Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pertumbuhan Perusahaan Properti semakin lama semakin meningkat

seiring dengan banyaknya permintaan di kota-kota besar. Penyebab pertama
adalah karena terjadinya peningkatan karena ekspansi perekonomian Indonesia
yang subur. Kedua, karena sejalan dengan trend, Indonesia telah mengalami
proses urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota) yang cepat. Pada saat
ini, lebih dari 50 persen penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di wilayah
perkotaan. Ketiga, pasar properti di Indonesia naik tajam karena rendahnya
tingkat suku bunga bank sentral. Melalui informasi pertumbuhan ini, dapat
dipastikan bahwa laba yang dihasilkan oleh perusahaan properti sedang
meningkat. Hal tersebut membuat para investor tertarik untuk menanamkan modal
pada perusahaan properti. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perusahaan sudah
mulai menjual sahamnya ke publik atau go public.
Perusahaan yang telah go public memiliki tujuan utama, yaitu untuk
meningkatkan kemakmuran pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai
perusahaan. Karena perusahaan telah menjual sahamnya ke publik maka

diperlukan adanya tata kelola perusahaan atau corporate governance yang
berguna untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas untuk
memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham.
Tata kelola perusahaan menggambarkan proses, kebiasaan, kebijakan, hukum, dan
mengarahkan organisasi dan perusahaan dalam bertindak, mengelola, dan
mengendalikan operasi perusahaan (Yegon et al, 2014)
1
Universitas Sumatera Utara

Pengertian tata kelola perusahaan (corporate governance) adalah
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan,
masyarakat serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata
lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan (Cadbury Committee,
1992).
Prinsip-prinsip pokok tata kelola perusahaan (corporate governance) yang
perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance
adalah; transpansi (transparency), akuntabilitas (accountability), keadilan
(fairness), dan responsibilitas (responsibility). Corporate governance diarahkan

untuk mengurangi asimetri informasi antara principal dan agent yang pada
akhirnya diharapkan dapat meminimalkan tindakan manajemen laba.
Masalah yang timbul adalah bagaimana cara pengaturan perusahaan
dilakukan. Meskipun terdapat pengenalan struktur tata kelola perusahaan yang
modern, tetapi masih banyak terdapat pertanyaan tentang keefektifan suatu
kerangka kerja tata kelola perusahaan sehingga terjadi konflik keagenan.
Lemahnya tata kelola perusahaan ditandai dengan adanya skandal
spektakuler, seperti Enron, WorldCom, Tyco, London & Commonwealth, Poly
Peck, Maxwell, dan lain-lain. Kegagalan perusahaan–perusahaan publik tersebut
dikarenakan kegagalan strategi maupun praktek curang dari manajemen puncak
yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama karena
lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards. Isu terbaru yang
ditemukan adalah pengabaian kepentingan para pemegang saham tentang
pengembalian atas investasi yang telah dilakukannya. Pada tahun 2008 terdapat
skandal keuangan perusahaan besar lainnya, seperti Lehman Brothers dan

2
Universitas Sumatera Utara

Goldman Sach. Sedangkan tahun 2012 terjadi skandal yang melanda lembaga

keuangan, seperti JP Morgan, Barclays, UBS, dan lain sebagainya. Kasus skandal
tersebut membuktikan bahwa kurangnya proteksi terhadap pemegang saham serta
tidak adanya transpansi dalam pelaporan keuangan, sehingga dapat terjadi
asimetris informasi antara prinsipal dan agen yang menggambarkan adanya pihak
yang dapat menggelapkan dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham
tersebut.
Konflik keagenan terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara
pihak pemegang saham dan pihak manajemen mengenai laba perusahaan.
Pemegang saham memandang bahwa tujuan dari mereka adalah mendapat laba
dari perusahaan dalam bentuk dividen. Di satu sisi, pihak manajemen perusahaan
lebih menyukai bahwa laba yang diperoleh untuk tidak dibagikan kepada
pemegang saham. Laba yang tidak dibagikan dapat digunakan sebagai modal
untuk ekspansi perusahaan.
Adanya konflik keagenan yang terjadi akan menimbulkan biaya-biaya
yang digunakan untuk mengendalikan konflik. Biaya-biaya tersebut yang
dinamakan sebagai agency cost atau biaya keagenan (Hadiprajitno, 2013). Jensen
dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency cost adalah jumlah dari biaya
yang dikeluarkan pemegang saham untuk melakukan pengawasan terhadap
manajer. Agency cost timbul dari ketidakseimbangan kepentingan pemilik dan
manajer perusahaan, pemisahan antara pemilik dan manajer mutlak terjadi dan

perlu adanya pengawasan.

3
Universitas Sumatera Utara

Fenomena tentang agency cost adalah Enron. Enron adalah perusahaan di
Amerika Serikat yang bergerak dibidang energi, dengan cakupan bisnis
diantaranya adalah listrik, gas alam, pulp, kertas, komunikasi, dan lain-lain. Enron
mengumumkan kebangkrutannya pada akhir tahun 2002. Dalam kasus Enron
diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Arthur Andersen sebagai Kantor Akuntan Publik telah
mencelakai kepercayaan dari pihak stockholder atau pemegang saham untuk
memberikan suatu fairness information mengenai pertanggungjawaban dari pihak
agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini
manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya
sendiri (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang
sehat.
Ada beberapa cara untuk mengurangi agency cost, pertama konflik antara
pemegang saham dan manajemen dapat dikurangi dengan mensejajarkan

kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Kehadiran kepemilikan
saham oleh manajemen dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang
berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer
merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambil (Jensen dan
Meckling, 1976). Kedua, dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh
manajemen atau insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan
manajemen untuk mensejajarkan dengan pemegang saham. Dengan meningkatkan
presentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja

4
Universitas Sumatera Utara

dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham (Masdupi,
2005). Ketiga, dengan meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih atau
dividend payout ratio. Pembayaran dividen dalam jumlah yang cukup besar akan
meningkatkan kebutuhan pembiayaan dari luar, sehingga akan meningkatkan
pengawasan terhadap manajer oleh pihak penyedia pendanaan tersebut (Cruthley
dan Hansen, 1989). Keempat, dengan institutional investor sebagai monitoring
agent. Bentuk distribusi saham dari luar yaitu institutional investor dan
shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini disebabkan

karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau menantang keberadaan manajemen (Moh’d et al, 1998).
Jensen (1993) mengungkapkan bahwa kepentingan antara manajer dan
pemegang saham dapat diseimbangkan dengan adanya kepemilikan saham
manajerial. Dimana kinerja perusahaan akan semakin meningkat seiring
peningkatan perbandingan kepemilikan saham manajerial sesuai dengan hipotesis
pemusatan kepentingan (convergence of interest hypothesis).
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajer atau
dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham
(Christiawan dan Tarigan, 2007). Menurut Jensen dan Meckling (1976),
kepemilikan manajerial dapat menyelaraskan kepentingan manajer dengan
pemegang saham sehingga berhasil menjadi mekanisme yang dapat mengurangi
masalah keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Semakin besar
kepemilikan manajerial dalam perusahaan, maka semakin produktif tindakan
manajemen dan dapat mengurangi biaya keagenan.

5
Universitas Sumatera Utara

Kepemilikan manajerial yang lebih besar akan menurunkan biaya

keagenan. Struktur kepemilikan manajerial yang tinggi menyebabkan terjadinya
pembentengan (entrenchment), yaitu tindakan yang bertujuan dalam hal
mengamankan kepentingan prinsipal mayoritas tersebut, namun seharusnya
dinikmati oleh manajer dan biayanya dibebankan kepada pemilik (Shliefer dan
Vishny, 1997). Berawal dari teori keagenan, kemudian banyak penelitian yang
dilakukan, khususnya mengenai tata kelola perusahaan maupun biaya keagenan.
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa agency
cost akan lebih tinggi jika perusahaan dikelola oleh manajer independen.
Sebaliknya agency cost akan lebih rendah jika kepemilikan manajerial semakin
tinggi dan agency cost lebih rendah ketika hutang bank lebih tinggi.
Pada penelitian sebelumnya, menurut Krisnauli (2014) hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
biaya keagenan, akan tetapi ukuran dewan komisaris dan ukuran komisaris
independen memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya keagenan. Sedangkan
menurut Yulistiana (2014) hasil menunjukkan bahwa corporate governance
memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap agency cost,
sedangkan variabel struktur kepemilikan secara parsial memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap agency cost.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan tata kelola

perusahaan yang diterapkan dalam suatu perusahaan dengan masalah agensi yang
akan menimbulkan agency cost. Melihat keterkaitan antara masalah agensi dan

6
Universitas Sumatera Utara

tata kelola perusahaan tersebut, nampaknya efektivitas mekanisme pengurang
masalah agensi akan dipengaruhi oleh praktik tata kelola perusahaan di masingmasing perusahaan. Objek yang digunakan untuk meneliti adalah perusahaan
properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dengan adanya perbedaan hasil dari penelitian-penelitian terdahulunya,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang manajemen laba dengan
judul “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2012-2014”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan menjadi pertanyaan sebagai
berikut:
1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap agency cost?
2. Apakah ukuran komisaris independen berpengaruh terhadap agency cost?

3. Apakah ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap agency cost?
4. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap agency cost?
5. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap agency cost?

7
Universitas Sumatera Utara

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah tata kelola perusahaan berpengaruh secara
parisal terhadap agency cost pada perusahaan properti pada tahun
2012-2014.
b.

Untuk mengetahui apakah kepemilikan manajerial berpengaruh secara
parsial terhadap agency cost pada perusahaan properti pada tahun
2012-2014.


1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang
berkaitan dengan tata kelola perusahaan, struktur kepemilikan dan
agency cost.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian diharapkan dapat memberikan masukan untuk menekan
terjadinya konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer.
3. Bagi Investor
Untuk dapat lebih mencermati laporan keuangan yang terdapat dalam
perusahaan go public, terutama yang berkaitan dengan tata kelola
perusahaan dan struktur kepemilikan, dalam kaitannya untuk
mengambil keputusan dalam berinvestasi.

8
Universitas Sumatera Utara


4. Bagi Peneliti yang Akan Datang
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian yang akan datang,
terutama penelitian yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan dan
struktur kepemilikan, terhadap agency cost.

9
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

1 3 90

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAPMANAJEMEN LABA Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014).

0 6 17

PENGKEPE Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Dan Agency Cost Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 10 15

PENDAHULUAN Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Dan Agency Cost Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 3 8

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 10

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 11

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 23

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 10