Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hama dan Penyakit pada 13 Galur aan Empat Varietas Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Menengah Tropis T1 512010003 BAB IV

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan Selintas
Pengamatan selintas yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari: suhu
udara minimal, suhu udara maksimal, kelembaban udara, curah hujan dan julmlah
hari hujan. Lokasi percobaan merupan lahan yang sebelumnya ditanami tanaman
padi. Dengan adanya tanaman padi yang ditanam di sekitar tempat penelitian
memungkinkan hama dan patogen penyebab penyakit tanaman padi dapat menyerang
tanaman gandum yang diamati.
Tabel 4.1.Data cuaca di lokasi penelitian
Periode
penelitian
Agustus 2013

Suhu
minimal
20,40C

Suhu
maksimal
31,40C


Kelembaban Curah
udara
hujan
75%
50 mm

Jumlah
hari hujan
1 hari

September 2013

20,50C

330C

74%

2 mm


1 hari

0

75%

267 mm

8 hari

32 C

81%

238 mm

14 hari

Oktober 2013

November 2013

0

22,2 C
0

23,6 C

33,5 C
0

Sumber: (Research Center Getas, 2013).

Suhu minimal da suhu maksimal udara selama penelitian berlangsung di
dataran menengah antara 20,40C - 33,50C (Tabel 4.1). Dengan keadaan suhu dan
kelembaban udara pada lahan ini memungkinkan hama tanaman untuk hidup dan
berkembang biak. Keadaan suhu udara serta kelembaban udara pada lahan ini
memungkinkan untuk kehidupan dari hama dan patogen penyakit, sehingga pada
penelitian di dataran menengah ditemukan serangan dari hama dan patogen penyakit.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wiese (1987) bahwa suhu optimum
dari patogen penyakit tanaman adalah 14,30C - 22,50C.

4.2. Hasil Pengamatan Utama
Pada penelitian ini pengamatan hama dan penyakit tanaman dimulai dari
stadia 1 sampai stadia 11.4 pada skala pertumbuhan Feekes. Hama yang menyerang
tanaman gandum antara lain: belalang, tikus sawah, walang sangit, kepik hijau, ulat
grayak dan burung bondol jawa. Penyakit yang menyerang tanaman gandum yaitu
bercak daun. Persentase serangan serta stadia yang terdapat serangan hama di dataran
menengah disajikan pada Tabel 4.2.

4.2.1. Belalang (Orthoptera: Acrididae: Acridinae)
Belalang menyerang tanaman gandum di dataran menengah pada galur G1,
G2, G3, G6, G7, G9, G10, G13, varietas Jarissa dan varietas Dewata pada stadia 2.0
sampai 10.5 menurut skala pertumbuhan Feekes. Persentase serangan yang relatif
tinggi terdapat pada galur G3 yaitu 39,6%. Gejala serangan dari belalang berupa
bekas gigitan pada daun dan batang tanaman gandum. Belalang mulai menyerang
tanaman gandum pada stadia 2.0 diduga karena tanaman padi yang berada di sekitar
lokasi penelitian sudah mulai menguning sehingga belalang bermigrasi untuk mencari
makanan baru serta letak tanaman gandum galur G3 yang berada di tepi. Jago (1971,

dalam Borror 1992) menyatakan bahwa belalang menyerang tanaman tepi yang
rimbun. Mengingat tanaman gandum yang masih satu famili dengan tanaman padi
sehingga memungkinkan hama dari tanaman padi menyerang pada tanaman gandum.
Perkembangan dari belalang terjadi akibat dari perubahan iklim dengan curah
hujan rata-rata 177,9 mm pertahun dengan hari hujan 11,3 kali perbulan, suhu ratarata berkisar 23,60C – 26,80C dan pada siang hari rata-rata mencapai 31,10C.
Belalang memiliki peluang menjadi hama penting tanaman gandum di dataran
menengah karena dari hasil pengamatan menunjukan bahwa belalang menyerang
galur G1, G2, G3, G6, G7, G9, G10, G13, varietas Jarissa dan varietas Dewata
(Tabel 4.2). Pengendalian hama belalang yaitu dengan cara pola tanam serentak dan
menggunakan pestisida.

21

Gambar 4.1. Serangan hama belalang

Gambar 4.2. Kerusakan yang dihasilkan oleh hama belalang

Gambar 4.3. Hama belalang

22


Tabel 4.2. Persentase Serangan Serta Stadia yang Terdapat Serangan Hama di
Dataran Menengah
Hama

Genotip

Belalang
(Orthoptera: Acrididae)

G1
G2
G3
G6
G7
G9
Varietas Jarissa
G10
G13
Varietas Dewata

G3
G7
G10
Varietas Selayar
Varietas Nias
Varietas Dewata
G13
G2
G3
G4
G6
G8
G9
G10
Varietas Nias
G13
G2
G4
G8
G11

Varietas Dewata
G13
Varietas Jarissa
G1
G2
G3
G10
Varietas Selayar

Tikus sawah
(Rodentia: Muridae)

Walang sangit
(Hemiptera: Alydidae)

Kepik hijau
(Hemiptera: Pentatomidae)

Ulat grayak
(Lepidoptera: Noctuidae)

Bondol Jawa
(Passeriformes: Estrildidae)

Stadia
Tanaman
2.0 – 10.5

5.0 – 11.4

11.1 -11.2

11.1- 11.3

11.2 – 11.3

11.2 – 11.4

Persentase
Serangan
28,1%

22%
39,6%
28,3%
12,7%
20,3%
11,4%
16,2%
19,3%
12,5%
31,25%
15,4%
14,7%
11,2%
12,8%
10,7%
14,5%
16,4%
31,3%
29,4%
58,2%

63,3%
52,1%
48,5%
21,4%
17,7%
13,4%
34,2%
17,2%
14,4%
12,5%
9,3%
12,8%
16,9%
19,4%
29,1%
17%
15,5%

23

4.2.2. Tikus Sawah ( Rodentia: Muridae)
Tikus menyerang tanaman gandum pada galur G3, G7, G10, G13, varietas
Selayar, varietas Nias dan varietas Dewata pada stadia 5.0 sampai 11.4 menurut skala
pertumbuhan Feekes. Gejala serangan berupa gigitan yang memotong batang pada
tanaman gandum yang masih pada fase vegetatif tanaman dan terdapatnya sisa dari
biji gandum yang berceceran di tanah pada fase generatif. Presentase serangan tikus
relatif tinggi terjadi pada galur G3 yaitu 31,25%. Tingginya serangan tikus pada galur
G3 diduga karena bedengan dari tanaman ini berada di tepi dan bedampingan dengan
lahan padi sehingga galur G3 terserang lebih dulu dari pada genotip dan varietas lain
yang lokasi bedengannya tidak berdampingan dengan lahan padi.
Pada fase vegetatif, tikus memotong bagian pangkal batang untuk memakan
bagian batangnya. Menurut Priyambodo (1995), pada stadia generatif tanaman, tikus
memotong pangkal batang untuk memakan bagian malai atau bulirnya, namun pada
fase vegetatif tanaman tikus akan menyerang tanaman apabila jumlah ketersediaan
makanan di lingkungannya berkurang. Tikus menyerang tanaman gandum mulai dari
stadia 5.0 sampai 11.4, sehingga tikus berpotensi sebagai hama penting pada tanaman
gandum di dataran menengah. Pengendalian hama ini dengan cara melakukan pola
tanam yang serempak, cara mekanis dengan cara membongkar liang dan menangkap
dengan jaring, sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma disekitar area
pertanaman dan menggunakan bahan kimia.

24

Gambar 4.4. Tanaman gandum yang diserang oleh Tikus

Gambar 4.5. Sisa biji gandum yang dimakan oleh Tikus

25

4.2.3. Walang Sangit (Hemiptera: Alydidae)
Walang sangit menyerang tanaman gandum galur G2, G3, G4, G6, G8, G9,
G10, G13 dan varietas Nias pada stadia 11.1 sampai stadia 11.3 menurut skala
pertumbuhan Feekes. Walang sangit menyerang tanaman gandum dengan cara
menusuk bulir gandum ketika masih berisi cairan (masak susu). Walang sangit
bermigrasi ketika bulir gandum telah mengeras. Hal ini dimungkinkan karena walang
sangit tidak dapat menghisap lagi. Perkembangan yang baik bagi hama untuk
berkembangbiak walang sangit pada suhu 270– 300C (Pracaya, 2010).
Persentase serangan walang sangit pada penelitian di dataran menengah
relatif tinggi terdapat pada galur G8 yaitu 63,3%. Hal tersebut diduga karena
pertumbuhan yang tidak serempak serta tata letak dari galur G8 yang berada di tepi
sehingga tanaman akan terserang terlebih dahulu. Hal ini menjadikan walang sangit
berpotensi menjadi hama penting pada tanaman gandum di dataran menengah.
Pengendalian walang sangit ini dengan cara mengatur pola tanam dengan menanam
dengan cara serempak.

Gambar 4.6. Hama walang sangit

Gambar 4.7. Serangan walang sangit dilokasi penelitian

26

4.2.4. Kepik Hijau (Hemiptera: Pentatomidae)
Kepik hijau menyerang tanaman gandum galur G2, G4, G8, G11 dan varietas
dewata pada stadia 11.1 sampai stadia 11.3 menurut skala pertumbuhan Feekes. Hal
tersebut dikarenakan alat mulut pada hama kepik hijau ini hanya bisa untuk menusuk
dan menghisap. Pada stadia 11.3 bulir gandum sudah mulai mengeras, hal tersebut
yang membuat hama kepik hijau tidak dapat lagi untuk mengkonsumsinya. Setalah
tanaman padi mulai menguning hama kepik hijau bermigrasi mencari makan baru
untuk bertahan hidup.
Kepik hijau bersifat polifag, di Indonesia dilaporkan menyerang pada tanaman
padi, jagung dan kedelai. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kepik hijau berupa
tanaman menjadi layu dengan terdapat bintik – bintik hitam pada batang yang
terdapat bekas tusukan. Kerusakan utama bukan karena hisapannya cairan tanaman,
tetapi cairan liurnya yang beracun yang menyebabkan kelayuan dan kematian (Van
der Laan, 1981.).
Persentase serangan tertinggi ditunjukkan pada galur G4 dengan persentase
serangan sebesar 34,2%. Pada percobaan tersebut mengalami serangan hama yang
begitu besar yang dikarenakan tidak dilakukannya pengendalian hama dan kecuali itu
juga hama menyerang dikarenakan tanaman yang disekitar lahan materi percobaan
sudah dilakukan pemanenan, sehingga banyak hama yang menyerang pada lahan
percobaan. Hal ini yang menjadikan kepik hijau berpotensi menjadi hama penting
pada tanaman gandum di dataran menengah.

27

Gambar 4.8. Tanaman gandum yang diserang hama kepik hijau

Gambar 4.9. Hama kepik hijau

28

4.2.5. Ulat Grayak (Lepidoptera: Noctuidae)
Ulat grayak menyerang tanaman gandum galur G13 dan varietas Jarissa, ulat
grayak ditemukan pada stadia 11.2 sampai stadia 11.3 dalam skala fekees. Persentase
serangan ulat grayak pada penelitian di dataran menengah relatif tinggi terdapat
pada varietas jarissa yamg mencapai 12,8%.
Hal tersebut dikarenakan ulat grayak mencari inang untuk bertahan hidup,
dikarenakan lokasi sawah yang semula ditanami padi di sekitar areal percobaan ini
sudah pada dipanen, hal tersebut yang membuat ulat grayak mencari inang baru di
sekitar areal tersebut. Ulat grayak menyerang daun tanaman gandum yang diuji
cobakan yang memang tanpa menggunakan pengendalian hama dan patogen
penyakitnya. Gejala yang tampak pada serangan ulat grayak yaitu daun meranggas
dan hanya tersisa tulang daunnya saja. Spodoptera litura adalah ulat pemotong
rumput, selain itu juga dikenal dengan nama ulat grayak atau ulat tentara.
Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu jenis hama terpenting
yang menyerang tanaman palawija dan sayuran di Indonesia. Hama ini sering
mengakibatkan

penurunan

produktivitas

bahkan

kegagalan

panen

karena

menyebabkan daun dan buah sayuran menjadi sobek, terpotong-potong dan
berlubang. Pengendalian hama ini dengan cara penggenangan area pertanaman
sehingga memaksa ulat berada diatas tanah pada siang hari sehingga memudahkan
untuk dikumpulkan.

Gambar 4.10. Tanaman gandum yang diserang hama ulat grayak

29

4.2.6. Bondol Jawa ( Passeriformes: Estrildidae)
Burung bondol jawa menyerang tanaman gandum galur G1, G2, G3, G10 dan
varietas Selayar. Pada skala Feekes hama burung bondol jawa ini menyerang pada
stadia 11.2 sampai stadia 11.4 yang bulirnya sudah mengeras dan siap untuk dipanen.
Pada stadia 11.2 ini ditandai dengan masak tepung, bulir mulai mengeras, kadar air
mulai berkurang tetapi bulir masih terasa agak lunak, hama burung bondol jawa
sudah mulai menyerang tanaman gandum. Gejala tanaman yang diserang burung
bondol jawa yaitu jumlah bulir dalam malai gandum berkurang.
Berdasarkan penelitian Ziyadah (2011), jenis burung yang paling tinggi
tingkat konsumsinya adalah bondol jawa. Itulah sebabnya burung jenis ini
dikatagorikan sebagai burung yang merugikan bagi petani. Presentase serangan
burung bondol jawa relatif tinggi terjadi pada genotip G3 yaitu 29,1%. Tingginya
serangan burung pipit pada genotip G3 diduga karena bedengan dari tanaman ini
berada di tepi dan bedampingan dengan lahan padi sehingga genotip G3 terserang
lebih dulu dari pada genotip dan varietas lain yang lokasi bedengannya tidak
berdampingan dengan lahan padi.
4.2.7. Penyakit Tanaman Gandum
Bercak Daun (Spot Blotch)
Hasil pengamatan terhadap gejala penyakit yang ditemukan selama masa
perkembangan tanaman adalah bercak daun. Gejala tersebut ditunjukkan oleh daun
yang mula mula timbul bintik-bintik berwarna coklat tua atau hitam. Bintik bintik
tersebut meluas dan menjadi bercak memanjang, bentuknya tidak teratur dan
berwarna coklat sampai coklat tua dengan batas yang jelas (Gambar 4.11)
Untuk mengetahui penyebab penyakit bercak daun, potongan daun tanaman
yang bergejala diambil dan dibiakan pada media biakan Potato Dextrose Agar (PDA)
dan Natrium Agar (NA). Fungi yang tumbuh pada media biakan PDA dan NA
dimurnikan. Hasil biakan diamati dengan menggunakan mikroskop, pengamatan
dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian dan Bisnis, UKSW,
Salatiga. Identifikasi menggunakan kunci identifikasi: Ilustrated Genera of Imperfect
Fungi yang dikarang oleh Barnet and Barry (1972).

30

Gambar 4.11. Tanaman gandum yang menunjukan gejala bercak daun

Gambar 4.12. Konidia fungi yang tumbuh pada media biakan
(Hasil pemurnian)

Gambar 4.13. Gejala yang nampak pada tanaman gandum
(Hasil reinokulasi pada tanaman sehat)

31

Hasil identifikasi dari konidia fungi yang terlihat adalah Helminthosporium
spp (Gambar 4.12) Reinokulasi fungi yang tumbuh pada media biakan murni
dilakukan pada tanaman gandum yang sehat. Gejala yang nampak pada tanaman
gandum yang sehat mirip dengan gejala pada tanaman yang terserang (Gambar 4.13).
Pertumbuhan dan perkembangan fungi ini dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban udara. Fungi Helminthosporium spp. banyak membentuk konidia pada
lingkungan dengan kelembaban udara antara 97% – 98% dan suhu udara antara 200C
– 300C (Semangun 1991). Penyakit bercak daun Helminthosporium merupakan
penyakit yang serius pada tanaman gandum terutama di daerah panas di Asia Selatan
(Sharma and Duveiller 2003). Kehilangan hasil akibat serangan penyakit ini
bervariasi namun signifikan, bisa mencapai 20% di tingkat petani (Duveiller dan
Gilchrist 1994 dalam Sharma dan Duveiller 2003). Pengendalian dilakukan dengan
cara mengatur jarak tanam, penanaman dengan varietas unggul dan jika terjadi
serangan yang hebat dilakukan penyemprotan dengan fungisida ( Semangun, 1991).

32

Dokumen yang terkait

Seleksi Galur Galur Putatif Mutan Gandum (Triticum aestivum L ) di Dataran Menengah Lingkungan Tropis

2 28 93

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hama dan Penyakit pada 13 Galur aan Empat Varietas Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Menengah Tropis T1 51201003 BAB I

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hama dan Penyakit pada 13 Galur aan Empat Varietas Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Menengah Tropis T1 512010003 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hama dan Penyakit pada 13 Galur aan Empat Varietas Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Menengah Tropis T1 512010003 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hama dan Penyakit pada 13 Galur aan Empat Varietas Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Menengah Tropis

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Tropis T1 512010018 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Tropis T1 512010018 BAB II

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Tropis T1 512010018 BAB IV

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Tropis T1 512010018 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Tropis

0 0 14