PENGARUH PERSEPSI PERANGKAT DESA MENGENAI TANAH BENGKOK TERHADAP KINERJANYA DI KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015.

(1)

PENGARUH PERSEPSI PERANGKAT DESA MENGENAI TANAH BENGKOK TERHADAP KINERJANYA DI KECAMATAN WARU

KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Filsafat Politik Islam

Oleh :

UMMI LATHIFAH NIM: E84211051

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2015


(2)

PENGARUH PERSEPSI PERANGKAT DESA MENGENAI TANAH BENGKOK TERHADAP KINERJANYA DI KECAMATAN WARU

KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015

Skripsi Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Filsafat Politik Islam

Oleh :

UMMI LATHIFAH NIM: E84211051

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2015


(3)

PERSETUJUAN

PEMBIMBING

Skripsi yang ditulis oleh Ummi Lathifah NIM E842l t05l ini telah diperiksa

dan disetujui untuk dimuraqosahkan.

Surabaya, 29

Juli}Afi

Pembimbing

Holilah. S.Ag. M.Si

NIP. I 976101 820080 12008


(4)

PERIIYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama

NIM

Jurusan

: Ummi Lathifah :88421 1051

: Filsafat Politik Islam

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalahhasil penelitian/

karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbemya.

Surabaya,2T Juli20l5

Saya yang menyatakan,

Ummi{athifah NIM. E842110s1


(5)

Skripsi yang drpertahankan di depan

PEF{GBSAHAN

SKRIPSI

ditulis oleh Ummi Lathifah NIM

Tim Penguji Skripsi

Surabaya, 5 Agustus 2015 Mengesahkan

Unive i[Hlslam Negeri Sunan Ampel

uluddin dan Filsafat

I 002 I 99303 1002

Tim Penguji :

Ketua.

-eo'

Holilah.'S.Ag.

M.Si. NIP. 1976101 8200801 2008

NIP. 1

884211051

ini

telah

Penguji I,

w#

Dr. Abd. Ohalik. M.As.

NrP. I 97tr0 027 2AA0A3]I0a2


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yang Pertama, Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok.Kedua, Bagaimana kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Ketiga, Seberapa besar pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 orang yang diambil secara Area sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah angket, dokumentasi, dan observasi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS versi 16.0.

Hasil penelitian ini adalah Pertama, Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo adalah baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan alat ukur mayoritas responden memilih setuju yang berarti mempunyai persepsi yang baik dengan uraian 4 (5%) responden menyatakan sangat setuju dan 37 (50%) responden menyatakan setuju kemudian 34 (45%) responden menyatakan tidak setuju sedangkan untuk pernyataan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali. Kedua, kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa no 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo adalah sangat baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan alat ukur mayoritas responden memilih sangat setuju yang berarti mempunyai kinerja yang sangat baik dengan uraian 40 (53%) responden menyatakan sangat setuju dan 35 (47%) responden menyatakan setuju, adapun untuk pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali. Ketiga, pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 adalah “Rendah” yaitu sebesar 0,330. Rendah disini yang berarti bahwa persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa No 6 tahun 2014 tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerjanya. Selanjutnya, dilakukan uji determinasi yang diperoleh nilai sebesar 0,109 yang artinya bahwa 10,9% variabel kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 dipengaruhi oleh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok dan sisanya 89,1% dipengaruhi oleh faktor lain.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER DEPAN JUDUL SKRIPSI... i

HALAMAN COVER DALAM JUDUL SKRIPSI... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN SKRIPSI... iv

PERNYATAAN KEASLIAN... v

KATA PENGANTAR... vi

MOTTO... viii

PERSEMBAHAN... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

ABSTRAK... xvii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Batasan Masalah ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : LANDASAN TEORI A. Persepsi Perangkat Desa ... 12

1. Definisi Persepsi………. 12

2. Faktor yang mempengaruhi Persepsi……….. 15

B. Tanah Bengkok ... 17

C. Kinerja Perangkat Desa ... 19


(8)

2. Faktor yang mempengaruhi kinerja………... 20

3. Aspek-aspekkinerja……… 21

D. Penelitian Terdahulu... 29

E. Kerangka Berpikir ... 31

F. Hipotesis ……….. 32

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 34

1. Pendekatan Penelitian……… 34

2. Jenis Penelitian……….. 34

B. Populasi dan Sampel... 34

1. Populasi ………. 34

2. Sampel……… 36

C. Variabel Penelitian dan Indikator D. Jenis Data dan Sumber data... 39

1. Jenis Data………... 39

2. Sumber Data………... 40

E. Teknik Pengumpulan data ... 41

1. Observasi……… 41

2. Angket……… 41

3. Dokumentasi………... 42

F. Analisis Data ... . 43

G. Variabel Penelitian………. 45

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

1. Letak Geografis………. 48

2. Struktur Organisasi Kecamatan Waru……… 49

B. Karakteristik Responden... 49


(9)

1. Penyajian Data Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah

bengkok ………. 53

2. Analisis Data Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015………….… 59 3. Analisis Data Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah

bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……… 64

BAB V : PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

A. Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah

bengkok……… 76

B. Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……….. 89

C. Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai

tanah bengkok terhadap Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun

2015………...….. 100

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan……….. 106

B. Saran……… 107

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kerangka Berpikir ……….………. 31

Tabel 3.1 : Jumlah Perangkat Desa berdasarkan Desa………...35

Tabel 3.2 : Penentuan Responden TiapDesa……...………...38

Tabel 3.3 : Interpretasi KoefisienKorelasi……….………..…....45

Tabel 3.4 :Variabel & Indikator……….………..46

Tabel 4.1 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok ..………….... 54

Tabel 4.2 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir….………..……….56

Tabel 4.3 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Penghasilan………. 57

Tabel 4.4 : Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Jabatan…...58

Tabel 4.5 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……….60

Tabel 4.6 :Kinerja Perangkat Desa diKecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir.………62

Tabel 4.7 :Kinerja Perangkat Desa diKecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Penghasilan……...………63

Tabel 4.8 : Kinerja Perangkat Desa diKecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Jabatan……..………64

Tabel 4.9 :Tabulasi Data persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok .66 Tabel 4.10 :Tabulasi Data Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015..………..………68

Tabel 4.11 :Descriptive Statistics……….71


(11)

Tabel 4.13 : Interpretasi Koefisien Korelasi……….………..73

Tabel 4.14 :Coefficientsa……….………73

Tabel 4.15 :Model Summaryb………..….………...74

Tabel 5.1 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Terakhir...………..83

Tabel 5.2 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan

Penghasilan………..…84

Tabel 5.3 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok berdasarkan

Jabatan……….……….85

Tabel 5.4 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

tahun 2015 Berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir……….94

Tabel 5.5 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

tahun 2015 Berdasarkan Penghasilan………95

Tabel 5.6 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………49

Gambar 4.2 : Karakteristik Responden BerdasarkanUsia ………..………..50

Gambar 4.3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .……..51

Gambar 4.4 : Karakteristik Responden BerdasarkanPenghasilan………..51

Gambar 4.5 :Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan………..………52

Gambar 4.6 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok berdasarkan Jenis Kelamin & Usia………..………...55

Gambar 4.7 : Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015……….61

Gambar 4.8 : Tabulasi Data Variabel X………..………....68

Gambar 4.9 : Tabulasi Data Variabel Y ……….70

Gambar 5.1 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok ………..79

Gambar 5.2 :Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Jenis Kelamin & Usia………..81

Gambar 5.3 :Hasil Angket mengenai aksi demo yang dilakukan Perangkat Desa agar tanah bengkok kembali di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015………...87

Gambar 5.4 :Hasil Angket mengenai kembalinya tanah bengkok ke kas Desa pemasukan Perangkat Desa menurun………..88

Gambar 5.5 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015………..……….91


(13)

Gambar 5.6 :Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin & Usia Responden……….92

Gambar 5.7 :Hasil Angket Mengenai Kesetiaan Pelayananan Kepentingan

Masyarakat...97 Gambar 5.8 :Hasil Angket Mengenai Pemberian Informasi kepada

Masyarakat……….98

Gambar 5.9 :Hasil Angket Mengenai Ketepatan Waktu Perangkat Desa dalam Bekerja………99


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Menurut PP No 72 tahun 2005 tentang Desa bahwa tanah bengkok sebagai bagian dari tanah desa yang selama ini diperuntukkan bagi gaji pamong desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa, mempunyai hak atas tanah yang diberikan oleh desa untuk memelihara kehidupan keluarganya dengan cara mengerjakan hasilnya dari hasil tanah itu karena jabatannya, jika dilain waktu yang bersangkutan tidak lagi menjabat sebagai pamong Desa maka tanah bengkok tersebut menjadi tanah Desa.1

Namun peraturan di atas saat ini tidak berlaku lagi sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 43 Tahun 2014 tentang Desa (Belanja Desa) pasal 100 yang mengatur pelaksanaan UU Desa. Bahwa tanah bengkok yang dulunya 100% menjadi hak Kepala Desa, namun sekarang dengan adanya UU desa yang baru munculnya kebijakan bahwa tanah bengkok paling sedikit 70% dari jumlah APBDes digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan desa, mendanai pelaksanaan pembangunan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa sedangkan paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa menjadi hak Kepala Desa dan perangkat lainnya, yakni penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa, operasional pemerintah desa.2

1

PP-72-2005-Tentang-Desa

2


(15)

2

Dengan munculnya PP yang baru yakni PP 43 tahun 2014, yang sama sekali kurang berpihak terhadap Perangkat Desa menjadikan mereka kurang menyetujui adanya PP 43 tahun 2014 tersebut. Begitu juga masalah tunjangan mereka yang semakin tidak jelas, Perangkat Desa merasa dengan adanya PP 43 tahun 2014 tersebut gaji mereka semakin menurun dan kurang menjamin.3

UU Desa No 6 Tahun 2014 tentang desa yang di dalamnya memiliki hak dalam mengatur dan mengurus masyarakat serta mewujudkan apa yang menjadi hak masyarakat. Maka dari itu keberadaan Desa seharusnya dilindungi agar Desa tersebut dapat maju dan mampu menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang sejahtera dan mandiri.

Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 salah satu pendapatan asli desa yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan desa, baik untuk anggaran rutin maupun anggaran pembangunan desa adalah tanah bengkok. Tanah bengkok terdapat dalam struktur hukum adat tanah di Jawa. Tanah bengkok mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:4

1. Tanah tersebut merupakan bagian dari tanah desa

2. Tanah tersebut diberikan kepada warga desa yang sedang menjabat sebagai pamong desa

3

Khoirun Nashirin,Wawancara, Kepuh Kiriman, pada tanggal 9 Juni 2015.

4

Silvia Kumalasari. “Kajian Yuridis terhadap pengelolaan tanah bengkok sebagai salah sumber pendapatan desa berdasarkan UU No 6 tahun 2014 tentang desa”, Skripsi tidak diterbitkan (Semarang: Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2014), 20.


(16)

3

3. Pemberian tanah tersebut hanya sementara waktu selama yang bersangkutan menjabat kepala desa atau perangkat desa

4. Maksud dari pemberian tanah tersebut sebagai upah untuk memenuhi dan menghidupi diri dan keluarganya.

Problem yang saat ini muncul adalah pada PP No. 43/2014 tentang peraturan pelaksanaan UU tentang desa, terutama pada pasal 100 huruf (b), yakni paling banyak 30% dari nilai anggaran belanja desa digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, operasional Pemerintah Desa, tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa, dan insentif rukun tetangga dan rukun warga. Berlakunya ketentuan ini mengakibatkan sebagian penerimaan Kepala Desa dan Perangkat Desa menurun karena seluruh penerimaan desa (termasuk dari tanah bengkok) harus dicatat dalam rekening kas desa sesuai pasal 91 PP No. 43/2014.

Berawal dari sini Perangkat Desa merasakan keresahan, karena tanah bengkok yang dulunya seutuhnya dikelola oleh Kepala Desa beserta Perangkat Desa sekarang berbanding terbalik hanya beberapa saja diperuntukkan Pamong Desa. Hal ini menjadikan Kepala Desa dan Perangkatnya merasa kurang begitu dijamin dan diabaikan, dan merasa kurang begitu diperhatikan masalah tunjangannya.

Tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa masing-masing kas Desa berbeda satu sama lain. Sekretaris Desa masih berhak mendapatkan tunjangan dari kas Desa. Sebab Sekretaris Desa yang sudah mengantongi SK PNS hanya


(17)

4

mendapatkan gaji pokok saja dari APBD. Kepala Desa dan Perangkat Desa non PNS yang justru mendapatkan tunjangan dari APBD.5

Jika tanah bengkok dipotong 70 persen, maka penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa akan sama saja atau malah semakin kecil dari sebelum ada tunjangan yang bersumber dari bantuan desa yang dikucurkan pemerintah pusat. Aparat Desa merasa kebijakan Pemerintah yang baru ini merugikan mereka karena gaji Aparat Desa menurun.

Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.6 Dengan adanya kebijakan baru bahwa tanah begkok tidak lagi seutuhnya menjadi hak Kepala Desa dan Perangkat Desa maka hal ini akan mempengaruhi kinerja Kepala Desa dan Perangkat Desa. Kepala Desa dan Perangkat Desa menjadi kurang semangat kerja karena ditariknya tanah bengkok, sebab tanah bengkok merupakan salah satu penyebab semangatnya Kepala Desa dalam bekerja, tanah bengkok juga menjadi andalan pendapatan Kepala Desa.

Dalam berita Jatim ratusan Kepala Desa dan Perangkat Desa se-Sidoarjo termasuk Kecamatan Waru, meluruk Pendopo Delta Wibawa Kabupaten Sidoarjo. Para Kades dan Perangkatnya yang tergabung dalam Paguyuban Kepala Desa (PKD) Kabupaten Sidoarjo itu menuntut kesejahteraan dan kebijakan dalam soal perijinan pembangunan dan lainnya, melibatkan desa. Di antara tuntutan PKD itu,

5

http://mataairradio.com/teknologi/kades-dan-perangkat-desa-kembali-pertanyakan-tunjangan (diakses minggu, 14 juni 2015, 13:59)

6

Malayu S.P. Hasibuan,Manajemen Dasar, pengertian dan masalah(Jakarta: PT Prestasi kerja karyawan, 2006), 34.


(18)

5

segera ditetapkannya Perbup tentang tata cara pengalokasian alokasi dana desa sesuai PP No 43 tahun 2014. Perangkat Desa juga menuntut agar tanah bengkok pengelolaannya harus dikembalikan ke Desa.7

Dengan demikian Aparat Desa berharap tanah bengkok dikembalikan kepada mereka, karena Aparat Desa merasa pendapatannya menurun semenjak munculnya kebijakan baru tersebut. Aparat Desa ingin mengelola tanah bengkok kembali karena tanah bengkok merupakan salah satu sumber penghasilan yang terjamin bagi mereka maka dari itu Aparat Desa melakukan aksi demo.

Dalam penelitian ini mengapa kami memilih Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, karena dalam Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini terdapat beberapa Kepala Desa dan perangkat desa yang menolak kebijakan pemerintah pada pasal 100 PP 43 tentang Belanja Desa mengenai tanah bengkok yang 70% diperuntukkan kepada masyarakat dan juga pembangunan desa sedangkan 30% untuk Kepala Desa beserta Perangkat Desa. Di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini terdapat beberapa Perangkat Desa yang menolak isi UU Desa tersebut sehingga muncul kelompok demo yang melakukan aksinya, seperti yang dilakukan beberapa Perangkat Desa di Kecamatan Waru karena Perangkat Desa menuntut agar pengelolaannya tanah bengkok dikembalikan ke Desa.

Kepala Desa dan Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini menuntut masalah pengelolaan tanah bengkok harus dikembalikan ke desa karena untuk ganjaran Kepala Desa dan Perangkat Desa.

7

http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/233159/ratusan_kades_sidoarjo_demo_tuntut_keseja hteraan.html (diakses kamis 21 mei 2015, 07:22)


(19)

6

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai Tanah Bengkok terhadap Kinerja

Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo”.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Penulis menyajikan rumusan masalah dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun 2014? 2. Bagaimana kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa No 6 tahun 2014 di

kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo tahun 2015?

3. Seberapa besar pengaruh persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun 2014

2. Mendeskripsikan kinerja Perangkat Desa pasca UU Desa No 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015


(20)

7

3. Menganalisis seberapa besar pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai

tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di KecamatanWaru

Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

D.

Manfaat penelitian

Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas, maka penulis paparkan beberapa manfaat dari peneilitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, penelitian ini termasuk dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan yang khususnya tentang politik. Secara akademis, penelitian ini diharapkan juga mampu memberi sumbangan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya dan khususnya kepada mahasiswa Prodi Filsafat Politik Islam.

2. Manfaat Praktis

Pada segi praktis, manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah mampu memberikan landasan berpikir dalam menanggapi pengaruh persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo.

E.

Batasan Masalah

Penulis memberikan batasan masalah dalam penelitian “Pengaruh persepsi

Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru


(21)

8

1. Persepsi dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai tanah bengkok pasca adanya UU No Desa 6 tahun 2014. Pada PP No 72 tahun 2005, disebutkan bahwa tanah bengkok sebagai bagian dari tanah desa yang seutuhnya diperuntukkan bagi gaji Pamong Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa sebaliknya dalam UU No 6 tahun 2015 PP 43 bahwa tanah bengkok 70% diperuntukkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, mendanai pelaksanaan pembangunan sedangkan 30% menjadi hak Kepala Desa dan Perangkat Desa yakni penghasilan tetap dan tunjangan.

2. Kinerja perangkat desa yang dimaksud di sini adalah kinerja dalam hal memberikan pelayanan umum seperti pembuatan KTP, pembuatan sertifikat tanah, pembuatan KK, pembuatan akte kelahiran.

3. Perangkat Desa yang dimaksud di sini adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur Keuangan, Kepala Dusun, Kasi Tramtib, Kasi Yanmu, Kasi Bang, Kasi Kesra dan BPD.

F.

Definisi Operasional

Persepsi Perangkat Desa :Persepsi adalah suatu kesan terhadap

suatu obyek yang diperoleh melalui proses

penginderaan, pengorganisasian dan

interpretasi terhadap obyek tersebut yang diterima oleh individu.8 Perangkat Desa

8


(22)

9

yang dimaksud disini adalah bagian dari unsur Pemerintah Desa yang terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa

lainnya yang merupakan Aparatur

Pemerintah Desa di bawah naungan

Kepala Desa. Jadi yang dimaksud Persepsi Perangkat Desa merupakan suatu kesan Perangkat Desa terhadap suatu obyek yang diperoleh melalui proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi terhadap

obyek tersebut yang diterima oleh

individu.

Tanah Bengkok :Lahan garapan milik desa. Tanah bengkok

tidak dapat diperjualbelikan tanpa

persetujuan seluruh warga desa namun boleh disewakan oleh mereka yang diberi hak mengelolahnya.9

Kinerja Perangkat Desa :Suatu hasil kerja yang dicapai dalam

melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan

atas kecakapan, pengalaman dan

9


(23)

10

kesungguhan serta waktu.10 Jadi Kinerja Perangkat Desa merupakan suatu hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

G.

Sistematika Pembahasan

BAB I : Pendahuluan. Berisikan tentang Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah, , Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : Landasan Teori. Dalam bab ini akan membahas mengenai Teori Persepsi, Teori Kinerja, Penelitian Terdahulu, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis. BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini terdiri dari Pendekatan dan Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian dan Indikator, Jenis Data dan Sumber Data (Data Kualitatif dan Data Kuantitatif), Sumber Data (Data Primer dan Data Sekunder) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Angket, dan Dokumentasi) Analisis Data

BAB IV :Penyajian Data. Pada bab ini akan membahas mengenai Deskripsi

Lokasi Penelitian, Struktur Organisasi Kecamatan Waru, Karakteristik

Responden, Penyajian Data dan Pengujian Hipotesis

BAB V : Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian. Pada bab ini nantinya

akan menganalisis tentang Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa No 6 tahun 2014, Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, dan Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai

10

Malayu S.P. Hasibuan.Manajemen Dasar, pengertian dan masalah(Jakarta: PT Prestasi kerja karyawan, 2006) 34


(24)

11

tanah bengkok terhadap Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

BAB VI : Penutup. Pada bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi Perangkat Desa

1. Definisi Persepsi

Manusia pada dasarnya merupakan makhluk individu. Dalam melihat masalah manusia memiliki ciri khas atau pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan juga pemahamannya. Hal ini yang menyebabkan persepsi setiap individu memiliki perbedaan, tidak terkecuali persepsi Perangkat Desa. Persepsi di sini diartikan sebagai proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya terhadap obyek.

Persepsi menurut seseorang yang satu belum tentu sama dengan persepsi yang lain, karena adanya perbedaan dari pengalaman mereka. Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman seseorang terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan.1

Dalam penelitian ini persepsi diartikan sebagai pengetahuan untuk melihat, memahami dan penafsiran oleh Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Persepsi ini terjadi dengan adanya interaksi sosial, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu

1

Abduh Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam(Jakarta: Kencana, 2004), 88.


(26)

13

kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya.

Menurut Bimo Walgito persepsi adalah suatu kesan terhadap suatu obyek yang diperoleh melalui proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi terhadap obyek tersebut yang diterima oleh individu, sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu.2

Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran dan kognisi.3 Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialamai oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci utama memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan sebuah penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.4

Menurut pendapat David Krech disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks yang menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataannya.5

2

Bimo Walgito,Pengantar Psikologi Umum(Yogyakarta: Andi, CV. Andi Offset, 2003), 54.

3

Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori cetakan ke 3(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 94.

4

Ibid., 149.

5

Miftah Thoha,Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 142.


(27)

14

Selanjutnya, ada tiga tahapan yang mempengaruhi persepsi yang kesemua tahapan tersebut bersifat kontinu satu dengan lainnya. Tahapan tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:6

1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.

Rangsang atau objek dalam hal ini diserap atau diterima oleh berbagai panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pengecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal atau jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas atau tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas atau tidaknya rangsangan, normalitas alat indera dan waktu yang baru saja atau sudah lama.

2. Pengertian atau pemahaman.

Proses yang telah menjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasikan, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).

6


(28)

15

3. Penilaian atau evaluasi.

Apabila sudah mengerti dan memahami, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual.

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

Menurut Nugroho J. Setiadi faktor yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu:7

1. Sikap

Yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan diberikan seseorang.

2. Motivasi

Motif merupakan hal yang mendorong seseorang mendasari sikap tindakan yang dilakukannya.

3. Minat

Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap suatu hal atau objek tertentu, yang mendasari kesukaan atau ketidaksukaan terhadap obyek tersebut.

7


(29)

16

4. Pengalaman masa lalu

Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat dan didengar.

5. Harapan

Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, kita akan cenderung menolak gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

6. Sasaran

Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnya akan

mempengaruhi persepsi.

7. Situasi

Situasi atau keadaan disekitar kita atau disekitar sasaran yang kita lihat akan turut mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat dalam situasi yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang sehingga berbeda antara satu dengan lainnya ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.8

1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, faktor ini terdiri dari perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan

8

Miftah Toha,Perilaku Organisasi, Konsep Dasar & Aplikasi(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 154.


(30)

17

atau harapan, perhatian, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan, minat, dan motivasi.

2. Faktor eksternal merupakan kebalikan dari faktor internal, yaitu faktor yang berasal dar luar diri individu. Faktor ini terdiri dari latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

Berrlyne menyebutkan ada empat aspek persepsi yang membedakannya dengan pola pikir kognitif, yaitu pola pikir yang masih berada didalam pemikiran manusia, yaitu:9

1. Hal-hal yang diamati dari sebuah rangsangan bervariasi, tergantung pola dari keseluruhan dimana rangsangan tersebut menjadi bagiannya.

2. Persepsi bervariasi dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu.

3. Persepsi bervariasi tergantung dari arah kearah (fokus) alat indra.

4. Persepsi cenderung berkembang kearah tertentu dan sekali terbentuk kecenderungan itu biasanya akan menetap.

B. Tanah Bengkok

Menurut PP No 72 tahun 2005 tentang tanah bengkok merupakan tanah yang menjadi bagian dari tanah Desa yang sejak dahulu sampai sekarang dalam kehidupan masyarakat Desa diberikan kepada warga Desa yang sedang menjabat

9

Isbandi Rukminto Adi,Pemberdayaan, Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunitas:


(31)

18

sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. Pemberian tanah tersebut hanya bersifat sementara waktu selama yang bersangkutan menjabat sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa, jika yang bersangkutan telah selesai menjabat jabatannya maka tanah bengkok tersebut dikembalikan ke Desa. Adapun maksud pemberian tanah tersebut sebagai upah atau ganjaran untuk memenuhi dan menghidupi diri serta keluarganya.10

Keberadaan tanah bengkok pada sistem pemerintahan Desa sangat diakui oleh masyarakat Desa sebagai bagian dari tanah Desa, selama tanah tersebut secara nyata masih ada serta mempunyai fungsi dan tujuan tersendiri dalam kehidupan masyarakat Desa. Pemberian sementara tanah bengkok oleh masyarakat Desa kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa merupakan bentuk rasa hormat dan penghargaan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa yang telah mengabdikan diri selama masa jabatannya kepada masyarakat desa sebagai upah atau ganjaran.

Bentuk dari pada tanah bengkok tersebut bermacam-macam seperti tanah persawahan, tanah kering atau tanah tegalan maupun berupa kolam ikan atau tambak. Penyerahan tanah bengkok kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa, akan tetapi hal tersebut akan kembali menjadi hak Desa jika Kepala Desa dan Perangkat Desa tidak menjabat lagi, sehingga tanah bengkok akan diserahkan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa yang menggantikannya.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) 43 Tahun 2014 pasal 100 yang mengatur pelaksanaan UU Desa. Bahwa tanah bengkok yang dulunya 100% menjadi hak

10

Ary Anggraito Tobing. “Eksistensi Tanah Bengkok Setelah Berubahnya Pemerintahan Desa Menjadi Kelurahan di Kota Salatiga”, Tesis tidak diterbitkan (Semarang: Prodi Magister


(32)

19

Kepala Desa sekarang dengan adanya UU desa baru munculnya kebijakan bahwa tanah bengkok paling sedikit 70% dari jumlah APBDes digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan desa, mendanai pelaksanaan pembangunan desa,dan pemberdayaan masyarakat desa sedangkan paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa menjadi hak Kepala Desa dan perangkat lainnya, yakni penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa, operasional pemerintah desa.11

Menurut Undang-Undang No 6 tahun 2014 salah satu pendapatan asli desa yang digunakan untuk menyelenggarakan Pemerintah Desa, baik untuk anggaran rutin maupun anggaran pembangunan desa adalah Tanah Bengkok.

C. Kinerja Perangkat Desa 1. Definisi Kinerja

Menurut Malayu S.P. Hasibuan kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.12 Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.13

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel.14 Kesimpulannya bahwa kinerja adalah hasil

11

PP-43-Tentang-Desa

12

Hasibuan,Manajemen Dasar…,34.

13

Wibowo,Manajemen Kinerja(Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada, 2007), 07.

14


(33)

20

kerja baik secara kuantitas maupun kualitas dari apa yang dikerjakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dan bagaimana cara mengerjakannya.

2. Faktor yang mempengaruhi kinerja

Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:15 1. Faktor individual yang terdiri dari

a. Kemampuan dan keahlian b. Latar belakang

c. Demografi

2. Faktor psikologis yang terdiri dari a. Persepsi

b. Attitude c. Pembelajaran d. Motivasi

3. Faktor organisasi yang terdiri dari a. Sumber daya

b. Kepemimpinan c. Penghargaan d. Struktur

15


(34)

21

e. Job design

3. Aspek-aspek kinerja

Aspek-aspek yang dinilai kinerja mencakup sebagai berikut:16 1. Kesetiaan

Penilai mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi, di dalam maupun di luar pekerjaannya dari rongrongan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

2. Kejujuran

Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada para bawahannya.

3. Kedisiplinan

Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan intruksi yang dibebankan kepadanya.

4. Kreativitas

Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil.

16


(35)

22

5. Kerjasama

Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lainnya secara vertikal maupun horizontal, baik di dalam maupun di luar pekerjaan, sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik.

6. Kepemimpinan

Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.

7. Prakarsa

Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinil dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberi alasan, mendapatkan kesimpulan dan membuat keputusan penyelasian masalah yang dihadapinya.

8. Tanggung jawab

Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, saran dan prasarana yang digunakan serta perilaku kerjanya.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah ada dan berhubungan dengan penelitian ini adalah

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siyam Kurnianingsih yang berjudul “Persepsi

Masyarakat terhadap Kinerja Perangkat Desa dalam Memberikan Pelayanan Umum di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan” tahun 2011 dalam bentuk


(36)

23

skripsi prodi ilmu pemerintahan. Adapun hasil penelitian tersebut adalah tingkat persepsi masyarakat terhadap kinerja Perangkat Desa dalam memberikan pelayanan umum di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan dapat dilihat dari persepsi cukup baik yang ditunjukkan oleh masyarakat tentang perilaku Perangkat Desa dalam memberikan pelayanan, akan tetapi kurang memuaskan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh Perangkat Desa, loyalitas Perangkat Desa juga belum cukup baik, kedisiplinan Perangkat Desa juga dianggap kurang oleh masyarakat, persepsi yang belum ditunjukkan oleh masyarakat tentang kepastian waktu Perangkat Desa dalam memberikan pelayanan umum dari segi produktivitas pelayanan kinerja yang diberikan Perangkat Desa sudah lebih baik, responsivitas Perangkat juga terlihat cukup baik karena pelayanan yang diberikan sesuai aspirasi masyarakat, akuntabilitas pelayanan Perangkat Desa masih kurang konsisten terhadap aturan yang telah ada serta dalam pelaksanaan di lapangan juga mereka kurang adil kepada masyarakat desa, responsibilitas Perangkat Desa belum terlihat tanggap dalam hal pendidikan.17

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yanda Nandaru Putra yang berjudul “Persepsi

Masyarakat tentang Kinerja Aparatur Pemerintah Desa dalam Memberikan Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga di Desa Hamparan Perak Kecamatan

Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang” tahun 2012 dalam bentuk skripsi.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah persepsi masyarakat tentang kinerja

17

Siyam Kurnianingsih. “Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perangkat Desa dalam Memberikan Pelayanan Umum di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan”, Skripsi tidak


(37)

24

aparatur pemerintah desa dalam memberikan pelayanan pembuatan kartu keluarga di Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang sudah cukup baik. Hal ini terbukti dari tanggapan responden yang menyatakan bahwa Aparatur Pemerintah Desa dalam menjalankan tugasnya khususnya mengenai pembuatan KK sudah cukup baik, disiplin, transparan, tidak membeda-bedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, tepat waktu, memberikan informasi yang jelas tentang syarat pembuatan KK dan prosedur pengurusan KK tidak berbelit-belit.18

18

Yanda Nandaru Putra. “Persepsi Masyarakat tentang Kinerja Aparatur Pemerintah Desa dalam Memberikan Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga di Desa Hamparan Perak Kecamatan

Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”, Skripsi tidak diterbitkan (Semarang: Prodi Ilmu


(38)

25

E. Kerangka Berfikir

Tabel 2.1 Kerangka Berfikir

Berdasarkan teori yang dijelaskan di atas dapat ditulis kerangka berfikir sebagai berikut:

Persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014 ini menggambarkan bagaimana sikap seseorang atau persepsi seseorang dapat mempengaruhi kinerjanya. Begitu juga dengan bagaimana pengalaman

Persepsi Perangkat Desa

mengenai tanah bengkok

1. Sikap

2. Motivasi

3. Minat

4. Pengalaman masa

lalu

5. Harapan

6. Sasaran

7. Situasi

Kinerja Perangkat Desa 1. Kesetiaan

2. Kejujuran 3. Kedisiplinan 4. Kreativitas 5. Kerjasama 6. Kepemimpinan 7. Prakarsa (mampu

mengambil keputusan) 8. Tanggung jawab

Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin 2. Usia

3. Tingkat Pendidikan 4. Penghasilan


(39)

26

masa lalu dalam menjadi pemimpin, atau juga seseorang yang menpunyai harapan agar selalu disiplin dalam pekerjaannya. Hal ini bisa dikaitkan dengan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, penghasilan dan jabatan.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Adapun jenis hipotesis dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Ho (H nol), yaitu hipotesa yang menyatakan ketiadaan hubungan antara variable yang sedang dioperasionalkan.

2. H1 (H satu) atau disebut Hipotesa alternative (Ha), yaitu hipotesa yang menyatakan keberadaan hubungan diantara variable yang sedang dioperasionalkan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ho: Tidak Ada Pengaruh positif yang signifikan antara persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

2. H1: Ada Pengaruh positif yang signifikan antara persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di kecamatan Waru kabupaten Sidoarjo tahun 2015.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dan bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.1

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional, yakni suatu alat statistika yang dapat digunakan untuk menerangkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda dan berfungsi agar dapat menentukan tingkat hubungan antara dua variabel tersebut.2

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan obyek atau fenomena yang diteliti.3 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Seluruh Perangkat Desa Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), 14.

2

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 215.

3

Rahmat Kriyantono,Teknik Praktis Riset Komunikasi(Jakarta: Penerbit Kencana Prenda Media Grup, 2006), 149.


(41)

28

Keuangan, Kasi Bang, Kasi Tramtib, Kasi Kesra, Kasi Yanmu, Kepala Dusun dan BPD yang ada di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Berikut adalah populasi peneliti yang diklasifikasikan berdasarkan Desa.

Tabel 3.1

JUMLAH PERANGKAT DESA DI KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO BERDASARKAN DESA

NO

DESA

DAFTAR APARAT DESA

TOTAL KEPALA

DESA

PERANGKAT

DESA BPD

01 BERBEK 1 9 9 19

02 BUNGURASIH 1 9 8 18

03 JANTI 1 8 9 18

04 KEDUNGREJO 1 7 11 19

05 KEPUH

KIRIMAN 1 9 11 21

06 KUREKSARI 1 11 10 22

07 MEDAENG - 6 8 14

08 NGINGAS 1 10 11 22

09 PEPELEGI 1 6 8 15

10 TAMBAK OSO 1 7 5 13

11 TAMBAK REJO 1 8 7 16

12 TAMBAK

SAWAH 1 5 9 15

13 TAMBAK

SUMUR - 2 9 11

14 TROPODO 1 7 11 19

15 WADUNGASRI 1 9 10 20


(42)

29

17 WEDORO 1 8 11 20

JUMLAH SELURUH

DESA 15 127 156 298

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini berjumlah 298 orang. Jumlah populasi tersebut terbagi menjadi 17 Desa, Desa Berbek 19 orang, Bungurasih 18 orang, Janti 18 orang, Kedungrejo 19 orang, Kepuh kiriman 21 orang, Kureksari 22 orang, Medaeng 14 orang, Ngingas 22 orang, Pepelegi 15 orang, Tambak Oso 13 orang, Tambak Rejo 16 orang, Tambak Sawah 15 orang, Tambak Sumur 11 orang, Tropodo 19 orang, Wadungasri 20 orang, Waru 16 orang, Wedoro 20 orang.

2. Sampel

Sampel mempunyai pengertian sebagai bagian atau wakil dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel sendiri digunakan untuk menggeneralisasikan atau membuat kesimpulan penelitian yang berlaku bagi populasi.4 Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dalam penelitian ini, sebagaimana yang diketahui jumlah populasi pada penelitian ini berjumlah 298. Jumlah tersebut, kemudian diambil menjadi sampel dengan menggunakan rumus yang dikemukakan olehSlovin,yakni:5

4

Arikunto,Prosedur Penelitian…,175.

5

Husein Umar,Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 78.


(43)

30

n = N 1+N.e2

n = 298 = 74,87menjadi 75 responden

1+ 298 (10%)2

Dimana :

n =Jumlah sample

N = Jumlah populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini, besar e ditetapkan 10%.

Berdasarkan hasil penghitungan rumus sampel di atas, dapat diketahui bahwa sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 orang.

Menentukan sampel di tiap desa dengan menggunakan rumus prosentase P = F/N x n

Dimana:

P = Jumlah Responden / Sampel Per Desa

F = Frekuensi

N = Populasi


(44)

31

Adapun hasil penentuan sampel di masing-masing Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2

PENENTUAN RESPONDEN TIAP DESA

NO

DESA

JUMLAH PERANGKAT

PENGAMBILAN

SAMPEL RESPONDEN

01 BERBEK 19 19:298X75 4,7 (5)

02 BUNGURASIH 18 18:298X75 4,5 (5)

03 JANTI 18 18:298X75 4,5 (5)

04 KEDUNGREJO 19 19:298X75 4,7 (5)

05 KEPUH KIRIMAN 21 21:298X75 5,2 (5)

06 KUREKSARI 22 22:298X75 5,5 (5)

07 MEDAENG 14 14:298X75 3,5 (3)

08 NGINGAS 22 22:298X75 5,5 (5)

09 PEPELEGI 15 15:298X75 3,7 (4)

10 TAMBAK OSO 13 13:298X75 3,2 (3)

11 TAMBAK REJO 16 16:298X75 4,0 (4)

12 TAMBAK SAWAH 15 15:298X75 3,7 (4)

13 TAMBAK SUMUR 11 11:298X75 2,7 (3)

14 TROPODO 19 19:298X75 4,7 (5)

15 WADUNGASRI 20 20:298X75 5,0 (5)

16 WARU 16 16:298X75 4,0 (4)

17 WEDORO 20 20:298X75 5,0 (5)


(45)

32

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah sampel setiap Desa. Desa Berbek 5 orang, Bungurasih 4 orang, Janti 5 orang, Kedungrejo 5 orang, Kepuh Kiriman 5 orang, Kureksari 5 orang, Medaeng 4 orang, Ngingas 5 orang, Pepelegi 4 orang,Tambak Oso 3 orang, Tambak Rejo 4 orang, Tambak Sawah 4 orang, Tambak Sumur 3 orang, Tropodo 5 orang, Wadungasri 5 orang, Waru 4 orang, Wedoro 5 orang.

Selanjutnya, dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampel daerah (Area Sampling). Teknik ini digunakan peneliti dikarenakan sampel yang akan diteliti atau sumber data berada pada daerah yang luas, yakni mencakup seluruh desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

C. Variabel Penelitian Dan indikator

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (variable X) dan variable terikat (variable Y).6Variabel bebas adalah Pengaruh Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 sedangkan Variabel terikat adalah Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Adapun indikator dari masing- masing variabel adalah sebagai berikut :

6


(46)

33

Tabel 3.3

VARIABEL DAN INDIKATOR Variabel Sub Variabel

(Dimensi) Indikator Variabel

Variabel X Persepsi

Sikap Yang dapat mempengaruhi positif atau

negatifnya tanggapan yang akan diberikan seseorang.

Motivasi Hal yang mendorong seseorang mendasari

sikap tindakan yang dilakukannya.

Minat Yang mendasari kesukaan atau

ketidaksukaan terhadap obyek tersebut.

Pengalaman Masa Lalu

Dapat mempengaruhi persepsi seseorang

karena kita biasanya akan menarik

kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat atau didengar.

Harapan

Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, cenderung menolak gagasan atau ajakan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sasaran

Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan

yang akhirnya akan mempengaruhi

persepsi.

Situasi

Situasi di sekitar kita akan mempengaruhi persepsi. Sasaran yang kita lihat dalam situasi yang berbeda akan menghasilkan

persepsi yang berbeda pula.

Variabel Y Kinerja

Kesetiaan Pengabdian

Kejujuran Ketulusan

Tidak Menyalahgunakan Wewenang

Kedisiplinan Datang Tepat Waktu

Kreativitas Banyak Ide untuk Mengatasi Permasalahan

Kepemimpinan Mampu Memimpin

Prakarsa Mampu Mengambil Keputusan

Melakukan Suatu tindakan Tanggung

Jawab

Kesanggupan


(47)

34

Dua variabel di atas dapat dijelaskan bahwa indikator variable X faktor-faktor yang menentukan persepsi Perangkat Desa yaitu:7 sikap, motivasi, minat, pengalaman masa lalu, harapan, sasaran, situasi. Sedangkan indikator variabel Y aspek-aspek kinerja Perangkat Desa yaitu:8 kesetiaan, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, prakarsa, tanggung jawab.

Asumsi dari penelitian ini akan terjadi adanya pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yang akan menentukan apakah persepsi mengenai tanah bengkok tersebut dapat mempengaruhi kinerja Perangkat Desa atau tidak mempengaruhi kinerja Perangkat Desa. Dengan demikian kinerja Perangkat Desa akan dipengaruhi oleh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok.

D. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Kualitatif adalah jenis data yang berbentuk kata-kata dan tindakan.9 data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung. Adapun yang termasuk dalam data kualitatif dalam penelitian ini adalah konsep Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok dan konsep

7

Setiadi,Perilaku Konsumen(Jakarta: Prenada Media, 2003), 164.

8

Hasibuan,Manajemen Dasar…,95.

9


(48)

35

Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, Tanah Bengkok.

2. Data kuantitatif adalah data yang bisa dilambangkan dengan angka. Adapun yang termasuk dalam data kuantitatif dalam penelitian ini, seperti nilai hasil angket yang telah diisi oleh responden, jumlah Perangkat Desa, maupun jumlah responden di tiap Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.10Adapun yang termasuk dalam data primer ini adalah nilai hasil angket yang langsung didapatkan dari responden.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.11 Sehingga sumber data ini bersifat penunjang dan melengkapi data primer. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, seperti literature atau buku dan data-data yang berkaitan dengan yang berasal dari internet maupun jurnal.

10

Syaifuddin Azwar,Metode Penelitian(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 91.

11


(49)

36

E. Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, seperti wawancara dan kuesioner. Hal ini dikarenakan dalam observasi dilakukan proses-proses pengamatan guna penelitian yang khususnya berkaitan dengan perilaku manusia.12

Alasan penulis menggunakan observasi adalah untuk menyajikan gambaran nyata kinerja perangkat desa Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo mengenai persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Observasi diperoleh langsung dari pengamatan penulis terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

2. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.13 Penggunaan angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014, bagaimana kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo dan seberapa besar pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014

12

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian…, 145.

13Ibid


(50)

37

terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, dengan cara memberikan daftar pernyataan tertulis kepada responden lalu diisi oleh responden dan pada akhirnya hasil angket tersebut dikuantitatifkan berupa angka. Hasil angket didapatkan dari responden yang dalam hal ini adalah Perangkat Desa yang meliputi Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, Kasi Bang, Kasi Tramtib, Kasi Kesra, Kasi Yanmu dan BPD Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis. Penggunaan dokumentasi pada penelitian ini untuk memperoleh kevalidan data dan mengukur kelayakan data untuk mengetahui persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Hal-hal yang berkaitan dengan dokumentasi adalah seperti, profil Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, Jumlah Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo yakni 298 Perangkat Desa, maupun literatur yang semuanya didapatkan dari berbagai sumber mulai dari internet maupun berbagai literatur yang menunjang.

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial.

1. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul


(51)

38

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.14Penggunaan analisis data dengan statistik deskriptif guna menjawab rumusan masalah pertama dan kedua, yakni Bagaimana persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014 di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 dan bagaimana kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.

2. Statistik inferensial mempunyai pengertian sebagai teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.15 Penggunaan statistik inferensial digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, yakni seberapa besar pengaruh persepsi Perangkat Desa terhadap kinerjanya di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa no 6 tahun 2014.

Lebih lanjut, penggunaan statistik inferensial akan digunakan melalui tahapan awal, yakni dengan pengumpulan data atau angket untuk menentukan skor responden sesuai penskoran yang ditentukan. Selanjutnya menjumlahkan skor tersebut. Dalam menentukan skor (deskriptif persentase) digunakan cara: Pilihan Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Pilihan Setuju (S) diberi skor 3, Pilihan Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, dan Pilihan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.

14

Sugiyono,Metode Penelitian…,147.

15


(52)

39

Selanjutnya, data yang diperoleh dari angket dianalisis melalui beberapa tahapan, yakni: Mengelompokkan data sesuai variabelnya. Membuat tabulasi data, dan selanjutnya diolah dengan menggunakan komputerisasi SPSS versi 16,0.

Metode yang digunakan untuk menjawab seberapa besar pengaruh persepsi perangkat desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja perangkat desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015, peneliti menggunakan Teknik Analisa Regresi Linier Sederhana. Teknik ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel apabila data dua variabel berbentuk interval dan ratio, dan sumber data dari dua variabel tersebut sama.16 Hasil output SPSS dari analisis teknik regresi linier sederhana nantinya meliputi, Descriptive Statistic, Correlation, Coefficients, danModel Summary.

Descriptive Statistic digunakan untuk melihat nilai rata-rata atau mean dari setiap variabel X dan variabel Y. Correlation digunakan untuk melihat seberapa jauh tingkat hubungan diantara variabel X terhadap variabel Y yang kemudian dikonsultasikan dengan tabel pedoman interpretasi koefisien korelasi, seperti yang di bawah ini:

16

Abdul Muhid,Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS for Windows


(53)

40

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien dan Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80–1,000 0,60–0,799 0,40–0.599 0,20–0,399 0,00–0,199

Sangat Kuat Kuat

Cukup Kuat Rendah

Sangat Rendah

Coefficientsdigunakan untuk menguji signifikansi hubungan maupun menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Model Summarydigunakan untuk melihat berapa persen tingkat pengaruh antara variabel X tentang persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap variabel Y mengenai kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.


(54)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis KecamatanWaru Kabupaten Sidoarjo1

Kecamatan Waru merupakan daerah perbatasan antara Sidoarjo selatan dengan Surabaya dan merupakan daerah yang mengalami perkembangan pesat. Selain letaknya yang strategis, dengan adanya berbagai potensi seperti di sektor industri, perdagangan serta usaha kecil dan menengah daerah serta dukungan sumber daya manusia (SDM) yang memadai, maka Kecamatan Waru menjadi salah satu daerah strategis bagi perkembangan perekonomian.

Luas wilayah Kecamatan Waru adalah 3.032 Hektare dengan ketinggian rata-rata 5 m dpl, di mana sebagian besar merupakan tanah kering (2450,67 Ha) dan tanah sawah seluas 581,58 Ha. Kecamatan Waru terdiri dari 17 desa dengan klasifikasi desa swasembada, merupakan daerah penyangga karena terletak di perbatasan Sidoarjo-Surabaya. Ke-17 desa tersebut mencakup 144 RW dan 767 RT, dimana beberapa RT mengalami pemekaran karena pesatnya perkembangan penduduknya. Adapun batas-batas wilayah kecamatan waru adalah:

Sebelah Utara : Kota Surabaya

Sebelah TImur : Kecamatan Sedati

Sebelah Selatan : Kecamatan Gedangan

Sebelah Barat : Kecamatan Taman

1


(55)

42

Karena merupakan perbatasan antara Surabaya dan Sidoarjo, maka banyak tumbuh lokasi-lokasi perumahan dan industri baru yang berdampak pada kurangnya lahan-lahan pertanian. Kondisi ini antara lain disebabkan semakin berkurangnya lahan-lahan untuk sektor pertanian.

2. Struktur Organisasi Kecamatan Waru

B. Karakteristik Responden

Responden yang menjadi fokus pada penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan berbagai macam karakteristik, seperti, jenis kelamin, usia, agama, tingkat pendidikan, penghasilan tiap bulan serta jabatan Perangkat Desa. Lebih

Camat Warsidi S. Sos

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretariat Masrani S. Sos

Sub Bagian Program dan Keuangan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian SEKSI Tata Pemerintahan H. Hadriyansyah SEKSI Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial Muhammad Isak SP.

MP SEKSI Ketentraman dan Ketertiban Umum Syarifuddin S.Sos SEKSI Pertanahan dan Pengelolaan SDA H. Surya Darma


(56)

43

jelasnya dari berbag beberapa diagram ling

Karakte

Berdasarkan diag responden ini bila dikl responden berjenis ke

Kar

Berdasarkan diag responden bila diklasi

43

bagai karakteristik responden tersebut akan di ingkaran dibawah ini:

Gambar 4.1

teristik Responden Berdasarkan Jenis Kelam

diagram lingkaran di atas, dapat diketahui diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin terdi s kelamin pria dan 3 (4%) perempuan.

Gambar 4.2

arakteristik Responden Berdasarkan Usia

diagram lingkaran di atas, dapat diketahui klasifikasikan berdasarkan usia terdiri dari 31 (42

Pria 96% Perempuan 4%

Jenis Kelamin

<20 Tahun 0% 20-29 Tahun 0% 30-39 Tahun 16% 40-49 Tahun 42% >50 Tahun 42%

Usia

43

n disajikan dalam

lamin

hui bahwa jumlah rdiri dari 72 (96%)

hui bahwa jumlah (42%) responden


(57)

44

berusia 40-49 tahun responden berusia

30-Karakterist

Pada diagram li responden didominasi Tinggi dengan jumla mengenyam bangku p

Karakt Tidak Sekolah 0% Perguruan Tinggi 36% 9% 24% 4%

Penghasilan Responden

44

hun dan 32 (42%) responden berusia >50 tahun 30-39 tahun, sedangkan yang berusia <20 dan 20

Gambar 4.3

istik Responden Berdasarkan Tingkat Pend

lingkaran di atas, dapat dilihat bahwa ting nasi oleh lulusan SLTA 48 (64%) Kemudian lul lah 27 (36%) sedangkan tamat SLTP, SD da ku pendidikan tidak ada sama sekali.

Gambar 4.4

akteristik Responden Berdasarkan Penghasil SD 0% SLTP 0% SLTA 64% Perguruan Tinggi 36%

Tingkat Pendidikan

25% 38% 4%

Penghasilan Responden

<Rp. 1.500.000

Rp. 1.500.000-Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 2.500.000 Rp. 2.500.000 - 3.000.000 >Rp. 3.000.000

44

hun dan 12 (16%) n 20-29 tidak ada.

didikan

ingkat pendidikan lulusan Perguruan dan tidak pernah

asilan

<Rp. 1.500.000

Rp. 1.500.000-Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 2.500.000 Rp. 2.500.000 - 3.000.000 >Rp. 3.000.000


(58)

45

Karakteristik responde penghasilan rata-rata dilihat 28 (38%) responde 19 (25%) responden (24%) Rp. 2.500.000 3 (4%) responden mem

Karak

Pada diagram ling responden didominasi meliputi BPD, Ketua Sekretaris Desa 10 (13%

48%

45

esponden pada penelitian ini juga bisa dil ta tiap bulan responden. Pada diagram lingkara sponden mempunyai penghasilan Rp. 1.5000.000 sponden mempunyai penghasilan kurang dari Rp. p. 2.500.000 - 3.000.000, 7 (9%) Rp. 2.000.000–2.500.000, , da

empunyai penghasilan lebih dari Rp. 3.000.000 t

Gambar 4.5

arakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

lingkaran di atas dapat dilihat bahwa jabatan nasi oleh Kepala Desa 14 (19%), kemudian la

tua RT, Ketua RW, Kasi Trantib, Kasi K 10 (13%), Kasun 12 (16%) dan Bendahara Desa 3 (

19% 13% 4% 16% 48%

Jabatan Responden

45

dilihat pada segi karan di atas, dapat 1.5000.000 –2.000.000, p. 1.500.000, 18 2.500.000, , dan sisanya p. 3.000.000 tiap bulannya.

an

tan yang menjadi lai-lain 36 (48%) Kesra, kemudian 3 (4%). Kepala Desa Sekretaris Desa Bendahara Desa Kasun Lain-lain


(59)

46

C. Penyajian Data & Pengujian Hipotesis

1. Analisis tentang Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa no 6 tahun 2014.

Penyajian data yang pertama peneliti sajikan adalah tentang Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 pasca UU Desa No 6 tahun 2014. Dalam penyajian ini, nantinya akan diketahui jumlah responden yang mempunyai persepsi yang baik atau tidak. Lebih lanjut, dalam mengetahui persepsi Perangkat Desa, peneliti menggunakan indikator atau pertanyaan pada angket nomer 1 pada kolom Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok pasca UU Desa no 6 tahun 2014 yang menyatakan “Perangkat Desa mendukung kebijakan tentang tanah bengkok menjadi kas desa”. Pada pernyataan tersebut, disediakan 4 pilihan jawaban, yakni pilihan “sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju”. Responden yang memilih “sangat setuju” berarti mempunyai persepsi yang sangat baik tentang tanah bengkok apabila responden memilih “setuju” mempunyai persepsi yang baik sedangkan untuk jawaban “tidak setuju” mempunyai arti bahwa responden mempunyai persepsi yang tidak baik dan apabila responden memilih sangat tidak setuju berarti responden meempunyai persepsi yang sangat tidak baik.

Tabel 4.1 Alat Ukur Persepsi

Pernyataan Alat Ukur

Sangat Setuju Sangat Baik

Setuju Baik

Tidak Setuju Tidak Baik


(60)

47

Adapun hasil dari persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015

NO PERSEPSI

PERANGKAT DESA RESPONDEN PROSENTASE

1. Sangat Setuju 4 5%

2. Setuju 37 50%

3. Tidak Setuju 34 45%

4. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 75 100%

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 lebih cenderung ke arah persepsi yang baik. Hal ini bisa dilihat dengan persentase pemilih yang menyatakan sangat setuju 4 (5%) selanjutnya responden yang menyatakan setuju 37 (50%) begitu juga dengan responden yang tidak setuju sebanyak 34 (45%) responden, sedangkan yang menyatakan sangat tidak setuju tidak ada (0%) responden. Selanjutnya, persepsi Perangkat Desa tersebut akan diklasifikasikan berdasarkan karakteristik responden, yakni berdasarkan jenis kelamin dan usia responden. Adapun, hasil-hasil persepsi Perangkat Desa berdasarkan karakteristik tersebut dapat dilihat di bawah ini:


(61)

48

Pria Wanita <20 Tahun

20-29 Tahun

30-39 Tahun

40-49 Tahun

>50 Tahun

Sangat Setuju 4 0 0 0 1 1 2

Setuju 36 1 0 0 4 19 14

Tidak Setuju 32 2 0 0 6 10 18

Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0

5 10 15 20 25 30 35 40


(62)

49

sangat setuju 1 responden untuk usia 30-39 tahun, 1 responden juga usia 40-49 tahun dan 1 responden untuk >50 tahun, untuk usia dibawah 20 tahun dan 20-29 tahun tidak ada satupun responden dan untuk pernyataan setuju yakni 4 responden berusia 30-39 tahun, 19 responden berusia 40-49 tahun, 14 responden berusia lebih dari 50 tahun dan usia dibawah 20 tahun dan 20-29 tahun tidak ada. Selanjutnya persepsi yang tidak baik yakni pernyataan tidak setuju 6 responden 30-39 tahun kemudian 10 responden untuk 40-49 tahun dan 18 responden lebih dari 50 tahun dan untuk usia kurang dari 20 tahun serta 20-29 tahun tidak ada sama sekali . Kemudian untuk pernyataan sangat tidak setuju yakni persepsi yang tidak baik juga tidak ada satupun responden.

Disisi lain, persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan, penghasilan, jabatan. Adapun hasil-hasil persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 berdasarkan karakteristik tersebut dapat dilihat pada beberapa tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

NO. Persepsi Perangkat Desa

TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR Tidak

Sekolah SD SLTP SLTA

Perguruan Tinggi

1. Sangat Setuju 0 0 0 2 2

2. Setuju 0 0 0 19 18

3. Tidak Setuju 0 0 0 25 9

4. Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0 0


(63)

50

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 dalam pernyataan sangat setuju 2 responden dengan tingkat pendidikan SLTA dan 2 responden dengan tingkat perguruan tinggi, sedangkan untuk tingkat pendidikan SLTP, SD dan tidak pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali tidak ada satupun responden dan untuk pernyataan setuju yakni 19 responden dengan tingkat pendidikan SLTA dan 18 responden dengan tingkat perguruan tinggi, sedangkan untuk tingkat pendidikan SLTP, SD dan tidak pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali tidak ada responden. Disisi lain pernyataan yang tidak baik yakni tidak setuju terdapat 25 responden tingkat pendidikan SLTA dan 9 responden untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi, sedangkan untuk tingkat pendidikan SLTP, SD dan tidak pernah mengenyam bangku sekolah sama sekali tidak ada, kemudian untuk pernyataan sangat tidak setuju yakni pernyataan yang tidak baik tidak ada satupun responden.

Tabel 4.4

Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok Berdasarkan Penghasilan

NO. Persepsi Perangkat Desa

PENGHASILAN < Rp. 1,5

Juta

Rp. 1,5–

2 Juta

Rp. 2–

2,5 Juta

Rp. 2,5–

3 Juta >Rp. 3 Juta

1. Sangat Setuju 1 1 1 1 0

2. Setuju 9 16 1 9 2

3. Tidak Setuju 8 11 5 9 1

4. Sangat Tidak

Setuju 0 0 0 0 0

Jumlah 18 28 7 19 3

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa persepsi Perangkat Desa yang baik mengenai tanah bengkok di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo


(64)

51

tahun 2015 yakni sangat setuju berdasarkan penghasilan 1 responden berpenghasilan kurang dari Rp. 1,5 Juta, 1 responden berpenghasilan Rp. 1,5-2 Juta, 1 responden penghasilan Rp. 2-2,5 Juta dan 1 responden berpenghasilan Rp. 2,5-3 Juta untuk responden berpenghasilan lebih dari 3 Juta tidak ada, dan untuk pernyataan setuju yakni 9 responden berpenghasilan kurang dari Rp. 1,5 Juta, 16 responden berpenghasilan Rp. 1,5-2 Juta, 1 responden penghasilan Rp. 2-2,5 Juta, 9 responden berpenghasilan Rp. 2,5-3 Juta dan 2 responden berpenghasilan lebih dari 3 Juta. Selanjutnya persepsi Perangkat Desa yang tidak baik mengenai tanah bengkok yakni tidak setuju berdasarkan penghasilan 8 responden penghasilan kurang dari Rp. 1,5 Juta, Rp. 1,5-2 Juta 11 responden, Rp. 2-2,5 Juta 5 responden, Rp. 2,5-3 Juta 9 responden , dan penghasilan lebih dari 3 Juta hanya 1 responden saja. Berikutnya pernyataan sangat tidak setuju berdasarkan penghasilan responden tidak ada sama sekali.

Tabel 4.5

Persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok berdasarkan jabatan

NO. Persepsi Perangkat Desa

Jabatan Perangkat Desa Kepala Desa Sekretaris

Desa

Bendahara

Desa Kasun Lain-lain

1. Sangat Setuju 1 0 0 0 3

2. Setuju 7 5 1 8 18

3. Tidak Setuju 7 4 2 4 15

4. Sangat Tidak

Setuju 0 0 0 0 0

Jumlah 15 9 3 12 36

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa persepsi Perangkat Desa yang baik mengenai tanah bengkok apabila diklasifikasikan berdasarkan jabatan dengan pernyataan sangat setuju Kepala Desa 1 responden dan 3 responden lain-lain (Ketua RT, Ketua RW, BPD, Kasi Tramtib) sedangkan Sekretaris Desa,


(65)

52

Bendahara Desa dan Kasun tidak satupun responden. Untuk pernyataan setuju persepsi yang baik juga Kepala Desa 7 responden, Sekretaris Desa 5 responden, Bendahara Desa 1 responden, Kasun 8 responden, lain-lain 18 responden (Ketua RT, Ketua RW, BPD, Kasi Tramtib, Kasi Bang, Kasi Yanmu). Selanjutnya persepsi Perangkat Desa yang tidak baik mengenai tanah bengkok yakni pernyataan tidak setuju sesuai jabatan yakni Kepala Desa 7 responden, Sekretaris Desa 4 responden, Bendahara Desa 2 responden, Kasun 4 responden, 15 responden lain-lain (Ketua RW, Ketua RT dll) dan untuk pernyataan sangat tidak setuju tidak ada responden sama sekali.

2. Analisis Data Tentang Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015

Penyajian data yang kedua peneliti sajikan adalah mengenai kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Pada penyajian ini, nantinya akan diketahui jumlah responden yang mempunyai kinerja baik atau tidak baik. Lebih lanjut, dalam mengetahui kinerja Perangkat Desa, peneliti menggunakan indikator atau pertanyaan yang ada pada angket nomer 3 pada kolom kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 yakni “Saya tidak menyalahgunakan wewenang dalam bekerja” Pada pernyataan tersebut, disediakan 4 pilihan jawaban, yakni pilihan Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Responden yang memilih jawaban Sangat setuju dan setuju berarti mempunyai kinerja yang baik sedangkan responden yang memilih jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju berarti mempunyai kinerja yang tidak baik. Adapun hasil dari kinerja Perangkat Desa di


(1)

92

Gambar 5.10

Hasil Angket Mengenai Pemberian Kinerja yang Maksimal

8%

92%

0% 0%

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Pada tabel diagram lingkaran di atas yang didapatkan dari pertanyaan angket nomer 7 pada bagian kinerja Perangkat Desa yang membahas mengenai pemberian kinerja yang maksimal agar dapat dicontoh Perangkat Desa yang lain dapat diketahui bahwa sebagian besar responden setuju dalam memberikan kinerja yang maksimal. Hal ini bisa dibuktikan dengan sebanyak 6 responden sangat setuju dan 69 responden setuju, sedangkan pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada. Jadi, berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa Perangkat Desa selalu memberikan kinerja yang maksimal. Dan untuk menyimpulkan keseluruhan bahwa Perangkat Desa setuju tanah bengkok dimasukkan ke kas Desa kemudian kinerja Perangkat Desa juga bagus, akan tetapi hasil dari keduanya rendah dalam artian UU tidak memberikan dampak terhadap kinerja Perangkat Desa, juga persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok tidak berpengaruh terhadapkinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015.


(2)

✂ ✄

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemaparan yang telah disajikan mulai pembahasan pertama hingga akhir, bertujuan untuk menjawab ketiga rumusan masalah yang telah dikemukakan pada awal pembahasan. Adapun jawaban dari ketiga rumusan masalah serta sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Persepsi Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo mengenai tanah bengkok pasca UU Desa No 6 tahun 2014 adalah baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan alat ukur mayoritas responden memilih setuju yang berarti mempunyai persepsi yang baik dengan uraian 4 (5%) responden menyatakan sangat setuju dan 37 (50%) responden menyatakan setuju kemudian 34 (45%) responden menyatakan tidak setuju sedangkan untuk pernyataan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali.

2. Kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo ini mempunyai kinerja yang sangat baik. Hal ini bisa dibuktikan dengan alat ukur mayoritas responden memilih sangat setuju yang berarti mempunyai kinerja yang sangat baik dengan uraian 40 (53%) responden menyatakan sangat setuju dan 35 (47%) responden menyatakan setuju, adapun untuk pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada sama sekali.

3. Pengaruh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok terhadap kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 adalah


(3)

☎ ✆

Perangkat Desa mengenai tanah bengkok tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerjanya. Selanjutnya, dilakukan uji determinasi yang diperoleh nilai sebesar 0,109 yang artinya bahwa 10,9% variabel kinerja Perangkat Desa di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo tahun 2015 dipengaruhi oleh persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok dan sisanya 89,1% dipengaruhi oleh faktor lain.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya, masih terdapat faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja Perangkat Desa selain tanah bengkok, maka diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan melibatkan faktor-faktor yang belum diteliti.

2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti Kecamatan yang lain sebagai objek penelitian.

3. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan refrensi sebagai tindak lanjut penelitian lain yang relevan dan lebih spesifik tentang persepsi Perangkat Desa mengenai tanah bengkok dan kinerja Perangkat Desa.


(4)

✝ ✞

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Arikunto, Suharsimi. 1993.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, Syaifuddin. 2010. Metode Penelitian,Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ilyas, Yaslis. 2002. Kinerja Teori Penilaian dan Penelitian Edisis Revisi

Jakarta:Fekom UI

J Setiadi, Nugroho. 2003.Perilaku Konsumen, Jakarta: Prenada Media

Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Penerbit Kencana Prenda Media Grup

Muhid, Abdul. 2012. Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS for Windows, Surabaya: Zifatama Publishing

Moeloeng, Lexy J. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya

Prabu Mangkunegara, A.A Anwar. 2006. Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Refika Aditama

Rahman Shaleh, Abduh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi suatu pengantar dalam perspektif islam, Jakarta: Kencana

Rukminto Adi, Isbandi. 2003. Pemberdayaan, Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, Jakarta:FE UI

Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: PT Gramedia Utama

S.P. Hasibuan, Malayu. 2006. Manajemen Dasar, pengertian dan masalah, Jakarta: PT Prestasi kerja karyawan

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Thoha, Miftah. 2005. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Umar, Husein. 1996. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


(5)

✟6

Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi umum, Yogyakarta: Andi, CV. Andi Offset

Wibowo. 2007.Manajemen Kinerja, Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada

Wirawan Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Sosial Individu dan teori-teori cetakan ke 3,Jakarta: Balai Pustaka

PP-72-2005-Tentang-Desa

PP-43-2014-Tentang-Desa

Skripsi

Silvia Kumalasari. “Kajian Yuridis terhadap pengelolaan tanah bengkok sebagai salah sumber pendapatan desa berdasarkan UU No 6 tahun 2014 tentang

desa”, Skripsi tidak diterbitkan (Semarang: Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2014).

Siyam Kurnianingsih. “Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perangkat Desa dalam Memberikan Pelayanan Umum di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan”, Skripsi tidak diterbitkan (Tegal: Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Pancasakti Tegal, 2011).

Yanda Nandaru Putra.“Persepsi Masyarakat tentang Kinerja Aparatur Pemerintah Desa dalam Memberikan Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga di Desa

Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”, Skripsi tidak diterbitkan (Semarang: Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Negeri Semarang, 2012).

Ary Anggraito Tobing. “Eksistensi Tanah Bengkok Setelah Berubahnya Pemerintahan Desa Menjadi Kelurahan di Kota Salatiga”, Tesis tidak

diterbitkan (Semarang: Prodi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, 2009).

Sumber Internet:

http://semarang.solopos.com/2015/02/02/pengelolaan-tanah-bengkok-perangkat-desa-berharap-tetap-bisa-kelola-tanah-bengkok-573331

http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_bengkok diakses pada 15 April 2015 12:17

http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/233159/ratusan_kades_sidoarjo_dem o_tuntut_kesejahteraan.html diakses kamis 21 mei 2015 07:22


(6)

✠ ✡

http://www.solopos.com/2015/04/10/gagasan-remunerasi-pengganti-tanah-bengkok-592285 diakses kamis, 21 mei 2015 13:46

http://beritapatroli.com/kades-dan-perangkat-desa-akan-kehilangan-aset-pengelolaan-tanah-bengkok.html diakses rabu, 20 mei 2015 13:05 http://id.m.wikipedia.org/wiki/tanah-bengkok diakses selasa 09 juni2015 10:02

http://mataairradio.com/teknologi/kades-dan-perangkat-desa-kembali-pertanyakan-tunjangan diakses minggu 14 juni 2015 13:59

http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/19/kot27.htm diakses minggu 14 juni 2015 15:23


Dokumen yang terkait

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Fasilitas Publik Di Kabupaten Karo Di Era Otonomi Daerah (Sektor Pendidikan Dasar 9 Tahun)

3 75 84

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemakaian Gigitiruan Di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Februari 2010

3 35 78

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN TANAH BENGKOK DI DESA SEPANYUL, KECAMATAN GUDO, KABUPATEN JOMBANG

0 9 130

NASKAH PUBLIKASI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KAS DESA Pengelolaan Dan Pemanfaatan Tanah Kas Desa Oleh Perangkat Desa (Ex-Tanah Bengkok)(Studi Kasus di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi).

0 5 16

PENDAHULUAN Pengelolaan Dan Pemanfaatan Tanah Kas Desa Oleh Perangkat Desa (Ex-Tanah Bengkok)(Studi Kasus di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi).

0 6 10

SKRIPSI Pengelolaan Dan Pemanfaatan Tanah Kas Desa Oleh Perangkat Desa (Ex-Tanah Bengkok)(Studi Kasus di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi).

3 12 15

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA UDANG WINDU DI DESA TAMBAK OSO, KECAMATAN WARU, KABUPATEN SIDOARJO.

1 3 101

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEPALA DESA DALAM PENGELOLAAN TANAH BENGKOK DI DESA KETRO KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN.

0 0 3

PENGARUH PERSEPSI PEMILIH PEREMPUAN PADA IDA ASTUTI (TAN MEI HWA) SEBAGAI CALON WAKIL BUPATI SIDOARJO TERHADAP KEBERPIHAKAN PEMILIH PEREMPUAN DI DESA TROPODO KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO DALAM PEMILU KEPALA DAERAH SERENTAK 2015.

0 0 161

TRADISI SLAMETAN KEMATIAN DI DESA PEPELEGI KECAMATAN WARU KABUPATEN SIDOARJO.

1 5 85