitas Sumatera Utara