Tinjauan Yuridis Anti Dumping Yang Diterapkan Di Indonesia Terhadap Produk Eksport Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG DUMPING

A. Pengertian Dumping
Dumping merupakan suatu kebijakan negara atau perusahaan dari suatu
negara untuk menjual produk di luar negeri dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan terhadap harga jual produk itu didalam negeri itu sendiri, dan tindakan
dumping merupakan suatu tindakan dalam perdagangan yang tidak jujur.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, bahwa dumping diartikan sebagai
system penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah banyak dengan harga
yang rendah sekali (dengan tujuan agar harga pembelian di dalam negeri tidak
diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasar luar negeri dan dapat menguasai
harga kembali). 5
Menurut Sumadji P, Yudha Pratama dan Rosita, dumping adalah politik
ekonomi yang dilakukan suatu negara untuk menjual hasil produksinya diluar negeri
dengan harga lebih murah daripada penjualan dalam negeri dengan tujuan menguasai
pasaran luar negeri. 6
Dumping

dalam


perdagangan

internasional

merupakan

istilah

yang

dipergunakan dalam pratik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual
komoditi di pasaran internasional dengan harga yang kurang dari nilai yang wajar
5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai
Pustaka, 1997, hal 246.
6
Sumadji. P, Yudha Pratama dan Rosita, Kamus Ekonomi Edisi Lengkap Inggris-Indonesia,
Cet. I, Wacana Intelektual, Jakarta, 2006, hal. 265.


Universitas Sumatera Utara

atau lebih rendah dari harga barang tersebut di negerinya sendiri, atau dari harga jual
kepada negara lain pada umumnya, sehingga merusak pasaran dan merugikan
produsen pesaing negara pengimpor. 7 Praktik dumping dinilai tidak adil karena dapat
merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara pengimpor.
Adapun pengertian mengenai dumping sebagaimana yang dikemukakan oleh
beberapa sarjana dalam Sukarmi adalah sebagai berikut: 8
1. Menurut Agus Brotosusilo, dumping adalah bentuk diskriminasi harga
internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor
yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri
dibandingkan di pasar dalam negeri dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan atas produk eksport tersebut.
2. Menurut Muhammad Ashari, dumping merupakan suatu persaingan curang
dalam bentuk diskriminasi harga, yaitu suatu diskriminasi harga yaitu suatu
produk yang ditawarkan di pasar negara lain lebih randah dibandingkan
dengan harga normalnya atau dari harga jual dinegara ketiga.
Menurut Ralph H. Folsom dan Michael W.Gordon, disebutkan dumping
involves selling abroad at a price that is less than the price used to sell the same
goods at home (the normal or fair value).To be unlawful, dumping must threaten or

cause material injury to an industry in the export market, the market where prices are

7

AF. Elly Erawaty dan J.S. Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia, (Jakarta,
Proyek ELIPS, 1996, hal.39.
8
Sukarmi, Op. Cit, hal. 25

Universitas Sumatera Utara

lower. Dumping is recognized by most of the trading world as an unfair practice
(againt to price discrimination as an antitrust offense). 9
Berdasarkan uraian pengertian dumping di atas, bahwa dumping adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau pengekspor yang melaksanakan
penjualan barang di luar negeri atau negara lain dengan pengekspor maupun negara
pengimpor.
Dengan demikian pengertian dumping dalam konteks hukum perdagangan
internasional adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan
oleh sebuah perusahaan atau negara pengekspor yang menjual barangnya dengan

harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan atas produk tersebut.
Dalam GATT 1947 Pasal VI ayat (1) Article VI GATT: Anti Dumping and
Countervalling Duties, pengertian dumping diuraikan sebagai berikut : 10
The contracting parties recognize that dumping, by which product of one
country are introduced into the commerce of another country at less than normal
value of the products, is to be condemned if it causes or threatens material injury to
an established industry in the territory of a contracting party or materialy retards the
establishment of a domestic industry. For the purpose of this article, aproduct is to be
considered as being introduced into the commerce of an importing coutry at less than
its normal value, it the price of the product exported from one country to another.
a) Is less than the comparable price in the ordinary course of trade, for
the like product when destined for consumption in the exporting
country or
b) In the absence of such domestic price, is less than either
c) The highest
Dumping merupakan praktik diskriminasi harga yang menjual produk impor
dengan harga yang lebih murah dari produk yang sama di negara asal. Selain itu,
9


Ralph H.Folsom and Michael W.Gordon, Dalam Sukarmi, 2002 Regulasi Antidumping Di
Bawah Bayang baying Pasar Bebas, Jakarta, Sinar Grafika, hal 25.
10
General Agreement On Tariffs And Trade 1947, Article 6

Universitas Sumatera Utara

praktik diskriminasi harga yang menjual produk impor dengan harga yang lebih
rendah dari pada biaya produksinya yang di kategorikan sebagai dumping.
Praktik dumping merupakan tindakan yang jelas-jelas dapat menimbulkan
kerugian yang sangat serius terhadap perekonomian setiap negara yang mana setiap
negara memerlukan perlindungan (protection) yang memadai, sehingga lahirlah suatu
instrument kebijaksanaan perdagangan yang dikenal dengan istilah anti dumping. 11
Jadi, praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi
negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha
atau industri barang sejenis dalam negeri, dengan terjadinya banjir barang-barang dari
pengekspor yang harganya jauh lebih murah daripada barang dalam negeri akan
mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing, sehingga pada akhirnya akan
mematikan pasar barang sejenis dalam negeri, yang di ikuti munculnya dampak
ikutannya seperti pemutusan hubungan kerja massal, pengangguran dan bangkrutnya

industri barang sejenis dalam negeri.

11

Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan Republik Indonesia,
1992, Anti Dumping Code Latar Belakang Penafsiran dan Tinjauan atas Sejumlah Tuduhan Terhadap
Indonesia, Proyek Pengembangan Perdagangan Luar Negeri pusat, Departement Perdagangan
Republik Indonesia, www.dprin.go.id//, diakses pada tanggal 27 Januari 2013.

Universitas Sumatera Utara

B. Jenis-jenis Dumping
Praktik dalam perdagangan internasional merupakan praktik dagang yang
tidak fair yang di pandang sebagai perbuatan curang, yaitu merupakan persaingan
yang fair.
Dalam praktik perdagangan internasional yang tidak fair, ada beberapa jenis
dan oleh beberapa ahli ekonomi pada umumnya dapat mengklasifikasikan atas 3
(tiga) jenis dumping, yaitu :
1. Sporadic dumping (dumping yang bersifat sporadis)
Yaitu dumping yang dilakukan dengan menjual barang pada pasar luar negeri

(pasar ekspor) pada jangka waktu yang pendek dengan harga dibawah harga
di dalam negeri atau biaya produksi tersebut. Biasanya produsen menjual
barang untuk jangka waktu yang pendek dengan harga jual dibawah harga
biasa dan biasanya dimaksudkan untuk menghapuskan barang yang tidak di
inginkan, dumping jenis ini biasanya mengganggu pasar domestik negara
pengekspor karena adanya ketidakpastian dikarenakan permintaan diluar
negeri berubah secara tiba-tiba.
Dumping jenis tersebut merupakan diskriminasi harga pada waktu tertentu
dilakukan oleh produsen yang mempunyai keuntungan karena terjadi over
produksi (karena perubahan pasar dalam negeri yang tidak terantisipasi atau
buruknya perencanaan produksi), untuk mencegah penumpukkan barang di
pasar domestik produsen menjual kelebihan produksinya tadi kepada pembeli

Universitas Sumatera Utara

luar negeri dengan harga yang telah di reduksi sehingga harganya menjadi
lebih rendah dari harga di dalam negeri. 12
2. Presistent dumping (diskriminasi harga internasional)
Yaitu penjualan barang pada pasar luar negeri dengan harga di bawah harga
domestik atau biaya produksi yang dilakukan secara menetap dan terusmenerus yang merupakan kelanjutan dari penjualan barang yang dilakukan

sebelumnya. Penjualan tersebut dilakukan oleh produsen barang yang
mempunyai pasar secara monopolistik di dalam negeri dengan maksud untuk
memaksimalkan total keuntungannya dengan menjual barang tersebut dengan
harga yang lebih tinggi dalam pasar domestiknya. Dumping yang menetap itu
terjadi dalam masa yang lama terjadi karena perbedaan keadaan pasar di
negara importir dan negara eksportir. 13
Dumping dapat disebut sebagai diskriminasi harga berarti menjual barang
yang sama dengan harga berbeda pada pasar-pasar yang terpisah. Hal ini
biasanya sejalan dengan suatu posisi monopoli di pasar dalam negeri yang
bersangkutan, pembentukan kartel dan atau biaya yang melindungi terhadap
import yang lebih murah, dapat juga diartikan sebagai penawaran di luar
negeri dengan harga di bawah biaya produksi pada negara yang
mengeksport. 14

12

Sukarmi, Op. Cit, hal. 40
Sobri, Ekonomi Internasional, Teori, Masalah dan Kebijaksanaanya, bagian penerbitan
fakultas ekonomi (BPFE), UII, Yogyakarta, 1986, hal. 91
14

Winardi,Istilah Ekonomi, Mandar Maju, Bandung, 1996, hal. 112
13

Universitas Sumatera Utara

3. Predatory Dumping (predatori dumping)
Yaitu dumping yang terjadi apabila perusahaan untuk sementara waktu
membuat diskriminasi harga tertentu sehubungan dengan adanya para pembeli
hasil, diskriminasi itu untuk menghilangkan pesaing-pesaingnya dan
menaikkan lagi harga barangnya setelah persaingan tidak ada.
Predatory dumping adalah dumping yang paling buruk karena dumping
tersebut di praktekkan hanya untuk tujuan merebut keuntungan monopoli dan
membatasi perdagangan untuk tujuan merebut keuntungan monopoli dan
membatasi perdagangan untuk jangka waktu yang lama meskipun hal itu
menyebabkan kerugian jangka pendek. 15
Menurut Robert Wilig ada 5 (lima) tipe dumping yang dilihat dari tujuan
eksportir kekuatan pasar dan struktur pasar import, yaitu :
1. Market Expansion Dumping
Perusahaan pengekspor bisa meraih untung dengan menetapkan “mark-up”
yang lebih rendah di pasar impor karena menghadapi elastisitas permintaan

yang lebih besar selama harga yang ditawarkan lebih rendah.
2. Crylical Dumping
Motivasi dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal yang luar
biasa rendah atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai

15

Sobri, Loc.it

Universitas Sumatera Utara

kondisi dari kelebihan kapasitas produksi yang terpisah dari pembuatan
produk terkait.
3. State Trading Dumping
Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping
lainnya, tetapi yang menonjol adalah akuisisi moneternya.
4. Strategic Dumping
Istilah ini diadopsi untuk menggambarkan ekspor yang merugikan perusahaan
saingan dinegara pengimpor melalui strategis keseluruhan negara pengekspor,
baik dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan pembatasan

masuknya produk yang sama kepasar negara pengekspor. Jika bagian dari
porsi pasar domestik tiap eksportir independen cukup besar dalam tolak ukur
skala ekonomi, maka memperoleh keuntungan dari besarnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh pesaing asing.
5. Predatory Dumping
Monopoli dipasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenis ini
adalah matinya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis. 16

16

Antidumping in the America: Analyses on trade and integration in the Americas by Jose
Tavares de Araujo Jr.,2001,hal. 9
http://www.dttc.oas.org/trade/studies/subsid/Antidmptav.pdf,
Artikel. Diakses pada tanggal 26 Februari 2013

Universitas Sumatera Utara

C. Barang-barang dan Batas Harga Dumping
Yang disebut dengan barang dumping ialah suatu barang yang diekspor ke
negara lain dimana harga ekspornya lebih rendah dari harga normalnya, atau harga
domestik negara pengekspor, dimana tujuannya agar pengusaha dapat merebut
konsumen sebanyak-banyaknya, maka pengusaha menempuh strategi persaingan
harga dengan menekan harga serendah mungkin untuk barang sejenis dengan
perusahaan lain.
Berdasarkan dengan ketentuan Agreement on Implemtation of Article VI,
bahwa barang dumping adalah barang yang dijual di pasar luar negeri dengan harga
ekspor lebih kecil dari harga domestik.
Untuk menentukan barang dumping atau tidak ialah tergantung dari harga
normal (normal value). Bahwa menurut PP No. 34 tahun 2011 Pasal 1 angka 4
bahwa barang dumping adalah barang yang di impor dengan tingkat harga ekspor
yang lebih rendah dari nilai normalnya di negara pengekspor. 17 Sedangkan menurut
kesepakatan mengenai dumping yang tertuang dalam Article VI ayat (1) bagian b
butir I dan II yang menentukan barang dumping adalah sebagai berikut: 18
Bagian (b)

: in the absence of such domestic price, it less than either :
i. the highest comparable price for the like product for
export to any third country in the ordinary course of
trade, or

17

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Anti
Dumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, Pasal 1 angka 4
18
General Agreement on Tariffs and Trade 1947, Article VI sub (b)

Universitas Sumatera Utara

ii. the cost of production of the product in the country of
origin plus reasonnable addition for selling cost and
profit.
Bardasarkan dari pada ketentuan yang disebutkan tersebut di atas Article VI
ayat (1), dapat dikatakan bahwa syarat terhadap barang yang dianggap sebagai barang
dumping adalah:
a. harga domestik pada level ex-pabrik (nilai normal).
b. Harga domestik yang wajar (harga pada kondisi perdagangan yang wajar (in
ordinary course of trade)).
c. Barang tersebut di impor untuk tujuan konsumsi.
d. Barang tersebut sejenis dengan produk sejenisnya yang di jual di pasar
domestik.
Dari ketentuan di atas dapat dilihat, bahwa tidak adanya harga domestik yang
digunakan sebagai dasar dalam penentuan harga normal. Dengan demikian penentuan
harga normal di dasarkan pada harga perbandingan tertinggi barang sejenis yang di
ekspor kenegara ketiga dalam perdagangan pada umumnya, atau ditentukan atas
dasar biaya produksi barang sejenis dengan tambahan biaya penjualan dan laba secara
wajar. 19
Penentuan harga normal seperti yang diatur pada ketentuan diatas didasarkan
atas pertimbangan berikut, yaitu:

19

Sukarmi, Op. Cit., hal 160

Universitas Sumatera Utara

1. adanya produsen disuatu negara yang hanya memproduksi suatu barang untuk
tujuan ekspor atau tidak memproduksi barang sejenis untuk dikonsumsi di
dalam negeri.
2. Adanya produsen disuatu negara yang selain memproduksi barang sejenis
untuk tujuan ekspor, juga memproduksi barang sejenis untuk dipasarkan di
pasar domestik, tetapi volume penjualan di pasar domestik di negara
pengekspor relatif kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar nilai
normal. 20
Untuk menentukan apakah perhitungan harga normal produk yang
bersangkutan didasarkan pada harga jual sebenarnya atau biaya produksi. Dalam
Buku Panduan berjudul “Bagaimana Menghadapi Tuduhan Dumping” yang
dikeluarkan oleh Direktorat Pengamanan Perdagangan Jenderal Kerja Sama Industri
dan Perdagangan Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan diuraikan
penghitungan harga normal (normal value) berdasarkan harga dalam negeri dan
berdasarkan biaya produksi (constructed value) sebagai berikut: 21
1. Harga Normal (Normal Value) Berdasarkan Harga Dalam Negeri.
Agar diperoleh perhitungan margin dumping yang benar, maka harga
domestik harus dalam bentuk domestik eks-pabrik.

20

Sukarmi, Loc. Cit.
Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, 2001, Bagaimana Menghadapi Tuduhan
Dumping. Direktorat Jenderal Kerjasama Industri dan Perdagangan Internasional Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Hal 25
21

Universitas Sumatera Utara

2. Harga Normal (Normal Value) Berdasarkan Biaya Produksi (Constructed
Value)
Apabila pemohon tidak memperoleh harga domestik di negara ekspor, maka harga
normal dapat ditentukan berdasarkan biaya produksi dengan menetapkan biaya
produksi yang terdiri dari biaya pabrik di tambah biaya-biaya pemasaran dan
administrasi, serta financing charges. Kemudian untuk memperoleh harga jual
domestik eks-pabrik, maka biaya produksi ditambah profit margin (bisa 5% atau 10%
disesuaikan dengan tingkat keuntungan normal industri tersebut).
Dalam UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan pada penjelasan Pasal
18 22 ditentukan bahwa apabila terjadi ketiadaan harga domestik, maka harga normal
ditentukan berdasarkan:
1. Harga tertinggi sejenis yang diekspor kenegara ketiga.
2. Harga yang dibentuk dari penjumlahan biaya produksi, biaya administrasi,
biaya penjualan, dan laba yang wajar (constructed value).
Dari uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan
barang dumping adalah barang yang di imporkan dengan harga dumping, yaitu harga
ekspornya lebih rendah dari harga normalnya di pasaran domestik negara pengekspor.
Jika berdasarkan dengan ketentuan dalam Pasal VI ayat (1) GATT 1947,
teknis perhitungan margin of dumping adalah sebagai berikut: 23

22

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Pasal 18

Universitas Sumatera Utara

1. Selisih antara harga normal dengan harga less than fair value (LTFV) dipasar
domestik negara tujuan ekspor
(dalam ketentuan aslinya berbunyi ”Is less than the comparable price, in the
ordynary course of trade, for the like product when destined for comsuption in
the exporting country, or.”)
2. Selisih harga normal dan harga less than fair value (LTFV) di pasar negara
ketiga jika terdapat harga dalam negeri
(dalam ketentuan aslinya berbunyi “the highest comparable price for the like
product for export to any third country in the ordynary of trade, or”)
3.

Selisih antara harga normal dan jumlah biaya produksi, ongkos-ongkos
penjualan, dan keuntungan jika tidak terdapat harga dalam negeri
(dalam ketentuan aslinya berbunyi “the cost of production of the product in
the country of origin plus a reasonable addition for selling cost and profit”).

D. Dampak Praktik Dumping Di Indonesia
Dampak praktik dumping di Indonesia dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yakni
dari pihak importir dan pihak eksportir.
1. Dampak praktik dumping di Indonesia sebagai Importir
Ada beberapa yang menjadi tolak ukur yang menjadi dampaknya bagi negara
Indonesia sebagai pihak importir, yaitu sebagai berikut: 24

23

http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/legal_e.htm, diakses pada tanggal 13 Maret

24

Yulianto Syahyu, Hukum Anti Dumping di Indonesia, Jakarta; Ghalia Indonesia, 2003,

2013
Hal.49

Universitas Sumatera Utara

a. Tingkat produksi (level of output)
Total output dari keadaan di bawah diskriminasi harga mungkin lebih besar
dibandingkan

dengan

keadaan

di

bawah

harga

monopoli

tunggal.

Kenyataannya dalam pasar yang diskriminatif, jika setiap pembeli bersedia
membayar sesuai dengan kurva permintaan klasik (pada saat permintaan
meningkat harga akan meningkat, demikian sebaliknya), maka total output
akan cenderung sama dengan output pada situasi industri yang sangat
kompetitif.
Disisi lain ada kemungkinan bagi kaum monopolis untuk menggunakan
strategi diskriminasi harga untuk mengurangi output di salah satu pasar.
Karena itu tidak ada teori umum dan pasti tentang implikasi dari diskriminasi
harga.
Dalam perdagangan internasional cenderung mengurangi hasil produksi dari
produsen pesaing lokal, tetapi hal ini dapat meningkatkan hasil produsksi dari
industri hilir. Setiap situasi patut dianalisis secara khusus dan karena itu
dumping tidak berbeda dari impor dengan harga rendah lainnya.
b. Penyebaran Pendapatan
Di satu sisi, pesaing lokal yang merupakan produksi barang sejenis dapat
kehilangan keuntungan karena praktik dumping ini. Karena dumping ini
pemegang saham akan kehilangan dividennya dan pekerja akan kehilangan

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan untuk beberapa waktu. Di sisi lain, barang dengan harga rendah ini
akan secara langsung menguntungkan kondisi keuangan dari para konsumen.
c. Dampak terhadap proses kompetisi dalam perdagangan internasional (effects
on the competitive proces in international trade)
Dampak praktik dumping ini terhadap kompetisi sangat bervariasi, tergantung
pada apakah diskriminasi harga yang terjadi secara horizontal atau vertical.
Dampaknya antara lain sebagai berikut:
1) Jika dikriminasi harga ini merupakan hasil transisi dari monopoli total
kebiasaan yang lebih kompetitif, maka diskriminasi harga akan
berpihak kepada persaingan.
2) Jika diskriminasi harga membantu proses pengrusakan kartel
internasional, maka diskriminasi harga ini akan menjadi prokompetitif
terhadap negara impotir dan juga negara eksportir.
3) Jika diskriminasi harga merupakan bukti adanya harga praktik
penangsaan atau merupakan tameng dari adanya kerusakan sistem
ekonomi, maka diskriminasi harga bisa menjadi anti kompetitif.
Diskriminasi harga horizontal adalah diskriminasi terhadap pesaing pada
tingkat industri yang sama, sebagaimana penjualan dengan harga rendah lainnya.
Bahwa diskrimansi harga horizontal ini akan menghilangkan beberapa pesaing di
negara pengimpor.

Universitas Sumatera Utara

Dalam perdagangan internasional, dumping tersebut menguntungkan bagi
industri hilir dinegara pengimpor. Adanya produk impor dengan harga rendah (pada
umumnya berbentuk bahan baku) akan meningkatkan keuntungan bagi industri dalam
negeri yang menggunakannya.
2. Dampak praktik dumping di Indonesia sebagai eksportir
Dalam pola diskriminasi harga internasional, pasar yang kurang elastis atau
mempunyai peraturan bisnis yang sangat kaku, umumnya cenderung memberlakukan
harga tinggi untuk konsumen dalam negeri.
Di sisi lainnya dengan memperluas kesempatan ekspor, diskriminasi harga
yang berupa dumping ini dapat menguntungkan konsumen dalam negeri dengan
memungkinkan adanya biaya produksi yang rendah, investasi yang lebih besar untuk
produk baru dan juga peningkatan kapasitas produksi yang dapat menambahkan
kesejahteraan dari konsumen barang dumping.
Konsekuensi dari praktik dumping ini mengakibatkan produksi barang
industri dalam negeri secara bersamaan membatasi untuk investasi pula pada
penelitian dan pengembangan serta peningkatan daya manusia.
Di samping itu akan terjadi ketertutupan negara tersebut dengan produk
sejenis dari yang lain, terutama jika terjadi subsidi silang atas barang dumping. Jadi,
apapun alasannya bahwa praktik dumping tetaplah dapat merugikan negara eksportir
secara tidak langsung dan untuk jangka waktu yang panjang akan dapat merugikan.

Universitas Sumatera Utara