Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Personal Hygiene
2.1.1 Definisi
Menurut Tarwoto (2010), Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang
berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
2.1.2 Tujuan Personal Hygiene
Menurut Tarwoto (2010), tujuan dari personal hygiene adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang,
memperbaiki personal higiene yang kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan
percaya diri seseorang, dan menciptakan keindahan.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Tarwoto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1.

Citra Tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.
2.

Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

Universitas Sumatera Utara

terjadi perubahan pola personal hygiene sampai anak tersebut tumbuh dewasa.
2.

Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

3.

Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik


dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya.
4.

Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. Dan

ini adalah persepsi yang salah.
5.

Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
6.

Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu


bantuan orang lain untuk melakukannya.
2.1.4 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Tarwoto, 2010)
meliputi:
a.

Dampak fisik

Universitas Sumatera Utara

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpelihara
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b.

Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
2.1.5 Jenis-jenis Personal Hygiene
Kebersihan perorangan meliputi (Potter, 2005) :
a.

Kebersihan Kulit
Kebersihan Kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi

kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan kulit
tidak terlepas dari makanan yang dimakan, kebersihan diri, kebersihan lingkungan
serta kebiasaan hidup sehari-hari.
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan yang sehat harus selalu
diperhatikan, seperti:
1.

Mandi minimal 2x sehari

2.

Mandi memakai sabun


3.

Menjaga kebersihan handuk

4.

Menjaga kebersihan pakaian

Universitas Sumatera Utara

b.

5.

Makan makanan yang bergizi

6.

Menjaga kebersihan lingkungan


7.

Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut tumbuh dengan

subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau yang
tidak sedap. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kebersihan rambut
adalah:
1.

Memperhatikan

kebersihan

rambut

dengan


mencuci

rambut

sekurang-kurangnya 2x seminggu

c.

2.

Mencuci rambut dengan shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya

3.

Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri

Kebersihan gigi
Menggosok gigi dengan baik dan teratur akan membersihkan gigi dan menjaga


gigi tetap sehat serta membuat gigi tidak mudah berlubang karena sisa-sisa makanan
yang tersisa di sela-sela gigi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menjaga kesehatan gigi, yaitu:
1.

Menggosok gigi secara benar dan teratur setiap sehabis makan

2.

Menghindari mengkonsumsi makanan yang dapat merusak gigi

3.

Mamakai sikat gigi sendiri

4.

Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi

Universitas Sumatera Utara


5.
d.

Memeriksa gigi secara teratur

Kebersihan mata
Mata adalah organ penglihatan yang lebih banyak memberikan informasi tentang

dunia sekitar kepada kita dibandingkan keempat indera lainnya. Agar tetap berfungsi
dengan baik dan tetap terjaga kebersihannya, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam kebersihan mata, yaitu :

e.

1.

Membaca dan menulis di tempat yang terang

2.


Memakan makanan yang bergizi terutama vit A

3.

Istirahat yang cukup dan teratur

4.

Memakai peralatan sendiri (seperti handuk/sapu tangan)

5.

Memelihara kebersihan lingkungan

Kebersihan Telinga
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

f.


1.

Membersihkan telinga dengan benar dan teratur

2.

Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam

Kebersihan tangan, kaki dan kuku
Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus juga dipelihara dan diperhatikan

kebersihannya. Kebersihan tangan, kaki dan kuku yang baik, sehat, dan bersih akan
sangat mempengaruhi kesehatan dan sebaliknya tangan, kaki, dan kuku yang kotor
membawa pengaruh buruk bagi kesehatan. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu
dilakukan agar tangan, kaki dan kuku tetap terjaga kebersihannya :

Universitas Sumatera Utara

1.

Mecuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan benar

2.

Memotong kuku dengan benar dan teratur

3.

Membersihkan lingkungan

4.

Mencuci kaki sebelum tidur

2.1.6 Tanda dan Gejala
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), tanda dan gejala individu dengan
kurang perawatan diri adalah:
1. Fisik

2.

3.

a.

Badan bau dan pakaian kotor

b.

Rambut dan kulit kotor

c.

Kuku panjang dan kotor

d.

Gigi kotor disertai mulut bau

e.

Penampilan tidak rapi

Psikologis
a.

Malas dan tidak ada inisiatif

b.

Menarik diri atau isolasi diri

c.

Merasa tak berdaya , rendah diri dan merasa hina

Sosial
a.

Interaksi kurang

b.

Kegiatan kurang

c.

Tidak mampu berperilaku sesuai norma

Universitas Sumatera Utara

d.

Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di sembarang

tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
2.1.7 Hal-hal yang Mencakup Personal Hygiene
Ada beberapa kegiatan yang mencakup personal hygiene, yaitu:
a.

Mandi
Mandi merupakan hal yang paling dasar dan paling penting dalam menjaga

kebersihan diri. Mandi secara baik dan benar dapat menghilangkan bau di badan,
menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, serta memberikan kesegaran
pada tubuh. Sebaiknya mandi secara teratur dua kali sehari, alasan utamanya ialah
agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan
membersihkan seluruh tubuh kita (Stassi, 2005).
Urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh di cuci dengan sabun mandi. Oleh
buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas dari
permukaan kulit, kemudian tubuh disiram sampai bersih, seluruh tubuh digosok
hingga keluar semua kotoran atau daki. Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan
lipatan-lipatan di tubuh lainnya. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh
disiram sampai bersih sampai di ujung kaki (Irianto, 2007).
b.

Perawatan gigi dan mulut
Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Mulut yang bersih sangat

penting secara fisikal dan mental seseorang. Melalui perawatan pada rongga mulut,
sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu, sirkulasi pada

Universitas Sumatera Utara

gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis (Stassi, 2005).
Sisa makanan juga dapat membuat gigi berlubang bila tidak langsung dibersihkan
untuk itu penting menggosok gigi setidaknya dua kali sehari dan bila mungkin sangat
dianjurkan menggosok gigi setiap kali selepas kita makan (Sharma, 2007).
Gosok gigi sebaiknya dengan lembut dan menggunakan sikat gigi yang baik yang
sesuai standar yang ditentukan. Jangan terlalu menggosok gigi dengan kasar dan
terlalu menekan gusi. Tujuan menggosok gigi adalah agar sisa-sisa makanan yang
menempel dapat terangkat agar tidak ada suatu yang membusuk dan menjadi sarang
bakteri dan untuk membersihkan seluruh rongga mulut agar mulut tetap segar dan
bersih (Irianto, 2007).
c. Cuci Tangan
Anggota tubuh yang paling banyak menularkan penyakit adalah tangan karena
tangan paling banyak bersentuhan dengan anggota tubuh serta lingkungan sekitar.
Kita menggunakan tangan untuk menyentuh anggota tubuh yang lain, seperti mata,
wajah, mulut, hidung tanpa sadar sebelumnya kita memegang sesuatu yang kotor dan
mengandung kuman penyakit. Lalu menyentuh makanan tanpa mencuci tangan
terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan penularan bakteri dan virus yang
mengakibatkan terjadinya suatu penyakit. Maka dari itu penting sekali menjaga
kebersihan tangan agar terhindar dari berbagai penyakit (Irianto, 2007).
Menurut Sajida (2012) yang mengutip dari National Compaign for Handwashing
with Soap, langkah-langkah yang tepat dalam mencuci tangan pakai sabun adalah

Universitas Sumatera Utara

sebagai berikut:
1.

Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan
dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.

d.

2.

Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir

3.

Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering

Membersihkan Pakaian
Seseorang terlihat sehat dan bersih dapat melalui kebersihan pakaiannya. Pakaian

yang kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat bersih walaupun sebenarnya
seluruh tubuh sudah bersih. Perlu mengganti pakaian secara teratur karena pakaian
menyerap keringat dan kotoran yang dapat meyebabkan bau tidak sedap dan
timbulnya berbagai penyakit. Sebaiknya ketika hendak tidur pakailah pakaian khusus
tidur dan tidak menggunakan pakaian yang digunakan sehari-hari untuk tidur. Selimut,
sprei, dan sarung bantal sebaiknya di bersihkan dan diganti secara rutin. Kasur dan
bantal dijemur secara rutin pula (Irianto, 2007).
2.2 Sanitasi Lingkungan
Menurut Notoadmojo (2007), sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu
lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih,
dan sebagainya.
2.2.1 Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
Menurut Entjang (2000), hygiene dan sanitasi adalah pengawasan lingkungan
fisik, biologi, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana

Universitas Sumatera Utara

lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan
diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan sanitasi lingkungan di
Indonesia terutama meliputi:
a.

Menyediakan

air

rumah

tangga

yang

baik,

cukup

kualitas

maupun

kuantitasnya
b.

Mengatur pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah

c.

Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-rumah
tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat

d.

Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat dan nyamuk
Istilah hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama pada dasarnya, yakni

mengusahakan cara hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai penyakit, namun
dalam penerapannya memiliki arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik
beratkan pada faktor lingkungan hidup manusia, sedangkan hygiene lebih menitik
beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto, 2000).
2.2.2 Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit
Menurut Sabarguna dan Rubaya (2011), persyaratan lingkungan rumah sakit
adalah sebagai berikut:
1.

Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi
dengan pagar yang kuat, dan tidak memungkinkan orang atau binatang
peliharaan keluar masuk dengan bebas.

2.

Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan

Universitas Sumatera Utara

keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir.
3.

Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di
daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.

4.

Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.

5.

Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup.

6.

Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia
lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.

7.

Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air limbah.

8.

Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat smapah.

9.

Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih
dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi
persyaratan kesehatan sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang
dan berkembangbiaknya serangga, binatang pengerat, serta binatang pengganggu
lainnya.

2.2.3 Sarana Air Bersih

Universitas Sumatera Utara

Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit
(Slamet, 2004).
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Ditinjau
dari ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per
hari berkisar antara 150-200 liter/35-40 galon (Mubarak, 2009).
Melalui Permenkes No. 416 tahun 1990, telah ditetapkan syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas di Indonesia, serta Keputusan Menkes No. 907 tahun 2002
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Secara umum, perkiraan
kebutuhan air bersih di rumah sakit didasarkan pada jumlah tempat tidur. Kebutuhan
minimal air bersih 500 liter per tempat tidur per hari (PPM & PL, 2002).
Penyakit-penyakit

yang

berhubungan

dengan

air

dapat

dibagi

dalam

kelompok-kelonpok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit
terjadi menjadi 4 (chandra, 2006), yaitu:
1.

Waterborne mechanism

Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain
kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomyelitis.

Universitas Sumatera Utara

2.

Waterwashed mechanism

Mekanisme penularan berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan. Pada
mekanisme ini terdapat 3 cara penularan, yaitu:
a.

Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.

b.

Infeksi melalui kulit dan mata.

c.

Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.

3.

Water-based mechanism

Penyakit ini ditularkan dengan mekanisme yang memiliki agent penyebab yang
menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate
host yang hidup di dalam air. Contohnya: skistomiasis dan penyakit akibat
dracunculucmedinensis.
4.

Water-related insect vector mechanism

Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di
dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan seperti ini adalah filariasis,
dengue, malaria, dan yellow fever.

Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), syarat-syarat yang perlu diperhatikan
dalam pengolahan air adalah:
a.

Syarat fisik. Air tersebut bening (tidak berwarna), tak berasa, dan suhu berada di
bawah suhu di luarnya.

b.

Syarat bakteriologis. Air untuk minum harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri patogen. Untuk mengetahuinya dengan memeriksa melalui sampel air,

Universitas Sumatera Utara

jika dari hasil pemeriksaan 100 cc air terdapat < 4 bakteri E. Coli maka air
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c.

Syarat kimia. Air minum harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah
tertentu. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Menurut Notoadmodjo (2007) sumber-sumber air minum adalah:

1.

Air Hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini

tidak mengandung kalsium.
2 dan 3. Air Sungai dan Danau
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air hujan
yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber air
ini sering disebut juga air permukaan. Untuk menjadikannya air minum harus diolah
terlebih dahulu karena sudah terkontaminasi oleh berbagai macam kotoran.
4.

Mata air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul

secara alamiah.
5.

Air Sungai Dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air

di dalam tanah yang dangkal.
6.

Air Sumur Dalam

Universitas Sumatera Utara

Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan
tanah biasanya diatas 15 meter.
2.2.4 Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)
Menurut Sajida (2012) yang mengutip pendapat Dirjen P2M & PL, jamban adalah
suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpukan kotoran manusia
dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan
mengotori lingkungan pemukiman. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan
menyebabkan terjadinya berbagai penyakit seperti diare, kolera, disentri, ascariasis,
dan sebagainya. Kotoran manusia merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau,
mengotori lingkungan juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat.
Perjalanan agent penyebab penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan, maupun
dari peralatan yang terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya. Dimana
memungkinkan tinja atau kotoran yang mengandung agent penyebab infeksi masuk
melalui saluran pernafasan.
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernapasan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Mubarak dan Chayatin (2009), dikenal bermacam-macam tempat
pembuangan kotoran (kaskus) menurut konstruksi dan cara mempergunakannya,
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1.

Kakus Cemplung
Bentuk kakus ini pembuangan kotorannya langsung masuk jatuh ke dalam tempat

penampungan. Kakus ini hanya terdiri atas sebuah galian yang diatasnya diberi lantai
dan tempat jongkok. Lantainya terbuat dari bambu atau kayu tetapi dapat juga dari
pasangan batu bata atau beton.
2.

Kakus Plengsengan
Tempat jongkok dari kaskus ini tidak dibuat persis di atas tempat penampungan,

tetapi agak jauh. Kakus semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada
kaskus cemplung, karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih
terjamin. Seperti halnya kakus cemplung, maka cemplung dari tempat jongkok harus
dibuatkan tutup.
3.

Kakus Bor
Tempat penampungan kotorannya dibuat dengan mempergunakan bor. Bor yang

dipergunakan adalah bor tangan yang disebut Bor Auger dengan diameter antara
30-40 cm. Kakus bor mempunyai keuntungan bau yang ditimbulkan sangat berkurang.
Akan tetapi, kerugian kakus bor adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan
mengotori air tanah. Kakus bor tidak dapat dibuat di daerah atau tempat yang tanah
banyak mengandung batu.
4.

Angsatrine (water Seal Latrine)
Kakus ini di bawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang suatu alat

yang berbentuk sepert leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah

Universitas Sumatera Utara

timbulnya bau, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang
melengkung. Agar dapat terjaga kebersihannya, maka pada kakus semacam ini harus
cukup tersedia air.
5.

Kakus di atas Balong (Empang)
Membuat kakus di atas balong (yang kotorannya di alirkan ke balong) adalah

cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya,
terutama di daerah yang terdapat banyak balong.
6.

Kakus Septic tank
Terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob.

Septictank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak
saja dengan mengatur sedemikian rupa sehingga dapat memperlambat pengaliran air
kotor di dalam bak tersebut.
Menurut Notoatmodjo (2003), untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi
kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus
dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu
atau jamban yang sehat. Suatu jamban yang disebut sehat untuk daerah pedesaan
apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1.

Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

2.

Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

3.

Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.

4.

Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan

Universitas Sumatera Utara

binatang-bintang lainnya.
5.

Tidak menimbulkan bau.

6.

Mudah digunakan dan dipelihara (maintanance).

7.

Sederhana desainnya.

8.

Murah.

9.

Dapat diterima oleh pemakainya.

2.2.5 Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang
tanpa pengolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau
kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic)
maupun industri (industry) (Sumantri, 2010).
Adapun tujuan pengaturan pembuangan air limbah adalah sebagai berikut
(Widyati dan Yuliarsih, 2002) :
1.

Untuk mencegah pengotoran air permukaan, misalnya pencemaran sungai dan
danau.

2.

Perlindungan terhadap ikan-ikan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup dan berada
di dalam air.

3.

Perlindungan air dalam tanah, yaitu mencegah perembesan limbah ke dalam
tanah.

4.

Menghilangkan bibit penyakit dan vektor penyebar penyakit (nyamuk, lalat,

Universitas Sumatera Utara

kecoa, dan lain-lain)
5.

Menghilangkan dan menghindari terjadinya bau-bauan dan pemandangan yang
tidak enak.
Air limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan

menjadi (Notoadmodjo, 2007) :
1.

Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.

2.

Air buangan industri (industrial wates water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi.

3.

Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal
dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum,
tempat-tempat ibadah, dan sebagainya.
Menurut Widyati dan Yuliarsih (2002), cara-cara pembuangan air limbah adalah

sebagai berikut:
1.

Dilution (dengan pengenceran)

Yang dimaksud dengan dilution adalah mengencerkan air limbah lebih dulu
sebelum dibuang ke badan-badan air, misalnya sungai, danau, dan rawa.
2.

Irigasi luas
Cara ini pada umumnya digunakan di pedesaan atau di luar kota karena

memerlukan tanah yang luas.
3.

Septic tank

Universitas Sumatera Utara

Cara ini merupakan cara terbaik yang dianjurkan oleh WHO, tetapi biayanya
mahal.
4.

Sistem Riol
Yang dimaksud dengan sistem riol adalah cara pembuangan air limbah yang

digunakan di kota-kota besar karena sudah direncanakan sesuai dengan pembangunan
kota. Semua air buangan dari rumah tangga dan industri dialirkan ke riol.
Menurut Sumantri (2010), proses pengolahan air limbah dikelompokkan sebagai:
1.

Primary Treatment
a.

Penyaringan (Filtration)
Penyaringan bertujuan untuk mengurangi padatan maupun lumpur tercampur

dan partikel koloid dari air limbah dengan melewatkan air limbah melalui media
yang porous.
b.

Pengendapan (Sedimentation)
Pengendapan dapat terjadi karena adanya kondisi yang snagat tenang.

2.

Secondary Treatment

a.

Proses Aerobik
Dalam proses aerobik, penguraian bahan organik oleh mikroorganisme dapat

terjadi dengan kehadiran oksigen sebagai electron acceptor dari air limbah.
b.

Proses Anaerobik
Dalam proses anaerobik zat organik diuraikan tanpa kehadiran oksigen.

3.

Tertiary Treatment

Universitas Sumatera Utara

Pengolahan ketiga umumnya untuk menghilangkan nutrisi/unsur hara
khususnya nitrat dan posfat. Pada tahap ini dapat juga dilakukan pemusnahan
mikroorganisme patogen dengan penambahan Chlor pada air limbah.
2.2.6 Sarana Pembuangan Sampah
Menurut WHO (2003), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh
manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia
dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah
adalah (waste) adalah suatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
suatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya (Notoatmodjo, 2003)
Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan
terhadap

penimbunan,

penyimpanan,

(sementara,

pengumpulan,

pemindahan/pengangkutan, pemprosesan, dan pembuangan sampah) dengan suatu
cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat seperti
teknik

(engineering),

perlindungan

alam

(conversation),

keindahan

dan

pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya, serta mempertimbangkan sikap
masyarakat. Pengelolaan sampah pada saat ini merupakan masalah yang kompleks,
karena makin banyaknya sampah yang dihasilkan, beraneka ragam komposisinya,

Universitas Sumatera Utara

makin berkembangnya kota, terbatasnya dana yang tersedia, dan beberapa masalah
lain yang berkaitan (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Menurut Notoadmodjo (2007), sumber-sumber sampah adalah sebagai berikut:
a.

Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wates)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang

sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan yang sudah dimasak ataupun
belum, plastik, pakaian-pakaian bekas, perabot rumah tangga dan sebagainya.
b.

Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas,
plastik, botol, daun, dan sebagainya.
c.

Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen,

perusahaan, daan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip,
dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah dibakar (rabbish).
d.

Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari:

kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil
kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan sebagainya.
e.

Sampah yang berasal dari industri
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari

Universitas Sumatera Utara

pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi,
misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil,
kaleng, dan sebagainya.
f.

Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa

sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.
g.

Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantungdari jenis

usaha pertambangan itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah, pasir, sisa-sisa
pembakaran(arang), dan sebagainya.
h.

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa: kotor-kotoran

ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.
Menurut Sumantri (2010), jenis sampah padat adalah:
a) Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.
1) Organik, misal; sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
2) Anorganik, misal; logam, pecah belah, abu, dan lain-lain.
b) Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.
1) mudah terbakar, misal; kertas, plastik, daun kering, kayu.
2) Tidak mudah terbakar, misal; kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.
c) Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

Universitas Sumatera Utara

1) mudah membusuk, misal; sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya.
2) Sulit membusuk, misal; plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.
d) Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah.
1) Garbage, terdiri atas zat-zat mudah membusuk dan dapat terurai.
2) Rubbish, terbagi menjadi dua:
a) Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misal; kertas, kayu,
karet, daun kering, dan sebagainya.
b) Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misal; kaca,
kaleng, dan sebagainya.
3) Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.
4) Street Sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau
manusia.
5) Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang
mati akibat kecelakaan atau secara alami.
6) House hold refuse, atau sampah campuran (misal; garbage, ashes, rubbish)
yang berasal dari perumahan.
7) Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.
8) Demolision waste, berasal dan hasil sisa-sisa pembangunan gedung.
Contructions waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung,

seperti; tanah, batu, dan kayu.
9) Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.

Universitas Sumatera Utara

10) Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa
zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.
11) Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti
kaleng dan zat radioaktif.
Ada beberapa cara pengelolaan sampah menurut Notoadmodjo (2007), yaitu:
1.

Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab masih-masing rumah tangga atau

institusi yang menghasilkan sampah tersebut. Kemudian dari masing-masing tempat
pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke penampungan sementara (TPS)
sampah, dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA).
2.

Pemusnahan dan pengolahan sampah
a.

Landfill (ditanam), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang

ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
b.

Incenaration (dibakar), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar

di dalam tungku pembakaran
c.

Composting (dijadikan pupuk), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk,

khususnya untuk sampah organik.
2.2.7 Kondisi Fisik Bangunan Rumah Sakit
Menurut Sabarguna dan Rubaya (2011), beberapa persyaratan bangunan rumah
sakit, yaitu:
1.

Lantai

Universitas Sumatera Utara

a.

Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.

b.

Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah saluran pembuangan air limbah

c.

Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar
mudah dibersihkan

2.

Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang, dan menggunakan cat yang

tidak luntur, serta tidak menggunakan cat yang menggandung logam berat.
3.

Ventilasi
a.

Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang
dengan baik.

b.

Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai

c.

Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan
baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis

d.

Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukan
ruangan.

4.

Atap
a.

Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.

b.

Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir

Universitas Sumatera Utara

5.

6.

Langit-langit
a.

Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan

b.

Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai

c.

Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus antirayap

Konstruksi
Balkon, beranda, dan tanlang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan

air yang dpata menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypty.
7.

Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya

serangga, tikus, serta binatang pengganggu lainnya.
8.

Jaringan instalasi
a.

Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik,
sistem penghawaan, sarana komunikasi, dan lain-lain harus memenuhi
persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan
kesehatan.

b.

Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah
dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air
minum.

9.

Lalu lintas antar ruangan.
a.

Pembagian ruangan dan lalu lintas antarruangan harus didesain sedemikian
rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan sehingga memudahkan

Universitas Sumatera Utara

hubungan dan komunikasi antarruangan, serta menghindari risiko terjadinya
kecelakaan dan kontaminasi.
b.

Penggunaan tangga atau evelator dan lift harus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang
mudah dipahami oleh pemakainya, atau untuk lift 4 (empat) lantai harus
dilengkapi Automatic Reserve Divided (ARD) yaitu alat yang dapat mencari
lantai terdekat bila listrik mati.

c.

Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila
terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk
brankar.

10. Fasilitas pemadam kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2.3 Definisi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia (Djuanda, 2007). Kulit bagaikan kertas pembungkus yang
memberikan keindahan. Fungsi utamanya adalah pembatas yang melindungi organ
internal tubuh dari gangguan berbagai faktor lingkungan di luar tubuh dan infeksi
bakteri.
Kulit merupakan bagian terpenting dari sitem pengaturan suhu tubuh. Kulit juga
banyak mengandung reseptor sensoris untuk merasakan panas, dingin, nyeri, rabaan

Universitas Sumatera Utara

serta tekanan, dan bahkan rasa gatal (Djuanda, 2007).
2.3.1 Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya,
yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm.
Paling tebal 6(mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm)
terdapat di penis (Harahap, 2000).
Menurut Harahap (2000), Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu:
1.

Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan yaitu, lapisan basal atau stratum

germinativum, lapisan malpighi atau stratum spinosum, lapisan ganular atau stratum
granulosum dan lapisan tanduk atau stratum korneum.
2.

Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan dibawah epidermis dan diatas jaringan

subkutan.
3.

Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis)
Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung di bawah dermis.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Struktur Jaringan Kulit
2.3.2 Fungsi Kulit
Menurut Harahap (2000), Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk
menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut:
a.

Pelindung
Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda

dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Melanin yang memberi warna
pada kulit melindungi kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.
b.

Pengatur suhu
Di waktu suhu dingin, peredaran darah di kulit berkurang guna mempertahankan

suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi
penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat di jaga tidak

Universitas Sumatera Utara

terlalu panas.
c.

Penyerap
Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut dalam

lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat-zat yang larut dalam
bentuk lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah, karena
dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit. Masuknya zat-zat
tersebut melalui folikel rambut dan hanya sedikit sekali yang melalui muara kelenjar
keringat.
d.

Indera perasa
Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam

kulit. Fungsi indera perasa yang pokok yaitu merasakan nyeri, perabaan, panas, dan
dingin.
e.

Fungsi Pergetahan
Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan, yaitu sebum dan keringat. Getah sebum

dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat.
Sebum adalah sejenis zat lemak yang membuat kulit menjadi lentur.
2.3.3 Gangguan Kulit
Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit
adalah kulit. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi
kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber
munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi gangguan kulit adalah
iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur,
kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai
(Harahap, 2000).
Gangguan kulit merupakan peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai
respons terhadap faktor endogen berupa alergi atau eksogen berasal dari bakteri dan
jamur. Gambarannya polimorfi, dalam artian berbagai macam bentuk, dari
bentol-bentol, bercak-bercak merah, basah, keropeng kering, penebalan kulit disertai
lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah gatal (Ganong, 2006).
2.3.4 Jenis-jenis Gangguan Kulit
1.

Gangguan kulit akibat infeksi virus adalah varisela, herpes zoster, verula vulgaris,
moluskum kontagiosum.

Gambar 2. Herpes-zoster

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Varizela (Cacar Air)

Gambar 4. Verula Vulgaris

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5. Moluskum kontagiosum
2.

Gangguan kulit akibat infeksi bakteri adalah tuberkulosa kutis verukosa, impetigo,
folikulitis, pioderma .

Gambar 6. Tuberkulosa Kutis Verukosa

Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Impetigo

Gambar 8. Folikulitis

Universitas Sumatera Utara

Gambar 9. Pioderma
3.

Penyakit kulit akibat parasit dan insekta adalah creeping eruption, dermatitis
insect bite, skabies, pedikulosis.

Gambar 10. Dermatitis insect bite

Universitas Sumatera Utara

Gambar 11. Creeping eruption

Gambar 12. Skabies

Universitas Sumatera Utara

Gambar 13. Pedikulosis
4.

Penyakit kulit karena jamur adalah pitiriasis versikolor, tinea kapitis, kandidiasis,
tinea barbae.

Gambar 14. Tinea kapitis

Universitas Sumatera Utara

Gambar 15. Kandidiasis

Gambar 16. Pitiriasis versikolor (panu)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 17. Tinea Barbae
5.

Penyakit kulit alergi adalah urtikaria , dermatitis kontak, dermatitis atopic,
dermatitis numularis.

Gambar 18. Urtikaria

Universitas Sumatera Utara

Gambar 19. Dermatitis Kontak

Gambar 20. Dermatitis Atopic

Universitas Sumatera Utara

Gambar 21. Dermatitis Numularis

Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Konsep

Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004

Sanitasi Lingkungan :
1. Sarana Air Bersih
2. Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)
3. Sarana SaluranPembuangan Air Limbah
4. Sarana Pembuangan Sampah

Keluhan Gangguan
Kulit

Personal
Hygiene:
1. Kebersihan kulit
2. Kebersihan tangan dan kuku
3. Kebersihan pakaian
4. Kebersihan handuk
5. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei

Gambar 22. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat Ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan

10 99 155

Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe

6 48 123

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

4 55 109

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

0 31 149

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 13

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 6

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 2 2

Gambaran Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Keluhan Gangguan Kulit pada Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 5

Hubungan Karateristik Lansia, Personal Hygiene, Peran Perawat dan Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dengan Keluhan Kulit pada Lansia di Panti Jompo PPOS GBKP Sibolangit Tahun 2016

0 0 16