Pernikahan beda agama menurut Sayyid Quthb: telaah penafsiran ayat-ayat nikah beda agama dalam kitab Tafsir fi Zilalil Qur'an.
PERNIKAHAN BEDA AGAMA MENURUT SAYYID QUYHB}
(Telaah Penafsiran Ayat-ayat Nikah Beda Agama
dalam Kitab Tafsir
Fi> Z}ila>lil Qur’a>n)
Skripsi:
Disusun untuk memenuhi tugas akhir guna
Memperoleh Gelar Sarajana Strata Satu (S1) dalam Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Disusun Oleh: Annisa Zahra Aini
E03213017
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ABSTRAK
Masalah yang diteliti dalam penilitian ini adalah bagaimana penafsiran Sayyid Quthb}mengenai ayat-ayat nikah beda agama?. Dan bagaimana kontektualisasi nikah beda agama?
Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan penafsiran Sayyid Quthb} mengenai ayat-ayat nikah beda agama dan juga untuk mengetahui bagaimana kontekstualisasi nikah beda agama yang terjadi di masyarakat .
Dalam menjawab permasalahan tersebut penelitian ini bersifat kepustakaan (library research)dan metode tahlily yaitu memahami ayat-ayat al-Qur’a>n dengan menfokuskan pada tema (nikah beda agama) dengan mengkaji secara serius tentang penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan nikah beda agama.
Penelitian ini dilakukan karena adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama’ ada yang membolehkan ada pula yang melarang pernikahan beda agama ini. Perbedaan pendapat inilah yang menjadi sebuah problematika untuk dibahas.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah nikah beda agama dibagi menjadi tiga golongan. Pertama pernikahan antara laki-laki muslim dengan wanita musyrik (QS. Al-Baqarah [٢]: ٢ ٢ ١). Kedua pernikahan antara wanita muslim dengan laki-laki non muslim (QS. Al-Mumtahanah [٦ ٠]:١ ٠.Ketigapernikahan antara laki-laki muslim dengan wanitaahl al-Kitab(QS. Al-Maidah [٥]:٥). Dari ketiga golongan tersebut golongan pertama dan kedua para ulama sepakat atas dilarangnya pernikahan tersebut. Namun untuk golongan ketiga masih menjadi perdebatan dikalangan ulama’ sendiri.
Namun Sayyid Quthb}cenderung berpendapat tidak membolehkan pernikahan antara laki-laki muslim dengan wanita ahl al-Kitab. Karena dampak yang ditimbulkan bisa mempemgaruhi keturunan. Seperti bingung untuk memilih agama lalu merasa canggung harus berkata jujur kepada orang tua perihal agama dan masalah kehidupan lainnya.
(7)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xii DAFTAR ISI
HALAMAN DALAM... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
PEDOMAN TRANSLITASI ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI... xii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 10
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian... 10
E. Manfaat Penelitian... 11
F. Kajian Pustaka... 11
G. Metode Penelitian... 13
(8)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiii
BAB II: TINJAUAN UMUM NIKAH BEDA AGAMA
A. Pengertian Nikah Beda Agama ... 16
B. Pengertian Kafir, Musyrik danAhl al-Kitab... 17
1. Kafir ... 17
2. Musyrik ... 21
3. Ahl al-Kitab... 23
C. Nikah Beda Agama dalam Hukum Indonesia ... 25
1. Hukum Perkawinan Beda Agama dalam UUP... 27
2. Pernikahan Beda Agama menurut KHI... 30
BAB III: GAMBARAN UMUM TAFSIR FI> Z}ILALIL QUR’A>N KARYA SAYYID QUTHB} A. Biografi Sayyid Quthb}... 32
1. Latar Belakang Pendidikan dan Keluarganya ... 32
2. Karya-karya Sayyid Quthb}... 34
B. Kitab Tafsir Fi> Z}>i>lalil Qur’a>n... 35
1. Latar Belakang Penulisan Tafsir Fi> Z}>i>lalil Qur’a>n ... 35
2. Metode dan Corak Penafsiran Sayyid Quthb}... 43
3. Sistematika dan Sumber Penafsiran Kitab Fi> Z}>i>lalil Qur’a>n.. .... 44
BAB IV: ANALISIS PENAFSIRAN SAYYID QUTHB}MENGENAI AYAT NIKAH BEDA AGAMA A. Penafsiran Ayat-ayat Nikah Beda Agama ... 45
1. Pernikahan antara Laki-laki Muslim dengan Wanita Musyrik.. . 46
2. Pernikahan antara laki-laki Muslim dengan Wanita Ahl al-Kitab... 52 3. Pernikahan antara Perempuan Muslimah dengan Laki-Laki Non-Muslim ... 60
(9)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiv
B. Kontektualisasi Nikah Beda Agama ... 68 1. Dampak yang ditimbulkan dari Pernikahan Beda Agama ... 68 2. Beberapa Kasus Pernikahan Beda Agama yang Terjadi
di Indonesia ... 71
BAB V: PENUTUP
1. Simpulan ... 77 2. Saran... 77 DAFTAR PUSTAKA
(10)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang sengaja diciptakan
untuk menjalankan roda kehidupan sekaligus menjaga kelangsungan ciptaan
Tuhan. Pernikahan merupakan suatu system yang terjadi pada semua mahkluk
Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan diciptakan
berpasang-pasang. Hidup berjodoh-jodoh adalah naluri semua mahluk hidup
untuk melestarikan jenisnya.1
Maha Suci Rabb yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.(QS.36:36)2
Ayat diatas menjelaskan tentang manusia yang diciptakan saling
berpasang-pasang ada laki-laki dan ada perempuan, oleh Allah sengaja diberikan
di dalamnya hasrat untuk berkasih sayang dan berta’aruf. Hidup berpasangan
merupakan kehendak Allah kepada mahluk-Nya, sehingga mahluk-Nya dapat
merasakan ketentraman dan saling berbagi dengan pasangannya, sehingga
terbentuklah ikatan suci yang disebut pernikahan.
Bagi manusia pernikahan merupakan sunnatullah yang amat penting.
Maka, Islam telah mengatur dan menetapkan segala hal yang berkaitan dengan
pernikahan secara rinci. Aturan dan ketetapan tersebut harus dipatuhi oleh yang
1
Syaikh Mutawali as-Sya’rawi,Fikih Perempuan ( Muslimah),terj. Yessi HM. Basyaruddin, Lc (Amzah, 2003-2009), 175.
2
(11)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
melaksanakan pernikahan beserta keluarga masing-masing, agar pernikahan yang
dilakukan menjadi sah secara agama dan mendapatkan rahmat dan ridha Allah
SWT.
Perkawinan atau yang biasa disebut dengan pernikahan dalam al-Qur’a>n
disebutkan dengan istilah nikah, tazwij, atau misaq. Nikah berasal dari kata
nakaha yang berakar dari huruf nun, kaf dan ha dengan makna pokok al-bid’a
(persetubuhan).3 Secara etimologi kata nikah mempunyai banyak arti seperti
al-aqd (perjanjian)4 atauaqd al-tazwi (perjanjian perkawinan). Lalu al-nikah berarti
al-wat’u (persetubuhan). Al-nikah dapat diartikan pula al-ikhtilaf (percampuran)
al-i’timad(penyanderaan) dan galabah ‘ala (mengalahkan atau penguasaan atas).
Makna ini dimaksudkan bahwa selain terjadi percampuran, suami istri juga
merasakan adanya ketergantungan dan saling membutuhkan.5
Sedangkan nikah menurut istilah adalah menghimpun atau
mengumpulkan. Salah satu upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami istri
dalam sebuah rumah tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang
dapat menjamin kelangsungan eksistensi manusia di atas bumi.6 Definisi jumhur
ulama madzhab sepakat bahwa pernikahan akan dianggap sah jika dilakukan
dengan akad, yang mencakup ijab dan qabul antara wanita yang dilamar dengan
lelaki yang melamarnya atau antara pihak yang menggantikannya seperti wakil
3
Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya,Mu’jam Maqayis al-Lugah(Beirut Dar al-Jail, 1991), 475
4
Al-Ragib al Asfahani,Mufradat al-Faz Al-Qur’a>n,(Damaskus: Dar al-Qalam, 1992), 823
5
Ibnu Manzur Jamaluddin bin Muhammad al-Ansari,Lisan al-‘Arab,Vol. III (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), 465-466
6
Muhammad Jawad Mughniyah,Fiqih Lima Madzhabterj. Masykur A. B dkk (Jakarta: Penerbit Lentera, 2013), 308
(12)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
dan wali, dan dianggap tidak sah hanya semata-mata berdasarkan suka sama suka
tanpa adanya akad.7
Para ulama juga sepakat bahwa nikah itu sah bila dilakukan dengan
menggunakan redaksi zawwajtu (aku mengawinkan) atau ankahtuka (aku
menikahkan) dari pihak yang dilamar atau orang yang mewakilkan dan redaksi
qobiltu (aku terima) atau raditu (aku setuju) dari pihak yang melamar atau orang
yang mewakilinya.8
Islam memang sangat menganjurkan pernikahan, mencari pasangan hidup
dan memperbanyak keturunan. Pernikahan merupakan suatu hubungan yang ideal
yang tidak hanya mempersatukan antara laki-laki dan perempuan, akan tetapi
pernikahan merupakan suatu kontrak sosial dengan seluruh aneka ragam tugas dan
tanggung jawab sehingga memunculkan hak dan kewajiban antara suami dan istri.
Pernikahan merupakan ikatan suci antara laki-laki dan perempuan untuk
membangun rumah tangga dan mempunyai keluarga untuk saling membagi kasih
sayang, kecintaan dan kebahagiaan yang didasari oleh nilai-nilai Islam.9
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar-Rum : 21
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.10
7
Muhammad Jawad Mughniyah,Fiqih Lima., 309 8
Ibid 9
Nasrul Umam Syafi’i dan Ulfi Ulfiah,Ada Apa dengan Nikah Beda Agama?,(Depok PT. Agromedia Pustaka Bintaro Jaya Sektor IX, tt), iv
10
(13)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Jika melihat sejarah maka telah diketahui bahwa pernikahan telah
dilakukan sejak zaman Nabi Adam dengan Hawa. Mereka membangun keluarga
menjalani kehidupan dengan anak dan cucunya. Sistem pernikahan pada saat itu
masih sederhana karena populasi manusia masih sedikit. Dan belum terdapat
ketetapan dari Allah sehingga seorang kakakpun boleh menikahi adiknya.11
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, dan Allah telah menurunkan
petunjuk melalui rasul-rasul-Nya. Mengenai pernikahan ini Allah telah
memberikan tuntunan atau ketetapan hukumyang mengatur soal pernikahan, mulai
dari syarat, rukun dan sebagainya.
Dalam undang No.1 tahun 1974 tentang pernikahan pasal 1 ayat 2 “
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga, yang berbahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
yang Maha Esa.” Pencantuman berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa adalah karena Negara Indonesia berdasarkan asas pancasila dan karena perkawinan
mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan agama yang bertujuan
kepada kebahagiaan yang kekal.12
Tujuan dari pernikahan dalam Islam, sangatlah beragam antara lain
sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tuntunan naluri manusia, karena pernikahan
merupakan fitrah manusia dan Allah tidak men
11
Nasrul Umam Syafi’i dan Ulfi Ulfiah,Ada Apa.,19
12
Amir Syarifuddin,Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan Undang-undang Perkawinan,(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009), Cet 3, 21
(14)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
2. Untuk membentengi akhlak yang luhur, serta sebagai sarana
mendekatkan diri kepada Allah.
3. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami dan nantinya
mendapatkan keturunan yang Sholih.13
Islam juga mengatur dan mengarahkan kepada laki-laki maupun
perempuan untuk menentukan pilihan pasangan hidupnya. Hal ini dilakukan agar
keduanya kelak ketika menjalankan kehidupan berkeluarga dapat hidup secara
damai, tentram, sejahtera, kekal, bahu-membahu dan saling tolong-menolong
sehingga terciptalah kehidupan keluarga yang harmonis sesuai dengan asas
pernikahan yakni selamanya (tidak temporal).14
Pernikahan dan agama memiliki hubungan yang erat tidak terpisahkan
sehingga semua agama mengatur masalah pernikahan dan pada dasarnya setiap
agama selalu menginginkan pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan
yang satu agama atau keyakinan. Hal ini dapat dipahami karena agama merupakan
dasar atau pondasi yang utama dan sangat penting dalam kehidupan berumah
tangga, dengan memiliki pondasi agama yang kuat maka diharapkan kehidupan
rumah tangga menjadi kuat tidak mudah roboh hanya dengan sedikit goncangan
atau permasalahan. Bila rumah tangga kuat Negara akan demikian perkataan
ulama sekaligus umaro Prof. Dr. H. A. Ali Mukti dan Dr. Ali Akbar.15
13
Baso Mufti Alwi,Perkawinan dalam Islam,(Manado: Stain Manado Press, 2014), 19-20
14
Dedi Junaedi,Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Qur’an dan Sunah,(Jakarta: Akademi Pressindo, 2000), cet. 1, 46.
15
Bisma Siregar,Aspek Hukum Perlindungan Hak-hak Anak: Suatu Tinjauan dalam Hukum dan Hak-hak Anak,(Jakarta: Rajawali, 1986), cet 1, 9
(15)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Indonesia merupakan Negara yang memiliki wilayah yang luas, dimulai
dari sabang sampai merauke terdiri dari ribuan pulau sehingga menyebabkan
suatu masyarakat atau kelompok yang berbeda antara kelompok satu dengan
kelompok lainnya, baik dari segi etnis, budaya, bahasa dan agama. Oleh karena itu
masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk. Dan dengan kodratnya
sebagai mahluk sosial yaitu manusia membutuhkan bantuan orang lain maka
kontak antar suku, etnis, maupun agama tidak bisa dihindari. Terlebih lagi pada
abad kejayaan teknologi seperti saat ini, pergaulan manusia tidak dapat dibatasi
lagi hanya dalam satu lingkungan saja. Manusia telah dapat menembus dinding
batas golongan suku, etnis, dan agama. Seseorang tidak perlu tinggal disuatu
daerah hanya untuk mengenali budaya atau kontak dengan masyarakat asli daerah
tersebut.
Dalam kondisi masyarakat seperti sekarang itulah yang menjadi dasar
terjadinya menikah beda agama. Pernikahan beda agama merupakan persoalan
klasik yang tetap menjadi isu aktual dalam wacana hukum Islam (khususnya di
Indonesia).16 Sebagai contoh Jeremy Thomas yang beragama Kristen menikahi
Ina Indayanti yang beragama Islam dan pernikahan Irfan Bachdim yang beragama
Islam dengan Jennifer Kurniawan pada tahun 2011. Jauh sebelum pasangan beda
agama ini menikah, banyak pasangan beda agama yang melangsungkan
pernikahan.17
16
O. S. Eoh, Sh, Ms,Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 35
17
M. Karsayuda,Perkawinan Beda Agama Menakar Nilai-nilai Keadilan Kompilasi Hukum Islam,(Jogjakarta: Total Media Yogyakarta, 2006), 3
(16)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Nikah beda agama merupakan fakta sosial yang sebenarnya sudah ada
sejak zaman permulaan Islam muncul di Makkah dan Madinah. Sebagai contoh
Nabi Muhammad yang menikah dengan wanita non-muslim. Maka dari
pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pernikahan antar agama
terjadi bukan hanya karena modernitas bukan hanya terjadi dikawasan
kosmopolitan.
Keberadaan nikah beda agama sebagai salah satu bentuk pernikahan,
mengalami banyak hambatan. Negara sebagai intuisi resmi memberikan hambatan
yang cukup serius terhadap praktek nikah beda agama. Di dalam Undang-undang
perkawinan, Negara telah memberikan putusan bahwa pernikahan antar agama
dilarangan di Negara Indonesia. Sebagai konsekuensianya catatan sipilpun urung
untuk menerima dan mencatat pasangan yang menikah dengan latar belakang
agama yang berbeda. Sehingga menimbulkan akibat pasangan nikah beda agama
mencari jalan alternatif. Misalnya pergi keluar negeri untuk melaksanakan
pernikahan beda agama.18
Menurut Prof Wahyono Darmabrata, selain menikah diluar negeri
pasangan beda agama juga menempuh berbagai macam cara agar mereka dapat
menikah dan pernikahan mereka sah yaitu dengan cara perkawinan itu dilakukan
oleh masing-masing agama. Misalnya pria beragama Islam menikah dengan
wanita yang beragama Kristen, ditempat kediaman pria yang beragama Islam
18
(17)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
maka melakukan prosesi pernikahan secara Islam dan mengucapkan syahadat, lalu
begitupun yang dilakukan ditempat acara si wanita yang beragama Kristen.19
Undang-undang perkawinan menyatakan bahwa pernikahan adalah sah
apabila di lakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu
(Pasal 2 ayat 1) sesuai dengan UUD 1945, oleh Prof. Dr. Hazairin, S.H, di
tegaskan bahwa bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk menikah dengan
melanggar hukum agama sendiri, begitu juga bagi orang Kristen dan bagi orang
Hindu atau Budha seperti yang di jumpai di Indonesia sekarang ini.20
Persoalan tentang nikah beda agama masih terdapat perbedaan pendapat
diakalangan ulama ada yang membolehkan ada pula yang melarangnya. Haram
hukumnya bagi seorang laki-laki muslim menikahi dengan wanita musyrik,
maupun sebaliknya. Sedangkan pernikahan antara laki-laki muslim dengan
perempuanahl al-Kitabmasih terjadi perdebatan dikalangan ulama.
Ulama madzhab sepakat bahwa laki-laki dan perempuan muslim tidak
boleh menikah dengan orang yang tidak mempunyai kitab suci. Orang-orang yang
masuk dalam kategori ini adalah para penyembah berhala, pemyembah matahari,
penyembah bintang, dan benda-benda lain yang mereka puja, dan setiap orang
zindik yang tidak percaya kepada Allah.21
Pada QS. Al-Maidah [5]: 5 terdapat kebolehan menikahi ahl al-Kitab
mengapa diperbolehkan menikahi ahl al-Kitab karena dalam ajarannya terdapat
unsur keesaan Tuhan. Menyakini tentang keesaan Tuhan dan yakin akan
19
Hilaman Hadi Kusuma,Hukum Perkawinan Indonesia,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978) cet.4, 17
20
Moh. Idris ramulyo,Hukum Perkawinan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 194. 21
(18)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
keberadaannya. Tetapi dalam hal menikah dengan ahl al-Kitab secara pribadi
Sayyid Quthb}berpendapat dalam kitabnya tidak setuju dengan alasan hadis Imam
Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a dia berkata yang artinya: “saya tidak
melihat kemusyrikan yang lebih besar dari pada wanita yang mengatakan bahwa
Tuhannya adalah Isa”.22
Sayyid Quthb} juga berpendapat bila dilihat dari konteks sekarang pernikahan beda agama ini membawa malapetaka dalam rumah tangga. Satu hal
yang tidak dapat dipungkiri bahwa istri yang beragama Yahudi dan Nasrani akan
turut serta mewarnai kehidupan rumah tangga terutama dalam acara mendidik
anak-anaknya, perlu disadari pula bahwa cara mendidik istri non muslim akan
menjauhkan anak-anaknya dari Islam.23
Disadari atau tidak pernikahan beda agama merupakan salah satu problem
sosial kemasyarakatan yang klasik dan tetap menjadi perbincangan teraktual
dengan grafik kuantitasnya semakin meningkat yang terjadi di masyarakat.
Berangkat dari problema tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih
jauh masalah pernikahan beda agama menurut pandangan Sayyid Quthb} yang
merupakan mufassir kotemporer. Dan dalam kitabnya menggunakan metode adabi
Ijtimai yang menurut penulis sesuai dengan persoalan ini.
Dalam pembahasan ini penulis akan menyajikan ayat-ayat yang berkaitan
tentang nikah beda agama. Yaitu QS. Al-Baqarah:221, QS. Al-Maidah: 5 dan QS.
Mumtahanah: 10.
22
Sayyid Quthb},Fi>Z{i<lailil al-Qur’a<n,Jakarta (Robbani Press: cetakan 1, 2000), 286 23
(19)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
B. Batasan Masalah
Melihat latar belakang yang telah dipaparkan diatas mengenai pernikahan
beda agama akan begitu luas cangkupannya oleh karena itu penulis hanya akan
mengambil penjelasan tentang apa saja ayat-ayat tentang pernikahan beda agama
menurut Sayyid Quthb{ dalam tafsir Fi< Z}i<lalil al-Qur’a<n. Pernikahan beda agama
dalam skripsi ini dibatasi yaitu pernikahan antara orang muslim dan non-muslim,
sedangakn yang dimaksud non-muslim disini adalah kafir, musyrik dan ahl
al-Kitab. Membatasi permasalahan yang akan diteliti yakni bagaimana penafsiran
Sayyid Quthb{ dalam menafsirkan ayat-ayat nikah beda agama, kemudian
bagaimana kontekstualisasi pernikahan beda agama di Indonesia sehingga
memperoleh manfaat dari penelitian ini.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat disimpulkan beberapan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaiamana penafsiran Sayyid Quthb{ mengenai ayat-ayat nikah beda
agama dalam kitabtafsir Fi< Z}i<lalil al-Qur’a<n?
2. Bagaimana kontekstualisasi nikah beda agama?
D. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas
maka, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk memaparkan penafsiran Sayyid Quthb{ tentang ayat-ayat nikah
(20)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
2. Untuk mendeskripsikan kontekstualisasi nikah beda agama yang terjadi
dewasa ini.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih keilmuan dalam
bidang tafsir. Adapun penggunaan penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis
untuk perkembangan ilmu al-Qur’a>n dan tafsir serta untuk menambah
khazanah ke ilmuan dikalangan akademisi.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan kajian ilmiah di Fakultas Ushuluddin, khususnya
prodi ilmu al-Qur’a>n dan tafsir, umunya bagi siapa saja yang ingin
mendalami ilmu al-Qur’a>n dan tafsir.
F. Kajian Pustaka
Sepanjang pengetahuan penulis belum ada penelitian yang mengkaji
mengenai Pernikahan Beda Agama menurut Sayyid Quthb{, terdapat beberapa
penelitan tentang nikah beda agama diantaranya sebagai berikut:
1.
Skripsi, “Pernikahan Pasangan Beda Agama”, oleh Intan Pratiwi, FakultasPsikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2014. Skripsi ini
menjelaskan tentang bagaimana lika-liku pernikahan beda agama itu, serta
bagaimana perilaku mereka yang melakukan pernikahan beda agama.
Karena menurut ilmu psikologi orang yang menikah beda gama lebih rentan
(21)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
2. Skripsi, “Pernikahan Beda Agama Menurut Islam Dan Katolik”, oleh Abdi
Pujiasih, Jurusan perbandingan agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008. Skripsi ini
menjelaskan bagaimana pandangan kedua agama ini mengenai pernikahan
lintas agama yang mana masalah ini sering terjadi. Dimana kedua agama
tersebut merupakan agama dominan di Indonesia.
3. Skripsi, “Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-Undang Perkawinan
Serta Akibat Hukumnya Terhadap Anak yang Dilahirkan Terkait Masalah
Kewarisan”, oleh Siti Fina Rosiana Nur, Fakultas Hukum Program Studi
Ilmu Hukum Ekstesi Universitas Indonesia 2012. Skripsi ini berhubungan
bagaimana pembagian hak waris terhadap anak yang mempunyai orang tua
memiliki keyakinan berbeda. Karena pada kenyataanya setiap agama
mempunyai takaran tertentu dalam merumuskan masalah waris.
4. Skripsi, “Studi Atas Penafsiran Al-Qurtuby Terhadap Ayat-ayat tentang
Nikah Beda Agama, Dalam Kitab Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an”, oleh
Ruslan, Jurusan Tafsir Hadis Fakultaas Ushuluddin Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. Menjelaskan tentang penafsiran
Al-Qurtby yang notabennya menganut madzhab maliki. Bagaimana
madzhab maliki tersebut memandang tentang pernikahan beda agama.
Dari beberapa Telaah Pustaka diatas yang membedakan penelitian ini
dengan yang sebelumnya, bahwa penelitian sebelumnya menggunakan
(22)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
antar agama. Sedangkan penulis membahas tentang nikah beda agama menurut
Sayyid Quthb telaah ayat-ayat tentang nikah beda agama.
G. Metode Penelitian
Metode merupakan upaya agar kegiatan penelitian dapat dilakukan secara
optimal.24 Berikut penulis paparkan metode penelitian yang penulis gunakan
dalam penelitian ini:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research),
yaitu penelitian dengan mengkaji dan menelaah sumber-sumber tertulis
seperti buku atau kitab yang berkenaan dengan topic pembahasan sehingga
dapat diperoleh data-data yang jelas.
2. Teknik pengumpulan data
Mengingat penelitian ini adalahlibrary research yaitu dengan mencari
data-data mengenai hal-hal ataupun variabel berupa catatan, transkip, buku
dan lain sebagainya.25Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Mencari penafsiran Sayyid Quthb{ mengenai ayat-ayat nikah beda
agama.
b. Menemukan kontekstialisasi nikah beda agama yang terjadi di
Indonesia.
24
Winarto Surahmad,Pengantar Metodologi Ilmiah Dasar Metode dan Teknik(Bandung: Warsito, 1990), 30
25
Johnthan Sarwono,metode Peneletian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 259
(23)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
3. Teknik analisis data
Untuk sampai pada prosedur akhir penelitian, penulis menggunakan
metode analisa data untuk menjawab persoalan yang akan muncul dalam
penelitian ini, dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak
sebagaimana adanya dengan menuturkan atau menafsirkan data yang
berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat
penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya.26
4. Sumber data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi
menjadi dua:
a. Data primer
Data primer diambil dari kitabFi< Z}i<lailil al-Qur’a<nkarya Sayyid Quthb{ b. Data sekunder
Diambil dari beberapa kitab tafsir seperti tafsir al-Misbah karya M.
Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an al-Az{im Karya Ibnu Kathir, fikih
perempuan, jurnal-jurnal ilmiah mengenai pembahasan ayat-ayat nikah
beda agama dan buku-buku lain yang terkait dengan pembahasan
tersebut.
26
Lexy J. Moleing, Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 3
(24)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
H. Sistematika Pembahasan
Pentingnya struktur yang terperinci dalam penelitian ini, maka peneliti
akan menyajikan sistematika penulisan karya ini dengan sistematika yang jelas,
Adapun sistematikanya disusun sebagai berikut:
Bab I tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Penegasan Judul,
Outline, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II, penulis akan mendiskripsikan tentang pengertian pernikahan beda
agama, Bagaimana hukum Islam menghadapi problematika Nikah Beda Agama
dan Pernikahan Beda Agama menurut Undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Bab III, berisikan tentang biografi Sayyid Quthb}, mengupas metode dan
corak yang digunakan dalam kitab tafsirnyaFi< Z}i<lailil al-Qur’a<n
Dalam Bab IV, Penulis akan mendiskripsikanan menganalisa penafsiran Sayyid Qut}b mengenai ayat-yat nikah beda agama dalamsurah Al-Baqarah ayat 221, Surah al-Maidah ayat 5 dan Surat al-Muntahanah ayat 10.
Bab V, adalah penutup, penulis akan menguraikan kesimpulan dan
(25)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
BAB II
TINJAUAN UMUM NIKAH BEDA AGAMA
A. Pengertian Nikah Beda AgamaPernikahan beda agama atau bisa disebut juga pernikahan antar agama
adalah pernikahan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang
masing-masing berbeda agama. Pernikahan antara laki-laki atau perempuan muslim
dengan laki-laki atau perempuam non muslim. Permikahan antar agama ini
kadangkala disebut “pernikahan campuran” (mix marriage).1
Sedangkan menurut para ahli menurut Rusli, SH dan R. Tama, SH
menyatakan bahwa perkawinan antar agama merupakan ikatan lahir dan batin
antara seorang pria dan seorang wanita, yang karena berbeda agama,
menyebabkan tersangkutya dua peraturan yang berlainan mengenai syarat-syarat
dan tata cara pelaksanaan perkawinan sesuai dengan hukum agamanya
masing-masing, dengan tujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa. Pengertian lain datang dari I Ketut Mandra, SH dan I
ketut Artadi SH yang menyatakan bahwa perkawinan antar agama adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita yang masing-masing
berbeda agamanya dan mempertahankan perbedaan agamanya itu sebagai suami
istri dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Sedangkan menurut Abdurrahman,
menyatakan bahwa perkawian antara agama yaitu suatu perkawinan yang
dilakukan oleh orang-orang yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda
1
Dewi Sukarti,Perkawinan Antar agma menurut Al-qur’a>n dan HadisVol. 15 (Jakarta: PBB UIN, 2003), 26
(26)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
satu dengan yang lainnya. Dari rumusan pengertian perkawinan antar agama oleh
para sarjana tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud adalah
perkawinan antara dua orang yang berbeda agama dan masing-masing tetap
mempertahankan agama yang dianutnya.2
Sedangkan penelitian ini berfokus pada pernikahan beda agama antara
orang Islam dan non-muslim. Lalu siapa saja non-muslim itu, non-muslim yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kafir, musyrik danahl al-Kitab
B. Term-term Non-Muslim 1. Kafir
Kafir berasal dari kata kufr, dan pelakunya disebut kafir, yang
mempunyai arti menutupi atau menyembunyikan, sehingga tidak kelihatan
lagi. Prof. Dr. Hamka menjelaskan kufr yaitu bahwa di dalam hati seseorang
masih mempunyai tempat untuk menerima kebenaran, namun ruangan yang
seharusnya bisa terbuka dengan baik itu ditutupinya.3
Secara terminologi kufur memiliki makna bermacam-macam,
diantara lain bermakna menutupi, menghapus, dalam al-Qur’a>n kata kerja
lampau kata kufur dinisbatkan kepada komunitas kafir Makkah dan apabila
dihubungkan dengan literature pra-Islam, istilah kufur lebih mengarah kepada
konotasi tidak bersyukur. Sehingga kata kafir menurut asalnya lawan dari kata
syakir, yakni orang yang berterima kasih. Seorang kafir berarti seorang yang
mengingkari terhadap karunia Tuhan. Sikap tidak bersyukur yang berkaitan
dengan rahmat dan kebaikan tuhan dijelaskan dengan ungkapan mendustakan
2
O.S, Eoh, Sh, MS, Perkawinan Antar Agama, 36 3
(27)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Tuhan. Yang perlu diketahui setelah lahirnya Islam pengertian kufur semakin
berkembang namun dalam konteks keagamaan Islam pengertian kufur ini
adalah lawan dari Iman, berarti menolak atau menutupi kebenaran dari Allah
yang disampaikan oleh Rasulnya.4
Dan berikut ini beberapa term kufryang terdapat dalam Al-Qur’a>n,
di antaranya:
1. Kafir (kufr) ingkar, yakni seseorang yang mengingkari Allah dengan hati
dan lidahnya sebagai berikut:
a. Kekafiran dalam arti pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan.5Hal ini
digambarkan dalam Al-Qur’a>n Surat Hud: 60
..….
Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Rabb mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Huud itu.6b. Mengingkari Keesaan Allah, sebagaimana dijelaskan dalm surat
Al-Maidah: 737
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang kelak berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.8
4
Harifudin Cawidu,Konsep kufr dalam al-qur’a>n, Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Tafsir Tematik,(Jakarta: Bulan Bintang, 1991) cet.1, 33
5
Ibid.,105-107 6
Al-Qur’a>n, Surat Hud [11]: 60 7
Harifudin Cawidu,Konsep kufr,121 8
(28)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
c. Mengingkari kitab Allah (Al-Qur’a>n) seperti tercantum dalam surat
Al-Fushshilat: 41
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’a>n ketika Al-Qur’a>n itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al-Qur’a>n itu adalah kitab yang mulia.
9
2. Kafir (kufr) juhud, mengakui dengan hati adanya Tuhan dan ajaran yang
Rasul bawa, tetapi mengikrarkan imannya dengan lidah10Al-Baqarah: 89
Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka
ketahui, lalu mereka ingkar kepadanya.11
3. Kafir (kufr) nifaq, artinya seseorang yang bersikap ambivalen, yaitu pada
lahirnya ia beriman kepada Allah (mukmin) tapi di dalam hati ia kafir
(ingkar). Orang semacam ini diancam oleh Allah dengan azab yang paling
pedih dengan menempatkannya di dasar neraka yang paling bawah.12(QS.
Al-Maidah: 41)
.
Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman;...139
Al-Qur’a>n, surat Al- Fushshilat [41]: 41 10
Harifudin Cawidu,Konsep Kufr,121 11
Al-Qur’a>n, surat Al-Baqarah [2]: 89 12
Harifudin Cawidu,Konsep Kufr,124 13
(29)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
4. Kafir (kufr) al-Irtida, istilah irtidad atau riddat yang berakar dari kata
radd, secara etimologi berarti kembali. Dari segi terminologi dapat
diartikan kembali kepada kekafiran sebelumnya atau tidak.14
َﺮ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya , maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus.(QS.4:137).15
Seperti yang telah diuraikan istilah kafir, maka term ini juga
menimbulkan pemaknaan yang beragam, sebab term ini mencakup makna
yang luas, yang di dalamnya terdapat term spesies yang arti dan maknanya
berbeda antara yang satu dari yang lainnya. Umumnya ulama mengartikan
kafir dengan pengingkaran terhadap Allah, para Rasul beserta semua ajaran
yang mereka bawa, dan hari akhirat.16 Al-Qur’a>n sendiri menggunakan
term kafir untuk beragam kelompok, yakni kepada orang-orang kafir
sebelum keRasulan Muhammad, kepada orang-orang kafir Mekah yang
mengingkari Allah dan melecehkan Nabi, kepada orang-orang yang ingkar
terhadap nikmat Allah, kepada orang-orang yang mencari pertolongan dan
perlindungan kepada selain Allah, kepada orang-orang yang tidak mau
mengambil i’tibar dan cinta dunia dan kepada orang-orang yang munafik dan murtad.
14
Harifudin Cawidu,Konsep Kufr,150 15
Al-Qur’a>n, surat An-nisaa’ [4]: 137 16
M. Quraish Shihab (Ed.),Ensiklopedi alquran: Kajian Kosakata dan Tafsirnya, (Jakarta: Bimantara, 1997), 189.
(30)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
2. Musyrik
Term musyrik adalah isim fa’il dari asyraka, yusriku, isyarakan,
yang mengandung pengertian menjadikan seseorang atau sekutu.17 Musyrik
merupakan sebutan orang yang melakukan perbuatan syirik. Syirik adalah
menjadikan sekutu bagi Allah dalam rububiyah, uluhiyah, asma’dan sifat-Nya, atau pada salah satu diantaranya. Apabila ada yang menyakini bahwa Allah itu
ada yang menciptakan maka dia musyrik. Dan barang siapa yang meyakini
bahwa Allah itu serupa pada asma’ dan sifat-Nya maka dia seorang musyrik.18 Para ulama membagi syirk kepada dua macam, yaitu syirik besar
dan syirik kecil. Syirik besar adalah mempersekutukan Tuhan dengan lainnya,
sedangkan syirik kecil adalah melakukan suatu perbuatan khususnya
amalan-amalan kegamaan bukan atas dasar ikhlas melainkan bertujuan untuk pamer .
semata.19
Yusuf Qardhawi menjelaskan dalam bukunya yang berjudul halal
dan haram tentang siapa wanita musyrik itu. Menurut Yusuf Qardhawi wanita
musyrik adalah perempuan yang menyembah berhala, seperti orang-orang
musyrik arab terdahulu.20
Senada dengan pendapat Yusuf Qardhawi Quraish Shihab
menjelaskan tentang makna musyrik tersebut. Musyrik merupakan sebutan
orang yang melakukan perbuatan syirk. Yang dimaksud dengansyirk adalah
17
M. Galib. M, Ahlal-Kitab Makna dan Cakupannya,(Jakarta: Paramadina, 1998), 69 18
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijry,Hakikat Syirik dan Macam-macamnyaterj. Team Indonesia (Maktabah Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007), 1
19
Harifudin Cawidu,Konsep kufr ,36 20
Yusuf Qardhawi,Halal dan Haram,terj. Tim Kuadaran, Surabaya (Penerbit Jabal, 2007), 190
(31)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
mempersekutukan sesuatu dengan sesuatu. Dalam pandangan agama, seorang
musyrik adalah siapa yang percaya bahwa ada Tuhan bersama Allah atau siapa
yang melakukan aktivitas yang bertujuan utama ganda, pertama kepada Allah
Swt dan kedua kepada selain-Nya. Dengan demikian semua orang yang
mempersekutukan Allah Swt dari sudut pandang ini adalah musyrik.
Orang-orang Kristen yang percaya tentang Trinitas, kalau mengikuti pandangan di
atas adalah dikategorikan musyrik.21
Menurut Ibnu Kathir yang dimaksud dengan wanita musyrik Ini
adalah para penyembah berhala, haram bagi kaum muslimin untuk menikahi
wanita-wanita musyrik. Jika yang dimaksudkan adalah kaum wanita musyrik
secara umum yang mencakup semua wanita, baik dari kalangan ahl al-kitab
maupun penyembah berhala,22 maka Allah Ta’ala telah mengkhususkan
wanita ahl al-kitab dalam QS. al-Maidah: 5. Perlu difahami pula mengapa
menikah dengan wanita musyrik dilarang, bila dilihat dari konteks sejarah
Nabi Muhammad, sebagaimana sejarah nabi-nabi lain yang mempunyai
sejarah melelahkan dalam menegakkan monotheisme. Tidak hanya ajakan
Nabi Muhammad pada monotheisme ditolak namun beliau bersama umat
Islam awal terus-menerus dimusuhi hingga terpaksa hijrah ke Madinah.23
21
M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah, Vol. I (Jakarta: Lentera Hati 2002), 577 22
Ibn Katsir,Tafsir al-Qur’a<n al-A <>z{i<m,terj. M. Abdul Ghoffar dkk, (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i 2004), 427
23
(32)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
3. Ahl al-Kitab
Ahl al-Kitab (pemilik kitab) atau al-ladhina utulkitab (orang-orang
yang diberikan kitab), mempunyai kedudukan tersendiri dalam al-Qur’a>n.
al-Qur’a>n banyak menjelaskan tentang mereka, tentang sifat-sifat dan perilaku mereka, serta menyoroti sifat mereka terhadap Nabi Muhammad, Islam dan
umat Islam pada umumnya. Dalam al-Qur’a>n term ahl al-Kitab seringkali
ditunjukkan kepada Yahudi dan Nasrani.24
Ahl al-Kitab adalah sebutan untuk penganut agama Yahudi dan
Nasrani Karena pada masa itu Nabi Muhammad hanya berinteraksi terhadap
kedua agama tersebut. Dua komunitas tersebut secara jelas diketahui
mempunyai persambungan aqidah dengan kaum muslimin. Bahkan Allah
sendiri menegaskan bahwa Bahkan Allah sendiri menegaskan bahwa
al-Qur’a>n datang untuk memberikan pembenaran terhadap sebagian ajaran Taurat (kitab suci agama Yahudi) dan Injil (kitab suci agama Nasrani) serta
mengoreksi sebagian lainnya.25
Dan ini (Al-Qur'a>n) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur'a>n) dan mereka selalu memelihara shalatnya.(QS.6:92)26
24
Umi Sumbulah,Islam dan ahlul Kitab Prespektif Hadis,(Malang: UIN Maliki Press, 2012), 33
25
M. Galib. M, Ahlal-Kitab,3 26
(33)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Al-Qur'a>n juga menginformasikan bahwa Nabi Isa mengajak agama
Yahudi untuk mengikuti ajaran yang dibawanya, seperti tercantum dalam QS.
Ash-Shaff [61]: 6
Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".(QS.61:6)27
Dari penggalan ayat tersebut mempertegas bahwa penganut agama
Yahudi dan Nasrani mempunyai persambungan aqidah dan sumber ajaran
yang sama dengan umat Islam. Karena itu nabi Musa yang membawa agama
Yahudi dan nabi Isa yang membawa agama Nasrani, juga diakui oleh umat
Islam sebagai nabi dan Rasul Allah.28
Dalam Q.S. Al-Maidah ayat [5]: 5 menjelaskan tentang kebolehan
laki-laki muslim menikah dengan wanita ahl al-Kitab. Lalu siapa wanita ahl
al-Kitab itu, pengertian ahl al-Kitab disini mengacu pada dua agama besar
sebelum Islam yaitu Yahudi dan Nasrani. Sedangkan yang dikutip dari Ahmad
Monib menurut Rasyid Ridha yang dimaksud ahl al-Kitab pada ayat ini
adalah Majusi, Sabian, Hindu, Buddha, Konghucu, dan Shinto. Mengapa
27
Al-Qur'a>n, Surat Ash-Shaff [61] :6 28
(34)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
demikian karena agama-agama mereka mengandung ajaran monoteisme
(tauhid) sampai sekarang.29
Namun ada pula yang mengatakan bahwa agama Budha dan Hindu
bukan termasuk ahl al-Kitab.Karena dalam pemahaman klasik agama Hindu,
Budha, Sintho diklasifikasikan sebagai agama budaya atau agama
ardhi>(ciptaan manusia). Tetapi mereka para penganut agama Budha, Hindu
pun menganggap dirinya sebagai agama samawi dan mendapat wahyu,
sehingga mereka mempunyai kitab suci sesua pedoman hidup mereka.30
Sedangkan menurut Wahbah al-Zuhaili yang dikutip dari ahmad
monib pernikahan dengan ahl al-Kitab itu boleh karena adanya persamaan
antara prinsip antara dua agama (Yahudi dan Nasrani). tentang pengakuannya
terhadap Tuhan, dan percaya kepada Nabi serta Hari akhir.31
Tetapi dalam hal menikahi ahl-Kitab secara pribadi Sayyid Quthb}
berpendapat dalam kitabnya tidak setuju dengan alasan hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori yang artinya “saya tidak melihat
kemusyrikan yang lebih besar dari pada wanita yang mengatakan bahwa
Tuhannya adalah Isa”.32
C. Nikah Beda Agama dalam Hukum Indonesia
Hukum adalah aturan-aturan normatif yang mengatur pola perilaku
manusia. Hukum tidak tumbuh dalam ruang kosong, melainkan tumbuh dari
29
Mohammad monib, Ahmad Nurcholis,Kado Cinta Pasangan Nikah Beda Agama, (Gramedia Pustaka Utama 2008), 101-102
30
Umi Sumbulah, Islam dan,. 32 31
Mohammad monib, Ahmad Nurcholis,Kado Cinta, 100 32
(35)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
kesadaran masyarakat yang membutuhkan adanya aturan-ataruan bersama. Karena
itu hukum selalu mengadopsi nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dari
masyarakat, termasuk nilai adat, tradisi dan agama.33
Menurut Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974: Perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuahanan Yang Maha Esa. Ikatan lahir bermakna bahwa perkawinan adalah
ikatan yang dapat dilihat, artinya: adanya suatu hubungan hukum antara seorang
pria dengan seorang wanita untuk saling hidup bersama, sebagai suami isteri.
Sedangkan “Ikatan batin” dapat dimaknai suatu ikatan yang tidak dapat dilihat, namun harus ada karena tanpa adanya ikatan batin dalam perkawinan maka ikatan
lahir akan rapuh.34
Perkawinan di Indonesia diatur melalui Undang-undang No.1 Tahun
1974. UU ini terdiri dari 14 bab dan 67 pasal, dan untuk implementasinya
dilengkapi peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaan
yang dilaksanakan secara efektif sejak tanggal 1 Oktober 1975. Ada sejumlah UU
No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang dijadikan rujukan soal perkawinan
beda agama. Pasal 1 UU No. 1 tahun 1974: perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang
Maha Esa. Ikatan lahir bermakna bahwa perkawinan adalah ikatan yang dapat
dilihat. Sedangkan ikatan batin dapat dimaknai suatu ikatan yang tidak dapat
33
Mohammad monib, Ahmad Nurcholis,Kado Cinta, 100 34
(36)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
dilihat namun harus ada karena tanpa adanya ikatan batin dalam perkawinan maka
ikatan lahir akan rapuh.35
Dalam Pasal ini menegasan bahwa perkawinan, baru dapat
dikategorikan sebagai perbuatan hukum yang sah apabila dilakukan menurut
ketentuan agama dan kepercayaan masing-masing, sebagaimana dalam penjelasan
Pasal 2 UUP bahwa tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agama
dan kepercayan itu. Hal ini sesuai dengan Pasal 29 UUD 1945: (1) Negara
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.36
1. Hukum Perkawinan Beda Agama dalam UUP
Perkawinan Beda Agama menurut pemahaman para ahli dan
praktisi hukum dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 secara garis besar
dapat dijumpai tiga pandangan:
Pertama, perkawinan beda agama tidak dapat dibenarkan dan
merupakan pelanggaran terhadap UUP Pasal 2 ayat (1) Perkawinan adalah
sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu, dan Pasal 8 huruf (f) bahwa perkawinan dilarang antara
dua orang yang mempunyai hubungan, yang oleh agamanya atau peraturan
lain yan berlaku, dilarang kawin. Maka dengan pasal ini, perkawinan beda
agama dianggap tidak sah dan batal demi hukum.
35
Saleh, K. Watjik,Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghalia, 1992).14-15 36
(37)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Kedua, perkawinan beda agama adalah diperbolehkan, sah dan
dapat dilangsunkan karena telah tercakup dalam perkawinan campuran,
sebagaiman termaktub dalam Pasal 57 UUP, yaitu dua orang yang di
Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan. Menurut pandangan kedua
ini, pasal tersebut tidak saja mengatur perkawinan antara dua orang yang
memiliki kewarganegaran yang berbeda, akan tetapi juga mengatur
perkawinan antara dua orang yang berbeda agama. Menurutnya,
pelaksanaannya dilakukan menurut tata cara yang diatur oleh Pasal 6
PPC: (1) Perkawinan campur dilangsungkan menurut hukum yang
berlaku untuk suami, kecuali izin dari kedua belah pihak bakal
mempelai, yang seharusnya ada, dengan merujuk pada Pasal 66 UUP.
Ketiga, UUP tidak mengatur masalah perkawinan antar agama.
Oleh karena itu, apabila merujuk Pasal 66 UUP yang menekankan
bahwa peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang perkawinan, sejauh
telah diatur dalam unadang-undang ini, maka dinyatakan tidak berlaku lagi.
Namun karena UUP belum mengaturnya, maka peraturan peraturan lama
dapat diberlakukan kembali, sehingga masalah perkawinan beda agama
harus berpedoman kepada peraturan pekawinan campur (PPC).37
Di samping ketiga pendapat tersebut, ada kelompok yang
berpandangan bahwa UUP perlu disempurnakan, mengingat adanya
kekosongan hukum tentang perkawinan beda agama. Argumentasi yang
dibangun kelompok tersebut didasarkan pada empat hal, yaitu: 1) UUP tidak
37
Abdul Halim Berkatullah dan Teguh Prasetyo,Hukum Islam Menjawab Tantangan Zaman yang Terus Berkembang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 147 -148
(38)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
mengatur perkawinan beda agama, 2) masyarakat Indonesia adalah
masyarakat plural, sehingga perkawinan beda agama tidak dapat dihindarkan;
3) persoalan agama adalah bagian dari hak asasi seseorang, dan 4)
kekosongan hukum dalam bidang perkawinan tidak dapat dibiarkan begitu
saja, sebab akan mendorong terjadinya perzinahan terselubung melalui pintu
kumpul kebo.
Di sisi lain, mayoritas masyarakat Muslim di Indonesia
berpandangan bahwa UUP tidak perlu disempurnakan dengan mencantumkan
hukum perkawinan beda agama dalam undang-undang tersebut, sebab
menurut mereka, Undang-undang No. 1 Tahun 1974 telah mengatur hukum
perkawinan beda agama secara jelas dan tegas. Ungkapan ini ada benarnya,
karena umat Islam sebagai penduduk mayoritas di Indonesia merasa
diuntungkan oleh Pasal 2 ayat (1) UUP tersebut, karena dengan pasal
tersebut tertutuplah kemungkinan untuk melakukan perkawinan secara
“sekuler”, dan tertutup pula kemungkinan seorang wanita muslimah untuk
menikah dengan laki-laki non muslim, demikian halnya perkawinan
seorang laki-laki muslim dengan perempuan musyrik, karena pernikahan
tersebut dilarang (dianggap tidak sah) menurut hukum Islam.
Sebenarnya, dengan adanya larangan untuk melangsungkan pernikahan
beda agama tersebut, merupakan masalah penting bagi umat Islam karena
peraturan perkawinan peninggalan Belanda (PPC) mengizinkan penduduk
Indonesia untuk melakuan perkawinan beda agama.38
38
(39)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
2. Pernikahan Beda Agama menurut KHI (Kompilasi Hukum Islam)
Kompilasi hukum Islam (KHI) disusun berdasarkan keputusan
bersama Ketua Mahkama Agung dan Mentri Agama pada tanggal 21 maret
1985. Penyusunan KHI sendiri berlangsung kurang lebih enam tahun
(1985-1991), dan pada tanggal 10 Juni 1991 berdasarkan intruksi presiden (Inpres)
No.1 Tahun 1991, KHI dikukuhkan sebagai pedoman resmi bagi para hakim
di lingkungan Peradilan Agama di seluruh Indonesia.
KHI merupakan respon pemerintah terhadap timbulnya berbagai
keresahan di masyarakat akibat beragamnya keputusan Pengadilan Agama
untuk satu kasus yang sama. Keberagaman itu merupakan konsekuensi logis
dari beragamnya sumber pengambilan hukum berupa kitab fiqih yang dipakai
para hakim untuk menyelesaikan suatu masalah. Karena itulah muncul suatu
gagasan tentang perlunya suatu hukum yang dirumuskan secara sistematis
sebagai landasan dan rujukan bagi para hakim agama sekaligus langkah awal
untuk mewujudkan kodifikasi hukum nasional.39
Adapun perkawinan beda agama dalam Kompilasi Hukum Islam
secara ekspilisit dapat dilihat dari ketentuan empat pasal.
1. Pada pasal 40 KHI, dinyatakan: Dilarang melangsungkan perkawinan
antara seorang pria dengan seorang wanita karena keadaan tertentu:
• Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan
dengan pria lain.
• Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain.
39
(40)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
• Seorang wanita yang tidak beragama Islam.40
2. Pasal 44 KHI;
”Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam.”41
Perbedaan agama dalam KHI dipandang sebagai penghalang bagi
laki-laki dan perempuan yang hendak melangsungkan suatu pernikahan.
Yang artinya bahwa orang Islam laki-laki maupun perempuan tidak
diperbolehkan untuk menikah dengan laki-laki atau perempuan
non-muslim.42
40
Departemen Agama RI,Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,(Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 1992/1993),.32 41
Ibid.,33 42
(41)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
BAB III
GAMBARAN UMUM TAFSIR
FI} Z}I>LALIL QUR’A>NKARYA SAYYID QUTHB
}A. Biografi Sayyid Quthb}
Nama lengkapnya adalah Sayyid Quth ✁ Ibrahim Husain Shadhili. Beliau
lahir di perkampungan Musha dekat kota Asyut Mesir, pada tanggal 9 Oktober
1906 M dan meninggal pada tanggal 29 Agustus 1996. Sayyid Quth ✁ merupakan
anak tertua dari lima bersaudara dua laki-laki dan tiga perempuan. Ayah Quth ✁
adalah seorang anggota Partai Nasionalis Mustafa Kamil dan mengelola majalah
al-Liwa.Ayahnya bernama al-Hajj Quth ✁ bin Ibrahim, seorang petani terhormat
yang relatif berada dan menjadi anggota partai nasionalis. Kemudian ayahnya
dipanggil kehadirat Yang Maha Kuasa, ketika ia masih kuliah, tidak lama
kemudian ibunya menyusul kepergian suaminya pada tahun 1941. Wafatnya
kedua orang yang dicintainya ini membuatnya merasa sangat kesepian. Tetapi
disisi lain, keadaan itu justru memberikan pengaruh positif dalam karya tulis dan
pemikirannya1
1. Latar Belakang Pendidikan dan Keluarganya
Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga yang menitik beratkan
pada ajaran Islam dan mencintai Al-Qur’✂✄n. Ia diberi gelar hafizd sebelum berumur 10 Tahun. Menyadari bakat seorang anaknya, orang tua
Sayyid Quth ✁ memindahkan keluarganya ke Halwan, daerah pinggiran
Kairo.Ia memperoleh kesempatan masuk Tajhizah Dar al-Ulum. Pada tahun
1
(42)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
1929 ia kuliah di Dar al-Ulum (Universitas Kairo), sebuah universitas
yang terkemuka di dalam pengkajian Ilmu Islam dan sastra Arab dan juga
tempat al-Imam Hasan al-Banna belajar sebelumnya. Ia mendapat sebuah
gelar sarjana muda di bidang pendidikan tahun 1933 dan diangkat sebagai
pemilik sekolah pada Dapertemen Pendidikan. Jabatan tersebut akhirnya
ditinggalkan karena beliau ingin menekuni bidang tulis menulis. Ia
sangat tertarik dengan kesastraan Inggris, banyak membaca dan
menterjemahkannya.2
Sejak lulus kuliah hingga tahun 1951, kehidupannya nampak
biasa saja, sedangkan karya tulisnya menampakkan nilai sastra yang begitu
tinggi dan bersih tidak bergelimang dalam kebejatan moral, seperti
kebanyakan sastrawan pada masa itu. Sehingga akhirnya tulisan-tulisannya
lebih condong kepada Islam.
Pada tahun yang sama, sewaktu bekerja sebagai pengawas sekolah
di Dapertemen Pendidikan dan ia mendapat tugas belajar ke Amerika
Serikat pada tahun 1939 untuk memperdalam ilmu pengetahuannya di
bidang pendidikan selama dua tahun. Ia membagi waktu studinya antara
Wilson’n Teachers College di Washington DC, Greely College di Colorado dan Stanford University di California. Ia juga banyak mengunjungi
kota-kota besar serta berkunjung di Inggris, Swiss dan Italia. Disana ia banyak
2
(43)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
menyaksikan ketidak adilan Amerika terhadap orang-orang Palestina dan
orang- orang Israel.3
Hasil study di Amerika Serikat itu meluaskan wawasan
pemikirannya mengenai problem-problem sosial kemasyarakatan yang
ditimbulkan oleh faham matreialisme yang gersang akan faham ke-Tuhanan,
ketika kembali ke Mesir ia semakin yakin bahwa Islamlah yang sanggup
menyelesaikan atau menyelamatkan manusia dari faham materialisme
sehuingga terlepas dari cengkeraman materi yang tidak pernah terpuaskan.4
Sayyid Quth☎✆ kemudian bergabung dengan gerakan Islam
Ikhwanul Muslimin dan menjadi salah satu tokohnya yang sangat
berpengaruh di samping Hasan al-Hudaibi (Ketua), Abdul Qadir Audah
(sekretaris), dan Sayyid Quth☎✆(Pemberi warna gagasan dan arah gerakan).
2. Karya-karya Sayyid Quthb}
Sayyid Quth☎✆telah banyak mengahasilkan sebuah karya, ia mulai
mengembangkan bakatnya menulis dengan membuat buku untuk anak-anak
yang meriwayatkan pengalaman (sejarah) Nabi Muhammad SAW dan
cerita-cerita lainnya dari sejarah Islam. Perhatiannya kemudian meluas
dengan menulis cerita-cerita pendek, sajak-sajak, kritik sastra, serta artikel
untuk majalah.
Dari berbagai informasi yang dapat di kumpulkan antara lain dari
kitab Fi> Z}i>lalil Qur’a>n dan informasi penerbit lainnya. Adapun karya-karya
Sayyid Quth☎✆dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
3
Ibid., 24 4
(44)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
a. Buku-buku sastra yang bersifat mengkritik meliputi:
1. Muhimmatu al-Sya’ir Fī al-Hayah(1932)
2. Al-Taṣwiru al-Fanni Fī Qur’ān(1945) 3. Masyahidu al-Qiyamah Fi Qur’an (1945)
b. Buku-buku cerita.
1. Thiflun Min al-Qaryah (1945)
2. Al-Madinah al-Mashurah.
3. Asywak (1947)
c. Yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran.
1. Al-qaṣ ash ad-diniy, ditulis bersama Abdul Hamid Jaudah
as-sahhar.
2. Al-Jadid Fī al-Lughah al-Arabiyah, bersama penulis lain.
3. Al-jadid Fi al-Mahfuzhat.
d. Kumpulan buku-buku agama.
1. Al-Adalah al-Ijtima iyah Fī al-Islam (1949)
2. As-Salam al-Alami Wal-Islam (1951)
3. Nahwa Mujtama in Islami (1952)
4. Fī Dzilālil Qur ān (1953-1964)
5. Hadz al-Din. 5dan masih banyak lagi karya Sayyid Quth✝✞
5
(1)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
didasarkan pada pertimbangan maslahat, terutama mencegah kemungkinan konversi agama melalui pernikahan.
Meski MUI mengeluarkan fatwa larangan Nikah Beda Agama pada kenyataannya umat Islam sendiri banyak yang tidak sependapat dengan fatwa tersebut. Karena secara hukum fatwa MUI tidak memiliki kekuatan yang mengikat. Artinya fatwa tersebut hanya himbauan semata. Bagi yang sependapat silahkan ikuti yang tidak sependapat boleh mengabaikan.
(2)
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penjelasan dan pemaparan yang telah diungkapkan pada bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:
1. Menurut Sayyid Quthb} nikah beda agama itu dilarang hukumnya. Baik antara laki-laki muslim dengan wanita musyrik, antara wanita muslimah dengan laki-laki non-muslim dan antara laki-laki muslim dengan wanitaahl al-Kitab.
2. Pernikahan beda agama itu dilarangan karena kemudhorotan yang timbul sangatlah besar. Seperti berbagai macam kasus nikah beda Agama yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu MUI (Majelis Ulama Indonesia) memfatwakan haram hukumnya nikah beda agama.
B. Saran
Hasil penelitian ini masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut yang tentunya lebih kritis, transformatif guna menambah khazanah islam dalam realita kehidupan dimasa yang akan mendatang dan tentunya bisa bermanfaat untuk kalangan masyarakat luas
(3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ansari, Ibnu Manzur Jamaluddin bin Muhammad. Lisan al-‘Arab. Vol. III Beirut: Dar al-Fikr, 1994.
Al-Khalidi, Shalah Abd Fatah. Pengantar Memahami Tafsir Fi> Z}i>lalil Qur’a>n, Surakarta: Era Intermedia, 2001.
Al-Qurtubi>.al-Ja>miLi Ahka>m al-Qur’a>n,Juz. 18. Jakarta: Pustaka Azam, 2009 Al-Thabari, Muhammad Ibnu jarir. Ja>mi’al-Baya>n ‘an ta’wil A>yi al-Qur’a>n.jilid
VI, Beirut: Darr al-Fikr
Alwi, Baso Mufti.Perkawinan dalam Islam,Manado: Stain Manado Press, 2014. Asfahani, Al-Ragib al. Mufradat al-Faz Al-Qur’a>n. Damaskus: Dar al-Qalam,
1992.
As-Sbuni, Ali.Rawai’ al-Bayan.Dimsyiq: Maktabah al-Ghazali, 1980.
As-Sya’rawi, Syaikh Mutawali. Fikih Perempuan ( Muslimah). terj. Yessi HM. Basyaruddin, Lc . Amzah, 2003-2009.
At Tuwaijry, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah. Hakikat Syirik dan Macam-macamnya terj. Team Indonesia Maktabah Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007.
Bahnasawi, K.Salim.Butir- butir Pemikirannya Sayyid Quthb Menuju Pembaruan Gerakan Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Berkatullah, Abdul Halim dan Teguh Prasetyo. Hukum Islam Menjawab Tantangan Zaman yang Terus Berkembang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Cawidu, Harifudin. Konsep kufr dalam al-qur’a>n, Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Tafsir Tematik.cet.1 Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Tafsirannya,Jil. 1. Jakarta: Widya Cahaya, 2011.
………..,Al-Qur’an dan Tafsirannya,Jil. 2. Jakarta: Widya Cahaya, 2011. ………..,Al-Qur’an dan Tafsirannya,Jil. 10. Jakarta: Widya Cahaya, 2011.
(4)
……….., Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 1992/1993.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam.Ensiklopedi Islam.Jakarta: PT. Bachtiar, 1993 Hamka, Buya.Tafsir al-Azhar jil 1.Singapura: Puataka Nasional PTE LTD, 2007. Hidayat, Nuim Sayyid Quthb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya. Jakarta:
Gema Insani, 2005
Ibn Kathir,Tafsir al-Qur’a<n al-A<>z{i<m,terj. M. Abdul Ghoffar dkk, Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2004.
Junaedi, Dedi Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Qur’an dan Sunah.cet. 1. Jakarta: Akademi Pressindo, 2000.
Karsayuda, M.Perkawinan Beda Agama Menakar Nilai-nilai Keadilan Kompilasi Hukum Islam.Jogjakarta: Total Media Yogyakarta, 2006.
Kusuma, Hilaman Hadi. Hukum Perkawinan Indonesia. cet.4 Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978.
M. Galib. M, Ahl al-Kitab Makna dan Cakupannya.Jakarta: Paramadina, 1998. Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis Ulama
Indonesia. Jakarta: Sekertariat Majelis Ulama Indonesia Mesjid Istiqlal, 1995.
Moleing,Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Monib, Mohammad Ahmad Nurcholis.Kado Cinta Pasangan Nikah Beda Agama.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2008.
Ms, O. S. Eoh, Sh. Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Mudzar, Muhammad Atho. Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuh Studi Tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia 1975-1988. Jakarta: INIS 1993.
Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Madzhab. terj. Masykur A. B dkk Jakarta: Penerbit Lentera, 2013.
Nassir, Ridlwan. Memahami Al-Qur’an Perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin. Surabaya: Cv.Indra Media, 2003
(5)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Nurcholish, Achmad. Menjawab 101 Masalah Nikah Beda Agama. Yogyakarta: Penerbit Harmoni Mitra Media & ICRP, 2012.
Qardhawi,Yusuf.Halal dan Haram,terj. Tim Kuadaran, Surabaya: Penerbit Jabal, 2007.
Quthb}, Sayyid. TafsirFi< Z}i<lailil al-Qur’a<n. Ter. As’ad Yasin dkk. Vol XXVIII Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
………... TafsirFi< Z}i<lailil al-Qur’a<n. Ter. As’ad Yasin dkk. Vol.1 Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
………...TafsirFi< Z}i<lailil al-Qur’a<n. Ter. As’ad Yasin dkk. Vol. VI Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Ramulyo, Mohd idris.Hukum Perkawinan Islam.Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Rasyid dkk, Ensiklopedi Islam di Indonesia 3, Jakarta: Departemen Agama RI, tt
Sarwono, Johnthan. Metode Peneletian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Shihab, M. Quraish (Ed.), Ensiklopedi alquran: Kajian Kosakata dan Tafsirnya.
Jakarta: Bimantara, 1997.
……….. Tafsir al-Misbah. kesan pesan dan keserasian al-Qura>n, Vol. XIV, Jakarta: Lentera Hati, 2009
………...Tafsir al-Misbah. Vol. IJakarta: Lentera Hati 2002.
Siregar, Bisma. Aspek Hukum Perlindungan Hak-hak Anak: Suatu Tinjauan dalam Hukum dan Hak-hak Anak.cet 1. Jakarta: Rajawali, 1986.
Sukarti, Dewi. Perkawinan Antar agma menurut Al-qur’a>n dan Hadis. Vol. 15 Jakarta: PBB UIN, 2003.
Sumbulah, Umi. Islam dan ahlul Kitab Prespektif Hadis. Malang: UIN Maliki Press, 2012.
Surahmad,Winarto. Pengantar Metodologi Ilmiah Dasar Metode dan Teknik.
Bandung: Warsito, 1990.
Syafi’i, Nasrul Umam dan Ulfi Ulfiah. Ada Apa dengan Nikah Beda Agama?.
(6)
Syamsudin, Sahiron. Studi Al-Qur’a>n Kontemporer. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2002.
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan Undang-undang Perkawinan. Cet 3 Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009.
Watjik, Saleh, K.Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Ghalia, 1992.
Zakariya, Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin.Mu’jam Maqayis al-Lugah.Beirut: Dar al-Jail, 1991.
Zuhdi, Masyfuk.Masail Fiqhiyah. Jakarta: Gunung Agung, 1994.
Arie Puji Waluyo, http://www.tribunnews.com/seleb/2017/06/04/cerita-swetlana-soal-ayah-yana-zein-yang-tanpa-kabar-selama-30-tahun, Rabu, 12-072017. Hanif Hawari,
https://hot.detik.com/1celeb/d-3518170/lahir-di-rusia-yana-zein-sempat-pindah-agama-dan-kini-diributkan-keluarga, (Rabu, 12-07-20017) Juniato Hamonangan,
http://www.tribunnews.com/seleb/2017/06/03/asisten-buka-suara-tentang-agama-yana-zein, (Rabu, 12-07-20017)
http://www.hukumonline.com/index.php/berita/baca/lt565beb1c50465/ini-empat-kelemahan-nikah-beda-agama, (Rabu, 12-07-20017)