T1 312008079 BAB IV

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan penulisan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pidana seumur hidup saat ini masih menjadi bagian dari pidana pokok dalam
jenis-jenis pidana di Indonesia. Pemidanaan saat ini telah bergeser dari prinsip
“menghukum” menuju ke arah prinsip “membina” yang disesuaikan dengan
perkembangan kondisi masyarakat saat ini. Pidana seumur hidup tidak sesuai
dengan tujuan pemidanaan yang ditinjau dari tujuan pemidanaan dalam teori
retributivisme teleologis atau teori gabungan yang menjadi landasan pemidanaan
saat ini. Pidana seumur hidup cenderung diorientasikan pada aspek perlindungan
masyarakat dengan mengesampingkan aspek perlindungan individu.
Pencapaian tujuan pemidanaan oleh suatu pidana tidak bisa hanya
diorientasikan pada salah satu aspek perlindungan saja melainkan penerapan
pidana harus dapat mengakomodasikan keseluruhan aspek perlindungan yang
menjadi hakekat tujuan pemidanaan dalam teori gabungan ini. Pidana seumur
hidup ditinjau dari tujuan pemasyarakatan tidak menunjang tercapainya tujuan
pemasyarakatan yang dikehendaki yaitu proses resosialisasi bagi narapidana.
Pidana penjara seumur hidup dipandang tidak sesuai dengan tujuan filsafat sistem

pemasyarakatan,

yang menghendaki pentingnya upaya memasyarakatkan

1

narapidana, karena pada hakekatnya perampasan kemerdekaan seseorang itu
seharusnnya hanya bersifat sementara (untuk waktu tertentu) sebagai sarana untuk
memulihkan integritas terpidana agar mampu mengadakan readaptasi sosial.
Adanya kebijakan remisi sebagai salah satu upaya penunjang proses resosialisasi
sangat selektif dan terbatas. Proses yang harus dilalui dalam pengajuan
permohonan remsi bagi narapidana seumur hidup sangat panjang dan lama, mulai
dari lingkup narapidana sampai kepada Presiden dengan melalui berbagai
tahapan. Dalam penerapannya, remisi yang dapat tempuh oleh narapidana seumur
hidup tidak ada jaminan bahwa setiap permohonan remisi pasti akan dikabulkan,
sehingga narapidana seumur hidup ini harus merasakan akibat yang sangat berat
sebagai bentuk dari unsur pembalasan sifat pidana seumur hidup ini.

2


B.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan tersebut di atas maka diajukan
saran sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah dalam hal ini pembuat undang-undang, seyogianya mulai
berfikir untuk membuat pembaharuan terkait pidana seumur hidup karena
dipandang tidak sejalan dengan nilai-nilai dasar masyarakat saat ini, pidana
tidak hanya diorientasikan pada perlindungan masyarakat tetapi harus mampu
menjunjung tinggi perlindungan individu dalam hal ini narapidana seumur
hidup.
2. Perlunya

peningkatan

pada

lembaga

pemasyarakatan


agar

dapat

mengoptimalkan proses pembinaan bagi setiap narapidana termasuk
narapidana seumur hidup agar dapat menunjang kebijakan remisi yang ada.

3