Pelaksanaan Program Jaminan Pensiun pada PT. Perkebunan Sumatera Utara Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS

(1)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Sulastomo. Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.2008.

Purwoko. Bambang. Jaminan Sosial dan Sistem Penyelenggaraannya:

Pandangan & Gagasan. Jakarta: Meganet Dutatama Unggul.1999.

Setia Tunggal. Hadi. Tanya-Jawab SJSN & BPJS. Jakarta:Harvarindo.2015. Asyhadie. H.Zaeni. Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di

Indonesia. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.2013.

Eka Putri. Asih. Paham SJSN (Sistem jaminan Sosial Nasional). Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung. 2014.

---Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta:

Friedrich Ebert Stiftung.2014.

Hanitijo Soemitro. Ronny. Metodologi Penelitian Hukum dan Junimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1990.

Hartono. Sunaryati. Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20. Bandung: Alumni. 1994.

Singarimbun. Masri. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. 1989

Raper. Michael. Negara Tanpa Jaminan Sosial Tiga Pilar Jaminan Sosial di

Australia dan Indonesia. Jakarta: Trade Union Right Centre.2008.

Wahab. Zulaini. Dana pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di

Indonesia.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.2001.


(2)

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan

Sosial.

Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun.

C. Internet

http://possore.com/2014/11/27/akankah-program-dana-pensiun-untuk-kesejahterakan-pekerja-bisa-terealisasi/ ,(diakses tanggal 13 Oktober 2015).

http://www.djsn.go.id/djsn2/sjsn/program-sjsn/jaminan-pensiun , (diakses tanggal 12 November 2015).

https://www.scribd.com/doc/291519845/Buku-Reformasi-Sjsn-Ind,(diakses tanggal 12 maret 2016).

http://umemsindonesia.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-welfare-state.html, (diakses tanggal 12 Maret 2016).

http://www.hsbc.com.sg/1/PA_ES_Content_Mgmt/content/singapore/personal/w ealth-management/pillars/retirement/the-future-of-retirement.pdf , (diakses pada 1 maret 2016).


(3)

D. Jurnal

Rudy Hendra Pakpahan,SH,M.Hum dan Eka N.A.M.Sihombing,SH,M.Hum , Tanggung Jawab Negara Dalam Pelaksanaan Jaminan Sosial (Responsibility State in the Implementation of Sosial Security), naskah diterima 05/06/2012 dan disetujui 23/07/2012, Journal Legislasi Indonesia Vol.9 No.2 – Juli 2012.

Zaelani, Komitmen Pemerintah dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional, naskah diterima 16/07/2012 dan disetujui 23/07/2012, Journal Legislasi Indonesia Vol.9 No.2-Juli 2012.

Asih Eka Putri, Transformasi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial , naskah diterima 23/05/2012 dan disetujui 23/07/2012, Journal Legislasi Indonesia Vol. 9 No.2 – Juli 2012.

E. Sumber–Sumber lain

Perjanjian Kerja Bersama ( PKB) 2015-2017 antara Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara (BKS-PPS) dengan Pengurus Pusat Federasi Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ( PP.FSP.PP-SPSI).

Perubahan Regulasi Program BPJS Ketenagakerjaan, Update Juli 2015. Implementasi Jaminan Pensiun untuk Pekerja Indonesia, Update 3 Juli 2015.


(4)

BAB III

PENGATURAN HUKUM TENTANG JAMINAN PENSIUN SEBAGAI BAGIAN DARI JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

A. Tinjauan Umum Jaminan Pensiun

BPJS adalah badan hukum yang dibentuk dengan undang-undang untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.76 Badan penyelenggara jaminan sosial menurut UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial.77 BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan adalah badan hukum publik menurut UU BPJS.

Tiga kriteria di bawah ini digunakan untuk menentukan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial merupakan badan hukum publik, yaitu:

a. Cara pendiriannya atau terjadinya badan hukum itu, diadakan dengan konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (negara) dengan undang-undang;

b. lingkungan kerjanya, yaitu dalam melaksanakan tugasnya badan hukum tersebut pada umunya dengan publik dan bertindak dengan kedudukan yang sama dengan publik;

76 Pasal 1 angka 6 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 77 Penjelasan paragraf 11 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.


(5)

c. wewenangnya, badan hukum tersebut didirikan oleh penguasa Negara dan diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan, atau peraturan yang mengikat umum.

BPJS merupakan badan hukum publik karena memenuhi ketiga persyaratan tersebut di atas. Ketiga persyaratan tersebut tercantum dalam berbagai norma dalam UU BPJS, yaitu:

1) BPJS dibentuk dengan UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.78

2) BPJS berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu SJSN yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.79

3) BPJS diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum.80

4) BPJS bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.81

5) BPJS berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan social nasional.82

78

Pasal 5 UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 79

Pasal 2 UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

80 Pasal 48 ayat (3) UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 81 Pasal 10 huruf d UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 82


(6)

6) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bertindak mewakili Negara Republik Indonesia sebagai anggota organisasi atau lembaga internasional.83

7) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi oleh Presiden, setelah melalui proses seleksi publik.84

UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS membentuk dua badan yaitu BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.85 Namun, terbentuknya BPJS sebagai satu-satunya badan penyelenggara program jaminan sosial harus membuka diri terhadap pihak swasta seperti badan penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (BAPEL JPKM) yang bergerak dalam bidang pelayanan jaminan kesehatan untuk bersinergi dalam mewujudkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang sudah ada.

Pembentukan dan pengoperasian BPJS melalui serangkaian tahapan, yaitu: 1. Pengundangan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN pada 19 Oktober 2004; 2. pembacaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara No.007/PUU-III/2005

pada 31 Agustus 2005;

3. pengundangan UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS pada 25 November 2011;

4. pembubaran PT Askes dan PT Jamsostek pada 1 Januari 2014;

5. pengoperasian BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014;

83

Pasal 51 ayat (3) UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 84 Pasal 11 huruf f UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 85 Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.


(7)

BPJS kesehatan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.86 Pada 1 Januari 2014 pemerintah mengoperasikan BPJS kesehatan atas perintah UU BPJS.87 Sejak BPJS kesehatan beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional, terjadi pengalihan program-program pelayanan kesehatan perorangan kepada BPJS kesehatan. Mulai 1 Januari 2014 terjadi pengalihan program sebagai berikut:

a. Kementerian kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas);

b. kementerian pertahanan, tentara nasional Indonesia,dan kepolisian republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden;

c. PT Jamsostek (persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan pemelihara kesehatan.

BPJS ketenagakerjaan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.88

86

Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (1) UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

87 Pasal 60 ayat (1) UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 88 Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (2) UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.


(8)

Pada 1 Januari 2014, Pemerintah mengubah PT Jamsostek (Persero) menjadi BPJS ketenagakerjaan atas perintah UU BPJS.89Pada saat PT Jamsostek berubah menjadi BPJS ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014, terjadi serangkaian peristiwa sebagai berikut:

1) PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi.

2) Semua aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) dialihkan kepada BPJS Ketenagakerjaan.

3) Semua pegawai PT Jamsostek (Persero) menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan.

4) Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Jamsostek (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik. 5) Menteri keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka

BPJS jamsostek dan laporan posisi keuangan pembuka dana jaminan ketenagakerjaan.

6) BPJS ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua yang selama ini telah diselenggarakan oleh PT Jamsostek, termasuk menerima peserta baru sampai dengan 30 Juni 2015.

89 Pasal 62 ayat (1) dan (2) UU No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.


(9)

BPJS ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun sesuai dengan ketentuan UU SJSN bagi seluruh pekerja di Indonesia.90

1. Program jaminan kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja sebagai salah satu jenis risiko kerja, sangat mungkin terjadi dimana pun dan dalam bidang pekerjaan apa pun. Akibat dari kecelakaan kerja bermacam-macam,mulai dari luka ringan,luka parah, cacat sebagian, cacat fungsi, bahkan meninggal dunia. Memberikan rasa aman dalam melakukan pekerjaan merupan tanggung jawab pengusaha melalui pengalihan risiko kepada BPJS ketenagakerjaan dengan membayar iuran JKK bagi tenaga kerjanya yang jumlahnya berkisar antara 0,24% - 1,74% dari upah sebulan, sesuai kelompok risiko jenis usaha.

JKK merupakan jamainan yang memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat mulai berangkat bekerja sampai tiba kembali di rumah atau menderita penyakit yang berkaitan dengan pekerjaannya.

2. Program jaminan kematian

Jaminan kematian (JK) diperuntukkan bagi ahli waris tenaga kerja peserta BPJS ketenagakerjaan yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja. JK diperlukan untuk membantu meringankan beban keluarga dalam bentuk biaya pemakaman dan uang santunan. Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti:

90 Asih Eka Putri, Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Jakarta:Friedrich Ebert Stiftung,2014), hlm. 7-18.


(10)

a. Santunan kematian Rp14.200.000,- b. Biaya pemakaman Rp2.000.000,-

c. Santunan berkala Rp200.000,-/bulan (selama 24 bulan) atau dapat diambil sekaligus dimuka.

3. Program jaminan hari tua

Program JHT merupakan program penghimpunan dana yang ditujukan sebagai simpanan yang dapat dipergunakan oleh peserta,terutama jika penghasilan yang bersangkutan terhenti karena berbagai sebab, seperti meninggal dunia,cacat total tetap atau telah mencapai usia pensiun (55 tahun).

Manfaat JHT akan dibayarkan kepada peserta berdasarkan akumulasi dan hasil pengembangannya, jika peserta memenuhi salah satu persyaratan berikut:

a. Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia atau cacat total tetap. b. Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya lima

tahun dengan masa tunggu satu bulan.

c. Menjadi warga negara asing dengan pergi ke luar negeri dan tidak kembali atau menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)/TNI/POLRI.

4. Program jaminan pensiun

Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.

Manfaat pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap bulan kepada peserta yang memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau


(11)

kepada ahli waris bagi peserta yang meninggal dunia. Jaminan pensiun memiliki prinsip keseimbangan & kesinambungan seperti:

a. Affordability, dimana manfaat harus didesain agar mampu dibiayai oleh

perusahaan dan tenaga kerja.

b. Adequacy, dimana manfaat harus dapat menyediakan nilai minimum

pengganti penghasilan yang layak dan besarnya output (manfaat) seharusnya sesuai dengan besarnya input (besarnya iuran dan masa iuran). c. Sustainability, dimana memiliki ketahanan dana jangka panjang untuk

membiayai program (actuarial fund life/AFL) dalam rangka memastikan kestabilan ekonomi makro.

Jaminan pensiun berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib 91

, mempertahankan derajat kehidupan yang layak saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap92, yang mana Jaminan Pensiun diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti 93 dan berwujud uang tunai yang diberikan setiap bulan94, persyaratan menerima manfaat bulanan memiliki masa iur minimal 15 tahun 95, dan yang tidak memenuhi persayaratan mendapatkan seluruh akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya96.

91 Pasal 39 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 92

Pasal 39 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 93

Pasal 3 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

94 Pasal 41 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 95 Pasal 41 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 96


(12)

B. Syarat- syarat Penerimaan dan Pembayaran Jaminan Pensiun

Jaminan pensiun didesain untuk masyarakat yang sudah memasuki usia pensiun yaitu 56 tahun, iurannya sebesar 3% upah yang diperhitungkan dengan komposisi Pemberi Kerja sebesar 2% dan Pekerja sebesar 1%, dimana nilai manfaatnya minimum Rp.300.000,00 ( atau nominal tertentu) dan maksimal Rp.3.600.000,00 (atau nominal tertentu).

Jaminan Pensiun berskema manfaat pasti, berdasarkan UU No.40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional terbagi atas 2 yaitu:

1. Manfaat Berkala

a. Masa iuran program jaminan pensiun minimal selama 15 tahun. b. Manfaat minimum Rp300.000,00 (dapat ditinjau kembali). c. Manfaat maksimum Rp3.600.000,00 (dapat ditinjau kembali).

Formula manfaat = 1% x masa iur (dibagi 12 bulan) x rata-rata upah tertimbang formula manfaat bulanan (FMB) ialah perhitungan manfaat pensiun tahun pertama 1,00% x masa iuran (dalam bulan) /12 x rata-rata upah tertimbang x (faktor penyesuaian). Batas atas upah Rp7.000.000,00 dan dapat ditinjau kembali. Faktor penyesuaian MB sebesar 100% inflasi periode sebelumnya dan dapat ditinjau kembali ini digunakan untuk perhitungan manfaat pensiun setelah tahun pertama.

Manfaat berkala ini terdiri dari pensiun hari tua, pensiun cacat total tetap, pensiun janda/duda, pensiun anak, pensiun orang tua.


(13)

Masa iuran paling sedikt 15 tahun, dan hak peserta berakhir bila meninggal dunia.

2) Manfaat pensiun cacat (MPC)

Menderita cacat total tetap; membayar iuran dengan density rate 80% dan kejadian cacat minimal 1 bulan sejak menjadi peserta dan Hak pensiun berakhir bila meninggal atau bekerja kembali.

3) Manfaat pensiun janda atau duda (MPJD)

Membayar iuran dengan density rate 80% dan minimal 1 tahun kepesertaan, manfaat 50% x Formula, hak pensiun berakhir bila janda/duda meninggal atau menikah kembali.

4) Manfaat pensiun anak (MPA)

Peserta meninggal sebelum usia pensiun dan tidak mempunyai istri/suami, peserta meninggal setelah manfaat pensiun hari tua/manfaat pensiun cacat/dan tidak punya istri/suami, Janda atau duda peserta menikah lagi atau meninggal dunia, Manfaat 50% x Formula, dan hak pensiun berakhir saat mencapai usia 23 tahun, bekerja atau menikah.

5) Manfaat pensiun orang tua (MPOT)

Penerima orangtua dalam hal peserta meninggal dan tidak mempunyai istri/suami dan anak, Manfaat 20% x Formula, Manfaat Pensiun ortangtua berakhir pada saat ayah atau ibu penerima manfaat meninggal dunia.

6) Manfaat Sekaligus

Dalam manfaat sekaligus peserta memasuki usia pensiun dan tidak memenuhi masa iur minimum 15 tahun, meninggalkan Indonesia untuk


(14)

selama-lamanya dengan ketentuan memenuhi atau tidak memenuhi masa iur minimum 15 tahun.

Peserta mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia, bilamana Kejadian yang menyebabkan cacat total tetap terjadi setelah peserta terdaftar dalam Program Jaminan Pensiun kurang dari 1 (satu) bulan, Meninggal dunia dengan kepesertaan kurang dari 1 (satu) tahun, dan Pemberi Kerja serta peserta rutin membayar iuran dengan density rate kurang dari 80%.

Formula manfaat = Akumulasi iuran + Hasil Pengembangan

Prosedur pendaftaran baik pendaftaran untuk peserta eksisting maupun untuk pendaftaran untuk peserta baru. Pendaftaran untuk peserta eksisting, dimana pemberi kerja dapat langsung mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS ketenagakerjaan dengan mengisi formulir ; Rincian Iuran Tenaga Kerja (Formulir 2a PU BPJS ketenagakerjaan) ke kantor cabang ataupun sistem administrasi dependudukan. Dan untuk pendaftaran untuk peserta baru, calon peserta/peserta wajib mengisi formulir pendaftaran yaitu : pendaftaran badan usaha/asosiasi (Formulir 1 PU BPJS ketenagakerjaan), pendaftaran/perubahan data tenaga kerja (Formulir 1a PU BPJS ketenagakerjaan), rekapitulasi rincian pembayaran iuran (Formulir 2 PU BPJS ketenagakerjaan) dan rincian iuran tenaga kerja (Formulir 2a PU BPJS ketenagakerjaan) dengan di daftarkan ke kantor cabang, sistem administrasi kependudukan, ataupun kanal pelayanan.

Prosedur pengajuan jaminan pensiun dan pembayaran manfaat, BPJS ketenagakerjaan akan menyampaikan surat pemberitahuan usia pensiun paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum mencapai usia pensiun dengan melampirkan


(15)

formulir data peserta dan susunan keluarga yang di sampaikan melalui media elektronik dan kanal lain yang ditetapkan diberikan melalui alamat peserta yang terdaftar. Peserta wajib mengembalikan formulir pernyataan data peserta dan susunan keluarga ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan selambat-lambatnya 1 bulan sebelum memasuki usia pensiun. Peserta wajib pula melampirkan dokumen pendukung seperti kartu peserta BPJS ketenagakerjaan yang asli, fotocopy identitas diri peserta berupa kartu tanda penduduk (KTP) atau paspor, fotocopy kartu keluarga dan fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

C. Jaminan Pensiun dan Hubungan Dengan Karyawan Setelah Tidak Bekerja

Kesiapan pensiun adalah hal penting yang harus dimiliki karyawan demi keberlangsungan hidup di masa tua setelah pensiun. Pada kenyataanya setiap karyawan memiliki orientasi peran gender masing-masing dengan sifat atau karakteristik yang berbeda, sehingga kesiapan karyawan dalam menghadapi pensiun tentunya berbeda pula.

Berdasarkan survey kesiapan menghadapi pensiun, responden survey sekitar 1000 orang di Singapura terdapat:

1. 66% responden mengatakan membutuhkan 2/3 dari penghasilannya sekarang agar dapat hidup nyaman di masa pensiun. Kesulitan keuangan dan kesehatan yang buruk merupakan hal yang paling ditakuti di masa pensiun.


(16)

persiapan pensiun.

3. 38% responden mengatakan bahwa membeli rumah mempengaruhi kemampuan mereka menabung untuk persiapan pensiun.

4. 56% responden mengatakan tidak mempersiapkan dengan baik atau bahkan tidak mempersiapkan sama sekali kesejahteraan di masa pensiun.

5. 17 vs 9 berharap dapat membiayai hidup selama 17 tahun di masa pensiun akan tetapi pada saat baru mencapai 9 tahun, tabungan sudah habis.97

Dari data di atas responden Singapura mulai merencanakan kebutuhan pensiunnya setelah mereka berumur 34 tahun. Mereka masih berpikir untuk menyimpan uang buat liburan dan tidak sedikit pula yang sudah memikirkan untuk menyimpa uangnya buat masa depan setelah mereka pensiun.

Di Indonesia telah diberlakukannya program jaminan pensiun dari BPJS ketenagakerjaan. Mulai 1 Juli 2015 BPJS ketenagakerjaan beroperasi penuh dan ketentuan manfaat program pada UU No. 3 Tahun 1992 dinyatakan tidak berlaku lagi. Program jaminan pensiun memiliki dasar hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu PP No. 45 Tahun 2015.

Cakupan kepesertaan BPJS ketenagakerjaan dari pekerja umum (PNS/TNI/POLRI) dan (Pekerja BUMN dan swasta), bukan pekerja umum, dan tenaga kerja asing (Bekerja Minimum 6 Bulan).

Usia Pensiun yang ditetapkan pertama kali 56 Tahun dengan masa iur minimal 15 tahun. Iuran sebesar 3 % upah yang dihitungkan dengan komposisi Pemberi Kerja sebesar 2% dan Pekerja sebesar 1%. Dimana nilai Manfaat

97 http://www.hsbc.com.sg/1/PA_ES_Content_Mgmt/content/singapore/personal/wealth-management/pillars/retirement/the-future-of-retirement.pdf , (diakses pada 1 maret 2016 ).


(17)

minimum Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) dan maksimum Rp3.600.000,00 (tiga juta enam ratus ribu rupiah). Pemberian manfaat terbagi 3,yaitu:

a. Secara berkala, setelah mencapai masa iur minimal 180 bulan (15 tahun). b. Secara lumsump (sekaligus), apabila masa iur kurang dari 180 bulan

(akumulasi iuran + hasil pengembangan).

c. Peserta dengan masa iur kurang dari 180 bulan dapat menerima manfaat berkala apabila melanjutkan iuran sehingga mencukupi masa iur 180 bulan (15 tahun).


(18)

BAB IV

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA

A. Gambaran Umum Profil Perusahaan PT. Perkebunan Sumatera Utara PT. Perkebunan Sumatera Utara (persero) merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Sumatera Utara, didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.16 Tahun 1979 tentang Perusahaan Daerah Perkebunan Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Nomor Pem 10/64/28-595 tanggal 29 September 1979 dan diundangkan dalam lembaran daerah provinsi daerah tingkat I sumatera utara Nomor 12 Seri D Nomor 117 Tahun 1979 dan diatur kembali peraturan pendiriannya dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 24 Tahun 1985 tentang Perusahaan Daerah Perkebunan Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Nomor 539.22-1434 tanggal 16 Oktober 1985 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 29 Seri D No.25 Tahun 1985,dirubah bentuk Badan Hukumnya dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan diundangkan dalam lembaran daerah provinsi sumatera utara tanggal 29 Januari 1986.

Dalam rangka mengantisipasi era globalisasi dan perdagangan bebas serta turut membantu pemerintah dalam menggerakan ekonomi kerakyatan, dipandang


(19)

perlu meningkatakan peran dan fungsi perusahaan daerah perkebunan sumatera utara sehingga mampu menarik minat investor baru untuk turut serta dalam penyertaan modal, dan berdasarkan pertimbangan tersebut, perusahaan daerah perkebunan sumatera utara merubah bentuk badan hukumnya menjadi perseroan terbatas (PT) dengan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2004 sesuai akte pendirian perseroan terbatas (PT) No. 98 yang dibuat di hadapan Notaris Alina Hanum tanggal 29 Agustus 2005. Struktur pemodalan perusahaan sesuai akte pendirian adalah 99% saham yang dimiliki provinsi sumatera utara dan 1% dimiliki oleh koperasi karyawan perkebunan kantor Medan.

Tujuan utama dari perusahaan perkebunan sebagaimana visi perusahaan adalah menjadi salah satu perusahaan perkebunan terbaik dan menjadi andalan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian sumatera utara. Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya perusahaan mengelola 2 (dua) komoditi utama, yaitu tanaman kelapa sawit dan karet. Sedangkan produksi utama yang dihasilkan adalah :

1. Crude palm oil (CPO).

2. Inti Kernel Kelapa Sawit (IKS).

3. Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit.

4. Karet dalam bentuk RSS dan Lumps.

PT. Perkebunan Sumatera Utara memiliki 6 (enam) unit kebun yang terdiri dari:

1. Kebun Tanjung Kasau lokasi Kabupaten Batu Bara, luas areal 2,589.71 hektar.


(20)

2. Kebun Sei Kari lokasi Kabupaten Serdang Bedagai, luas areal 470.50 hektar. 3. Kebun Simpang Gambir lokasi Mandailing Natal, luas areal 1,582.42 hektar. 4. Kebun Patiluban lokasi Kabupaten Mandailing Natal, luas areal 1,833.90

hektar.

5. Kebun Simpang Koje lokasi Kabupaten Mandailing Natal, luas areal 5,400.02 hektar.

6. Kebun Kampung Baru lokasi Kabupaten Mandailing Natal, luas areal 2,400 hektar.

Dari 6 (enam) kebun tersebut jumlah keseluruhan karyawannya 1516 jiwa, terdiri dari, kebun tanjung kasau berjumlah 636 jiwa, kebun sei kari berjumlah 112 jiwa, kebun simpang gambir berjumlah 289 jiwa, kebun patiluban berjumlah 236 jiwa, kebun simpang koje berjumlah 206 jiwa, kebun kampung baru berjumlah 37 jiwa, dan juga jumlah pegawai kantor direksi Medan berjumlah 148 jiwa.

Berdasarkan amanah undang-undang menyatakan setiap orang berhak atas jaminan sosial yang bertujuan memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak.98 Sistem pensiun di PT. Perkebunan Sumatera Utara, yakni sistem pensiun tebas dan sistem pensiun bulanan. Dalam praktek yang dijalankan perusahaan selama ini, karyawan merupakan pihak yang berhak menentukan sistem pensiun yang mereka inginkan sehingga perusahaan tidak dapat memperkirakan dana yang harus dikeluarkan setiap tahunnya.

98

Pasal 28 H ayat (3) UUD RI 1945 dan Pasal 3 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.


(21)

Undang-undang juga menyatakan bahwa pemberi kerja wajib mendaftarkan seluruh pekerjanya sebagai peserta jaminan pensiun kepada BPJS ketenagakerjaan.99 PT. Perkebunan Sumatera Utara telah mendaftarkan seluruh karyawannya yang berjumlah 1664 jiwa dalam program wajib BPJS, pada januari 2016. PT. Perkebunan Sumatera Utara telah mengikuti program dari JKK, JHT dan JKM dengan tarif sebagai berikut:

a. JKK (0,54%) x Jumlah Upah = ditanggung perusahaan.

b. JHT (5,7%) x Jumlah Upah = 3,7% ditanggung perusahaan, 2% ditanggung pekerja.

c. JKM (0,30%) x Jumlah Upah = ditanggung perusahaan.

d. Sedangkan jaminan pensiun 2% dari pemberi kerja dan 1% dari pekerja.

B. Bentuk Umum Pelaksanaan Program Pensiun terhadap Pekerja

PT. Perkebunan Sumatera Utara menggunakan perjanjian kerja bersama (PKB) 2015-2017. Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan antara Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS) dengan Pengurus Pusat Federasi Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ( PP.FSP.PP-SPSI).

Menurut kamus Bahasa Indonesia uang atau dana pensiun disebut juga manfaat pensiun. Untuk dana pensiunan dengan sistem tebas dan sistem bulanan tersebut jumlahnya diperoleh dari berbagai faktor,seperti: penghargaan, masa kerja, gaji pokok atau penghasilan dasar dan tunjangan beras.

99


(22)

Perusahaan memberikan penghargaan kepada pensiunan dan hadiah uang kepada Pekerja yang telah mempunyai masa kerja terus-menerus tanpa terputus di Perusahaan yang sama. Pemberian hadiah tersebut adalah masa kerja 25 tahun diberikan minimal 2 (dua) bulan upah. Setiap penambahan masa kerja 5 (lima) tahun diberikan 1 (satu) bulan upah. Dan tunjangan beras di dapat dengan harga rata-rata nilai catu beras untuk bulan februari 2016, sebesar Rp9.000,-/Kg (Sembilan rupiah per kilogram), yaitu harga rata-rata dari harga pembelian perusahaan-perusahaan perkebunan Anggota BKS-PPS ( Badan Kerja Sama- Perusahaan Perkebunan Sumatera).

Pengusaha menyelenggarakan program pensiun bagi pekerja menurut ketentuan UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun beserta peraturan pelaksananya. Perusahaan yang telah menyelenggarakan program dana pensiun atau telah menyelenggarakan program pensiun berdasarkan Kesepakatan Bersama dengan Serikat Pekerja di perusahaan yang bersangkutan, tidak diwajibkan lagi melaksanakan ketentuan Jaminan Hari Tua menurut perjanjian kerja bersama tersebut.100

Yang digunakan sebagai dasar pensiun dan pensiun cacat ialah jumlah rata-rata dari nilai catu beras bagi pekerja sendiri dalam satu bulan selama dua belas bulan terakhir dari masa kerjanya ditambah upah uang pekerja sendiri bulan terakhir dari masa kerjanya. Nilai catu beras bagi pekerja dihitung, berdasarkan Surat Edaran BKS-PPS (Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera).

Besarnya pensiun dan pensiun cacat:

100 Pasal XVI tentang Jaminan Hari Tua pada Perjanjian Kerja Bersama (PKB) berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 antara Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara (BKS-PPS)


(23)

1. Besarnya Pensiun dan Pensiun Cacat sebulan sebagai berikut:

a. Bagi yang sudah mempunyai masa kerja 30 tahun sebesar 60% dari dasar pensiun dan pensiun cacat.

b. Bagi masa kerja kurang dari 30 tahun maka 60% tersebut dikurangi dengan 1 ¼ % buat tiap-tiap tahun masa kerja, hingga mencapai minimum 30%.

c. Bagi masa kerja lebih dari 30 tahun maka 60% tersebut ditambah dengan 1 ½ % buat tiap-tiap tahun masa kerja, hingga mencapai maksimum 70%. 2. Besarnya uang pensiun atau pensiun cacat dibayar dengan perhitungan rupiah

bulat, pecahan rupiah dibulatkan keatas menjadi satu rupiah. 3. Tunjangan Janda besarnya 50% dari:

a. Uang pensiun suaminya yang sewaktu meninggal adalah seorang pensiunan.

b. Uang pensiun suaminya yang sewaktu meninggal adalah seorang pekerja dan telah mempunyai hak pensiun.

c. Uang pensiun cacat dari suaminya yang sewaktu meninggal adalah seorang pensiunan cacat.

d. Uang pensiun cacat yang diterima suaminya jika suami tersebut pada waktu meninggal mempunyai hak pensiun cacat.

Awal dan akhir dari hak pensiun atau pensiun cacat, hak atas pensiun atau pensiun cacat mulai berlaku sejak ditetapkannya hak pensiun atau pensiun cacat, dan hak atas pensiun atau pensiun cacat berakhir jika seorang pensiunan


(24)

meninggal, pada akhir bulan meninggalnya. Dan jika seorang pensiunan dipekerjakan kembali, pada hari sebelum ia dipekerjakan kembali.

Awal dan akhir dari hak atas tunjangan janda, tunjangan janda mulai berlaku pada keesokan harinya pembayaran upah uang pensiun atau uang pensiun cacat kepada suami yang meninggal dihentikan, dan tunjangan janda berakhir pada akhir bulan janda itu menikah lagi atau meninggal. Jika ia menikah lagi maka kepada janda itu diberikan pembayaran sekaligus sebesar 5 (lima) bulan tunjangan.

Pembayaran pensiun, pensiun cacat dan tunjangan janda dapat dibayar pada akhir tiap bulan yakni untuk pertama kali pada akhir bulan mulai berlaku hak bersangkutan. Baik pensiun, pensiun cacat maupun tunjangan janda akan dibiayai seluruhnya oleh pengusaha sehingga untuk keperluan tersebut, dari pekerja tidak ditagih pembayaran iuran apapun.

Disamping itu uang pensiun/tunjangan janda, pengusaha memberikan bantuan beras sejumlah 8 Kg per jiwa dengan maksimum 16 Kg setiap bulan. Dalam hal bantuan pengobatan rawat jalan kepada pensiunan bulanan dan isterinya serta penerima tunjangan janda ditanggung Perusahaan. Khusus bagi pensiunan, isteri dan penerima tunjangan janda yang sakit dan oleh dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan dinyatakan perlu mendapat rawat inap (opname) di rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan, maka biaya rawat inap (opname) tersebut ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan.

Ketentuan umum hak atas pensiun, pensiun cacat dan tunjangan janda tidak dapat diserahkan kepada orang lain, yang dinyatakan dapat dibayar menjadi


(25)

batal apabila pembayaran tersebut tidak di ambil oleh yang bersangkutan selama 2 (dua) tahun, dan apabila terdapat kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja dimana Pekerja menginginkan untuk dibayarkan secara sekaligus (pensiun tebas) pensiun, pensiun cacat atau tunjangan jandanya maka pengusaha membayarkannya sebesar 60 (enam puluh) bulan dari besarnya pensiun, pensiun cacat dan tunjangan janda.

Ketentuan-ketentuan tersebut diatas tidak akan mengurangi ketentuan-ketentuan yang telah berlaku di kebun-kebun setempat, yang nilainya lebih tinggi dari perjanjian kerja bersama tersebut.101 Sesuai dengan peraturan perusahaan perhitungan dana pensiun sistem bulanan itu sendiri diperoleh dari faktor-faktor tunjangan Catu dan gaji pokok, yang dapat dituliskan sebagai berikut:

Pensiun/bulan = [(Gaji Pokok + Nilai Catu) x 60%]

Sementara itu untuk penghargaan dan tunjangan kesehatan yang biasanya dinyatakan dalam persentase diberikan kepada karyawan sekaligus pada saat menerima pensiun bulan pertama karena yang sifatnya hanya satu kali. Sementara itu, jika karyawan yang menerima pensiun bulanan telah meninggal, makan janda yang ditinggalkan juga berhak menerima dana pensiun janda.

Sesuai dengan peraturan Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS) di PT.Perkebunan Sumatera Utara besar dana yang diterima pensiunan janda terdiri dari:

a. 50% dari gaji pokok yang diterima karyawan pensiunan karyawan.

101


(26)

b. 50% dari jumlah tunjangan catu yang diterima pensiun karyawan (8Kg).

c. Tunjangan kesehatan 100%. d. Persentase biaya pensiunan 50%.

Dengan menggunakan empat kriteria diatas maka jumlah dana pensiun janda sistem bulanan dapat dituliskan sebagai berikut:

Pensiun janda/bulan = [(Gaji Pokok+ Nilai Catu) x 60%)) x 50%]

Demikian halnya untuk dana pensiun sistem tebas juga menggunakan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor penghargaan per tahun masa kerja yang dinyatakan dalam decimal.

b. Masa Kerja.

c. Penghasilan dasar pensiun bulanan terakhir atau rata-rata penghasilan dasar pensiun selama beberapa bulan terakhir (PhDp).

Dalam manfaat pensiun yang dihitung dengan rumus sekaligus, besar faktor penghargaan tidak boleh melebihi 2,5% dan manfaat pensiun perbulan tidak boleh melebihi 80% dari penghasilan dasar pensiun. Hal ini dikuatkan dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima yang tertunda, terdiri atas:


(27)

2) Segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada pekerja/buruh dan keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu yang diberikan kepada pekerja/buruh secara cuma-cuma, yang apabila catu harus dibayar pekerja/buruh dengan subsidi, maka sebagai upah dianggap selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh pekerja/buruh. b. Dalam hal penghasilan pekerja/buruh dibayarkan atas dasar

perhitungan harian, maka penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali penghasilan sehari.

c. Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, potongan/borongan atau komisi, maka penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan rata-rata per hari selama 12 (dua belas) bulan terakhir, denga ketentuan tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum provinsi atau kabupaten/kota.

d. Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaaan cuaca dan upahnya didasarkan pada upah borongan, maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12 (dua belas) bulan terakhir.

C. Pelaksanaan Pembayaran Jaminan Pensiun terhadap Karyawan PT. Perkebunan Sumatera Utara

Tenaga Kerja yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Sumatera Utara berjumlah 1664 jiwa. Kebun Tanjung Kasau memiliki 636 Tenaga Kerja, Kebun Sei Kari memiliki 112 Tenaga Kerja, Kebun Simpang Gambir memiliki 289


(28)

Tenaga Kerja, Kebun Patiluban memiliki 236 Tenaga Kerja, Kebun Simpang Koje memiliki 206 Tenaga Kerja, Kebun Kampung Baru memiliki 37 Tenaga Kerja, dan Kantor Direksi Medan memiliki 148 Pegawai.

Tarif jaminan pensiun sebesar 3% dengan komposisi: Pemberi kerja 2%, pekerja 1%

Dengan batas atas upah Rp.7.000.000,-

1. Contoh perhitungan iuran Jaminan Pensiun karyawan kebun Tanjung Kasau Bapak Budiman dengan Gaji Rp.2.020.140,-

Iuran Pemberi Kerja/Perusahaan = 2% x Rp.2.020.140 = Rp.40.403 Iuran Pekerja = 1% x Rp.2.020.140 = Rp.20.201 Total Iuran Jaminan Pensiun = Rp.60.604,-

2. Contoh perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Pegawai Kantor Direksi Medan, Bapak Rudi dengan Gaji Rp.10.000.000,-

Iuran Pemberi Kerja/Perusahaan = 2% x Rp.7.000.000 = Rp.140.000 Iuran Pekerja = 1% x Rp.7.000.000 = Rp.70.000 Total Iuran Jaminan Pensiun = Rp.210.000,-

Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun PT. Perkebunan Sumatera Utara Tabel 1

Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Pegawai Kantor Direksi Medan Medan

Jumlah Pekerja

Total Upah Perusahaan 2%

Pekerja 1% Total Iuran

148 695.480.287 13.909.606 6.954.803 20.864.409 Sumber : PT.Perkebunan Sumatera Utara,2016


(29)

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa pekerja di kantor direksi medan yang berjumlah 148 jiwa dengan total upah Rp.695.480.287,-. Untuk membayar iuran jaminan pensiun tersebut perusahaan membayar sebesar 2% dari total upah yaitu Rp.13.909.606,- dan pekerja di ambil dari gajinya 1%, maka iuran pekerja dari total upah sebesar Rp.6.954.803,-. Dengan demikian, total iuran jaminan pensiun yang dibayar perbulan di kantor direksi medan sebesar Rp.20.864.409,-

Tabel 2

Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun Tanjung Kasau Kebun Tanjung Kasau

Jumlah Pekerja

Total Upah Perusahaan 2% Pekerja 1% Total Iuran 636 1.477.918.492 29.558.370 14.779.185 44.337.555 Sumber : PT.Perkebunan Sumatera Utara,2016

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa pekerja di kebun tanjung kasau yang berjumlah 636 jiwa dengan total upah Rp.1.477.918.492,-. Untuk membayar iuran jaminan pensiun tersebut perusahaan membayar sebesar 2% dari total upah yaitu Rp.29.558.370,- dan pekerja di ambil dari gajinya 1%, maka iuran pekerja dari total upah sebesar Rp.14.779.185,-. Dengan demikian, total iuran jaminan pensiun yang dibayar perbulan di kebun tanjung kasau sebesar Rp.44,337.555,-.


(30)

Tabel 3

Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun Sei Kari Kebun Sei Kari

Jumlah Pekerja

Total Upah Perusahaan 2% Pekerja 1% Total Iuran 112 259.896.581 5.197.932 2.598.966 7.796.897 Sumber : PT.Perkebunan Sumatera Utara,2016

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa pekerja di kebun sei kari yang berjumlah 112 jiwa dengan total upah Rp.259.896.581,-. Untuk membayar iuran jaminan pensiun tersebut perusahaan membayar sebesar 2% dari total upah yaitu Rp.5.197.932,- dan pekerja di ambil dari gajinya 1%, maka iuran pekerja dari total upah sebesar Rp.2.598.966,-. Dengan demikian, total iuran jaminan pensiun yang dibayar perbulan di kebun sei kari sebesar Rp.7.796.897,-.

Tabel 4

Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun Simpang Gambir Kebun Simpang Gambir

Jumlah Pekerja

Total Upah Perusahaan 2% Pekerja 1% Total Iuran 289 676.594.534 13.531.891 6.765.945 20.297.836 Sumber : PT.Perkebunan Sumatera Utara,2016

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa pekerja di kebun simpang gambir yang berjumlah 289 jiwa dengan total upah Rp.676.594.534,-. Untuk membayar iuran jaminan pensiun tersebut perusahaan membayar sebesar 2% dari total upah yaitu Rp.13.531.891,- dan pekerja di ambil dari gajinya 1%, maka iuran pekerja dari total upah sebesar Rp.6.765.945,-. Dengan demikian,


(31)

total iuran jaminan pensiun yang dibayar perbulan di kebun simpang gambir sebesar Rp.20.297.836,-.

Tabel 5

Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun Patiluban Kebun Patiluban

Jumlah Pekerja

Total Upah Perusahaan 2% Pekerja 1% Total Iuran 236 549.267.888 10.985.358 5.492.679 16.478.037 Sumber : PT.Perkebunan Sumatera Utara,2016

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa pekerja di kebun patiluban yang berjumlah 236 jiwa dengan total upah Rp.549.267.888,-. Untuk membayar iuran jaminan pensiun tersebut perusahaan membayar sebesar 2% dari total upah yaitu Rp.10.985.358,- dan pekerja di ambil dari gajinya 1%, maka iuran pekerja dari total upah sebesar Rp.5.492.679,-. Dengan demikian, total iuran jaminan pensiun yang dibayar perbulan di kebun patiluban sebesar Rp.20.864.409,-.

Tabel 6

Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun Simpang Koje Kebun Simpang Koje

Jumlah Pekerja

Total Upah Perusahaan 2% Pekerja 1% Total Iuran 206 477.322.668 9.546.453 4.773.227 14.319.680 Sumber : PT.Perkebunan Sumatera Utara,2016

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa pekerja di kebun simpang koje yang berjumlah 206 jiwa dengan total upah Rp.477.322.668,-. Untuk membayar iuran jaminan pensiun tersebut perusahaan membayar sebesar


(32)

2% dari total upah yaitu Rp.9.546.453,- dan pekerja di ambil dari gajinya 1%, maka iuran pekerja dari total upah sebesar Rp.4.773.227,-. Dengan demikian, total iuran jaminan pensiun yang dibayar perbulan di kebun simpang koje sebesar Rp.14.319.680,-.

Tabel 7

Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun Kampung Baru Kebun Kampung Baru

Jumlah Pekerja

Total Upah Perusahaan 2% Pekerja 1% Total Iuran 37 85.825.287 1.716.506 858.253 2.574.759 Sumber : PT.Perkebunan Sumatera Utara,2016

Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa pekerja di kebun kampung baru yang berjumlah 37 jiwa dengan total upah Rp.85.825.287,-. Untuk membayar iuran jaminan pensiun tersebut perusahaan membayar sebesar 2% dari total upah yaitu Rp.1.716.506,- dan pekerja di ambil dari gajinya 1%, maka iuran pekerja dari total upah sebesar Rp.858.253,-. Dengan demikian, total iuran jaminan pensiun yang dibayar perbulan di kantor direksi medan sebesar Rp.2.574.759,-.

Tabel 8

Tabel Perhitungan Rekapitulasi Iuran Jaminan Pensiun Karyawan seluruhnya Rekapitulasi Iuran Karyawan Seluruhnya

Jumlah Pekerja

Total Upah Perusahaan 2% Pekerja 1%

Total Iuran 1669 4.308.677.962 84.446.115 42.223.057 126.669.172


(33)

Dari tabel di atas dapat dikesimpulan, bahwa karyawan di PT.Perkebunan Sumatera Utara yang berjumlah 1664 jiwa dengan total upah Rp4.222.305.737 ,-. Iuran jaminan pensiun tersebut perusahaan membayar sebesar 2% dari total upah yaitu Rp84,446,115,- dan pekerja di ambil dari gajinya 1%, maka iuran pekerja dari total upah sebesar Rp42,223,057,-. Dengan demikian, total iuran jaminan pensiun yang dibayar perbulan oleh PT.Perkebunan Sumatera sebesar Rp126,669,172,-.

D. Masalah yang timbul di Perusahaan setelah diberlakukannya Program Jaminan Pensiun

Selama ini PT. Perkebunan Sumatera Utara menggunakan sistem pensiun bulanan maupun sistem pensiun tebas. Dapat dilihat perbedaan hak-hak Pensiun Karyawan baik itu sistem tebas dan sistem bulanan.

Tabel 9

Perbedaan Hak-hak Pensiun Karyawan Sistem Tebas dan Sistem Bulanan No. Keterangan Sistem Pensiun Tebas Sistem Pensiun

Bulanan

1 Uang Pensiun Diterima diawal Diterima Bulanan

2 Tunjangan Beras Tidak Diterima Diterima Bulanan 3 Pensiun Karyawan

Meninggal Dunia

Tidak diteruskan jandanya

Diteruskan jandanya

4 THR Tidak diberikan Diberikan

5 Perawatan Kesehatan Tidak diberikan Diberikan Sumber : PT.Perkebunan Sumatera Utara,2016


(34)

Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada sistem pensiun tebas, perusahaan akan mengeluarkan uang pensiun yang lebih besar pada saat bulan pertama karyawan tersebut pensiun dibandingkan dengan sistem bulanan yang akan diberikan secara periodik.

2. Karyawan yang memilih sistem pensiun tebas otomatis tidak memperoleh uang pensiun bulanan, kecuali karyawan tersebut memilih sistem pensiun bulanan.

3. Bagi karyawan yang memilih sistem pensiun bulanan setiap bulannya akan memperoleh tunjangan beras sebesar 8 kg per jiwa dengan maksimal 16 kg per bulan, bagi yang memilih sistem pensiun tebas tentunya tidak mendapatkannya.

4. Jika karyawan yang pensiun meninggal dunia, pada sistem pensiun bulanan dapat diteruskan oleh jandanya dengan besar tunjangan janda sebesar 50% dari uang pensiun suaminya sewaktu meninggal, sedangkan pada sistem pensiun tebas tidak dapat dilanjutkan.

5. Tunjangan hari raya juga diberikan bagi karyawan yang memilih sistem pensiun bulanan.

6. Bantuan pengobatan rawat jalan pada pensiunan bulanan dan istrinya serta penerima tunjangan janda ditanggung perusahaan. Khusus bagi pensiunan bulanan dan Istri dan penerima tunjangan janda yang sakit dan oleh dokter perusahaan dinyatakan perlu mendapatkan rawat inap (opname) di rumah sakit yang ditunjuk perusahaan, maka biaya rawat inap ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan.


(35)

Dari uraian di atas, mengenai perbedaan system pensiun tebas dan bulanan dapat disimpulkan bahwa PT.Perkebunan Sumatera Utara akan terus berhubungan dengan karyawan yang pensiun dengan system bulanan. Berbeda jika karyawan memilih system pensiun tebas, perusahaan hanya dikenakan kewajiban uang pensiun yang diberikan pada masa awal pensiun.

Mulai 1 Juli 2015, BPJS ketenagakerjaan beroperasi penuh dan ketentuan manfaat program pada UU No. 3 Tahun 1992 dinyatakan tidak berlaku lagi. BPJS ketenagakerjaan menyelenggarakan beberapa program, salah satunya adalah program jaminan pensiun.

BPJS ketenagakerjaan bersifat wajib, sedangkan dana pensiun pemberi kerja bersifat sukarela. Tidak ada yang tumpang tindih antara pemberian sistem pensiun tersebut. Hanya saja menjadi beban lebih terhadap perusahaan. Karena di satu sisi perusahaan sudah menggunakan sistem pensiun yang dapat di pilih oleh karyawannya baik itu system pensiun bulanan ataupun sistem pensiun tebas. Dengan cara seperti terlihat dengan jelas keuntungan terhadap sistem pensiun bulanan. Belum halnya dengan berlakunya program pensiun yang di keluarkan oleh BPJS yang mengharuskan perusahaan membayar iuran sebagai pemberi kerja sebesar 2% dan pekerja diharuskan membayar iuran sebesar 1%. PT.Perkebunan Sumatera Utara dibebankan dengan membayar sebesar Rp.126.669.172,- setiap bulannya kepada BPJS. Oleh sebab itu, masalah yang ditimbulkan ialah bertambahnya beban perusahaan terhadap anggaran pensiun PT. Perkebunan Sumatera Utara.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai pelaksanaan program jaminan pensiun pada PT. Perkebunan Sumatera Utara berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting, yakni sebagai berikut:

1. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah program negara yang bertujuan untuk memberi perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. SJSN yang tertuang dalam Pasal 4 UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN diselenggarakan pada beberapa prinsip, yaitu prinsip kegotong-royongan, prinsip nirlaba, prinsip keterbukaan, prinsip kehati-hatian, prinsip akuntabilitas, prinsip portabilitas, prinsip kepesertaan, prinsip dana amanat, dan prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial nasional. UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN menyelenggarakan 5 program jaminan sosial, yaitu: jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

2. Pelaksanaan jaminan pensiun berdasarkan PP No. 45 tahun 2015 tentang penyelenggaran program jaminan pensiun. Dimana usia pensiun yang ditetapkan pertama kali 56 Tahun. Terdapat 2 (dua) manfaat pasti yaitu manfaat berkala apabila memenuhi persyaratan minimal masa iuran 15 tahun dibayarkan secara berkala. Dan apabila masa iuran kurang dari 15 tahun maka


(37)

dibayarkan sekaligus. Jenis manfaat pensiun terdiri dari 5 (lima) yaitu,

manfaat pensiun hari tua adalah hak peserta berakhir bila meninggal dunia, manfaat pensiun cacat adalah hak pensiun berakhir bila meninggal atau bekerja kembali, manfaat pensiun janda atau duda adalah hak pensiun berakhir bila janda/duda meninggal atau menikah kembali, manfaat pensiun anak adalah hak pensiun berakhir saat mencapai usia 23 tahun baik itu bekerja atau menikah, manfaat pensiun orang tua adalah manfaat pensiun berakhir pada saat ayah atau ibu penerima manfaat meninggal dunia.

3. PT. Perkebunan Sumatera Utara telah melaksanakan program wajib pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2015 tentang program jaminan pensiun. PT.Perkebunan Sumatera Utara telah mendaftarkan seluruh karyawannya berjumlah 1664 jiwa pada januari 2016 . Dengan membayar iuran sebesar 3 % upah yang dihitungkan dengan komposisi pemberi kerja sebesar 2 % dan pekerja sebesar 1 %, batasan tertinggi upah sebesar Rp.7.000.000,00 (tujuh juta rupiah) yang harus dibayarkan tiap bulannya . Dimana nilai manfaat minimum Rp.300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) dan maksimum Rp.3.600.000,00 ( tiga juta enam ratus ribu rupiah) yang akan di dapat setelah mencapai usia pensiun pertama sekali 56 tahun.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan terkait pelaksanaan program jaminan pensiun pada PT. Perkebunan Sumatera Utara berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, antara lain:


(38)

1. PT. Perkebunan Sumatera Utara telah mengikutsertakan para pekerjanya dalam program wajib pemerintah yaitu program jaminan pensiun dari BPJS. Dimana pula perusahaan juga mengeluarkan pesangon bagi para pekerja yang pensiun baik itu didapat perbulan seumur ataupun sekaligus. Maka untuk itu perusahaan dapat mengkaji yang mana yang lebih baik agar tidak terjadi

double cost (biaya ganda).

2. Sebelum berlakunya UU BPJS, pekerja tidak ditanggungkan iurannya tetapi setelah berlakunya UU BPJS pekerja di wajibkan membayar iuran 1% dari gajinya tiap bulan. Program wajib pemerintah ini apabila tidak mengikutsertakan dirinya akan dikenakan sanksi administrasi ataupun denda dimana dalam hal ini sedikit menghilangkan makna martabat manusia.


(39)

BAB II

PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Jaminan Sosial (Social Security)

Sistem jaminan sosial suatu negara sangat penting. Pertama, kewajiban Negara (state obligation) untuk memberikan jaminan pada setiap warga untuk memperoleh akses yang baik terhadap berbagai kebutuhan dasar manusia (terutama makanan, kesehatan, tempat tinggal, dan pendidikan). Kedua, jaminan sosial berbicara tentang proteksi negara bagi warga terhadap kondisi-kondisi yang potensial mendegradasi harkat dan martabat manusia, seperti kemiskinan, usia lanjut, cacat, dan pengangguran.34

Di Indonesia telah lama beroperasi program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial yaitu PT Jamsostek, PT Askes, PT Taspen, PT Asabri Bapel JPKM dan berbagai program-program jaminan sosial mikro, tetapi cakupannya masih relatif rendah dan terbatas pada pekerja sektor formal. Badan-badan penyelenggara tersebut beroperasi secara parsial masing-masing belandaskan Undang-undang atau peraturan-peraturan yang terpisah, tumpang tindih, tidak konsisten, dan kurang tegas. Sementara itu, diketahui bahwa manfaat yang diterima peserta masih terbatas sehingga peserta tidak terlindungi sevara optimal. Pengelolaan lembaga

34

Michael Raper, Negara Tanpa Jaminan Sosial Tiga Pilar Jaminan Sosial di Australia dan Indonesia (Jakarta: Trade Union Right Centre,2008), hlm. 1.


(40)

dianggap belum transparan dan dengan manajemen yang profesionalitasnya masih perlu ditingkatkan.

Menyadari kekurangan-kekurangan di atas, pemerintah merasa perlu memiliki undang-undang yang berlaku nasional dan mampu menyempurnakan undang-undang dan peraturan yang mengatur baik substansi, kelembagaan maupun mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial, undang-undang tersebut disusun berlandaskan konsep jaminan sosial nasional yang sahih dan integral sehingga dapat menjadi payung yang memberikan arahan dalam penyelenggaraan jaminan sosial.

Atas dasar itulah maka pada tanggal 19 Oktober 2004 Pemerintah mengesahkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Reformasi sistem jaminan sosial di Indonesia telah dimulai dengan pengesahan UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN pada tanggal 19 Oktober 2004. Undang-undang SJSN akan menyelaraskan penyelenggaraan yang ada sekarang sehingga lebih menjamin terselenggaranya keadilan sosial. 35

Sistem jaminan sosial nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara. SJSN pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk mengharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya

35 https://www.scribd.com/doc/291519845/Buku-Reformasi-Sjsn-Ind, (diakses tanggal 12 maret 2016).


(41)

pendapatan karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun.

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Kebutuhan dasar hidup yang layak yang dimaksud oleh Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah kebutuha esensial setiap orang agar dapat hidup layak demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyar Indonesia.

Jaminan Sosial diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi sosial yaitu suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.

Sistem jaminan sosial nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Asas manfaat merupakan asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif. Asas keadilan merupakan asas yang bersifat ideal. Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan program dan hak peserta.

Sistem jaminan sosial bertujuan untuk melaksanakan amanat Pasal 28 H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) Amandemen UUD 1945, yang dituangkan dalam UU SJSN yang mengatur substansi berupa cakupan kepesertaan, besarnya iuran dan manfaat, mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial, dan kelembagaan sistem jaminan sosial yang berlaku nasional guna memberikan jaminan


(42)

terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

Sistem jaminan sosial dirancang untuk mampu mensinkronisasikan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh peserta. Program jaminan sosial diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi sosial,bantuan sosial, dan atau tabungan wajib yng bertujuan untuk menyediakan jaminan sosial bagi seluruh penduduk, guna memenuhi kebutuhan dasar yang layak.36

B. Jenis Jaminan Sosial dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di Indonesia

SJSN adalah program negara yang bertujuan untuk memberi perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.37

SJSN seperti yang tertuang dalam Pasal 4 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsip-prinsip:

36 Ibid.

37


(43)

1. Prinsip kegotong-royongan, prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat, peserta yang beresiko rendah membantu yang beresiko tinggi dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotongroyongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Prinsip nirlaba, bahwa pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan bagi badan penyelenggara jaminan sosial adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.

3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas, prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan dari hasil pengembangan.

4. Prinsip kehati-hatian, pengelolaan dana secara cermat,teliti,aman dan tertib. 5. Prinsip akuntabilitas, pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang

akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Prinsip portabilitas, bahwa jaminan sosial yang dimaksud untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau temapat tinggal, tetapi masih dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Bertambah majunya pertumbuhan ekonomi lebih lancarnya transportasi nusantara dan meluasnya usaha-usaha pemerintah maupun sektor swasta di seluruh nusantara menyebabkan penduduk akan lebih sering berpindah-pindah.


(44)

7. Prinsip kepesertaan yang bersifat wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat Indonesia menjadi peserta walaupun dalam penerapannya tetap menyesuaikan dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Peserta dimulai dari pekerja pada sektor formal dan pekerja pada sektor informal yang dapat menjadi peserta acara sukarela.

8. Prinsip dana amanat, bahwa dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan kepada badan-badan penyelenggaraan untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

9. Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial nasional bahwa hasil berupa deviden dari para pemegang saham dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan social.

Dengan demikian tampak jelas bahwa dengan hadirnya UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dimaksudkan untuk memberikan jaminan dasar yang layak bagi seluruh masyarakat karena itu menjadi kewajiban konstitusional pemerintah terhadap rakyatnya yang harus dikelola langsung oleh pemerintah agar terciptanya suatu pemerataan dan keadilan di seluruh negara kesatuan Republik Indonesia. Jaminan dasar yang dimaksud merupakan kebutuhan dasar yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Adapun jaminan tambahan yang juga di butuhkan perlindungan sosial yang menjamin rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.


(45)

Dalam UU No.40 Tahun 2004, jenis program jaminan sosial yang hendak diselenggarakan meliputi:

1. Jaminan kesehatan

Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta dan anggota keluarganya memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.38

Manfaat Jaminan Kesehatan (JK) diberikan kepada peserta dengan jumlah keluarga lima orang, suami/istri dengan jumlah anak sampai tiga orang. Apabila memiliki keluarga lebih dari lima orang, dapat mengikutsertakannya dengan membayar iuran tambahan, yang besarannya akan ditetapkan dengan Peraturan Presiden.39

Kekhususan program jaminan kesehatan dalam SJSN adalah Badan Penyelenggara harus mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi jaminan kesehatan.40

Pelaksanaan program jaminan kesehatan memerlukan persiapan yang matang agar kelangsungan program jaminan kesehatannya dapat terjamin kelangsungan hidupnya.

38

Pasal 19 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 20 ayat 2 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

39

Pasal 28 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

40


(46)

2. Jaminan kecelakaan kerja

Program jaminan sosial yang diselenggrakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.41Manfaat jaminan Kecelakaan kerja (JKK) yang berupa uang tunai diberikan sekaligus kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia atau pekerja yang cacat sesuai dengan tingkat kecacatan.42

Dalam penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja, bagi PNS dan Anggota TNI, ternyata belum tercakup dalam program jaminan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, untuk memperluas cakupan peserta jaminan kecelakaan kerja, pemerintah sudah saatnya disarankan untuk melengkapi program jaminan sosial bagi pegawai negeri sipil dan anggota TNI/Polri dengan program jaminan kecelakaan kerja.

3. Jaminan hari tua

Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.43

Manfaat diberikan sekaligus pada saat memasuki masa pensiun, meninggal dunia atau menderita kecacatan total tetap. Besaran manfaat sesuai dengan akumulasi iuran yang telah disetorkan ditambah hasil pengembangannya.

41

Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

42 Pasal 31 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 43 Pasal 35 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.


(47)

Meskipun demikian, pembayaran manfaat dapat diberikan sebagian setelah membayar iuran selama sepuluh tahun.44

Apabila peserta meninggal dunia, maka manfaat akan diberikan kepada ahli warisnya.45Iuran ditetapkan berdasar persentase upah, menjadi beban pekerja dan pemberi kerja. Bagi peserta yang tidak menerima upah, iuran ditetapkan berdasarkan angka nominal. Keduanya akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.46

Dengan pilihan dua mekanisme iuran, yaitu asuransi sosial atau tabungan wajib, akan lebih menjamin manfaat bagi peserta. Bisa diberlakukan sebagai tabungan, apabila peserta hidup sampai memasuki masa pensiun atau sebagai asuransi sosial apabila peserta meninggal sebelum masa pensiun.

4. Jaminan pensiun

Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total.47

Manfaat jaminan pensiun terdiri dari pensiun hari tua, pensiun cacat, pensiun janda/duda, pensiun anak dan pensiun orang tua bagi peserta yang tidak mempunyai anak.

44 Pasal 37 ayat 1 dan ayat 2 dan ayat 3 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

45

Pasal 37 ayat 4 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 46

Pasal 38 ayat 1 dan ayat 2 dan ayat 3 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

47 Pasal 39 ayat 1 dan ayat 2 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.


(48)

Bagi pekerja formal swasta, penyelenggaraan jaminan pensiun juga harus diselenggarakan dengan memerhatikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (selanjutnya disebut dengan UU No. 11 Tahun 1992). Dalam hal ini, Dewan jaminan Sosial Nasional perlu merumuskan kebijakan penyelenggaraan Jaminan Pensiun sehingga penyelenggaraan jaminan pensiun dapat diselaraskan dengan pelaksanaan UU No.11 Tahun 1992 serta Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang tenaga Kerja. Selain itu, juga harus memerhatikan perkembangan ekonomi pada umumnya, khususnya kemampuan pemberi kerja.

5. Jaminan kematian

Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.48Manfaat jaminan kematian ditetapkan berdasarkan angka nominal dan diberikan tiga hari setelah peserta meninggal.49

Semula juga dirancang jaminan pemutusan hubungan kerja, namun karena baru menerbitkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, di mana masalah pesangon berhenti bekerja (PHK) telah tertampung, rancangan itu dibatalkan.50

Berdasarkan jenis-jenis program jaminan sosial, program jaminan sosial dapat yang bersifat jangka pendek, yaitu program jaminan sosial yang dapat

48

Pasal 43 ayat 1 dan ayat 2 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

49 Pasal 45 ayat 1 dan ayat 2 UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

50


(49)

segera dinikmati pesertanya (misalnya program jaminan kesehatan) dan program jangka panjang (program jaminan pensiun/hari tua), yang baru dapat dinikmati setelah bertahun-tahun menjadi peserta. Keduanya saling terkait sebab adanya jaminan hari tua dan pensiun juga dapat berdampak rasa aman ketika usia masih muda.

Penyelenggaraan program jaminan sosial dewasa ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek bagi tenaga kerja swasta, PT Askes Indonesia dan PT Taspen bagi pegawai negeri dan penerima pensiun, PT Asabri bagi purnawirawan TNI/Polri. Dari penyelenggaraan program jaminan sosial selama ini dapat disimpulkan bahwa pendekatan kelompok menjadi ciri utama penyelenggaraan. Demikian juga status peserta dalam pemberian manfaat. Bagi pegawai negeri dan penerima pensiun, program jaminan kesehatan dibebankan pada peserta, sementara bagi tenaga kerja swasta, menjadi beban pemberi kerja. Ada program jaminan pensiun bagi PNS/TNI/Polri yang diselenggarakan dengan sistem “membayar sambil jalan (pay as you go) yang mana perlu dilakukan perubahan sistem menjadi “yang di simpan (funded) agar tidak memberatkan APBN dan menyesuaikan dengan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan program jaminan pensiun bagi kelompok lainnya. Ada program jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja swasta, yang tidak diberikan pada PNS/TNI/Polri. Selain itu, ada kelompok masyarakat,yang

iuran jaminan sosialnya ditanggung oleh pemerintah, dalam bentuk “bantuan iuran”. Manfaatnya, sudah disesuaikan dengan kemampuan pemerintah (manfaat minimal) sebagaimana prinsip Welfare State Model.51 Welfare State adalah suatu

51


(50)

sistem yang memberi peran lebih besar kepada negara (pemerintah) dalam pembangunan kesejahteraan sosial yang terencana, melembaga dan berkesinambungan. welfare state meyakini bahwa negara memiliki kewajiban untuk menyediakan warga negara nya akan standar hidup yg layak. Karena setiap negara memiliki standar yg berbeda-beda, yang berhubungan langsung dengan batas kemampuan negara. 52

C. Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Indonesia

Sudah merupakan kodrat, bahwa manusia itu berkeluarga dan berkewajiban menanggung kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu, kesejahteraan yang perlu dikembangkan bukan hanya bagi pekerja/buruh itu sendiri, tetapi juga bagi keluarganya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat (dalam arti luas), yang harus tetap terpelihara termasuk pada saat pekerja/buruh kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadi risiko-risiko sosial antara lain kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia dan hari tua.

Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja ini memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang kemungkinan bisa hilang. Oleh karena itu, jaminan sosial tenaga kerja ini dikatakan mempunyai beberapa aspek, antara lain:

1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya;

52 http://umemsindonesia.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-welfare-state.html (diakses tanggal 12 Maret 2016)


(51)

2. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.

Penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 (selanjutnya disebut dengan UU No. 3 Tahun 1992) ini pada mulanya sebagai pelaksanaan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (selanjutnya disebut dengan UU No. 14 Tahun 1969).

UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja. Jaminan sosial tenaga kerja tersebut meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Akan tetapi, mengingat objek yang mendapat jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam undang-undang ini diprioritaskan bagi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan dengan menerima upah (pekerja/buruh), maka kepada tenaga kerja di luar hubungan kerja atau dengan kata lain tidak bekerja pada perusahaan, pengaturan tentang jaminan social tenaga kerjanya akan diatur tersendiri. Pelaksanaan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang tidak dalam hubungan kerja untuk sementara diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-24/MEN/VI/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang Melakukan Pekerjaan di Luar Hubungan Kerja.

Adapun ruang lingkup yang diatur dalam UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, meliputi jaminan-jaminan sebagaimana tercantum dalam penjelasan umum undang-undang tersebut, yaitu sebagai berikut:


(52)

1. Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan kecelakaan kerja (selanjutnya disebut JKK) adalah santunan berupa uang sebagai pengganti biaya pengangkutan, biaya rehabilitasi serta santunan sementara tidak mampu bekerja, santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya atau cacat total selama-selama-lamanya baik,fisik maupun mental, santunan kematian sebagai akibat peristiwa berupa kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima JKK.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. 2. Jaminan kematian

Jaminan kematian (selanjutnya disebut JKM) adalah santunan kematian berupa uang tunai dan santunan berupa uang untuk pengganti biaya pemakaman, seperti pembelian tanah (sewa/retribusi), peti jenazah, kain kafan, transportasi dan lain-lain yang berkaitan dengan tata cara pemakaman sesuai dengan adat istiadat,agama dan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kondisi daerah masing-masing dari tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas JKM. 3. Jaminan hari tua

Jaminan hari tua (selanjutnya disebut JHT) adalah santunan berupa uang yang dibayarkan secara sekaligus atau berkala atau sebagian dan berkala kepada tenaga kerja karena:


(53)

a. Telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun; atau b. cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter.

Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari tua (JHT) dibayarkan kepada janda atau duda atau anak yatim piatu. Yang dimaksud dengan yatim piatu adalah anak yatim atau anak piatu, yang ada pada saat janda atau duda meninggal dunia masih menjadi tanggungan janda atau duda tersebut.

Jaminan hari tua dapat dibayarkan kepada tenaga kerja yang belum mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, yaitu dalam hal tenaga kerja telah mempunyai masa kepesertaan sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan mengalami pemutusan hubungan kerja. Program jaminan hari tua (program pensiun) dapat dibedakan antara program manfaat pasti dan program iuran pasti:

1) Program manfaat pasti (defined benefit), yaitu program yang manfaatnya ditetapkan dalam ketentuan yang mengaturnya, sedang iuran disesuaikan dengan manfaat tersebut.

2) Program iuran pasti (defined contribution), yaitu program pensiun yang iurannya ditentukan dalam ketentuan yang mengaturnya, sedang manfaat bergantung pada akumulasi iuran dan hasil pengembangan.

Jaminan hari tua (JHT) pada pokoknya termasuk dalam jenis program pensiun iuran pasti, dimana besar iuran telah ditentukan secara pasti dalam ketentuan yang mengaturnya (dalam hal ini PP No. 14 Tahun 1993), sedangkan manfaatnya bergantung dari akumulasi iuran yang terpupuk beserta hasil pengembangannya.


(54)

4. Jaminan pemeliharaan kesehatan

Jaminan pemeliharaan kesehatan (selanjutnya disebut JPK) adalah jaminan berupa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada tenaga kerja atau suami atau istri yang sah dan anak yang bersifat menyeluruh dan meliputi pelayanan peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan.

Secara rinci kepada tenaga kerja atau suami atau istri yang sah dan anak diberikan paket JPK dasar yang meliputi:

a. Rawat jalan tingkat pertama; b. rawat jalan tingkat lanjutan; c. rawat inap;

d. pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan; e. penunjang diagnostic;

f. pelayanan khusus;

g. pelayanan gawat darurat;53

Program jamsostek diselenggarakan oleh negara, tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh badan penyelenggara yang ditunjuk. Dalam hal ini menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan melimpahkan tugas dan wewenang penyelenggaraan program tersebut kepada badan penyelenggara yang ditunjuk itu.

Badan Penyelenggara yang ditunjuk tersebut adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan yang

53 Zulaini Wahab, Dana pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 143-145.


(55)

berlaku, Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) tersebut melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam peningkatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya.

PT Askes, PT Asabri, PT Jamsostek, PT Taspen adalah empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk perseroan terbatas (persero) yang terdiri dari persekutuan modal dan bertanggung jawab kepada pemegang saham. Keempat persero adalah subsistem Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan bertindak sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh dan sesuai dengan keputusan pemilik saham yang tergabung dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).54

Hal ini tidak diberikan kepada perusahaan asuransi komersial dikarenakan asuransi tersebut diadakan oleh perusahaan asuransi sebagai bisnis yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, besaran premi dan ganti kerugian ditentukan berdasarkan perhitungan-perhitungan ekonomis. Semua asuransi yang diatur dalam KUH Dagang merupakan asuransi komersial yang pada dasarnya merupakan asuransi sukarela.55

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja disingkat PT. Jamsostek (sebelumnya PT Asuransi Sosial Tenaga Kerja disingkat PT Astek, sebagai Badan Penyelenggara tunggal Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja. PT Jamsostek merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai 2 (dua) tugas khusus, yaitu:

54 Pasal 13 UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. 55


(56)

a. Mengadministrasikan kepesertaan JHT dan menginvestasikan dana iuran JHT;

b. bertindak sebagai perusahaan asuransi jiwa yang mengelola program JKK, JKM, dan JPK.

Walaupun PT Jamsostek bertindak sebagai perusahaan asuransi jiwa sebagaimana dikemukakan di atas, namun PT Jamsostek tidak tunduk pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

Pada dasarnya program Jamsostek sebagaimana diatur dalam UU No. 3 Tahun 1992, telah mengandung program-program jaminan sosial yang secara umum dipersyaratkan dalam Konvensi International Labour Organization (ILO) Nomor 102 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial (minimum standar). Program jaminan sosial yang ditetapkan Konvensi ILO yang tidak diliput oleh UU No. 3 Tahun 1992 adalah tunjangan pengangguran dan tunjangan keluarga.56

Berdasarkan Pasal 3 UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek dan Pasal 117 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja.

Bagi pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dengan manfaat yang lebih baik dari paket JPK dasar, tidak wajib ikut dalam jaminan pemeliharaan kesehatan yang

56


(1)

3. Bapak Syafruddin Hasibuan,S.H.,M.H.,DFM., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Windha, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan skripsi ini dan ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam perkulihan kepada Penulis.

6. Bapak Arif, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis. 7. Ibu Dr. Agusmidah, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Klinik

Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan, yang telah sadar serta banyak memberikan bimbingan dan saran kepada Penulis selama mengikuti Klinik Perlindungan Anak dan Perempuan.

8. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada Penulis, serta ilmu pengetahuan baik dalam masa penulisan skripsi maupun dalam masa-masa perkuliahan.

9. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, yang memberikan bimbingan dan saran kepada Penulis, serta ilmu pengetahuan baik dalam masa penulisan skripsi maupun dalam masa-masa perkuliahan.


(2)

10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan bimbingan kepada Penulis selama masa perkuliahan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

11. Pegawai Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari Penulis masuk kuliah hingga Penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Kedua Orang Tua Penulis yang sangat Penulis cintai dan hormati, ayahanda Ir. Mahmud Akhyar Lubis dan Ibunda Ir. Elfina Hasibuan,MM serta abangda Fadil Hanafiah Lubis. Terima kasih banyak atas doa, dukungan dan kepercayaan yang kalian berikan selama ini kepada Penulis. 13. Sahabat Penulis dari masa smp hingga sekarang Annisa Bakri, Nabila Eflianda, Nadya Navira dan Vriancha Admira Putri yang telah banyak membantu dan memberi motivasi kepada Penulis.

14. Sahabat Penulis “diamonds” Aidillah Maghfirah, Nazla Adila,S.H., Addina Islami Utama, Kamila Dewi, Rahmawati Putri, Sri Rizki Sari, Dara Maulidya Putri, Nurul Husna Azria, Ulla Athiyah, Putri Niken, Siti Dwi Khoirunnisa yang telah banyak memberi motivasi kepada Penulis. 15. Sahabat Penulis “Aquarius” Anita Nuzula Pohan, Andreany Paola, Reni

Hardianti Tanjung yang telah banyak membantu dan memotivasi Penulis dari awal kuliah hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima Kasih sudah sabar menemani Penulis dan mau menerima kekurangan Penulis selama masa kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(3)

16. Teman-teman seperjuangan Penulis Grup B Stambuk 2012 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara khususnya Putri Septika Silitonga, Stevia Amelia Tambunan, Finna Pastry Siregar, Jessica Rulina Sinaga,S.H., Hillary Niassy Gulo, Siti Rachwina Apriza, Parulian Scott Lumbantobing, Cahya Wijaya, S.H., Terima kasih untuk dukungan dan kesabaran yang telah kalian berikan.

17. Seluruh Pihak yang membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bukan hanya untuk penulis tetapi juga untuk masyarakat.

Medan, April 2016

Febrina Mahyar Lubis 120200013


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DI INDONESIA ... 21

A. Tinjauan Umum Jaminan Sosial ... 21

B. Jenis Jaminan Sosial dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di Indonesia ... 24

C. Program Jaminan Ketenagakerjaan di Indonesia... 32

D. Aspek Kelembagaan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ... 43

BAB III PENGATURAN HUKUM TENTANG JAMINAN PENSIUN SEBAGAI PROGRAM DARI JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN ... 52

A. Tinjauan Umum Jaminan Pensiun ... 52

B. Syarat-syarat Penerimaan dan Pembayaran Jaminan Pensiun... 60


(5)

C. Jaminan Pensiun dan Hubungan Dengan Karyawan

Setelah Tidak Bekerja ... 63

BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN PADA PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA ... 66

A. Gambaran Umum Profil Perusahaan PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 66

B. Bentuk Umum Pelaksanaan Program Pensiun Terhadap Pekerja. ... 69

C. Pelaksanaan Pembayaran Jaminan Pensiun Terhadap Karyawan PT. Perkebunan Sumatera Utara ... 75

D. Masalah Yang Timbul di Perusahaan Setelah Diberlakukannya Program Jaminan Pensiun ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 86


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Pegawai Kantor Direksi

Medan……….76

Tabel 2 Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun

Tanjung Kasau………77

Tabel 3 Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun Sei

Kari……….78

Tabel 4 Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun

Simpang Gambir……….78

Tabel 5 Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun

Patiluban……….79

Tabel 6 Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan Kebun

Simpang Koje……….79

Tabel 7 Tabel Perhitungan Iuran Jaminan Pensiun Karyawan

Kebun Kampung Baru………...80

Tabel 8 Tabel Perhitungan Rekapitulasi Iuran Jaminan Pensiun

Karyawan seluruhnya………...………..80

Tabel 9 Perbedaan Hak-hak Pensiun Karyawan Sistem Tebas dan Sistem