Pengaruh Perasan Rumput Laut (Sargassum crassifolium) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Stroberi (Fragaria chiloensis L.)
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi
tanaman
stroberi
adalah
sebagai
berikut;
Devisio:
Spermatophyta, Class: Dicotyledonae, Ordo: Rosales, Famili: Rosaceae,
Genus: Fragaria, Species: Fragaria spp (Tjitrosoepomo, 1990).
Akar merupakan bagian pokok dari tanaman. Fungsi akar ialah untuk
menegakkan berdirinya tumbuhan dan untuk menghisap air beserta
mineral
garam-garam dari tanah disalurkan ke batang. Perakaran stroberi adalah akar
tunggang yang bercabang banyak, sehingga daerah perakaran luas dalam
penyerapan unsur hara (Tjitrosoepomo, 1990).
Tanaman stroberi dewasa umumnya mempunyai 20-35 akar primer dengan
panjang sekitar 40 cm. Namun, ada juga jenis stroberi yang mempunyai 100 akar
primer. Akar-akar baru menggantikan akar primer tumbuh dari ruas paling dekat
dengan akar primer. Pada media yang berdrainase baik, 50% dari akar berkumpul
pada kedalaman antara 15-45 cm (Budiman dan Saraswati, 2005).
Batang tanaman stroberi pada pangkal batangnya berwarna kemerahmerahan, sedangkan bagian pucuk berwarna hijau muda sampai tua.
(Tjitrosoepomo, 1983).
Batang yang dimaksud disini adalah batang utama tempat daun-daun
tersusun. Stroberi memiliki batang utama yang tersusun dengan daun-daun yang
melingkari batang dengan jarak yang sangat rapat. Batang stroberi sangat pendek,
bertekstur lunak dan tidak berkayu. Batang ini tersembunyi diantara tangkaitangkai daun stroberi (Kurnia, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Daun tanaman stroberi berbentuk bulat hampir oval dengan pinggiran yang
tidak rata, bergelombang dan merupakan daun trifoliate. Daun tersebut tumbuh
rapat antara satu dengan yang lainnya. Warna daun hijau tua dengan ukuran lebar
berkisar antara 6-8 cm (Tjitrosoepomo, 1990).
Pada kultivar Sweet charlie, tekstur daun dan tangkai daun sangat keras,
hal ini merupakan salah satu keuntungannya karena membuat kultivar ini tahan
terhadap serangan hama dan penyakit. Tajuk daun pada stroberi cukup unik, yakni
melingkari batang secara spiral dengan susunan yang sangat rapat. Susunan ini
dikenal dengan istilah crown (Kurnia, 2005).
Bunga stroberi termasuk tanaman berbunga sempurna yaitu memiliki
benang sari dan kepala putik. Bunga stroberi berwarna putih dengan diameter
bunga berkisar antara 3-15 mm (Tjitrosoepomo, 1990).
Bunga stroberi memiliki lima kelopak bunga (sepal), lima daun mahkota
(petal), 20 – 35 benang sari (stamen), dan ratusan putik (pistil) yang menempel
dengan pola melingkar di dasar bunga (reseptakel). Bunga terletak di malai
(inflouresen) di ujung tanaman. Malai terdiri atas tangkai utama dan tangkai
cabang. Bunga yang terletak diujung tangkai utama malai disebut dengan bunga
primer. Perkembangan bunga primer sangat dominan, dan biasanya bunga terbesar
berasal dari bunga primer. Bunga ditangkai cabang disebut dengan bunga
sekunder. Bunga tersier dan seterusnya terletak di percabangan bunga sekunder.
Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan gravitasi, angin, atau serangga.
(Kurnia, 2005).
Buah stroberi berwarna hijau muda dan hijau pucat bila belum matang,
jika sudah matang buah menjadi merah tua. Aroma buah sangat harum bila telah
Universitas Sumatera Utara
matang. Biji buah kecil dan terletak di permukaan buah. Berat buah stroberi ratarata 20g (Tjitrosoepomo, 1990).
Buahnya berukuran 2,5 – 5 cm berwarna agak merah hingga merah gelap.
Buah tersebut merupakan buah agregat yang terdiri dari beberapa achene (biji).
Masing-masing achene berisi satu biji. Apabila achene tersebut tidak diserbuki
maka buah tidak akan terbentuk. Ukuran dan berat buah adalah berkorelasi
dengan banyaknya achene yang diserbuki (Ashari, 1995).
Pemanenan dapat dilakukan saat buah berumur dua minggu sejak
pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah. Pada umur itu, buah
sudah cukup tua dan sebagian besar warnanya sudah merah. Ciri dan Umur Panen
dari tanaman ini yaitu Buah sudah agak kenyal dan agak empuk, kulit buah
didominasi warna merah, hijau kemerahan hingga kuning kemerahan, buah
berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan
buah. Pemetikan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari dan keadaan cuaca
cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari secara teknis kurang
menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih berlangsung
sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Di samping itu, keadaan cuaca
panas dapat meningkatkan temperatur dalam buah stroberi sehingga mempercepat
proses transpirasi dalam buah, akibatnya buah menjadi cepat lembek, busuk dan
daya simpannya menjadi lebih singkat (Prasetyani, 2008).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman stroberi membutuhkan lama pencahayaan matahari 6-8 jam per
hari. Curah hujan berkisar 600-700 mm pertahun. Suhu udara optimum antara
Universitas Sumatera Utara
170C – 200C dengan kelembaban udara 80% - 90%. Ketinggian tempat yang ideal
untuk tanaman stroberi di wilayah tropis adalah 1000 – 1500 m diatas permukaan
laut (Budiman dan Saraswati, 2006).
Tanah
Kondisi tanah yang baik adalah podsolik dan alluvial. Tanah-tanah dengan
kandungan hara yang baik, mutlak dibutuhkan dalam maksimalisasi dalam
pembentukan bunga dan buah (Gunawan, 2003).
Tanaman ini dapat tumbuh dengan berproduksi baik pada kisaran pH
6-7. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi adalah
5,4-7,0 sedangkan untuk kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm
dari permukaan tanah. Jika tanaman stroberi di tanam di dalam pot, media harus
memiliki sifat poros, mudah merembeskan air dan unsur hara selalu tersedia
(Tjitrosoepomo, 1990).
Sargassum crassifolium J. Agardh
Rumput laut banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah
(Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran
maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan
cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Akan tetapi, ada juga
yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini
banyak mengandung pigmen klorofil A dan B, beta karoten, violasantin dan
fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa. Selain itu, ganggang coklat juga
mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain
bahan - bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium
(KEPRI, 2011). Selain itu rumput laut juga mengandung karbohidrat, protein,
Universitas Sumatera Utara
mineral, air, vitamin, dan lemak. Dengan demikian pemanfaatan rumput laut dapat
digunakan sebagai bahan olahan, baik sebagai bahan pangan, pakan maupun
sebagai bahan tambahan (Suplemen) (Handayani, 2011).
Sunarpi (2011) melaporkan bahwa ekstrak Sargassum sp. yang mampu
menginduksi tinggi tanaman padi hingga mencapai 91.67 cm. Fenomena yang
berbeda terjadi pada parameter jumlah daun, sebagian besar tanaman yang
diberikan perlakuan ekstrak rumput laut memiliki daun lebih banyak sekitar 5-25
helai dibandingkan dengan tanaman kontrol. Rata-rata jumlah daun yang paling
banyak terdapat pada tanaman yang diberi perlakuan Sargassum sp. dan
Sargassum polycistum yaitu sebanyak 100.33 helai, sedangkan pada tanaman
kontrol hanya memiliki jumlah daun rata-rata sekitar 75,67 helai. Adanya
perbedaan jumlah daun pada tanaman yang diberikan ekstrak dan tanpa ekstrak
mengindikasikan adanya pengaruh pemberian ekstrak rumput laut terhadap
jumlah daun tanaman padi. Fenomena tersebut berkaitan erat dengan keberadaan
senyawa aktif serta mikro dan makronutrien dalam ekstrak rumput laut
(makroalga), yang mampu menstimulasi pertumbuhan tanaman
Afrizal (1998) melaporkan ada sebanyak 9 jenis makroalga coklat di
perairan pantai kota Padang termasuk didalamnya Sargassum crassifolium.
Keberadaan makroalga coklat ini oleh masyarakat pesisir kota Padang dan
Sumatera Barat umumnya masih dianggap sebagai tumbuhan liar. Potensinya
sebagai penghasil alginat belum termanfaatkan dan belum pernah digali. Begitu
juga sebagai bahan pupuk organik. Anam, Fachriyah, dan Kusrini (2001) juga
melaporkan bahwa Sargassum yang diambil dari pantai Jepara juga mengandung
senyawa bioaktif lain, seperti triterpenoid, steroid dan fenolat. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Suradikusumah (1989), senyawa-senyawa tersebut berperan penting dalam
pengaturan pertumbuhan tanaman.
Berikut merupakan kandungan nutrisi pada Sargassum crassifolium seperti
tercantum pada tabel 1. (Handayani, 2004).
Tabel 1. Kandungan nutrisi Sargassum crassifolium J. Agardh
Jenis Nutrisi
Rata-rata kadar (%, b/b0)
Protein
5,19 ± 0,13
•
Keterangan
Berat basah
•
Abu (mineral)
36,93 ± 0,34
Berat kering
Ca (mg/100 g)
1540,66 ± 6,99
Berat kering
•
Fe (mg/100 g)
132,65 ± 3,47
Berat kering
P (mg/100 g)
474,03 ± 1,01
Berat kering
Vitamin A (μg RE/100 g)
489,55 ± 8,4
Berat kering
Vitamin C (mg/100 g)
49,01 ± 0,75
Berat kering
Lemak (%, b/b)
1,63 ± 0,01
Berat kering
N (mg/100 g)
0,09
Berat kering
P (mg/100 g)
0,15
Berat kering
2,32
Berat kering
37,91 ± 0,34
Berat kering
• Warna
Kuning Kecoklatan
Berat kering
• Ukuran Partikel
150 mesh
•
Unsur Makro
•
•
•
K (mg/100 g)
Alginat
• Kadar (%,b/b)
• pH
6,89 ± 0,005
Algae Sargassum tumbuh di bentangan perairan pantai di zona paparan
terumbu (reef flats) mulai dari garis pantai sampai ujung tubir termasuk dalam
perairan intertidal dan subtidal. Hasil penelitian makro algae di Indonesia
menunjukan sebaran yang luas dan bervariasi. Algae Sargassum termasuk
tumbuhan yang dominan dan distribusinya ada di seluruh perairan Indonesia.
Di Indonesia sebaran makro algae Sargassum berada di pulau besar maupun kecil,
Universitas Sumatera Utara
dan jumlah jenisnya ada 12. Tumbuh di lingkungan perairan pantai yang jernih
dengan substrat batu karang, karang mati dan benda bersifat massive yang berada
di dasar perairan. Keberadaan Sargassum di perairan ikut membentuk ekosistem
terumbu karang dan merupakan tempat asuhan bagi biota kecil (Kadi, 2005).
Berikut merupakan laporan hasil uji analisis auksin pada S. crassifolium di
laboratorium penelitian dan pengujian terpadu Universitas Gajah Mada, seperti
yang tercantum pada tabel 2.
Tabel 2. Laporan hasil uji auksin di laboratorium penelitian dan pengujian terpadu
Universitas Gajah Mada
Parameter Uji
IAA
Hasil
0,13
Satuan
ppm
Metode
HPLC
Aryanti dkk, (2009) melaporkan bahwa penyemprotan dengan cairan
Sargassum secara umum dapat menigkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Pada
konsentrasi 3000 hingga 5000 ppm, cairan Sargassum dapat meningkatakan
jumlah daun. Berat basah dan berat kering tanaman dapat ditingkatkan secara
signifikan dengan menyemprotkan cairan Sargassum dari konsentrasi 1000 ppm
hingga 5000 ppm. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kedelai
terbaik dicapai pada penyemprotan cairan Sargassum dengan konsentrasi antara
4000 ppm hingga 5000 ppm.
Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara,
dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses
fisiologis tumbuhan. Zat pengatur tumbuh sebagai zat penggerak atau pemicu
terdiri dari auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam absisik (inhibitor)
(Abidin, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya hormon sudah tersedia secara alami pada tumbuhan, namun tetap
harus dapat diberikan pada tanaman dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
berakar, mempercepat proses pertumbuhan akar, meningkatkan jumlah dan kualitas
akar, dan mengurangi keragaman jumlah dan kualitas perakaran. Hormon yang biasa
digunakan dalam merangsang pertumbuhan akar adalah dari kelompok hormon
auksin buatan yaitu IAA (Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid), dan NAA
(Napthalene Acetic Acid) yang semua ini wujudnya bisa berupa bubuk, tablet, pasta,
dan cairan (Irwanto, 2001).
Agar hormon tumbuh yang terdapat dalam mikropolar atau submikromolar itu
bersifat aktif dan khas, dapat dipastikan harus ada tiga bagian utama pada sistem
respirasi. Yang pertama, hormon harus ada dalam cukup di sel yang tepat. Yang
kedua, hormon harus di kenali dan di ikat erat oleh setiap sekelompok sel yang
tanggap terhadap hormon (sel sasaran). Yang ketiga, protein penerima tersebut
(konfigurasinya diduga berubah saat mengikat hormon) harus menyebabkan
perubahan metaolik lain yang mengarah pada penguatan isyarat atau kurir hormon
(Salisbury dan Ross, 1995).
Pengetahuan dasar tentang zat pengatur tumbuh ini diperlukan agar
pemakaian zat ini efektif dan menguntungkan karena pengaruh zat pengatur tumbuh
ini tergantung cara pemakaiannya. Pada kadar rendah tertentu zat pengatur tumbuh
akan mendorong pertumbuhan sedangkan pada kadar yang terlalu tinggi akan
menghambat pertumbuhan, meracun bahkan mematikan tanaman. Pemberian zat
pengatur tumbuh yang sesuai merupakan salah satu alternatif teknologi baru yang
dapat memperbaiki proses biologis tanaman (Winten, 2009).
Auksin
Universitas Sumatera Utara
Istilah auksin berasal dari bahasa Yunani yaitu auxien yang berarti
meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa
pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu
senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan
koleoptil ke arah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah
fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan di daerah koleoptil. Aktifitas auksin
dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya
pemanjangan
pada
sisi
yang
tidak
terkena
cahaya
matahari
(Salisbury dan Ross, 1995).
Rumus Bangun Auksin
Auksin adalah sekelompok senyawa yang fungsinya merangsang
pemanjangan sel-sel pucuk yang spektrum aktivitasnya menyerupai IAA (indole3-acetid acid). Pada umumnya auksin meningkatkan pemanjangan sel,
pembelahan sel, dan pembentukan akar adventif, auksin berpengaruh pula untuk
menghambat pembentukan tunas adventif dan tunas aksilar, namun kehadiranya
dalam medium kultur dibutuhkan untuk meningkatkan embriogenesis somatik
pada kultur suspensi sel. Konsentrasi auksin yang rendah akan meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
pembentukan
akar
adventif,
sedangkan
konsentrasi
tinggi
merangsang
pembentukan kalus dan menekan morfogenesis (Zulkarnain, 2009).
Indole-3-acetic acid (IAA) nama lain auksin berperan dalam pembelahan
sel apikal (tunas, daun muda, dan buah). Senyawa itu meregulasi beragam proses
fisiologi seperti pertumbuhan, pembelahan, serta diferensiasi sel, dan sintesis
protein. Pergerakannya hingga titik tumbuh akar melalui jaringan pembuluh tipis
atau parenkim. Saat menyebar, IAA menghambat pembentukan mata tunas. IAA
yang terkonsentrasi merangsang pembelahan sel akar sehingga akar-akar baru
bermunculan (Malcolm, 1989).
Auksin merupakan istilah genetik untuk substansi pertumbuhan yang
khususnya merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu
kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda (Gardner, dkk, 1991).
Auksin atau IAA merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu peran
fisiologis auksin adalah menghambat peluruhan / perontokan daun, bunga, dan
buah. Hal ini karena auksin dapat bereaksi pada tanaman untuk menghasilkan
inhibitor bagi senyawa-senyawa tertentu. Inhibitor yang terbentuk dapat berfungsi
sebagai penghambat terbentuknya etilen. Pembentukan etilen dalam jumlah besar
pada tanaman yang sedang tumbuh akan merangsang terjadinya absisi (peluruhan,
perontokan) dari berbagai macam organ tanaman. Auksin pada tanaman dengan
dosis yang tepat diharapkan dapat menekan pembentukan etilen, sehingga dapat
menghambat proses absisi (Pangaribuan, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Pemupukan Melalui Daun
Tidak semua jenis pupuk dapat dipergunakan untuk diaplikasikan melalui
daun. Pada umumnya pupuk-pupuk dalam bentuk cair atau pupuk padat yang
bersifat larut sempurna di dalam air dan pupuk yang tidak merusak daun tanaman
dapat digunakan sebagai pupuk yang disemprotkan lewat daun. Pupuk yang larut
di dalam air tapi tidak larut sempurna tidak dapat diaplikasikan melalui daun
karena ada residu dari pupuk yang dapat menutup stomata atau nozzle dari alat
penyemprot (Damanik dkk, 2011).
Waktu pemupukan yang tepat untuk pemupukan melalui daun sebaiknya
dilakukan pada pagi hari sekitar 09.00-10.00 pagi. Pada waktu tersebut matahari
telah terbit dan telah terjadi proses fotosintesis di dalam daun. Dengan
berlangsungnya fotosintesis, terbentuk gula yang mempengaruhi berkonstraksinya
sel-sel pengiring pada stomata, sehingga stomata membuka. Frekwensi
pemupukan dapat diulangi dengan interval yang dekat terutama bila terdapat
gejala-gejala kahat hara. Bagian daun yang disemprot adalah ppada bagian bawah
daun, karena pada bagian ini jumlah stomata lebih banyak daripada bagian atas
daun (Damanik dkk, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Botani Tanaman
Klasifikasi
tanaman
stroberi
adalah
sebagai
berikut;
Devisio:
Spermatophyta, Class: Dicotyledonae, Ordo: Rosales, Famili: Rosaceae,
Genus: Fragaria, Species: Fragaria spp (Tjitrosoepomo, 1990).
Akar merupakan bagian pokok dari tanaman. Fungsi akar ialah untuk
menegakkan berdirinya tumbuhan dan untuk menghisap air beserta
mineral
garam-garam dari tanah disalurkan ke batang. Perakaran stroberi adalah akar
tunggang yang bercabang banyak, sehingga daerah perakaran luas dalam
penyerapan unsur hara (Tjitrosoepomo, 1990).
Tanaman stroberi dewasa umumnya mempunyai 20-35 akar primer dengan
panjang sekitar 40 cm. Namun, ada juga jenis stroberi yang mempunyai 100 akar
primer. Akar-akar baru menggantikan akar primer tumbuh dari ruas paling dekat
dengan akar primer. Pada media yang berdrainase baik, 50% dari akar berkumpul
pada kedalaman antara 15-45 cm (Budiman dan Saraswati, 2005).
Batang tanaman stroberi pada pangkal batangnya berwarna kemerahmerahan, sedangkan bagian pucuk berwarna hijau muda sampai tua.
(Tjitrosoepomo, 1983).
Batang yang dimaksud disini adalah batang utama tempat daun-daun
tersusun. Stroberi memiliki batang utama yang tersusun dengan daun-daun yang
melingkari batang dengan jarak yang sangat rapat. Batang stroberi sangat pendek,
bertekstur lunak dan tidak berkayu. Batang ini tersembunyi diantara tangkaitangkai daun stroberi (Kurnia, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Daun tanaman stroberi berbentuk bulat hampir oval dengan pinggiran yang
tidak rata, bergelombang dan merupakan daun trifoliate. Daun tersebut tumbuh
rapat antara satu dengan yang lainnya. Warna daun hijau tua dengan ukuran lebar
berkisar antara 6-8 cm (Tjitrosoepomo, 1990).
Pada kultivar Sweet charlie, tekstur daun dan tangkai daun sangat keras,
hal ini merupakan salah satu keuntungannya karena membuat kultivar ini tahan
terhadap serangan hama dan penyakit. Tajuk daun pada stroberi cukup unik, yakni
melingkari batang secara spiral dengan susunan yang sangat rapat. Susunan ini
dikenal dengan istilah crown (Kurnia, 2005).
Bunga stroberi termasuk tanaman berbunga sempurna yaitu memiliki
benang sari dan kepala putik. Bunga stroberi berwarna putih dengan diameter
bunga berkisar antara 3-15 mm (Tjitrosoepomo, 1990).
Bunga stroberi memiliki lima kelopak bunga (sepal), lima daun mahkota
(petal), 20 – 35 benang sari (stamen), dan ratusan putik (pistil) yang menempel
dengan pola melingkar di dasar bunga (reseptakel). Bunga terletak di malai
(inflouresen) di ujung tanaman. Malai terdiri atas tangkai utama dan tangkai
cabang. Bunga yang terletak diujung tangkai utama malai disebut dengan bunga
primer. Perkembangan bunga primer sangat dominan, dan biasanya bunga terbesar
berasal dari bunga primer. Bunga ditangkai cabang disebut dengan bunga
sekunder. Bunga tersier dan seterusnya terletak di percabangan bunga sekunder.
Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan gravitasi, angin, atau serangga.
(Kurnia, 2005).
Buah stroberi berwarna hijau muda dan hijau pucat bila belum matang,
jika sudah matang buah menjadi merah tua. Aroma buah sangat harum bila telah
Universitas Sumatera Utara
matang. Biji buah kecil dan terletak di permukaan buah. Berat buah stroberi ratarata 20g (Tjitrosoepomo, 1990).
Buahnya berukuran 2,5 – 5 cm berwarna agak merah hingga merah gelap.
Buah tersebut merupakan buah agregat yang terdiri dari beberapa achene (biji).
Masing-masing achene berisi satu biji. Apabila achene tersebut tidak diserbuki
maka buah tidak akan terbentuk. Ukuran dan berat buah adalah berkorelasi
dengan banyaknya achene yang diserbuki (Ashari, 1995).
Pemanenan dapat dilakukan saat buah berumur dua minggu sejak
pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah. Pada umur itu, buah
sudah cukup tua dan sebagian besar warnanya sudah merah. Ciri dan Umur Panen
dari tanaman ini yaitu Buah sudah agak kenyal dan agak empuk, kulit buah
didominasi warna merah, hijau kemerahan hingga kuning kemerahan, buah
berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan
buah. Pemetikan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari dan keadaan cuaca
cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari secara teknis kurang
menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih berlangsung
sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Di samping itu, keadaan cuaca
panas dapat meningkatkan temperatur dalam buah stroberi sehingga mempercepat
proses transpirasi dalam buah, akibatnya buah menjadi cepat lembek, busuk dan
daya simpannya menjadi lebih singkat (Prasetyani, 2008).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman stroberi membutuhkan lama pencahayaan matahari 6-8 jam per
hari. Curah hujan berkisar 600-700 mm pertahun. Suhu udara optimum antara
Universitas Sumatera Utara
170C – 200C dengan kelembaban udara 80% - 90%. Ketinggian tempat yang ideal
untuk tanaman stroberi di wilayah tropis adalah 1000 – 1500 m diatas permukaan
laut (Budiman dan Saraswati, 2006).
Tanah
Kondisi tanah yang baik adalah podsolik dan alluvial. Tanah-tanah dengan
kandungan hara yang baik, mutlak dibutuhkan dalam maksimalisasi dalam
pembentukan bunga dan buah (Gunawan, 2003).
Tanaman ini dapat tumbuh dengan berproduksi baik pada kisaran pH
6-7. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi adalah
5,4-7,0 sedangkan untuk kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm
dari permukaan tanah. Jika tanaman stroberi di tanam di dalam pot, media harus
memiliki sifat poros, mudah merembeskan air dan unsur hara selalu tersedia
(Tjitrosoepomo, 1990).
Sargassum crassifolium J. Agardh
Rumput laut banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah
(Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran
maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan
cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Akan tetapi, ada juga
yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini
banyak mengandung pigmen klorofil A dan B, beta karoten, violasantin dan
fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa. Selain itu, ganggang coklat juga
mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain
bahan - bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium
(KEPRI, 2011). Selain itu rumput laut juga mengandung karbohidrat, protein,
Universitas Sumatera Utara
mineral, air, vitamin, dan lemak. Dengan demikian pemanfaatan rumput laut dapat
digunakan sebagai bahan olahan, baik sebagai bahan pangan, pakan maupun
sebagai bahan tambahan (Suplemen) (Handayani, 2011).
Sunarpi (2011) melaporkan bahwa ekstrak Sargassum sp. yang mampu
menginduksi tinggi tanaman padi hingga mencapai 91.67 cm. Fenomena yang
berbeda terjadi pada parameter jumlah daun, sebagian besar tanaman yang
diberikan perlakuan ekstrak rumput laut memiliki daun lebih banyak sekitar 5-25
helai dibandingkan dengan tanaman kontrol. Rata-rata jumlah daun yang paling
banyak terdapat pada tanaman yang diberi perlakuan Sargassum sp. dan
Sargassum polycistum yaitu sebanyak 100.33 helai, sedangkan pada tanaman
kontrol hanya memiliki jumlah daun rata-rata sekitar 75,67 helai. Adanya
perbedaan jumlah daun pada tanaman yang diberikan ekstrak dan tanpa ekstrak
mengindikasikan adanya pengaruh pemberian ekstrak rumput laut terhadap
jumlah daun tanaman padi. Fenomena tersebut berkaitan erat dengan keberadaan
senyawa aktif serta mikro dan makronutrien dalam ekstrak rumput laut
(makroalga), yang mampu menstimulasi pertumbuhan tanaman
Afrizal (1998) melaporkan ada sebanyak 9 jenis makroalga coklat di
perairan pantai kota Padang termasuk didalamnya Sargassum crassifolium.
Keberadaan makroalga coklat ini oleh masyarakat pesisir kota Padang dan
Sumatera Barat umumnya masih dianggap sebagai tumbuhan liar. Potensinya
sebagai penghasil alginat belum termanfaatkan dan belum pernah digali. Begitu
juga sebagai bahan pupuk organik. Anam, Fachriyah, dan Kusrini (2001) juga
melaporkan bahwa Sargassum yang diambil dari pantai Jepara juga mengandung
senyawa bioaktif lain, seperti triterpenoid, steroid dan fenolat. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Suradikusumah (1989), senyawa-senyawa tersebut berperan penting dalam
pengaturan pertumbuhan tanaman.
Berikut merupakan kandungan nutrisi pada Sargassum crassifolium seperti
tercantum pada tabel 1. (Handayani, 2004).
Tabel 1. Kandungan nutrisi Sargassum crassifolium J. Agardh
Jenis Nutrisi
Rata-rata kadar (%, b/b0)
Protein
5,19 ± 0,13
•
Keterangan
Berat basah
•
Abu (mineral)
36,93 ± 0,34
Berat kering
Ca (mg/100 g)
1540,66 ± 6,99
Berat kering
•
Fe (mg/100 g)
132,65 ± 3,47
Berat kering
P (mg/100 g)
474,03 ± 1,01
Berat kering
Vitamin A (μg RE/100 g)
489,55 ± 8,4
Berat kering
Vitamin C (mg/100 g)
49,01 ± 0,75
Berat kering
Lemak (%, b/b)
1,63 ± 0,01
Berat kering
N (mg/100 g)
0,09
Berat kering
P (mg/100 g)
0,15
Berat kering
2,32
Berat kering
37,91 ± 0,34
Berat kering
• Warna
Kuning Kecoklatan
Berat kering
• Ukuran Partikel
150 mesh
•
Unsur Makro
•
•
•
K (mg/100 g)
Alginat
• Kadar (%,b/b)
• pH
6,89 ± 0,005
Algae Sargassum tumbuh di bentangan perairan pantai di zona paparan
terumbu (reef flats) mulai dari garis pantai sampai ujung tubir termasuk dalam
perairan intertidal dan subtidal. Hasil penelitian makro algae di Indonesia
menunjukan sebaran yang luas dan bervariasi. Algae Sargassum termasuk
tumbuhan yang dominan dan distribusinya ada di seluruh perairan Indonesia.
Di Indonesia sebaran makro algae Sargassum berada di pulau besar maupun kecil,
Universitas Sumatera Utara
dan jumlah jenisnya ada 12. Tumbuh di lingkungan perairan pantai yang jernih
dengan substrat batu karang, karang mati dan benda bersifat massive yang berada
di dasar perairan. Keberadaan Sargassum di perairan ikut membentuk ekosistem
terumbu karang dan merupakan tempat asuhan bagi biota kecil (Kadi, 2005).
Berikut merupakan laporan hasil uji analisis auksin pada S. crassifolium di
laboratorium penelitian dan pengujian terpadu Universitas Gajah Mada, seperti
yang tercantum pada tabel 2.
Tabel 2. Laporan hasil uji auksin di laboratorium penelitian dan pengujian terpadu
Universitas Gajah Mada
Parameter Uji
IAA
Hasil
0,13
Satuan
ppm
Metode
HPLC
Aryanti dkk, (2009) melaporkan bahwa penyemprotan dengan cairan
Sargassum secara umum dapat menigkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Pada
konsentrasi 3000 hingga 5000 ppm, cairan Sargassum dapat meningkatakan
jumlah daun. Berat basah dan berat kering tanaman dapat ditingkatkan secara
signifikan dengan menyemprotkan cairan Sargassum dari konsentrasi 1000 ppm
hingga 5000 ppm. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kedelai
terbaik dicapai pada penyemprotan cairan Sargassum dengan konsentrasi antara
4000 ppm hingga 5000 ppm.
Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara,
dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses
fisiologis tumbuhan. Zat pengatur tumbuh sebagai zat penggerak atau pemicu
terdiri dari auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam absisik (inhibitor)
(Abidin, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Sebenarnya hormon sudah tersedia secara alami pada tumbuhan, namun tetap
harus dapat diberikan pada tanaman dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
berakar, mempercepat proses pertumbuhan akar, meningkatkan jumlah dan kualitas
akar, dan mengurangi keragaman jumlah dan kualitas perakaran. Hormon yang biasa
digunakan dalam merangsang pertumbuhan akar adalah dari kelompok hormon
auksin buatan yaitu IAA (Indole Acetic Acid), IBA (Indole Butyric Acid), dan NAA
(Napthalene Acetic Acid) yang semua ini wujudnya bisa berupa bubuk, tablet, pasta,
dan cairan (Irwanto, 2001).
Agar hormon tumbuh yang terdapat dalam mikropolar atau submikromolar itu
bersifat aktif dan khas, dapat dipastikan harus ada tiga bagian utama pada sistem
respirasi. Yang pertama, hormon harus ada dalam cukup di sel yang tepat. Yang
kedua, hormon harus di kenali dan di ikat erat oleh setiap sekelompok sel yang
tanggap terhadap hormon (sel sasaran). Yang ketiga, protein penerima tersebut
(konfigurasinya diduga berubah saat mengikat hormon) harus menyebabkan
perubahan metaolik lain yang mengarah pada penguatan isyarat atau kurir hormon
(Salisbury dan Ross, 1995).
Pengetahuan dasar tentang zat pengatur tumbuh ini diperlukan agar
pemakaian zat ini efektif dan menguntungkan karena pengaruh zat pengatur tumbuh
ini tergantung cara pemakaiannya. Pada kadar rendah tertentu zat pengatur tumbuh
akan mendorong pertumbuhan sedangkan pada kadar yang terlalu tinggi akan
menghambat pertumbuhan, meracun bahkan mematikan tanaman. Pemberian zat
pengatur tumbuh yang sesuai merupakan salah satu alternatif teknologi baru yang
dapat memperbaiki proses biologis tanaman (Winten, 2009).
Auksin
Universitas Sumatera Utara
Istilah auksin berasal dari bahasa Yunani yaitu auxien yang berarti
meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa
pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu
senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan
koleoptil ke arah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah
fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan di daerah koleoptil. Aktifitas auksin
dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya
pemanjangan
pada
sisi
yang
tidak
terkena
cahaya
matahari
(Salisbury dan Ross, 1995).
Rumus Bangun Auksin
Auksin adalah sekelompok senyawa yang fungsinya merangsang
pemanjangan sel-sel pucuk yang spektrum aktivitasnya menyerupai IAA (indole3-acetid acid). Pada umumnya auksin meningkatkan pemanjangan sel,
pembelahan sel, dan pembentukan akar adventif, auksin berpengaruh pula untuk
menghambat pembentukan tunas adventif dan tunas aksilar, namun kehadiranya
dalam medium kultur dibutuhkan untuk meningkatkan embriogenesis somatik
pada kultur suspensi sel. Konsentrasi auksin yang rendah akan meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
pembentukan
akar
adventif,
sedangkan
konsentrasi
tinggi
merangsang
pembentukan kalus dan menekan morfogenesis (Zulkarnain, 2009).
Indole-3-acetic acid (IAA) nama lain auksin berperan dalam pembelahan
sel apikal (tunas, daun muda, dan buah). Senyawa itu meregulasi beragam proses
fisiologi seperti pertumbuhan, pembelahan, serta diferensiasi sel, dan sintesis
protein. Pergerakannya hingga titik tumbuh akar melalui jaringan pembuluh tipis
atau parenkim. Saat menyebar, IAA menghambat pembentukan mata tunas. IAA
yang terkonsentrasi merangsang pembelahan sel akar sehingga akar-akar baru
bermunculan (Malcolm, 1989).
Auksin merupakan istilah genetik untuk substansi pertumbuhan yang
khususnya merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu
kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda (Gardner, dkk, 1991).
Auksin atau IAA merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu peran
fisiologis auksin adalah menghambat peluruhan / perontokan daun, bunga, dan
buah. Hal ini karena auksin dapat bereaksi pada tanaman untuk menghasilkan
inhibitor bagi senyawa-senyawa tertentu. Inhibitor yang terbentuk dapat berfungsi
sebagai penghambat terbentuknya etilen. Pembentukan etilen dalam jumlah besar
pada tanaman yang sedang tumbuh akan merangsang terjadinya absisi (peluruhan,
perontokan) dari berbagai macam organ tanaman. Auksin pada tanaman dengan
dosis yang tepat diharapkan dapat menekan pembentukan etilen, sehingga dapat
menghambat proses absisi (Pangaribuan, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Pemupukan Melalui Daun
Tidak semua jenis pupuk dapat dipergunakan untuk diaplikasikan melalui
daun. Pada umumnya pupuk-pupuk dalam bentuk cair atau pupuk padat yang
bersifat larut sempurna di dalam air dan pupuk yang tidak merusak daun tanaman
dapat digunakan sebagai pupuk yang disemprotkan lewat daun. Pupuk yang larut
di dalam air tapi tidak larut sempurna tidak dapat diaplikasikan melalui daun
karena ada residu dari pupuk yang dapat menutup stomata atau nozzle dari alat
penyemprot (Damanik dkk, 2011).
Waktu pemupukan yang tepat untuk pemupukan melalui daun sebaiknya
dilakukan pada pagi hari sekitar 09.00-10.00 pagi. Pada waktu tersebut matahari
telah terbit dan telah terjadi proses fotosintesis di dalam daun. Dengan
berlangsungnya fotosintesis, terbentuk gula yang mempengaruhi berkonstraksinya
sel-sel pengiring pada stomata, sehingga stomata membuka. Frekwensi
pemupukan dapat diulangi dengan interval yang dekat terutama bila terdapat
gejala-gejala kahat hara. Bagian daun yang disemprot adalah ppada bagian bawah
daun, karena pada bagian ini jumlah stomata lebih banyak daripada bagian atas
daun (Damanik dkk, 2011).
Universitas Sumatera Utara