Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gong Kayu Rote T1 852004003 BAB V

BAB V
PENUTUP

Secara umum musik tradisional Rote menggunakan pola ritmik dan melodik
yang

relatif

sederhana

namun

dimainkan

berulang-ulang

dengan

menggunakan improvisasi bebas yang tetap mempertahankan tanda sukat
semula. Secara visual notasi pola ritmik dan melodik yang digunakan terlihat
hampir sama antara musik tarian yang satu dengan yang lain. Tetapi secara

auditif, para praktisi musik dan penari tradisional Rote memahami betul
perbedaan antara satu musik dengan musik lainnya. Hal yang mengagumkan
dari musisi Rote adalah walaupun hampir keseluruhan musik tradisional Rote
tersebut tidak tertulis, namun mereka mampu mengingat dan memainkan
begitu banyak ragam jenis yang ada secara akurat.
Penelitian ini sendiri walaupun relatif masih bersifat embrional, namun
diharapkan dapat mendorong para peneliti lainnya untuk melanjutkan
penelitian secara lebih ekstensif sehingga menghasilkan dokumentasi gong
kayu Rote yang lebih lengkap. Hanya melalui pendokumentasian karya-karya
ini sajalah generasi Rote mendatang dan para musisi di luar Rote dapat
mempelajari karya-karya anak bangsa ini tanpa harus khawatir akan
kepunahannya.
Siagian menuturkan, “Musik Indonesia justru unik oleh karena prinsip
perkembangan lisan yang lebih luas (bahkan emosional atau penuh dengan rasa)
daripada prinsip Barat yang literal (tertulis), dan justru oleh karena itu terbatas pula

37

(pengutamaan pendekatan rasional)”.1 Memahami dan menguasai musik
tradisional suku Rote tidak cukup jika hanya melalui rekaman-rekaman

tertulis atau meniru melalui rekaman-rekaman audio visual yang ada.
Seseorang harus terlibat secara langsung dalam kegiatan ini untuk memahami
suasana dan berbagai perasaan yang terdapat dalam permainan musik Rote.
Pemahaman tentang hal-hal yang tidak tampak melalui indera-indera dalam
tubuh manusia inilah yang menentukan perkembangan seseorang dalam
mempelajari musik tradisional Rote.
Untuk lebih mendalami hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan dan
kesenian Rote, seseorang perlu juga mempelajari berbagai hal terkait
kebudayaan

dan

kesenian

Rote

dari

narasumber


yang

benar-benar

memahaminya. Berbagai hal tersebut antara lain, penghormatan terhadap
orang tua, keluarga-keluarga yang lain, hubungan kekerabatan, tingkah laku,
sistem kepercayaan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang berlaku dalam
kebudayaan Rote.2
Tiga unsur utama dalam kesenian Rote, yaitu tarian, sastra, dan musik
merupakan suatu kesatuan. Kesatuan ini bersifat sakral. Orang yang dengan
sengaja melakukan tindakan tidak jujur dalam tiga unsur ini ketika
dilaksanakan dalam suatu upacara adat akan mendapat sangsi berat.
Meskipun saat ini kesakralan kesenian ini secara perlahan terkikis oleh

1

Rizaldi Siagian, “Dalam Keanekaragaman Musik Indonesia Menduduki Posisi Khas”, Kompas,
16 Januari 1993.
2


Berdasarkan Hargreaves, David J. dan North, Adrian C., ed., “The Social Psychology of Music”,
(Oxford : University Press), 150

38

perkembangan jaman, namun kesakralan kesenian ini tetap layak untuk
dipertahankan.
Memang tidak mudah melakukan penelitian ini. Berbagai kendala dihadapi
selama proses pelitian ini, seperti sulitnya menemukan narasumber yang
kompeten dalam kesenian Rote, secara khusus instrumen gong kayu rote.
Selain itu penulis juga menemukan adanya kesulitan memahami istilah-istilah
dalam kesenian Rote yang tidak mudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris. Dalam beberapa hal komunikasi dengan
narasumber seringkali terhambat karena keterbatas narasumber dalam
memahami beberapa istilah teknis dalam musik Barat yang menjadi
latarbelakang penulis.
Namun atas kerjasama yang baik oleh narasumber dan dukungan secara
moral dan material oleh berbagai pihak, penelitian ini berhasil diselesaikan
dengan baik dan dilaporkan pada Fakultas Seni Pertunjukan Universitas
Kristen Satya Wacana sebagai pihak yang berwenang dalam penelitian ini.


39