PERAN ZAKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM MENGATASI MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2002-2013.

(1)

PERAN ZAKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM

MENGATASI MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA

TAHUN 2002-2013

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam

Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh :

Alfidhotul Fikriyah NIM. F14.213.196

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

 

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan masalah ekonomi yang dialami oleh seluruh negara terutama negara-negara sedang berkembang. Indonesia menjadi salah satu negara yang sedang menghadapi masalah kemiskinan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel terikat dan zakat serta pertumbuhan ekonomi sebagai variabel bebas. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik yaitu data tahunan yang dimulai dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2013. Analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan secara simultan antara zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013. Secara parsial variabel zakat berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013, sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun tersebut.


(7)

 

ABSTRACT

Proverty is the economic problem which happening by countries especially developing countries. Indonesia is the one of country which happening this problem. This thesis is purpose to knows the variables are influence the proverty Indonesia

.

Variabel which used in this research are proverty stage as dependence variable and tithe and economics growth as independence variable. This research are used secondary data from BPS, that is time series data are started from 2002-2013. Analyse of data use the multiple linier regression with use SPSS programs.

The result of research show that tithe and economics growth all together are influenced to proverty in Indonesia at 2002-2013. In the partial test, tithe gave effect to proverty in Indonesia at 2002-2013. But economics growth didn’t gave significant effect to provert in Indonesia at 2002-2013.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Pengesahan Tim Penguji ... iv

Kata Pengantar ... v

Abstrak ... viii

Abstract ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Asumsi Penelitian ... 8

G. Kerangka Teoretik ... 8

H. Sistematika Pembahasan ... 10

I. Outline Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Kemiskinan ... 12

a. Pengertian ... 12

b. Penyebab kemiskinan ... 13

c. Ketimpangan dan Kemiskinan ... 15


(9)

2. Zakat ... 20

a. Pengertian ... 20

b. Golongan yang berhak menerima zakat ... 20

c. Tujuan zakat ... 22

d. Organisasi Pengelola Zakat ... 23

e. Dampak Ekonomis Aplikasi Zakat ... 25

f. Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan ... 26

3. Pertumbuhan Ekonomi ... 31

a. Pengertian ... 31

b. GDP sebagai Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi ... 32

c. GDP Nominal dan Riil ... 34

d. Pertumbuhan Ekonomi Islam ... 34

e. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan ... 39

B. Kerangka Pemikiran ... 41

C. Hipotesis ... 41

D. Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Variabel dan Devinisi Operasional ... 50

C. Populasi dan Sampel ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Teknik Pengolahan Data ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 53

1. Analisis Deskriptif ... 53

2. Analisis Statistik ... 53

a. Analisis Regresi Linier Berganda ... 53

b. Uji Asumsi Klasik ... 54

c. Uji Hipotesis atau Uji Signifikansi ... 56

d. Koefisien Determinasi ... 57


(10)

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Deskriptif Variabel Penelitian ... 59

a. Kemiskinan ... 59

b. Zakat ... 60

c. Pertumbuhan Ekonomi ... 63

2. Analisis Statistik ... 66

a. Analisis Regresi Linier Berganda ... 67

b. Uji Asumsi Klasik ... 68

c. Uji Hipotesis atau Uji Signifikansi ... 71

d. Koefsien Determinasi ... 73

e. Pembahasan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Angka Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2002-2013 ... 4 Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu ... 45 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan di Indonesia

Tahun 2002-2013 ... 59 Tabel 4.2 Perolehan dan Persentase Zakat yang Dihimpun Oleh Baznas

Tahun 2002-2013 ... 61 Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2002-2013 ... 64 Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data Melalui Program SPSS ... 66 Tabel 4.5 Indeks Gini Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2002-2013 82 Tabel 4.6 Struktur GDP Menurut Pengeluaran Tahun 2011-2013 ... 86


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Efek Multiplier Zakat ... 31 Gambar 2.2 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan ... 40 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 41 Gambar 4.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia sepanjang

tahun 2002-2013 ... 59 Gambar 4.2 Perkembangan Perolehan Zakat yang dihimpun oleh Baznas

sepanjang tahun 2002-2013 ... 62 Gambar 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sepanjang Tahun 2002-2013 ... 64 Gambar 4.4 Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 70


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah yang hingga saat ini masih dihadapi oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk dicarikan solusinya karena sudah ada sejak lama, dan menjadi kenyataan hidup di tengah masyarakat. Persoalan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius yang menyangkut dimensi kemanusiaan. Kemiskinan ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan, dan kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Hal ini menjadi penghambat bagi negara berkembang untuk menjadi negara maju.

Kemiskinan dapat menjadi bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran.1 Masalah kemiskinan menjadi perhatian dalam Quran. Surat

Al-Dariat ayat 19 menyatakan:

ِﰲَو

ِِْﳍاَﻮَْأ

ﱞﻖَ

ِِﺋﺎﱠﺴِّ

ِموُﺮْ َْاَو

١٩

Artinya:

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan

orang miskin yang tidak mendapat bagian”.2

      

1 Abdurrachman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002), 24.


(14)

2

Ayat di atas menerangkan bahwa Islam sangat memperhatikan penderitaan orang miskin. Ajaran Islam telah memberi solusi terhadap persoalan kemanusiaan yang dihadapi manusia. Islam memiliki perhatian yang besar terhadap masalah kemiskinan. Fakir miskin mendapatkan prioritas utama dalam pembagian zakat. Ayat-ayat Al-Quran mengingatkan agar harta kekayaan tidak hanya terbatas sirkulasinya pada sekelompok orang kaya saja. Orang-orang bertakwa adalah mereka yang menyadari bahwa dalam harta kekayaan yang mereka memiliki terdapat hak-hak orang lain di dalamnya.

Masalah penanggulangan kemiskinan menjadi tanggung jawab bagi masyarakat yang mampu, yaitu melalui zakat. Zakat sebagai instrumen pengaman sosial, yang bertugas untuk menjembatani transfer kekayaan dari kelompok kaya kepada kelompok miskin. Dalam konteks yang lebih makro, konsep zakat, infak dan sedekah ini diyakini akan memiliki dampak yang sangat luar biasa.

Masalah kemiskinan sangat kompleks dan multidimensi, berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, keragaman sumber daya dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan upaya pengentasan kemiskinan memerlukan perencanaan dan penanganan yang matang. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa negara memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas dalam rangka mengatasi kemiskinan. Tanggung jawab negara tidak cukup hanya memenuhi standar hidup minimal, tetapi juga mengusahakan penduduk agar bisa hidup mandiri. Solusi yang ditawarkan Ibnu Taimiyah untuk menghapus kemiskinan adalah


(15)

3

pengembangan lembaga zakat, kafarat (denda), sedekah, dan hibah oleh pemerintah.3

Berkaitan dengan usaha pengentasan kemiskinan seperti yang dipaparkan oleh Ibnu Taimiyah, pemerintah membentuk Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 Baznas memiliki tugas dan fungsi menghimpun, mengelola dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Zakat yang dikelolah oleh Baznas memiliki dua sifat, yaitu bersifat bantuan artinya pendistribusian dana yang diberikan untuk kepentingan dan kegiatan yang bersifat produktif. Bersifat santunan artinya dana yang diberikan untuk kepentingan dan kegiatan yang bersifat konsumtif. Pendistribusian tersebut tetap diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya umat, pemberdayaan ekonomi umat, dan penanggulangan masyarakat miskin.

Potensi zakat menunjukkan angka yang sangat fantastis. Berdasarkan hasil penelitian IPB tahun 2012 yang bekerjasama dengan Baznas, Indonesia memiliki potensi 217 triliun dari hasil pengumpulan zakat setiap tahunnya. Potensi zakat yang sangat besar tersebut jika benar-benar dikelola dengan baik dan tepat sasaran akan mampu mengentaskan kemiskinan. Meskipun Indonesia memiliki potensi zakat hingga 217 trilun pertahunnya, namun faktanya pada tahun 2010 Baznas hanya mampu mengumpulkan sekitar 1,5 triliun saja dan meningkat pada tahun 2012 sebesar 1,7 triliun meskipun telah diprediksikan mencapai 2 triliun, namun hasil itu belum mencapai target.4

      

3 Abdul Azim Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997), 229.

4 Miftahur Rahman, “Ternyata Indonesia Memiliki Potensi Zakat Terbesar di Dunia”, dalam


(16)

4

Selain zakat, banyak lagi solusi dalam menanggulangi kemiskinan, salah satunya yaitu pertumbuhan ekonomi. Study ekonomi umum menyatakan bahwa pengurangan kemiskinan bertalian erat dengan pertumbuhan ekonomi. Secara prinsip, pertumbuhan ekonomi merupakan persyaratan pertama dari pengentasan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan berusaha keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal dan menurunkan angka kemiskinan. Di banyak negara di dunia syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi.

Gambaran angka kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia antara tahun 2002 hingga 2013 tercermin pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Angka Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2002-2013

Tahun Persentase angka kemiskinan (dalam persen) GDP growth

2002 18,2 4,5

2003 17,4 4,8

2004 16,6 5,0

2005 15,9 5,7

2006 17,7 5,5

2007 16,5 6,4

2008 15,4 6,0

2009 14,1 4,6

2010 13,3 6,2

2011 12,3 6,5

2012 11,6 6,2

2013 11,4 5,3

Sumber: BPS dan TNP2K5

      

5 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan: Situasi Terkini, Target Pemerintah, dan Program


(17)

5

Tabel tersebut menunjukkan bahwa angka kemiskinan (poverty line)

sepanjang 2002 hingga 2013 mengalami kenaikan dan penurunan, sementara gerak pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun tersebut mengalami perkembangan di atas angka 4%. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan positif dalam kurun waktu tersebut.

Secara teoretis, upaya pengentasan kemiskinan mensyaratkan adanya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dapat diwujudkan dengan kebijakan perluasan kesempatan kerja (mengurangi tingkat pengangguran) dan memaksimalkan investasi yang produkif di berbagai sektor ekonomi.

Namun yang menjadi persoalan selama ini adalah terjadinya paradoks dalam pembangunan ekonomi Indonesia, di mana kenyataannya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2006 telah mencapai mencapai 5,5 persen, meningkat jika dibandingkan tahun 2002 dan 2003 di mana angka pertumbuhannya masih mencapai angka kurang dari 5 persen. Namun, kenaikan pertumbuhan ekonomi ini ternyata belum mampu menurunkan jumlah penduduk miskin. Pada tahun 2004 saat pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 5,0 persen tingkat kemiskinan turun menjadi 16,6 persen. Namun pada tahun 2006 saat pertumbuhan meningkat sebesar 5,5 persen tingkat kemiskinan naik hingga 17,7 persen.6 

      


(18)

6

Oleh sebab itu, mengacu dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti akan menganalisis masalah kemiskinan ini dengan judul

PERAN ZAKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM

MENGATASI MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA” dengan

mengambil sampel penelitian negara Indonesia sepanjang tahun 2002 hingga 2013.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini meliputi:

1. Negara yang menjadi obyek penelitian adalah Indonesia. 2. Tahun obyek penelitian adalah 2002 sampai 2013.

3. Pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah data persentase kenaikan GDP riil Indonesia tahun 2002-2013.

4. Data zakat yang digunakan adalah laporan zakat yang dihimpun badan amil zakat nasional (Baznas) dan dipublikasikan di media massa.

5. Sumber data tingkat kemiskinan merupakan persentase penduduk miskin Indonesia yang dipublikasikan oleh BPS.

C. Rumusan Masalah

Merujuk pada masalah dalam penelitian ini, maka pertanyaan-pertanyaan pada penelitian ini adalah:


(19)

7

1. Apakah ada pengaruh secara simultan antara zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?

2. Apakah ada pengaruh secara parsial antara zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial antara zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teori diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu ekonomi syari’ah dan menjadi bahan perbandingan antara teori yang didapatkan dalam perkuliahan dan kenyataan yang ada, serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang upaya penanggulangan kemiskinan.

2. Manfaat Praktis

Adapun bagi praktisi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi Baznas maupun pemerintah dalam rangka mengambil kebijakan bagi upaya penanggulangan kemiskinan.


(20)

8

F. Asumsi Penelitian

Dengan asumsi faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemiskinan

ceteris paribus, maka tingkat kemiskinan dipengaruhi oleh zakat dan

pertumbuhan ekonomi.

G. Kerangka Teoretik

1. Zakat, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan

Jika diperhatikan proses terjadinya kemiskinan dalam suatu masyarakat selain dari faktor internal selain pemalas sebagai dari akibat dari nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh kaum miskin itu sendiri, juga disebabkan karena tertahannya hak milik mereka di tangan orang-orang kaya. Salah satu alat untuk memutusnya adalah zakat yag dapat dijadikan modal usaha dalam mengantisipasi secara dini agar tidak terjatuh dalam kemiskinan. Dengan sikap orang kaya yang menahan zakat tersebut, maka modal dan kekayaan akan bertumpuk di lingkungan orang-orang kaya saja. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan. Dengan pengelolaan zakat yang baik diharapkan dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan.

Jika melihat perkembangan pembangunan ZIS di tanah air, telah tumbuh berbagai macam lembaga pengelola zakat yang berusaha mengedepankan prinsip-prinsip manajemen modern dalam prakteknya. Diantara lembaga yang menjadi pionirnya adalah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Sebagai sebuah lembaga zakat nasional, memiliki


(21)

9

jaringan kerja yang sangat luas, meliputi provinsi di seluruh Indonesia. Program-program yang ditawarkannya pun sangat variatif dan inovatif.

Zakat memiliki kontribusi dan solusi dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan serta pemerataan pendapatan masyarakat suatu negara. Zakat dalam bidang sosial bertindak sebagai alat khas yang diberikan kepada Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka memiliki.7

Pengurangan tingkat kemiskinan juga bisa ditempuh dengan memacu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendapatan nasional. Pendapatan yang semakin tinggi secara tidak langsung dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat kemiskinan. Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar di setiap golongan masyarakat, termasuk golongan penduduk miskin.8

H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini mencakup hasil analisis baik analisis statistik maupun hasil uji hipotesis, kemudian dikaitkan dengan konsep dan

      

7 M Nur Rianto Al Arif, Efek Pengganda Zakat Serta Implikasinya terhadap Program Pengentasan

Kemiskinan, Jurnal Ekbisi Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 5, No. 1, (Desember 2010), 3.

8 Ahmad Khabhibi, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan, (Surakarta:


(22)

10

teori yang digunakan. Oleh karena itu, pembahasan ini akan mendiskripsikan secara kesuluruhan hasil analisis dan hasil uji hipotesis, kemudian dikomparasikan hasil analisis tersebut kaitannya dengan implikasi hasil penelitian ini.

I. Outline Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai tesis yang akan penulis susun, maka akan dikemukakan outline penelitian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan di uraikan latar belakang, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, kerangka teoretik, sistematika pembahasan dan outline penelitian tesis.

BAB II :KAJIAN TEORETIK

Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang membahas tentang kemiskinan, konsep zakat, keterkaitan antara zakat dengan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan, kerangka pemikiran, hipotesis, dan penelitian terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan di uraikan tentang jenis penelitian, variabel dan devinisi operasionalnya, populasi dan sampel, teknik


(23)

11

pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, desain penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang penyajian data dan deskriptif variabel, laporan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan yang terakhir pembahasan hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP


(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka 1. Kemiskinan

a. Pengertian

Menurut Chambers, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated

concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2)

ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat

(state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5)

keterasingan (isolation)baik secara geografis maupun sosiologis.1

Definisi menurut Cahyat, kemiskinan adalah suatu situasi di mana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan.2

      

1Adit Agus Prastyo, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan, (Semarang:UNDIPPRESS, 2010), 18.

2 A. Cahyat, Gönner, C, and M Haug, Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga:


(25)

Secara umum kemiskinan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu: 1) Kemiskinan absolut

Kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Bank dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di bawah USD $1/hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan di bawah $2/hari.

2) Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial di mana seseorang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin. Dengan kata lain, kemiskinan relatif berkaitan erat dengan permasalahan distribusi pendapatan.3

b. Penyebab kemiskinan

Kemiskinan disebabkan oleh berbagai hal. Menurut Sharp, setelah melakukan identifikasi, penyebab kemiskinan dari segi ekonomi adalah: 1) Kemiskinan secara makro lahir karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumber daya, adanya sekelompok orang yang

      


(26)

memonopoli kepemilikan atas sumber daya dapat mengakibatkan munculnya kemiskinan.

2) Kemiskinan muncul sebagai akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia, hal ini terlihat bahwa kekurangan orang miskin untuk maju adalah karena mereka tidak memiliki keilmuan, pengetahuan dan keahlian seperti yang dimiliki oleh orang yang kaya. 3) Kemiskinan muncul sebagai akibat perbedaan akses dalam modal, hal ini yang sering kali menjadi ketakutan orang apabila hendak berwirausaha yaitu keterbatasan modal, sementara di sisi lain ada sekelompok orang yang mampu memiliki akses terhadap sumber-sumber permodalan yang ada. 4

Selain itu Todaro menambahkan tinggi rendahnya tingkat kemiskinan suatu negara tergantung pada dua faktor utama, yaitu 1) tingkat pendapatan nasional dan 2) lebar sempitnya kesenjangan dalam distribusi pendapatan.5

Todaro dalam Kuncoro juga menjelaskan bawa adanya variasi kemiskinan di negara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Luasnya negara

2) Perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan

      

4Mudrajad Kuncoro, Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan, (Jakarta:Erlangga, 1997), 80.


(27)

3) Perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya

4) Relatif pentingnya sektor publik dan swasta 5) Perbedaan struktur industri

6) Perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik, negara lain dan

7) Perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri.6

c. Ketimpangan dan Kemiskinan

Kemiskinan menunjukkan tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan tertentu. Sedangkan ketimpangan menunjukkan rentang antara mereka yang berpendapatan tinggi (kaya) dan rendah (miskin). Pada saat pertumbuhan ekonomi meningkat, diharapkan mampu menurunkan tingkat kemiskinan. Namun apabila nilai ketimpangan pendapatan meningkat, maka kemungkinan untuk terjadi penurunan terhadap tingkat kemiskinan juga sangat kecil.7

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan di suatu negara antara lain:

1) Indeks gini

Indeks gini merupakan alat ukur yang paling sering digunakan sebagai indikator ketimpangan, karena menggunakan pendekatan

      

6 Mudrajad Kuncoro, Masalah, Kebijakan..., 37.

7 Mudrajad Kuncoro, Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013),97.


(28)

langsung terhadap ukuran ketidak merataan. Nilai indeks gini berkisar antara 0 sampai 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa seluruh pendapatan terbagi secara merata terhadap seluruh unit masyarakat (perfect

equality), sedangkan nilai 1 berarti seluruh pendapatan hanya dimiliki

oleh satu orang atau 1 unit saja untuk keseluruhan distribusi (perfect

inequality). Ketimpangan yang rendah memiliki nilai indeks gini

sebesar 0,4 atau di bawahnya. Ketimpangan yang tinggi apabila mempunyai indeks gini di atas 0,4 dalam distribusinya.

2) Indeks Theil dan indeks -L

Indeks Theil dan indeks -L digunakan karena memenuhi semua kriteria bagi sebuah ukuran ketimpangan yang baik. Konsep entropi Theil pada dasarnya merupakan aplikasi konsep teori informasi dalam mengukur ketimpangan ekonomi dan konsentrasi industi. Nilai ketimpangan bervariasi antara 0 dan ∞ di mana 0 berarti distribusi merata dan nilai yang lebih tinggi berarti ketimpangan yang lebih tinggi. 8

Masalah ketimpangan disebabkan karena adanya ketidak merataan dalam distribusi pendapatan, sehingga kemiskinan tetap meningkat walaupun pendapatan nasional meningkat. Oleh sebab itu, dalam hal pengentasan kemiskinan ada empat pilihan bidang yang terbuka bagi intervensi kebijakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi ditribusi pendapatan:


(29)

a) Perbaikan distribusi pendapatan nasional melaui serangkaian kebijakan khusus untuk mengubah harga-harga faktor produksi.

b) Perbaikan distribusi melalui redistribusi kepemilikan aset-aset. c) Pengalihan sebagian pendapatan golongan atas ke golongan bawah. d) Peningkatan ukuran distribusi kelompok penduduk termiskin melalui

transfer secara langsung dan penyediaan barang dan jasa tanggungan pemerintah.9

d. Kemiskinan dalam Islam

Dalam sudut pandang Islam, kemiskinan didefinisikan menjadi 3 tingkatan, yaitu:

1) Miskin iman, yang dimaksud dari miskin Iman adalah orang yang jiwanya tidak ada kontak atau hubungan dengan Allah, atau jika ada hubungan pun terlalu tipis, yaitu hanya ingat pada Allah saat susah saja.

2) Miskin ilmu, miskin ilmu ini menjadi penyebab yang kedua mengapa manusia miskin dan tidak tahu cara menyelesaikan masalah hidup. Saat ini etos kerja umat muslim sangat rendah, mereka enggan untuk mengkaji ilmu-ilmu Allah.

3) Miskin harta, para ulama mazhab seperti Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah mendefinisikan miskin adalah sebagai seseorang yang masih memiliki kemampuan untuk bekerja berusaha dalam rangka

      

9 Ujang Syahrul M, “Pengaruh Anggaran Belanja Bidang Kesejahteraan Rakyat Pendayagunaan ZIS dan PDRB Terhadap tingkat Kemiskinan di Indonesia”, (Tesis—UI, Jakarta, 2009), 27.


(30)

memperoleh harta dan menghidupi keluarganya secara halal tetapi hasil yang didapat masih belum mencukupi bagi pemenuhan kebutuhan dirinya dan keluarganya.10

Perhatian Islam terhadap masalah kemiskinan sangat besar sekali. Dalam Al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan masalah kemiskinan, salah satu diantaranya dalam surat al-Dariyat ayat 19 yang berbunyi:

ِﰲﺴو

ﺸِِﳍﺒﺴﻮﺸﺴأ

ﱞ ﺴ

ِِﺎ ِﺷ

ِموُﺮﺸ ﺴﺸﺒﺴو

١٩

Artinya:

Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.11

Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam mewajibkan setiap muslim untuk berpartisipasi menanggulangi kemiskinan sesuai dengan kemampuannya. Bagi yang tidak memiliki kemampuan materi diharapkan partisipasinya dalam bentuk merasakan, memikirkan, dan mendorong pihak lain untuk berpartisipasi aktif. Al-Qur’an secara tegas menggambarkan begi mereka yang tidak peduli kepada kaum miskin sebagai orang yang telah mendustakan agama, sebagaimana tercantum dalam surat al-Mau’un ayat 1-3 yang berbunyi:

ﺴ ﺸﺴأﺴﺜﺴأ

يِﺬ ﺒ

ُبِﺷﺬﺴ ُ

ِ ِﺷﺪ ِ

١

ﺴ ِﺴﺬﺴ

يِﺬ ﺒ

ﺤُﺪﺴ

ﺴ ِﺴﺸﺒ

ﺴﺴو

ُﺴﳛ

ﻰﺴﺴ

ِمﺎﺴﺴ

ِﲔِ ﺸ ِﺸﺒ

      


(31)

Artinya:

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?(1) Itulah orang yang menghardik anak yatim(2). Dan tidak menganjurkan memberi makan

orang miskin.(3)12

Qardawi menjelaskan, bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan materi, diharapkkan untuk berpartisipasi dalam bentuk merasakan, memikirkan, dan mendorong pihak lain untuk berpartisipasi aktif. Misalnya memaparkan sarana untuk mengentaskan kemiskinan, seperti bekerja, jaminan sanak famili yang berkelapangan, dan zakat. Orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan perlu dicarikan solusi agar mereka dapat hidup layak, sebab lebih jauh lagi kemiskinan dapat mengakibatkan seseorang kehilangan keyakinan.

Menurut Daud Ali ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kemiskinan menurut ajaran agama Islam, diantaranya yaitu:

a) Bekerja, berusaha sendiri untuk mengatasi kemiskinan yang menimpanya.

b) Bantuan keluarga atau kerabat dekat. c) Bantuan tetangga dan masyarakat.

d) Bantuan negara dengan berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas negara.13

      

12 al-Quran, 107: 1-3. 


(32)

2. Zakat

a. Pengertian

Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Secara etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa),

mensucikan (at-thaharatu) dan berkah (albarakatu). Sedangkan

secara terminologis, zakat mempunyai arti bagian dari harta dengan persyaratan tertentu di mana yang diwajibkan oleh Allah SWT

kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang

berhak menerimanya.14

Dalam istilah ekonomi, zakat diartikan sebagai tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya.15

Pengertian zakat dapat disimpulkan sebagai kewajiban dari Allah untuk memindahkan bagian harta kekayaan tertentu oleh pemilik dari golongan kaya kepada golongan yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu.

b. Golongan yang berhak menerima zakat

Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh

      

14 Didin Hafidhhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), 5. 15 Muhammad Ridwan dan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi


(33)

orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.16

Adapun golongan yang berhak menerima zakat telah diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada delapan golongan. Ketentuan ini diatur dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat 60:

ﺎﺴﳕِﺐ

ُتﺎﺴﺴﺪ ﺒ

ﺌﺒﺴﺮﺴُﺸِ

ِﲔِ ﺎﺴ ﺴﺸﺒﺴو

ﺴﲔِِﺎﺴﺸﺒﺴو

ﺎﺴﻬﺸـﺴﺴ

ِﺔﺴ ﺴﺆُﺸﺒﺴو

ﺸُُﻮُُـ

ِﰲﺴو

ِبﺎﺴِﺷﺮﺒ

ﺴﲔِِﺜﺎﺴﺸﺒﺴو

ِﰲﺴو

ِ ِﺴ

ِﺷﻪﺒ

ِ ﺸﺒﺴو

ِ ِ ﺒ

ًﺔﺴ ِﺮﺴ

ﺴ ِﺷ

ِﺷﻪﺒ

ُﺷﻪﺒﺴو

ٌ ِﺴ

ٌ ِ ﺴ

ﺿ٠

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.17

Berdasarkan ayat di atas golongan yang berhak menerima zakat dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Orang fakir: orang yang tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

2) Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.

3) Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

      

16 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak. Salah Satu Solusi Mengatasi Problematika Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 118-119.


(34)

4) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5) Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

6) Orang berhutang: orang yang berhutang untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.

7) Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin.

8) Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.18

c. Tujuan zakat

Zakat tidak hanya sebatas mentransfer kekayaan dari orang yang mampu kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Namun zakat memiliki tujuan yang lebih luas, diantaranya:

1) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.

2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnussabil, dan mustahiq lainnya.

3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya.

      


(35)

4) Menghilangkan sifat kikir pemilik harta.

5) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.

6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat.

7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta. 8) Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban

dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.19

d. Organisasi Pengelola Zakat

Organisasi pengelola zakat merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah. Definisi menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pada Pasal 1 ayat 1 adalah: kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.20

Hafidhuddin menyatakan bahwa zakat adalah satu-satunya ibadah yang memiliki petugas khusus untuk mengelolanya, sebagaimana dinyatakan secara eksplisit dalam QS Al-Taubah ayat 60. Ia mengatakan bahwa pengelolaan zakat melalui institusi amil memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

      

19 Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, Pedoman Zakat (4), (Jakarta: Departemen Agama, 1982), 27.


(36)

1) Lebih sesuai dengan tuntunan syariah, shirah nabawiyyah dan

shirah para sahabat serta generasi sesudahnya.

2) Menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.

3) Untuk menghindari perasaan rendah diri dari para mustahik apabila mereka berhubungan langsung dengan muzakki

4) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan zakat.

5) Sebagai syiar Islam dalam semangat pemerintahan yang Islami. Ada banyak sekali organisasi atau lembaga zakat yang berdiri di Indonesia. Salah satunya adalah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Baznas merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2002 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Baznas dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

Baznas menjalankan empat fungsi, yaitu:

1) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

2) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.


(37)

3) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat.

4) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Penerimaan dana zakat yang dihimpun oleh Baznas berasal dari zakat, infak/sedekah dan natura. Dana yang berasal dari zakat antara lain bersumber dari zakat fitrah, zakat peternakan, zakat pertanian, zakat emas perak dan uang, zakat perniagaan, zakat harta galian, zakat profesi, zakat saham dan obligasi. Selain zakat penerimaan Baznas dipelroleh dari infak/shadaqah dan natura.

Sementara itu, hasil dari zakat disalurkan oleh Baznas baik secara langsung kepada mustahik ataupun melalui berbagai program seperti pendanaan usaha kepada mustahik, kesehatan, pendidikan, dan bantuan bencana alam.21

e. Dampak Ekonomis Aplikasi Zakat

Dalam implementasinya zakat memiliki efek domino dalam kehidupan masyarakat. Di antara dampak yang ada adalah sebagai berikut:

1) Produksi

Dengan adanya zakat fakir miskin dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Permintaan yang ada di pasar akan

      


(38)

meningkat, sehingga produsen harus meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan yang ada.

2) Investasi

Dengan adanya alokasi zakat atas fakir dan miskin, hal tersebut akan menambah pemasukan mereka, sehingga konsumsi yang dilakukan akan bertambah. Peningkatan konsumsi akan mendorong peningkatan produksi di mana hal tersebut akan mendorong investasi.

3) Lapangan Kerja

Dengan adanya zakat, permintaan akan tenaga kerja akan semakin bertambah dan akan mengurangi pengangguran. Seperti dijelaskan di atas, zakat akan menaikkan produksi dan investasi dalam dunia usaha, sehingga permintaan akan karyawan akan semakin bertambah.22

f. Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, zakat mempunyai beberapa tujuan diantaranya mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan dan menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat.23

      

22 Said Saad Marthon, Ekonomi Islam; Di Tengah Krisis Ekonomi Glogal, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), 126.


(39)

Terlebih lagi fakir miskin menjadi golongan utama yang diprioritaskan sebagai golongan yang berhak menerima zakat sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 60.

Pramanik berpendapat bahwa zakat dapat memainkan peran yang sangat signifikan dalam meredistribusikan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat muslim. Dalam studinya, Pramanik menyatakan bahwa dalam konteks makro ekonomi, zakat dapat dijadikan sebagai instrumen yang dapat memberikan insentif untuk meningkatkan produksi, investasi, dan untuk bekerja. Zakat adalah mekanisme transfer terbaik dalam masyarakat.24

Selain itu Mannan menyatakan bahwa, zakat adalah poros dan pusat keuangan Islam. Zakat dalam bidang sosial bertindak sebagai alat khas yang diberikan kepada Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka memiliki, sedang dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya ditangan pemiliknya, maka sebagian diberikan kepada yang berhak.25

      

24 Irfan Syauqi Beik, “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika, Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Vol. 2, (2009), 3.

25 Muhammad Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,(Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1993), 256.


(40)

Abdurrachman Qadir menyatakan bahwa salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan ekonomi umumnya.26

Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan.”27

El-Din menganalisa fungsi alokatif dan stabilisator zakat dalam perekonomian. Ia menyatakan bahwa fungsi alokatif zakat diekspresikan sebagai alat atau instrumen untuk memerangi kemiskinan. Namun demikian, hendaknya dalam pola pendistribusiannya, zakat tidak hanya diberikan dalam bentuk barang konsumsi saja melainkan juga dalam bentuk barang produksi. Ini dilakukan ketika mustahik memiliki kapasitas dan kemampuan untuk mengolah dan melakukan aktivitas produksi. Ia pun mendorong distribusi zakat dalam bentuk ekuitas, yang diharapkan akan memberikan dampak yang lebih luas terhadap kondisi perekonomian.28

      

26 Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), 71.


(41)

Sementara itu, al-Qardhawi mengatakan bahwa tujuan mendasar ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain. Sistem distribusi zakat merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan tersebut dengan memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian lainnya.29

Zakat juga memberi pengaruh terhadap upaya pengentasan kemiskinan melalui efek pengganda zakat (efek multiplier). Pelaksanaan ibadah zakat bila dilakukan secara sistematis dan terorganisir akan memberikan efek multiplier yang tidak sedikit terhadap peningkatan pendapatan, hal ini seperti digambarkan pada hadis Rasulullah dan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261:

ُ ﺴ

ﺴ ِﺬ ﺒ

ﺴنﻮُِ ُ

ﺸُﺴﳍﺒﺴﻮﺸﺴأ

ِﰲ

ِ ِﺴ

ِﺷﻪﺒ

ِﺴﺴﺴ

ﺳﺔ ﺴ

ﺸ ﺴﺴـﺴأ

ﺴ ﺸﺴ

ﺴ ِﺎﺴﺴ

ِﰲ

ِﺷُ

ﺳﺔﺴُـ ُ

ُﺔﺴِﺷ

ﺳﺔ ﺴ

ُﺷﻪﺒﺴو

ُ ِ ﺎﺴ ُ

ﺴِ

ُﺌﺎﺴ ﺴ

ُﺷﻪﺒﺴو

ٌ ِ ﺒﺴو

ٌ ِﺴ

ﺻﺿ١

Artinya:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha

Mengetahui”.30

و

ﻰ ﺴ

ِﷲ

ِلﺸﻮُ ﺴﺜ

ﺸ ﺴ

،ﺎﺴُﻬﺸـﺴ

ُﷲ

ِ ﺴﺜ

ِسﺎ ﺴ

ِ ﺸﺒ

ﺸ ﺴ

ِﺸِوﺸﺮﺴـ

ﺎﺴﺸِ

ﺸ ﺴﺴ

:

ﺴ ِﺴﺛ

ﺴﲔﺴ

ُﰒ

، ِتﺎﺴِﺷ ﺒﺴو

ِتﺎﺴﺴﺴﺸﳊﺒ

ﺴ ﺴﺴ

ﺴﷲ

نِﺐ

:

ﺴﱃﺎﺴﺴـﺴو

ﺴكﺴﺜﺎﺴﺴـ

ِِﺷﺴﺜ

ﺸ ﺴ

      

29 Ibid, 3.


(42)

ُﷲ

ﺎﺴﻬﺴـﺴـﺴ

ﺎﺴﻬﺴِﺴﺴـ

ﺎﺴِ

ﺸنِﺐﺴو

،ًﺔﺴِﺎﺴ

ًﺔﺴﺴ ﺴ

ُ ﺴﺪﺸِ

ﺎﺴﻬﺴـﺴـﺴ

ﺎﺴﻬﺸﺴﺸﺴـ

ﺸﺴﺴـ

ﺳﺔﺴﺴ ﺴِﲝ

ُ ﺴﺪﺸِ

ِﺔﺴﺎِِﺸﺴ

ﺴﱃِﺐ

ﺳتﺎﺴﺴ ﺴ

ﺴةﺴﺮﺸ ﺴ

ﺸﺴﺴـ

ﺳﺔﺴِﺷﺴ ِ

ﺸنِﺐﺴو

،ﺳةﺴﺸﲑِﺴ

ﺳﺧﺎﺴﺸ ﺴأ

ﺴﱃِﺐ

ﺳ ﺸ ِ

ًةﺴﺪِ ﺒﺴو

ًﺔﺴِﺷﺴ

ُﷲ

ﺎﺴﻬﺴـﺴـﺴ

ﺎﺴﻬﺴِﺴﺴـ

ﺎﺴِ

ﺸنِﺐﺴو

،ًﺔﺴِﺎﺴ

ًﺔﺴﺴ ﺴ

ُ ﺴﺪﺸِ

ُﷲ

ﺎﺴﻬﺴـﺴـﺴ

ﺎﺴﻬﺸﺴﺸﺴـ

يﺜﺎ ﺒ

ﺒوﺜ

]

[

ﺧوﺮﳊﺒ

ﺎ ﻬ

و

Artinya:

Dari Ibnu Abbas ra meriwayatkan dari Rasulullah saw beliau bersabda

menyampaikan apa yang diterimadari tuhannya Allah azza wajala, “Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya; barangsiapa berniat melakukan kebaikan dan tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kebaikan lalu ia benar-benar melakukannya maka Allah akan mencatat di sisi-Nya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat bahkan masih dilipatgandakannya lagi. Jika ia berniat melakukan keburukan dan tidak jadi melakukan maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan. Dan jika iaberniat melakukan keburukan lalu ia benar-benar melakukannya, maka Allah hanya mencatat di

sisi-Nya satu keburukan.” (HR Bukhari dan Muslim).31

Pada ayat dan hadis tersebut digambarkan secara implisit efek pengganda dari zakat. Secara ekonomi, hal ini diasumsikan bantuan zakat diberikan dalam bentuk konsumtif. Bantuan konsumtif yang diberikan kepada mustahik akan meningkatkan daya beli mustahik tersebut atas suatu barang yang menjadi kebutuhannya. Peningkatan daya beli atas suatu barang ini akan berimbas pada peningkatan produksi suatu perusahaan, imbas dari peningkatan produksi adalah penambahan kapasitas produksi yang hal ini berarti perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih banyak.

zakat daya beli

meningkat

      


(43)

mendorong

investasi

dana pajak

pembangunan

Gambar 2.1 Efek Multiplier Zakat

Berdasarkan mekanisme tersebut dapat terlihat bahwa pengelolaan zakat yang tepat, profesional dan akuntabel akan mampu mendayagunakan zakat serta akan memberikan efek pengganda yang cukup signifikan dalam perekonomian terutama dalam membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.32

3. Pertumbuhan Ekonomi a. Pengertian

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai pertumbuhan output

riil perekonomian sepanjang waktu. 33

Sedangkan dalam ekonomi modern pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat meningkat

      

32 Ibid, 5.

33 Christhoper Pass, Dictionary of Economic, (Jakarta: Erlangga, 1998), 175.

Produksi meningkat Pembangunan

meningkat

Penerimaan negara meningkat


(44)

yang selanjutnya diiringi dengan peningkatan kemakmuran masyarakat.34

Gambaran tentang keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dinilai dari pertumbuhan ekonominya. Semakin tinggi pertumbuhan ekonominya, maka negara tersebut dinilai semakin berhasil melaksanakan pembangunan. Dengan demikian yang menjadi fokus pengukuran adalah produktifitas negara atau masyarakat negara tersebut setiap tahunnya. Produktifitas ini diukur oleh Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).

Pertumbuhan ekonomi yang diukur dari penambahan Gross

Domestic Product (GDP) dari tahun ke tahun, merupakan syarat

penting untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, walaupun pertumbuhan ekonomi tidak bisa berdiri sendiri untuk mengentaskan kemiskinan, tetap pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai faktor utama untuk mengentaskan kemiskinan.

b. GDP sebagai Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Gross Domestic Product (GDP) pada umumnya digunakan

sebagai indikator baik buruknya perekonomian sebuah negara dan sebagai tolok ukur kesejahteraan masyarakat. Perhitungan pendapatan nasional memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

      


(45)

Perhitungan tersebut memberikan informasi kinerja ekonomi terhadap produksi yang dihasilkan dan pendapatan/pengeluaran yang dialokasikan.35

GDP merupakan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan Gross Domestic Product (GDP), yang berarti

penambahan pendapatan nasional setiap tahunnya.

Perhitungan GDP menggunakan dua macam harga yaitu GDP atas dasar harga berlaku dan GDP atas dasar harga konstan. GDP atas dasar berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan harga yang be;rlaku setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi. 36

Perhitungan GDP dapat dilakukan dengan cara: 1) Pendekatan pengeluaran

GDP merupakan seluruh konsumsi pemerintah dan masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor dikurangi impor.

GDP = C + I + G + (X-M)

      

35 Mudrajad Kuncoro, Mudah Memahami..., 27. 36 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro..., 414.


(46)

2) Pendekatan pendapatan

GDP merupakan jumlah upah dan gaji, sewa tanag, bunga modal dan keuntungan kotor perusahaan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam waktu tertentu. Sayangnya data BPS tidak menyajikan data perhitungan GDP dengan pendekatan pendapatan.

c. GDP Nominal dan Riil

Sebagai indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara GDP dihitung atas harga berlaku (GDP nominal) dan GDP konstan (GDP riil). GDP nominal menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahunnya. Sedangkan GDP riil menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu.

GDP atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan GDP harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

d. Pertumbuhan Ekonomi Islam

Dalam Islam pertumbuhan ekonomi mempunyai pengertian yang berbeda. Pertumbuhan ekonomin harus berlandaskan nilai-nilai iman, taqwa dan konsistensi serta ketekunan untuk melepaskan diri


(47)

dari segala nilai-nilai kemaksiatan dan perbuatan dosa. Hal tersebut tidak menafikkan eksistensi usaha dan pemikiran untuk mengejar segala ketertinggalan dan keterbelakangan yang disesuaikan dengan prinsip syariah.37 Sebagaimana telah dijelaskan di dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 60 dan 168 sebagai berikut:

ِﺛِﺐﺴو

ﻰﺴﺸ ﺴﺸ ﺒ

ﻰﺴﻮُ

ِِﺸﻮﺴِ

ﺎﺴﺸُﺴـ

بِﺮﺸ ﺒ

ﺴكﺎﺴ ﺴِﺷ

ﺴﺸﳊﺒ

ﺴﺮﺴ

ﺸتﺴﺮﺴ ﺴ ﺎﺴ

ُﺸِ

ﺎﺴﺴـﺸـﺒ

ﺴةﺴﺮﺸ ﺴ

ًﺎ ﺸﺴ

ﺸﺪﺴ

ﺴِﺴ

ُ

ﺳسﺴُأ

ﺸُﺴﺴﺮﺸ

ﺸﺒﻮُُ

ﺸﺒﻮُﺴﺮﺸ ﺒﺴو

ِ

ِﺨﺸزِﺷﺜ

ِﻪﺒ

ﺴ ﺴو

ﺸﺒﺸﻮﺴـﺸﺴـ

ِﰲ

ِضﺸﺜﺴﻷﺒ

ﺴ ِﺪِ ﺸُ

ﺿ٠

Artinya:

Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” [QS Al

Baqarah(2):60]38

ﺎﺴﻬـﺴأ

ُسﺎ ﺒ

ﺸﺒﻮُُ

ﺎ ِﳑ

ِﰲ

ِضﺸﺜﺴﻷﺒ

ً ﺴ ﺴ

ًﺎ ِﺷﺴ

ﺴ ﺴو

ﺸﺒﻮُِ ﺴـ

ِتﺒﺴﻮُ ُ

ِنﺎﺴ ﺸ ﺒ

ُ ِﺐ

ﺸ ُ ﺴ

ﱞوُﺪﺴ

ٌﲔِ

١ﺿ٨

Artinya:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan “[QS Al Baqarah(2):168]39

Indikasi pertumbuhan ekonomi dalam Islam antara lain: 1) Stabilitas ekonomi, sosial dan politik

Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, diperlukan kondisi yang kondusif. Stabilitas keadaan merupakan faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi. Untuk mengembangkan

      

37 Said Saat Marthon, Ekonomi Islam..., 158.

38 Al‐Quran,  : .  39 Ibid,  :


(48)

pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi dibutuhkan stabilitas politik dan sosial kemasyarakatan. Untuk itu dibutuhkan sebuah peraturan dan undang-undang yang disesuaikan dengan latar belakang dan kultur masyarakat. Hal ini telah diatur di dalam Islam beberapa nilai, norma, dan etika yang dapat membangun nilai stabilitas ekonomi, sosial dan politik.

2) Tingginya kegiatan investasi

Dalam kehidupan ekonomi, kegiatan produksi harus tetap berjalan dengan cara memberdayakan sumber-sumber ekonomi yang terdapat dalam masyarakat sehingga diperlukan investasi. Investasi merupakan komponen yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Investasi yang tinggi memacu terpenuhinya kebutuhan melalui kesempatan kerja penuh (full employment). Syariah

menganjurkan setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya untuk kesejahteraan hidupnya. Pendayagunaan sumber daya alam dan manusia merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan namun Islam melarang untuk menghambur-hamburkannya.40 Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 87-88 sebagai berikut:

ﺎﺴﻬـﺴأ

ﺴ ِﺬ ﺒ

ﺸﺒﻮُﺴآ

ﺸﺒﻮُِﺷﺮﺴُﲢ

ِتﺎﺴِﺷﺴ

ﺎﺴ

ﺴ ﺴأ

ُﺷﻪﺒ

ﺸ ُ ﺴ

ﺴ ﺴو

ﺸﺒوُﺪﺴﺸﺴـ

نِﺐ

ﺴﺷﻪﺒ

ُِﳛ

ﺴ ِﺪﺴﺸ ُﺸﺒ

٨ﻀ

ﺸﺒﻮُُﺴو

ﺎ ِﳑ

ُ ُ ﺴﺴزﺴﺜ

ُﺷﻪﺒ

ً ﺴ ﺴ

ًﺎ ِﺷﺴ

ﺸﺒﻮُـ ﺒﺴو

ﺴﺷﻪﺒ

ﺴيِﺬ ﺒ

ُ ﺴأ

ِِ

ﺴنﻮُِﺸﺆُ

٨٨

      


(49)

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya” [QS

Al Maidah(5):87-88]41

At-Tariqy menjelaskan, berdasarkan pendapat para ahli ekonomi Islam dan para fuqaha’ bahwa, pertumbuhan ekonomi bukan hanya aktivitas produksi material saja. Pertumbuhan ekonomi merupakan aktivitas menyeluruh dalam bidang produksi yang terkait erat dengan keadilan distribusi. Pertumbuhan ekonomi bukan hanya diukur dari aspek ekonomi, melainkan aktivitas manusia yang ditujukan untuk pertumbuhan dan kemajuan sisi material dan spiritual manusia sekaligus.42

Dari pendapat para ulama di atas, dirumuskan beberapa asas dalam pertumbuhan ekonomi. Adapun asas-asas pertumbuhan ekonomi dalam Islam ada empat yaitu:

1) Tauhid rububiyah, yaitu menyatakan dasar-dasar hukum Allah

untuk selanjutnya mengatur model pertumbuhan yang berdasarkan Islam.

2) Keadilan, yaitu pertumbuhan yang tidak pincang (senjang), tetapi pertumbuhan ekonomi yang merata (growth with equity).

      

41 Ibid,  : ‐ . 


(50)

3) Khalifah, yang menyatakan bahwa manusia adalah wakil Allah di

muka bumi untuk memakmurkan bumi dan bertangung jawab kepada Allah tentang pengelolaan sumberdaya yang diamanahkan kepadanya.

4) Tazkiyah yaitu mensucikan manusia dalam hubugannya dengan

Allah., sesamanya dan alam lingkungan, masyarakat dan negara.43 Mekanisme pertumbuhan yang dipertimbangkan Islam adalah dengan menetapkan peranan manusia yang dipusatkan sebagai wakil tuhan di muka bumi (asas khalifah), sebagaimana yang tercantum

dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 30:

ﺸﺛِﺐﺴو

ﺴلﺎﺴ

ﺴ ﺴﺜ

ِﺔﺴِﺴ ﺴﺸِ

ِﺷﱐِﺐ

ٌ ِ ﺎﺴ

ِﰲ

ِضﺸﺜﺴﻷﺒ

ًﺔﺴ ِﺴ

...

ﺼ٠

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi ini”...44

Dengan memelihara kedudukan manusia yang bermartabat, Islam menyerukan betapa pentingnya peran manusia dalam mengusahakan kesejahteraan hidup di muka bumi. Karena dalam pandangan Islam, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai pertumbuhan terus-menerus dari faktor produksi secara benar yang mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia, serta mampu menegakkan keadilan dalam mekanisme pertumbuhan melalui

      


(51)

pemerataan pendapatan (asas keadilan) dengan menegakkan dasar-dasar hukum Allah (asas tauhid rububiyah) untuk menjaga kesucian

manusia dalam hubugannya dengan Allah., sesamanya dan alam lingkungan, masyarakat dan negara (asas tazkiyah).45

e. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat kemiskinan. Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar disetiap golongan masyarakat, termasuk di golongan penduduk miskin.46 Sebagaimana telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 7 berikut ini:

ﺌﺎﺴﺴأ

ُﻪﺒ

ﻰﺴﺴ

ِِﻮُ ﺴﺜ

ﺸ ِ

ِ ﺸﺴأ

ىﺴﺮُﺸﺒ

ِ ِﺴ

ِلﻮُﺮِﺴو

يِﺬِﺴو

ﺴﰉﺸﺮُﺸﺒ

ﻰﺴﺎﺴﺴـﺸﺒﺴو

ِﲔِ ﺎﺴ ﺴﺸﺒﺴو

ِ ﺸﺒﺴو

ِ ِ ﺒ

ﺸ ﺴ

ﺴنﻮُ ﺴ

ًﺔﺴوُد

ﺴﺸﲔﺴ

ﺌﺎﺴِﺸﺴﺸﻷﺒ

ﺸ ُ ِ

ﺎﺴﺴو

ُ ُ ﺴآ

ُلﻮُﺮﺒ

ُوُﺬُ ﺴ

ﺎﺴﺴو

ﺸ ُ ﺎﺴﺴ

ُﺸﺴ

ﺒﻮُﻬﺴـ ﺎﺴ

ﺒﻮُـ ﺒﺴو

ﺴﻪﺒ

نِﺐ

ﺴﻪﺒ

ُﺪ ِﺪﺴ

ِبﺎﺴِﺸﺒ

Artinya:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [QS

Al-Hasyr(2):168]47

      

45Agustianto, “Pertumbuhan dan Pembangunan..., 6. 46 Ahmad Khabhibi, Analisis Faktor-Faktor..., 46.


(52)

Ayat di atas menjelaskan tentang pentingnya pemerataan distribusi pendapatan. Di mana kekayaan yang dihasilkan oleh negara tidak boleh hanya berputar di kalangan orang-orang kaya saja, tetapi harus menyebar keseluruh penduduk termasuk penduduk miskin sehingga tidak terjadi ketimpangan pendapatan.

Komponen yang dapat memacu pertumbuhan antara lain adalah terpenuhinya kebutuhan melalui kesempatan kerja penuh (full

employment).48Artinya perekonomian dalam keadaan full employment

menjadikan masyarakat mampu memenuhi seluruh kebutuhannya. Produksi barang meningkat dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat. Keadaan seperti ini mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi terus menerus dapat mendorong peningkatan output, sehingga dapat mensejahterakan

masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan.

Output meningkat

pengangguran menurun kebutuhan

terpenuhi

Gambar 2.2 PengaruhPertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

      

48 M. Umer Chapra, Alquran Menuju Sistem Moneter yang Adil, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,

Kesempatan kerja penuh

Produksi meningkat

Kemiskinan berkurang Pertumbuhan


(53)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arius Jonaidi dan Chairul Nizar dkk menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Artinya pertumbuhan ekonomi mampu menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.

B.Kerangka pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat dijelaskan kerangka pemikiran teoretis, sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh signifikan secara simultan antara zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013.

2. Ada pengaruh signifikan secara parsial antara zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013.

Zakat (X1)

Kemiskinan (Y) Pertumbuhan


(54)

D.Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, penting untuk memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tesis ini.

Sejumlah riset yang dilakukan diberbagai negara telah membuktikan pengaruh zakat dalam perekonomian, terutama terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan.

Penelitian tentang zakat dilakukan oleh Patmawati (2006) tentang peran zakat dalam menanggulangi masalah kemiskinan di Selangor Malaysia. Penelitian tersebut menganalisis tentang peran lembaga pengelola zakat dalam mendistribusikan dana zakat untuk mengurangi kemiskinan melaui pemerataaan pendapatan masyarakat berdasarkan kajian kurva Lorenz dan indeks Atkinson.

Hasil penelitian berdasarkan kajian kurva Lorence dan indeks gini menunjukkan zakat memberikan sumbangan positif dalam mengatasi masalah ketidakseimbangan pendapatan. Berdasarkan indeks Atkinson menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi kadar kemiskinan, memperkecil jurang kemiskinan dan selanjutnya dapat mengurangi tekanan kemiskinan di masyarakat. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa 10% kelompok masyarakat terbawah menikmati 10% kekayaan karena zakat. Angka ini meningkat dari 0,4 persen ketika transfer zakat tidak terjadi. Sedangkan 10 persen kelompok teratas masyarakat menikmati kekayaan sebesar 32 persen, atau turun dari 35,97 persen pada


(55)

posisi sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa kesenjangan antar kelompok dapat dikurangi. Ia pun menyimpulkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah keluarga miskin, mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di Selangor.

Selanjutnya penelitian tentang zakat telah dilakukan oleh Nur Rianto (2009) yang menganalisis efek multiplier zakat dan pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan di Propinsi DKI Jakarta serta membandingkan efek multiplier zakat terhadap tingkat pendapatan dengan efek multiplier dari suatu perekonomian tanpa memasukkan unsur zakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perekonomian dengan adanya unsur zakat di dalamnya menghailkan besaran multiplier sebesar 2,0679, sementara pada perekonomian tanpa ada unsur zakat menghasilkan nilai multiplier terhadap pendapatan sebesar 3,3239. Hal ini memperlihatkan bahwa zakat yang dikelola oleh bazis DKI Jakarta masih belum mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian.

Syauqi Beik (2008) dalam penelitianya tentang peran zakat dalam mengurangi kasus kemiskinan di daerah DKI Jakarta dengan mengambil studi kasus Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Dompet Dhuafa Republika. Penelitian ini menggunakan sejumlah alat analisa, yaitu headcount ratio, untuk mengetahui berapa jumlah dan persentase keluarga miskin; rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan, yang digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan; dan indeks Sen serta indeks Foster, Greer dan Thorbecke (FGT), yang


(56)

digunakan untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil analisa menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan persentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan telah dilakukan oleh Arius Jonaidi (2012). Penelitian tersebut menggunakan data panel dengan menggunakan model persamaan simultan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pengurangan angka kemiskinan, terutama di daerah perdesaan yang banyak terdapat kantong-kantong kemiskinan. Kemiskinan berkorelasi negatif tehadap pertumbuhan ekonomi di mana peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,08 persen dapat menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 1 persen.

Selanjutnya Chairul Nizar (2013) dkk telah melakukan penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi serta hubungannya terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series, 1980-2010. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan secara langsung sangat kecil namun, hubungannya negatif dan signifikan.


(57)

Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu

No. Judul Oleh Masalah Variabel Hasil penelitian Perbedaan

1. Peran Zakat dalam Menanggulangi Masalah Kemiskinan di Selangor Malaysia

Patmawati Apakah zakat dapat mengatasi ketidak seimbangan pendapatan di Selangor?

Zakat, kemiskinan dan

pendapatan masyarakat miskin

Berdasarkan kajian kurva Lorence dan indeks gini menunjukkan zakat memberikan sumbangan positif dalam mengatasi masalah ketidakseimbangan pendapatan. Berdasarkan indeks Atkinson menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi kadar kemiskinan, memperkecil jurang kemiskinan dan selanjutnya dapat mengurangi tekanan kemiskinan di masyarakat.

Daerah penelitian Malaysia, alat analisis menggunakan kajian kurva Lorence dan Indeks Atkinson, terdapat data masyarakat miskin yang digunakan dalam penelitian.


(58)

2. Efek Multiplier Zakat dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pendapatan di

Propinsi DKI Jakarta

Nur Rianto 1. Seberapa besar efek multiplier dana zakat yang dikelola oleh BAZIS DKI Jakarta dalam mengentaskan kemiskinan di Jakarta dan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka yang dilihat dari pendapatan per kapita?

2. Bila dibandingkan

Zakat dan tingkat pendapatan

Perekonomian dengan adanya unsur zakat di dalamnya

menghailkan besaran multiplier sebesar 2,0679, sementara pada perekonomian tanpa ada unsur zakat menghasilkan nilai multiplier terhadap pendapatan sebesar 3,3239. Hal ini memperlihatkan bahwa zakat yang dikelola oleh bazis DKI Jakarta masih belum mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian.

Daerah penelitian propinsi DKI Jakarta, terdapat tingkat pendapatan dalam variabel penelitian. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh zakat terhadap perekonomian.


(59)

dengan

perekonomian tanpa memasukkan unsur zakat di dalamnya, manakah yang lebih baik, apakah

perekonomian dengan zakat atau tanpa zakat? 3. Analisis Peran Zakat

dalam Mengurangi Kemiskinan di Daerah DKI Jakarta

Irfan Syauqi Beik

Apakah

pendayagunaan zakat yang selama ini dilakukan memiliki dampak

Zakat dan kemiskinan daerah Jakarta

Zakat mampu mengurangi jumlah dan persentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Daerah penelitian DKI Jakarta, data yang digunakan dalam penelitian, menggunakan alat


(60)

terhadap pengurangan kemiskinan? Apa saja indikatornya?

analisa, yaitu :

headcount ratio, dan

indeks Sen serta indeks Foster, Greer dan Thorbecke (FGT). 4. Pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan

Arius Jonaidi

Apakah ada pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Indonesia?

Pertumbuhan ekonomi, kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pengurangan angka kemiskinan. Kemiskinan berkorelasi negatif tehadap pertumbuhan ekonomi di mana peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,08 persen dapat

menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 1 persen

Penelitian

menggunakan data panel


(61)

5. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia

Chairul Nizar, dkk.

Apakah ada pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan secara langsung?

PDB,

Investasi dan tenaga kerja

Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan secara langsung sangat kecil namun, hubungannya negatif dan signifikan

Tahun penelitian 1980-2010, variabel penelitian meliputi investasi dan tenaga kerja.


(62)


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah zakat, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh secara simultan zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013.

2. Ada pengaruh signifikan zakat terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013. Hal ini sesuai teori bahwa zakat memiliki pengaruh negatif terhadap kemiskinan. Pada saat zakat mengalami peningkatan, maka tingkat kemiskinan akan menurun dan sebaliknya, pada saat zakat menurun maka, tingkat kemiskinan meningkat. Tidak ada pengaruh signifikan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013. Hal ini disebabkan adanya ketimpangan pendapatan antara kelompok kaya dengan kelompok miskin yang ditunjukkan dengan indeks gini yang sangat tinggi hingga mencapai angka 0,4.


(64)

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Zakat berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah perlu mengeluarkan peraturan berkaitan dengan sentralisasi pengelolahan dana zakat oleh Baznas dan mewajibkan pemeluk agama Islam untuk mengeluarkan zakat sebagaimana kewajiban membayar pajak. Indonesia memiliki potensi zakat yang sangat tinggi dan masih jauh dari perolehan zakat riil yang berhasil dihimpun oleh Baznas setiap tahunnya. Zakat memiliki fungsi transfer kekayaan dari golongan kaya kepada golongan miskin, memperkecil ketimpangan pendapatan antara penduduk kaya dan penduduk miskin serta pemerataan distribusi pendapatan negara, sehingga dengan adanya peraturan pemerintah diharapkan potensi zakat yang sangat besar dapat terealisasi dan tingkat kemiskinan di Indonesia dapat diatasi.

2. Masih banyak variabel lain yang secara teoretis mempengaruhi tingkat kemiskinan, diantaranya tingkat pendidikan, pengangguran, anggaran belanja pemerintah dan lain-lain, demikian halnya dengan data dan runtut waktu penelitian. Untuk itu disarankan kepada peneliti-peneliti lain untuk mempertimbangkan atau menambah variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan dan memperluas penelitian baik dari segi obyek maupun runtut waktu penelitian.


(65)

Daftar Kepustakaan

Al-Quran

Agustianto. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam. dalam http://www.agustiantocentre.com/?p=584. 2015.

Al Arif, M. Nur Rianto. Efek Pengganda Zakat Serta Implikasinya terhadap

Program Pengentasan Kemiskinan, Jurnal Ekbisi Fakultas Syariah UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 5, No. 1, Desember 2010.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi, terj Hery Noer Ali dkk, Tafsir

Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra, 1992.

BAZNAS Bidik Kenaikan Perolehan Zakat 35 Persen. dalam http: Republika.co.id

Beik, Irfan Syauqi. Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi

Kasus Dompet Dhuafa Republika, Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Vol. 2,

2009.

BPS. Data Strategis BPS. Jakarta: BPS, 2013.

Cahyat,A. Gönner, C. and M Haug. Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan

Rumah Tangga: Sebuah Panduan dengan Contoh dari Kutai Barat,

Indonesia. Bogor: CIFOR Indonesia, 2007. 

Chapra, M. Umer . Alquran Menuju Sistem Moneter yang Adil. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1997.

Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani,

2002.

Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problematika Sosial

di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Islahi, Abdul Azim. Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1997.

Khabhibi, Ahmad. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Kemiskinan. Surakarta: USM, 2013.

Kuncoro, Mudrajad. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan.

Jakarta: Erlangga, 1997.

Kuncoro, Mudrajad. Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi.


(1)

1

Daftar Kepustakaan Al-Quran

Agustianto. Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam. dalam http://www.agustiantocentre.com/?p=584. 2015.

Al Arif, M. Nur Rianto. Efek Pengganda Zakat Serta Implikasinya terhadap Program Pengentasan Kemiskinan, Jurnal Ekbisi Fakultas Syariah UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 5, No. 1, Desember 2010.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi, terj Hery Noer Ali dkk, Tafsir

Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra, 1992.

BAZNAS Bidik Kenaikan Perolehan Zakat 35 Persen. dalam http: Republika.co.id

Beik, Irfan Syauqi. Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika, Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Vol. 2,

2009.

BPS. Data Strategis BPS. Jakarta: BPS, 2013.

Cahyat,A. Gönner, C. and M Haug. Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga: Sebuah Panduan dengan Contoh dari Kutai Barat,

Indonesia. Bogor: CIFOR Indonesia, 2007. 

Chapra, M. Umer . Alquran Menuju Sistem Moneter yang Adil. Yogyakarta: Dana

Bhakti Wakaf, 1997.

Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani,

2002.

Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problematika Sosial

di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Islahi, Abdul Azim. Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1997.

Khabhibi, Ahmad. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Kemiskinan. Surakarta: USM, 2013.

Kuncoro, Mudrajad. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan.

Jakarta: Erlangga, 1997.

Kuncoro, Mudrajad. Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi.


(2)

2

Manan, Muhammad Abdul. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT.

Dana Bhakti Wakaf,1993.

Marthon, Said Saad. Ekonomi Islam; Di Tengah Krisis Ekonomi Glogal. Jakarta: Zikrul

Hakim, 2007.

Natanael, Sufren Yonatan. Belajar Otodidak SPSS. Jakarta: PT. Media Elex

Komputindo, 2014.

Pass, Christhoper. Dictionary of Economic. Jakarta: Erlangga, 1998.

Potensi dan Perolehan Zakat di Indonesia. dalam http: Republika.co.id.

Prastyo, Adit Agus. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Kemiskinan. Semarang: UNDIPPRESS, 2010.

Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat (4). Jakarta: Departemen

Agama, 1982.

Qadir, Abdurrachman. Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2002.

Rahman, Miftahur “ Ternyata Indonesia Memiliki Potensi Zakat Terbesar di Dunia”, dalam http://www.kompasiana.com/miftahelbanjari/ ternyata-Indonesia-memiliki-potensi-zakat-terbesar-didunia_552919

cc6ea8340c4d8b458f.

Ridwan dan Sunarto. Pengantar Statistik. Bandung: Alfabeta, 2009.

Ridwan, Muhammad dan Mas’ud. Zakat dan Kemiskinan Instrumen

Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: UII Press, 2005.

Ridwan, Muhammad. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta:

UII Press, 2005.

Saefuddin, Ahmad M. Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam. Jakarta:

CV Rajawali, 1987.

Sarwoko. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jogjakarta: Andi, 2005.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2012.

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada, 1999.

Sumodiningrat, Gunawan. Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. IMPAC:


(3)

3

Syahrul M, Ujang. Pengaruh Anggaran Belanja Bidang Kesejahteraan Rakyat Pendayagunaan ZIS dan PDRB Terhadap tingkat Kemiskinan di Indonesia. Tesis—UI, Jakarta, 2009.

TNP2K. Penanggulangan Kemiskinan: Situasi Terkini, Target Pemerintah, dan

Program Percepatan. Jakarta: TNP2K, 2010.

Todaro, Michael P & Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.


(4)

Tabel Data Tingkat Kemiskinan, Zakat dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun Persentase angka kemiskinan (dalam persen) GDP growth Zakat

2002 18,2 4,5 68.390.000.000

2003 17,4 4,8 85.280.000.000

2004 16,6 5,0 150.090.000.000

2005 15,9 5,7 295.520.000.000

2006 17,7 5,5 373.170.000.000

2007 16,5 6,4 740.000.000.000

2008 15,4 6,0 920.000.000.000

2009 14,1 4,6 1.200.000.000.000

2010 13,3 6,2 1.500.000.000.000

2011 12,3 6,5 1.730.000.000.000

2012 11,6 6,2 2.200.000.000.000

2013 11,4 5,3 2.700.000.000.000

Sumber: TNP2K, BPS dan Baznas


(5)

5

Output SPSS Uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kemiskinan zakat pertumbuhan

N 12 12

Normal Parametersa Mean 15.0333 9.9687E2 5.5583

Std. Deviation 2.42275 8.81267E2 .71536

Most Extreme Differences Absolute .144 .177 .148

Positive .120 .177 .116

Negative -.144 -.146 -.148

Kolmogorov-Smirnov Z .500 .614 .514

Asymp. Sig. (2-tailed) .964 .846 .954

a. Test distribution is Normal

Uji Multikolinieritas, uji signifikansi, uji model

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 18.633 1.885 9.884 .000

zakat -.003 .000 -.934 -8.885 .000 .815 1.227

pertumbuhan -.187 .356 -.055 -.526 .611 .815 1.227

a. Dependent Variable: kemiskinan

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .959a .919 .901 .76213 1.377

a. Predictors: (Constant), pertumbuhan, zakat b. Dependent Variable: kemiskinan


(6)

6

Uji Heteroskedastisitas

Uji koefisien determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .959a .919 .901 .76213 1.377

a. Predictors: (Constant), pertumbuhan, zakat b. Dependent Variable: kemiskinan

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 59.339 2 29.670 51.080 .000a

Residual 5.228 9 .581

Total 64.567 11

a. Predictors: (Constant), pertumbuhan, zakat b. Dependent Variable: kemiskinan