RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2011 - 2015

(1)

Bab III

ISU-ISU STRATEGIS

A. ANALISIS SWOT

Analisis SWOT pada prinsipnya yaitu merupakan suatu analisis untuk menilai kondisi atau kemampuan suatu organisasi, dengan mengidentifikasi pengaruh faktor lingkungan eksternal dan internal organisasi dengan logika. Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta sekaligus secara bersamaan berupaya untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman. Di bawah ini akan dipaparkan tentang deskripsi analisis peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan.

1. Peluang dan Ancaman Eksternal a) Peluang

Definisi Peluang adalah beberapa dimensi eksternal yang dapat menumbuhkan dan menyediakan suatu situasi yang kondusif, sehingga dapat menjadi peluang bagi suatu organisasi.

Peluang yang dimiliki oleh organisasi BAPPEDA Kabupaten Ponorogo adalah :

1) Perekonomian masyarakat yang potensial dan didukung dengan keberhasilan pembangunan di berbagai sektor.

2) Kerjasama yang baik dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, Institusi Perguruan Tinggi, Pihak Swasta, dari Kabupaten Ponorogo maupun luar daerah.

3) Adanya partisipasi masyarakat di era reformasi yang semakin tinggi dengan didukung adanya transparansi pelaksanaan program-program pembangunan di Kabupaten Ponorogo.


(2)

4) Adanya kejelasan dasar hukum terhadap tugas-tugas dan kewenangan BAPPEDA.

5) Komitmen Bupati Ponorogo yang kuat terhadap pemberdayaan BAPPEDA dapat membantu kelancaran dalam merencanakan pembangunan di Kabupaten Ponorogo.

b) Ancaman

Beberapa aspek eksternal yang dapat menjadi ancaman adalah sebagai berikut:

1) Akurasi dan ketersediaan data dan informasi yang kurang.

2) Kurangnya pemahaman sumber daya manusia terhadap mekanisme perencanaan.

3) Terbatasnya anggaran dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

4) Kondisi perubahan alam yang kurang menentu dengan adanya pemanasan global (global warming), perubahan cuaca yang tidak menentu, bencana alam, secara langsung maupun tidak langsung juga berdampak pada kondisi alam di Kabupaten Ponorogo.

5) Belum adanya standarisasi kualitas perencanaan.

2 Kekuatan dan Kelemahan Internal a. Kekuatan

Beberapa kondisi internal yang dapat menjadi kekuatan BAPPEDA Kabupaten Ponorogo adalah :

1) Kejelasan Visi dan Misi. Dengan telah tersusunnya visi dan misi Organisasi BAPPEDA Kabupaten Ponorogo secara jelas dapat merupakan suatu kekuatan dalam proses meningkatkan kinerja BAPPEDA.


(3)

2) Kualitas Sumber Daya Manusia yang cukup memadai. Hal ini juga didukung oleh jumlah staf yang relatif memadai serta kualifikasi pegawai yang relatif cukup, baik pejabat struktural maupun staf yang sebagian besar telah mengikuti berbagai jenis Diklat yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan/ kompetensi perencana.

3) Ketersediaan sarana dan prasarana operasional kantor BAPEDA Kabupaten Ponorogo yang relatif lengkap.

4) Proses perencanaan yang tepat waktu, BAPPEDA Kabupaten Ponorogo dalam proses perencanaan harus dapat memprediksikan situasi dan kondisi di masa mendatang dengan tepat yang disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang ada termasuk memprediksikan alternatif sebagai antisipasi terhadap segala perubahan, sehingga proses perencanaan dan implementasinya tidak terpaut jauh dan dapat berjalan sesuai tujuan yang telah ditentukan.

5) Proses koordinasi baik ke luar maupun ke dalam yang dilakukan oleh BAPPEDA Kabupaten Ponorogo relatif cukup baik. Kegiatan koordinasi relatif sudah terjadual dan terprogram pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan proses-proses perencanaan.

a. Kelemahan

Beberapa kondisi internal yang menjadi kelemahan BAPPEDA Kabupaten Ponorogo adalah :

1) Sistem penempatan atau mutasi pegawai yang ditentukan secara terpusat oleh Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) dapat menjadi kelemahan dalam penentuan SDM yang dibutuhkan oleh BAPPEDA, karena


(4)

secara logis BAPPEDA sendirilah yang mengetahui kualifikasi pegawai yang dibutuhkan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2) Disiplin dan Inisiatif pegawai yang kurang merupakan lemahnya pembinaan terhadap pegawai dan kurang tegasnya pelaksanaan hukuman terhadap pelanggaran disiplin pegawai.

3) Proses implementasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang kurang optimal, pada tahap pelaksanaan, apabila dilihat dari kualitas hasil akhir kerjanya secara teknis masih jauh dari harapan, kebanyakan hanya bekerja memenuhi tuntutan dapat dipertanggung-jawabkan secara administratif.

4) Proses pengawasan masih dirasakan kurang optimal baik pengawasan fungsional maupun struktural. Hal ini menjadikan kelemahan dalam mengoptimalkan proses perencanaan Pembangunan di BAPPEDA.

5) Evaluasi yang dilaksanakan kurang optimal dan hanya memenuhi rutinitas terhadap proses manajemen suatu organisasi tanpa adanya tindak lanjut ataupun perbaikan yang konkrit dan sekedar suatu pemenuhan tugas pelaporan, sehingga hal ini dapat mempengaruhi prose perencanaan berikutnya.

Untuk lebih memperjelas, Analisis Strategis Lingkungan Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary / EFAS) dan Analisis Strategis Lingkungan Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary / IFAS), akan divisualisasikan dalam bentuk matriks sebagai berikut :


(5)

Tabel 4

Matriks Ringkasan SWOT Faktor Lingkungan Strategis BAPPEDA Kabupaten Ponorogo

Aspek Lingkungan S W O T

A. Eksternal

Perekonomian masyarakat yang potensial Kerjasama dengan LSM, dll yang baik Dinamika partisipasi masyarakat Adanya kejelasan dasar hukum

Komitmen Bupati terhadap pemberdayaan BAPPEDA

Akurasi data dan Informasi yang kurang Pemahaman mekanisme perencanaan

kurang

Terbatasnya anggaran

Kondisi perubahan alam yang kurang menentu

Belum adanya standarisasi kualitas perencanaan

B. Internal

Kejelasan visi dan misi Kualitas SDM yang memadai

Sarana dan prasarana yang memadai Proses perencanaan yang tepat Proses koordinasi yang baik

Penempatan pegawai yang kurang akomodatif

Disiplin Pegawai Kurang Implementasi kurang optimal Pengawasan kurang optimal Evaluasi kurang optimal

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

Sumber : Hasil Analisis

B. ISU-ISU STRATEGIS

Setelah dilakukan penelusuran visi dan misi organisasi, kemudian identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan ancaman eksternal, maka selanjutnya dilakukan identifikasi


(6)

isu strategis. Pengidentifikasian isu strategis pada umumnya dapat dibangun dengan memaksimalkan kekuatan dan mengurangi kelemahan, karena hanya aspek lingkungan internal saja yang dapat diintervensi. Hal ini dilakukan agar dapat memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman.

1. Tinjauan Kritis Terhadap Aspek Kekuatan dan Kelemahan

Dengan memperhatikan begitu pentingnya kedudukan aspek kekuatan dan kelemahan internal tersebut, maka untuk menjaga akurasi aspek kekuatan dan kelemahan internal serta melihat tingkat strategis tidaknya aspek kekuatan dan kelemahan internal itu, perlu dilihat kembali determinasi aspek-aspek tersebut.

Dalam mencermati tingkat strategis kekuatan dan kelemahan internal dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pertama, untuk mengetahui kekuatan mana yang strategis ditentukan dengan melihat apakah pemantapan kekuatan tersebut memerlukan perencanaan strategis. Jika hal itu cukup dikelola dengan proses perencanaan rutin, maka kekuatan itu tidak bernilai strategis.

Kedua, untuk mengetahui kelemahan mana yang strategis ditentukan dengan melihat apakah kelemahan tersebut benar-benar merupakan masalah inti (core problem). Jika itu semata-mata merupakan imbas atau akibat dari masalah inti, maka kelemahan itu tidak strategis.

Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan seperti tersebut di atas, maka aspek kekuatan internal yang teridentifikasi sebagai kekuatan yang strategis adalah : (1) Kejelasan visi dan misi BAPPEDA, (2) Kualitas SDM yang relatif memadai, (3) Sarana dan prasarana yang relatif memadai, (4) Proses perencanaan yang tepat, dan (5) Proses koordinasi yang baik.


(7)

Tetap dengan menggunakan pendekatan seperti di atas, untuk aspek kelemahan internal terdapat kelemahan yang strategis yaitu: (1) Penempatan pegawai yang kurang akomodatif, (2) Disiplin pegawai kurang, (3) Implementasi kurang optimal, (4) Pengawasan kurang optimal, dan (5) Evaluasi kurang optimal.

Sistem penempatan pegawai yang kurang akomodatif merupakan kelemahan strategis karena kelemahan inilah yang menjadi masalah inti dari penempatan pegawai yang tidak memperlihatkan kebutuhan dalam organisasi BAPPEDA sehingga berpengaruh kepada kinerja organisasi.

Pengawasan kurang optimal merupakan kelemahan strategis karena kelemahan inilah yang menjadi masalah inti yang berakibat pada proses pengawasan internal maupun eksternal tidak dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

2. Identifikasi Isu Strategis

Dalam proses identifikasi atau merumuskan suatu isu strategis, umumnya dilakukan dengan :

a. Merumuskan dalam suatu pertanyaan / tantangan yang mungkin dilakukan organisasi dan memilki lebih dari satu solusi;

b. Mengidentifikasi isu strategis, kemudian dikaitkan dengan mandat dan misi organisasi, serta harus dikembangkan dengan analisis SWOT dalam arti bagaimana memanfaatkan peluang, menghindari kelemahan dan ancaman dengan menggunakan kekuatan;

c. Seberapa besar konsekuensi yang akan terjadi, jika isu gagal dipecahkan dan mempersiapkan alternatifnya. (Bryson ; 1999)


(8)

Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan kerangka berpikir tersebut, terdapat beberapa isu strategis sebagai berikut :

Isu strategis SO

(Mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang)

1. Mengembangkan sistem informasi perencanaan pembangunan daerah.

Isu strategis ini muncul karena upaya mengoptimalkan pemanfaatan kekuatan SDM serta didukung oleh sarana dan prasarana yang relatif memadai, terutama sarana komputerisasi dan gedung rapat yang representatif di BAPPEDA, diharapkan akan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada seperti : perekonomian masyarakat yang potensial; kerjasama dengan LSM, Perguruan Tinggi, Pihak Swasta yang baik; dinamika partisipasi masyarakat; kejelasan dasar hukum dan komitmen Bupati terhadap Pemberdayaan BAPPEDA. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan dalam rangka menginformasikan proses pembangunan daerah kepada publik dan menggali aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan serta dalam rangka mengembangkan sistem informasi perencanaan pembangunan daerah.

Dalam era keterbukaan sekarang ini, sistem informasi perencanaan pembangunan daerah menjadi sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keinginan masyarakat untuk dapat ikut ambil bagian dalam proses pembangunan di daerahnya. Selain itu, isu strategis ini juga sebagai salah satu wujud penerapan nilai-nilai akuntabilitas kepada seluruh masyarakat tentang kinerja BAPPEDA Kabupaten Ponorogo.


(9)

Isu strategis WO

(Meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang)

1. Meningkatkan sikap profesional sebagai Perencana Pembangunan untuk memanfaatkan dukungan dan partisipasi masyarakat yang tinggi.

Isu strategis ini muncul karena SDM di Kantor BAPPEDA Kabupaten Ponorogo dinilai cukup memadai, akan tetapi kurang profesional dalam merencanakan pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat disiplin pegawai yang masih kurang. Kondisi demikian akhirnya berakibat pada organisasi BAPPEDA tidak dapat secara optimal memanfaatkan peluang komitmen Bupati terhadap pemberdayaan BAPPEDA. Peluang tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan secara optimal apabila Kantor BAPPEDA Kabupaten Ponorogo dapat memanfaatkan SDM yang relatif sudah baik tersebut secara profesional dengan lebih mengembangkan inisiatif dan kreatifitas staf untuk diimprovisasikan ke dalam tupoksi masing-masing yang sudah digariskan.

2. Meningkatkan mutu/kualitas produk Perencanaan Pembangunan Daerah.

Isu ini muncul karena mutu/kualitas produk/hasil perencanaan pembangunan yang relatif lengkap belum diimplementasikan dengan optimal. Hal ini disebabkan adanya kelemahan pada proses implementasi, pengawasan dan evaluasi. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut maka dapat memanfaatkan dengan optimal peluang-peluang yang ada.


(10)

Isu strategis ST

(Menggunakan kekuatan proses mengatasi ancaman)

1. Memanfaatkan proses koordinasi untuk meningkatkan kerjasama dengan stakeholder perencanaan pembangunan daerah yang lain. Isu strategis ini muncul karena BAPPEDA dalam menyusun program dan kegiatan harus melalui proses dari bawah / aspirasi masyarakat (Buttom Up) dan bersifat partisipatif dengan tetap memperhatikan arahan dan prioritas program dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai wujud satu kesatuan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Hal ini diperlukan guna memperoleh data yang akurat serta memperoleh standarisasi kualitas perencanaan yang memadai. 2. Memanfaatkan kejelasan visi dan misi, untuk menghasilkan

perencanaan pembangunan daerah yang antisipatif.

Isu strategis ini muncul karena untuk mengatasi ancaman kondisi perubahan alam yang tidak menentu dan terbatasnya anggaran, maka perlu memanfaatkan kekuatan strategis yang ada yaitu kejelasan visi dan misi BAPPEDA. Dengan adanya kejelasan visi dan misi BAPPEDA akan dapat digunakan BAPPEDA sebagai pandangan/proyeksi atau pedoman serta strategi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang sudah direncanakan dengan penggunaan anggaran yang efisien dan akuntabel serta mempersiapkan alternatif sebagai antisipasi apabila terjadi perubahan alam yang sangat ekstrim dengan tiba-tiba/mendadak.


(11)

Isu strategis WT

(Menekan kelemahan untuk menghindari ancaman)

1. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah sesuai dengan standar kualitas perencanaan.

Isu strategis ini muncul karena untuk menghindari ancaman-ancaman yaitu akurasi data dan informasi yang kurang, pemahaman terhadap mekanisme perencanaan yang kurang dan belum adanya standarisasi kualitas perencanaan, maka dengan mengetahui ancaman-ancaman tersebut dapat dilakukan suatu tindakan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada proses implementasi, pengawasan dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah sehingga diharapkan mampu memiliki produk perencanaan yang berkualitas.

Untuk memperjelas isu strategis tersebut dapat divisualisasikan dalam matriks SWOT berikut ini :


(12)

Internal

Eksternal

Strength (S)

v Kejelasan visi dan misi

v Kualitas SDM yang relatif memadai

v Sarana dan prasarana yang relatif memadai

v Proses Perencanaan yang tepat

v Proses Koordinasi yang relative baik

Weakness (W)

v Penempatan pegawai yang kurang akomodatif

v Disiplin Pegawai Kurang

v Implementasi kurang optimal

v Pengawasan kurang optimal

v Evaluasi kurang optimal

Opportunities (O) v Prekonomian

masyarakat yang potensial

v Kerjasama dengan LSM, PT, Swasta yang baik

v Dinamika Partisipasi Masyarakat

v Adanya kejelasan dasar hukum

v Komitmen Bupati terhadap Pemberdayaan BAPPEDA

Isu Strategis SO

1. Mengembangkan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah.

Isu Strategis WO

1. Meningkatkan sikap profesional sebagai Perencana Pembangunan untuk memanfaatkan dukungan dan partisipasi masyarakat yang tinggi. 2. Meningkatkan

mutu/kualitas Perencanaan

Pembangunan Daerah.

Threats (T)

v Akurasi Data dan informasi kurang

v Pemahaman mekanisme perencanaan kurang

v Terbatasnya anggaran

v Situasi sosial politik yang tidak kondusif

v Belum adanya standarisasi kualitas perencanaan

Isu Strategis ST

1. Memanfaatkan proses koordinasi untuk meningkatkan kerjasama dengan stakeholder perecanaan Pembangunan Daerah yang lain.

2. Memanfaatkan kejelasan visi dan misi, untuk menghasilkan perencanaan

pembangunan daerah yang antisipatif.

Isu Strategis WT

1. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi,

pengawasan dan evaluasi perencanaan

pembangunan daerah sesuai dengan standar kualitas perencanaan.

(Sumber : Matrik Data Bappeda, 2010)

Dari matriks SWOT tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat isu-isu strategis yang dapat digunakan BAPPEDA Kabupaten Ponorogo dalam menyusun strategi. Isu-isu yang strategis tersebut adalah sebagai berikut :


(13)

1. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan pembangunan daerah

2. Meningkatkan mutu/kualitas produk perencanaan pembangunan daerah dengan dukungan kerjasama dari masyarakat, LSM dan pihak swasta.

3. Mengembangkan sistem informasi perencanaan pembangunan daerah.

4. Meningkatkan sikap profesional sebagai perencana pembangunan daerah untuk memanfaatkan dukungan dan partisipasi masyarakat yang tinggi.

5. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan standar kualitas perencanaan.

6. Meningkatkan koordinasi dengan semua pihak terkait dalam proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi.

7. Memanfaatkan kejelasan visi dan misi, untuk menghasilkan perencanaan pembangunan daerah yang antisipatif.


(1)

Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan kerangka berpikir tersebut, terdapat beberapa isu strategis sebagai berikut :

Isu strategis SO

(Mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang)

1. Mengembangkan sistem informasi perencanaan pembangunan daerah.

Isu strategis ini muncul karena upaya mengoptimalkan pemanfaatan kekuatan SDM serta didukung oleh sarana dan prasarana yang relatif memadai, terutama sarana komputerisasi dan gedung rapat yang representatif di BAPPEDA, diharapkan akan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada seperti : perekonomian masyarakat yang potensial; kerjasama dengan LSM, Perguruan Tinggi, Pihak Swasta yang baik; dinamika partisipasi masyarakat; kejelasan dasar hukum dan komitmen Bupati terhadap Pemberdayaan BAPPEDA. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan dalam rangka menginformasikan proses pembangunan daerah kepada publik dan menggali aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan serta dalam rangka mengembangkan sistem informasi perencanaan pembangunan daerah.

Dalam era keterbukaan sekarang ini, sistem informasi perencanaan pembangunan daerah menjadi sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keinginan masyarakat untuk dapat ikut ambil bagian dalam proses pembangunan di daerahnya. Selain itu, isu strategis ini juga sebagai salah satu wujud penerapan nilai-nilai akuntabilitas kepada seluruh masyarakat


(2)

Isu strategis WO

(Meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang)

1. Meningkatkan sikap profesional sebagai Perencana Pembangunan untuk memanfaatkan dukungan dan partisipasi masyarakat yang tinggi.

Isu strategis ini muncul karena SDM di Kantor BAPPEDA Kabupaten Ponorogo dinilai cukup memadai, akan tetapi kurang profesional dalam merencanakan pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat disiplin pegawai yang masih kurang. Kondisi demikian akhirnya berakibat pada organisasi BAPPEDA tidak dapat secara optimal memanfaatkan peluang komitmen Bupati terhadap pemberdayaan BAPPEDA. Peluang tersebut sebenarnya dapat dimanfaatkan secara optimal apabila Kantor BAPPEDA Kabupaten Ponorogo dapat memanfaatkan SDM yang relatif sudah baik tersebut secara profesional dengan lebih mengembangkan inisiatif dan kreatifitas staf untuk diimprovisasikan ke dalam tupoksi masing-masing yang sudah digariskan.

2. Meningkatkan mutu/kualitas produk Perencanaan Pembangunan Daerah.

Isu ini muncul karena mutu/kualitas produk/hasil perencanaan pembangunan yang relatif lengkap belum diimplementasikan dengan optimal. Hal ini disebabkan adanya kelemahan pada proses implementasi, pengawasan dan evaluasi. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut maka dapat memanfaatkan dengan optimal peluang-peluang yang ada.


(3)

Isu strategis ST

(Menggunakan kekuatan proses mengatasi ancaman)

1. Memanfaatkan proses koordinasi untuk meningkatkan kerjasama dengan stakeholder perencanaan pembangunan daerah yang lain.

Isu strategis ini muncul karena BAPPEDA dalam menyusun program dan kegiatan harus melalui proses dari bawah / aspirasi masyarakat (Buttom Up) dan bersifat partisipatif dengan tetap memperhatikan arahan dan prioritas program dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai wujud satu kesatuan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Hal ini diperlukan guna memperoleh data yang akurat serta memperoleh standarisasi kualitas perencanaan yang memadai.

2. Memanfaatkan kejelasan visi dan misi, untuk menghasilkan perencanaan pembangunan daerah yang antisipatif.

Isu strategis ini muncul karena untuk mengatasi ancaman kondisi perubahan alam yang tidak menentu dan terbatasnya anggaran, maka perlu memanfaatkan kekuatan strategis yang ada yaitu kejelasan visi dan misi BAPPEDA. Dengan adanya kejelasan visi dan misi BAPPEDA akan dapat digunakan BAPPEDA sebagai pandangan/proyeksi atau pedoman serta strategi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang sudah direncanakan dengan penggunaan anggaran yang efisien dan akuntabel serta mempersiapkan alternatif sebagai antisipasi apabila terjadi perubahan alam yang sangat ekstrim dengan tiba-tiba/mendadak.


(4)

Isu strategis WT

(Menekan kelemahan untuk menghindari ancaman)

1. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah sesuai dengan standar kualitas perencanaan.

Isu strategis ini muncul karena untuk menghindari ancaman-ancaman yaitu akurasi data dan informasi yang kurang, pemahaman terhadap mekanisme perencanaan yang kurang dan belum adanya standarisasi kualitas perencanaan, maka dengan mengetahui ancaman-ancaman tersebut dapat dilakukan suatu tindakan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada proses implementasi, pengawasan dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah sehingga diharapkan mampu memiliki produk perencanaan yang berkualitas.

Untuk memperjelas isu strategis tersebut dapat divisualisasikan dalam matriks SWOT berikut ini :


(5)

Internal

Eksternal

Strength (S)

v Kejelasan visi dan misi

v Kualitas SDM yang relatif memadai

v Sarana dan prasarana yang relatif memadai

v Proses Perencanaan yang tepat

v Proses Koordinasi yang relative baik

Weakness (W)

v Penempatan pegawai yang kurang akomodatif

v Disiplin Pegawai Kurang

v Implementasi kurang optimal

v Pengawasan kurang optimal

v Evaluasi kurang optimal

Opportunities (O) v Prekonomian

masyarakat yang potensial

v Kerjasama dengan LSM, PT, Swasta yang baik

v Dinamika Partisipasi Masyarakat

v Adanya kejelasan dasar hukum

v Komitmen Bupati terhadap Pemberdayaan BAPPEDA

Isu Strategis SO

1. Mengembangkan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah.

Isu Strategis WO

1. Meningkatkan sikap profesional sebagai Perencana Pembangunan untuk memanfaatkan dukungan dan partisipasi masyarakat yang tinggi. 2. Meningkatkan

mutu/kualitas Perencanaan

Pembangunan Daerah.

Threats (T)

v Akurasi Data dan informasi kurang

v Pemahaman mekanisme perencanaan kurang

v Terbatasnya anggaran

v Situasi sosial politik yang tidak kondusif

v Belum adanya standarisasi kualitas perencanaan

Isu Strategis ST

1. Memanfaatkan proses koordinasi untuk meningkatkan kerjasama dengan stakeholder perecanaan Pembangunan Daerah yang lain.

2. Memanfaatkan kejelasan visi dan misi, untuk menghasilkan perencanaan

pembangunan daerah yang antisipatif.

Isu Strategis WT

1. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi,

pengawasan dan evaluasi perencanaan

pembangunan daerah sesuai dengan standar kualitas perencanaan.

(Sumber : Matrik Data Bappeda, 2010)

Dari matriks SWOT tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat isu-isu strategis yang dapat digunakan BAPPEDA Kabupaten Ponorogo dalam menyusun strategi. Isu-isu yang strategis tersebut adalah sebagai


(6)

1. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan pembangunan daerah

2. Meningkatkan mutu/kualitas produk perencanaan pembangunan daerah dengan dukungan kerjasama dari masyarakat, LSM dan pihak swasta.

3. Mengembangkan sistem informasi perencanaan pembangunan daerah.

4. Meningkatkan sikap profesional sebagai perencana pembangunan daerah untuk memanfaatkan dukungan dan partisipasi masyarakat yang tinggi.

5. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan standar kualitas perencanaan.

6. Meningkatkan koordinasi dengan semua pihak terkait dalam proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi.

7. Memanfaatkan kejelasan visi dan misi, untuk menghasilkan perencanaan pembangunan daerah yang antisipatif.