Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1

Tata Kelola Perusahaan
Perusahaan yang telah menjual sahamnya ke publik atau perusahaan go

public memerlukan adanya tata kelola perusahaan yang berguna untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan meningkatkan akuntabilitas untuk
memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham.
Tata kelola perusahaan merupakan suatu mekanisme pengelolaan perusahaan
yang didasarkan pada teori agensi atau agency theory.
Tata kelola perusahaan adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
melindungi para investor dari pelaku oportunistik pengelola perusahaan.
Tata kelola perusahaan dapat didefenisikan sebagai suatu sistem yang
dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
untuk menjalankan usahanya secara baik, sesuai dengan hak dan

kewajiban masing-masing pihak dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan semua pihak (Khomsiyah, 2005).
Pengertian lain yang dikeluarkan oleh Forum for Corporate Governance
in Indonesia (2001) yaitu seperangkat peraturan yang menetapkan antara
pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan.
Dalam Kementrian Badan Usaha Milik Negara melalui Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara nomor KEP-117/M-MBU/2002 juga diperoleh definisi

10
Universitas Sumatera Utara

mengenai tata kelola perusahaan. Dalam surat keputusan tersebut, tata kelola
perusahaan didefenisikan sebagai:
Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan dan nilai-nilai etika.
Penerapan tata kelola perusahaan sangatlah penting dilakukan karena
prinsip tata kelola perusahaan dapat memebrikan kemajuan terhadap kinerja suatu
perusahaan. Tata kelola perusahaan berkaitan dengan bagaimana investor yakin
bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer
tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyekproyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana yang telah ditanamkan
oleh investor. Tata kelola perusahaan terkait dengan usaha-usaha untuk
mengendalikan perusahaan agar kegiatan operasionalnya berjalan dengan efisien
dan efektif, mampu memaksimalkan laba dan meminimalkan resiko usaha.
Brown dan Caylor (2004) menambahkan bahwa perusahaan yang
menerapkan tata kelola perusahaan membuat para pemegang saham dan investor
lebih yakin akan memperoleh return atas investasinya, karena tata kelola
perusahaan dapat memberikan perlindungan efektif bagi mereka. Sehingga dapat
dikatakan bahwa tata kelola perusahaan merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara
manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders
lainnya.

11
Universitas Sumatera Utara


2.1.1.1 Prinsip Tata Kelola Perusahaan
Terdapat 5 prinsip tata kelola perusahaan yang dapat dijadikan pedoman
bagi suatu perusahaan atau para pelaku bisnis yaitu Transparency, Accountability,
Responsibility, Independancy dan Fairness. Penjabarannya sebagai berikut:
1.

Transparency (keterbukaan informasi)
Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam
mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi
yang cukup akurat dan tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya.
Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja
keuangan, kepemilikan dan pengelola perusahaan. Audit yang dilakukan
atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar
pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga
nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

2.

Accountability (akuntabilitas)

Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur,
sistem dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini
diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak,
kewajiban dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham,
dewan komisaris dan dewan direksi.

3.

Responsibility (pertanggung jawaban)
Bentuk pertanggung jawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah pajak, hubungan
industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan

12
Universitas Sumatera Utara

hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat
dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan akan
menyadarkan


perusahaan

bahwa

dalam

kegiatan

operasionalnya,

perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab kepada
pemegang saham juga kepada pemangku kepentingan lainnya.
4.

Independency (kemandirian)
Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional
tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku. Dengan kata lain, prinsip ini menuntut bertindak secara mandiri
sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan. Berdasarkan

prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan
pengakuan terhadap hak-hak manajemen yang ditentukan dalam undangundang maupun perusahaan.

5.

Fairness (kesetaraan dan kewajaran)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam memenuhi hak
manajemen sesuai

dengan

peraturan

perundangan

yang berlaku.

Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat
memonitor dan memberikan jaminan perlakuan yang adil di antara
beragam kepentingan dalam perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di

perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh
orang dalam yang merugikan pihak lain.

13
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.2 Mekanisme Tata Kelola Perusahaan
Secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen
atau sering disebut mekanisme corporate governance dapat diklasifikasi ke dalam
dua kelompok, yaitu mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme
internal adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan
struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham (RUPS),
komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan
dewan direksi. Sedangkan mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi
perusahaan diluar cara internal, seperti pengendalian pasar dan perusahaan.
Dalam penelitian ini, lebih menekankan pada mekanisme internal tata
kelola perusahaan.
1. Dewan Komisaris
Menurut UU Perseroan Terbatas Pasal 97 menyatakan bahwa komisaris
bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan

perusahaan serta memberi nasihat kepada direksi. Menurut Komisi
Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) diartikan sebagai organ
perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta
memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG (Good Corporate
Governance). Egon Zehnder International (2000) dalam Pedoman Good
Corporate Governance Indonesia (FGCI) menyatakan dewan komisaris
merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan menjamin
pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola

14
Universitas Sumatera Utara

perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan
komisaris bertanggung jawab untuk meningkatkan daya saing atau
efisiensi sehingga sebagai pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan.
Jumlah dewan komisaris menjadi salah satu indikator keefektifan struktur
dewan perusahaan. Namun, pada dasarnya yang menjadi poin penting
dalam menentukan efektif atau tidaknya suatu struktur dewan perusahaan
bergantung pada besarnya komite audit (Zahra and Pearce, 1989). Peranan

dewan komisaris dalam prakteknya tergantung pada lingkungan yang
diciptakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Namun, dewan komisaris
sering dianggap tidak memiliki manfaat. Hal ini terlihat dari banyak
anggota komisaris yang tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan
independensinya.

Agar

dewan

komisaris

dapat

berjalan

dengan

sebagaimana mestinya, maka diperlukan adanya komisaris independen.
2. Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
berhubungan dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan. Komisaris independen juga harus memiliki latar belakang
akuntansi dan keuangan. Jensen (1983: 178) menyatakan bahwa komisaris
independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang
terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan

15
Universitas Sumatera Utara

manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) menyatakan komposisi
atau jumlah komisaris independen tidak ditentukan dalam jumlah tertentu.
Namun, jumlahnya harus dapat menjamin mekanisme pengawasan
berjalan efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Keberadaan komisaris independen di Indonesia telah diatur oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI) tanggal 1 Juli 2000. Dalam peraturan tersebut

dijelaskan bahwa perusahaan yang terdaftar di BEI harus mempunyai
komisaris independen yang jumlahnya disyaratkan sebesar 30% dari
seluruh anggota dewan komisaris. Ada beberapa kriteria yang menjelaskan
komisaris independen:
a. Dewan komisaris tidak memiliki kedudukan yang rangkap pada
perusahaan dengan perusahaan yang bersangkutan.
b. Dewan komisaris diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham
minoritas dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Tugas Komisaris Independen antara lain:
1. Menjamin

tranparansi

dan

keterbukaan

laporan

keuangan

perusahaan.
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan
stakeholder yang lain.
3. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan
secara wajar dan adil.

16
Universitas Sumatera Utara

4. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang
berlaku.
5. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.
3. Dewan Direksi
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik
didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar. Direksi bertanggung jawab melakukan pengawasan internal secara
efektif dan efisien, memantau resiko dan mengelolanya, menjaga agar
iklim kerja tetap kondusif sehingga produktivitas dan profesionalisme
menjadi lebih

baik, mengelola karyawan dan melaporkan kinerja

perseroan secara keseluruhan kepada pemegang saham dalam Rapat
Umum Pemegang Saham.
Perseroan diurus dan dipimpin oleh Direksi terdiri dari sekurangkurangnya 2 anggota Direksi, dengan susunan: seorang Presiden Direktur
dan seorang atau lebih Direktur, dengan memperhatikan peraturan yang
berlaku di pasar modal. Direksi bertugas menjalankan dan bertanggung
jawab atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dalam
mencapai maksud dan tujuan Perseroan. Setiap anggota direksi wajib
beritikad dengan baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya,
dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
anggaran dasar. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas

17
Universitas Sumatera Utara

dan tanggung jawabnya, Direksi dapat membentuk komite dan
berkewajiban melakukan evaluasi terhadap kinerja komite tersebut setiap
akhir tahun buku Perseroan, serta untuk mendukung pelaksanaan prinsip
tata kelola perusahaan yg baik oleh Perseroan, Direksi berkewajiban
membentuk, serta berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan
sekretaris perusahaan atas susunan unit kerja sekretaris perusahaan berikut
penanggungjawabnya.
4. Komite Audit
Komite audit dibentuk oleh Dewan Komisaris, yang bekerja secara
kolektif dan berfungsi membantu komisaris dalam melaksanakan
tugasnya. Komite audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya
maupun dalam pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada
Komisaris. Hiro Tugiman (1995:8) menyatakan bahwa:
Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok
yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk
melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris
perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor
dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.
FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) mengemukakan
bahwa Komite Audit mempunyai tanggung jawab dalam hal memberikan
pengawasan serta menyeluruh dalam hal memberikan pengawasan secara
menyeluruh dalah hal:
1.

Laporan keuangan. Komite audit melaksanakan pengawasan
independen dan memastikan bahwa Laporan Keuangan yang dibuat
oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya.

18
Universitas Sumatera Utara

2.

Pengawasan control. Komite audit memberikan pengawasan
independen atas masalah atau hal-hal yang berpotensi mengandung
resiko.

3.

Tata kelola perusahaan. Komite audit melaksanakan pengawasan
independen atas proses pelaksanaan Good Corporate Governance
apalah telah dijalankan sesuai Undang-Undang dan peraturan yang
berlaku.
Tujuan dibentuknya komite audit adalah membantu Komisaris dalam

memastikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efektivas
pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor internal. Komite Audit
memiliki wewenang sebagai berikut:
1.

Mencari informasi yang relevan dari tiap karyawan.

2.

Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya.

3.

Mengusahakan saran hukum dan saran professional lainnya yang
independen apabila dipandang perlu.

4.

Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman yang sesuai,
apabila dipandang perlu.

2.1.2

Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen

perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh
Manajemen (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Kepemilikan saham manajerial akan
membantu penyatuan kepentingan antar manajer dengan pemegang saham.
Manajer diperlakukan bukan sebagai pihak eksternal yang digaji untuk

19
Universitas Sumatera Utara

kepentingan perusahaan, melainkan diperlakukan sebagai pemegang saham
perusahaan.
Adanya kepemilikan saham oleh manajer membuat keputusan-keputusan
yang diambil manajer tidak semata-mata untuk kepentingan manajemen tetapi
juga untuk kepentingan pemegang saham karena manajer akan ikut merasakan
secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung
kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
Semakin

besar

kepemilikan

manajerial

dalam

perusahaan

maka

manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen
mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham
yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam
mengambil keputusan, karena manajemen akan ikut merasakan manfaat secara
langsung dari keputusan yang diambil. Selain itu, manajemen juga ikut
menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil oleh mereka salah.
2.1.3

Agency Cost
Kepentingan antara pemegang saham dan manajer seringkali bertentangan,

sehinnga sering terjadi konflik antar kedua belah pihak. Hal ini disebabkan karena
manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham
bertentangan dengan kepentingan pribadi manajer tersebut. Konflik kepentingan
antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan mekanisme
pengawasan (monitoring) yang dapat mensejajarkan kepentingan tersebut. Dengan
munculnya mekanisme pengawasan ini mengakibatkan timbulnya suatu biaya
yang disebut biaya keagenan atau agency cost.

20
Universitas Sumatera Utara

Agency cost adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai
dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham”
(Horne dan Wachowicz, 2005). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa
agency cost adalah biaya-biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk
mencegah

atau

meminimalkan

masalah-masalah

keagenan

dan

untuk

memaksimumkan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency
cost terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. The monitoring expenditures by the principle. Yaitu biaya monitoring yang
dikeluarkan oleh pemegang saham untuk memantau perilaku manajer.
2. The bonding expenditures by the agent. The bonding cost dikeluarkan oleh
manajer untuk menjamin bahwa manajer tidak akan menggunakan tindakan
tertentu yang akan merugiakan pemegang saham atau untuk menjamin
bahwa pemegang saham akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil
banyak tindakan.
3. The residual loss. Merupakan penurunan tingkat kesejahteraan pemegang
saham maupun manajer setelah adanya agency relationship.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi agency cost
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976),
Crutchley dan Hansen (1989), Jensen et al (1992) yaitu:
1. Memberikan hak kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk saham kepada
manajer sebagai bentuk penghargaan atas kinerja manajer terhadap
perusahaan. Dengan memberikan kesempatan manajer untuk terlibat dalam

21
Universitas Sumatera Utara

kepemilikan saham bertujuan untuk menyetarakan kepentingan dengan
pemegang saham. Dengan keterlibatan kepemilikan saham, manajer akan
bertindak secara hati-hati karena akna menanggung resiko atas keputusan
yang diambilnya. Selain itu, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan
kinerja lebih baik.
2. Dengan meningkatkan dividen payout ratio. Peningkatan dividen diharapkan
dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini disebabkan dimana dividen yang
besar menyebabkan rasio laba ditahan akan lebih kecil dengan demikian
perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber ekstrernal, seperti
emisi saham baru. Penambahan dana menyebabkan kinerja manajer
dimonitor oleh bursa dan penyedia dana baru. Pengawasan kinerja
menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham sehingga mengurangi biaya yang berkaitan dengan emisi saham baru
(floating cost).
3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang perusahaan sehingga menurunkan
kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Penambahan
hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan dana dari
penerbitan saham baru. Dengan menggunakan hutang, perusahaan memiliki
kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga
secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk
meningkatkan laba dan dapat mengurangi agency cost.
4. Meningkatkan kepemilikan saham oleh pihak institusional. Dengan adanya
kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan

22
Universitas Sumatera Utara

investasi dan sebagainya akan meningkatkan fungsi pengawasan dan
monitor lebih optimal terhadap kinerja manajemen.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No.
1.

2.

3

Nama
Peneliti
Irma
Yulistiana
(2014)

Krisnauli
(2014)

Sajid Gul,
Muhammad
Sajid,

Judul Penelitian
Pengaruh Corporate
Governance (Tata
Kelola Perusahaan)
Dan Struktur
Kepemilikan
Terhadap Agency
Cost (Biaya
Keagenan) pada
industri semen yang
telah go public
periode 2008-2012

Variabel
Penelitian
Variabel
Independen:
Tata Kelola
Perusahaan,
Struktur
Kepemilikan
Variabel
Dependen:
Agency Cost

Pengaruh Mekanisme
Tata Kelola
Perusahaan Dan
Struktur Kepemilikan
Terhadap Agency
Cost (Studi Empiris
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun
2010- 2012)

Variabel
Independen:
Tata Kelola
Perusahaan,
Struktur
Kepemilikan

Agency Cost,
Corporate
Governance and

Variabel
Independen:
Corporate

Variabel
Dependen:
Biaya
Keagenan
(ATO)

Hasil Penelitian
Variabel corporate
governance
memiliki pengaruh
yang negatif dan
tidak signifikan
terhadap agency
cost, sedangkan
variabel struktur
kepemilikan
memiliki pengaruh
negatif dan
signifikan.
Ukuran dewan
direksi, ukuran
komite audit,
kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
agency cost.
Sedangkan ukuran
dewan komisaris
dan ukuran
komisaris
independen
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
agency cost.
Semakin tinggi
kepemilikan

23
Universitas Sumatera Utara

No.

4.

5.

Nama
Peneliti
Nasir
Razzaq,
Farman
Afzal (2012)

Judul Penelitian
Ownership Structure
(The Case of
Pakistan)

Variabel
Penelitian
Governance,
Ownershi
Structurep

Ni Luh Gede
Emy Lestari
Dewi,
Putu Agus
Ardiana
(2014)

Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial Pada
Agency Cost
Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar
Di Bursa Efek
Indonesia Tahun
2008-2012

Variabel
Independen:
Kepemilikan
Manajerial

Paulus
Theodorus
Basuki
Hadiprajitno
(2013)

Struktur
Kepemilikan,
Mekanisme Tata
Kelola Perusahaan,
Dan Biaya Keagenan

Variabel
Independen:
Struktur
Kepemilikan,
Mekanisme

Variabel
Dependen:
Agency Cost

Hasil Penelitian
Direktur dan
kepemilikan
institusional akan
mengurangi tingkat
agency cost.
Semakin kecil
kepemilikan
direktur dan
kepemilikan
institusional akan
meningkatkan
agency cost.
Peningkatan
kepemilikan
manajerial, akan
meningkatkan biaya
keagenan.
Hasil yang lain
menunjukkan biaya
keagenan yang
terjadi di
perusahaan yang
dikelola oleh
manajer yang juga
berstatus sebagai
pemilik lebih tinggi
secara signifikan
daripada
perusahaan yang
dikelola manajer
yang tidak berstatus
sebagai pemilik.
Secara keseluruhan
struktur
kepemilikan dan
mekanisme tata
kelola perusahaan

24
Universitas Sumatera Utara

No.

Nama
Peneliti

Judul Penelitian
Di Indonesia (Studi
Empirik pada
Perusahaan di Bursa
Efek Indonesia)

Variabel
Penelitian
Tata Kelola
Perusahaan
Variabel
Dependen:
Agency Cost

Hasil Penelitian
tidak terlalu
berpengaruh
terhadap agency
cost.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulistiana (2014), penelitiannya
menggunakan variabel independen yaitu tata kelola perusahaan dan struktur
kepemilikan, sedangkan variabel dependennya adalah agency cost. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa variabel corporate governance berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap agency cost, sedangkan variabel struktur
kepemilikan secara parsial memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
agency cost.
Krisnauli (2014), variabel independennya adalah tata kelola perusahaan
dan struktur kepemilikan, sedangkan variabel dependennya adalah agency cost.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa ukuran dewan direksi, kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost.
Sedangkan ukuran dewan komisaris dan ukuran komisaris independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap agency cost.
Sajid Gul, et.al (2012), variabel independennya adalah corporate
governance dan ownership structure sedangkan variabel dependennya adalah
agency cost. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan direktur dan
kepemilikan institusional yang tinggi mengurangi tingkat biaya agensi.

25
Universitas Sumatera Utara

Lestari dan Ardiana (2014), variabel independennya adalah kepemilikan
manajerial, sedangkan variabel dependennya adalah agency cost. Hasil yang
diperoleh dengan menggunakan analisis regresi berganda dan uji independen t-test
diperoleh bahwa peningkatan kepemilikan manajerial akan meningkatkan biaya
keagenan (agency cost) tetapi hubungan kedua variabel tidak linear melainkan
kuadratik atau prabolik. Hasil yang lain menunjukkan biaya keagenan yang terjadi
di perusahaan yang dikelola manajer yang juga bestatus sebagai pemilik lebih
tinggi secara signifikan daripada perusahaan yang dikelola manajer yang tidak
berstatus sebagai pemilik.
Hadiprajitno (2013), menggunakan variabel independen yaitu struktur
kepemilikan dan mekanisme tata kelola perusahaan, sedangkan variabel
dependennya adalah agency cost. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemilikan keluarga, institusi keuangan, pemerintah dan asing berpengaruh
menekan biaya keagenan yang digunakan sebagai biaya operasi manajerial atau
tingkat perputaran aset, yang dibandingkan dengan kepemilikan publik. Hasil lain
menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen dan jumlah rapat dewan
komisaris berpengaruh dalam menekan biaya keagenan yang digunakan sebagai
tingkat perputaran aset.

26
Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual

Dewan
Komisaris
Komisaris
Independen
Dewan Direksi

H1

H2

H3

Agency Cost

H4

Komite Audit
H5

Kepemilikan
Manajerial
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dari kerangka konseptual diatas dewan komisaris berhubungan positif
terhadap agency cost. Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris maka
akan meningkatkan agency cost yang dikeluarkan oleh pemegang saham.
Komisaris independen berpengaruh positif terhadap agency cost. Semakin banyak
jumlah anggota komisaris independen maka akan meningkatkan agency cost yang
dikeluarkan oleh pemegang saham. Dewan direksi berpengaruh negatif terhadap
agency cost. Komite audit berpengaruh positif terhadap agency cost. Kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap agency cost.

27
Universitas Sumatera Utara

2.4

Hipotesis Penelitian

2.4.1

Hubungan Dewan Komisaris dengan Agency Cost
Dewan komisaris dalam suatu perusahaan berperan untuk melakukan

fungsi monitoring dari pelaksanaan kebijakan direksi. Peran komisaris ini
diharapkan dapat mengurangi permasalahan agensi yang timbul antara dewan
direksi dengan pemegang saham. Oleh sebab itu, dewan komisaris seharusnya
dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai
dengan kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen (1993) fungsi monitoring
yang dilakukan oleh komisaris diambil dari teori agensi. Dari perspektif teori
agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol
perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan
kepentingan pemegang saham dan manajer. Ukuran dewan komisaris merupakan
jumlah yang tepat agar dewan komisaris dapat bekerja secara efektif dan
menjalankan corporate governance dengan bertanggung jawab kepada pemegang
saham.
Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin
mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif.
Dikaitkan dengan biaya keagenan dewan komisaris akan lebih mudah mengawasi
jalannya operasional perusahaan serta memastikan bahwa manajer benar–benar
melakukan hal yang sesuai dengan keinginan pemegang saham. Kefektifan dewan
komisaris akan mengindikasikan tingginya perputaran aset. Semakin besar ukuran
dewan komisaris berarti akan semakin besar pengawasan terhadap manajemen,
sehingga manajemen akan bertindak sesuai dengan permintaan pemegang saham

28
Universitas Sumatera Utara

serta meningkatkan rasio perputaran aset, dan pada akhirnya akan menekan biaya
keagenan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap agency cost
2.4.2

Hubungan Komisaris Independen dengan Agency Cost
Komisaris independen menunjukan pihak yang dapat berperan sebagai

pengawas manajemen dalam melaksanakan sistem corporate governance.
Komisaris independen menunjukkan keberadaan wakil dari pemegang saham
secara independen dan juga mewakili kepentingan investor. Komisaris independen
adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan hubungan keluarga dengan anggota dewan
komisaris lainnya, direksi dan pemegang saham pengendali atau hubungan lain
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Dengan
adanya komisaris independen, maka kepentingan pemegang saham, baik
mayoritas dan minoritas tidak diabaikan karena komisaris independen lebih
bersikap netral terhadap keputusan yang dibuat oleh pihak manajemen.
Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa komisaris independen akan
lebih efektif dalam memonitor pihak manajemen. Pemonitoran oleh komisaris
independen dinilai mampu memecahkan masalah keagenan. Selain itu, komisaris
independen dapat memberikan kontribusi terhadap penekanan biaya keagenan.
Semakin besar jumlah dewan komisaris independen dalam perusahaan maka akan
semakin efektif dalam memonitor pihak manajer untuk melakukan sesuai dengan
keinginan pemegang saham yang mengindikasikan meningkatkan penjualan
dengan ditandai tingginya rasio perputaran asset, dan akan megurangi biaya

29
Universitas Sumatera Utara

keagenan. Dewan komisaris yang semakin besar mengurangi terjadinya masalah
keagenan, sehingga biaya keagenan akan berkurang ketika jumlah komisaris
independen semakin tinggi. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2: Ukuran komisaris independen berpengaruh positif terhadap agency cost.
2.4.3

Hubungan Dewan Direksi dengan Agency Cost
Besar kecil ukuran dewan direksi mempengaruhi bagaimana proses

operasional perusahaan berjalan. Dewan direksi merupakan orang yang diberikan
mandate untuk menajalankan operasional didalam perusahaan. Dewan direksi
bertanggungjawab penuh atas segala bentuk operasional dan kepengurusan
perusahaan dalam rangka melaksanakan kepentingan pencapaian tujuan
perusahaan. Keefektifan dari dewan sebagai mekanisme tata kelola perusahaan
tergantung pada jumlah dan komposisinya. Ukuran dewan yang besar kurang
efisien jika dibandingkan dengan ukuran dewan yang lebih kecil. Semakin besar
ukuran dewan akan memperbesar jumlah orang yang mengendalikan operasional
di perusahaan, berarti informasi yang beredar didalam perusahaan semakin besar.
Menurut Sam’ani (2008) bahwa dewan direksi dalam suatu perusahaan akan
menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan secara jangka
pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu proporsi dewan (baik dewan
direksi maupun dewan komisaris) berperan dalam kinerja perusahaan dan dapat
meminimalisasi kemungkinan terjadinya permasalahan agensi dalam perusahaan.
Ukuran dewan yang tinggi akan menimbulkan biaya keagenan yang tinggi
juga. Hasil ini dikarenakan oleh kurangnya efisiensi di dalam dewan direksi.

30
Universitas Sumatera Utara

Jumlah dewan direksi yang jumlahnya lebih kecil, lebih efektif bagi perusahaan
yang nantinya akan berdampak pada kepercayaan prinsipal kepada agen. Dari
uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap agency cost.
2.4.4

Hubungan Komite Audit dengan Agency Cost
Komite audit dibentuk oleh Dewan Komisaris, yang bekerja secara

kolektif dan berfungsi membantu komisaris dalam melaksanakan tugasnya.
Komite audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam
pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada Komisaris. Selain itu komite
audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris
dengan pihak manajemen guna mengatasi masalah pengendalian ataupun
kemungkinan timbulnya masalah agensi. Dengan berjalannya fungsi komite audit
secara efektif, maka control terhadap perusahaan akan lebih baik, sehingga
konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan
kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisir. Menurut Hiro Tugiman (1995),
keberadaan komite audit sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan, terutama dari segi pengendalian. Hal ini disebabkan karena semakin
besar ukuran komite audit, maka peran komite audit dalam mengendalikan dan
memantau manajemen puncak akan semakin efektif sehingga para manajemen
akan berusaha meningkatkan penjualan. Meningkatnya penjualan menunjukkan
bahwa manajemen dapat menghasilkan rasio perputaran aset yang tinggi. Dari
uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis berikut:
H4: Ukuran Komite Audit berpengaruh positif terhadap agency cost.

31
Universitas Sumatera Utara

2.4.5

Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Agency Cost
Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan

suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen
perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam
perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara
manajemen dengan pemegang saham. Perusahaan dengan jumlah kepemilikan
saham manajerial yang besar seharusnya dapat menekan terjadinya konflik
keagenan dan biaya keagenan yang rendah.
Kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan
antara pemegang saham dengan manajer. Hansen (1989), menyimpulkan bahwa
tingkat kepemilikan manajerial yang lebih tinggi dapat digunakan untuk
mengurangi masalah keagenan. Kepemilikan manajerial akan mendorong
manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena manajer juga
memiliki saham dalam perusahaan. Pihak manajer yang memiliki saham
perusahaan cenderung melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja perusahaan
dalam jangka panjang. Semakin besar kepemilikan manajerial didalam perusahaan
maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan kinerja
perusahaan dan menghasilkan perputaran aset yang tinggi, sehingga biaya
pengawasan menjadi semakin rendah. Dari uraian diatas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H5: Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap agency cost.

32
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

1 3 90

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAPMANAJEMEN LABA Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014).

0 6 17

PENGKEPE Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Dan Agency Cost Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 10 15

PENDAHULUAN Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial Dan Agency Cost Sebagai Variabel Intervening Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 3 8

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 10

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 11

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 9

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 2

Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014

0 0 10