RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2011 - 2015

(1)

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN DAN KEBIJAKAN

A. VISI

1. Visi BAPPEDA Kabupaten Ponorogo

Sesuai dengan kedudukan, tugas pokok dan fungsi Bappeda Kabupaten Ponorogo yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 13 Tahun 2002, maka Bappeda Kabupaten Ponorogo menetapkan Visinya yaitu :

“PROFESIONAL DALAM PERENCANAAN dalam rangka mewujudkan RAHAYUNING BUMI REOG”

2. Makna dan Nilai Visi

Perencanaan yang Profesional makna :

a. Mampu memahami secara maksimal dan melaksanakan secara profesional proses-proses baik manajerial maupun teknis perencanaan pembangunan yang mencerminkan keinginan dan partisipasi masyarakat dengan tingkat prediksi yang akurat akan keberhasilan pencapaian tujuannya.

b. Proses perencanaan yang mampu menjaring keinginan masyarakat dalam kerangka pemberdayaan masyarakat, gender sekaligus perlindungan terhadap masyarakat.

c. Proses perencanaan dimana input/data-informasi, implementasi maupun output/goal dapat diterima dan didukung oleh seluruh komponen masyarakat maupun pemerintah, transparan dan informatif mulai dari awal perencanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaannya, akuntabel dan dapat dipertanggung-jawabkan.


(2)

B. M I S I

1. Misi BAPPEDA Kabupaten Ponorogo

BAPPEDA Kabupaten Ponorogo menetapkan Misi sebagai suatu sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu yang ditentukan melalui :

a. PENINGKATAN PROFESIONALITAS APARATUR PERENCANA ;

b. OPTIMALISASI PENELITIAN, PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROGRAM - PROGRAM PEMBANGUNAN c. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DAN AKURASI DATA

PERENCANAAN

d. PENINGKATAN EFEKTIFITAS PERENCANAAN DENGAN ANGGARAN YANG EFISIEN

e. PENINGKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERPADU, ASPIRATIF DAN PARTISIPATIF ;

2. Makna Misi BAPPEDA

a. Profesionalisme aparatur perencana ditingkatkan ke arah terwujudnya keahlian dan kemampuan di bidang manajerial dan teknis perencanaan pembangunan.

b. Optimalisasi Penelitian, Perencanaan dan Pengendalian program-program pembangunan ditingkatkan ke arah terwujudnya pembangunan yang berkualitas dan berkelanjutan (sustainable).

c. Pengembangan Sistem Informasi ditingkatkan ke arah terwujudnya sistem data dan informasi yang informatif sebagai sarana informasi-publikasi dan dasar perencanaan pembangunan.

d. Perencanaan Pembangunan ditingkatkan ke arah terwujudnya efisiensi anggaran dan efektifitas sasaran program-program


(3)

pembangunan yang terarah, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan.

e. Perencanaan pembangunan terpadu ditingkatkan dan dikembangkan ke arah terwujudnya sistem perencanaan pembangunan yang lebih berkualitas, aspiratif dan partisipatif.

C. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan merupakan penjabaran/implementasi dari pernyataan Misi mengenai sesuatu yang akan dicapai/diinginkan atau dihasilkan pada jangka waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahunan. Tujuan dinyatakan secara umum, didefinisikan secara formal, guna mendukung Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi dengan melihat perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam lingkungan organisasi maupun dari luar organisasi sehingga dapat mengapresiasikan seluruh tuntutan ke dalam pencapaian hasil yang maksimal.

Kemudian tujuan yang ingin diwujudkan dalam RPJM Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2010-2015 ditetapkan sebagai berikut :

1. Menjamin terwujudnya kepastian akses dan mutu pelayanan dasar masyarakat secara optimal, yang meliputi pendidikan, kesehatan dan infrastruktur baik perdesaan maupun perkotaan; serta menjamin kepastian penyediaan pelayanan publik dengan model pelayanan yang efektif dan efisien;

2. Memacu pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja dalam rangka pengentasan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

3. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang transparan, akuntabel, serta profesional yang berlandaskan norma-norma dengan mengedepankan supremasi hukum;


(4)

4. Meningkatkan pemberdayaan dan penguatan perempuan untuk kelembagaan masyarakat melalui keterlibatan seluruh komponen dalam setiap tahapan pembangunan di segala bidang;

5. Membangun dan memelihara stabilitas pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan budaya sehingga memberikan rasa aman bagi masyarakat, dengan menjunjung tinggi budaya dan karakter masyarakat yang agamis, bermoral dan berbudi luhur.

Sebagai salah satu pelaksana dari program-program dalam RPJM Daerah Kabupaten Ponorogo Tahun 2010-2015 maka tujuan yang ingin dicapai Bappeda Kabupaten Ponorogo adalah :

1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur Perencana ;

2. Meningkatkan kemampuan dalam perencanaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian sumber daya dan hasil-hasilnya; 3. Meningkatkan kualitas perencanaan;

4. Meningkatkan pengendalian pelaksanaan pembangunan dalam rangka optimalisasi hasil-hasil pembangunan;

5. Memaksimalkan mekanisme koordinasi internal dan eksternal, dalam proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi;

6. Memperkuat dasar-dasar pengambilan kebijakan dalam pembangunan khususnya di tingkat kabupaten.

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh instansi pemerintah dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulanan atau bulanan.

Sejalan dengan visi dan misi serta tujuan yang ingin diwujudkan tersebut, dengan memperhatikan agenda pembangunan daerah, selanjutnya ditetapkan sasaran yang ingin dicapai dengan


(5)

berpedoman pada agenda pembangunan Kabupaten Ponorogo Tahun 2010-2015 :

1. Meningkatnya derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat; 2. Meningkatnya daya saing dan struktur ekonomi daerah;

3. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah; 4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan;

5. Terwujudnya tatanan sosial masyarakat yang aman, tertib dan damai.

Merujuk kepada agenda tersebut, maka sasaran yang ingin diwujudkan oleh BAPPEDA 5 (lima) tahun ke depan adalah sebagai berikut :

1. Tercapainya peningkatan kinerja aparatur perencana; 2. Tercapainya peningkatan kualitas hasil perencanaan;

3. Terwujudnya sarana dan prasarana yang representatif dan memadai;

4. Terwujudnya jaringan (networking) perencanaan, pemantauan dan evaluasi yang transparan, akuntabel dan partisipatif;

5. Memaksimalkan mekanisme koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan;

6. Maksimalnya kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan serta hasil-hasil pembangunan yang akurat.

D. STRATEGI

Strategi merupakan suatu pola tujuan, kebijakan, program, kegiatan, keputusan, maupun pengalokasian sumberdaya yang memerlukan pemahaman tentang apa organisasi itu, apa yang dikerjakannya dan mengapa ia melakukan itu. Dengan demikian strategi merupakan pengembangan dari misi organisasi yang menghubungkan organisasi itu dengan lingkungannya, sehingga


(6)

strategi merupakan tanggapan yang mendasar (outline respon) organisasi terhadap tantangan – tantangan mendasar yang dihadapi.

Lebih lanjut strategi adalah suatu rencana untuk mencapai tujuan tertentu yang disusun sedemikian rupa oleh suatu organisasi sesuai dengan misi yang hendak diraihnya sekaligus untuk melaksanakan mandat/tugas-tugas yang diembannya dengan mempertimbangkan pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal maupun internal. Sebagai suatu rencana, maka strategi tidak dengan sendirinya akan mampu meraih apa yang diharapkan begitu selesai disusun. Faktor implementasi/pelaksanaan dari suatu strategi itulah yang paling berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu strategi. Sebaik apapun suatu strategi, tidak akan berhasil apabila buruk dalam mengimplementasikannya. Sebaliknya, apabila suatu strategi disusun biasa-biasa saja, namun baik dalam melaksanakannya, niscaya akan membuat berhasil strategi tersebut.

Strategi bukan merupakan pedoman kaku (rigid) bagi implementasi karena filosofi penyusunan strategi adalah sebagai jembatan suatu organisasi dengan lingkungannya, sehingga tetap dimungkinkan adanya suatu fleksibillitas yang adaptif namun tetap relevan. Dalam suatu organisasi, strategi yang dipandang baik dan sesuai serta secara nyata dapat memberikan kontribusi kemajuan perlu dipertahankan keberadaannya. Sedangkan untuk strategi yang dipandang sudah tidak sesuai dan tidak dapat memberikan kontribusi kemajuan pada organisasi, perlu untuk dirumuskan kembali dengan maksud agar hubungan antara faktor internal dan eksternal organisasi dapat terjalin kesesuaian dan keserasian kembali.

Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa strategi bagi suatu organisasi merupakan alat untuk meraih tujuan. Sementara itu dalam konsep sistem, organisasi terdiri dari sub-sub sistem yang lebih kecil, yang masing-masing mempunyai tujuan khusus, sehingga terdapat tingkatan-tingkatan tujuan yaitu ; tujuan menyeluruh organisasi dan


(7)

tujuan inkremental sub-sub sistem, yang tentunya masing-masing memerlukan strategi pencapaiannya.

Satu prinsip dasar dalam pengelolaan strategi yang sistematik adalah suatu strategi yang lebih kecil adalah bagian dari dan selalu mengacu kepada strategi lain yang lebih besar.

1. Konsep Perumusan Strategi Dalam Manajemen Strategis

Strategi pada dasarnya adalah merupakan produk dari kegiatan pengambilan keputusan (decision making) yang dilakukan oleh seorang manajer, terlepas apakah dilakukan sendiri atau dengan melibatkan orang lain. Proses perumusan Strategi korporasi (grand strategy) adalah merupakan tanggung-jawab manajer puncak; Strategi tingkat satuan bisnis dilakukan oleh manajer tingkat bisnis (middle manager); strategy fungsional dilakukan oleh manajer fungsional (lower manager). Dengan demikian perumusan strategi merupakan bagian dari kegiatan manajemen, dalam hal ini adalah manajemen strategis.

Strategi dapat dan bahkan harus diubah untuk menyesuaikan dengan adanya perubahan lingkungan. Strategi sebagai suatu rencana harus terus bergerak dari waktu ke waktu untuk dirumuskan, diimplementasikan, dimonitoring, dievaluasi, direvisi dan dirumuskan kembali serta demikian seterusnya sehingga membentuk suatu siklus perubahan strategi.

Sementara itu, Manajemen Strategis atau juga disebut Perencanaan Strategis merupakan suatu disiplin ilmu yang bertujuan untuk menghasilkan keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan mendasar yang mengarahkan pada deskripsi apakah organisasi itu, apa yang dilakukannya, dan mengapa ia melakukan itu. Manajemen Strategis juga memberikan gambaran ke depan tentang bagaimana suatu oraganisasi dapat berjalan menuju ke tujuan sesuai misi dan visinya, dengan memanfaatkan potensi internal secara optimal dan membenahi kelemahan-kelemahan


(8)

internal, dalam rangka mengisi peluang dan menghindari ancaman yang ada atau yang akan datang dari lingkungan eksternal.

Bappeda sebagai salah satu organisasi dalam lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo dalam bidang perencanaan pembangunan daerah mengadopsi siklus perubahan manajemen strategi ke dalam organisasinya yang meliputi strategi oragniasi yang dirumuskan, diimplementasikan, dimonitoring, dievaluasi, direvisi dan dirumuskan kembali demikian seterusnya dengan interval waktu perubahan tahunan (RKA-SKPD) dan lima tahunan (Renstra-SKPD).

2. Relevansi Manajemen Strategis terhadap peningkatan Kinerja Organisasi

Dalam meningkatkan kinerja setiap organisasi diperlukan berbagai metode atau cara untuk dapat melakukannya. Salah satu metode yang dianggap para ahli dapat digunakan adalah manajemen strategis, yaitu dalam hal pemahaman visi dan misi organisasi.

Organisasi pemerintah yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas, akan kehilangan proyeksi terhadap keadaan organisasi di masa depan, dan tidak memiliki pedoman bagi peningkatan kinerja organisasi. Demikian pula misi yang telah diterjemahkan dalam kegiatan konkrit tidak akan memiliki arti tanpa adanya implementasi yang baik, belum lagi ditambah perubahan yang cepat dari keadaan suatu organisasi dalam pemerintahan seperti penambahan/ adanya suatu organisasi baru atau pengurangan/ hilangnya suatu organisasi lama tergabung ke dalam organisasi lainnya. Oleh karena itu, yang sangat dibutuhkan adalah penguasaan tugas dan fungsinya dengan optimal sehingga proses-proses perencanaan pembangunan secara kolektif dapat menyelesaian masalah dan memenuhi harapan masyarakat.


(9)

Untuk itu, peningkatan kinerja organisasi pemerintah daerah seperti BAPPEDA harus selalu berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan itu seharusnya diorganisir sehingga dapat menghasilkan tatanan organisasi yang benar-benar mampu mengemban visi dan misi pemerintah daerah.

Di samping adanya kejelasan visi dan misi BAPPEDA, faktor yang perlu dipertimbangkan dalam peningkatan kinerja BAPPEDA adalah strategi yang relevan. Dengan berpedoman pada strategi organisasi, maka garis wewenang, saluran komunikasi dan arus informasi serta mekanisme perencanaan dapat disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan pelaksanaan tugas dan fungsi BAPPEDA dapat berjalan dengan baik dan optimal.

Dalam melaksanakan berbagai pilihan-pilihan alternatif yang berkaitan dengan pembangunan daerah tentu akan didasarkan pada pemilihan isu-isu strategis dalam menentukan prioritas kegiatan dan ini menjadi mandat dan tantangan mendasar yang dihadapi BAPPEDA dalam peningkatan kinerjanya.

Isu-isu strategis yang dihadapi oleh BAPPEDA dapat terjadi karena adanya perubahan lingungan eksternal dan internal. Selain itu dapat pula disebabkan karena adanya perubahan mandat dan visi BAPPEDA.

Melalui uraian di atas, dapat dirumuskan pengertian dalam kerangka konseptual tentang peningkatan kinerja organisasi BAPPEDA yaitu sebagai suatu usaha untuk meningkatkan hasil-hasil kerja pegawai BAPPEDA dalam penyelenggaraan kegiatan. Berdasarkan fungsi yang menjadi misinya, yang dapat dinilai dari ukuran responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas.

Usaha yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja BAPPEDA itu secara teoritis menyentuh aspek-aspek yang


(10)

berpengaruh terhadap kinerja umum suatu organisasi yaitu dari faktor internal : pertama, aspek input / sumber daya berupa SDM, ekonomi (anggaran/keuangan), sarana prasarana/ fasilitas, data dan informasi, serta budaya organisasi; kedua, aspek proses manajemen melalui unsur perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran, pengawasan dan evaluasi; dan ketiga aspek output / hasil yang meliputi produk dan pelayanan yang profesional, akuntabel dan berkelanjutan.

Setiap unsur ini memiliki potensi yang sama untuk muncul sebagai faktor dominan yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi baik dari segi peningkatan maupun penurunan.

Selain faktor internal tersebut, faktor eksternal juga secara langsung dapat mempengaruhi kinerja BAPPEDA, seperti perubahan-perubahan kondisi politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, kondisi alam dan kelompok – kelompok yang berkaitan dengan penyediaan input, proses pelaksanaan dan pemanfaat output.

Berdasarkan konsep strategi tersebut dan sesuai dengan tujuan yang ingin di capai, maka BAPPEDA menetapkan strategi yang diwujudkan dalam kebijakan dan program berikut :

a. Menjabarkan tugas pokok dan fungsi kelembagaan melalui keterpaduan koordinasi, sinkronisasi, serta bottom up planning dan top down planning;

b. Memanfaatkan dan memadukan instrumen perencanaan dalam implementasi program dan kegiatan;

c. Meningkatkan strategi perencanaan daerah melalui penelitian; d. Meningkatkan sistem informasi perencanaan pembangunan

melalui penyediaan informasi perencanaan, proses, monitoring, evaluasi dan hasil-hasil pembangunan;

e. Meningkatkan monitoring, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pembangunan melalui temuan deviasi atas


(11)

perencanaan yang telah disepakati bersama dengan hasil pelaksanaan program dan kegiatan.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan strategis yang dilakukan, akan diperoleh isu-isu yang bernilai sangat strategis setelah dilakukan Tes Litmus. Isu-isu yang sangat strategis tersebut dapat dijadikan rangkaian strategi yang dapat diterapkan dalam usaha peningkatan kinerja BAPPEDA Kabupaten Ponorogo, strategi yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu dan kualitas produk perencanaan pembangunan daerah.

Meningkatkan mutu/kualitas dan keanekaragaman produk perencanaan pembangunan daerah merupakan sesuatu hak yang sangat mutlak dalam usaha meningkatkan kinerja BAPPEDA Kabupaten Ponorogo, karena secara garis besar produk-produk utama yang dihasilkan oleh BAPPEDA adalah sebuah perencanaan pembangunan daerah yang harus dapat memenuhi berbagai harapan masyarakat. Selain itu, dengan kualitas/ mutu dan keanekaragaman produk perencanaan yang baik selain akan dapat berdampak positif pada proses pembangunan daerah, juga akan memuaskan masyarakat yang selanjutnya berpengaruh kepada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.

Dalam rangka mengembangkan sistem perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif di Kabupaten Ponorogo, maka strategi yang dapat dilakukan oleh BAPPEDA Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :

a. Menyusun program dasar / master program pembangunan bidang ekonomi, keuangan, industri, sosial budaya dan fisik-prasarana, penelitian-pengembangan, penanaman modal Kabupaten Ponorogo, yang tentunya disesuaikan dengan arah


(12)

pembangunan Kabupaten Ponorogo yang tertuang dalam visi dan misi Kabupaten Ponorogo. Strategi ini dimaksudkan adalah untuk memudahkan dalam memperoleh data dan informasi program-program pembangunan Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun, sehingga BAPPEDA tidak akan kehilangan informasi terhadap program-program mana yang sudah dilaksanakan maupun yang belum dilaksanakan ataupun aspek-aspek mana yang belum tersentuh dalam perencanaan.

b. Menyusun dokumen-dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Ponorogo bidang ekonomi, keuangan, industri, sosial budaya, fisik prasarana, penelitian-pengembangan dan penanaman modal. Strategi ini dimaksudkan sebagai acuan dan pengendalian terhadap proses perencanaan pembangunan daerah, sehingga pembangunan di Kabupaten Ponorogo tidak akan kehilangan arah.

c. Meningkatkan kemampuan internal BAPPEDA Kabupaten Ponorogo, dengan jalan bekerjasama dengan pihak profesional dalam melakukan penelitian terhadap suatu program/kegiatan pembangunan apakah layak atau tidak untuk dilaksanakan, sehingga hal ini akan dapat mengurangi kesalahan perhitungan yang berakibat pada inefisiensi dan inefektifitas terhadap anggaran pembangunan yang ada.

d. Meningkatkan kelancaran koordinasi, sinkronisasi dan komunikasi dengan semua pihak terkait dalam kegiatan perencanaan pembangunan daerah di bidang ekonomi, keuangan, industri, sosial budaya, fisik prasarana, penelitian-pengembangan dan penanaman modal. Meskipun langkah koordinasi dan komunikasi perencanaan pembangunan daerah BAPEDA Kabupaten Ponorogo selama ini sudah terprogram dengan baik, akan tetapi isi, partisipasi dan perhatian aspirasi dalam forum koordinasi tersebut haruslah lebih ditingkatkan.


(13)

e. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan pembangunan di bidang ekonomi, keuangan, industri, sosial budaya, fisik prasarana, penelitian-pengembangan dan penanaman modal. Hal ini dimaksudkan adalah tugas BAPPEDA tidak hanya merencanakan pembangunan, akan tetapi juga tetap melakukan monitoring dan evaluasi sehingga dapat memberikan masukan kepada Bupati dan jajarannya letak kelebihan dan kekurangan proses pembangunan daerah di Kabupaten Ponorogo serta mampu memberikan solusi terhadap masalah pembangunan daerah.

2. Mengembangkan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah

Dalam era globalisasi sekarang ini, sistem informasi perencanaan pembangunan daerah yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang mempunyai keinginan untuk dapat ikut ambil bagian dalam proses-proses pembangunan di daerahnya. Selain itu, isu strategis ini juga sebagai salah satu wujud penerapan nilai-nilai transparansi dan akuntabilitas kepada seluruh masyarakat tentang kinerja BAPPEDA Kabupaten Ponorogo.

Berdasarkan hal tersebut maka untuk melaksanakan isu ini, strategi-strategi yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut : a. Selalu memperbarui/ up date data dan informasi mengikuti

perkembangan informasi–teknologi perencanaan serta membuat inovasi baru dalam menampilkan profil Kabupaten Ponorogo, yang dituangkan ke dalam Buku Kabupaten Ponorogo dalam angka, Buku PDRB Kabupaten Ponorogo, Buku IPM Kabupaten Ponorogo, dll ataupun dimasukkan ke dalam situs/web site Pemerintah Kabupten Ponorogo, sehingga


(14)

akan lebih memudahkan masyarakat luas dalam mengaksesnya.

b. Penyusunan pelaporan statistik dan hasil-hasil pembangunan Kabupaten Ponorogo tiap tahun secara takurat/tepat dan cepat kepada masyarakat, DPRD dan jajaran organisasi di Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo. Hal ini ditujukan agar masyarakat dapat secara rutin dapat mengetahui perkembangan pembangunan di daerahnya.

c. Meningkatkan peran BAPPEDA sebagai sentral untuk data dan informasi penelitian dan pengkajian tentang proses dan hasil pembangunan daerah serta mempermudah dilakukannya koordinasi dan pencarian data-informasi dari tiap kecamatan, tiap desa/kelurahan maupun menurut bidang-bidang pembangunan (ekonomi, sosial-budaya, politik, penanaman modal, dll).

d. Penyusunan monitoring-evaluasi dan analisis hasil-hasil pembangunan Kabupaten Ponorogo tiap tahun, yang dimaksudkan sebagai salah satu umpan balik (feed-back) bagi proses pembangunan pada tahun berikutnya.

3. Meningkatkan sikap profesional sebagai perencana pembangunan, untuk memanfaatkan besarnya dukungan dan partisipasi masyarakat.

Seperti sudah diuraikan dalam analisis lingkungan strategis terdahulu, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) di kantor BAPPEDA Kabupaten Ponorogo relatif sudah sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi kondisi demikian belum sepenuhnya dapat mengarahkan kepada mekanisme budaya kinerja sebuah badan perencana pembangunan yang profesional dan akuntabel. Isu strategis yang penting untuk dilaksanakan adalah dengan strategi sebagai berikut :


(15)

a. Jajaran pimpinan BAPPEDA Kabupaten Ponorogo mengambil kebijakan yaitu memberikan kebebasan kepada para pegawai untuk dapat mengaktualisasikan kemampuan dan inisiatif dirinya ke dalam bidang tugas masing-masing dengan tidak bertentangan dengan tugas pokok dan fungsi yang sudah digariskan dalam Perda maupun Keputusan Bupati. Hal ini dimaksudkan agar para pegawai secara sedikit demi sedikit dapat menghilangkan budaya selalu menunggu petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) dari atasannya tanpa mempunyai inisiatif yang positif dari diri sendiri.

b. Memberikan masukan kepada Bupati sebagai atasan langsung BAPPEDA dan meningkatkan „kesadaran diri‟ dari para pegawai Kantor BAPPEDA, untuk mengembalikan fungsi BAPPEDA sebagai organisasi yang memang ditugaskan untuk mengkoordinir proses-proses perencanaan di Kabupaten Ponorogo dan tidak lagi ”hanya” sebagai pelaksana proyek. Dengan mengembalikan fungsi BAPPEDA ke fungsi semula terlebih di era otonomi daerah sekarang ini, ke depan diharapkan BAPPEDA akan lebih tanggap dan responsif terhadap aspirasi masyarakat serta akan lebih profesional, transparan dan akuntabel sebagai sebuah organisasi perencana pembangunan daerah.

c. Pimpinan BAPPEDA memberikan penekanan kepada seluruh staf BAPPEDA untuk dapat membedakan antara urusan dinas dengan urusan non dinas, sehingga aturan-aturan formal yang berlaku dapat dilaksanakan dengan baik dan sebenarnya tanpa dicampuri dengan faktor-faktor kekeluargaan. Selain itu fungsi-fungsi kontrol baik itu pengawasan dan evaluasi struktural maupun fungsional dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. d. Usaha-usaha penanaman dan pemahaman terhadap visi dan


(16)

secara serius dan nyata, sehingga seluruh pegawai di Kantor BAPPEDA mengetahui secara seksama bagaimana sebenarnya organisasi yang menaunginya itu dan mau ke mana arahnya. Hal ini dapat dilakukan misalnya melalui penempelan bagan kedudukan pegawai dalam organisasi, tupoksinya, visi dan misi BAPPEDA disetiap dinding di tiap unit/ruang BAPPEDA dan atau melalui suatu pengarahan khusus.

4. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah sesuai dengan standar kualitas perencanaan.

BAPPEDA sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap proses pembangunan di daerah, tentunya tidak hanya melakukan kegiatan penyusunan ”bagaimana perencanaan pembangunan yang baik”, akan tetapi juga bagaimana proses implementasi, pengawasan, dan evaluasi bisa berjalan dengan baik. Hal demikian disebabkan proses perencanaan pembangunan yang baik itu harus memperhatikan implementasi, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah tahun-tahun sebelumnya.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, ada beberapa strategi yang perlu dilakukan BAPPEDA untuk menjawab isu strategis ini, yaitu sebagai berikut :

a. Meningkatkan mekanisme perencanaan pembangunan daerah yang sudah berjalan dengan memperhatikan aspek akurasi, efisiensi dan efektifitas serta selalu didasarkan pada aspirasi masyarakat dan visi-misi Kabupaten Ponorogo. Hal ini dapat dilakukan dengan cara benar-benar mengoptimalkan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah mulai dari pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah yaitu mulai dari pelaksanaan “Musyawarah Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan” (dahulu dinamakan Musbangdes) yang


(17)

dikoordinasikan dengan Camat sampai dengan Musrenbang Kabupaten Ponorogo, sehingga hal ini akan dapat memperkecil resiko kesalahan BAPPEDA dalam merencanakan pembangunan di daerah.

b. Memperbaiki proses evaluasi pembangunan, dengan jalan BAPPEDA berani melaporkan kepada Bupati dan masyarakat tentang berbagai kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembangunan beserta dengan solusinya. Hal ini dimaksudkan agar Bupati dan masyarakat mengetahui secara pasti proses pembangunan di daerahnya. Selain itu, BAPPEDA juga harus dapat menampung masukan, kritik dan saran dari pihak lain (para stakeholder) sebagai tambahan referensi untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah.

Empat strategi tersebut, semuanya mengupayakan agar BAPPEDA Kabupaten Ponorogo dapat benar-benar berperan sebagai sebuah badan perencana pembangunan daerah yang transparan, akuntabel dan profesional yang dapat berfungsi sebagai penyalur aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Selain itu BAPPEDA Kabupaten Ponorogo juga diharapkan mampu sebagai sumber bagi segala data dan informasi proses pembangunan di Kabupaten Ponorogo.

E. KEBIJAKAN

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati pihak-pihak terkait dan ditetapkan oleh yang berkewenangan untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur pemerintah ataupun masyarakat agar dicapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran, tujuan misi dan visi organisasi .


(18)

Kebijakan BAPPEDA dalam rangka mewujudkan misi dan visi BAPPEDA adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas aparatur perencana ;

2. Meningkatkan mutu/kualitas produk perencanaan pembangunan daerah ;

3. Membangun dan mengembangkan serta menyediakan sarana basis data dan informasi yang lengkap dan akurat ;

4. Meningkatkan mekanisme pelaksanaan pengendalian pembangunan daerah secara terpadu ;

5. Mengembangkan dan meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan.


(1)

e. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan pembangunan di bidang ekonomi, keuangan, industri, sosial budaya, fisik prasarana, penelitian-pengembangan dan penanaman modal. Hal ini dimaksudkan adalah tugas BAPPEDA tidak hanya merencanakan pembangunan, akan tetapi juga tetap melakukan monitoring dan evaluasi sehingga dapat memberikan masukan kepada Bupati dan jajarannya letak kelebihan dan kekurangan proses pembangunan daerah di Kabupaten Ponorogo serta mampu memberikan solusi terhadap masalah pembangunan daerah.

2. Mengembangkan Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah

Dalam era globalisasi sekarang ini, sistem informasi perencanaan pembangunan daerah yang baik sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang mempunyai keinginan untuk dapat ikut ambil bagian dalam proses-proses pembangunan di daerahnya. Selain itu, isu strategis ini juga sebagai salah satu wujud penerapan nilai-nilai transparansi dan akuntabilitas kepada seluruh masyarakat tentang kinerja BAPPEDA Kabupaten Ponorogo.

Berdasarkan hal tersebut maka untuk melaksanakan isu ini, strategi-strategi yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut : a. Selalu memperbarui/ up date data dan informasi mengikuti

perkembangan informasi–teknologi perencanaan serta membuat inovasi baru dalam menampilkan profil Kabupaten Ponorogo, yang dituangkan ke dalam Buku Kabupaten Ponorogo dalam angka, Buku PDRB Kabupaten Ponorogo, Buku IPM Kabupaten Ponorogo, dll ataupun dimasukkan ke dalam situs/web site Pemerintah Kabupten Ponorogo, sehingga


(2)

akan lebih memudahkan masyarakat luas dalam mengaksesnya.

b. Penyusunan pelaporan statistik dan hasil-hasil pembangunan Kabupaten Ponorogo tiap tahun secara takurat/tepat dan cepat kepada masyarakat, DPRD dan jajaran organisasi di Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo. Hal ini ditujukan agar masyarakat dapat secara rutin dapat mengetahui perkembangan pembangunan di daerahnya.

c. Meningkatkan peran BAPPEDA sebagai sentral untuk data dan informasi penelitian dan pengkajian tentang proses dan hasil pembangunan daerah serta mempermudah dilakukannya koordinasi dan pencarian data-informasi dari tiap kecamatan, tiap desa/kelurahan maupun menurut bidang-bidang pembangunan (ekonomi, sosial-budaya, politik, penanaman modal, dll).

d. Penyusunan monitoring-evaluasi dan analisis hasil-hasil pembangunan Kabupaten Ponorogo tiap tahun, yang dimaksudkan sebagai salah satu umpan balik (feed-back) bagi proses pembangunan pada tahun berikutnya.

3. Meningkatkan sikap profesional sebagai perencana pembangunan, untuk memanfaatkan besarnya dukungan dan partisipasi masyarakat.

Seperti sudah diuraikan dalam analisis lingkungan strategis terdahulu, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) di kantor BAPPEDA Kabupaten Ponorogo relatif sudah sesuai dengan kebutuhan, akan tetapi kondisi demikian belum sepenuhnya dapat mengarahkan kepada mekanisme budaya kinerja sebuah badan perencana pembangunan yang profesional dan akuntabel. Isu strategis yang penting untuk dilaksanakan adalah dengan strategi sebagai berikut :


(3)

a. Jajaran pimpinan BAPPEDA Kabupaten Ponorogo mengambil kebijakan yaitu memberikan kebebasan kepada para pegawai untuk dapat mengaktualisasikan kemampuan dan inisiatif dirinya ke dalam bidang tugas masing-masing dengan tidak bertentangan dengan tugas pokok dan fungsi yang sudah digariskan dalam Perda maupun Keputusan Bupati. Hal ini dimaksudkan agar para pegawai secara sedikit demi sedikit dapat menghilangkan budaya selalu menunggu petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) dari atasannya tanpa mempunyai inisiatif yang positif dari diri sendiri.

b. Memberikan masukan kepada Bupati sebagai atasan langsung BAPPEDA dan meningkatkan „kesadaran diri‟ dari para pegawai Kantor BAPPEDA, untuk mengembalikan fungsi BAPPEDA sebagai organisasi yang memang ditugaskan untuk mengkoordinir proses-proses perencanaan di Kabupaten Ponorogo dan tidak lagi ”hanya” sebagai pelaksana proyek. Dengan mengembalikan fungsi BAPPEDA ke fungsi semula terlebih di era otonomi daerah sekarang ini, ke depan diharapkan BAPPEDA akan lebih tanggap dan responsif terhadap aspirasi masyarakat serta akan lebih profesional, transparan dan akuntabel sebagai sebuah organisasi perencana pembangunan daerah.

c. Pimpinan BAPPEDA memberikan penekanan kepada seluruh staf BAPPEDA untuk dapat membedakan antara urusan dinas dengan urusan non dinas, sehingga aturan-aturan formal yang berlaku dapat dilaksanakan dengan baik dan sebenarnya tanpa dicampuri dengan faktor-faktor kekeluargaan. Selain itu fungsi-fungsi kontrol baik itu pengawasan dan evaluasi struktural maupun fungsional dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. d. Usaha-usaha penanaman dan pemahaman terhadap visi dan


(4)

secara serius dan nyata, sehingga seluruh pegawai di Kantor BAPPEDA mengetahui secara seksama bagaimana sebenarnya organisasi yang menaunginya itu dan mau ke mana arahnya. Hal ini dapat dilakukan misalnya melalui penempelan bagan kedudukan pegawai dalam organisasi, tupoksinya, visi dan misi BAPPEDA disetiap dinding di tiap unit/ruang BAPPEDA dan atau melalui suatu pengarahan khusus.

4. Memperbaiki proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah sesuai dengan standar kualitas perencanaan.

BAPPEDA sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap proses pembangunan di daerah, tentunya tidak hanya melakukan kegiatan penyusunan ”bagaimana perencanaan pembangunan yang baik”, akan tetapi juga bagaimana proses implementasi, pengawasan, dan evaluasi bisa berjalan dengan baik. Hal demikian disebabkan proses perencanaan pembangunan yang baik itu harus memperhatikan implementasi, pengawasan dan evaluasi pembangunan daerah tahun-tahun sebelumnya.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, ada beberapa strategi yang perlu dilakukan BAPPEDA untuk menjawab isu strategis ini, yaitu sebagai berikut :

a. Meningkatkan mekanisme perencanaan pembangunan daerah yang sudah berjalan dengan memperhatikan aspek akurasi, efisiensi dan efektifitas serta selalu didasarkan pada aspirasi masyarakat dan visi-misi Kabupaten Ponorogo. Hal ini dapat dilakukan dengan cara benar-benar mengoptimalkan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah mulai dari pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah yaitu mulai dari pelaksanaan “Musyawarah Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan” (dahulu dinamakan Musbangdes) yang


(5)

dikoordinasikan dengan Camat sampai dengan Musrenbang Kabupaten Ponorogo, sehingga hal ini akan dapat memperkecil resiko kesalahan BAPPEDA dalam merencanakan pembangunan di daerah.

b. Memperbaiki proses evaluasi pembangunan, dengan jalan BAPPEDA berani melaporkan kepada Bupati dan masyarakat tentang berbagai kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembangunan beserta dengan solusinya. Hal ini dimaksudkan agar Bupati dan masyarakat mengetahui secara pasti proses pembangunan di daerahnya. Selain itu, BAPPEDA juga harus dapat menampung masukan, kritik dan saran dari pihak lain (para stakeholder) sebagai tambahan referensi untuk melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah.

Empat strategi tersebut, semuanya mengupayakan agar BAPPEDA Kabupaten Ponorogo dapat benar-benar berperan sebagai sebuah badan perencana pembangunan daerah yang transparan, akuntabel dan profesional yang dapat berfungsi sebagai penyalur aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Selain itu BAPPEDA Kabupaten Ponorogo juga diharapkan mampu sebagai sumber bagi segala data dan informasi proses pembangunan di Kabupaten Ponorogo.

E. KEBIJAKAN

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati pihak-pihak terkait dan ditetapkan oleh yang berkewenangan untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur pemerintah ataupun masyarakat agar dicapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran, tujuan misi dan visi organisasi .


(6)

Kebijakan BAPPEDA dalam rangka mewujudkan misi dan visi BAPPEDA adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas aparatur perencana ;

2. Meningkatkan mutu/kualitas produk perencanaan pembangunan daerah ;

3. Membangun dan mengembangkan serta menyediakan sarana basis data dan informasi yang lengkap dan akurat ;

4. Meningkatkan mekanisme pelaksanaan pengendalian pembangunan daerah secara terpadu ;

5. Mengembangkan dan meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan.