Pengaruh Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (Pus) Terhadap Penggunaan Metode Kontrasepsi Tubektomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam
wikipedia dijelaskan; pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui
atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis,
konsep, teori, prinsip dan prosedur (Notoatmodjo, 2010).
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu
kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang
terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya.
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang
yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman
baru.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum

Universitas Sumatera Utara

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi
masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,
rasa, dan aroma masakan tersebut
2.1.2. Domain Pengetahuan
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3.

Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.


4. Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada
kaitannya dengan yang lain.
5. Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

Universitas Sumatera Utara

6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi/objek (Notoatmodjo, 2003).
2.1.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang adalah :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek

Universitas Sumatera Utara

positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
terhadap obyek tersebut .
2. Informasi /Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.

Universitas Sumatera Utara

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan
keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang kerjanya.
6. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri


Universitas Sumatera Utara

menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan
semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan
bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada
beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan
umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Notoatmodjo, 2010).

2.2. Persepsi
2.2.1. Pengertian
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses

tersebut mempengaruhi perilaku kita.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu
suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat
indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi
merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian

Universitas Sumatera Utara

diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diindera (Mulyana, 2000).
Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan
atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integritas dari
individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu,
pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh
dalam proses persepsi.
2.2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi
Menurut Mulyana (2000), faktor-faktor yang memengaruhi persepsi pada
dasarnya dibagi menjadi :
1. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat

dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
a. Fisiologis
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap
lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang
berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
b. Perhatian
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan
atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu

Universitas Sumatera Utara

obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap
obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu
obyek.
c. Minat
Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak
energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.
Perceptual


vigilance

merupakan

kecenderungan

seseorang

untuk

memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
d. Kebutuhan yang Searah
Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari
obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan
dirinya.
e. Pengalaman dan Ingatan
Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana
seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu
rangsang dalam pengertian luas.
f. Suasana Hati

Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan
bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi
bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari
lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut
dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi

bagaimana

seseorang

merasakannya

atau


menerimanya.

Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
a. Ukuran dan Penempatan dari Obyek atau Stimulus
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka
semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi
individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah
untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
b. Warna dari Obyek-obyek
Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
c. Keunikan dan Kekontrasan Stimulus
Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya
yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik
perhatian.

Universitas Sumatera Utara

d. Intensitas dan Kekuatan dari Stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus
merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
e. Motion atau Gerakan
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang
diam.

2.3. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).

Universitas Sumatera Utara

2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.

2.4. Kontrasepsi Tubektomi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan.
Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan
sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur
yang matang dengan sel sperma tersebut. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga
pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda atau mencegah
kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan/mengakhiri kehamilan atau
kesuburan.
Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu :
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

Universitas Sumatera Utara

b. Melumpuhkan sperma.
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.
2.4.1. Pengertian Tubektomi
Tubektomi adalah suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya
ovum dengan cara tindakan mengikat dan atau memotong pada kedua saluran tuba.
Dengan demikian maka ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma
karenma adanya hambatan pada tuba. Tubektomi bisa dilakukan kapan saja asalkan
wanita tersebut tidak hamil seperti pada saat setelah melahirkan atau abortus, sedang
haid atau ganti cara kontrasepsi (Suratun, 2008).
2.4.2. Indikasi Tubektomi
Konprensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun
1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25-40 tahun,
dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25-30 tahun dengan 3 anak
atau lebih, umur istri antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 3540 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya
berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang
diinginkan oleh pasangan tersebut (Wiknjosastro, 2005).
Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut :
1. Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita
hamil lagi.

Universitas Sumatera Utara

a. Gangguan fisik
Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum, penyakit
jantung, penyakit ginjal, kanker payudara dan sebagainya.
b. Gangguan psikis
Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofrenia (psikosis), sering
menderita psikosa nifas, dan lain lain
2. Indikasi medis obstetrik
Indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesar
berulang, histerektomi dan sebagainya.
3. Indikasi medis ginekologik
Pada waktu melakukan operasi ginekologis dapat pula dipertimbangkan untuk
sekaligus melakukan sterilisasi.
2.4.3. Syarat Tubektomi
1. Syarat Sukarela
Calon peserta dan pasangan yang akan mengikuti kontrasepsi mantap harus secara
sukarela dan mengikuti pelayanan kontrasepsi mantap atas keinginan sendiri.
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara cara
kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan
tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2. Syarat Bahagia
Setiap calon perseta harus memenuhi syarat kebahagiaan artinya calon perseta
tersebut terikat dalam perkawinan syah dan harmonis, umur istri sekurangkurangnya 25 tahun dengan 2 orang anak hidup, dan anak terkecil berumur lebih
dari 2 tahun.
3. Syarat Medik
Setiap calon peserta kontrasepsi harus memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak
ditemukan kontra indikasi kesehatan. Setelah syarat bagian ini dipenuhi, syarat
medik kemudian dipertimbangkan termasuk pemeriksaan fisik, ginekologik dan
laboratorik. Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat
memenuhi

syarat

kesehatan,

artinya

tidak

ditemukan

hambatan

atau

kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan seorang dokter
diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan
kontrasepsi mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi
mantap antara lain ibu yang mengalamai peradangan dalam rongga panggul,
obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil atau dicurigai sedang hamil
(BKKBN, 2006).
2.4.4. Waktu Pelaksanaan Tubektomi
Menurut Noviawati (2009) waktu pelaksanaan MOW (Metode Operasi
Wanita) dapat dilakukan pada :

Universitas Sumatera Utara

1. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien
tersebut tidak hamil
2. Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
3. Pasca persalinan
Minilaparotomi dapat dilakukan dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau
12 minggu pasca persalinan setelah dinyatakan ibu dalam keadaan tidak hamil.
4.

Pasca keguguran
Tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparatomi atau laparoskopi setelah
triwulan pertama pasca keguguran dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti
infeksi pelvik. Sedangkan pada triwulan kedua dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi pelvik, tubektomi dapat dilakukan dengan cara
minilaparotomi saja.

2.4.5. Manfaat Tubektomi
1. Sangat efektif
2. Permanen
3. Tidak mempengaruhi proses menyusui
4. Tidak bergantung pada faktor senggama
5. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius
6. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal
7. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
8. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (Hanafi, 2004).

Universitas Sumatera Utara

2.4.6. Keterbatasan Tubektomi
1. Harus dipertimbangkan sifat permanan metode kontrasepsi, Klien dapat menyesal
kemudian hari.
2. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
3. Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
4. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau
dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi)
5. Tidak melindungi dari IMS termasuk HIV/AIDS (Hanafi, 2004).
2.4.7. Komplikasi Tubektomi
Tabel 2.1. Komplikasi Tubektomi

Komplikasi
Infeksi luka

Penanganan
Apabila terlihat infeksi luka, obat dengan antibiotik. Bila
terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang
terindikasi

Demam pasca operasi Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
(38o C)
Luka pada kandung
Mengacu ketingkat asuhan yang tepat, apakah kandung
kemih (intestinal jarang kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan
terjadi)
reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk ke
Rumah Sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut.
Amati : hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya
waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensi.
Emboli gas yang
diakbiatkan oleh
laparoskopi (sangat
jarang terjadi)

Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi
intensif termasuk : cairan intravena, resusitasi kardio
pulmonar dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 (Lanjutan)
Rasa sakit pada lokasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa
pembedahan
yang ditemukan.
Perdarahan superfinial Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang
(tepi-tepi kulit atau
ditemukan.
subkutan)

2.5. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Perilaku Penggunaan Tubektomi
Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi tubektomi
tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan
Menurut Green (1991) yang dibedakan dalam tiga jenis yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau
motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah jenis kelamin, umur,
pendidikan, pengetahuan, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan
motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan
suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor pemungkin adalah
lingkungan fisik, keterampilan petugas, sumber daya pribadi dan komunitas.
Seperti tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat kontrasepsi,
keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.

Universitas Sumatera Utara

c. Faktor pendorong (reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada
tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat. Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang memengaruhinya,
konsumen akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tubektomi.
Selanjutnya proses penggunaan alat kontrasepsi tubektomi oleh masyarakat
atau konsumen dapat dijelaskan oleh Notoadmodjo (2010) bahwa keputusan
seseorang dalam menggunakan alat kontrasepsi tertentu tergantung pada :
a. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristic)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan maupun
memakai alat kontrasepsi yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat
dibagi ke dalam 3 kelompok yakni :
a. Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah
anggota keluarga.
b. Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, agama dan
kesukuan.
c. Kepercayaan kesehatan : keyakinan, sikap, pengetahuan terhadap pelayanan
kesehatan, dokter dan penyakitnya.

Universitas Sumatera Utara

b. Karakteristik pendukung (enabling characteristic)
a. Sumber daya keluarga : penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa
pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan.
b. Sumber daya masyarakat : jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga
kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana.
2.6. Landasan Teori
Menurut Green (1991), bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesehatan, terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor predisposisi yang terwujud dalam
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai, faktor
pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, faktor pendorong yaitu terwujud
dengan sikap dan perilaku petugas kesehatan. Berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi
tubektomi.
Predisposisi :
- Pengetahuan
- Persepsi
- Sikap
- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai-nilai

Pendukung :
- Lingkungan fisik
- Fasilitas
- Sarana

Pendorong :
- Sikap
- Perilaku petugas kesehatan

Penggunaan KB Tubektomi

Gambar 2.1. Kerangka Teori Menurut Green (1991)

Universitas Sumatera Utara

Landasan teori menurut Green (1991), tidak semuanya akan diteliti pada
penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan melihat situasi dilapangan bahwa
variabel yang diambil harus dapat diukur dan sesuai dengan kepustakaan yang ada
menurut peneliti. Variabel yang diambil adalah variabel pengetahuan, persepsi dan
sikap wanita pasangan usia subur (PUS).

2.8. Kerangka Konsep
Pengetahuan

Persepsi

Sikap

Penggunaan Metode
Kontrasepsi Tubektomi

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Wanita Usia Subur Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid 5 di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

2 76 45

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

10 80 82

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

1 43 116

Faktor-faktor Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur menjadi Akseptor KB di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 62 58

Pengaruh Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Kanker Leher Rahim (KLR) dan Program Inspeksi Visual Asetat (IVA) Terhadap Pemanfaatan Pelayanan IVA Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tah

6 57 85

Pengaruh Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (Pus) Terhadap Penggunaan Metode Kontrasepsi Tubektomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang

0 0 18

Pengaruh Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (Pus) Terhadap Penggunaan Metode Kontrasepsi Tubektomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Pengaruh Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (Pus) Terhadap Penggunaan Metode Kontrasepsi Tubektomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang

0 0 9

Pengaruh Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (Pus) Terhadap Penggunaan Metode Kontrasepsi Tubektomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Pengaruh Pengetahuan, Persepsi Dan Sikap Wanita Pasangan Usia Subur (Pus) Terhadap Penggunaan Metode Kontrasepsi Tubektomi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang

0 0 41