Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan

(1)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PROSEDUR KEPABEANAN DALAM KEGIATAN EKSPORT IMPORT BARANG DI

PELABUHAN BERDASARKAN UU NO. 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

RENDRO MASETIO

NIM : 030 – 200 - 246

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PROSEDUR KEPABEANAN DALAM KEGIATAN EKSPORT IMPORT BARANG DI

PELABUHAN BERDASARKAN UU NO. 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

DISUSUN OLEH :

RENDRO MASETIO

NIM : 030 – 200 - 246

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS NIP. 131 764 556

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS Hermansyah, SH.M.Hum

NIP.131 764 556 NIP. 131 460 767

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Syukur Penulis ucapkan ke Hadirat Allah SWT yang telah mengkaruniai kesehatan dan kelapangan berpikir kepada Penulis sehingga akhirnya tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini berjudul :“TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PROSEDUR KEPABEANAN DALAM KEGIATAN EKSPORT IMPORT BARANG DI PELABUHAN BERDASARKAN UU NO. 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Keperdataan.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.MH selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.

3. Bapak Syafruddin, SH.MH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU. 4. Bapak M. Husni, SH.M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

USU.

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MH selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi ini.


(4)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

6. Bapak Hermansyah, SH.M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penulisan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu para dosen dan seluruh staf administrasi Fakultas Hukum USU dimana penulis menimba ilmu selama ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Hukum USU yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu. Semoga persahabatan kita tetap abadi.

Demikian Penulis sampaikan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperluas cakrawala berpikir kita semua.

Medan, April 2008 Penulis,


(5)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era perdagangan global sekarang ini arus barang masuk dan keluar sangatlah cepat. Untuk memperlancar urusan bisnisnya para pengusaha dituntut untuk memiliki pengetahuan yang cukup mengenai prosedur ekspor dan impor. Prosedur ekspor-impor adalah tata cara yang harus ditempuh dalam memenuhi ketentuan peraturan pemerintah serta kelaziman yang berlaku dalam pelaksanaan suatu transaksi ekspor impor. Pemahaman yang baik mengenai tata cara ekspor atau impor ini sangat penting dan akan semakin memperlancar proses pelaksanaan ekspor impor. Disamping kerumitan yang terjadi dalam prosedur ekspor impor, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) juga membuat beberapa kebijakan berkenaan dengan fasilitas dan kemudahan dalam transaksi ekspor impor. Kebijakan tersebut diberikan kepada para pelaku bisnis yang tertib pelaksanaan dan administrasi dalam melakukan transaksi ekspor impor.1

Dewasa ini terjadi indikasi bahwa prosedur eksport import Indonesia masih jauh tertinggal dari Negara-negara lain. Pemerintah mengakui Indonesia masih kalah dibandingkan negara tetangga, khususnya dalam hal kemudahan prosedur ekspor impor. Hal ini tercantum dalam Laporan Bank Dunia dan International Finance Company (IFC) bertajuk "Doing Business 2008" untuk Asia Timur yang dirilis pekan lalu. Tiga indikator prosedur yang dinilai Bank Dunia menghambat perdagangan ini meliputi: banyaknya dokumen, waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk tiap kegiatan

1

Upaya Peningkatan Laju Eksport Import Indonesia, diakses dari situs :


(6)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

ekspor impor. Dan dari tiga indikator itu, Indonesia berada di peringkat ketiga, hanya unggul sekali dari Malaysia yang berada di peringkat 7 di bidang kebutuhan dokumen ekspor. Sedangkan Singapura selalu berada di peringkat atas. 2

Menurut Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, problem utama dalam kegiatan ekspor impor Indonesia adalah di bidang logistik dan belum efisiennya infrastruktur. Dalam hal ini pemerintah sudah mempunyai program untuk prioritaskan infrastruktur untuk dua tahun kedepan. Diantaranya, adalah pertimbangan pemerintah terhadap usul pengadaan kontainer pelabuhan kering (dryport container). Dengan adanya fasilitas itu, segala kegiatan dokumentasi tidak harus beres di pelabuhan, tapi bisa dimulai di kawasan industri. Cara lain, dengan pemberlakuan National Single Window (NSW) yang targetnya dimulai akhir tahun ini.Bank Dunia dalam laporannya menyebutkan dokumen yang dikumpulkan meliputi: dokumen pelabuhan, pernyataan kepabeanan, dokumen kliring, dan dokumen resmi yang dimiliki pihak terkait. Sedangkan waktu yang dicatat adalah hari kalender dari awal hingga akhir tiap prosedur. 3

Adapun penilaian terhadap komponen biaya adalah seluruh biaya yang terkait dengan penyelesaian prosedur ekspor impor, seperti biaya dokumen, biaya administratif untuk kepabeanan dan pengawasan teknis, biaya bongkar muat (Terminal Handling Charges). Bank Dunia menilai, negara pemilik sistem kepabenan yang efisien, jaringan transportasi yang baik, dan sedikitnya kebutuhan dokumen akan membuat prosedur ekspor impor makin cepat dan murah sehingga sangat kompetitif secara global. Dengan kegiatan ini diharapkan agar volume ekspor akan naik dan

2

Prosedur Eksport Import Indonesia tidak Efisien, diakses dari situs:

2007.

3 Ibid.


(7)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

terkait dengan tren pertumbuhan yang makin cepat dan makin luasnya pembukaan lapangan kerja. Sebaliknya, semakin banyak dokumen yang dibutuhkan berkorelasi dengan makin banyaknya korupsi di kepebeanan dan menyebabkan penundaan pengiriman barang serta banyak penyuapan. Akibatnya banyak pihak yang menghindari membayar kewajibannya, dan penyelundupan barang di perbatasan antar negara pun terjadi.

Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional Bachrul Chaeri menilai, penerapan NSW akan menghilangkan biaya di bawah meja yang selama ini angkanya cukup besar. Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Luar Negeri Herry Soetanto optimistis arus ekspor impor bakal tumbuh seiring dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015. Terutama karena tarif perdagangan antar negara ASEAN akan dihapuskan pada saat itu Departemen Perdagangan mengaku kesulitan mengakses data ekspor dan impor secara cepat setelah program pertukaran data elektronik (electronic data interchange/EDI) dihentikan. 4

Selanjutnya Salah satu hal yang juga harus diperhatikan dalam kegiatan eksport import lainnya adalah mengenai akses data. Departemen Perdagangan mengaku kesulitan mengakses data ekspor dan impor secara cepat setelah program pertukaran data elektronik (electronic data interchange/EDI) dihentikan. Padahal, kebutuhan data ini sangat penting untuk menganalisis hasil implementasi kebijakan perdagangan. Dengan keluarnya Undang Undang Kepabeanan No. 17 Tahun 2006, ada pasal yang menyebabkan pertukaran data elektronik dihentikan. Alasannya, data tersebut menyangkut kerahasiaan perusahaan yang hanya bea cukai yang tahu. Pada dasarnya kebutuhan data ini sangat tinggi khususnya dalam evaluasi berbagai kebijakan terkait perdagangan. Misalnya, kebijakan Pungutan Ekspor (PE) bagi

4 Ibid.


(8)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

produk-produk tertentu. Dengan adanya data perdagangan secara cepat maka tindak lanjut bagi kebijakan baik berupa insentif ataupun lainnya bisa segera dilakukan. Untuk itu, Departemen Keuangan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bisa mengharapkan dapat membuka akses datanya. Bila terdapat data yang bersifat rahasia, Departemen Perdagangan hanya akan mengakses data yang bebas. Tujuannya untuk memetakan berbagai komoditas ekspor maupun impor yang ada. Dengan pengetahuan ini nantinya akan memudahkan pembuatan langkah kebijakan atau insentif yang diperlukan.5

Salah satu sektor yang sangat penting lainnya dalam kegiatan ekspor impor adalah sektor pelabuhan. Pelabuhan adalah sektor yang sangat strategis dalam usaha pembangunan ekonomi nasional karena menentukan kelancaran perdagangan barang Pengetahuan data ini juga sangat besar pengaruhnya pada stabilisasi harga di dalam negeri, misalnya untuk pengamanan pasokan domestik pemerintah menetapkan PE untuk komoditas tertentu. Efektifitas kebijakan ini hanya bisa dilakukan dengan melihat data ekspor komoditas tersebut. Saat ini Departemen Perdagangan hanya mengandalkan data harga yang dimilikinya. Padahal, tujuan dari PE ialah menekan arus keluarnya barang. Meski harga bisa menjadi salah satu indikator, tapi perubahan pada pola eksporlah yang bisa menjadi dasar tindak lanjut kebijakan tersebut. Seiring terbitnya Undang Undang Kepabeanan selain semakin tertutupnya data kepabeanan, rencananya pemerintah akan mengubah PE menjadi bea keluar. Dengan bentuk baru ini, keputusan penetapan PE maupun Harga Patokan Ekspor (HPE) akan diputuskan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Sebelum ini keputusan penetapan HPE selalu melalui Permendag.

5

Asep Toha, Depperdag Kesulitan Akses Data Ekspor Impor, diakses dari situs : http://www.customs.go.id/news/readNews.php?Ch=02&ID=1261


(9)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

yang menghasilkan devisa. Letak geografis Indonesia yang jauh dari negara eksportir dan importir dunia, menuntut kinerja pelabuhan yang baik dan mampu berfungsi sebagai infrastruktrur yang membantu meningkatkan daya saing di pasaran internasional serta menghasilkan devisa yang lebih banyak. Salah satu fungsi pelabuhan adalah sebagai area penghubung (interface) wilayah daratan dan lautan dalam rantai proses perdagangan yang memiliki fungsi vital khususnya bagi Indonesia yang tingkat dependensi perdagangan lewat laut relatif dominan khususnya untuk orientasi volume dan nilai perdagangan barang. Eksistensi pelabuhan sebagai penghubung moda transportasi sangat mempengaruhi tingginya biaya pungutan liar (pungli) yang tidak logis dan riil pada seluruh institusi pengelola dan penyedia jasa di pelabuhan baik secara langsung dan tidak langsung yang menyebabkan high cost economy.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah skripsi, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan prosedur kepabeanan dalam kegiatan ekspor impor barang di Pelabuhan berdasarkan UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Sebagaimana diketahui, Pengetahuan mengenai prosedur ekspor impor Indonesia atau tata cara pelaksanaan perdagangan bebas internasional maupun berbagai peraturan yang ditetapkan Departemen Keuangan Republik Indonesia yang membawahi Direktorat Jenderal Bea Cukai dan Direktorat Jenderal Pajak, dan atau Departemen Perdagangan menjadi hal yang sangat penting, oleh karena instansi pemerintah tersebut berurusan langsung dengan ketentuan maupun prosedur ekspor impor Indonesia. Oleh karenanya, Kemampuan kita sebagai para pelaku perdagangan internasional Indonesia/pelaku ekspor impor Indonesia dan bisnis internasional Indonesia dituntut untuk menjadikan berbagai informasi tentang kemudahaan perdagangan bebas internasional dapat memberikan keuntungan yang


(10)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

maksimal terhadap aktifitas perdagangan bebas internasional. Beberapa peraturan baru yang sudah atau akan ditetapkan dan diberlakukan di Indonesia atau negara lainnya, menuntut kita untuk selalu mengikuti perkembangan dan perubahan - perubahan peraturan dibidang perdagangan ekspor impor Indonesia dan bisnis dalam perdagangan bebas internasional.

B. Rumusan Permasalahan

Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang akan saya bahas di dalam skripsi ini adalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana Prosedur Ekspor dan Impor barang di Pabean berdasarkan UU No. 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan.

2. Apa saja yang menjadi hambatan dan upaya penanggulangannya dalam rangka meningkatkan kegiatan ekpor impor di Indonesia

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini secara singkat, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Prosedur Ekspor dan Impor barang di Pabean berdasarkan UU No. 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan.

2. Untuk mengetahui hal-hal saja yang menjadi hambatan dan upaya penanggulangannya dalam rangka meningkatkan kegiatan ekpor impor di Indonesia

Selanjutnya, penulisan skripsi ini juga diharapkan bermanfaat untuk : 1. Manfaat secara teoretis.


(11)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Penulis berharap kiranya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk dapat memberikan masukan sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan Prosedur Ekspor dan Impor barang di Pabean berdasarkan UU No. 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan.

2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberi pengetahuan tentang tindak pidana asuransi yang dilakukan oleh para pelaku ekspor impor di Indonesia. Seperti diketahui bersama pengetahuan mengenai proses ekspor impor bagi pelaku perdagangan internasional sangat penting. Dengan mengetahui prosedur perdagangan bebas internasional yang baru dan aktual dapat membuat perbedaan signifikan dalam cara berdagang . Semua kemudahan dari pembuatan dokumen ekspor impor, kemudahan dalam proses pengiriman / trasportasi barang dagangan, bekerja sama dengan asuransi untuk melindungi aset perdagangan sampai peran serta lembaga perbankan dalam dukungannya terhadap kegiatan ekspor impor Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

Dalam perdagangan bebas internasional, pengetahuan dibidang bisnis ekspor impor dan perdagangan bebas internasional sangat menentukan daya saing kita . Dengan menggunakan kemudahan atau fasilitas yang ada peraturan perdangan ekspor impor, konsep, cara atau prosedur ekspor impor dapat meningkatkan kepercayaan dan kemampuan aktivitas ekspor impor Indonesia, serta menghapus keraguan untuk melakukan bisnis internasional dalam kerangka perdagangan bebas internasional.


(12)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Pembahasan skripsi ini dengan judul: “TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PROSEDUR KEPABEANAN DALAM KEGIATAN EKSPOR IMPOR BARANG DI PELABUHAN BERDASARKAN UU No. 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN”, adalah masalah yang sebenarnya sudah sering kita dengar, dimana setiap kegiatan ekspor impor harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di suatu Negara.

Permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran dari penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang berlaku maupun dengan doktrin-doktrin yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

Di dalam UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan memberikan penegasan pengertian Impor secara yuridis, yaitu pada saat barang memasuki Daerah Pabean dan menetapkan saat barang tersebut wajib Bea Masuk serta merupakan dasar yuridis bagi Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan.6

Selanjutnya undang-undang ini juga memberikan penegasan tentang pengertian Ekspor. Secara nyata Ekspor terjadi pada saat barang melintasi Daerah Pabean, namun mengingat dari segi pelayanan dan pengamanan tidak mungkin menempatkan Pejabat Bea dan Cukai di sepanjang garis perbatasan untuk memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan ekspor barang, maka secara yuridis ekspor dianggap telah terjadi pada saat barang tersebut sudah dimuat atau akan

6


(13)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

dimuat di sarana pengangkut yang akan berangkat ke luar Daerah Pabean. Yang dimaksud dengan sarana pengangkut adalah setiap kendaraan, pesawat udara, kapal laut, atau sarana lain yang digunakan untuk mengangkut barang atau orang. Akan dimuat dalam ayat ini mengandung pengertian bahwa barang ekspor tersebut telah dapat diketahui untuk tujuan dikirim ke luar Daerah Pabeabn (ekspor), karena telah diserahkannya Pemberitahuan Pabean kepada Pejabat Bea dan Cukai. Dapat saja barang tersebut masih berada di Tempat Penimbunan Sementara atau di tempat-tempat yang disediakan khusus untuk itu, termasuk di gudang atau pabrik eksportir yang bersangkutan.7

Di dalam UU No. 17 Tahun 2006 sebagai pengganti UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dirumuskan Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean sedangkan pengertian Ekspor sebagai kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean sedangkan 8

Di dalam Penjelalasan UU No. 17 Tahun 2006 tentang kepabeanan diberikan memberikan penegasan pengertian impor secara yuridis, yaitu pada saat barang memasuki daerah pabean dan menetapkan saat barang tersebut terutang bea masuk serta merupakan dasar yuridis bagi pejabat bea dan cukai untuk melakukan pengawasan. Selanjutnya undang-undang ini juga memberikan penegasan tentang pengertian ekspor. Secara nyata ekspor terjadi pada saat barang melintasi daerah pabean, namun mengingat dari segi pelayanan dan pengamanan tidak mungkin menempatkan pejabat bea dan cukai di sepanjang garis perbatasan untuk memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan barang ekspor, maka secara yuridis ekspor

7

Penjelasan Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan 8


(14)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

dianggap telah terjadi pada saat barang tersebut telah dimuat di sarana pengangkut yang akan berangkat ke luar daerah pabean.9

Berbicara mengenai kepabeanan, kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar dengan daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini.10

Sedangkan Kawasan pabean adalah kawasan dengan batasbatas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

11

1. melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya

Pada dasarnya Custom (Instansi Kepabeanan) di mana pun di dunia ini adalah suatu organisasi yang keberadaannya amat essensial bagi suatu negara, demikian pula dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Instansi Kepabeanan Indonesia) adalah suatu instansi yang memiliki peran yang cukup penting bagi negara dalam melakukan tugas dan fungsinya untuk :

2. melindungi industri tertentu di dalam negeri dari persaingan yang tidak sehat dengan industri sejenis dari luar negeri.

3. memberantas penyelundupan.

4. melaksanakan tugas titipan dari instansi-instansi lain yang berkepentingan dengan lalu lintas barang yang melampaui batas-batas negara.

9

Penjelasan Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan 10

Pasal 1 ayat (1) dan (2) UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan 11


(15)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Kepabeanan dan pelabuhan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Pelabuhan memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut :

1). Pengertian Pelabuhan Secara Umum

“Pelabuhan adalah suatu tempat (daerah perairan dan daratan) dimana kapal dapat berlabuh dengan aman dan dapat melakukan bongkar / muat barang dan turun / naik penumpang dari / ke kapal”.

2). Pengertian Pelabuhan Menurut PP No. 11 tahun 1983

“Pelabuhan adalah daerah tempat berlabuh dan / atau bertambatnya kapal laut untuk menaikkan dan menurunkan penumpang”. Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian pelabuhan mencakup pengertian sebagai prasarana dari sistem transportasi.12 Jadi pelabuhan adalah : “suatu lingkungan kerja yang terdiri dari daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas yang memungkinkan berlabuh dan bertambatnya kapal, untuk terselengaranya bongkar / muat barang serta turun / naikknya penumpang dari suatu moda transportasi laut (kapal) ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya”. 13

Selanjutnya menurut Indische Scheepvartswet (Stb. 1936 No. 700)pelabuhan terbagi atas : 14

12

Pasal 1 PP No. 11 tahun 1983 tentang Prosedur Kepelabuhanan 13

Manual on Freight Forwarding, United Nation, INFA INSTITUTE, Basic Freight Forwarding Course, Module Port Procedures, 2007.

14 Ibid

1. Pelabuhan Laut

Yaitu : pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan dengan luar negeri, yang dapat dimasuki oleh kapal-kapal dari negara-negara sahabat.


(16)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Pelabuhan pantai pelabuhan yang tidak terbuka bagi perdagangan dengan luar negeri dan hanya dapat dimasuki oleh kapal-kapal berbendera Indonesia.

Menurut PP No. 11 tahun 1983, Pelabuhan terbagi atas : 1. Pelabuhan Umum

Pelabuhan umum adalah pelabuhan-pelabuhan yang terbuka untuk umum dan berada di bawah pengelolaan Perum Pelabuhan.

2. Pelabuhan Khusus

Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang penggunaannya khusus untuk kegiatan sektor perindustrian, pertambangan atau pertanian, yang pembangunannya dilakukan oleh instansi yang bersangkutan untuk bongkar / muat bahan baku / hasil produksinya.

Pelabuhan dibagi lagi atas pembagian : 15

a. Custom Port

1. Letak Geografis terbagi atas :

a. pelabuhan pantai yang terletak di pantai laut. b. pelabuhan sungai yang terletak di dalam sungai. 2. Lengkapnya pelabuhan terbagi atas :

a. Pelabuhan Internasional b. Pelabuhan Regional c. Pelabuhan Lokal

3. Volume Kegiatan terbagi atas : a. Pelabuhan Import

b. Pelabuhan Eksport

4. Pengawasan Bea Cukai terbagi atas :

15


(17)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

b. Free Port

5. Jenis Pelayaran terbagi atas a. Pelabuhan Samudera b. Pelabuhan Nusantara

c. Pelabuhan Pelayaran Rakyat

Secara umum, fungsi pelabuhan adalah : 1. Interface

Yaitu : pelabuhan selain sebagai tempat pertemuan dua moda transportasi (darat dan laut), juga sebagai tempat pertemuan berbagai kepentingan (interest) yang saling terkait satu sama lainnya, yang harus terkoordinasi dengan baik.

2. Link

Yaitu : pelabuhan sebagai mata rantai dari dua sistem transportasi (darat dan laut). Sebagai mata rantai, pelabuhan akan sangat mempengaruhi kegiatan transportasi secara keseluruhan.

3. Gateway

Yaitu : sebagai pintu gerbang dari suatu negara/derah dan memegang peranan yang sangat penting bagi perekonomian negara/daerah tersebut.

4. Industry Entity

Yaitu : pelabuhan berfungsi bagi industri khususnya yang berada di lingkungan pelabuhan dan harus mampu menyiapkan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan bai perkembangan industri.

Sesuai dengan fungsinya, maka kegiatan pelabuhan (Port Activities) meliputi kegiatan di kapal dan penanganan muatan dari kapal ke dermaga masuk gudang langsung keluar pelabuhan, yang termasuk dalam lingkungan Port Operation.


(18)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

F. Metode Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Pengumpulan data untuk mendukung dan melengkapi penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara Library Research (penelitian kepustakaan). Selanjutnya penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Langkah pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan prosedur kepabeanan dalam kegiatan ekspor impor Selain itu dipergunakan juga bahan-bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan persoalan ini.

Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perdata khususnya yang berkaitan dengan prosedur kepabeanan dalam kegiatan ekspor impor.

2. Data

Selanjutnya data yang diteliti adalah data sekunder yang terdiri dari : a. Bahanh hukum primer berupa peraturan perundang-undangan, buku.

b. Bahan hukum skunder berupa bahan acuan lainnya yang berisikan informasi yang mendukung penulisan skripsi ini, seperti tulisan-tulisan, surat kabar, internet dan sebagainya.

3. Analisis Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Analisis data yang digunakan dalam


(19)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

skripsi ini adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempertegas penguraian isi dari skripsi ini, serta untuk lebih mengarahkan pembaca, maka berikut di bawah ini penulis membuat sistematika penulisan/gambaran isi skripsi ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan bab pendahuluan yang menguraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Keaslian Penulisan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan yang diakhiri dengan Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II KEPABEANAN DALAM UU NO. 17 TAHUN 2006 TENTANG

KEPABEANAN

Pada bab ini dibahas mengenai Pengertian dan Struktur Kepabeanan, Tugas dan Wewenang Kepabeanan dan Sekilas mengenai Standar Kepabeanan ASEAN

BAB III PRINSIP PROSEDUR KEGIATAN EKSPOR IMPORT

Pada bab ini dibahas mengenai Pengertian dan Prosedur Kegiatan Eksport Import, Dokumen kegiatan Ekspor Impor dan Proses Pembayaran dalam Kegiatan Ekspor Impor


(20)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

BAB IV PROSEDUR KEPABEANAN DALAM KEGIATAN EKSPORT IMPORT BARANG DI PELABUHAN BERDASARKAN UU NO. 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN

Pada bab ini dibahas mengenai Prosedur Kepabeanan untuk kegiatan Ekspor Barang, Prosedur Kepabeanan untuk kegiatan Impor Barang dan Hal-hal yang menjadi Hambatan dan Penanggulangan dalam Peningkatan Kegiatan Ekspor Impor Barang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai hasil dari pembahasan dan penguraian skripsi ini secara keseluruhan.

BAB II

PRINSIP-PRINSIP KEPABEANAN DALAM UU NO. 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN

A. Pengertian dan Struktur Kepabeanan.

Bea dan Cukai adalah suatu lembaga pemerintah di bawah Departemen Keuangan yang mengurusi pungutan Bea dan Cukai yang dikenakan terhadap barang-barang yang keluar ataupun masuk daerah pabean agar pelaksanaan, pengawasan, pelarangan dan pembatasan menjadi efektif dan terkoordinasi.

Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan tugas pokok Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah Menyelenggarakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di bidang Kepabeanan dan Cukai berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri, yaitu:

1. Pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean 2. Pemungutan Bea Masuk


(21)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

3. Pemungutan cukai terhadap barang kena cukai

4. Pemungutan pajak lainnya yang ditugaskan pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan

5. Penyelenggaraan praktik Kepabeanan Internasional (Persetujuan Perdagangan Internasional).

Visi dan misi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah sejajar dengan institusi Kepabeanan dan Cukai dunia dibidang kinerja dan citra. Misi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah Pelayanan yang terbaik kepada industri perdagangan dan masyarakat.

Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut strategi yang dipilih adalah Profesionalisme, Efisiensi dan Pelayanan dengan melalui 5 komitmen harian yaitu: 1. Tingkatkan pelayanan

2. Tingkatkan Transparansi, keadilan dan konsistensi 3. Pastikan pengguna jasa bekerja sesuai ketentuan 4. Hentikan perdagangan illegal

5. Tingkatkan integritas 16

Direktorat Teknis Kepabeanan mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang impor dan ekspor, identifikasi dan klasifikasi barang, tarif bea masuk dan nilai

Bea cukai memiliki beberapa direktorat, yaitu :

1). Direktorat Teknis Kepabeanan

16


(22)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

pabean. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pabean menyelenggarakan fungsi : 17

2). Direktorat Fasilitas Kepabeanan

1. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang impor dan ekspor;

2. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang identifikasi dan klasifikasi barang dan tarif bea masuk;

3. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang nilai pabean, profil komoditi dan data harga; 4. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Direktorat Fasilitas Kepabeanan mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang keringanan pembebasan dan pengembalian bea masuk, kemudahan tata niaga impor, serta tempat penimbunan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Fasilitas Kepabeanan menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut :18

17

Ibid. 18

Ibid.

a). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang pembebasan relatif dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri serta pencegahan pencemaran lingkungan, dan keringanan pembebasan bea masuk serta kemudahan tata niaga atas impor dalam rangka proyek pemerintah;


(23)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

b). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang pertambangan;

c). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang penimbunan, pembebasan dan pengembalian bea masuk serta kemudahan tata niaga atas impor barang dan atau bahan baku dalam rangka pengembangan ekspor;

d). pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

3). Direktorat Cukai

Direktorat Cukai mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang cukai, serta pelaksanaan pemberian perizinan dan fasilitas dibidang cukai, dan urusan pita cukai, . Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Cukai menyelenggarakan fungsi : a). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis

dan evaluasi pelaksanaan dibidang cukai hasil tembakau,

b). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang cukai etil alkohol, minuman mengandung etil alkohol dan barang kena cukai lainnya;

c). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan pengkajian tarif cuka, harga dasar, produksi, ekspor, impor, perkembangan harga pasar, dalam rangka intensifikasi cukai, penambahan dan pengurangan jenis Barang Kena Cukai;

d). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang pita cukai


(24)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

f). pelaksanaan urusan penyediaan, penyimpanan, pendistribusian, penukaran dan perusakan pita cukai;

g). pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

4). Direktorat Penindakan dan Penyelidikan

Direktorat Penindakan dan Penyidikan mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang intelijen, penindakan peraturan perundang-undangan dan penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai, serta pelaksanaan intelijen dalam rangka pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Penindakan dan Penyidikan Penyelundupan menyelenggarakan fungsi : 19

a) penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan intelijen dalam rangka pencegahan pelanggaran peraturan peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai;

b) penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang patroli dan opersi dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai;

c) penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai;

d) penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan penyediaan dan pemeliharaan sarana operasi;

19


(25)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

e) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

Untuk tugas di bidang penindakan dan penyidikan ini diatur di dalam UU No. 17 Tahun 2006, yang menyatakan bahwa : : “pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diberi wewenang khusus sebagai penyidik. Karena kewajibannya tersebut, penyidik pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berwenang untuk melakukan penangkapan, penahanan dan menghentikan penyidikan”. 20

Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang menyatakan bahwa :”penyidikan terhadap tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai”.21

Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di bidang kepabeanan dan cukai dinyatakan bahwa : “barangsiapa selain Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dirjen Bea dan Cukai yang mengetahui atau menerima laporan tentang adanya tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai, wajib melaporkan kepada penyidik pengawai negeri sipil Dirjen Bea dan Cukai. Jadi, apabila ada indikasi terjadinya tindak pidana kepabeanan yang diketahui oleh siapa saja termasuk oleh kepolisian, hal tersebut wajib dilaporkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dirjen Bea dan Cukai. 22

5). Direktorat Audit

20

Pasal 112 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan 21

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di bidang kepabeanan dan cukai.

22

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di bidang kepabeanan dan cukai.


(26)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Direktorat Audit mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang audit kepabeanan dan cukai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Audit menyelenggarakan fungsi :

a). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan dibidang perencanaan audit kepabeanan dan cukai. b). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan

evaluasi pelaksanaan dibidang pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai;

c). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi hasil pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai;

d). pelaksanaan registrasi kepabeanan; e). pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

6). Direktorat Kepabeanan Internasional

Direktorat Kepabeanan Internasional mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan kerjasama internasional dibidang kepabeanan Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Kepabeanan Internasional menyelenggarakan fungsi :

a). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan kerjasama internasional dibidang kepabeanan yang berhubungan dengan World Customs organization (WCO) dan World Trade Organization (WTO);


(27)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

b). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan kerjasama internasional dibidang kepabeanan yang berhubungan dengan lembaga bilateral;

c). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan kerjasama internasional dibidang kepabeanan yang berhubungan dengan forum regional dan multilateral lainnya;

d). pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

7). Direktorat Perencanaan Dan Peraturan Kepabeanan Dan Cukai

Direktorat Perencanaan Penerimaan Bea dan Cukai mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang penerimaan, penelaahan dan publikasi peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai, bantuan hukum, keberatan dan banding, serta pelaksanaan publikasi, bantuan hukum, penelitian atas keberatan terhadap penetapan dibidang kepabeanan dan cukai, dan urusan banding. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perencanaan Penerimaan Bea dan Cukai menyelenggarakan fungsi :

a). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang pelaporan penerimaan, penagihan serta pengembalian atas pungutan bea masuk, cukai dan pungutan negara lainnya yang dipungut Direktorat Jenderal.

b). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan dibidang penelaahan, evaluasi dan rekomendasi penyempurnaan rancangan dan/atau pelaksanaan kebijakan dan peraturan


(28)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

perundang-undangan dibidang kepabeanan dan cukai Direktorat Jenderal serta pengembalian bea masuk dan cukai;

c). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan dibidang penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai;

d). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan dibidang kepabeanan dan cukai, dan urusan banding;

e). penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan pemberian bantuan hukum dibidang kepabeanan dan cukai;

f). pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

8). Direktorat Informasi Kepabeanan Dan Cukai

Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang manajemen resiko, pengembangan teknologi informasi, otomasi sistem dan prosedur, pengolahan data serta pelaporan kepabeanan dan cukai Untuk melaksanakan tugas tersebut, Pirektorat Informasi Kepabeanan dan Cukai menyelenggarakan fungsi :

a) penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan dibidang manajemen resiko kepabeanan dan cukai; b) penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis

evaluasi dan pelaksanaan pengembangan teknologi informasi dalam rangka otomasi sistem dan prosedur kepabeanan, cukai, dan administrasi lainnya;


(29)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

c) penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan perencanaan, penyediaan, pemeliharaan, pengendalian dan pengoperasian sarana otomasi Direktorat Jenderal;

d) penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis evaluasi dan pelaksanaan pengolahan data kepabeanan dan cukai dalam rangka pelayanan informasi dan pelaporan kepabeanan dan cukai;

e) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

B. Tugas dan Wewenang Kepabeanan

Tugas dan wewenang Kantor Bea dan Cukai dalam Pengawasan Ekspor dan Impor barang di Pelabuhan akan dibahas lebih lanjut. Tugas adalah sesuatu yang wajib dikerjakan atau ditentukan dan untuk dilakukan.23 Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu; Pengawasan adalah penilikan penjagaan atas ekspor dan impor; dan Kantor Bea dan Cukai adalah salah satu instansi pemerintah yang melaksanakan kegiatan operasional dalam hal pemungutan bea masuk maupun cukai terhadap barang ekspor atau impor.24

23

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, Hal. 964.

24

Majalah Warta Bea dan Cukai, Tahun 1990, dapat juga diakses dari situs : http: //www.legalitas.org.

Tugas Direktorat Bea dan Cukai yang utama adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(30)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai fungsi : 25

Sebagai daerah kegiatan ekonomi maka sektor Bea dan Cukai merupakan suatu instansi dari pemerintah yang sangat menunjang dalam kelancaran arus lalu lintas ekspor dan impor barang di daerah pabean. Adapun tujuan pemerintah dalam 1). perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

2). perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3). perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan lainnya yang pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

4). perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan, kemudahan, ketatalaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

5). pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai serta penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

25

Amis MS, Ekspor Impor Teori dan Penerapannya, Seri Umum No. 3, PPM, Jakarta, 1986, hal. 9-12.


(31)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

mengadakan pengawasan adalah untuk menambah pendapatan atau devisa negara; sebagai alat untuk melindungi produk-produk dalam negeri (proteksi); dan sebagai alat pengawasan agar tidak semua barang dapat keluar masuk dengan bebas di pasaran Indonesia atau daerah pabean (penyelundupan). Untuk menghindari hal tersebut, maka untuk keluar masuknya barang melalui suatu pelabuhan harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang sah melalui kerjasama antara Bea dan Cukai dengan instansi lain pengelola pelabuhan untuk mengelola, memelihara, menjaga keamanan dan kelancaran arus lalu lintas barang yang masuk maupun keluar daerah pabean dengan maksud untuk mencegah tindakan penyelundupan yang merugikan negara.26

Terhadap barang-barang ekspor dan impor dilakukan pemeriksaan pabean untuk memperoleh data dan penilaian yang tepat mengenai pemberitahuan pabean yang diajukan, terhadap barang ekspor dan impor dilakukan pemeriksaan atas fisik barang dilakukan secara cermat dan terinci dalam arti pemeriksaan barang hanya dilakukan atas importasi yang beresiko tinggi, barang berbahaya bagi masyarakat dan negara serta impor yang dilakukan importir yang mempunyai reputasi atau catatan yang kurang baik.27

Terhadap barang ekspor dilakukan penelitian dokumen dalam hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan fisik. Dalam rangka usaha meningkatkan daya saing barang ekspor Indonesia di pasar dunia diperlukan suatu kecepatan dan kepastian bagi eksportir, dengan demikian pemeriksaan pabean dalam bentuk pemeriksaan fisik diusahakan seminimal mungkin, sehingga terdapat barang ekspor pada dasarnya hanya dilakukan penelitian dokumen. Namun dalam keadaan tertentu atas Intruksi

26

Ibid. 27

Amir MS, Letter Of Credit : Dalam Bisnis Ekspor Impor, Seri ke -9, PPM, Jakarta, 2001, hal. 33-42


(32)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Menteri Keuangan dapat menetapkan ketentuan tentang pemeriksaan fisik atas barang ekspor.

Pembayaran bea masuk terhutang diterapkan sistem menghitung sendiri. Pejabat Bea dan Cukai tidak ada kewenangan untuk hal ini. Penetapan tarip dan nilai pabean diberikan sebelum atau sesudah pemberitahuan pabean atas impor diserahkan. Sedangkan penetapan nilai pabean untuk bea masuk hanya dapat diberikan setelah pabean diserahkan. Pemberitahuan penyerahan pemberitahuan melalu media elektronik atau sistim Electronic Data Interchange (selanjutnya EDI), Pembukuan dilakukan untuk pihak eksportir dan importir barang yang wajib diserahkan pada pabean. Setelah itu dilaksanakan pemeriksaan fisik barang yang dilakukan hanya untuk importir beresiko tinggi melalui sistim random atau acak jalur merah dan hijau.

Sering terjadi hal-hal yang merugikan negara antara lain : 28

Untuk menghindari terjadinya penyelundupan maka Bea dan Cukai dalam tempat dan kedudukannya menetapkan wewenang untuk :

a) Penyelundupan illegal yang dilakukan di luar pelabuhan tanpa memenuhi formalitas pelabuhan, misalnya saja; menurunkan barang di tengah laut dengan tujuan menghindari pungutan pabean;

b) Penyelundupan illegal yang dilakukan melalui pelabuhan dengan atau tanpa bantuan instansi-instansi pelabuhan dengan permainan kualitas atau kuantitas dengan tujuan mengurangi bea masuk dengan cara; merendahkan harga barang; mengurangi jumlah barang; mengisi macam-macam barang dalam satu atau dua peti; menggunakan dokumen palsu atau dengan merk yang sama untuk barang yang mahal dan murah.

29

28

Amir MS, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, Seri Bisnis Internasional No. 4, PPM, Jakarta, 2000, hal. 7-13.


(33)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

a) Memeriksa segala macam kendaraan serta barang yang dimuatnya yang sekiranya mencurigakan;

b) Memerintahkan kapal-kapal yang dicurigai untuk berhenti berlabuh, mengadakan pemeriksaan guna mencegah penyelundupan kecuali kapal perang dan kapal pemerintah;

c) Membongkar kendaraan yang mencurigakan atas biaya bersalah; d) Memeriksa barang-barang larangan dan pembatasannya;

e) Pegawai-pegawai yang ditunjuk oleh Kepala Inspektorat Direktorat Bea dan Cukai berwenang memeriksa bangunan yang dicurigai untuk menyimpan barang-barang yang bertentangan melanggar peraturan-peraturan lapangan.

Tindakan dari pihak Bea Cukai terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan di atas adalah;

a). Menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut barang yang ada di atasnya; b). Memerintahkan agar sarana pengangkut dibawa ke kantor pabean atau ketempat

lain yang sesuai untuk pemeriksaan;

c). Melakukan penyegelan, penguncian dan pelengketan tanda pengaman yang diperlukan terhadap yang ada di atasnya yang belum sesuai kewajiban pabeannya dan barang lainnya yang harus diawali menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila hal tersebut dilanggar maka terkena Pasal 102 sampai Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.

Instansi-instansi yang terkait dalam pengawasan dan pemeriksaan bea dan cukai terhadap barang-barang adalah : 30

29

Amir MS, Kontrak Dagang Ekspor, Seri ke-2, PPM, Jakarta, 2002, hal 13-16. 30

Herry Gianto, Pengoperasian Pelabuhan, Pelabuhan Indonesia, Jakarta, 1999, hal. 56. 1). Polisi Airud;


(34)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

2). GAMAT (Penjagaan dan Penyelamatan);

3). Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3); 4). Kantor Kesehatan Pelabuhan;

5). Kantor Imigrasi; 6). Karantina Hewan dan; 7). Karantina Tumbuhan.

Keseluruhan pemaparan di atas adalah prosedur yang harus dipenuhi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Instansi-instansi dan unit kerja dimaksud antara lain disebutkan :

a). Administrator Pelabuhan di pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan oleh Badan Usaha Pelabuhan;

b). Unit Organik pelabuhan di pelabuhan-pelabuhan yang tidak diusahakan oleh Badan Usaha Pelabuhan;

c). Unit-unit pelaksana Badan Usaha Pelabuhan di pelabuhan yang diusahakan oleh Badan Usaha Pelabuhan;

d). Instansi-instansi Pemerintah lainnya seperti : a) Bea dan Cukai;

b) Imigrasi;

c) Pelayanan Kesehatan Pelabuhan; d) Karantina Hewan;

e) Karantina Tumbuh-tumbuhan;

f) Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3); g) Instansi Pemerintah Daerah

Melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang diamanatkan oleh undang-undang dalam kaitan pelabuhan sebagai tempat transit. Mengawasi keluar masuknya barang


(35)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

apakah telah dilengkapi dokumen-dokumen resmi dan membawa barang-barang yang illegal sesuai dengan yang tertera dalam dokumen barang.

Tuntutan globalisasi menuntut pelaksanaan yang cepat, tepat, teratur, efisien dan efektif, karena pelabuhan sebagai tempat transit tidak boleh barang lama menumpuk atau ditimbun, sehingga tuntutan kerja di atas sangat diharapkan dari instansi ini, karena bila tidak akan mengakibatkan kongesti pelabuhan.

Untuk mengantisipasi kegiatannya agar cepat, tepat, efektif dan efisien maka Bea dan Cukai dalam melaksanakan tugasnya menggunakan sistim EDI (Electronic Data Interchange). Sistim komputerisasi ini telah dilakukan sejak tahun 1990, yaitu sistim CFRS atau system pengeluaran barang cepat (Custom Fast Realease System). Efektif dilaksanakan pada 1 April 1997, sejak berlakunya UU 17 Tahun 2006 maka pengajuan barang impor menjadi kewenangan Bea dan Cukai yang tidak perlu lagi dilakukan pengurusan pra pengapalan di luar negeri.

Pelaksanaan komputerisasi sebelum EDI berlaku menggunakan sistim disket. Namun ada kelemahannya karena dinilai belum terlalu efisien dan efektif. Walaupun keunggulannya pihak peimpor bisa mencetak langsung Formulir Pengajuan Impor Barang (PIB) tanpa mengetik secara manual yang dahulu biasa dilakukan. Pihak Bea dan Cukai hanya mendownload.

Pelaksanaan hal di atas ada 2 (dua ) fakta, bahwa secara teori EDI yang pelaksanaannya awal tahun 1999 lebih cepat tapi kenyataannya kalau menyerahkan disket menunggu penetapan selanjutnya apakah kena jalur hijau atau merah. Bila ada kesalahan bisa komunikasi langsung untuk dokumennya dan diperbaiki. Sedangkan


(36)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

EDI, dari kantor Importir ke Bea dan Cukai hanya penyampaian data tapi tidak tahu sudah sampai atau belum data tersebut.31

C. Standar Kepabeanan ASEAN

Pemakaian EDI banyak keluhan dari pihak pengguna jasa, tapi menurut Bea dan Cukai hal itu merupakan taraf penyesuaian. Untuk memajukan sistim percepatan lalu lintas barang di pelabuhan Bea dan Cukai mengeluarkan Keputusan No. 81 Tahun 1999 yang terus berjalan sampai dengan berlakunya ketentuan baru yaitu Keputusan No. 7 Tahun 2003 yang berlaku 1 April 2003 tentang Sistim dan Prosedur Pelaksanaan Komputerisasi melalui EDI yang harus sudah dilakukan. Pelaksanaan EDI ini merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak Bea dan Cukai untuk menghindari adanya tatap muka antara pihak pengguna jasa dan pejabat Bea Cukai, untuk menjaga tidak terjadinya suap-menyuap atau KKN.

Dewasa ini telah dicanangkan standar kepabeanan Asean yang tercakup di dalam ASW (Asean Single Window). Asean Single Window yang ditandatangani 9 Desember 2005 di Kualalumpur, Malaysia dimana Indonesia dan 5 Negara Lainnya (Malaysia, Singapore, Thailand, Phillipina, Brunei) harus sudah menerapkan ASW pada tahun 2008. Sedangkan 4 negara Asean lainnya (CMV) pada tahun 2012. Sesuai ASW (Asean Single Window) action plan setiap negara membentuk kelembagaan untuk membentuk NSW. NSW didesain sebagai sistem yang menerapkan single admission, single synchronize and processing document, dan single decision. Maksudnya, NSW akan mengatur sendiri izin mana yang dibutuhkan oleh tiap instansi. Sistem ini juga sekaligus menyinkronisasi semua prosedur dari masing-masing instansi. Sinkronisasi ini perlu untuk membuat single decision yang

31 Ibid.


(37)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

menyangkut cargo clearance dan custom clearance. Jadi, tak diperlukan lagi keputusan dari beberapa instansi. 32

Latar Belakang Penerapan Sistem NSW dan ASW di Indonesia : 33

Dasar Hukum Penerapan Sistem NSW/ ASW adalah : 1). Komitmen RI dengan Internasional/ Regional Asean.

2). Kesepakatan pemimpin negara Asean dalam The Declaration of Asean Concord II (Bali Concord II) pada 7 Oktober 2003;

3). Kesepakatan Menteri-menteri Ekonomi dalam Asean Agreement to Establish and Implement The Asean Single Window, Kuala Lumpur 9 Desember 2005;

4). Kesepakatan Menteri Keuangan Asean dalam Asean Protocol to Establish and Implement The Asean Single Window, Desember 2006.

5). Kondisi kinerja pelayanan lalulintas barang ekspor-impor

6). Lead Time waktu penanganan barang impor yang masih terlalu lama (berdasarkan Studi JICA tahun 2005 memakan waktu 5,5 hari);

7). Masih adanya biaya-biaya dalam penanganan lalu lintas barang ekspor-impor, sehingga mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy);

8). Tingkat validitas dan akurasi data atas transaksi dan kegiatan ekspor-impor yang belum memadai, terutama terkait dengan data perijinan ekspor-impor;

9). Kepentingan nasional yang menghendaki adanya kontrol thd lalulintas barang eksporimpor secara lebih baik, terkait isu terorisme, trans-national crime, drug trafficking, illegal activity, IPR dan perlindungan konsumen.

34

32

National Single Window: Satu Pintu untuk Semua, diakses dari situs : 2007.

33 Ibid. 34

Penerapan Asean Single Window (ASW) dan National Single Window (NSW), diakses dari situs INDONESIA Powered by Mambo Generated: 23 February, 2008, 18:35


(38)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

1). Keppres No. 54 Tahun 2002 jo. Keppres No. 24 Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor : Tim Keppres 54 tahun 2002 akan lebih berfokus pada perumusan konsep tata ruang di pelabuhan dan tata kerja antar kelembagaan di pelabuhan untuk meningkatkan kelancaran arus barang, sedangkan Tim Persiapan NSW harus berfokus pada perumusan tata laksana penanganan barang ekspor-impor (melalui harmonisasi bisnis proses) dan tata kelola sistem pelayanan antar entitas di pelabuhan.

2). Inpres No.3 Tahun 2006 dan Inpres No. 6 Tahun 2007 :

Penerapan sistem NSW telah menjadi salah satu program kebijakan nasional yang harus diterapkan di Indonesia, dengan target penyelesaian Blue print pada Juli 2007 dan piloting NSW pada akhir Desember 2007.

3). Keputusan Menko Perekonomian No. 22/M.Ekon/03/2006 : Menko Perekonomian membentuk Tim Persiapan NSW, dengan menunjuk Menteri Keuangan selaku Ketua dan Menteri Perdagangan bersama Menteri Perhubungan selaku Wakil Ketua, sekaligus menetapkan 5 Satuan Tugas yang meliputi bidang Legal,

Kesesuaian Prosedur, Teknologi Informasi, Kepelabuhanan dan Kebandarudaraan. Secara umum hal-hal yang ingin dicapai melalui NSW, adalah :

a). menghilangkan interaksi langsung antar-orang-orang yang terlibat langsung dengan proses ekspor-impor. Jadi, tak ada lagi deal-deal dengan uang yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.

b). mempercepat proses ekspor-impor.

c). persiapan menuju integrasi ekonomi Asean.

Di Indonesia, telah diuupayakan untuk membentuk National Single Window (NSW). Dasar Pembentukan NSW adalah Agreement to Establish and Implement the Indonesia melalui Keputusan Menko Perekonomian No. Kep-22/M.EKON/03/2006


(39)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

tanggal 7 Maret 2006 membentuk Tim Persiapan National Single Window (NSW). Tugas Utama Tim NSW adalah membangun NSW sebagai sistem elektronik yang mampu melayani proses pengajuan dan pengolahan data dan informasi; pengambilan keputusan penyelesaian dokumen kepabeanan, kepelabuhanan dan kebandarudaraan secara terpadu dengan prinsip kesatuan, kecepatan pelayanan, konsisten, sederhana, transparan, efisien dan berkelanjutan. Perkembangan NSW di negara Asean lainnya, kecuali Singapore, adalah seperti di Filipina yang telah memiliki Executive Order untuk penerapan NSW, sedangkan Thailand memiliki pilot project yang focus pada pertukaran informasi dan proses penerbitan dokumen kepabeanan yang didasarkan pada Asean Custom Declaration, sedangkan Malaysia telah mempunyai design NSW tetapi sedang mempertimbangkan pilot project-nya.35

35

Ibid.

Selanjutnya NSW sesungguhnya merupakan turunan dari ide pembentukan pasar bersama Asean yang diharapkan terealisasi pada 2020. Namun, pada KTT Asean di Kuala Lumpur, Malaysia, 9 Desember 2005, rencana pasar bebas bersama dimajukan menjadi tahun 2015. Untuk mendukung rencana itu, negara-negara Asean sepakat membuat rancangan Asean Single Window (ASW). Dalam action Plan-nya, enam negara Asean (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand), hingga Septembern2008, sudah harus mengintegrasikan semua NSW. Empat negara lainnya (Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam) menyusul pada 2012. NSW sebenarnya dirancang sebagai portal khusus yang menyediakan jasa layanan impor secara elektronik. Kelak, dengan portal ini, pengurusan izin ekspor-impor hanya lewat satu pintu. Memang tujuan NSW untuk meningkatkan efisiensi dalam ekspor-impor.


(40)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Untuk Indonesia, pemerintah berencana menerapkan NSW untuk memperlancar urusan ekspor-impor. Kelak, NSW menyatu dengan Asean Single Window. Jadi, mengurus izin ekspor ke seluruh negara Asean cukup lewat satu negara. Seperti terjadi beberapa waktu yang lalu, sebanyak 2.500 pekerja Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang tergabung dalam Aliansi Pekerja Pelabuhan Indonesia (APPI), menggelar aksi unjuk rasa. Mereka berjalan kaki dari depan gedung Jakarta International Container Terminal menuju Plumpang. Para pekerja itu menuntut dihapuskannya pungli di pelabuhan.

Sekjen APPI, Agus Barlianto mengajak semua komponen untuk memberantas pungli di pelabuhan. Aksi itu sekaligus ingin mendeklarasikan 20 Mei sebagai Gerakan Anti Pungli di Pelabuhan (GAPP). Sebelum tanggal itu, APPI akan memaparkan titik-titik pungli sekaligus besarannya di pelabuhan. Dimana menurut sejumlah pengusaha, pungli dalam pengurusan dokumen di bea cukai dan syahbandar memang menempati urutan teratas. Salah satu penyebab pungli, adalah karena pengurusan surat-surat masih memungkinkan adanya tatap muka langsung. Pengurusan dokumen secara tatap muka, yang membuka kemungkinan terjadinya pungli, inilah yang bakal diberantas lewat penerapan National Single Window (NSW). Kelak, setelah proyek NSW rampung, semua pengurusan dokumen dilakukan secara elektronik, tidak ada tatap muka, dan hanya lewat satu pintu.

Carut-marut proses ekspor-impor memang sejak lama menjadi keluhan kalangan pengusaha. Mulai dari rumitnya prosedur perizinan, lamanya waktu


(41)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

clearance, mahalnya biaya pengurusan, dan banyaknya pungli justru dilakukan oleh oknum-oknum bea cukai sendiri. Masalah lainnya, selama ini kebijakan izin ekspor-impor belum terstandarisasi dan tak ada sinkronisasi antar instansi. Dan juga, belum terotomatisasi. Semua dokumen masih hard copy. Ini menyebabkan pengurusan


(42)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

dokumen menjadi lama dan kerap kali harus tatap muka. Maka, tak heran jika pungli pun marak. Kalangan pengusaha pun sejak lama jengah.

Thomas Darmawan, ketua umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), mengeluh selama ini pengusaha sering mendapat hambatan sewaktu di pelabuhan. Sebelum suatu barang mendapat izin keluar dari pelabuhan oleh bea cukai, barang tersebut harus terlebih dahulu mendapat izin dari Departemen Perdagangan, dinas karantina, Badan POM, Kementerian Lingkungan Hidup, dan instansi-instansi lainnya. Untuk mengurus semua izin itu dibutuhkan waktu 5 - 8 hari, padahal makanan punya masa kedaluwarsa yang tidak dapat dijual kembali kalau ditahan terlalu lama.36

A. Pengertian dan Prosedur Kegiatan Eksport Import

Masalah ini juga terungkap dari riset Japan International Corporation Agency (JICA) di beberapa pintu masuk utama, seperti Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Soekarno-Hatta. Menurut JICA, penyebab keterlambatan ekspor-impor di Indonesia adalah lamanya proses pengurusan dokumen. Penyebab lainnya, lambatnya pergerakan kontainer.

Oleh karena itu, NSW merupakan portal satu jendela yang menggunakan dua tirai: trade net dan port net. Trade net khusus untuk melayani proses perizinan ekspor-impor. Adapun port net untuk mengawasi lalu lintas barang. Melalui trade net, semua ketentuan dan syarat ekspor-impor, yang sudah ditentukan oleh masing-masing instansi, dikoordinasikan dalam satu sistem NSW.

BAB III

PRINSIP PROSEDUR KEGIATAN EKSPOR IMPORT

36


(43)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

a. Perdagangan Ekspor.

Ekspor adalah prosedur perdagangan antar negara di mana negara yang satu mengirimkan barang kepada negara lainnya dengan menggunakan sarana laut, darat, maupun udara.37

b. Perdagangan Impor.

Dalam perdagangan ekspor berlaku dua ketentuan hukum yang berbeda, yaitu antara wilayah pabean negara yang satu dengan wilayah pabean negara lainnya. Namun pada dasarnya ekspor dapat dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang telah memiliki lisensi sebagai eksportir dan mendapat ijin teknis usaha dari lembaga pemerintah non departemen.

Eksportir adalah pengusaha yang dapat melakukan ekspor yang telah memiliki SIUP atau Ijin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non-departemen berdasarkan ketentuan umum yang berlaku. Disamping kriteria tersebut, juga dikenal istilah Eksportir Terdaftar (ET), yaitu perusahaan yang telah mendapat pengakuan Menteri Perdagangan menurut persyaratan yang ditetapkan untuk mengekspor barang-barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengakuan Eksportir Terbatas berlaku tanpa batas waktu.

Impor adalah proses memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean dalam negeri dengan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.38

37

Ruddy Tri Santoso, Pembiayaan Transaksi Luar Negeri, Andi Offset, Yogyakarta, 1994, Hal.109.

38

Ibid., hal. 57.

Proses pemasukan barang impor dapat melalui udara, darat dan laut yang kesemuanya harus menyertakan dokumen-dokumen impor yang lengkap dan jelas dari negara tempat asal barang tersebut.


(44)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Importir adalah pengusaha yang melakukan kegiatan transaksi pemasukan barang dari luar negeri ke dalam negeri dengan memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Di Indonesia, untuk menjadi importir, perusahaan harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang dikeluarkan oleh Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) maupun Departemen Perdagangan melalui kantor wilayah masing-masing atas nama Menteri Perdagangan. Salah satu syarat tersebut adalah Angka Pengenal Impor (API). Angka pengenal impor ini harus dimiliki sebelum melakukan impor barang. Angka pengenalan impor bersifat nasional sehingga importir dapat memasukkan barang ke seluruh pabean di Indonesia dengan menaati ketentuan-ketentuan di bidang penyetoran pajak impor di wilayah setempat.

B. Dokumen kegiatan Ekspor Impor

Dokumen yang digunakan dalam transaksi ekspor dan impor adalah :39 a. Dokumen Utama

1) Dokumen Pengangkutan :

Dokumen pengangkutan diterbitkan sebagai bukti bahwa barang yang telah dimuat dan diangkut, tiba dengan selamat di tempat tujuan, sesuai dengan yang dinyatakan dalam L/C. Sarana pengangkutan komoditas ekspor tersebut dapat melalui laut, darat dan udara.

a). Bill Of Lading.

Bill of Lading (B/L) adalah bukti tanda penerimaan barang-barang yang diterima oleh pengangkutan lewat laut (Carrier) dari pengirim barang

39

Departemen Perdagangan RI, Buku Panduan Peraturan dan Prosedur Ekspor Indonesia, Departemen Perdagangan RI bekerjasama dengan Dewan Penunjang Ekspor, Edisi 1990, Jakarta, 1990, hal. 45.


(45)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

(Shipper/Eksportir) ke suatu tempat tujuan dan selanjutnya menyerahkan barang-barang tersebut kepada pihak penerima (Consignee/Importir). B/L merupakan bukti kontrak pengangkutan dan penyerahan barang-barang antara pihak pengangkut dengan pengirim. B/L juga merupakan bukti kepemilikan atau dokumen pemillikan barang (Document of Title) yang menyatakan bahwa orang yang memegang B/L tersebut merupakan pemilik dari barang-barang yang tercantum pada B/L.

b). Airway Bill.

Airway Bill merupakan kontrak pengangkutan dan tanda terima barang yang dikirim dengan udara untuk orang dan alamat tertentu. Berbeda dengan B/L, Airway Bill bukan merupakan dokumen kepemilikan, oleh karena itu untuk mengawasi barang tersebut, Airway Bill akan ditujukan kepada penerima tertentu atau kepada “order” dari advising bank yang telah dijanjikan terlebih dahulu untuk melepaskan barang tersebut sesuai instruksi.

c). Railway Consignment Note.

Railway Consignment Note adalah dokumen pengiriman barang-barang ekspor dengan pengangkutan kereta api dari suatu negara ke negara lain (misal negara Eropa). Eksportir memperoleh tanda terima yang dinamakan Consignment Note (Surat angkutan Kereta Api). Dokumen ini mencantumkan nama stasiun pemberangkatan, tujuan, nama eksportir dan alamat yang dituju serta harus dicap dengan nama perusahaan kereta api yang bersangkutan. Barang-barang akan diserahkan kepada


(46)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

“consignee”/importir dengan bukti dari pejabat-pejabat perusahaan kereta api di tempat tujuan.

2) Invoice/Faktur :

Invoice/Faktur adalah dokumen yang diterbitkan oleh penjual (eksportir) kepada pembeli (importir) yang mencantumkan tanggal pengeluaran invoice, tanggal pengiriman barang, uraian barang (berat, ukuran), harga, biaya-biaya lain, jumlah total yang harus dibayar pembeli, syarat penyerahan barang dan syarat pembayaran, nama kapal laut/kapal udara/kereta api dan nama pelabuhan/bandara/stasiun muat serta pelabuhan/bandara/stasiun bongkar. a) Proforma Invoice.

Proforma Invoice adalah penawaran dalam bentuk invoice biasa dari penjual (eksportir) kepada pembeli (importir).

b) Commercial Invoice.

Commercial Invoice adalah nota perincian tentang keterangan barang-barang yang dijual dan harga dari barang-barang-barang-barang tersebut.

c) Consular Invoice.

Consular Invoice adalah invoice yang dikeluarkan oleh instansi resmi yakni kedutaan kedutaan (konsulat).

3) Dokumen Asuransi :

Dokumen asuransi adalah dokumen yang berisi persetujuan dimana pihak penggung berjanji akan mengganti kerugian sehubungan dengan kerusakan-kerusakan, kerugian atau kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh pihak tertanggung yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang tidak disangka. Atas


(47)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

persetujuan atau perjanjian ini pihak tertanggung harus membayar uang premi kepada penanggung.

a) Insurance Policy.

Insurance Policy menyatakan bukti kontrak asuransi barang-barang yang akan diangkut dengan kapal atas mana sitertanggung membayar premi. b) Insurance Certificate.

Insurance Certificate merupakan surat keterangan yang menjelaskan bahwa terhadap barang-barang tertentu telah dilakukan penutupan asuransinya dalam bentuk Open Policy. Open Policy ini tidak dapat diberikan oleh si tertanggung sebagai bukti penutupan asuransi barang-barang tertentu oleh karena Open Policy tersebut diperlukannya untuk pengapalan-pengapalan berikutnya.

c) Cover Note.

Cover Note merupakan pemberitahuan dari perusahaan asuransi yang menyatakan bahwa sebuah asuransi telah ditutup sementara menunggu polis atau sertifikat asuransi dikeluarkan.

b. Dokumen tambahan :40

1) Draft/Bill of Exchange (Wesel).

Draft/Bill of Exchange (Wesel) adalah surat perintah bayar tanpa syarat yang diterbitkan oleh suatu pihak ditujukan kepada pihak lain. Surat ini ditandatangani oleh orang yang menariknya (drawer) dan mengharuskan orang yang dialamatkan atau si tertarik (Drawee) untuk membayar pada saat diminta atau pada suatu waktu tertentu dikemudian hari, sejumlah uang

40


(1)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

g). Krisis moneter yang terlalu peka dan labil;

h). Ketergantungan terhadap kandungan impor yang tinggi dari industri hulu dan industri strategis;

i). Kawasan Berikat Nusantara (KBN) yang sarat dengan biaya-biaya tambahan dan birokratis;

j). Proteksi yang berlebihan dan berkepanjangan pada industri hulu;

k). Kesalahan struktural dalam kebijakan pemerintah, serta kurangnya kemampuan dalam bidang rekayasa dan rancang bangun;

Beberapa hal yang berkaitan dengan kendala-kendala yang terjadi di pelabuhan, yaitu :

1). Tata niaga perdagangan dan jasa dalam negeri yang berlingkar pada kelompok tertentu. Dalam memberi pelayanan jasa kepada masyarakat pengguna jasa kepelabuhanan, dihadapkan pada beberapa kendala yang sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran pelayanannya. Adapun masalah-masalah yang dihadapi antara lain :

a). Rendahnya produktivitas dan Daya Saing, hal ini disebabkan oleh fasilitas sebagai prasarana untuk melaksanakan kegiatan di pelabuhan, terbatasnya sarana alat bongkar muat dan peralatan pendukung kegiatan– kegiatan di pelabuhan dan Sumber Daya Manusia yang kurang terutama dalam hal kesiapan TKBM dan PBM belum memadai dalam menggunakan peralatan bongkar muat dan kinerja Pihak pengelola jasa pelabuhan dari segi instansi pemerintahan dan Pelindo;

b). Peraturan sebagai pendukung pelaksana kegiatan pelabuhan tidak kondusif;


(2)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

d). Budaya atau kebiasaan-kebiasaan perilaku buruk yang dilakukan oleh pihak penyelenggara kegiatan fungsi pelabuhan. Tidak disiplinnya pengguna jasa pelabuhan. Kadangkala pengguna jasa tidak mau memahami sistim dan prosedur yang berlaku. Sebenarnya semua importir baik produsen maupun umum dapat mengurus sendiri dokumennya tanpa melalui jalurjalur yang tidak resmi yang selama ini terjadi di dalam prakteknya;

2) Faktor penduduk atau masyarakat setempat yang tidak taat terhadap peraturan yang berlaku dan sering melakukan penyimpangan-penyimpangan yang dapat menghambat kelancaran-kelancaran proses pemeriksaan di lapangan;

3). Faktor geograpis daerah pabean di pelabuhan yang kurang pengawasan dari intansiinstansi pengamanan yang seharusnya lebih cermat dan jeli untuk melihat penyimpangan-penyimpangan seperti penyelundupan-penyelundupan barang yang sering terjadi dan marak akhir-akhir ini;

4). Tata kerja pegawai pabean yang tidak tahan uji, dan kurang selektif dalam mengantisipasi penyelundupan-penyelundupan maupun penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di pelabuhan;

5). Peraturan yang tegas dan jelas diperlukan untuk menindak pelaku penyelundupanpenyelundupan maupun penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di pelabuhan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai solusi untuk meningkatkan kinerja di pelabuhan dalam rangka meningkatkan kegiatan ekspor impor, yaitu :

1) Pembagian Kerja Para Pihak Pelaksana Kegiatan di Pelabuhan, seperti agar barang-barang tidak tertimbun di pelabuhan bea cukai dapat melakukan


(3)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

penimbunan barang tidak di lokasi pelabuhan namun di lokasi importir atas barang-barang tertentu misalnya saja sembako, karena lokasi penimbunan di pelabuhan tidak memadai dan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan.

2) Pelaksanaan Good Corporate Governance Terhadap Fungsi Pemerintahan dan Fungsi Pengusahaan dalam Mengelola Pelabuhan

3) Hukum Progresif Sebagai Sarana Refungsionalisasi Pelabuhan B. Saran – Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan di dalam skripsi ini, adalah :

1. Para pihak yang terlibat dalam kegiatan ekspor impor barang, seperti pemilik barang, pengangkut maupun komponen lainnya seperti Freight Forwarder, Perusahaan Bongkar Muat dan sebagainya harus benar-benar memahami prosedur kepabeanan yang telah ditetapkan oleh Bea dan Cukai berdasarkan UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, sehingga akan memperlancar dan meningkatkan kegiatan ekspor impor di Indonesia.

2. Saat ini dunia menuju perdagangan bebas, efisiensi dan daya saing menjadi topik utama, siapa yang bisa berkompetitif dapat tetap bertahan. Menoleh pada fungsi pelabuhan Indonesia, banyak yang harus ditata, dan hukum yang dapat ditegakkan di tengah-tengah pelaksanaan fungsi pelabuhan diharapkan dapat memberikan pemecahan dan menata kembali fungsi pelabuhan Indonesia yang baik sehingga mempunyai nilai positif dalam pengembangan fungsi kepelabuhanan Indonesia. Oleh karena itu, Penerapan hukum Progresif dalam kegiatan kepelabuhanan sangat membantu untuk menegakkan hukum, melalui para pelaksana kegiatan kepelabuhanan dan para pengguna jasa kepelabuhanan itu sendiri. Melalui pihak-pihak inilah refungsionalisasi


(4)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

pelabuhan sangat diharapkan dapat ditegakkan. Diharapkan dengan Progresivisme dapat menekan permasalahan-permasalahan yang selama ini terjadi di pelabuhan.

DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU / MAKALAH

Adolf, Huala, 1994, Masalah-Masalah Hukum dalam Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Arifuddin, 1997, Praktek Pengangkutan Multimoda dan Pengangkutan Intersuler di Indonesia, disampaikan pada Seminar Nasional tentang Kesiapan Hukum Nasional dalam Menghadapi Perkembangan Pengangkutan Multimoda, BPHN, Depkeh, Jakarta.

Bambang, Susilo Yodhoyono, Revitalisasi Ekonomi Indonesia: Bisnis, Politik dan Good Governance, Brighten Press, Jakarta, 2004.

Bank Internasional Indonesia, Perdagangan Internasional, Pelatihan Dasar Kredit Berdokumen, 1998.

Departemen Perdagangan RI, Buku Panduan Peraturan dan Prosedur Ekspor Indonesia, Departemen Perdagangan RI bekerjasama dengan Dewan Penunjang Ekspor, Edisi 1990, Jakarta, 1990.

Fuady, Munir, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.

Gianto, Herry, Pengoperasian Pelabuhan, Pelabuhan Indonesia, Jakarta, 1999.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka, Jakarta, 1990.

MS, Amir, Ekspor Impor Teori dan Penerapannya, Seri Umum No. 3, PPM, Jakarta, 1986.

---, Letter Of Credit : Dalam Bisnis Ekspor Impor, Seri ke -9, PPM, Jakarta, 2001.

---, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, Seri Bisnis Internasional No. 4, PPM, Jakarta, 2000.


(5)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

---, Kontrak Dagang Ekspor, Seri ke-2, PPM, Jakarta, 2002.

MS, Subagya, 1994, Manajemen Logistik, Haji Masagung, Cetakan Keempat, Jakarta.

R.P., Suyono, Pengangkutan Intermodal Eksport Import Melalui Laut, Edisi ke-2, Cetakan I, Penerbit PPM, Jakarta, 2003.

Siregar, Hasnil Basri, Kapita Selekta Hukum Laut Dagang, Penerbit Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, 1993.

Sinyal, Jhon, Shipping, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepabeanan, Jakarta, 2005.

Sutarno, F.S. dan Achmad Anwari, Peranan Bank Dalam Transaksi Impor, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984.

Tri, Ruddy, Santoso, Pembiayaan Transaksi Luar Negeri, Andi Offset, Yogyakarta, 1994.

United Nations, Economic and Social Commission for Asia and the Pacific, INFA INSTITUTE, Manual on Freight Forwarding, Basic Freight Forwarding Course, Module Port Procedures, 2007.

Wiradipradja, Saefullah, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Pengangkutan Udara Internasional dan Nasional, Cetakan I, Liberty, Yogyakarta, 1998.

2. INTERNET

Asep Toha, Depperdag Kesulitan Akses Data Ekspor Impor, diakses dari situs :

Diakses dari situs :

Elfrida Gultom, Bea Cukai Sebagai Akselator Pelabuhan Untuk Meningkatkan Devisa Negara, diakses dari situs : http//www.legalitas.org, tanggal 5 Maret 2008.

Upaya Peningkatan Laju Eksport Import Indonesia, diakses dari situs :

Majalah Warta Bea dan Cukai, Tahun 1990, dapat juga diakses dari situs : http: //www.legalitas.org.

National Single Window: Satu Pintu untuk Semua, diakses dari situs :


(6)

Rendro Masetio : Tinjauan Yuridis Mengenai Prosedur Kepabeanan Dalam Kegiatan Eksport Import Barang Di Pelabuhan Berdasarkan UU NO. 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, 2008.

USU Repository © 2009

Penerapan Asean Single Window (ASW) dan National Single Window (NSW), diakses dari situs : http://www.indonesia.go.id/id - REPUBLIK INDONESIA Powered by Mambo Generated: 23 February, 2008, 18:35

Prosedur Eksport Import Indonesia tidak Efisien, diakses dari situs:

3. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UU No. 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan

PP No. 11 tahun 1983 tentang Prosedur Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di bidang kepabeanan dan cukai.

4. SURAT KABAR

Pangkas Departemen di Pelabuhan, Harian Bisnis Indonesia, Edisi Rabu, 3 November 2004.