TERAPI COGNITIF DEVELOPMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA KLIEN YANG KURANG KASIH SAYANG ORANGTUA DI UPTD KAMPUNG ANAK NEGERI SURABAYA.
TERAPI COGNITIF DEVELOPMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA KLIEN YANG KURANG KASIH SAYANG ORANGTUA
DI UPTD KAMPUNG ANAK NEGERI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh :
Muhammad Mahfudz Ali NIM.B93212105
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Muhammad Mahfudz Ali (B93212105), “Terapi Cognitif Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien Yang Kurang Kasih Sayang Orangtua Di
UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya”.
Fokus penelitian ini meliputi : 1) Bagaimana proses terapi Cognitif
Development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang
orangtua di UPTD kampung anak negeri Surabaya. 2) Bagaimana hasil akhir terapi Cognitif Development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orangtua di UPTD kampung anak negeri Surabaya.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriftif komparatif. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil dengan membandingkan terapi Cognitif Development antara teori dan lapangan serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah mendapatkan konseling dalam menganalisa.
Pelaksanaan terapi Cognitif Development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orangtua di UPTD kampung anak negeri Surabaya dilakukan oleh konselor dengan cara menerapkan langkah-langkah sebagai berikut: pertama identifikasi masalah, kedua diagnosis, ketiga prognosis, konselor merumuskan 2 langkah yaitu skema dan adaptasi keempat terapi konselor dengan skema memperhatikan klien melihat keadaan yang sekarang dialaminya, adaptasi, konselor membuat klien merasa lebih nyaman tinggal di UPTD, bersama teman-temannya dan kelima evaluasi atau follow up agar klien tetep belajar setelah tidak ada keberadaan konselor.
Proses terapi Cognitif Development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orangtua di UPTD kampung anak negeri Surabaya dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan pada diri klien dan dengan melihat skala penilaian dan wawancara dengan klien, ibu klien, guru wali kelas klien dan salah satu teman dekat klien. Hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini cukup berhasil dengan prosentase 66%, yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku pada sikap dan perilaku konseli yang awalnya suka murung dan tidak mau belajar dan akhirnya rajin belajar pada waktu jam siang waktu belajar di UPTD.
Kata kunci: Terapi Cognitif Development, motivasi belajar dan klien yang kurang kasih sayang.
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTIRAS SKRIPSI... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat penelitian ... 5
E. Definisi Konsep ... 6
F. Metode penelitian ... 10
G. Sistematika Pembahasan ... 19
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Terapi Cognitive Development, Motivasi Belajar Dan Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua ... 21
1. Terapi Cognitive Development ... 21
2. Motivasi Belajar ... 27
3. Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua ... 33
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 37
BAB III : PENYAJIAN KATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 40
1. Deskripsi Lokasi penelitian ... 40
a. Profil UPTD Kanri Surabaya ... 40
b. Lokasi/alamat UPTD Kanri Surabaya ... 48
2. Deskripsi Konselor ... 49
a. Identitas ... 49
b. Riwayat Pendidikan ... 50
3. Deskripsi Klien ... 50
a. Latar belakang Keluarga ... 51
b. Latar belakang ekonomi ... 53
c. Latar belakang keagamaan ... 53
d. Latar belakang sosial ... 54
4. Deskripsi Masalah ... 54
(8)
1. Deskripsi proses Terapi Cognitive Development, Motivasi
Belajar dan Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua. ... 56
a. Identifikasi Masalah ... 56
b. Diagnosis ... 60
c. Prognosis ... 60
d. Treatment/Terapi ... 61
e. Evaluasi dan Follow Up ... 65
2. Hasil proses Terapi Cognitif Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya ... 68
a. perilaku tidak semangat... 68
b. Gelisah ditandai dengan sering bermuka murung ... 69
c. Mudah marah atau sensitive ... 69
d. Tidur larut malam ... 69
e. Hilangnya nafsu makan ... 70
BAB IV : ANALISA DATA A. Analisa proses pelaksanaan Terapi Cognitif Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya ... 72
B. Analisa Data tentang hasil akhir proses TerapiCognitif Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya ... 74
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(9)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Anak merupakan tahap dimana seseorang sedang berada dalam kondisi yang belum mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan yang matang sehingga segala sesuatunya berbeda dengan orang dewasa. Anak masih memiliki keterbatasan-keterbatasan sesuai dengan pertumbungan dan perkembangan yang ada.
Beberapa hak anak menurut Tahun Internasional Anak, 1979 yaitu hak anak untuk menerima kasih sayang, dan pengertian, mendapat gizi yang cukup, menikmati pendidikan, dan lain sebagainya.1 Hak-hak tersebut patutnya dipenuhi oleh orang tua dari seorang anak. Dan kasih sayang dari orang tua adalah hal yang sangat berharga yang patutnya ada pada diri anak. Dengan kasih sayang orang tuanya, anak dapat mengalami tumbuh kembang dengan baik.
Para ahli mengemukakan bahwa orang tua dapat membuat anaknya menjadi lebih cerdas bila di dalam keluarganya dibangun suasana hangat dan kasih sayang dan penuh rangsang positif. Lingkungan keluarga yang hangat diiringi rangsangan yang tepat akan sanggup meningkatkan taraf kecerdasan anak. Dan kedekatan antara orangtua dan anak juga dapat meningkatkan berkembangnya ikatan emosional secara timbal balik antara anak dengan orangtuanya. Selain itu, kedekatan orangtua dan anak juga dapat
(10)
2
meningkatkan rasa percaya diri, terbentuk pula rasa saling mengasihi, dapat memupuk kemampuan membina hubungan yang hangat, mengasihi antar sesama, peduli kepada orang lain, pertumbuhan fisik berjalan dengan baik, meningkatkan perkembangan intelektual, menyeimbangkan perkembangan kognitif dan psikologis anak.2 Dengan kasih sayang orang tua pula, motivasi belajar dalam diri anak tersebut akan meningkat sehingga sangat mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam masa belajarnya. Akan tetapi, semua itu akan sulit jika dialami oleh anak yang dikatakan kurang kasih sayang orangtua.
Emosi yang berkembang dalam diri anak akan sesuai dengan implus (rangsangan atau gerak hati yang timbul dengan tiba-tiba untuk melakukan sesuatu tanpa pertimbangan) emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar menyayangi. Perkembangan emosi ini seiring dengan perkembangan kognitif anak.3 Aspek Emosi yang berupa kasih sayang sangat memberikan pengaruh kepada anak. Perkembangan kognitif anak seperti konsentrasi yang lebih baik sehingga prestasi belajar pun juga menjadi baik.4 Akan tetapi Bintang tidak memiliki
dukungan orangtua yang dapat membantu tumbuh kembang kognitifnya berjalan dengan baik. Sehingga motivasi belajarnya sangat rendah dan membutuhkan bantuan untuk meningkatkan motivasi belajar dalam dirinya.
2 Dini Kasdu, Anak Cerdas, (Jakarta: Puspa Swara, 2004), hal. 97.
3 Zulaeha Hidayati, Anak Saya Tidak Nakal, Kok, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2010), hal. 63.
(11)
Setiap anak membutuhkan motivasi dalam dirinya untuk mendorong semangatnya dalam belajar. Akan tetapi, oleh karena kurangnya kasih sayang orangtua serta keadaan terpukul karena perceraian orangtuanya, Bintang seakan tidak memiliki dorongan untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Bintang memerlukan bantuan agar dirinya tetap memiliki motivasi belajar sekalipun orangtuanya sudah bercerai. Kompleksitas permasalahan yang dialami Bintang yang masih berusia dini ini menyebabkan Bintang semakin menurun perkembangan belajarnya. Karena kurangnya kasih sayang pada diri Bintang tersebut mengganggu emosi dalam diri Bintang yang juga mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Hal tersebut dikarenakan perkembangan emosi yang meliputi kemampuan untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, dan bentuk-bentuk emosi lainnya tehambat karena kurangnya pemberian kasih sayang yang kurang dari orangtuanya.
Anak yang kurang mendapatkan kasih sayang orangtua cenderung tertutup dengan orangtuanya sehingga orangtua pun tidak dapat banyak mengetahui apapun yang dilakukan anaknya jika di luar rumah. Di dalam diri anak yang kurang kasih sayang akan tumbuh rasa ingin mencari jati dirinya dengan caranya sendiri sehingga bisa saja bertindak nakal atau membuat onar, dengan tujuan dapat menarik perhatian orangtuanya.5 Seperti halnya yang
sedang dialami oleh Bintang . Bintang merupakan anak laki-laki yang berusia 13 tahun dan sekarang sedang duduk di bangku sekolah dasar kelas 6. Bintang merupakan anak yang kurang kasih sayang dari orangtuanya. Sejak orangtua
5 Wendi Zarman, Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah & Lebih Efektif, (Bandung: Ruang Kata, 2011), hal.167.
(12)
4
Bintang bercerai, bintang tidak lagi mendapatkan kasih sayang layaknya anak lainnya. Bintang juga dititipkan oleh ayahnya di UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Kampung Anak Negeri Surabaya. Selain sangat minim kasih sayang, Bintang juga terpukul oleh perceraian orangtuanya sehingga Bintang tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Berdasarkan problem yang ada pada diri subjek penelitian ini, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul, Terapi Cognitif Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti dapat mengambil beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah terapi cognitive development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orang tua ?
2. Bagaimana hasil terapi cognitive development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orang tua?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui langkah-langkah terapi cognitive development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orang tua.
2. Untuk mengetahui hasil terapi cognitive development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orangtua.
(13)
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi khasanah keilmuan baru yang berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling Islam, terkait penerapan teori cognitif development beserta langkah-langkahnya terhadap motivasi belajar dan juga problem anak deprivasi maternal atau anak yang kurang kasih sayang orangtua bertikut juga penangananya bagi anak yang seperti klien sebagai penambahan ilmu pengetahuan kita.
b. Manfaat praktis
Manfaat Praktis yang diharapkan peneliti adalah memberikan bantuan kepada anak diprevasi maternal atau anak yang kurang kasih sayang orangtua sehingga anak yang menjadi subjek dalam penelitian ini dapat rajin belajar untuk meraih cita citanya tanpa ada hambatan yang menghalanginya. Serta diharapkan pula penelitian ini dapat membantu klien dalam memberikan penanganan problem masalah pada diri anak yang menjadi subjek penelitian ini. Dan juga lebih dapat beradaptasi dengan lingkungannya di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya meskipun tanpa adanya kelengkapan perhatian dari orang tuanya sehingga melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
(14)
6
E. Definisi Konsep
Agar diketahui maksud judul penelitian ini, maka berikut dijelaskan beberapa konsep sebagai berikut:
a. Terapi Cognitive Development
Terapi kognitif adalah terapi yang menggunakan pendekatan
tersetruktur, aktif, direktif, dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian yang berupa frustasi yang menimbulkan malasnya belajar seorang anak dan harus dimotivasi
lagi agar anak tersebut bisa belajar bersama teman-temannya.6 Terapi ini
didasarkan pada teori bahwa efek (keadaan emosi dan perasaan) serta tindakan seseorang sebagaian besar ditentukan oleh bagaimana seseorang terssebut membentuk dunianya. Jadi, bagaimana seseorang berfikir,
menentukan bagaimana perasaan dan reaksinya.7
Terapi Cognitive Development atau Terapi Perkembangan Kognitif
merupakan terapi kognitif yang didasari oleh teori perkembangan kognitif.
Terapi ini berasal dari teori Perkembangan kognitif atau Cognitive
Development yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Jerome Bruner.
Para ahli tersebut berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu proses aktif yang berlangsung sementara anak berinteraksi dengan lingkungannya. Teori Piaget ini dikenal menyatakan bahwa dalam pembelajaran terjadi dua proses, yaitu mengasumilasikan informasi agar
6 Mangunhardjana, Mengatasi hambatan-hambatan kepribadian, (Yogyakarta: Kanisius 1981), hal. 55.
(15)
sesuai dengan skema kognitif dan mengakomodasi informasi dengan
mengubah struktur kognitif.8 Teori ini juga mengemukakan tentang
perkembangan intelektual anak. Menurut Piaget, anak menjalani tahapan perkembangan kognisi sampai akhirnya proses berpikir anak menyamai proses berfikir orang dewasa.
Dalam teori perkembangan kognisi (cognitive development)
terdapat proses terapi yang meliputi porses skema(struktur kognitif), adaptasi (proses penyesuaian terhadap lingkungan), asimilasi (proses penggabungan informasi baru yang ditemui dalam realitas dengan struktur kognisi seseorang), dan akomodasi (mengubah struktur kognisi seseorang untuk disesuaikan, diselaraskan, dengan atau meniru apa yang diamati
dalam realitas.9
Terapi cognitive development atau perkembangan kognitif ini
memfokuskan pada terapi yang mengarah pada peningkatan kemampuan intelegensi yang merupakan alat atau cara yang memungkinkan individu
mencapai keseimbangan atau beradaptasi dengan lingkungannya10
Dapat disimpulkan bahwa terapi cognitive development terapi yang
digunakan untuk menangani hambatan kepribadian secara terstruktur dan aktif kepada klien secara singkat sehingga proses penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan waktu yang relatif singkat jika sesuai prosedur
yang ada dalam terapi cognitive development.
8 Susan B. Bastable, Perawat Sebagai Pendidik, (Jakarta: EGC, 2002), hal. 42.
9 Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan, dan Permainan, (Jakarta: Grasindo, 2001), hal. 8.
10 Paul Parsono, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 20.
(16)
8
b. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata move yang artinya bergerak. Motivasi
adalah sesuatu yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau kelompok orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu motivasi eksternal (motivasi yang berasal dari luar diri) dan motivasi internal (dari dalam diri).11
Menurut Winer mendefinisikan motivasi sebagai kondisi internal yang membangkitkan seseorang untuk bertindak, mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, dan membuat seseorang tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga, atau daya, atau suatu keadaan yang komples dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun
tidak disadari.12 Sedang belajar merupakan sebuah proses yang terus
dilakukan oleh tiap individu selama hidupnya. Hasil dari belajar yakni adanya sebuah pengetahuan maupun pemahaman, yang berdampak pada
perubahan perilaku, cara pandang dan bertambahnya wawasan.13
11 Anton Irianto Born to Win Kunci Sukses yang Tak PenahGagal, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005) hal. 53.
12 Nursalam & Ferry E, Pendidikan Dalam Keperawatan, (Surabaya:Salemba Medika, 2008) hal.14.
(17)
Motivasi belajar menurut Albert Einstein adalah hal-hal yang dianggap menyenangkan dalam belajar. Para pakar meyakini bahwa setiap anak memiliki sifat ingin tahu untuk mengeksplorasi lingkungannya.14
Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa motivasi belajar adalah peningkan keminatan anak untuk belajar bersama teman-temannya sehingga dia bisa bergaul dengan yang lain dan tidak ada kesenjangan antara dia dan teman-temannya karena status mereka sama di UPTD tersebut.
c. Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua (Diprevasi Maternal)
Anak kurang kasih sayang orangtua (Diprevasi Maternal) adalah
anak yang kurang diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya oleh orangtuanya sehingga dapat menjadi anak yang rendah diri atau justru tidak dapat diatur serta bisa mencari kasih sayang dari tempat lain yang bisa saja menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam perbuatan dosa dan kejahatan. Awalnya anak ini suka menyendiri dan tanpa memperdulikan lingkungan sekitar, ketika ada teman untuk mengajak apaun akan dilakukannya meskipun itu hal yang dilarang agama ataupun negara karena dia tanpa kasih sayang orang tua dan juga tidak ada yang mengarahkan kemana dia akan melangkah. Anak-anak juga akan terlibat dalam tindakan kriminal dan penyalahgunaan narkoba karena mereka anak
14Reni Akbar & Hawadi, Perkembanagn Anak, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), hal. 92.
(18)
10
yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang cukup dari orangtua mereka.15
Dengan berbagai macam cara dilakukan untuk mecari perhatian orang lain dan juga kadang bisa menjerumuskan temannya sendiri. Kurang kasih sayang (Deprivasi maternal) juga merupakan suatu kondisi dimana anak kekurangan kasih sayang orangtua terutama ibu. Kekurangan kasih sayang ini bisa karena intensitas pertemuan yang terlalu singkat ataupun kurangnya perhatian meskipun ibu berada di depan mata.16 Selanjutnya
Peneliti memilih judul penelitian: “Terapi Cognitive Development terhadap Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua Di
UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya”.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu problema dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan yang diteliti.17
Jenis penelitiannya adalah Studi kasus. Dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu metode yang lazim diterapkan untuk
15 Muhsin, Mari Mencintai Anak Yatim, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hal.56. 16 Staff Admin- Bayi & Balita, Kenali Ciri Anak yang Mengalami Deprivasi Mental, http://healthynesia.blogspot.co.id/2015/02/kenali-ciri-anak-yang-mengalami.html, diakses pada minggu tanggal 3 pukul 10.37.
(19)
memberikan penekanan pada spesifikasi dari unit-unit atau kasus-kasus yang diteliti. Dengan kata lain, metode ini berorientasi pada sifat-sifat yang unik (casual) dari unit-unit yang sedang diteliti berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian18.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi:
a. sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen,
b. sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya
2. Sasaran Penelitian
Sasaran di dalam penelitian ini adalah seorang anak yang bernama Bintang Adi Saputra yang lahir di Surabaya pada tanggal 01 maret 2004. Pendidikan yang ditempuh Bintang saat ini adalah Sekolah Dasar kelas empat. Alamat subjek sekarang ialah di UPTD Kanri Surabaya. Bintang memiliki ciri- ciri fisik yaitu tinggi badan 130 cm, berat badan 39 kg, warna kulit coklat sawo matang, bentuk wajah oval, bentuk rambut hitam tegak, agama Bintang adalah Islam, hobinya adalah menggambar, nama ayahnya adalah Ali yang bekerja sebagai TNI yang membuat bangga Bintang sampai dia bercita-cita ingin jadi TNI juga, alamat beliau adalah di
(20)
12
Surabaya, nama Ibu Bintang disamarkan dan jenis masalah anak jalanan status orang tua adalah cerai.
3. Jenis dan Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah ialah sebagai berikut:19
a. Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh penulis di lapangan yaitu informasi dari klien yang berperilaku pendiam. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian yang berkenaan dengan variabel yang diteliti.
Sumber data primer yaitu Bintang (klien). Peneliti akan menelaah kata-kata, perilaku, kegiatan Bintang ketika berada di UPTD Kanri Surabaya.
b. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain guna melengkapi data yang diperoleh penulis dari sumber data primer. Data sekunder adalah penjelasan dari Yusuf (teman klien), Rendi (Pembimbing UPTD), dan Pak Harsono (Ketua UPTD). 4. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahap-tahap dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang dicapai oleh suatu
penelitian dan merencanakan strategis untuk memperoleh dan
(21)
menganalisis data bagi klien. Hal ini dimulai dengan memberikan perhatian khusus yang bersangkutan dan menelaah kembali terhadap literatur, termasuk penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yang berhubungan dengan judul dan masalah penelitian yang bersangkutan. 20
b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian, tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan, di sini disajikan latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, metode atau prosedur analisis dan pengumpulan data. Analisis dan laporan hal ini merupakan tugas terpenting dalam suatu proses penelitian.
Pada tahap pengkajian secara teliti, peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara ditujukan kepada Bintang (klien), Yusuf (teman klien), Rendi (pembimbing UPTD), Pak Harsono (Kepala Kanri Surabaya).
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data sangat penting guna mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan diantaranya sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai
(22)
14
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. Peneliti melakukan penelitian dengan datang langsung ke UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya untuk mengumpulkan data yang lengkap. Peneliti mengobservasi perilaku klien ketika berada di Kanri Surabaya secara detail mengobservasi ucapan, perilaku klien dan juga mengobservasi teman-teman klien dan juga pembimbing klien serta ketua Kanri Surabaya.
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Penelitian ini, wawancara dilakukan secara tatap muka langsung (face to face) untuk mendapat informasi mendalam tentang diri klien. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Bintang (klien), Yusuf (teman klien), Rendi (Pembimbing UPTD), dan Pak Harsono (Ketua UPTD). Hal ini bertujuan untuk mengetahui tentang klien sewaktu dalam proses kegiatan di UPTD Surabaya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data secara sistematis. Dokumen
(23)
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life stories), biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, dan lain-lain. Dokumen yang diambil peneliti yaitu absensi klien, foto lokasi UPTD, dan foto ketika melakukan proses wawancara konseling
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.21 Penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah Deskriptif Komparatif atau biasa disebut Metode Perbandingan Tetap. Teknik ini secara tetap membandingkan kategori satu dengan kategori yang lain.22 Data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:23
21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2012), hal. 244.
22 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 288.
23 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),hal. 248.
(24)
16
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Data yang sudah terkumpul dan diolah maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut menggunakan teknik deskriptif komparatif. Analisa yang dilakukan untuk mengetahui proses Aplikasi Terapi Kognitif development dalam menangani anak diprevasi maternal di UPTD Kanri Surabaya dengan teknik Deskriptif Komparatif yaitu membandingkan antara perilaku klien sebelum dan sesudah mendapatkan terapi, menganalisis hasil dengan melihat perubahan yang terjadi setiap hari pada diri klien masih sering menyendiri ataukah tidak.
7. Teknik Keabsahan Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjanagn pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, dan triangulasi.
Adapun teknik keabsahan data yang dipakai peneliti hanya meningkatkan ketekunan.
(25)
Tahap awal adalah peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.24 Bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.
Peneliti akan membaca literatur mengenai Cognitif
Development baik berupa buku (selain karangan Brian Mayne dan
(26)
18
Sangeeta Mayne), artikel, dan penelitian kakak terdahulu yang sama-sama menerapkan terapi Cognitif Development guna membantu masalah klien.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari beberapa sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan sutau kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber data tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
(27)
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok bahasan yang meliputi:
BAB PERTAMA : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, teknik pemeriksaan keabsahan data,
dan sistematika pembahasan.
BAB KEDUA : Kajian Teoritik meliputi kajian pustaka yang membahas tentang pengertian Terapi Cognitive Development, Tahapan Terapi
Cognitive Development berikut langkah-langkahnya, pengertian Motivasi
Belajar, pengertian Anak yang Kurang Kasih Sayang (Diprevasi Maternal), Ciri-ciri Anak yang Kurang Kasih Sayang (Diprevasi Maternal).
BAB KETIGA : Penyajian data terdiri dari deskriptif umum objek penelitian. Deskriptif umum objek penelitian membahas tentang: gambaran
(28)
20
lokasi penelitian, deskripsi klien, deskripsi masalah dan deskripsi konselor. Sedangkan deskripsi proses penelitian membahas tentang data hasil observasi, hasil dari wawancara terhadap klien, dan hasil dari dokumentasi.
BAB KEEMPAT : Analisis data yang mana analisis data yaitu analisis
data mengenai proses terapi cognitive development terhadap motivasi belajar
pada klien yang kurang kasih sayang orang tua dan hasil terapi cognitive
development dalam motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang
orang tua.
BAB KELIMA : Penutup, penutup merupakan bagian terakhir. Di mana pada bagian ini akan membahas tentang kesimpulan, saran dan lampiran-lampiran.
(29)
21
BAB II
TERAPI COGNITIVE DEVELOPMENT, MOTIVASI BELAJAR DAN
ANAK KURANG KASIH SAYANG ORANGTUA (DIPREVASI MATERNAL)
A. Terapi Cognitive Development, Motivasi Belajar, dan Anak Kurang
Kasih Sayang Orangtua.
1. Terapi Cognitive Development
a. Pengertian Cognitive Development
Teori Cognitive Development piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri–ciri dan fungsi dari objek–objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut1.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan
(30)
22
dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.
b. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Piaget juga menyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi melalui tahap-tahap tersebut bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (melalui asimilasi dan akomodasi) serta adanya pengorganisasian strukur berfikir2.
Istilah kognitif sering kali dikenal dengan intelek. Intelek berasal dari bahasa inggris "intellect" yang menurut Jean Peaget diartikan sebagai akal budi berdasarkan kognitifnya khususnya proses berpikir lebih tinggi. Sedangkan "intelligence" diartiakan sama dengan kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berfikir dan bertindak secara adaptif.
Tahap-tahap pemikiran ini secara kualitatif berbeda pada setiap individu. Demikian juga, corak pemikiran seorang anak pada satu tahap berbeda dari corak pemikirannya pada tahap lain.
(31)
23
Tahap-tahap perkembangan menurut piaget ini diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Tahap Perkembangan Menurut Piaget
Tahap Usia/Tahun Gambaran
Sensorimotor 0 – 2
Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
Preoperational 2 – 7
Anak mulai
mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.
Concrete
operational 7 – 11
Pada saat ini anak dapat berfikir secara logis
mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan
mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
Formal
operational 11 – 15
Anak remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik.
Menurut piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa menurut teori tahapan piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian,
(32)
24
selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Dari sudut biologis, piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah, sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal yang sama juga terjadi pada sistem kognisi, dimana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktornya3.
Untuk menentukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkahlaku yang teroeganisir, piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti bahwah kognisi berarti merupakan sistem yang selalu diorganisir dan di adaptasi, sehingga memunginkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.
Ada 2 tahapan yang dikemukakan oleh Jean Piaget yaitu :
1) Skema (struktur kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sitematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi. Dalam diri bayi terlihat beberapa pola tingkah laku refleks
yang terorganisir sehubungan dengan “pengetahuan” mengenai
lingkungan. Misalnya gerakan refleks menghisap pada bayi, ada
(33)
25
gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menghisap gerakan ini menunjukkan ada pola-pola tertentu. Gerakan ini tidak terpengaruh oleh apa yang masuk kemulut, apakah ibu jari, puting susu ibunya, ataukah dot botol susu. Pola gerakan yang diperoleh sejak lahir inilah yang disebut dengan skema.
2) Adaptasi (sturuktur fungsional)4 adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk menunjukan pentingnya pola individu dengan lingkungannya dengan proses perkembangan kognitif. Piaget yakin bahawa bayi manusia ketika dilahirkan telah dilengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adaptasi ini muncul dengan sendirinya ketika bayi tersebut mengadakan interaksi dengan dunia disekitarnya. Mereka akan belajar menyesuaikan diri dan mengatasinya, sehingga kemampuan mentalnya akan berkembang dengan sendirinya.
Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin penyesuain (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara aktifitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktifitas lingkungan terhadap individu (akomodasi). Ini berarti, ketika individu bereaksi terhadap lingkungan, dia mnggabungkan stimulus dunia luar
4 Paul Parsono, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 19.
(34)
26
dengan struktur yang sudah ada dan iilah asimilasi. Pada saat yang sama ketika lingkungan bereaksi terhadap individu, dan individu mengubah supaya sesuai dengan stimulus dunia luar, maka inilah yang disebut akomodasi. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa ini disebut asimilasi.
Menurut piaget,5 adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu : asimilasi dan akomodasi.
(a) Asimilasi dari sudut biologi, adalah inetegrasi antara elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif mencakup perubahan objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal. Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokan kedalam istilah-istilah yang sebelumnya sudah mereka ketahui. Misalnya, seorang bayi yang menghisap puting susu ibunya atau dot botol susu, akan melakukan tindakan yang sama (menghisap) terhadap semua objek baru yang mereka temukan seperti bola karet atau jempolnya. Perilaku bayi menghisap semua objek ini memperlihatkan proses asimilasi. Gerakan menghisap ibu jari sama artinya
(35)
27
dengan gerakan menghisap puting susu ibunya, sebab bayi menginterprestasikan ibu jari dengan struktur kognitif yang sudah ada, yaitu puting susu ibunya.
(b) Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbaharui atau menggabung-gabungkan istilah lama utuk menghadapi tantangan baru.akomodasi kogitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya ntuk disesuaikan dengan stimulus eksternal6. Jadi, kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada diluar dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seorang mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya. Misalnya, bayi melakukan tindakan yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti bahwa bayi telah mengubah puting susu ibu jari. Tidakan demikian disebut akomodasi.
2. Motivasi Belajar
a. pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati
(36)
28
secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.7
Motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif. Dapat diartikan sebagai sebagai hal atau keadaan yang menjadi motif. Menurut Mitchell motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan pada tujuan tertentu.
Motivasi Belajar adalah suatu dorongan atau penggerak dari belajar yang terarah guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Dalam pengukuran motivasi belajar tentu dibutuhkan indikator atau dimensi yang berkenaan dengan motivasi belajar kajian selanjutnya akan dijelaskan mengenai indikator dalam menilai motivasi belajar. Untuk mengukur motivasi belajar, diperlukan indikator sebagai acuan pencapaiannya. Dalam penelitian ini mengacu pada indikator.
Motivasi belajar menurut Hamzah B. Uno, berikut ini adalah indikator yang dapat digunakan untuk melihat adanya motiasi belajar siswa antara lain:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
(37)
29
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya keinginan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif b. Faktor-Faktor Pendorong Motivasi Belajar
Dalam aktifitas belajar,8 seorang individu memerlukan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang memengaruhi motivasi belajar, antara lain :
1) Faktor individual
Diantara faktor individual seperti: kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan dan motivasi.
2) Faktor sosial
Diantara faktor sosial seperti: keluarga atau keadaan rumah tangga, guru, dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi social.9
Selain itu, motivasi belajar juga dapat timbul karena factor intrinsik dan ekstrinsik.
1) Faktor intrinsik
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik yaitu:
8 Reni, A. Hawadi, Perkembangan Anak, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,) 2001, hal. 23.
9 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002) hal : 102.
(38)
30
a) Hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar b) Harapan akan cita-cita
2) Faktor ekstrinsik
Diantara faktor ekstrinsik yaitu: a) Adanya penghargaan
b) Lingkungan belajar yang kondusif c) Kegiatan belajar yang menarik10
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain:
1) Peran motivasi dalam menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.
2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai 3) Motivasi menentukan ketekunan belajar11
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi mempunyai beberapa ciri, antara lain :
1) Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh
2) Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan
3) Mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru
(39)
31
4) Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas 5) Ingin identitas dirinya diakui orang lain
6) Tindakan, kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri 7) Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali 8) Selalu terkontrol oleh lingkungan12
c. Aspek- aspek yang Meningkatkan dan Menumbuhkan Motivasi Belajar Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, memuaskan dan melayani kebutuhan-kebutuhannya, begitu juga dengan siswa, jika siswa sudah sadar bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, maka belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya dan otomotis dia bersemangat dalam mempelajari hal tersebut.
Pada kenyataannya tidak semua siswa sadar akan hal itu, dan tidak semua siswa memiliki minat intrinsic yang sama, dengan ketidaksamaan minat tersebut guru hendaknya mengetahui seberapa besar minat siswa tersebut terhadap pelajaran. Jika siswa kurang berminat dan menumbuhkan minat belajar siswa, dan tidak menutup kemungkinan faktor-faktor lain yang mendukung minat belajar siswa13.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada, misalkan siswa
12 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, hlm : 88. 13 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, hlm : 89.
(40)
32
menaruh minat terhadap lingkungan (pencemaran) disini pengajar dapat menarik perhatian (minat) siswa dengan bercerita tentang lingkungan sekitar atau bencana alam yang melanda negeri kita, dan bisa juga memperlihatkan tayangan televisi yang berhubungan dengan lingkungan (pencemaran).
Tanner an tanner juga menyarankan agar para pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui jalan memberi informasi pada siswa bahan pelajaran yang akan disampaikan dengan dihubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya dimasa yang akan datang14. Roijakters berpendapat bahwa hal ini bisa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan berita- berita yang sensional, yang sudah diketahui siswa. Bila usaha- usaha di atas tidak berhasil, bisa menggunakan cara insentif, yaitu alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar mau melakukan sesuatu yang awalnya tidak mau ia lakukan seperti memberi hadiah pada siswa yang belajar dengan baik, memberi hukuman pada siswa yang malas belajar, sehingga hasilnya (prestasinya) buruk, dalam memberikan hukuman jangan terlalu berlebihan (berat), karena bisa menghambat belajar mereka, berilah hukuman yang sewajarnya dan bisa memberi motivasi si anak untuk giat belajar, siswa adalah:
1) Membangkitkan minat-minat siswa yang telah ada
2) Menghubungkan dengan pengalaman (pelajaran) yang lalu
(41)
33
3) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik atau lebih baik dari yang kemarin
4) Menggunakan berbagai macam variasi gaya mengajar
5) Menggunakan berbagai bentuk mengajar baik itu metode penyampaian materi maupun keterampilan-keterampilan yang lain sehingga siswa bersemangat dan berminat untuk mempelajarinya.
Menurut Mahfudz Shalahuddin 15dalam bukunya pengantar psikologi pendidikan, ada empat aspek yang bisa menumbuhkan minat yaitu :
1) Adanya kebutuhan-kebutuhan Minat dapat muncul atau digerakkan, jika ada kebutuhan seperti minat terhadap ekonomi, minat ini dapat muncul karena ada kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan bisa dikelompokkan menjadi empat, ini menurut Sardiman AM, kebutuhan tersebut adalah : Kebutuhan psikologis, seperti lapar, haus
2) Kebutuhan cinta dan kasih dalam suatu golongan, seperti di sekolah, di rumah
3) Kebutuhan keamanan, seperti rasa aman
4) Kebutuhan untuk mewujudkan cita-cita atau pengembangan bakat
3. Anak Kurang Kasih Sayang Orangtua (Diprevasi Maternal)
Anak kurang kasih sayang orangtua (Diprevasi Maternal) adalah
anak yang kurang diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya oleh orangtuanya sehingga dapat menjadi anak yang rendah diri atau justru
15 Reni, A.Hawadi, Perkembangan Anak, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001,hal. 73.
(42)
34
tidak dapat diatur serta bisa mencari kasih sayang dari tempat lain yang bisa saja menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam perbuatan dosa dan kejahatan. Awalnya anak ini suka menyendiri dan tanpa memperdulikan lingkungan sekitar, ketika ada teman untuk mengajak apaun akan dilakukannya meskipun itu hal yang dilarang agama ataupun negara karena dia tanpa kasih sayang orang tua dan juga tidak ada yang mengarahkan kemana dia akan melangkah. Anak-anak juga akan terlibat dalam tindakan kriminal dan penyalahgunaan narkoba karena mereka anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang cukup dari orangtua mereka.16
Dengan berbagai macam cara dilakukan untuk mecari perhatian orang lain dan juga kadang bisa menjerumuskan temannya sendiri. Kurang kasih sayang (Deprivasi maternal) juga merupakan suatu kondisi dimana anak kekurangan kasih sayang orangtua terutama ibu. Kekurangan kasih sayang ini bisa karena intensitas pertemuan yang terlalu singkat ataupun kurangnya perhatian meskipun ibu berada di depan mata.17
Ciri-ciri Anak Mengalami Deprivasi Mental
a. Mengalama keterlambatan tumbuh kembang (tumbang) baik fisik maupun psikis, seperti terlambat bicara, berjalan, dan pertumbuhan tubuh yang kurang maksimal.
16 Muhsin, Mari Mencintai Anak Yatim, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hal.56. 17 Staff Admin- Bayi & Balita, Kenali Ciri Anak yang Mengalami Deprivasi Mental, http://healthynesia.blogspot.co.id/2015/02/kenali-ciri-anak-yang-mengalami.html, diakses pada
(43)
35
b. Anak rewel, suka menangis, dan tidak bisa dihentikan oleh para pengasuhnya.
c. Anak suka menyendiri, sulit menjalin hubungan sosial dengan teman, dan kadang kala lebih asyik dengan teman khayalan.
d. Anak sering mengalami sakit secara fisik seperti demam, menggigil, kedinginan, pusing, dan diare.
e. Kembali mengalami kesulitan pada toilet training, suka mengompol, BAB di celana, dan sejenisnya padahal sebelumnya sudah bisa menyatakan keinginannya tersebut.
Memperlakukan anak dengan kasar, dan memberikan hukuman fisik, penghinaan, dan celaan, pada tahun-tahun pertama dari umur anak, akan berpengaruh buruk terhadap pembentukan pribadi anak.
Ada beberapa hal penyebab yang menjadikan anak merasa kurang diperhatikan atau disayangi.18 Misalnya:
a. makanannya, pakaiannya, kesehatannya , bahkan pendidikannya kurang diurus.
b. sering mengancam anak akan dipukul, atau bahkan diusir dari rumah, dan ditakut-takuti.
c. terlalu banyak memberi peringatan / pesan pada anak. Meskipun itu tujuannya baik, namun bagi anak sudah cukup sekali saja diberi peringatan. Orang tua terkesan bawel.
18 Reni, A. Hawadi, Perkembangan Anak, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001.hal. 75.
(44)
36
d. memberi kritikan yang terlalu tajam, suka membandingkan si anak dengan anak yang lain, anak merasa di kecilkan.
e. memberi julukan anak dengan panggilan yang terkesan menyakitkan / memalukan, misalnya si pendek, si bogel, si pesek, si dekil dan lainnya.
f. orang tua sering menggerutu di depan anak, bila anak minta sesuatu. g. orang tua kurang memperhatikan isi hati anak, saat anak bercerita atau
bertanya ,mereka tidak mau menyimak atau menjawabnya.
h. orang tua tidak pernah memuji anak bila anak berbuat baik atau berprestasi.
Gejala-gejala yang akan tampak antara lain:
a. Anak akan melakukan tindakan yang mengundang perhatian orang tuanya: suka berteriak, tertawa keras, menggerutu,nakal, suka mengeluh, gemar merusak barang, bahkan berani mencuri.
b. Anak akan melakukan kegiatan yang mengundang perhatian orang tuanya agar selalu menjaganya: berpura – pura sakit, tidak mau makan, dan ngompol.
c. Anak senang melakukan perbuatan yang tidak baik, menentang, memberontak, agresif, dan keras kepala.
d. Anak menjadi pendendam, suka iri hati, merasa tidak puas, suka protes dan menjadi pembangkang, serta bersikap acuh tak acuh.
(45)
37
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Sebelum peneliti melakukan penelitian terkait dengan cognitive development terhadap motivasi belajar pada anak yang kurang kasuh sayang orang tua. Terlebih dahulu peneliti menelaah beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan tema yang akan peneliti lakukan sebagai bahan acuan dan perbandingan peneliti menyusun kerangka penelitian. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang peneliti temukan:
1. Judul : Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Mi Al-Asyhar Di Desa Karangagung Kecamatan Palang-Tuban
Nama : Mohammad Fachruddin NIM : B03208021
Fakultas : Dakwah/Bimbingan Konseling Islam Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Tahun : 2012
Dalam skripsi ini menjelaskan tentang proses bimbingan dan konseling Islam terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas v mi al-asyhar di desa karangagung kecamatan palang kabupaten tuban.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu sama-sama meneliti tentang peningkatan motivasi belajar pada anak yang masih duduk di kelas sekolah dasar. Dan perbedaanya yaitu, pada
(46)
38
penelitian terdahulu menggunakan terapi bimbingan dan konseling Islam, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan terapi cognitif development. Dan juga lokasi penelitian pada penelitian terdahulu terletak di desa karangagung kecamatan palang kabupaten tuban, sedangkan di penelitian yang sekarang lokasi penelitian terletak di UPTD kampung anak negeri Surabaya.
2. Judul : Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV MI
Raudlatul Muta’allimin Lamongan Pada Mata Pelajaran IPS Materi
Perkembangan Teknologi Melalui Strategi Team Quiz. Nama : Novi Nurmalikhah
Nim : D37211055
Fakultas : Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan /Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Tahun : 2015
Dalam skripsi ini menjelaskan tentang proses peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV MI raudlatul muta’allimin lamongan pada mata pelajaran ips materi perkembangan teknologi melalui strategi team quiz.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu sama-sama meneliti tentang peningkatan motivasi belajar pada anak yang masih duduk di kelas sekolah dasar. Dan perbedaanya yaitu, pada penelitian terdahulu menggunakan proses motivasi belajar melalui
(47)
39
strategi team quiz, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan terapi cognitif development. Dan juga lokasi penelitian pada penelitian terdahulu terletak di desa datinawong kecamatan babat kabupaten lamongan, sedangkan di penelitian yang sekarang lokasi penelitian terletak di UPTD kampung anak negeri Surabaya.
(48)
41
BAB III
TERAPI COGNITIF DEVELOPMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA KLIEN YANG KURANG KASIH SAYANG ORANGTUA DI UPTD
KAMPUNG ANAK NEGERI SURABAYA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi lokasi penelitian
a. Profil UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya
Anak-anak bermasalah secara sosial–anak jalanan, anak nakal, dan anak terlantar, anak korban tindak kekerasan, sesungguhnya adalah kelompok anak rawan yang membutuhkan perhatian khusus (children in need of special protection). Secara social-psikologis, anak-anak ini sering kali berhadapan dengan situasi yang dilematis, nilai-nilai yang ambivalen, dan memiliki perilaku yang patologis. Umumnya mereka harus bertahan hidup dengan cara-cara yang kurang diterima masyarakat, di samping itu dalam kesehariannya bertingkah laku tidak patut atau berperilaku menyimpang dari norma-norma social sehingga membahayakan diri sendiri, orang lain, serta dapat menganggu ketertiban umum.
Untuk mencegah anak-anak ini tidak semakin terjerumus dalam perilaku yang patologis, dan memiliki kecenderungan berkonflik dengan hukum, maka Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Sosial pada 4 Januari 2009 berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Nomor : 467/ /436.6.15/2009, membentuk Unit Pelaksana
(49)
42
Teknis Dinas Pondok Sosial Anak Wonorejo dan di lanjutkan dengan turunnya Peraturan Walikota No.61 tahun 2012 tentang Unit Pelaksana Teknis Dinas Kampung Anak Negeri pada Dinas Sosial Kota Surabaya sebagai lembaga yang memiliki tugas pokok melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak-anak bermasalah secara social di kota Surabaya.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk pelayanan kesejahteraan sosial melalui sistem panti diperlukan perencanaan program yang dapat memberikan kejelasan arah kebijakan, strategi dan rencana pola pelayanan dalam kurun waktu satu tahun.
1) Visi dan Misi UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya a) Visi
Terwujudnya anak-anak yang bermasalah sosial berperilaku normatif dan mandiri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara memadai dalam kehidupan bermasyarakat b) Misi
(1). Menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak-anak yang bermasalah sosial dalam sistem panti (2). Menumbuhkan kesadaran untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki anak-anak yang bermasalah sosial
(3). Menfasilitasi tumbuh kembangnya motivasi penanganan anak yang bermasalah sosial.
(50)
43
2) Sasaran Garapan43
a) Anak jalanan, anak-anak yang sebagian hidupnya di jalanan untuk membantu mencari nafkah keluarganya
b) Anak terlantar, anak-anak yang kurang mendapat perhatian dan kasih sayang karena mengalami keterpisahan dari orang tua, serta mendapatkan perlakuan salah dari orang-orang dewasa di lingkungannya
c) Anak nakal, anak-anak yang melakukan sebagian atau keseluruhan dari tindak asusila dan memiliki kecenderungan tindak kriminal
3) Persyaratan
a) Penduduk Kota Surabaya
b) Laki-laki usia 7 tahun s/d 17 tahun c) Normal dan bisa mandiri
d) Belum Menikah
e) Tidak sedang menempuh pendidikan formal (drop out) f) Mengisi formulir pendaftaran dengan melengkapi :
1. Foto copy KTP dan KK
2. Surat pengantar RT/RW setempat 3. Biodata calon klien
4. Surat Kontrak Pelayanan 4) Tata Pelaksanaan Pelayanan
(51)
44
a) Klien menjadi titik sentral dan focus utama dalam proses pelayanan kesejahteraan sosial dalam sistem panti
b) Klien tinggal dalam 3 (tiga) ruang tidur dengan kapasitas masing-masing untuk 10 anak yang didampingi 1 - 2 orang pendamping
c) Waktu bimbingan diatur sesuai jadwal dengan kurun waktu jam 04.30 – 21.00 WIB. Kegiatan diselenggarakan didalam maupun diluar panti (indoor dan outdoor)
d) Bimbingan dilaksanakan secara individual dan kelompok dengan menggunakan prinsip-prinsip yang menunjang tercapainya misi dan visi program.
5) Deskripsi Kebutuhan Klien
a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Mengembangkan sikap disiplin dan tanggung jawab diri c) Mengembangkan pengendalian diri dan emosi
d) Mengembangkan penguasaan ilmu dan ketrampilan sesuai dengan kemampuan diri
6) Prinsip Program44
a) Perlindungan b) Kemanfaatan c) Keadilan
(52)
45
d) Dapat direalisasikan e) Fleksibel
f) Keterpaduan
7) Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial a) Pemenuhan Kebutuhan Pangan
Meliputi pemberian makan untuk anak asuh yang memenuhi kecukupan gizi, setiap hari sebanyak tiga kali dengan tambahan ekstra fooding dengan pemberian susu atau kacang hijau.
b) Pemenuhan Kebutuhan Sandang
Meliputi pemberian perlengkapan mandi, cuci dan pakaian atau seragam yang layak untuk keperluan perawatan /pemeliharaan diri
c) Pemenuhan Kebutuhan Papan
Meliputi penyediaan fasilitas tidur/menginap di asrama yang representatif dengan satu tempat tidur untuk satu anak dengan pemisahan ruang anak laki-laki dan anak perempuan d) Pemenuhan Kebutuhan Bimbingan Mental Spiritual
Meliputi pemberian bimbingan mental spiritual secara rutin dan berkesinambungan dengan diikuti kegiatan ibadah khusus harian
e) Pemenuhan Kebutuhan Bimbingan Mental Perilaku
(53)
46
sikap dan perilaku yang normatif dalam bentuk ceramah, curah pendapat, role playing, outdoor, dan lain-lain
f) Pemenuhan Kebutuhan Bimbingan Minat Ketrampilan
Meliputi kegiatan pembinaan berorientasi pada pengenalan kegiatan wirausaha
g) Pemenuhan Kebutuhan Minat dan Intelektual
Meliputi kegiatan pembinaan pengembangan potensi diri, intelektual, serta minat dan bakat
8) Fasilitas Panti
Luas Tanah 2.350 m2, dengan luas bangunan 889 m2, terdiri dari :
a) Kantor b) Aula
c) Ruang tidur (3 kamar) d) Ruang Praktek Pembinaan e) Mushola
f) Ruang Makan dan Ruang Dapur g) Ruang Perpustakaan
h) Ruang Konseling i) Kamar Mandi (6 Ruang) j) Ruang Menjahit
k) Lapangan
l) Tempat Cuci Motor m) Ruang/Studio music
(54)
47
9) Sumber Daya Manusia
Tabel 3.1
Daftar Pegawai Dan Pembina di Kampung Anak Negeri45
No Nama Lengkap
Jenis kelamin Agama Pendidikan terakhir Jabatan 1 Achmad Harsono,
Sh. Cn. Laki-laki ISLAM S.1 KEPALA 2
Cindya Jaladin
Sena, S.Sos, Mm Laki-laki ISLAM S.1 KABAG T.U 3. Muhamad Arifin Laki-laki ISLAM SMA STAF 4. Edy Sucipto, SE Laki-laki ISLAM S.1 Administrasi 5.
Oktaviani Putri E,
SE. Perempuan ISLAM S.1 Administrasi 6.
Vivi Lutfia
Mayasari Perempuan ISLAM D.1 Administrasi 7. Edi Suyitno Laki-laki ISLAM SMA
Petugas Keamanan 8.
Anton Effendy
Purnomo Laki-laki ISLAM SMA
Petugas Keamanan 9. Sariyum Laki-laki ISLAM SMP
Petugas Keamanan 10. Pupung Dick .R Laki-laki ISLAM SMK
Petugas Keamanan 11. Jemari Laki-laki ISLAM SGO
Petugas Keamanan 12. Erik Novianto Laki-laki ISLAM SMA
Petugas Kebersihan 13 M.Jamil Laki-laki ISLAM SMA
Petugas Taman 14 Ridhani Laki-laki ISLAM STM
Petugas Kebersihan 15 Srijati Perempuan ISLAM SMP Juru Masak 16
Baiti Darsiyah,
S.Th.I Perempuan ISLAM S1
Tenaga Edukasi 17
Eka Ayu
Ratnasari, S.Pd Perempuan ISLAM S1
Tenaga Edukasi 18
Hanif Kucahya P,
S.Pd Laki-laki ISLAM S1
Tenaga Edukasi 19 Syamsul Arifin Laki-laki ISLAM D3
Tenaga Edukasi 20 Agus Setiawan Laki-laki ISLAM MAK
Tenaga pendamping 21 Budianto Laki-laki ISLAM D1
Tenaga pendamping 22
Hendrik Dwi
Wahyuni Laki-laki ISLAM
SMA dan masih kuliah
Tenaga pendamping
23 Suroso Laki-laki ISLAM SMA
Tenaga pendamping
(55)
48
10) Proses Pendampingan Anak-Anak
Semua kegiatan anak-anak selalu mendapatkan pendampingan oleh pendamping yang sekaligus menjadi bapak wali anak-anak.pendamping yang mendampingi anak-anak sebanyak 6 orang yang terbagi dalam 3 shift kerja. Jenis pendampingan yang dilakukan adalah :
a) Pendampingan pada saat kegiatan pembinaan b)Pendampingan pada saat makan, ibadah, dan curhat c) Pendampingan pada saat anak-anak sakit
d)Pendampingan kegiatan lainnya.
11) Hak Dan Kewajiban Anak-Anak Hak anak – anak a) mendapatkan uang saku
b) mendapatkan makan 3x sehari c) mendapatkan pembinaan
d) mendapatkan kebutuhan sandang,pangan dan papan e) mendapatkan hiburan berupa liburan
f) mendapatkan hak untuk sekolah bila mampu g) mendapatkan perawatan bila sakit
24 Muklis Sanjaya Laki-laki ISLAM S1
Tenaga Pendamping 25
Abu Bakar Obet
Suwares Laki-laki ISLAM D2
Tenaga Pendamping 26
Alfan Munzili,
S.Pd Laki-laki ISLAM S1
Pelatih Olaraga 27 Drs. Sudarjo Laki-laki ISLAM S1
Tenaga Spiritual 28
Doddy Faisal
Humaini Laki-laki ISLAM S2
Tenaga Mental
(56)
49
Kewajiban Anak – Anak
a) Mengikuti semua kegiatan pembinaan dengan baik b) Melaksanakan tugas piket sesuai dengan tugasnya
c) Mengikuti dan melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan d) Berkelakuan baik
b. Lokasi / Alamat panti
Lokasi UPTD Kampung Anak Negeri berada di : Jalan Wonorejo Raya No.130 Kelurahan Wonorejo Kecamatan Rungkut Kota Surabaya
Telepon. 031.8701844 Fax.(031).8701844 E-mail : [email protected].
c. Jadwal Kegiatan Harian UPTD Kampung Anak Negeri Tabel 3.2
Daftar Kegiatan Harian UPTD Kanri Surabaya
HARI PUKUL URAIAN KEGIATAN
Jum’at 04.00 – 05.00 Sholat Subuh, Mengaji, Pembinaan mental
spiritual dan akhlak
05.00 – 05.30 Bersih diri, persiapan senam aerobic 05.30 – 07.00 Senam aerobic
07.00 – 07.15 Istirahat 07.15 – 07.45 Giat pribadi 07.45 – 08.00 Makan pagi
08.00 – 09.30 Materi pembinaan olahraga 09.30 – 10.00 Istirahat
10.00 – 11.00 Giat belajar
11.00 – 11.30 Persiapan sholat jum’at 11.30 – 12.00 Sholat jum’at
12.00 – 12.15 Persiapan makan siang 12.15 – 12.30 Makan siang
12.30 – 14.30 Istirahat siang
14.30 – 15.00 Persiapan sholat ashar berjamaah
15.00 – 15.30 Sholat ashar berjamaah, persiapan pembinaan olah raga
15.30 – 17.00 Pembinaan olah raga sore
(57)
50
2. Deskripsi Konselor
Dalam penelitian ini sangat perlu adanya konselor untuk membantu melengkapi data-data klien. Konselor dalam hal ini adalah seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Jurusan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam Islam).
Konselor adalah seorang yang berusaha untuk bermakna bagi klien, konselor menerima apa adanya dan bersedia sepenuh hati membantu klien mengatasi masalahnya disaat yang amat kritis sekalipun dalam upaya menyelamatkan klien dari keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya untuk jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah.
Adapun biodata konselor adalah sebagai berikut: a. Identitas
Nama : Muhammad Mahfudz Ali
Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 11 Maret 1994
Alamat :Desa Sukomalo Kec. Kedungpring Kab.
Lamongan Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
17.30 – 17.45 Sholat maghrib berjamaah 17.45 – 18.00 Makan malam
18.00 – 19.30 Pembinaan mental spiritual dan akhlak, sholat isya’ berjamaah
19.30 – 21.00 Pembinaan silat, pembinaan seni lukis 21.00 – 04.00 Istirahat malam
(58)
51
Pendidikan :Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Semester VIII
b. Riwayat Pendidikan
TK : Tk Nurul Ummah Sukomalo
Sd : MI Nahdlatul Ulama Sukomalo
Smp : MTs Roudlotul Muta’allimin Lamongan
Sma : MA Mambaus Sholihin Suci Gresik
Mengenai pengalaman konselor, konselor pernah menempuh mata kuliah bimbingan dan konseling, teori konseling, konseling perkawinan, konseling anak dan remaja, konseling dewasa manula, appraisal konseling, konseling lintas budaya, konseling dan psikoterapi dan lain-lain. Pernah melakukan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) selama dua bulan di UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya, KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama satu bulan penuh di desa Jatitengah Kecamatan Sugih waras Kabupaten Bojonegoro. Dan juga pernah melakukan tugas pratikum proses konseling di kampus. Untuk itu dapat dijadikan pedoman dalam penelitian skripsi ini supaya keahlian konselor dapat berkembang sesuai dengan profesi konselor.
3. Dekripsi Klien
Klien adalah orang yang memerlukan bantuan atau pertolongan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapinya. Tidak hanya itu saja, klien masih perlu juga suatu peningkatan motivasi diri agar dia lebih
(59)
52
aktif dan tetap semangat dalam belajar dan juga menjalani kehidupannya yang sekarang. Adapun identitas klien adalah sebagai berikut :
Nama : Bintang Widi Ali Suargana
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 06 Mei 2003
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 13 Tahun
Urutan anak : 1 dari 2 Bersaudara
Agama : Islam
Alamat :Tenggumung Baru Selatan Gg.Dongky/21N
Surabaya
Pendidikan : SD
Tentang keadaan keluarga klien adalah sebagai berikut :
a. Latar belakang keluarga
Klien adalah anak yang dibesarkan di sebuah daerah yang berada di Surabaya. Di lingkungan tempat tinggalnya Bintang dikenal sebagai seorang anak yang berprestasi, humoris, penakut masalah horor, baik hati dan penyayang terhadap temanya. Sejak kecil ia dibesarkan dari keluarga yang kaya dan harmonis. Bintang mempunyai seorang Ibu yang berprofesi sebagai pekerja pabrik di Surabaya. Bintang adalah anak pertama dari dua bersaudara. Saudaranya yang kedua adalah anak kecil yang masih duduk di bangku TK.
(60)
53
Ibunya adalah sosok yang keras kepala sehingga hubungan Bintang dengan ibunya terbilang sangat jauh, sehingga Bintang tidak pernah mencari dimana keberadaan dia dan tidak mau bertemu ibunya lagi.
Bintang juga mempunyai seorang ayah yang berprofesi sebagai seorang tentara, sosok ayahnya dikenal sebagai orang yang sangat keras kepala namun masih memiliki sisi lembut sebagai orang tua. Dengan sifat ayahnya yang keras kepala membuat Bintang tidak begitu dekat dengan ayahnya. Namun dia tetap menjaga hubungan baik dengan ayahnya.
Sejak kecil dia dididik dengan pola asuh militer karena ayahnya yang kebetulan seorang tentara. Bintang juga seorang anak yang sering menerima perlakuan keras dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sering bersikap keras, meskipun dia tidak melakukan kesalahan apapun. Sehingga Bintang di titipkan di UPTD Kanri Surabaya.
Saat dia duduk di bangku kelas 3 SD, hubungan kedua orang tuanya mulai retak sejak adanya pihak ketiga yang mengubah keharmonisan keluarga Bintang. Ayahnya diketahui memiliki hubungan khusus dengan rekan kerjanya, dan membuat ibunya sangat kecewa sehingga perceraianpun terjadi, akhirnya Bintang dititipkan di UPTD tersebut oleh ayahnya.
(61)
54
Karena kehidupan yang tanpa kasih sayang kedua orangtua tersebut maka bintang menjadi anak yang frustasi yang berujung pada malasnya Bintang untuk belajar dan malas melakuakn aktifitasnya sehari-hari.
b. Latar Belakang Ekonomi Keluarga
Sejak kecil keluarga Bintang dikenal sebagai keluarga yang mempunyai ekonomi menengah ke atas. Keluarganya tidak pernah merasa kekurangan secara finansial. Terlebih ayahnya bekerja sebagai seorang tentara di sebuah daerah di kota Surabaya dengan penghasilan ± Rp. 3.000.000 per bulannya. Dan ibunya juga mempunyai penghasilan yang cukup sebagai pekerja pabrik di sebuah sekolahan di daerah tempat tinggal mereka. Tak heran jika Bintang tidak pernah merasa kekurangan sedikitpun untuk masalah finansialnya.
c. Latar belakang keagamaan
Bintang dan keluarganya dikenal sebagai keluarga muslim di lingkungan tempat tinggal mereka. Bintang saudaranya dikenal sebagai anak-anak yang cukup rajin dalam hal beribadah. Ayahnya adalah seorang yang beragama Islam namun lebih cenderung ke adat istiadat Islam yang sering disebut dengan Islam kejawen. Sedangkan Ibunya adalah seorang yang agamis. Sehingga kedua orang tuanya terkadang sering berdebat tentang permasalahan agama yang menyebabkan pertengkaran-pertengkara kecil dirumah.
(62)
55
d. Latar belakang Sosial
Dilingkungan tempat tinggalnya, Bintang dikenal sebagai anak yang sangat ramah dan sopan santun. Ia sering kali menghabiskan waktu luangnya dengan teman-teman sebayanya, Dia adalah sosok anak laki-laki yang dikenal mudah bergaul dan baik hati terhadap teman-temannya. Hanya saja ia sering kali murung semenjak terjadi permasalahan dikeluarganya. Ia sering merasa gelisah ketika sedang bermain dengan teman-teman sebayanya. 4. Deskripsi Masalah
Dalam kehidupan ini seseorang pasti bertemu dengan permasalahan atau problem yang semua itu merupakan ujian dan cobaan dari Allah SWT. Kehidupan di dunia ini dapat dikatakan sebagai kompetisi. Meskipun demikian, manusia tetap mempunyai problem yang satu dengan yang lainnya memang berbeda, artinya ia harus bisa menerima tantangan dan salah satu tantangan tersebut adalah masalah yang kita hadapi, memang kadang-kadang suatu masalah dapat kita selesaikan dalam waktu pendek dan ada pula yang membutuhkan waktu jangka panjang dan membutuhkan orang lain untuk membantu menyelesaikannya, tetapi ada kalanya orang mendapatkan masalah bertubi-tubi sehingga tidak mampu untuk menghadapinya sehingga mereka membutuhkan seseorang untuk terus bisa meningkatkan motivasi dirinya dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
(1)
81
Untuk lebih jelasnya mengenai perubahan gejala yang tampak pada konseli
sesudah dilakukan konseling sesuai dengan prosentase sebagai berikut:
1. Gejala yang tidak pernah dilakukan = 4/6 X 100 = 66%
2. Gejala kadang-kadang dilakukan = 2/6 X 100 = 34%
3. Gejala yang sering dilakukan = 0/11 X 100 = 0%
Berdasarkan prosentase gejala-gejala yang nampak pada konseli di
atas maka dapat diketahui bahwa dengan bantuan pelaksanaan terapi
cognitive development menunjukkan keberhasilan dengan hasil perbandingan prosentase yaitu:
Gejala yang sebelum pelaksanaan konseling sering dilakukan menjadi
kadang-kadang dilakukan oleh konseli setelah pelaksanaan konseling dengan
prosentase 34%. Sedangkan untuk gejala-gejala yang sebelum pelaksanaan
konseling sering dilakukan konseli menjadi tidak pernah dilakukan konseli
sesudah pelaksanaan konseling dengan prosentase 66%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian terapi cognitif
development terhadap motivasi belajar pada klien yang kurang kasih sayang orangtua yang dilakukan oleh konselor dapat dikatakan cukup berhasil
dengan prosentase 66%. Hal ini sesuai dengan standar uji yang tergolong
(2)
82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, peneliti mendapatkan data-data yang
diperoleh dari penelitian, dan peneliti akan menyimpulkan data-data tersebut.
Dalam pembahasan Terapi Cognitif Development terhadap Motivasi Belajar
pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di UPTD Kampung Anak
Negeri Surabaya. Dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses pelaksanaan Terapi Cognitif Development terhadap Motivasi
Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di UPTD
Kampung Anak Negeri Surabaya. Melalui langkah-langkah yang ada
dalam konseling. Peneliti menggunakan terapi Cognitif Development
dengan menggunakan 2 teknik yaitu skema dan adaptasi. Dalam
pelaksanaan kedua teknik tersebut bisa dibilang cukup lancar terbukti
klien bisa tertawa dan mau menuruti saran dari konselor. Langkah
terakhir yaitu Follow Up sekaligus mengevaluasi tindakan klien dengan
melihat serta pengamati perubahan-perubahan yang ada pada diri klien.
2. Hasil akhir dalam pelaksanaan Terapi Cognitif Development terhadap
Motivasi Belajar pada Klien yang Kurang Kasih Sayang Orangtua di
UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya. Dapat di kategorikan cukup
berhasil karena klien tersebut semakin lama semakin banyak berubahnya
(3)
83
Dan yang asalnya dia suka menyediri dan mudah marah sekarang
menjadi anak yang humoris dan suka bergaul seperti dulu. Walaupun
masih ada beberapa tingkah laku yang kadang-kadang dilakukan seperti
gelisah dengan bermuka murung dan tidak bersemangat. Namun
syukurlah klien sekarang lebih terbuka terhadap masalahnya.
B. Saran
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan peneliti
selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil penelitian yang tentunya
menunjuk pada hasil yang sempurna dengan harapan agar penelitian yang
dihasilkan nantinya dapat lebih menjadi baik.
Adapun saran-saran dari peneliti adalah:
1. Bagi Pembaca
Peneliti ini diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi semuanya,
khususnya pada mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling islam. Agar
lebih terbuka ketika mempunyai masalah, ceritakan masalahmu kepada
orang yang kamu percaya. Dan belajarnya mengambil hikmah disetiap
kejadian agar tidak terjadi malasnya belajar akibat perceraian orang tua.
2. Bagi Keluarga
Diharapkan untuk keluarga atau pihak UPTD klien terus
memantau dan tetap mengontrol perkembangan klien serta memberikan
(4)
84
seperti dulu. Dan juga tetap kontrol agar dia selalu terbuka terhadap apa
yang dirasakanya
3. Bagi Klien
Hendaknya klien harus tetap bersemangat belajar dan sayangi apa
yang klien miliki saat ini. Dan jangan menutup diri dari masalah
hidupmu. Terbukalah kepada orang yang benar-benar klien percaya. Dan
klien harus percaya setiap masalah pasti ada hikmah dan tujuanya. Serta
klien harus semangat dalam meraih cita-cita yang klien. Dan lebih
mendekatkan diri pada Allah SWT.
4. Bagi Konselor
Dapat tetap memantau serta dapat memberikan motivasi agar
klien lebih semangat dalam menjalani kehidupanya yang sekarang.
Konselor diharapkan untuk memambah pengetauannya dan wawasan
tentang teori konseling agar dalam memberikan bantuan terhadap
seseorang remaja yang mengalami kecemasan akibat perceraian orang
tua dapat teratasi dengan baik. Dan konselor jangan mengharapkan
imbalan atas segala waktu yang di luangkan untuk klien.
5. Bagi Peneliti selanjutnya
Apabila dalam penelitian ini ada banyak kekeliruan mohon kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan penelitian
(5)
85
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta,2001
Arnold, Ricky, Belajar Any Where, Bekasi: Guepedia, 2016
Asrori, Muhammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. 2008.
Bastable, Susan B, Perawat Sebagai Pendidik, Jakarta: EGC, 2002
Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosional, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2007
Gunarsa, Singgih D, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Gunung Mulia, 2007
Gunarsa, Singgih D, psikologi perkembangan anak dan remaja, jakarta: Gunung
Mulia, 2008,
Herdiansyah, Haris, Metode Penelitian Kualitaif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta:
Salemba Humanika, 2010
Hidayati, Zulaeha, Anak Saya Tidak Nakal, Kok, Yogyakarta: Bentang Pustaka,
2010
Irianto, Anton, Born to Win Kunci Sukses yang Tak Penah Gagal, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005
Iskandar. Psikologi Pendidikan. Ciputat: Gaung Persada Press. 2009.
Kasdu, Dini, Anak Cerdas, Jakarta: Puspa Swara, 2004
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004
Muhsin, Mari Mencintai Anak Yatim, Jakarta: Gema Insani Press, 2003
Nursalam & Ferry E, Pendidikan Dalam Keperawatan, Surabaya: Salemba
Medika, 2008
Parsono, Paul, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius,
(6)
86
Pawito, Penelitian komunikasi kualitatif, Yogyakarta: LKiS, 2007
Reni A. & Hawadi, Perkembangan Anak, Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2001
Staff Admin- Bayi & Balita, Kenali Ciri Anak yang Mengalami Deprivasi Mental,
http://healthynesia.blogspot.co.id/2015/02/kenali-ciri-anak-yang-mengalami.html, diakses pada minggu tanggal 3 april 2016
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: CV
Alfabeta, 2012
Suparmoko, M, Metode Penelitian Praktis, Yogyakarta: BPFE, 1995
Suparno, Paul, teori perkembangan kognitif jean piaget, Yogyakarta: Kanisius
Suryanah, Keperawatan Anak untuk Siswa SPK, Jakarta: EGC, 1996
Tedjasaputra, Mayke S, Bermain, Mainan, dan Permainan, Jakarta: Grasindo,
2001
Zarman, Wendi, Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah & Lebih