Analisis Kesiapan Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
ASEAN Economic Community (AEC) atau yang kita kenal dengan

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kini sudah mulai diberlakukan sejak 31
Desember 2015. MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi regional yang diikuti
oleh Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya, dimana adanya
pasar bebas barang, jassa, investasi, dan tenaga kerja. Dengan asumsi, pasar bebas
akan mendorong setiap negara ASEAN melakukan efisiensi yang optimal dan
pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat
Ekonomi ASEAN juga diharapkan menjadi tulang punggung perekonomianyang
mampu bersaing dengan China dan India.
Pada Desember 1997 dilaksanakan KTT di Kuala Lumpur, para
pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang
stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil,
dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision
2020). Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN

menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan
dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community
dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari
Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat
dalam membangun Komunitas ASEAN pada tahun 2020.Pada KTT ASEAN ke12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang

Universitas Sumatera Utara

kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang
diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani
Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun
2015 Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan
Komunitas Ekonomi ASEAN pada desember tahun 2015, dimana AEC memiliki
lima (5) pilar utama, yakni:
1. Aliran bebas barang (free flow of goods).
2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice).
3. Aliran bebas investasi (free flof of investment).
4. Aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour).
5. Aliran bebas modal (free flow of capital).
2.2


Kesiapan Indonesia dalam Implementasi Masyarakat Ekonomi
ASEAN
Indonesia punya potensi menjadi regional champion dalam MEA. Dalam

menghadapi ASEAN Economic Community, pemerintah Indonesia mau tidak mau
harus melakukan langkah-langkah strategis agar tidak menjadi negara pemasaran
bagi produk-produk luar negeri sedangkan untuk investasi, negara lain lebih
memilih untuk investasi di negara yang pelaksanaan usahanya sudah meningkat
diantaranya Thailand, Malaysia, Vietnam dan Brunei Darussalam. Untuk itu
langkah strategis yang dapat dilakukan, di antaranya:
1. Sosialisasi Besar-Besaran
Upaya sosialisasi hajat besar MEA ini belum merata. Hanya terbatas
kalangan tertentu. Bisa dibilang, kalangan menengah ke atas.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan, masyarakat awam ke bawah tidak begitu mengenalnya.
Jangankan bersiap, mengenal pun tidak. Berbeda dengan masyarakat
Thailand, Malaysia dan Singapura yang mana 80% masyarakatnya

telah siap menghadapi MEA.
2. Perbaikan Infrastruktur
Infrastruktur berupa sarana dan prasarana seperti logistik, listrik,
telekomunikasi, revitalisasi transportasi, jalan raya, rel kereta api,
pelabuhan, bandara, dan lain-lain. Kita mengetahui bahwa kesemua
faktor ini sangat mempengaruhi proses produksi dan distribusi.
3. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
UMKM merupakan sektor ekonomi nasional yang sangat strategis
dalam pembangunan ekonomi kerakyatan. Pemberdayaan ini dapat
menciptakan iklim usaha dan mengurangi ekonomi biaya tinggi.
Pemberdayaan UMKM sangat diperlukan untuk meningkatkan daya
saing ekonomi.
4. Penyediaan Modal
Pemodalan ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas produksi
suatu usaha. Oleh karenanya, dibutuhkan lembaga pemodalan yang
mudah diakses oleh pelaku usaha dari berbagai skala. Terutama
pelaku UMKM yang seringkali kesulitan dalam penambahan modal.
5. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM merupakan hal yang paling krusial dalam menghadapi MEA.
SDM yang berkualitas akan mampu bersaing dan kuat menghadapi


Universitas Sumatera Utara

tantangan. Cekatan serta inovatif dalam mengambil ide, langkah, dan
tindakan. Peningkatan kualitas SDM misalnya dengan pelatihan
bahasa.
2.3

Kondisi UMKM Indonesia dalam Implementasi Masyarakat
Ekonomi ASEAN
Di Indonesia, UMKM memiliki kontribusi PDB 59,08 % sebesar 4.869,5

triliun/ tahun dan menyerap tenaga kerja 97,16 % atau sebanyak 107.657.509 jiwa.
UMKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena
sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan
usaha berskala kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Sehingga UMKM
memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak
hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. Diakui
secara luas bahwa UMKM sangat penting karena karakteristik-karakteristik utama
mereka yang membedakan mereka dari usaha besar, terutama karena UMKM adalah

usaha-usaha padat karya, terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih

tergantung pada bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang dan jasa
kebutuhan pokok masyarakat berpendapatan rendah (Tambunan: 2012).
Disamping itu UMKM juga memiliki ketahanan yang cukup kuat
terhadap krisis ekonomi, sebagaimana pada saat terjadinya krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 1997- 1998an, dimana kondisi waktu itu usaha kecil, mikro,
dan menengah terbukti lebih kebal daripada perusahaan besar yang justru banyak
mengalami kebangkrutan. Disinilah UMKM dapat menunjukkan peranan
pentingnya dengan menjaga keeksistensiannya.

Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan pilar utama MEA, akan tercipta pasar tunggal di wilayah
ASEAN. Pasar tunggal ini akan munculkan aliran perdagangan barang, jasa,
modal dan investasi secara bebas. Indonesia sebagai anggota ASEAN yang
mempunyai jumlah penduduk paling banyak ini akan sangat berpotensi menjadi
pasar yang kuat untuk perdagangan barang dan jasa yang dihasilkan oleh Negaranegara di ASEAN. Sama halnya dengan akan diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN, hal tersebut juga akan menjadi peluang sekaligus tantangan
bagi produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM di Indonesia. Dalam hal ini

peningkatan daya saing UMKM menjadi faktor kunci agar mampu menghadapi
tantangan dan memanfaatkan peluang dari implementasi MEA 2015.
2.3.1

Defenisi dan Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah

2.3.1.1 Defenisi UMKM
UMKM diatur dalam UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil
dan Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan
atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam UU. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU. Sedangkan usaha
menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang dimiliki, dukuasai, atau menjadi bagian baik

Universitas Sumatera Utara


langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana yang
dimaksud dalam UU.
Menurut UU tersebut, yang disebut dengan Usaha Mikro adalah entitas
usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih kurang dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta); dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan
kurang dari Rp300.000.000,00. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria
sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang
memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat

usaha;


dan

(2)

memiliki

hasil

penjualan

tahunan

lebih

dari

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Badan Pusat Statistik
(BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kunatitas tenaga kerja. Usaha

mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 5
orang, usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5

Universitas Sumatera Utara

s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki
tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
2.3.1.2Karakteristik UMKM

Adapun

yang

membedakan UMKM dengan usaha lainnya dikarenakan memiliki karakteristik
(Tambunan 2012:2), yakni:
1.

Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi usaha besar) yang
tersebar diseluruh kota, pedesaan, juga daerah-daerah yang terisolasi.
Oleh karena itu, kelompok usaha ini mempunyai signifikansi “lokal”

yang khusus untuk daerah pedesaan.

2.

Sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi pertumbuhan
kesempatan kerja yang saangat besar, pertumbuhan UMKM dapat
dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan- kebijakan
nasional utuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan
pendapatan, terutma bagi masyarakat miskin.

3.

Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama usaha mikro berlokasi
dipedesaan, kegiatan- kegiatan produksi dari kelompok usaha ini
juga pada umumnya berbasis pertanian.

4.

UMKM memakai teknologi- teknologi yang lebih “cocok” (jika
dibandingkan dengan teknologi- teknologi canggih usaha besar)

terhadap proporsi- proporsi dari faktor produksi dan kondisi lokal
yang ada di negara sedang berkembang.

Universitas Sumatera Utara

5.

Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM bisa
bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada
tahun 1997/98.

6.

UMKM bisa menjadi suatu titik permulaan bagi mobilisasi tabungan
atau investasi diperdesaan; sementara, pada waktu yang sama,
kelompok usaha ini dapat berfungsi sebagai tempat pengujian dan
peningktan

7.

Terbukti bahwa pada umumnya pengusaha-pengusaha UMKM
membiayai sebagian besar dari operasi-operasi bisnis mereka dengan
tabungan pribadi, ditambah dengan bantuan atau pinjaman dari
saudara atau kerabat, atau dari pemberi kredit informal, pedagang
atau pengumpul, pemasok bahan baku, dan pembayaran dimukadari
konsumen- konsumen. Oleh karena itu, kelompok usaha ini dapat
memainkan suatu peran penting lainnya, yaitu sebagai suatu alat
untuk mengalokasikan tabungan- tabungan, yang kalo tidak akan
dipergunakan untuk maksud yang tidak produktif.

8.

Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh UMKM juga untuk
masyarakat kelas menengah dan atas, terbukti secara umum bahwa
pasar utama bagi UMKM adalah untuk barang- barang konsumsi
sederhana dengan harga relatif murah.

9.

Sebagai bagian dari dinamikanya, banyak juga UMKM yang mampu
meningkatkan produktivitasnya lewat investasi dan perubahan

Universitas Sumatera Utara

teknologi; walaupun negara berbeda mugnkin punyanpengalaman
berbeda dalam hal ini, tergantung pada banyak faktor.
10. Seperti sering dikatakan didalam literatur, satu keunggulan dari
UMKM adalah tingkat fleksibiltasnya yang tinggi, relatif terhadap
pesaingnya (usaha besar).
2.3.2

Masalah pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Adapun masalah yang sering dihadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(Hubeis 2009:4), antara lain:
1. Kesulitan Pemasaran
Salah satu aspek yang berkaitan dengan masalah pemasaran yang
umum dihadapi oleh UMKM adalah tekanan- tekanan persaingan,
baik dipasar domestik dari produk- produk serupa buatan usaha lain,
maupun produk impor dan di pasar ekspor.
2. Keterbatasan Finansial
UMKM menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial, yaitu
mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja investasi, serta
finansial jangka panjang akibat skala ekonomi yang kecil. Modal yang
dimiliki oleh pengusaha kecil sering kali tidak mencukupi untuk
kegiatan produksi, terutama untuk investasi (perluasan kapasitas
produksi), walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari
modal sendiri atau sumber informal lain.

Universitas Sumatera Utara

3. Keterbatasan SDM
Keterbatasan SDM merupakan salah satu kendala serius bagi banyak
UMKM, terutama dalam aspek kewirausahaan, manajemen, teknik
produksi, pengembangan produk, perancangan teknik, pengendalian
dan pengawasan mutu, organisasi bisnis, akuntansi, pengolahan data,
penelitian, dan teknik pemasaran. Semua keahlian ini sangat
dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu produk,
meningkatkan

efisiensi

dan

produkstivitas

dalam

produksi,

memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru.
4. Masalah Bahan Baku
Keterbatasan bahan baku dan masukan lainnya sering menjadi salah
satu kendala serius bagi pertumbuhan dan kelangsungan produksi bagi
banyak UMKM.
5. Keterbatasan Teknologi
UMKM masih menggunakan teknologi dalam bentuk mesin- mesin
tua (manual). Keterbelakangan teknologi ini tidak hnya menyebabkan
rendahnya total produktivitas dan efisiensi didalam proses produksi,
tetapi juga rendahnya mutu produk yang dibuat.
6. Manager Skill
Kekurang mampuan pengusaha UMKM untuk menentukan pola
manajemenyang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan
usahanya, sehingga pengelolaanusaha menjadi terbatas.

Universitas Sumatera Utara

7. Kemitraan
Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antar pengusaha
dengan tingkatkan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan
pengusaha besar.istilah kemitraan sendiri mengandung arti bahwa
meskipun tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi merupakan
hubungan yang setara dan dapat membantu perkembangan UMKM.
2.4 Kesiapan UMKM Kota Medan dalam Implementasi Masyarakat
Ekonomi ASEAN
Bermula dari persiapan UMKM Indonesia, pada tingkat daerah
khususnya kota Medan, kita dapat melihat bahwa secara umum pertumbuhan
perekonomian kota Medan tidak terlepas dari kontribusi UMKM. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah UMKM-nya yang cukup banyak, dengan jumlah lebih kurang
242.890 UMKM yang terdiri dari jenis usaha perdagangan jasa, industri kerajinan
dan aneka usaha lainnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, proporsi jumlah
pengusaha mikro, kecil dan menengah mencapai 99,8 % dari total usaha ekonomi
yang ada di kota Medan. Artinya, jumlah UMKM mencapai hampir 500 kali lipat
dari jumlah usaha besar. Meski demikian, kontribusi UMKM ke kota Medan
diperkirakan baru mencapai 39,8 % sedangkan usaha besar mencapai 60,2 %. Hal
ini menunjukkan kuatnya sektor usaha besar dan masih terbatasnya sektor UMKM
(BPS Sumatera Utara, 2014).
Adapun keunggulan UMKM di kota Medan daripada usaha besar yang
ada di Medan, antara lain: 1) Inovasi teknologi mudah dilakukan dalam upaya
pengembangan produk. 2) Hubungan kemanusiaan yang akrab terjalin dalam

Universitas Sumatera Utara

usaha kecil. 3) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau
penyerapan tenaga kerja cukup tinggi. 4) Memilik fleksibilitas dan kemampuan
menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat. 5) Terdapat
manajerial yang dinamis dan peran kewirausahaan.
Permasalahan yang kebanyakan dialami para pelaku UMKM di Kota
Medan yaitu akses permodalan dan infrastruktur terkait lainnya. Permodalan
memang menjadi masalah klasik UMKM kita, umumnya pelaku UMKM
mengeluhkan tentang terbatasnya modal, yang menyebabkan usaha mereka dari
tahun ke tahun tidak berkembang menjadi lebih besar. Usaha mikro dan kecil
umumnya memiliki keunggulan dalam bidang yang memanfaatkan sumberdaya
alam dan padat karya. Untuk itu, diperlukan adanya komitmen bersama untuk
menumbuhkan pusat-pusat aktivitas ekonomi di daerah melalui reformasi
pembangunan ekonomi yang mampu mengembangkan sumberdaya lokal dan
menggerakkan ekonomi rakyat yang lebih produktif dan berdaya saing. Di pihak
lain perekonomian daerah saat ini yang meskipun terus tumbuh, namun
mengkhawatirkan karena pertumbuhannya lebih ditarik oleh sektor konsumsi dan
bukan sektor produksi. Rendahnya tingkat investasi dan produktivitas, serta
rendahnya pertumbuhan usaha baru perlu memperoleh perhatian yang serius pada
masa mendatang dalam rangka mengembangkan usaha mikro, kecil dan
menengah menuju usaha yang berdaya saing tinggi. Namun disadari pula bahwa
pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat
kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia,
kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Keadaan ini diperparah dengan

Universitas Sumatera Utara

diberlakukannya perdagangan bebas yang menyebabkan membanjirnya di pasaran
berbagai produk-produk UMKM yang berasal dari luar. Di sisi dalam pelaksanaan
MEA ini dapat dikatakan bahwa sampai saat ini kita masih belum siap dalam
menghadapi pasar bebas tersebut khsususnya dampak yang timbulkannya
bagiUMKM di daerah.
Produk-produk UMKM Kota Medan saat ini menghadapi tantangan
produk unggulan asing, tentunya dengan berbagai kendala yang ada UMKM harus
dapat meningkatkan daya saing untuk bisa survive dan berekspansi. Sebagai
contoh adalah sayur-sayuran dan buah-buahan impor mendominasi pasar di
Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Impor sayur-sayuran mengalami
peningkatan sebesar 89,40% pada periode Januari hingga Maret 2011
dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010, dimana negara-negara asal
sayur-sayuran dan buah- buahan impor tersebut adalah China, Singapura,
Myanmar, dan Thailand. Hal ini disebabkan karena daya saing produk lokal kalah
dibandingkan produk impor, meskipun secara kualitas produk lokal tidak kalah
dengan produk impor.
2.5

Analisis SWOT

2.5.1

Defenisi Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunity), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
(Rangkuti 2001:18).

Universitas Sumatera Utara

Didalam analisis SWOT terdapat dua faktor penentu yakni yang pertama
faktor internal berupa kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness), adapun
faktor kedua faktor eksternal berupa peluang (opportunity) dan ancaman (threats).
Dengan begitu analisis SWOT dapat dipakai untuk menentukan strategi
perusahaan agar mampu memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan
memanfaatkan peluang sekaligus berperan sebagai alat untuk meminimalikan
kelemahan yang ada dan menekan ancaman yang timbul dan harus dihadapi
secara tepat.Sehingga dengan adanya faktor tersebut membantu memilih strategi
ataupun langkah yang akan diambil selanjutnya dengan memaksimalkan faktor
internal yang menghasilkan profit bagi perusahaan.
Tabel 2.1
Matriks SWOT (Rangkuti 2006)

Opurtunities (O)

Threats (T)

2.5.2

Strength (S)

Weakness (W)

Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman

Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
menghindari ancaman

Indikator Faktor Internal dan Eksternal
Analisis SWOT yang mengavaluasi kekuatan (strenghts), peluang

(opportunity), kelemahan (weakness),dan ancaman (threats). Dimana kekuatan
dan kelemahan merupakan faktor internal, peluang dan ancaman faktor eksternal.
Untuk menangkap peluang yang besar dengan meminimalkan ancaman, sebuah

Universitas Sumatera Utara

UMKM harus mampu menutupi kelemahan dan memaksimalkan kekuatan
UMKM. Dengan begitu dalam menghadapi MEA, UMKM di kota medan harus
mampu menangkap peluang yang ada dengan menentukan strategi yang tepat
untuk menguassai pangsa pasar yang besar.
Adapun yang termasuk indikator faktor internal dari UMKM itu sendiri,
yakni:
1. Kualitas produk
Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan
fungsinya meliputi daya tahan keandalan, ketepatan operasi dan
perbaikan, serta atribut bernilai lainnya.
2. Teknologi
Teknologi adalah kumpulan alat, termasuk mesin, modifikasi,
pengaturan dan produser yang digunakan oleh manusia untuk
menghasilkan suatu produk.
3. Tenaga Kerja
Menurut UU NO.13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 menyebutkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
4. Harga produk industri
Harga adalah salah satu bagian yang penting dalam pemasaran suatu
produk dimana harga sebagai penentu permintaan akan barang dan
jasa itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

5. Sumber Daya Keuangan
Kurangnya

permodalan

menjadi

kendala

utama

dalam

mengembangkan perusahaan dan menjamin ketahanan perusahaan
untuk menjaga kelangsungan usahanya. Kurangnya permodalan
menghambat kinerja perusahaan dalam peningkatan kapasitas
produksi, peningkatan mutu karyawan, peningkatan jumlah karyawan,
penggunaan teknologi, pengadopsian teknologi baru, perluasan
wilayah distribusi dan pemasaran, peningkatan strategi pemasaran,
serta menghambat peningkatan pelayanan.
6. Manajerial dan Strategi Pemasaran
Manajerial dan strategi pemasaran yang dijalankan kurang tepat dan
dapat membuat posisi perusahaan tidak stabil. Perusahaan hanya
mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut sehingga kurang
efektif. Ekpansi pemasaran seperti menggunakan brosur sederhana,
pembukaan counter-counter di wilayah yang strategis, dan jasa
konsinyasi maupun media informasi canggih belum dimanfaatkan
perusahaan.
Sedangkan indikator faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman
bagi UMKM adalah:
1. Konsumen
Pemasaran berasal dari kebutuhan dan keinginan pelanggan serta
berakhir dengan keputusan loyalitas pelanggan. Pemasar wajib
memahami

siapa

saja

pelanggannya,

prefensi,

karakteristik,

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan, dan keinginan, gaya hidup, serta faktor- faktor yang
berpengaruh terhadap pola konsumsi mereka.
2. Pesaing
Memenuhi kepuasan konsumen tidaklah cukup. Apabila ada pesaing
yang sanggup memuaskan pelanggan dengan lebih baik, maka
pelanggan akan beralih ke pesaing. Oleh karena itu, setiap usaha harus
memperhatikan faktor persaingan pula. Faktor tersebut meliputi siapa
saja pesaing usaha, strategi, kelemahan, kompetensi diri, serta relasi
mereka.
3. Potensi Pasar
Potensi pasar di kota tempat lokasi perusahaan menjadi sangat besar,
dilihat dari jumlah penduduk yang semakin padat mengindikasikan
kemungkinan bertambahnya target pasar.
4. Teknologi
Adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat dan semakin
bertambahnya keanekaragaman teknologi yang ada, seharusnya
perusahaan dapat memanfaatkan teknologi itu secara maksimal.
5. Investasi Asing
Penanam modal atau uang kepada perusahaan dalam negri agar
memperoleh keuntungan. Dana ini bersumber dari pembiayaan luar
negri yang dapat digunakan dalam proses produksi.

Universitas Sumatera Utara

2.6 Penelitian Terdahulu
Analisis kesiapan pelaku UMKM dalam menghadapi MEA menarik
untuk diteliti. Penelitian pertama oleh Iin Indarti dan Anton dengan judul
Tantangan UMKM dalam Menghadapi AEC 2015. Penelitian ini menggunakan
metode content analysis, dimana hasil penelitian menyimpulkan bahwa Indonesia
belum siap untuk masuk AEC 2015, disinilah peran UMKM yang sangat besar
sebagai lokomotif penggerak perekonomian yang dipicu oleh tingkat konsumtif
masyarakat. Three Generic Competitive Strategy menjadi langkah pilihan UMKM
untuk mampu bersaing dengan 10 negara ASEAN.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Sudaryanto, Ragimun, dan Rahma
dengan judul Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas ASEAN.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan eksploratif deskriptif, dimana
hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Strategi untuk mengembangkan UMKM
di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit dan
Strategi untuk mengantisipasi mekanisme pasar yang makin terbuka dan
kompetitif khususnya di kawasan Asean adalah penguasaan pasar, yang
merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing UMKM.
Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Ana Syukuriah dan Imam Hamdani
dengn judul Peningkatan Eksistensi UMKM melalui Comparative Advantage
dalam Rangkan Menghadapi MEA 2015 di Temanggung. Penelitian ini
menggunakan

metode

deskriptif

kualitatif,

dimana

hasil

peneitian

ini

menyimpukan bahwa MEA ini akan membawa dampak positif dan negatif
terhadap UMKM yang ada. Untuk menghadapi dampak negatif yang ada, perlu

Universitas Sumatera Utara

adanya starategi salah satunya adalah melalui keunggulan komparatif yaitu
dengan menciptakan produk yang berbeda dan khas serta menciptakan pelayanan
yang baik dan khas.
Penelitian keempat yang dilakukan oleh Julius F. Nagel dengan judul
Peluan dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi MEA 2015. Penelitian ini
menggunakan metode seccondary research (riset sekunder), dimana hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa apabila Indonesia tidak mendorong UKM
dalam hal daya saing dan nilai tambah atas barang/produk yang diproduksi, maka
Indonesia dapat kehilangan perannya di kawasan dan menjadi objek kemajuan
pembangunan di kawasan tanpa memperoleh keutungan yang maksimal.
Penelitian kelima oleh Tri Ernayanti yang berjudul Penerapan Analisis
SWOT dalam Strategi Peningkatan Daya Saing Pedagang Muslim untuk
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
keberhasilan busana muslim rabbani dalam berbisnis dalam hal pelayanan
konsumen dan kualitas produk yang ditawarkan menyebabkan busana muslim
rabbani terus mengalami peningkatan. Namun demikian, untuk memperoleh
pangsa pasar yang lebih besar, busana muslim rabbani dapat melakukan cara
memperbanyak jenis variasi produk busana muslim dan membuka beberapa outlet
ke wilayah potensial lainnya secara intensif.
Penelitian keenam oleh Khabid Alia Akhmad dengan judul Strategi
Produk “CIU” untuk Memenangi Persaingan Perdagangan Asia. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa setiap pelaku UKM dituntut untuk dapat menghasilkan
produk yang creative, inovative dan unique dalam rangka untuk memenangkan

Universitas Sumatera Utara

persaingan yang terjadi, karena hal tersebut merupakan strategi yang paling
mudah dilakukan oleh para pelaku UKM dan hal ini sudah ada di produk-produk
lokal Indonesia, hanya perlu pengembangannya dari para stakeholder pendukung
UKM.
2.7 Kerangka Pemikiran
Kota Medan merupakan kota yang berbatasan dengan beberapa negara
ASEAN lainnya akan mendapat peluang dan ancaman dari adanya MEA, ini
berdampak langsung juga terhadap UMKM yang ada di kota Medan agar dapat
memperoleh peluang yang ada. Oleh karena itu peneliti melakukan analisi SWOT
(Strength, Weakness, Oppurtunity, and Threat) dalam menentukan kebijakan
untuk memperoleh peluang pasar yang besar dari adanya MEA. Dimana analisis
ini terdiri dari 2 variabel analisis, yaitu analisis faktor internal yang terdiri dari
kekuatan dan kelemahan. Sedangkan analisis faktor eksternal yang terdiri dari
peluang dan ancaman. Penelitian ini dibatasi dengan meneliti kesiapan pelaku
UMKM di Kota Medan dalam implementasi MEA 2015.

Universitas Sumatera Utara

UMKM Kota Medan

Faktor Internal

Kekuatan
(strength)

Faktor eksternal

Kelemahan
(weakness)

Peluang
(oppurtunities)

Ancaman
(threats)

Strategi

Masyarakat Ekonomi ASEAN
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara