Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri penyebab penyakit tuberkulosis paru
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam, oleh karena itu disebut juga
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit TB paru dapat menular lewat
percikan dahak yang keluar saat batuk, bersin atau berbicara karena penularannya
melalui udara yang terhirup saat bernapas (Achmadi, 2011).
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular yang sampai
saat ini masih tinggi kasusnya di masyarakat. TB berdampak luas terhadap
kualitas hidup dan ekonomi bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia. TB
dapat diderita oleh siapa saja, orang dewasa atau anak-anak dan dapat mengenai
seluruh organ tubuh kita, walaupun yang banyak diserang adalah organ paru
(WHO, 2014).
Berdasarkan laporan WHO dalam Global Tuberculosis Report 2014,
Indonesia menempati urutan kelima terbesar di dunia sebagai penyumbang
penderita TB setelah negara India, Cina, Nigeria, dan Pakistan. Tingkat resiko
terkena penyakit TB di Indonesia berkisar antara 1,7% hingga 4,4%. Secara
nasional, TB dapat membunuh sekitar 67.000 orang setiap tahun, setiap hari 183
orang meninggal akibat penyakit TB di Indonesia (Kemenkes RI, 2013).

Tuberculosis (TB) masih menjadi masalah utama dari beberapa masalah
kesehatan di dunia. World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa

1

Universitas Sumatera Utara

2

penyakit TB merupakan penyebab kematian tertinggi kedua dari jenis penyakit
menular di seluruh dunia, setelah penyakit Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS). Secara global pada tahun 2011, ditemukan hampir 9 juta kasus
TB baru dengan 1,4 juta yang mengalami kematian. 8,7 juta insiden kasus TB atau
setara dengan 125 kasus per 100.000 penduduk di dunia dan 59% kasus TB terjadi
di Asia (WHO, 2012) .
Jumlah penemuan kasus baru TB paru BTA (+) di Indonesia pada tahun
2013 yang sebanyak 196.310 kasus (81%), pada tahun sebelumnya kasus baru TB
paru BTA (+) yang ditemukan sebesar 202.301 kasus (84%). Jumlah kasus
tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar
yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah. Kasus baru BTA (+) di tiga provinsi

tersebut hampir sebesar 40% dari jumlah kasus di Indonesia (Kemenkes RI,
2014).
Jumlah kasus TB paru BTA (+) di Sumatera Utara pada tahun 2008 sekitar
14.158 kasus dan mengalami peningkatan menjadi 17.026 kasus pada tahun 2009
(Dinkes Sumut, 2010). Pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan sebesar
17.459 kasus (82,57%) namun pada tahun 2013 terjadi penurunan menjadi 15.414
kasus (72,29%) (Dinkes Sumut, 2014).
Jumlah kasus baru TB paru BTA (+) pada tahun 2014 di Sumatera
berdasarkan jenis kelamin kebanyakan diderita oleh laki-laki yaitu 9.859 jiwa
sedangkan perempuan 5.174 jiwa. Berdasarkan kelompok umur kasus tertinggi
diderita oleh kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 20,76% (Kemenkes RI,
2014).

Universitas Sumatera Utara

3

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2013, diperhitungkan sasaran penemuan
kasus baru TB Paru BTA (+) di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 21.322
jiwa, dan hasil cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA (+) yaitu 15.414

kasus atau 72,29%. Pada tahun 2013, Sumatera Utara belum mampu mencapai
target nasional yaitu 75% (Dinkes, Sumut 2013).
Berdasarkan data dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera
Utara, ditemukan 29 kabupaten/kota memiliki angka penemuan kasus TB Paru
BTA (+) di atas 75%. Angka kasus tertinggi di Kota Pematang Siantar sebesar
226,59%, terendah di Kabupaten Nias Barat sebesar 22,93%. Medan termasuk
salah satu kota yang memiliki kasus TB Paru BTA (+) diatas 75% yaitu sebanyak
121,04% (Dinkes, Sumut 2013).
Kasus TB Paru di Kota Medan tahun 2013 secara klinis terjadi
peningkatan dari tahun 2012. Angka penemuan TB pada tahun 2012 yaitu sebesar
21.079 kasus dengan 3.037 kasus TB Paru BTA (+), sedangkan pada tahun 2013
ditemukan sebesar 26.330 kasus dengan 2.894 kasus TB Paru BTA (+), dari 39
puskesmas yang ada di Kota Medan terdapat 1.729 penderita TB Paru BTA (+).
Dari 1.729 penderita TB Paru BTA (+) sebanyak 1.616 penderita (87,67%)
diberikan pengobatan (Dinkes Kota Medan, 2014).
Penyakit TB paru berhubungan dengan sanitasi lingkungan rumah,
perilaku, tingkat pedidikan dan jumlah penghasilan keluarga. Sanitasi lingkungan
rumah sangat mempengaruhi keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis,
dimana bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat hidup selama 1–2 jam bahkan
sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung ada tidaknya sinar


Universitas Sumatera Utara

4

matahari, ventilasi, kelembaban, suhu, lantai dan kepadatan penghuni rumah
(Achmadi, 2008).
Menurut Achmadi (2008) Faktor risiko yang berperan terhadap timbulnya
kejadian penyakit tuberkulosis paru dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu
faktor risiko kependudukan (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status
gizi) dan faktor resiko lingkungan ( Kepadatan hunian, Ventilasi alamiah, suhu,
dan kelembapan).
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomi (15-50 tahun), diperkirakan seorang pasien TB dewasa akan kehilangan
rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Selain merugikan secara
ekonomi TB paru juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial bahkan
dikucilkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2008).
Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peningkatan kasus
tuberkulosis dapat dipengaruhi oleh faktor demografi ( kepadatan penduduk, dan

faktorsosial ekonomi), faktor kualitas lingkungan fisik perumahan, faktor
kependudukan

(karakteristik individu, perilaku, kemiskinan)

dan

faktor

karakteristik bakteri (Nur, 2007).
Resiko terjadinya penularan TB paru dipengaruhi oleh keadaan rumah
yang padat huni sebesar 3,2 kali dibandingkan dengan yang tidak padat penghuni,
resiko tersebut sama besarnya dengan ventilasi rumah yang tidak memenuhi
syarat. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TB Paru adalah

Universitas Sumatera Utara

5

riwayat kontak penderita TB Paru serumah dan lingkungan pekerjaan responden

(Nur, 2007).
Berdasarkan survei pendahuluan penulis di Puskesmas Desa Lalang dapat
diketahui bahwa Puskesmas Desa Lalang merupakan kategori puskesmas rawat
jalan. Wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang merupakan wilayah yang terletak di
Kecamatan Medan Sunggal. Puskesmas tersebut tidak memiliki fasilitas
laboratorium sendiri, dan hanya membuat sediaan apus dahak dan difiksasi saja,
kemudian sampel dahak di kirim ke Puskesmas Helvetia sebagai Puskesmas
Rujukan Mikroskopis (PRM) (Puskesmas Desa Lalang, 2015).
Berdasarkan survei awal TB paru merupakan penyakit ke-5 dari 10
penyakit tertinggi yang terdapat di Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan
sunggal tahun 2015. Sepuluh penyakit tertinggi yang ada di puskesmas Desa
Lalang tersebut adalah sebagai berikut : ISPA, diabetes melitus, hipertensi, diare,
TB paru, DBD, tipus, penyakit kulit alergi, batuk, dan nyeri kepala (Puskesmas
Desa Lalang, 2015).
Berdasarkan hasil

wawancara yang penulis lakukan dengan petugas

penanggung jawab TB paru Pukesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal
yaitu Ibu Juwita Rismauli Manurung menyatakan bahwa penemuan kasus TB

paru di Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan sunggal tahun 2015 adalah
sebanyak 66 kasus baru yang terdiri dari 36 kasus BTA positif, 26 kasus BTA
negatif. Jumlah penderita TB paru BTA (+) yang diobati di Puskesmas Desa
Lalang tahun 2015 sebanak 34 penderita. Dari 34 penderita, jumlah penderita
yang dinyatakan sembuh yaitu 22 penderita (64,70%). Hal ini menunjukkan angka

Universitas Sumatera Utara

6

kesembuhan penderita TB paru di Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan
Sunggal tahun 2015 belum mencapai target nasional yang ditetapkan yaitu sebesar
85% (Puskesmas Desa Lalang, 2015).
Kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan
Medan Sunggal dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan rumah warga sekitar yang
kurang memenuhi syarat seperti : kondisi rumah yang sempit, dan rapat terutama
mereka yang tinggal di gang-gang sempit, kurang pencahayaan, minimnya
ventilasi, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan
sekitarnya. Penderita TB paru di wilayah kerja puskesmas ini kebanyakan diderita
oleh masyarakat usia produktif, dengan tingkat ekonomi yang rendah (Puskesmas

Desa Lalang, 2015).
Selain itu faktor lain yang menyebabkan kejadian TB paru adalah praktik
higiene masyarakat yang masih kurang baik yaitu membuang dahak/ludah
sembarangan, tidak mentup mulut saat bersin dan batuk, tidak menggunakan
masker yang dapat menularkan TB paru kepada orang lain. Pasien TB harus
menutup mulutnya pada waktu bersin dan batuk karena pada saat bersin dan batuk
ribuan hingga jutaan kuman TB keluar melalui percikan dahak (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “hubungan karakteristik individu, praktik higiene, dan sanitasi
lingkungan rumah terhadap kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Desa
Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015”.

Universitas Sumatera Utara

7

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari Puskesmas Desa Lalang
Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015 bahwa pencegahan TB paru telah
dilaksanakan, tetapi kasus baru penderita Tuberkulosis Paru, default (putus obat),

dan gagal masih ada di temukan di Puskesmas Desa Lalang. Data yang di peroleh
dari data registrasi Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun
2015, diketahui terdapat 66 kasus baru TB paru, yang terdiri dari terdiri dari 36
kasus TB paru BTA positif, dan 26 kasus TB paru BTA negatif (Puskesmas Desa
Lalang, 2015).
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka yang menjadi
permasalahan dari penelitian ini adalah ada tidaknya hubungan karakteristik
individu, praktik higiene, dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian TB Paru
di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan karakteristik individu, praktik hiegiene, dan sanitasi lingkungan rumah
dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan
Medan Sunggal tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

8


1.3.2 Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui karakteristik individu yaitu umur, jenis kelamin,
pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan penderita TB paru di Puskesmas Desa
Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

2.

Untuk mengetahui praktik higiene penderita TB paru di Puskesmas Desa
Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

3.

Untuk mengetahui sanitasi lingkungan rumah yaitu kepadatan hunian, jenis
lantai, ventilasi, dan pencahayaan penderita TB paru di Puskesmas Desa
Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

4.


Untuk mengetahui hubungan karakteristik individu yaitu pekerjaan,
penghasilan, dan pendidikan dengan kejadian TB paru di Puskesmas Desa
Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

5.

Untuk mengetahui hubungan praktik higiene dengan kejadian paru di
Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

6.

Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan rumah yaitu kepadatan
hunian, jenis lantai, ventilasi, dan pencahayaan dengan kejadian TB paru di
Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

1.4 Hipotesis
1. Ada hubungan antara karakteristik individu (pekerjaan, penghasilan, dan
pendidikan dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang
Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.
2. Ada hubungan antara praktik hiegiene dengan kejadian TB paru di wilayah
kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

9

3. Ada hubungan antara sanitasi lingkungan rumah (kepadatan hunian, jenis
lantai, ventilasi, dan pencahayaan) dengan kejadian TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2015.

1.5 Manfaat
1.

Pada masyarakat, penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat yang menderita
TB mengetahui bahwa mereka memiliki penyakit yang dapat menular.

2.

Sebagai bahan masukan kepada pihak Puskesmas Desa Lalang dalam hal
program kegiatan pencegahan dan

meningkatkan pelayanan kesehatan

khususnya bagi pasien penderita TB paru.
3.

Penelitian ini juga dapat memberi manfaat kepada mahasiswa Ilmu Kesehatan
Masyarakat

dalam membantu proses pembelajaran mahasiswa tentang

penyakit tuberkulosis.
4.

Menjadi dasar yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitianpenelitian selanjutnya.

5.

Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam menganalisa
permasalahan

TB

paru,

khususnya

hubungannya

dengan

kesehatan

lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Individu, Sanitasi Lingkungan Rumah dan Perilaku terhadap Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

2 70 160

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN, HIGIENE PERORANGAN, DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2012

4 32 168

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 6 129

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 3 16

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

2 4 2

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

3 10 23

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 1 3

Hubungan Karakteristik Individu, Praktik Higiene, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015

0 0 31

HUBUNGAN ANTARA SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WEDUNG ABUPATEN DEMAK

0 2 66

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN LALANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

0 0 5