KONTRUKSI PESAN KEHIDUPAN DALAM SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI EPISODE 1861-1865 : ANALISIS FRAMING MODEL ZHONGDANG PAN DAN GERALD M.KOSICKI.
KONTRUKSI PESAN KEHIDUPAN DALAM SINETRON TUKANG BUBUR NAIK HAJI EPISODE 1861-1865
(Studi Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki)
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
Tri Oktaviyani
NIM. B76212113
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Tri Oktaviyani, B76212113, 2016. Kontruksi Pesan Kehidupan Dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Episode 1861-1865 (Studi Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki). Skripsi Program Studi ilmu Komunikasi Fakultas dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci : Kontruksi, Pesan Kehidupan , Studi Analisis Framing Model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosichi
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Bagaimana struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan kehidupan yang disampaikan penulis skenario Imam Tantowi dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan kehidupan yang disampaikan penulis skenario Imam Tantowi dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865.
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan jenis penelitian
Analisis Teks Media. Dengan Studi Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosichi. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan cara menonton dan mengamati teliti dialog-dialog serta adegan-adegan dalam sinetron tukang bubur naik haji episode 1861-1865, kemudian mencatat, memilih dan menganalisisnya sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
Menurut penelitian ini ditemukan pesan pesan yang mengandung unsur kehidupan (pesan sosial kehidupan) yang dapat di temukan Dalam sinetron digambarkan mengenai kehidupan bertetangga, dan kehidupan rumah tangga. Sehingga dalam sinetron ini sutradara ingin mengontruksikan kepada khalayak bahwa dalam kehidupan nyata yang ada di
masyarakat tak semuanya terlihat baik, pasti disisi lain ada yang berperilaku buruk. Dalam kehidupan nyata pasti ada permasalahan setiap orang memiliki bentuk masalah yang berbeda dan jalan hidup yang berbeda, maka itu perlu adanya kesabaran dan berfikir secara bijaksana untuk menyikapi dan menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti mengenai struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang Konstruksi Pesan Kehidupan dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865, maka dapat disimpulkan bahwa: Pada struktur sintaksis, dimana dijelaskan tempat, menjelaskan
berbagai kondisi tokoh sinetron, dan ringkasan cerita pada yang diceritakan di akhir cerita. Dalam akhir cerita dijelaskan cara tokoh sinetron menyelesaikan masalah kehidupan rumah tangga dan kehidupan bermasyarakat yaitu kehidupan bertetangga yang dihadapi dengan cara mereka. Pada struktur skrip, dalam struktur ini cerita sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865 di jelaskan lewat skrip atau naskah, dimana tokoh terdapat konflik awal, komplikasi konflik, sampai penyelesaian konflik. Struktur Tematik, dalam struktur ini menjelaskan berbagai gambaran karakter tokoh, yang di hasilkan dari tokoh berkomunikasi atau berdialog dengan dirinya sendiri atau dengan tokoh lainnya pada sinetron ini. Struktur retoris, dalam struktur ini menekankan cerita lewat kalimat serta gambar, dari penekanan yang ada pada cerita sinetron ini terdapat kata-kata atau kalimat yang bisa dijadikan contoh atau panutan dan penyemangat yang dihasilkan dari tokoh dalamberdialog.
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... .... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ... v
KATA PENGANTAR ... ... vi
ABSTRAK ... ... viii
DAFTAR ISI ... ... ix
BAB I: PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ... ... ... 1
B. Fokus Penelitian ... ... 6
C. Tujuaan Penelitian ... ... 6
D. Manfaat Penelitian ... ... 6
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... ... 6
F. Definisi Konsep ... ... 8
G. Kerangka Pikir Penelitian ... ... 13
H. Metode Penelitian ... ... 16
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... ... 16
2. Unit Analisis ... ... 17
3. Jenis Dan Sumber Data... ... 17
4. Tahapan Penelitian... ... 18
5. Teknik Pengumpulan Data... ... 20
6. Teknik Analisis Data... ... 21
I. Sistematika Pembahasan ... ... 23
BAB II : KAJIAN TEORETIS A. Kajian Pustaka ... ... 25
1. Kontruksi Pesan ... 25
2. Kehidupan ... 30
(8)
4. Media Televisi ... 41
5. Sinetron ... .... 43
B. Kajian Teori ... .... 46
1. Teori Kontruktivisme ... 46
2. Teori Agenda Setting ... 50
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subjek, Objek Dan Wilayah Penelitian ... ... 54
1. Deskripsi Sinetron Tukang Bubur Naik Haji ... 54
2. Sinopsis Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865... 57
B. Deskripsi Data Penelitian... ... 62
BAB IV : ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ... ... 89
B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori ... ... 106
C. Temuan Teori dengan Ayat Al-Qur’an ... 111
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... .. 113
B. Rekomendasi... 114 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Di dunia yang semakin maju ini, diiringi pula pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, media massa merupakan salah satu sarana yang sangat efektif dalam mempengaruhi pola pikir manusia. Dengan adanya media massa, manusia memperoleh tambahan ilmu pengetahuan, memperoleh berbagai informasi dengan begitu cepat, serta inspirasi. Media massa adalah alat yang biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak
(penerima)1 dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis, seperti surat
kabar, film, radio dan televisi. Hingga detik ini media massa masih menjadi penentu atau pencetus sebuah opini publik yang ada di masyarakat. Media mampu menjangkau masyarakat luas (khalayak) untuk menikmati sajian pesan/berita atau program yang ditampilkan.
Pada tahun 1928, seorang asal Amerika Serikat menemukan tabung kamera atau iconscope yang dapat menangkap dan mengirim gambar ke kotak yang bernama televisi. Vladimir Zworkyn dengan bantuan Philo Farnsworth berhasil
menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum.2
1
Hafied Cangara,Pengantar Ilmu Komunikasi(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 137. 2
Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi(Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2008), hal. 6.
(10)
2
Dalam perkembangan televisi, ialah ketatnya peraturan pemberian izin yang dilakukan pihak penguasa.
Menurut Dennis Mcquail, televisi yang mulanya dipandang sebagai barang mainan atau suatu penemuan serius atau sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial, kemudian berperan sebagai alat pelayanan. Intinya,
televisi lahir dengan memanfaatkan semua media yang sudah ada sebelumnya.3
Akibat dari perkembangan televisi, akan memberikan pengaruh banyak terhadap kehidupan manusia, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hingga pertahanan dan keamanan.
Tahun 1962 awal mula perkembangan pertelevisian di Indonesia di awali dengan adanya TVRI, yang merupakan stasiun televisi tingkat nasional. Kemudian tahun 1989 lahir RCTI televisi swasta yang ada di Indonesia, lalu di susul SCTV, TPI, ANTV, dan Indosiar. Tahun 2000 secara serentak muncul lima televisi swasta secara serentak yaitu: Metro TV, Trans TV, Trans7, Global TV, dan Lativi. Dan beberapa televisi daerah, serta televisi komunitas, dan televisi
berlangganan.4 Dalam kondisi tersebut, memicu dan mendorong media televisi
untuk memiliki daya tarik audiens dengan membuat program yang inovatif dan kreatif. Dengan program yang menarik, maka rating program yang tinggi menentukan jumlah iklan yang masuk. Karena, semakin banyak iklan yang masuk akan semakin banyak keuntungan yang didapatkan.
3
Dennis Mcquil,Teori Komunikasi Massa(Jakarta: Salemba Humanika, 2011). 4
(11)
3
Orang Indonesia sendiri memiliki budaya menonton yang sangat kuat, sehingga menjadikan televisi sebagai yang paling diminati. Ini terbukti karena
hampir setiap rumah memiliki televisi, dengan harga yang terjangkau, channel
yang mudah ditangkap dengan antena sederhana, dan program acara yang disajikan menarik membuat alasan tersendiri menjadikan televisi sebagai media elektronik utama di masyarakat Indonesia. Menurut Wriston yang dikutip oleh Amar Ahmad, televisi telah menjadi sarana utama pemenuhan kebutuhan
masyarakat akan hiburan (entertainment). Jika di Amerika Serikat televisi
dijadikan tuhan kedua oleh manusia, maka saat ini mulai berkembang menjadi tuhan pertama bagi manusia.
Salah satu program yang banyak diminati audiens ialah program hiburan, sehingga tidak mengherankan jika program hiburan selalu menjadi hal utama bagi stasiun televisi swasta. Banyak jenis program hiburan yang disajikan oleh media pertelevisian seperti program kuis, film, dan sinetron yang banyak digemari audiens. Mayoritas masyarakat Indonesia menyukai sinetron dari sekian macam program yang ada di televisi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinetron merupakan film yang
dibuat khusus untuk penayangan di media elektronik seperti televisi.5 Sinetron
merupakan penggabungan kata sinema dan elektronika. Elektronika pada sinetron mengacu pada mediumnya yaitu televisi atau visual, yang merupakan medium
5
(12)
4
elektronik selain siaran radion.6 Salah satu sinetron Indonesia yang memiliki
rating tertinggi sekarang ini adalah sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”. Dalam kutipan Dela Erzakia, sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” merupakan FTV yang
ditayangkan di stasiun televisi swasta MNCTV, yang hanya tayang satu kali dengan durasi 120 menit. Karena ratingnya yang semakin tinggi, Sinemart memproduksinya kembali menjadi serial sinetron yang bermuatan pesan dakwah Islam.7
Salah satu sinetron yang menarik untuk diamati adalah sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865, karena merupakan sinetron yang alur ceritanya mempresentasikan adanya nilai kehidupan, sehingga dapat digunakan sebagai cerminan dalam bersikap, bertutur, dan berperilaku. Sinetron ini juga berisi pesan kebaikan serta kerukunan rumah tangga, dan menjalani hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar. Sinetron ini menarik untuk diteliti karena sinetron ini mengupas tentang berbagai perilaku manusia yang ada di kehidupan nyata. Bahwa kehidupan itu tidak sebaik yang orang fikirkan. Dalam kehidupan nyata yang ada di masyarakat yang terlihat baik, sibuk, terlihat suci, dan dermawan padahal di sisi lain kita juga berperilaku keji, ingin pamer, dan hal buruk lainnya.
6
Veven Sp Wardhana, Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hal. 1.
7
Dela Erzaki, “Representasi Ghibah dalam Sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”, Jurnal Ilmu Komunikasi (Jurusan Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (Yogyakarta, Juli 2013), hal. 23.
(13)
5
Sinetron yang di tulis oleh Haji Imam Tantowi ini pada episode 1861-1865 menceritakan tentang berbagai tingkah pola manusia yang ada di kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat mereka harus memecahkan persoalan urusan rumah tangga mereka. Dalam permasalahan di keluarga, membuat seisi keluarga merasa terbebani dan mencari jalan keluar untuk menyelesaikan
persoalan tersebut. Dengan do’a, ikhtiar, dan sabar untuk menghadapi
permasalahan yang ada di kehidupan rumah tangga. Robby harus sabar atas masalah perusahaannya yang dikabarkan bangkrut, keluarga Togu harus mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan rumah tangganya, dan keluarga Laila harus mencari bukti untuk mengungkap perilaku babby sisternya yang mencurigakan. Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang di dalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer. Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun. Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita tersenyum jengah.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865 menjadi bahan penelitian. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Framing Zhongdang Pan dan Kosicki.
(14)
6
B. Fokus Penelitian
Berpijak pada uraian diatas, maka permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini yaitu: bagaimana struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan kehidupan dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865 ?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian konteks penelitian dan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan kehidupan dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu komunikasi, khususnya komunikasi massa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan telaah tentang sinetron, terutama dilihat dari analisis framing.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti merujuk pada hasil penelitian terdahulu yang membahas tentang analisis framing, diantaranya adalah:
(15)
7
- “Representasi Ghibah dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji” oleh Dela
Erzakia tahun 2012, mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada objek yang diteliti, dan perbedaan model analisis dengan yang peneliti gunakan. Penelitian tersebut menggunakan model analisis Charles Sanders Pierce Triangle Meaning, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut ialah terdapat enam bentuk tanda ghibah yang direpresentasikan, yaitu: mengumpat dengan lugas, mengumpat
dengan isyarat, mengumpat dengan do’a, mengumpat dengan pujian, mengumpat dengan kekaguman, dan mengumpat dengan mendengarkan. Pesan tentang ghibah yang disampaikan melalui tokoh-tokoh dalam sinetron
“Tukang Bubur Naik Haji” berbeda persepsi dengan masyarakat yang mayoritas hanya mengetahui ghibah yang berarti membicarakan keburukan orang lain.
- “Analisis Framing tentang Isu Gender dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita”
oleh Falisianus Syamsu Ismanto tahun 2012, mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Persamaan dari penelitian ini adalah pada objek yang digunakan yaitu film. Tetapi ada perbedaan model analisis dengan yang peneliti gunakan. Penelitian tersebut menggunakan model William A. Gamson dan Andre Modigliani, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Adapun hasil
(16)
8
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembingkaian yang digunakan oleh sutradara dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, bersifat kontra karena sutradara sangat menentang pandangan budaya patriarki yang kini dianut oleh masyarakat.
F. Definisi Konsep
1. Kontruksi Pesan Kehidupan
Konstruksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan kata
dalam kalimat atau kelompok kata.8 Sedangkan menurut kamus komunikasi,
definisi konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi
dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur.9Dan yang dimaksud
konstruksi sendiri merupakan pembuatan, rancangan bangunan, penyusunan,
pembangunan (bangunan), susunan bangunan, atau aktifitas untuk
membangun suatu sistem.
Dalam komunikasi, pesan merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Proses komunikasi terjadi dikarenakan adanya pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis maupun lisan, yang di dalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna yang telah
disepakati antar pelaku komunikasi. Message merupakan seperangkat
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 590.
9
(17)
9
lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.10 Dalam ilmu
komunikasi, pesan merupakan suatu makna yang ingin disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan. Pesan dimaksudkan agar terjadi kesamaan maksud antara komunikator dan komunikan. Jadi yang dimaksud dengan konstruksi pesan adalah aktifitas untuk membangun suatu makna dengan orang lain.
Kehidupan adalah hal yang sulit, karena hidup adalah sebuah proses, bukan substansi murni. Definisi apapun harus cukup luas untuk mencakup seluruh kehidupan yang dikenal, dan definisi tersebut harus cukup umum, sehingga, dengan itu, ilmuwan tidak akan melewatkan kehidupan yang
mungkin secara mendasar berbeda dari kehidupan di bumi.11
Adapun definisi kehidupan menurut Suhairi Awang merupakan suatu kisah yang penuh berliku. Kelangsungannya senantiasa berputar-putar diruang lingkup yang serupa dari satu generasi sejak awal manusia diciptakan hingga kisahnya selalu berulang-ulang. Sedangkan menurut J. C. Michaels, kehidupan adalah perjalanan luar biasa menuju wilayah yang tidak dikenal, sebuah jalur penuh tipu daya melalui hutan-hutan gelap, sebuah tirai gantung
diatas kulit pohon yang bercabang-cabang.12
10
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 18.
11
file:///C:/Users/acer/Downloads/kehidupan/Pengertian%20Kehidupan%20_%20Rumah%20Makna.ht ml. Di akses pada bulan Maret 2016.
12
file:///C:/Users/acer/Downloads/kehidupan/PENGERTIAN%20KEHIDUPAN%20MENURUT%20P ARA%20AHLI%20_%20Firman%20Anugrah%20Anugrah%20-%20Academia.edu.html. Di akses bulan Maret 2016.
(18)
10
Jadi, konstruksi pesan kehidupan adalah aktifitas untuk membangun suatu makna dengan orang lain yang mengandung konsep kehidupan, dimana dalam kehidupan terdapatnya sisi positif dan negatif.
2. Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865
Keluarga Robby dan Rumana sedang ada masalah dengan perusahaannya yang diberitakan akan bangkrut, mendengar berita itu H. Muhidin dan istrinya merasa resah, dan memikirkan nasib anaknya tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, H. Muhidin harus bertanya langsung dengan Robby, akan tetapi Robby sulit sekali untuk ditemui. Saat H. Muhidin dan istrinya ke rumah Roby hanya bertemu Rumanah istrinya, Rumanah menceritakan bahwa masalah ini tidak boleh di ceritakan oleh siapa-siapa. Saat H. Muhidin bertemu Roby ia menceritakan bahwa perusahaannya tidak bangkrut, hanya permasalahan dan yang di PHK hanya sementara.
Di keluarga Tulang Togu ada permasalahan baru, keluarganya kedatangan seorang pemuda bernama Rudi yang mengaku anak Togu dengan wanita di masa lalu. Permasalahan ini membuat istrinya Riamah resah dan merasa curiga dengan pemuda tersebut, Rudi meminta haknya sebagai anak yang di tinggalkan ayahnya sejak kecil. Riamah menceritakan semua permasalahan keluarganya dengan sahabatnya Romlah, Romlah selalu menyuruh Riamah tenang dan ia akan membantu keluarga Togu, Romlah memberi saran untuk Rudi tes DNA.
(19)
11
Dan di keluarga Laila, ada keganjalan dengan kondisi anaknya. Anaknya yang mudah tidur, dan apabila tidur lebih lama dari pada biasanya. Laila merasa curiga dengan baby sisternya yang bertingkah laku aneh. Untuk membuktikan rasa curiganya, ia harus mencari bukti. Bukti-bukti telah terkumpul, bahwa dalam kamar baby sisternya terdapat obat alergi. Tak lama kemudian, suami Laila melihat bahwa baby sisternya menambahkan obat di susu anak Laila agar cepat tidur, sehingga Maulana tidak rewel dan tidak mengganggu aktivitasnya.
3. Analisis Framing
Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson
tahun 1955. Pada awalnya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau
perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan
wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh
Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan
perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas.13 Dalam
perkembangan terakhir, konsep ini digunakan untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan tentang aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media.
13
Alex Sobur,Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 161-162.
(20)
12
Dalam perspektif komunikasi, analisisframingdipakai untuk membedah
cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya. Dengan kata
lain, framing adalah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui tentang
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita.14
Framing, seperti yang dikatakan oleh Todd Gitlin, adalah sebuah strategi tentang bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca.
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita
(story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita atau cerita, “cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas.15 Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki mendefinisikanframingsebagai strategi komunikasi dalam
memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan
14Ibid
., hal. 162. 15Ibid
(21)
13
konvensi pembentukan berita.16 Perangkat framing atau struktur analisis
tersebut adalah sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Pan dan Kosicki membagi perangkatframing ke dalam 4 struktur golongan
besar, yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Keempat struktur tersebut
merupakan rangkaianframingdi suatu media.
Pada tahap pertama, berisi tentang bagaimana cara seorang sutradara dalam menyusun fakta, Pan dan Kosicki menyebutnya sebagai Sintaksis. Perangkat yang
digunakan adalah Skema cerita–Skematik, dan unit yang diamati meliputi: judul,
latar informasi, pelaku, dan dialog.
Tahap kedua, berisi tentang bagaimana seorang sutradara dalam mengisahkan fakta. Pan dan Kosicki menyebutnya sebagai Skrip. Perangkat yang digunakan adalah kelengkapan cerita (unsur-unsur skenario sinetron), dan unit
yang diamati meliputi: kontruksi dramatik, narasi, danscene.
Tahap ketiga, berisi tentang bagaimana seorang sutradara dalam menulis cerita, Pan dan Kosicki menyebutnya sebagai Tematik. Perangkat yang digunakan adalah detail, koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti. Unit yang diamati meliputi tema yang digunakan, yaitu proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat.
16Ibid
(22)
14
Tahap terakhir, berisi tentang cara seorang sutradara dalam menekankan cerita. Pan dan Kosicki menyebutnya sebagai Retoris. Perangkat yang digunakan adalah laksikon dan metafora. Sedangkan unit yang diamati meliputi: kata, idiom, dan citra.
Dengan menggunakan teori diatas, maka dapat digunakan sebuah kerangka pikir untuk mempermudah jalannya penelitian ini, yaitu:
(23)
15
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865
Pesan kehidupan
Analisis Konstruksi
Kontruksi Pesan Kehidupan dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865
Analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Sintaksis Skrip Tematik Retoris
Skema Cerita Leksigon
Metafora Kelengkapan
Cerita
Detail Koherensi Bentuk Kalimat
(24)
16
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis dan
diambil kesimpulan.17
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma
kritis, mengingat ilmu komunikasi dapat dikategorikan dalam ilmu
pengetahuan yang mempunyai aktifitas penelitian yang multi paradigma, yang menampilkan sejumlah paradigma atau perspektif dasar untuk teori dan riset. Pada umumnya suatu paradigma keilmuan merupakan sistem keseluruhan dari berfikir. Paradigma terdiri dari asumsi dasar, teknik riset yang digunakan, dan contoh seperti apa seharusnya teknik riset yang baik, yang berkaitan dengan konsep dan ide dasar ilmu sosial, atau asumsi-asumsi tentang masyarakat, manusia, realitas sosial, opsi moral serta keilmuan terhadap nilai-nilai tertentu. Adapun asumsi realitas yang dikemukakan oleh paradigma adalah asumsi realitas yang tidak netral namun dipengaruhi dan terikat oleh nilai serta kekuatan ekonomi, politik, dan sosial. Oleh karena itu, proyek utama dari paradigma kritis adalah akan mempengaruhi tentang bagaimana paradigma kritis mencoba untuk membedah realitas dalam penelitian ilmiah,
termasuk di dalamnya penelitian tentang teks media.18
17
Wardi Bachtiar,Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah(Jakarta: Logos, 1999), hal. 1. 18
(25)
17
Sedangkan jenis penelitian ini adalah analisis isi dengan menggunakan
model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Framing
sebagai proses membuat suatu pesan yang lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Dan lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Dan berkaitan dengan struktur dan proses kognitif. Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ini dibagi ke dalam struktur besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, struktur retoris.19
2. Unit Analisis
Unit analisis penelitian ini adalah potongan-potongan gambar atau visual yang terdapat dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865, juga dari teks (skrip) yang ada pada sinetron yang berkaitan dengan fokus penelitian.
3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
Pada penelitian ini ada dua macam jenis data yang digunakan oleh peneliti untuk mendukung penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
19
Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media(Yogyakarta: LKiS, 2002), hal. 255.
(26)
18
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data utama dilapangan. Dalam penelitian ini, data primer berupa dokumentasi tentang kontruksi realitas kehidupan yang terdapat dalam video compact disk (VCD) sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Kemudian dipilih visual atau gambar, dan teks (skrip) dari adegan-adegan sinetron yang diperlukan untuk penelitian.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perantara atau sumber kedua. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung data primer, seperti kamus, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, internet, catatan kuliah, penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian, dan sebagainya.
4. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini terdiri dari: a) Mencari Topik
Mencari topik merupakan langkah awal yang dilakukan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk mengeksplorasi topik yang peneliti anggap menarik. Sehingga peneliti memutuskan untuk mengungkap konstruksi pesan kehidupan dalam sinetron Tukang Bubur
(27)
19
Naik Haji episode 1861-1865 karya Uci Supra (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki).
b) Menentukan Fokus Penelitian
Mengingat tujuan dari penelitian ini, maka peneliti ingin mengetahui tentang konsep kehidupan yang dimunculkan pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865. Kemudian pada akhirnya peneliti mencoba untuk menentukan sebuah fokus penelitian, yaitu bagaimana struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang pesan kehidupan yang dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji pada episode 1861-1865.
c) Menentukan Alasan Melakukan Penelitian
Alasan peneliti melakukan telaah pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865, karena dalam sinetron ini banyak mengandung pesan kehidupan serta untuk memperoleh suatu gambaran tentang bagaimana seorang sutradara dalam mengkonstruksikan suatu cerita tentang kehidupan yang ada di masyarakat dan pesan apa saja yang ingin disampaikan dalam sinetron tersebut.
d) Menentukan Metode Pengolahan Data
Untuk mengolah data penelitian ini, peneliti akan mengolahnya dengan menggunakan empat struktur kategori dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yaitu dengan struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.
(28)
20
1) Mengidentifikasi teks.
2) Memberikan alasan mengapa teks tersebut dipilih dan perlu diidentifikasi.
3) Menentukan model analisis framing yang digunakan dalam penelitian
ini.
f) Menganalisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis framing
model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang merupakan hasil pengembangan dari teori Van Dijk sebagai analisa data.
g) Menarik kesimpulan.20
Menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian yang sudah dianalisa dan tersusun secara sistematis.
5. Teknik Pengumpulan Data
a) Observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung dan bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara menonton dan mengamati dengan teliti dialog-dialog serta adegan-adegan dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865, kemudian mencatat, memilih dan menganalisisnya sesuai dengan model penelitian yang digunakan.
20
Alex Sobur,Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 154.
(29)
21
b) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dan pencarian informasi melalui penemuan bukti-bukti, dengan cara mencari data mengenai hal yang berkaitan dengan sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865 melalui internet dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Sugiyono menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.21
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis framing.
Framingadalah pendekatan yang digunakan untuk melihat tentang bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan konstruksi realitas itu hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang
lebih menonjol dan lebih mudah dikenal.22
Analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian
realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lain-lain) yang dilakukan media. 21
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D(Bandung: Alfabeta, 2010), hal.. 244. 22
Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media(Yogyakarta: LKiS, 2002), hal. 66.
(30)
22
Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi yang artinya realitas
dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing
digunakan oleh media untuk menonjolkan atau memberi penekanan pada aspek tertentu sesuai dengan kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan
lebih mengena dalam pikiran khalayak.23
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis framing
model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang merupakan hasil
pengembangan dari teori Van Dijk sebagai analisa data. Perangkat framing
yang mereka sajikan dalam meneliti suatu media melalui struktur bahasa yang
digunakan dalam mengkonstruksi suatu realitas. Framing dapat diartikan
sebagai cara untuk mengetahui tentang bagaimana media dalam membingkai atau mengemas isu atau peristiwa melalui teks yang terdapat dalam isi media.
Pan dan Kosicki membagi perangkat framing ke dalam empat struktur
golongan besar, yaitu: Sintaksis, struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan dan peristiwa ke dalam bentuk susunan kisah berita. Skrip, struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiea ke dalam bentuk berita. Tematik, struktur ini berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam
23
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 256.
(31)
23
proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks acara keseluruhan. Dan Retoris, struktur ini berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita. Keempat struktur tersebut
merupakan rangkaian yang menunjukkanframingdari suatu media.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam suatu penelitian, diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan alur penelitian. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari:
Bab I: Pendahuluan. Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II: Kajian Teoretis. Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yaitu kajian pustaka (beberapa referensi yang digunakan untuk menelaah objek kajian), dan kajian teori (teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian).
Bab III: Penyajian Data. Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu deskripsi subyek penelitian, dan deskripsi data penelitian.
Bab IV: Analisis Data. Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu temuan penelitian, yang menggambarkan tentang temuan beberapa hal yang berkaitan
(32)
24
dengan masalah penelitian, dan konfirmasi temuan dengan teori, yang menggambarkan tentang temuan penelitian yang dikaji dengan teori yang ada.
Bab V: Penutup. Pada bab ini terdiri dari simpulan dan rekomendasi, yang menggambarkan tentang simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian yang dimungkinkan dapat dipraktikkan dalam situasi tertentu.
(33)
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka 1. Kontruksi Pesan
a. Kontruksi
Dalam Kamus Ilmiah Populer konstruksi merupakan konsepsi, bentuk susunan (bangunan), rancang, menyusun, membangun, melukis, dan memasang. Pengertian Konstruksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau
kelompok kata.1 Sedangkan menurut Kamus Komunikasi, definisi
konstruksi adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi
dari hal-hal yang khusus, yang dapat diamati dan diukur.2
Dan yang dimaksud konstruksi sendiri merupakan pembuatan, rancangan bangunan, penyusunan, pembangunan (bangunan), susunan bangunan. Aktifitas untuk membangun suatu sistem. Dalam kontruksi terdapat teori kontruksi sosial yang berada di antara teori fakta sosial dan definisi sosial, dimana melihat realitas kehidupan sehari-hari
memiliki deimensi-dimensi objektif dan subjektif.3
1
Departemen pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: balai pustaka, 2005), hal. 590.
2
Onong uchjana effendi, Kamus Komunikasi (Bandung: mandar maju, 1989), hal. 264. 3
(34)
26
b. Pesan
1) Pengertian
Pesan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah berupa lambang atau tanda seperti kata-kata (tertulis ataupun lisan), gesture dll. Dalam ilmu komunikasi, pesan merupakan suatu makna yang ingin disampaikan oleh seorang komunikator kepada komunikan. Pesan dimaksudkan agar terjadi kesamaan maksud antara komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi pesan merupakan salah satu unsur sangat penting. Proses komunikasi terjadi dikarenakan adanya pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Pesan tersebut dapat tertulis maupun lisan, yang di dalamnya terdapat simbol-simbol yang bermakna yang telah disepakati antara pelaku komunikasi. Message merupakan
seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator.4
Pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Yang dimaksud dengan komunikasi verbal adalah komunikasi lisan, sedangkan nonverbal adalah komunikasi dengan
simbol, isyarat, sentuhan perasaan dan penciuman5. Menurut
Hanafi ada tiga factor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan, yaitu:
4
Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 18.
5
(35)
27
(a) Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga bermakna bagi orang lain. Contoh bahasa Indonesia adalah kode yang mencakup unsur bunyi, suara, huruf dan kata yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti.
(b) pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya.
(c) Wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri, komunikator memberi wujud nyata agar komunikan
tertarik akan isi pesan didalamnya 6.
2) Jenis-jenis Lambang dan Pesan dalam Komunikasi
Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi,
kita tidak bisa lepas dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkai simbol dan kode. simbol adalah suatu proses komunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada suatu masyarakat. Sebagai makhluk sosial dan makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu maupun yang
6
Siahaan,S. M., Komunikasi Pemahaman dan penerapannya (Jakarta: Gunung Mulia, 1991), hal. 62.
(36)
28
bersifat alami. Secara umum, jenis symbol dan kode pesan terbagi
menjadi dua, yakni:7
(a) Pesan Verbal
Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya.
Pesan verbal dalam pemakaiannya, menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti, bahasa menjadi peralatan yang sangat penting untuk memahami lingkungan. Melalui bahasa, kita dapat mengetahui sikap, perilaku dan pandangan suatu bangsa, meski kita belum pernah berkunjung ke negaranya.
(b) Pesan Non-Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai pesan verbal (bahasa) juga memakai pesan non-verbal. Pesan nonverbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah atau ekspresi muka pengirim pesan. Pada pesan
non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai
penangkap stimuli yang timbul. pesan nonverbal bisa disebut
7
(37)
29
bahasa isyarat atau gesture atau bahasa diam (silent
languange)8. 3) Bentuk-bentuk Pesan
Menurut A.W. Widjaja dan M. Arisyk Wahab terdapat tiga bentuk pesan yaitu:
(a) Informatif. Untuk memberikan keterangan fakta dan data,
kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam situasi tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan persuasif.
(b) Persuasif. Berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian
dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan sikap berubah. Tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan akan tetapi diterima dengan keterbukaan dari penerima.
(c) Koersif. Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi bentuk yang terkenal dari penyampaian secara inti adalah agitasi dengan penekanan yang menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif berbentuk perintah-perintah, instruksi untuk
penyampaian suatu target.9
8
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, cetakan IV 2004), hal. 99 9
(38)
30
Jadi pesan adalah kata-kata baik tulisan maupun lisan yang akan disampaikan pemberi pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
Jadi yang dimaksud dengan konstruksi pesan adalah aktifitas untuk membangun suatu makna kepada orang lain.
2. Kehidupan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kehidupan, diartikan Kehidupan adalah hal yang sulit, karena hidup adalah sebuah proses, bukan substansi murni. Definisi apapun harus cukup luas untuk mencakup seluruh kehidupan yang dikenal, dan definisi tersebut harus cukup umum, sehingga, dengan itu, ilmuwan tidak akan melewatkan kehidupan yang
mungkin secara mendasar berbeda dari kehidupan di bumi10.
Adapun definisi kehidupan menurut para ahli yaitu: Menurut
Suhairi Awang “Kehidupan merupakan suatu kisah yang penuh berliku.
kelangsungannya senantiasa berputar – putar di ruang lingkup yang serupa
dari satu generasi sejak mula manusia diciptakan hinggalah menjejak
kepada waktu yang paling hampir dan kisahnya selalu berulang – ulang”,
dan menurut J.C. Michaels “kehidupan adalah perjalanan luar biasa
menuju wilayah tak dikenal, sebuah jalur penuh tipu daya melalui hutan –
hutan gelap, sebuha tirai gantung diatas kulit pohon yang bercabang –
cabang”11
10
Carapedia.com (pengertian kehidupan_rumah makna.html) Di akses pada bulan Maret 2016 11
Firman Anugrah (Academia.edu/pengertian kehidupan menurut para ahli.html) Di akses bulan Maret 2016
(39)
31
Tanda-tanda kehidupan meliputi adanya metabolisme, dan mempertahankan organisme dalam alam. Dalam kehidupan terdapat adanya etika, norma, dan nilai sosial. Etika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang adat istiadat, serta membahas perbuatan baik dan buruk di dalam kehidupan manusia yang mencangkup tata sikap, tata tutur, dan tata pikir. Etika dapat membantu manusia untuk bersikap, bertindak secara tepat dalam hidup.
Dalam kehidupan juga terdapat norma untuk mengukur tingkah laku manusia, dimana terdapat jenis-jenis norma yaitu:
a. Norma Agama, norma yang didasarkan pada ajaran agama yang
diciptakan oleh Tuhan untuk hambanya. Sumber norma ini adalah kitab suci dari agama yang dianutnya. Norma agama ini sifatnya mutlak yang mengharuskan hambaNya untuk mentaati segala perintah dan menjauhi segala laranganNya, bagi yang tidak memiliki keyakinan yang kuat akan lebih cenderung melakukan pelanggaran-pelanggaran norma agama.
b. Norma Kesusilaan, norma yang didasarkan pada hati nurani manusia.
Merupakan aturan baik buruknya perilaku manusia, dan mengacu pada keadilan serta kebenaran.
c. Norma Kesopanan, norma yang diatur oleh agama dan adat istiadat.
d. Norma Hukum, norma yang dibuat oleh negara atau lembaga adat
yang berwenang dan sifatnya memaksa dan mengikat.
Nilai sosial merupakan penghargaan yang diberikan masyarakat terhadap sesuatu yang dianggap baik, luhur, pantas dan mempunyai daya
(40)
32
guna fungsional bagi masyarakat. Adapun fungsi nilai sosial dalam kehidupan ialah: sebagai alat untuk menentukan harga atau kelas sosial seseorang dalam struktur stratavikasi soasial, mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat, dapat memotivasi pada manusia untuk mewujudkan impian, sebagai alat solidaritas, dan sebagai pengawas, pembatas, pendorong, penekan individu untuk berbuat baik.
Jadi, kehidupan adalah proses bukan substansi murni, dimana dalam kehidupan seseorang dengan orang lain berbeda-beda. Dimana kehidupan berliku-liku tidak ada yang lurus, karena kehidupan itu bervariasi.
3. Framing
a. Pengertian Framing
Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh
Beterson tahun 1955. Pada awalnya, frame dimaknai sebagai struktur
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisisr pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang
mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang
membimbing individu dalam membaca realitas.12 Dalam
perkembangan terakhir, konsep ini digunakan untuk menggambarkan
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 161-162.
(41)
33
proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media.
Framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dll) yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap
penting dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.13
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk
membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai
perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan
oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.14 Framing,
seperti dikatakan Todd Gitlin, adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk
ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa
13
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 256.
14
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 162.
(42)
34
ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca.
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara
bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu
tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita
atau cerita, “cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari
konstruksi realitas.15 Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
mendefinisikan framing sebagai strategi komunikasi dalam memproses
berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi
pembentukan berita.16 Perangkat framing atau struktur analisis
tersebut adalah sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
Produksi berita berhubungan dengan bagaimana rutinitas yang terjadi dalam ruang pemberitaan yang menentukan bagaimana wartawan didikte/ dikontrol untuk memberitakan peristiwa dalam perspektif tertentu. Selain praktik organisasi dan ideologi professional tersebut, ada satu aspek lain yang sangat penting yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa ditempatkan dalam keseluruhan produksi teks, yakni bagaimana berita itu bisa bermakna dan berarti bagi khalayak. Stuart Hall (dkk) menyebut aspek ini sebagai konstruksi berita.17
15
Ibid., hal. 10. 16Ibid
., hal. 68. 17
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2002), hal. 119.
(43)
35
Sebuah peristiwa, menurut Hall (dkk), hanya akan berarti jika ia ditempatkan dalam identifikasi kultural dimana berita tersebut hadir. Jika tidak, berita tersebut tidak akan berarti bagi khalayak pembacanya. Peristiwa yang tidak beraturan dibuat menjadi teratur dan berarti. Itu artinya, wartawan pada dasarnya menempatkan peristiwa ke
dalam peta makna (maps of meaning). Identifikasi sosial, kategorisasi,
dan kontekstualisasi dari peristiwa adalah proses penting dimana peritiwa itu dibuat berarti dan bermakna bagi khalayak. Proses membuat peristiwa agar konstektual bagi khalayak ini adalah proses sosial-menempatkan kerja jurnalistik dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakatnya. Ia menjadi latar asumsi (background assumption) yang
dipahami bersama, yang oleh pemahaman wartawan dipandang bernilai bagi khalayak melalui mana peristiwa bukan hanya dipandang berarti tetapi juga dimengerti oleh khalayak. Ia menjadi asumsi yang kira-kira bagi wartawan dan bagi khalayak disepakati bersama
bagaimana peristiwa seharusnya dijelaskan dan dipahami.18
Aspek terpenting dari latar asumsi adalah proses konsensus: yakni memberi makna bagi sebuah peristiwa yang diaumsikan oleh khalayak. Konsensus tersebut menjadi sebuah dasar yang dipakai wartawan dalam melihat peristiwa. Media melihat peristiwa dan persoalan ke dalam pengertian umum bersama yang ada dalam masyarakat.
18Ibid
(44)
36
b. Proses Framing
Proses framing pada umumnya didefinisikan sebagai proses atau cara pengangkatan sebuah isu yang berkaitan dengan realitas sosial oleh pekerja media, sehingga disisi lain realitas tersebut ditonjolkan dan disisi lain lagi dikaburkan bahkan dihilangkan informasi tentang realitasnya. Ada 3 proses framing dalam konstruksi media:
1) Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana
kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibalikan secara halus dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya.
2) Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
penyuntingan yang melibatkan semua pekerja di bagian keredaksian media cetak redaktur, dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, menentukan apakah laporan reporter akan dimuat ataukah tidak serta menentukan judul yang akan diberikan.
3) Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers tetapi
juga pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin
ditonjolkan, sambil menyembunyikan sisi lain.19
19
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 165
(45)
37
c. Konsep Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki merupakan salah satu model yang paling popular dan banyak dipakai.
Model itu sendiri diperkenalkan lewat suatu tulisan di jurnal Politic
Communication. Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media di samping analisis isi kuantitatif. Analisis framing dilihat sebagaimana wacana public tentang suatu isu atau kebijakan dikonstruksikan dan dinegoisasikan.20
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melalui tulisan mereka “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengopersionalisasikan empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi structural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantic narasi berita dalam suatu kohernsi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita- kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna,
20
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2002), hal. 251-252.
(46)
38
bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari
perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.21
Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar, yaitu: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.
1) Struktur Sintaksis. Struktur ini berhubungan dengan bagaimana
wartawan menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan,
pengamatan dan peristiwa ke dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian, struktur sintaksis ini bisa diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, pernyataan serta penutup). Intinya, ia mengamati bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam
bentuk umum berita.22 Namun, karena pada penelitian ini peneliti
hendak menganalisis sinetron, maka yang akan diamati adalah judul, latar, keadaan, dan akhir cerita yang terdapat dalam sinetron.
2) Struktur Skrip. Struktur ini berhubungan dengan bagaimana
wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas
peristiwa ke dalam bentuk berita.23 Sehingga dalam penelitian ini
21
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 175.
22
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta: LKiS, 2002), hal. 255.
23Ibid
(47)
39
yang akan diamati adalah bagaimana unsur dari inti cerita yang terdapat dalam sinetron.
3) Struktur Tematik. Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu
diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil.24 Dalam hal ini,
unsur tersebut terletak pada karakter tokoh, dialog, dan parenthetical.
4) Struktur Retoris. Struktur ini berhubungan dengan cara wartawan
menekankan arti tertentu ke dalam berita. Dengan kata lain, struktur retoris akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga memberi penekanan pada arti
tertentu.25 Maka dalam penelitian ini hal tersebut terletak pada
scene atau gambar visualisasi yang menunjukkan pesan kehidupan. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan sutradara dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana sutradara menyusun peristiwa ke dalam cerita, cara sutradara mengisahkan cerita, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata atau idiom yang dipilih. Ketika menulis cerita dan menekankan cerita,
24Ibid
., hal. 255-256. 25Ibid
(48)
40
sutradara akan memakai semua strategi untuk meyakinkan khalayak penonton. Pendekatan itu dapat di gambar ke dalam bentuk skema sebagai berikut
STRUKTUR PE UNIT YANG
DIAMATI
SINTAKSIS Judul, Latar informasi,
Cara sutradara Keadaan, dan Akhir
cerita
menyusun cerita
SKRIP Unsur cerita / Plot
Cara sutradara mengisahkan cerita
TEMATIK karakter tokoh, Dialog,
dan
Cara sutradara Parentichal
Menulis cerita
RETORIS Scene /gambar
visualisasi
Cara sutradara yang menunjukkan
menekankan cerita pesan kehidupan
Tabel 2.1 Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki PERANGKAT FRAMING
1. Skema Cerita – Skematik
2. Kelengkapan cerita
3. detail 4. Koherensi 5. bentuk kalimat 6. Kata ganti
5
7. Leksigon 8. Grafis 9. Metafora
(49)
41
4. Media Televisi
a. Pengertian Televisi
Televisi adalah salah satu jenis media massa elektronik yang bersifat audio visual, direct, dan dapat membentuk sikap. Televisi
berasal dari kata tele dan vision, yang memiliki arti masing-masing
jauh (tele) dari bahasa Yunani, dan tampak (vision) dari bahasa Latin.
Jadi, televisi berarti tampak atau dapat melihat jarak jauh beragam tayangan mulai dari hiburan sampai ilmu pengetahuan ada dalam televisi, adanya beragam channel televisi membuat masyarakat
memiliki banyak pilihan untuk menyaksikan tayangan berkualitas.26
b. Fungsi Televisi
Dalam buku, menurut Dominick bahwa televisi merupakan alat komunikasi massa yang memiliki fungsi:
1) Pengawasan, terbagimenjadi dua. Pengawasan peringatan ketika
media massa menginformasikan tentang ancaman kondisi efek yang memperhatinkan, dan Pengawasan instrumental yaitu penyampaian dan penyebaran informasi memiliki kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Penafsiran, televisi tak hanya memasok fakta dan data. Tetapi juga
memberikan penafsiran kejadian-kejadian penting.
3) Petalian, penyatuan anggota masyarakat yang beragam,
membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang
26
Ardianto Elvinaro dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung
Ardianto Elvinaro dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal 125.
(50)
42
sama. Individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok yang mereka saksiakan.
4) Hiburan, televisi memberikan tayangan acara yang bersifat
menghibur yang tujuannya untuk mengurangi ketegangan fikiran
khalayak. 27
Televisi memiliki beberapa fungsi, yakni: informasi,
pendidikan, mennghibur, dan mempengaruhi. Fungsi utama televisi adalah masyarakat dapat memperoleh berbagai macaminformasi secara luas dan waktu yang cepat. Namun, yang sering di tonjolkan adalah
sebagai sarana hiburan (entertainment) sehingga televisi merupakan
media yang mengutamakan hiburan selanjutnya adalah memperoleh
informasi.28
c. Karakteristik Televisi
Adapun televisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: audio visual, berfikir dalam gambar, dan pengoperasian lebih kompleks. Dimana karakterikstik televisi audio visual yang bisa di lihat dan didengar, maka acaranya harus selalu dilengkapi dengan gambar-gambar dan lain-lain. Televisi yang menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi yang dilakukan dengan berfikir dalam
27
Ardianto Elvinaro dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal. 15-17.
28
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Teori Prektek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hal.149-150.
(51)
43
gambar. Televisi pengoprasiannya lebih kompleks dan lebih banyak
melibatkan orang, dibandingkan surat kabar, majalah, dan radio.29
d. Kemasan Pesan Televisi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengemas pesan dan penyampaiannya, yaitu: pemirsa, waktu, durasi, dan format (penyajian). Penyajian pesan dalam acara yang ditayangkan kepada pemirsa berkaitan dengan materi pesan dan jam tayang, pesan harus
disesuaikan dengan sasaran pemirsanya. Kelompok pemirsa
digolongkan menjadi pemirsa anak-anak, remaja, semua umur, dan dewasa. Waktu juga di sesuaikan dengan minat dan kebiasaan
pemirsanya. 30
5. Sinetron
Dalam media televisi memiliki beragam jenis program yang jumlahnya sangat banyak, pada dasarnya progrm apa saja bisa ditayngkan di televisi selama program itu menarik, di sukai audien, tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku. Jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
program informasi (berita), dan program hiburan (entertaiment). Dari
beragamnya program yang di tayangkan televisi banyak audien yang
menyukai program hiburan (entertainment), program hiburan
merupakan segala bentuk siaran yang bertujuan menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program kategori
hiburan ialah drama, permainan (game), musik, dan pertunjukan.
29
Ardianto Elvinaro dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal. 137-140.
30Ibid
(52)
44
Dalam televisi program drama adalah sinema elektronik (sinetron), dan film. Sinetron merupakan penggabungan dari kata sinema dan elektronika. Elektronika di sini tidak semata mengacu pada pita kaset yang proses perekamannya berdasar pada kaidah-kaidah elektronik. Elektronika dalam sinetron itu lebih mengacu pada mediumnya, yaitu televisi atau visual, yang merupakan medium
elektronik selain siaran radion31.
Sinetron disebut juga sama dengan televisi play atau teledrama, atau sama dengan sandiwara televisi. Inti persamaannya adalah sama-sama ditayangkan di media audio visual yang disebut dengan televisi. Oleh sebab itu sinetron dalam penerapannya tidak jauh berbeda dengan film layar putih (layar lebar). Demikian juga tahapan penulisan dan format naskah, yang berbeda hanyalah film layar putih menggunakan kamera optik, bahan soleloid dan medium sajiannya menggunakan proyektor dan layar putih di gedung bioskop. Sedangkan sinetron menggunakan kamera elektronik dengan video rekord dan vita di dalam kaset sebagai bahannya, dan penayangannya melalui medium televisi.32
Di negara lain disebut dengan opera sabun (soap opera atau
daytime serial), namun di Indonesia lebih populer dengan sebutan sinetron. Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan, masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu
31
Veven Sp Wardhana, Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hal. 01.
32
(53)
45
kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering
kali tanpa penyelesaian (open-ended), cerita cenderung dibuat
berpanjang-panjang selama masih ada audien yang menyukainya. Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam beberapa episode. Sinetron yang memiliki episode terbatas disebut miniseri, episode
miniseri merupakan bagian dari cerita keseluruhan 33
Sinetron memiliki berbagai jenis tema cerita yang tayangkan di televisi, yaitu:
1) Keluarga berada. Tema ini datang dari pandangan, bahwa konflik
yang terjadi dalam suatu keluarga berasal dari kebencian mendalam yang berlarut-larut.
2) Religius. Biasanya berpusat pada cerita sinetron yang dianggap
terlalu mendogmakan ajaran agama, daripada pesan-pesan moral yang lebih mengena dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mistis. Memuat cerita kental dengan unsur mistis, dan
mengabaikan logika penonton.
4) Tidak logis. Banyak dijumpai di cerita sinetron yang tidak masuk
akal, baik dari tokoh atau alur cerita.34
33
Morissan, M.A, Manajemen Media Penyiaran (Kencana, 2008), hal. 223-224. 34
(54)
46
B. Kajian Teori
1. Teori Konstruktivisme
Dalam sebuah framing yang menganalisa sebuah media dibutuhkan teori yang berkaitan dengan mengetahui bagaimana realitas yang dibingkai oleh media. Dalam penelitian ini digunakan teori konstruktivisme dan teori agenda setting.
Teori konstruktivisme (constructivism) menyatakan bahwa
individu melakukann interprestasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Teori konstuktivisme dibangun berdasarkan teori yang ada sebelumnya yaitu: “konstruksi pribadi” atau “konstruksi personal” yang menyatakan bahwa orang memahami pengalamannya dengan cara mengelompokkan berbagai peristiwa menurut kesamaannya, dan
membedakan berbagai hal melalui perbedaannya35.
Paradigma ini hampir merupakan antithesis terhadap paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham ini menyatakan bahwa positivism dan post positivisme keliru dalam mengungkap realitas dunia dan harus ditinggalkan dan digantikan oleh paham yang bersifat konstruktif. Secara ontologi, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada
35
(55)
47
dalam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat local dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang diamati seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang sebagaimana yang biasa dilakukan di golongan positivis atau post positivis. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa hubungan epistimologis antara pengamat dan obyek merupakan satu kesatuan, subyektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara keduanya.
Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode hermeneutika dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran. Metode pertama yang dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi pendapat per orang, sedangkan metode kedua mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan pendapat orang per orang yang diperoleh melalui metode pertama, untuk memperoleh suatu kosensus kebenaran yang disepakati bersama. Dengan demikian, hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan perpaduan pendapat yang bersifat relative, subyektif dan spesifik
mengenai hal-hal tertentu.36
Kemunculan paradigma konstruktivisme melalui proses yang cukup lama, setelah sekian generasi ilmuan memegang teguh positivism selama berabad-abad. Aliran ini muncul setelah sejumlah ilmuan menolak prinsip dasar positivism, yaitu:
1) ilmu merupakan upaya mengungkap realitas
36
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal. 71-72.
(56)
48
2) hubungan subyek dan obyek penelitian harus dapat dijelaskan
3) hasil temuan yang memungkinkan untuk digunakan dalam proses generalisasi pada waktu dan tempat yang berbeda.
Implikasi pandangan ini adalah bahwa fenomena yang akan diteliti:
1) harus dapat diobservasi dan
2) harus dapat diukur, serta
3) eksistensi fenomena tersebut, harus dapat dijelaskan melalui karakteristik yang ada di dalamnya.
a. Komponen Keilmuan
Dilihat dari segi keilmuan yang dikembangkan (baik ontologi, epistimologi, maupun metodologi, paradigm ini secara frontal bertolak belakang dengan paradigma positivisme).
Pada sisi ontologi, paradigma ini menyatakan bahwa realitas bersifat sosial dan karenanya akan menumbuhkan bangunan teori atas realitas majemuk di dalam masyarakat. Oleh karenanya, dalam memandang suatu fenomena alam atau sosial, paham ini menganut prinsip realitivitas. Jika dalam positivism tujuan penemuan ilmu adalah untuk membuat generalisasi terhadap fenomena alam lainnya, maka dalam konstruktivisme tujuan itu lebih condong kepada penciptaan ilmu yang diekspresikan dalam bentuk pola-pola teori, jaringan atau
(57)
49
hubungan timbal balik sebagai hipotesis kerja, bersifat sementara, local dan spesifik.
Pada sisi epistimologi, hubungan periset dan obyek yang diteliti bersifat interaktif, sehingga fenomena dan pola-pola keilmuan dapat dirumuskan dengan memperhatikan gejala hubungan yang terjadi diantara keduanya. Karena itu, hasil rumusan ilmu yang dikembangkan juga sangat subyektif. Pada sisi metodologi, paham ini secara jelas menyatakan bahwa penelitian harus dilakukan di luar laboratorium, yaitu di alam bebas, secara wajar guna menangkap fenomena apa adanya dari alam, dan secara menyeluruh tanpa campur tangan dan manipulasi dari pengamat atau pihak periset.
b. Implikasi Paradigma
Terdapat sejumlah implikasi dari kemunculan paradigma konstruktivisme ini.
1) Fenomena interpretif yang dikembangkan bisa menjadi alternative
untuk menjelaskan fenomena realitas yang ad. Jika demikian halnya, sangat mungkin terjadi pergeseran model rasionalitas, yakni dari model rasionalitas, praktis yang menekankan peranan contoh dan interpretasi mental.
2) Munculnya paradigma baru dalam melihat realitas sosial akan
menambah khazanah paham dan aliran, sebagai alternative bagi para ilmuan untuk melihat kebenaran dari sudut pandang yang berbeda.
(58)
50
3) Konstruktivisme memberi warna dan corak yang berbeda dalam
berbagai disiplin ilmu, khususnya disiplin ilmu-ilmu sosial yang memerlukan intensitas interaksi antara periset dan objek yang diteliti. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi nilai-nlai yang dianut, etika, akumulasi pengetahuan, model pengetahuan dan diskusi ilmian yang mengiringinya.
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis :
1) Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan
dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna bukanlah suatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan.
2) Pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi
sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari isi komunikator dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari isi komunikator dan dalam sisi penerima ia memeriksa
bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan.37
2. Teori Agenda Setting
Teori ini menyatakan bahwa media massa mengangkat sejumlah isu dan mengabaikan isu yang lain dalam rangka menjadikan suatu isu atau peristiwa sebagai wacana publik. Publik cenderung untuk mengetahui
37
Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal. 40-41.
(59)
51
isu yang diangkat oleh media massa dan mengadopsi perhatian terhadap suatu isu berdasarkan urutan yang dipilihkan oleh media massa. Agenda setting terjadi karena media massa sebagai penjaga gawang informasi (gatekeeper) harus selektif dalam menyampaikan berita, media harus melakukan pilihan mengenai apa yang harus dilaporkan dan bagaimana
melaporkannya38
Sebagaiman dikutip oleh Onong Uchjana Effendy di dalam David Heaver “Media Agenda Setting and Media Manipulations” (1981) menuliskan bahwa pers sebagai media komunikasi massa tidak merefleksikan kenyataan, melainkan menyaring dan membentuk seperti sebuah kaledioskop yang menyaring dan membentuk cahaya. Sehingga media tidak hanya sekedar merefleksikan hal-hal atau peristiwa, melainkan
menyeleksi dan membentuknya menjadi bernilai berita (news value) dan
hanya sedikit saja yang tidak bernilai berita.39
Agenda setting mengembangkan isu atau citra yang menyolok dalam pikiran public. Fungsi agenda setting merupakan proses linier yang terdiri dari tiga bagian:
a. Agenda media itu sendiri harus disusun, proses ini memunculkan
isu-isu bagaimana agenda media ditempatkan pada tempat yang pertama kali.
b. Agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berinteraksi
dengan agenda publik terhadap pentingnya isu.
38
Morissan, Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 494. 39
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 287.
(60)
52
c. Proses bagaimana memunculkan pertanyaan, bagaimana kekuasaan
media mempengaruhi agenda publik.40
Agenda setting menggambarkan kekuatan pengaruh media yang sangat kuat terhadap pembentukan opini masyarakat. Dalam buku S. Djuarsa Sendjaya “Teori Komunikasi”.“Media massa dengan memberikan perhatian pada isu tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan
prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda.”41
Menurut McCombs dan Shaw berpendapat sebagaimana yang telah dikutip oleh Jalaludin Rahmat bahwa: Dampak media massa adalah kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif diantara individu-individu telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa, disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia kita. Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita,
artikel, atau tulisan yang akan disiarkan.42
Menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah peristiwa politik justru hanya jika media massa memberi tempat pada sebuah peristiwa politik, maka peristiwa akan memperoleh perhatian dari masyarakat. Semakin besar tempat yang diberikan semakin besar pula perhatian yang
40
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Pubilk dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal. 37.
41
S. Djuarsa Sendjaya, Teori Komunikasi (Jakarta: Universitas Terbuka), hal. 199. 42
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 229.
(1)
112
kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujarat ayat 11-13)1
ْ ْ أ ْ ّيغي ىّتح ْ ق ّيغيا َه ّ إ ه ْ ْ ْ ظ ْحي ْ خ ْ ْي ي ْي ْ ت ّقع
ّ ْ ْ ْ ْ ّ اف ءْ ْ ق ه أ
(11)
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah, sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Allah. (QS.
Al-Ra’d ayat 11)
1
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Jalalain 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, cetakan VI, Januari 2009) hlm 888
(2)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti mengenai struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris tentang Konstruksi Pesan Kehidupan dalam Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pada struktur sintaksis, dimana dijelaskan tempat yang ada pada cerita sinetron, serta menjelaskan berbagai kondisi tokoh sinetron, dan ringkasan cerita pada yang diceritakan di akhir cerita. Dimana dalam akhir cerita dijelaskan cara tokoh sinetron menyelesaikan masalah kehidupan rumah tangga dan kehidupan bermasyarakat yaitu kehidupan bertetangga yang dihadapi dengan cara mereka.
Pada struktur skrip, dalam struktur ini cerita sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865 di jelaskan lewat skrip atau naskah yang ada pada cerita sinetron tersebut. Dalam struktur ini akan dijelaskan cerita inti yang ada pada sinetron ini, dari tokoh terdapat konflik awal, komplikasi konflik, sampai penyelesaian konflik. Dalam sinetron ini menjelaskan tiga cerita yang berbeda, dimana cerita kehidupan keluarga dan cerita kehidupan bertetangga.
(3)
114
Struktur Tematik, dalam struktur ini menjelaskan berbagai gambaran karakter tokoh, yang di hasilkan dari cara tokoh berkomunikasi atau berdialog dengan dirinya sendiri atau dengan tokoh lainnya pada sinetron ini.
Struktur retoris, dalam struktur ini menekankan cerita lewat kalimat serta gambar yang terkandung dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1861-1865, dimana penekenan cerita sinetron ini mengambil inti dari inti sinetron dimana cerita kehidupan rumah tangga dan kehidupan bertetangga. Dari penekanan yang ada pada cerita sinetron ini terdapat kata-kata atau kalimat yang bisa dijadikan contoh atau panutan dan penyemangat yang dihasilkan dari tokoh dalam berdialog .
B. Rekomendasi
Selanjutnya agar penelitian ini dapat membuahkan hasil sebagaimana penulis harapkan, maka saran dari peneliti diharapkan dapat menjadi masukan atau sebagai bahan pertimbangan oleh pihak-pihak terkait. Adapun saran dari penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi ibu-ibu rumah tangga hendaknya tidak membandingkan tetangganya satu sama lain, sebab menyebabkan rasa iri dan benci. Entah itu segi materi, pangkat, dan lainnya
2. Bagi bapak-bapak atau kepala rumah tangga diharapkan bisa menjadi panutan, bisa bersikap tegas, bisa bertanggung jawab dalam keluarganya. 3. Bagi orang tua tidak memntingkan dirinya sendiri, tapi tak lupa juga
(4)
115
4. Setelah melakukan analisis framing terhadap sinetron Tukang bubur naik haji episode 1861-1865, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih dapat dikembangkan dan dianalisis lebih dalam dengan sudut pandang kajian yang berbeda. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan telaah pada sinetron yang sama. Peneliti mengharapkan adanya penelitian untuk sinetron yang sama dengan objek penelitian yang berbeda, misalnya pesan moral framing sinetron tukang bubur naik haji menggunakan metode
pendekatan kualitatif. Selama melakukan penelitian, peneliti merasa penting untuk diketahui bagaimana penerimaan masyarakat terhadap pesan atau teks sinetron, untuk semua kalangan yang berkaitan dengan pesan kehidupan seperti yang digambarkan dalam sinetron ini.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Agus Salim, 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana
Alex Sobur, 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya Ardianto Elvinaro dkk, 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung:
Simbosis Rekatama Media
Burhan Bungin, 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Pubilk dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group Denis Mcquil, 2011. Teori Komunikasi Massa, Jakarta:Salemba Humanika Effendi Onong Uchjana, 1989. Kamus Komunikasi, Bandung: Mandar Maju Effendi Onong Uchjana, 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Eriyanto, 200 2. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: LkiS
Fred Wibowo, 1997. Teknik Produksi Program Televisi, Pinus Book Publisher Hafied Cangara, 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers Margaret M. Poloma, 1984. Sosiologi Kontemporer, Jakarta:CV Rajawali
Morissan,M.A, 2008. Manajemen Media Penyiaran:Strategi Mengelola Radio&Televisi, Jakarta:Kharisma Putra Utama
Onong Uchjana Effendy, 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti
Pratikno, 1987. Globalisasi Komunikasi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Rachmat Kriyantono, 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
S. Djuarsa Sendjaya. Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka
Jalaludin Rahmat, 1994. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya
Siahaan, S. M., 1991. Komunikasi Pemahaman dan penerapannya, Jakarta: Gunung Mulia
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta
Veven Sp Wardhana, 1997. Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(6)
Wardi Bachtiar,1999. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos Widajaja.A.W, 1988. Ilmu komunikasi pengantar studi. Jakarta:Bina Aksara
http://kbbi.web.id/sinetron di akses pada Januari 2016
file:///C:/Users/acer/Downloads/kehidupan/Pengertian%20Kehidupan%20_%20R
umah%20Makna.html. Di akses pada bulan Maret 2016
file:///C:/Users/acer/Downloads/kehidupan/PENGERTIAN%20KEHIDUPAN%2 0MENURUT%20PARA%20AHLI%20_%20Firman%20Anugrah%20An
ugrah%20-%20Academia.edu.html. Di akses bulan Maret 2016
Carapedia.com, (pengertian kehidupan_rumah makna.html) Di akses pada bulan Maret 2016
Dela Erzaki, Juli 2013.“Representasi GHIBAH dalam Sinetron “Tukang Bubur
Naik Haji”, jurnal Ilmu Komunikasi, (Jurusan Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Kalijaga, Yogyakarta
Departemen pendidikan nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: balai pustaka
Firman Anugrah, (Academia.edu/pengertian kehidupan menurut para ahli.html) Di akses bulan Maret 2016
Vinsensius, (Ekawanats.blogspot.com/teori-kritis dan varian pragmatis.html), diakses Januari 2016
Wikipedia bahasa Indonesia (sinetron/ ensiklopedia bebas.html) Di akses bulan April 2016