KOMUNIKASI PEGAWAI KUA DENGAN MEMPELAI : STUDI DI KUA KECAMATAN WONOKROMO KOTA SURABAYA.

(1)

KOMUNIKASI PEGAWAI KUA DENGAN MEMPELAI (Studi di KUA Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi ( S.I.Kom ) Dalam Bidang ilmu komunikasi

Oleh :

Achmad Miftachuddin Chaq NIM : B06211001

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Achmad Miftachuddin Chaq, B06211001, 2015. Komunikasi Pegawai dengan Calon Mempelai Studi di KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Pegawai

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat rumusan masalah, yaitu: Bagaimana proses komunikasi pegawai KUA kepada calon mempelai, dan Bagaimana pesan komunikasi Pegawai KUA dengan calon mempelai. Metode penelitian yang digunakan untuk mengungkap persoalan diatas dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif agar mendapatkan pemahaman secara umum tentang komunikasi pegawai KUA dengan mempelai dengan data-data yang bersifat deskriptif berdasarkan hasil wawancara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi pegawai KUA dengan mempelai. Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi secara mendalam tentang persoalan yang diangkat dan kemudian dianalisis dengan metode analisis kualitatif. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa : (1)proses komunikasi Pegawai KUA baik dalam hal penyampaian pesan serta kedisplinan dalam memberi kesan awal pada calon mempelai bagus, (2)pesan yang diberikan dalam hal keuangan langsung membayar ke pihak bank jadi tidak terdapat gratifikasi di dalam KUA sekarang ini. Bertitik tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pegawai KUA Kecamatan Wonokromo, (1)Penghulu hendaknya berkomunikasi gunakanlah komunikasi yang efektif dan bersifat tidak monoton, (2)masyarakat juga harus memahami pesan penghulu mengingat pentingnya pesan tersebut karena KUA bukanlah pihak pemerintahan yang secara mandiri ditugasi untuk mengawal pernikahan.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... PERSETUJUAN PEMBIMBING ... PENGESAHAN TIM PENGUJI ... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

i ii iii iv v vi viii ix xi xii

BAB I : PENDAHULUAN

----A. Latar Belakang ... ----B. Rumusan Masalah ... ----C. Tujuan Penelitian ... ----D. Manfaat Hasil Penelitian ... ----E. Penelitian Terdahulu ... ----F. Definisi Konsep Penelitian ... 1. Komunikasi... 2. Pesan... 3. Proses Komunikasi... 4. Pegawai Kantor Urusan Agama... 5. Calon Mempelai... ----G. Kerangka Pikir Penelitian ... ----H. Metode Penelitian ... 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 3. Jenis dan Sumber Data... 4. Tahap-tahap Penelitian ... 5. Teknik Pengumpulan Data... 6. Teknik Analisis Data ... 7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... ----I. Sistematika Pembahasan ...

1 3 3 3 3 4 4 6 6 7 9 11 13 13 14 16 17 18 19 20 21


(7)

BAB II : KAJIAN TEORITIS

----A. Kajian Pustaka ... 1. Proses Komunikasi... 2. Pesan Dalam Komunikasi... 3. Komunikasi Verbal Dan Non Verbal... 4. Pengertian Komunikasi Interpersonal... 5. Faktor Pengaruh Komunikasi Interpersonal…... 6. Pegawai Kantor Urusan Agama... ----B. Kajian Teori Interaksi Simbolik...

23 23 24 27 32 35 38 40

BAB III : PENYAJIAN DATA

----A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 1. Subyek ... 2. Obyek ... 3. Lokasi Penelitian ... a. Sejarah... b. Visi misi... ----B. Deskripsi Data Penelitian ...

1. Deskripsi proses komunikasi Pegawai KUA Kecamatan

Wonokromo dengan mempelai... 2. Deskripsi pesan komunikasi Penghulu KUA kecamatan

Wonokromo... 50 50 53 54 54 59 59 60 66

BAB IV : ANALISIS DATA

----A. Temuan Penelitian ... 1. Kemampuan pegawai dalam menghasilkan komunikasi efektif

dalam Proses Komunikasi pegawai KUA dengan mempelai Kelurahan Ngagelrejo Kecamatan Wonokromo Surabaya... ----B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori ...

73

73 83

BAB V : PENUTUP

----A. Simpulan ... ----B. Rekomendasi ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

88 89


(8)

DAFTAR TABEL


(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis,yang bermakna umum atau bersama-sama.1 Dalam melakukan komunikasi, akan ada gangguan yang terjadi saat komunikasi dilakukan, ketika melakukan komunikasi ada pihak penerima pesan,umpan balik, dan dampak komunikasi tersebut.

Pihak yang mengawali komunikasi mengirim pesan disebut pengirim (sender). Pengirim ini menjadi asal atau sumber pesan. Maka dalam bahasa Inggris disebut source (sumber). Pengirim adalah orang yang masuk ke dalam hubungan, baik intrapersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang lain, dalam kelompok kecil (small group) maupun kelompok besar (mass).2

Sebelum masuk ke dalam proses komunikasi dengan orang lain, didalam pikiran pengirim terjadi semacam rangsangan atau stimulus. Rangsangan itu dapat terjadi karena faktor diluar dirinya maupun karena hasil pengolahan isi pikiran yang ada di dalam benaknya. Peristiwa rangsangan dan pengolahan isi di dalam pikiran itu menimbulkan kebutuhan pada diri pengirim dan mendorongnya untuk menyampaikan perasaan atau gagasannya kepada orang lain. Sebelum mengirim pesan, terlebih dahulu pengirim mengemasnya dalam bentuk yang dirasa sesuai dan dapat diterima serta dimengerti oleh penerima.3

1

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta,Grasindo,2004) hal.5 2

Franz-josef eiler, berkomunikasi dalam pelayanan dan misi, (Jogyakarta: Kanisius, 2008), hal.18 3

Agus M. Hardjana, komunikasi intrapersonal dan interpersonal, (Jogyakarta: Kanisius, 2007), hal.13


(11)

2

Faktanya kini peraturan pemerintah telah memudahkan serta mencegah terjadinya gratifikasi di KUA. Informasi dari KUA menyatakan, dulu saat keuangan dibawa oleh masing masing KUA, dapat menjadi ancaman bagi pegawai KUA. Wartawan datang untuk menanyakan keuangan, lalu banyak fitnah yang berkembang di masyarakat serta benar adanya gratifikasi di beberapa KUA. Sekarang sudah lebih transparan dan menguntungkan pihak KUA karena langsung dikirim masing masing mempelai ke bank negara sehingga KUA tidak lagi jadi sorotan publik maupun wartawan yang memanfaatkan kondisi tersebut.

Pegawai KUA adalah subjek penelitian yang mana pegawai adalah sumber yang valid dalam menemukan model komunikasi pegawai KUA dengan para calon mempelai. Disebutkan oleh Yusuf sebagai mempelai bahwa calon mempelai tidak segera menikah karena tingginya biaya pernikahan sehingga berdampak pada banyaknya pemuda yang lama berpacaran dari pada segera melangsungkan pernikahan.

Pegawai KUA di wilayah Kecamatan Wonokromo belum memberikan suscatin sebagai proses komunikasi ke anak usia SMA harusnya melakukan sosialisasi tentang pentingnya menikah. Para pegawai juga harus melakukan pelayanan dengan baik sehingga calon mempelai akan merasa lebih dihargai.

Pendidikan pernikahan SUSCATIN (kursus calon pengantin) ke anak usia SMA, melalui program “KUA go to School” bertujuan agar jika melakukan pernikahan, sudah tau banyak tentang tata cara menikah dan juga cara menjalin hubungan pernikahan dengan lawan jenis yang berhubungan dengan cara berkomunikasi yang baik dalam keluarga.


(12)

3

B. Rumusan Masalah dan Fokus penelitian

1. Bagaimana proses komunikasi pegawai KUA dengan calon mempelai?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses komunikasi antara pegawai KUA Kecamatan Wonokromo dengan calon mempelai.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya. Sebagai bahan referensi mahasiswa Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang ingin mengetahui Komunikasi Pegawai KUA Kecamatan Wonokromo dengan calon mempelai.

2. Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak KUA Kecamatan Wonokromo untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat.

E. Penelitian Terdahulu

Zoeke Setiawan, Skripsi berjudul “Gaya Komunikasi Penghuni Panti Asuhan Dengan Masyarakat Gogor Wiyung Surabaya. Pada skripsi ini memuat mengenai gaya komunikasi, sedangkan peneliti sekarang meneliti tentang komunikasinya saja, bukan terfokus pada gaya. Penelitian terdahulu tentang penghuni panti asuhan, sedangkan penelitian sekarang tentang pegawai KUA dengan calon mempelai.

Sama-sama mengenai komunikan dan komunikator tetapi perbedaannya ada pada yang diteliti. Jika yang dulu tentang gaya komunikasi sekarang lebih


(13)

4

pada komunikasinya. Bisa pada proses,pesan,media atau yang lainnya. Untuk kali ini peneliti memfokuskan pada proses komunikasi dan pesan komunikator kepada komunikan sesuai dengan rumusan masalah yang ada.

F. Definisi Konsep Penelitian

1. Komunikasi

Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.4

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain.5 Tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi : pentransferan makna di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekedar menanamkan makna tetapi harus juga dipahami.6

Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.7 Komunikasi adalah

4

Efendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), hal.29 5

Tommy suprapto, pengantar teori dan manajemen komunikasi, (Jogyakarta: Medpress, 2009), hal.155

6

Widjaja, komunikasi dan humas, (jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.11 7


(14)

5

proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain.

Fungsi komunikasi adalah komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh karyawan, komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah standar.

Pengungkapan emosional bagi banyak karyawan kelompok kerja merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas oleh karena itu komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan social dan Informasi.8 Dari beberapa literature dapat digolongkan ada tiga pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian secara etimologis, terminologis, dan paradigmatis.9

Dalam komunikasi pegawai dengan calon mempelai peneliti mencari data tentang proses dan pesan. Sebuah komunikasi mempunyai beberapa faktor terjadinya komunikasi, sebuah proses komunikasi terdapat pesan yang disampaikan oleh komunikator dan pesan balik yang

8

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2007/12/komunikasi-arti-fungsi-dan-bentuk.html (5 juli 2015;12.00)

9

Drs. Tommy Suprapto, M.S., Pengantar teori dan management komunikasi, (Yogyakarta,MedPress,2009), Hal.7


(15)

6

disampaikan oleh komunikan. Setelah proses komunikasi terbangun maka akan ada hasil atau efek dari komunikasi tersebut.

2. Pesan

Onong Effendy menyatakan bahwa pesan adalah: “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”.

Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu adalah “produk fiktif yang nyata yang dihasilkan oleh sumber–encoder”. Kalau berbicara maka“pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. Pesan dapat dimengerti dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud pesan.

Pasti dalam sebuah komunikasi akan ada pesan yang disampaikan oleh komunikan kepada komunikator, kalau dalam penelitian ini pegawai akan menyampaikan pesan seputar pernikahan yang berguna bagi mempelai untuk menjalankan proses pernikahan, sebelum menikah maupun setelah menikah.

3. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).


(16)

7

Proses komunikasi termasuk juga suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Saat mempelai melakukan proses komunikasi dengan pegawai KUA, disinilah terjadi interaksi komunikasi. Jika tidak ada proses komunikasi maka hal tersebut belum dapat dinyatakan sebagai komunikasi. Setelah melakukan proses komunikasi maka akan ada hasil komunikasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mempelai dan pegawai dalam menentukan yang akan dilakukan dalam pernikahan. 4. Pegawai Kantor Urusan Agama

Pihak yang melaksanakan tugas sebagai perangkat organisasi10 dan bekerja untuk melayani masyarakat di Kantor Urusan Agama kecamatan setempat. Berdasarkan pasal 3 PMA No. 11 Th. 2007 dapat diambil pengertian bahwa tugas Penghulu dan Pembantu PPN: Mewakili PPN dalam pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan, setelah mendapat mandat dari PPN.

Namun terdapat perbedaan yang tegas antara Pembantu PPN di Jawa dan Luar Jawa dalam pelaksanaan kewenangannya.Pembantu PPN di Jawa hanya menerima dan memeriksa persyaratan peristiwa Nikah tanpa memiliki kewenangan untuk mengawasi jalannya peristiwa perkawinan yang menjadi kewenangan Penghulu. Sedangkan Pembantu PPN di luar

10

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik pemerintahan dan otonomi daerah (Jakarta,Grasindo,2005) Hal. XX (kata pengantar dari penulis)


(17)

8

Jawa memiliki kewenangan menerima, memeriksa persyaratan dan mengawasi jalannya peristiwa perkawinan.11

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan (2) UU. No.22 Th. 1946 jo. UU. No. 32 Th. 1954 menegaskan bahwa PPN (Pegawai Pencatat Nikah) bagi umat Islam harus diangkat oleh Menteri Agama atau diangkat oleh pegawai yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dalam teknis pelaksanaannya, maka:

a. Berdasarkan Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep. Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka PPN diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

b. Berdasarkan pasal 10 Peraturan Bersama Kepala BKN dan Menteri Agama R.I. No. 20 Th. 2005/No. 14 A Th. 2005 jo. pasal 21 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.:PER/62/M.PAN/6/2005 jo. Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep. Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka Penghulu diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

c. Berdasarkan pasal 3 ayat (2) dan (3) jo. Instruksi Dirjen Bimas Islam No.: DJ.II/1133 Th. 2009, maka Pembantu PPN diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota berdasarkan:

1) Usul Kepala KUA Kecamatan.

11


(18)

9

2) Rekomendasi tertulis dari Kepala Seksi Urusan Agama Islam Kantor Kementerian Agama/Kota.

3) Izin tertulis dari Dirjen Bimas Islam Kementerian R.I.

Dalam pasal 2 dan 3 PMA No. 11 Th. 2007, disebutkan tentang PPN:

a. PPN atau Pegawai Pencatat Nikah, yaitu: pejabat yang melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan. PPN dijabat oleh Kepala KUA Kecamatan. b. Penghulu, yaitu: pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil yang diberi

tugas tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.

c. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu PPN/P3N, yaitu anggota masyarakat tertentu yang diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk membantu tugas-tugas PPN di desa tertentu.12

5. Calon Mempelai

Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, mempelai adalah orang yang sedang menjadi pengantin.13 Dari buku pintar menikah, mempelai berhubungan dengan pernikahan, dalam bahasa Arab, kata zauj (pasangan) berarti suami (ba’l) dan juga istri (zaujah); yang merupakan kebalikan dari kata fard (seorang diri tanpa yang lain). Zauj berarti dua pasang, baik laki-laki maupun perempuan.

12

http://hendra-umar-penghulu.blogspot.com/2012/11/pegawai-pencatat-nikah-dan-kewenangannya.html(10juli2015)20.00

13


(19)

10

Zawaj (perkawinan atau pernikahan) adalah penyatuan suami dengan istri, atau laki-laki dengan perempuan. Sedangkan zauj adalah setiap orang yang didampingi oleh yang lain dari sejenisnya. Juga bisa berarti sesuatu dan lawannya; siang dan malam, manis dan pahit, basah dan kering, dan seterusnya.

Dalam maknah syar’iyah, zawaj (perkawinan) adalah akad yang menyebabkan bolehnya sesorang laki-laki dan wanita saling memadu kasih sesuai dengan aturan syariat. Pernikahan adalah sebuah konsepsi insani yang bersifat sosial dan kejiwaan, sedangkan kawin adalah konsepsi hewani (hubungan biologis semata). Nikah merupakan sistem sosial yang memiliki sifat langgeng serta berpegang pada neraca sosial untuk mengatur masalah seksual dan mengatur tanggung jawab bagi yang sudah sampai kesana. Dipandang sebagai “fenomena suci” atau tatanan ilahi yang dikuatkan oleh syariat langit dan kitab suci sebagai asas bagi kehidupan insani.14

Sebuah pernikahan dibangun dalam sebuah ikatan yang suci. Ia tidak hanya sekedar menyatukan dua insan yang berbeda, tapi juga menyatukan dua keluarga besar yang berbeda kultur dan budaya. Mempelai pada umumnya juga melakukan adat kebiasaan daerahnya masing-masing, contohnya: lamaran, tahlilan sebelum proses pernikahan atau adat yang lainnya. sebelum kekantor KUA, juga melalui RT, RW dan Kelurahan guna kelangkapan administrasi.15

14

Muhammad nabil, buku pintar nikah (solo, samudera, 2007), hal.25 15


(20)

11

G. Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini menggunakan kerangka pikir yakni komunikasi merupakan suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.16

Sedangkan komunikasi interpersonal mempunyai arti sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka maka dari sinilah terbentuknya komunikasi kelompok mempelajari pola-pola interaksi antar individu dalam suatu kelompok sosial yang mana membentuk sebuah kumpulan

16

Elvinaro Ardianto, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hlm.73

PRILAKU VERBAL KOM UNIKASI INTERPERSONAL

KOM UNIKASI

KOM UNIKASI INTERPERSONAL

PRILAKU NON VERBAL TEORI KOM UNIKASI

INTERAKSI SIM BOLIK

GAYA KOM UNIKASI

PENGHULU / PEGAWAI KUA DENGAN CALON M EM PELAI


(21)

12

perorangan, jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim maupun penerima.17

Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan lain sebagainya.18 Maka dari itu komunikasi adalah seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam penyampaian pesan untuk berkomunikasi. Komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapat respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.

Dari kerangka pikir yang ada diatas sesuai dengan Teori Interaksi Simbolik, Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku tersebut. Tindakan disini bisa terbuka atau tersembunyi, bisa merupakan intervensi positif dalam suatu situasi atau sengaja berdiam diri sebagai tanda setuju dalam situasi tersebut.

Menurut Weber, tindakan bermakna sosial sejauh berdasarkan makna subjektifnya yang diberikan oleh individu atau individu-individu, tindakan itu mempertimbangkan perilaku orang lain dan karenanya diorientasikan dalam penampilannya. Bagi Weber, jelas bahwa tindakan manusia pada dasarnya bermakna, melibatkan penafsiran, berpikir, dan kesengajaan. Tindakan sosial baginya adalah tindakan yang disengaja, disengaja bagi orang lain dan bagi sang

17

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, ( yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara,2008), hlm. 6 18

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm.14


(22)

13

aktor sendiri, yang pikiran-pikirannya aktif saling menafsirkan perilaku orang lainnya, berkomunikasi satu sama kain, dan mengendalikan perilaku dirinya masing-masing sesuai dengan maksud komunikasinya. Jadi saling mengarahkan perilaku mitra interaksi dihadapannya.

Karena itu, bagi Weber, masyarakat adalah suatu entitas aktif yang terdiri dari komunikasi orang-orang yang berpikir dan melakukan tindakan-tindakan sosial yang bermakna. Perilaku yang tampak hanyalah sebagian saja dari keseluruhan perilaku. Konsekuensinya adalah pendekatan ilmu alam tidak sesuai untuk menelaah perilaku individu yang bermakna sosial, karena pendekatan ilmu alam hanya mempertimbangkan gejalagejala yang tampak, tetapi mengabaikan kekuatan-kekuatan tersembunyi yang menggerakkan manusia, seperti emosi, gagasan, maksud, motif, perasaan, tekad, dan sebagainya. Alih-alih memfokuskan diri pada individu dan ciri-ciri kepribadiannya, atau bagaimana struktur sosial membentuk atau menyebabkan perilaku individu tertentu, interaksionisme simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dan arti penelitian merupakan sarana untuk pemgembangan ilmu. Setiap pengertian ilmiah di dalamnya mengandung beberapa langkah yang harus dipertimbangkan secara seksama dan dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis, karena itulah yang mempengaruhi nuansa penelitian.


(23)

14

Jenis pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif ialah sebagai titik berat pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasinya.19

Dan jenis penelitian ini adalah kualitatif, yang mana penelitian ini untuk menggambarkan, melaporkan dan menjelaskan realitas yang terjadi dengan dan pengukurannya. selain itu untuk mengetahui sikap, pendapat, opini, informasi dan keadaan tertentu. Dan bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap pernyataan orang dan pelaku yang diamati untuk diarahkan pada latar dan individu secara holistic kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan tersebut.20

2. Subyek, Objek dan Lokasi Penelitian

Subyek penelitian dalam hal ini adalah pegawai KUA yaitu penghulu yang terkait dengan lingkungan sekitar latar penelitian dan orang–orang yang ditunjuk oleh peneliti dan dianggap memiliki pengetahuan luas dan memadai terkait dengan objek penelitian dan berhubungan dengan calon mempelai yang sedang melaksanakan prosedur pranikah di KUA Kecamatan Wonokromo.

Dalam penelitian, hanya ada dua orang yang mempunyai SK sebagai penghulu. Meskipun dalam pelaksanaannya penghulu dibantu oleh

19

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, ( Bandung: rosdakarya, 1991), hlm. 25 20

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), hlm. 203


(24)

15

beberapa staf dan pembantu yaitu modin yang ada disetiap RW dalam wilayah masing-masing. Ternyata modin juga masuk dalam jajaran pegawai KUA secara tidak langsung. Terbukti modin yang ada juga mendapatkan tunjangan dari pemerintah dengan syarat mempunyai sertifikat modin yang dikeluarkan oleh dinsos terkait tugasnya sebagai pembantu penghulu. Meskipun secara SK belum mendapatkan, pada penelitian wawancara modin juga penguat dari wawancara dengan penghulu.

Tabel 1.1 Informan

NO NAMA KETERANGAN

1 Drs. H. Marfa’i Kepala KUA (Penghulu)

2 A. Faisol S.Ag Penghulu

3 Ario Paundra Permana Mempelai

4 Muhammad Yusuf Mempelai

5 Mianto Modin

6 Heri Burhanuddin Modin

7 Jalil Modin

8 Asrul Syah Hidayat Modin

Keterangan : Data pokok penelitian pada nomor 1-4, untuk 5-8 sebagai data Tambahan.

Objek penelitian ini tentang Komunikasi Pegawai KUA Kecamatan Wonokromo dengan calon mempelai. Tentang proses pranikah dan pesan apa yang diberikan kepada calon mempelai oleh pegawai KUA. mengenai administrasi dan nasihat untuk menyongsong pernikahan.


(25)

16

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Wonokromo Surabaya. Lokasi penelitian ini berada dekat dengan Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya dan tempat ini merupakan lingkungan kota sehingga masyarakat mudah mengetahuinya.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data

Jenis data pada penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer meliputi segala informasi yang berkaitan dengan penelitian, berupa wawancara dengan informan terkait yang teliti. Data sekunder yaitu segala data yang mendukung hasil penelitian berupa (dokumen instansi dan alat pengumuman publik).

b. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi sumber data primer dan sumber data sekunder. Dalam penelitian ini yang dimaksud sumber data primer adalah informan yang sudah dipilih karena dapat memberikan data terkait tujuan penelitian. Dalam memilih informan wawancara, peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sampel tersebut representatif atau mewakili populasi.

Sering disebut judgment sampling.21 Informannya yaitu :

1) Pegawai KUA Kecamatan Wonokromo yang menangani masalah pernikahan.

21


(26)

17

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data primer. Sumber data ini dipilih dengan tujuan dapat menjadi pelengkap dan pendukung sumber data primer. Data yang dicari adalah data pegawai KUA Kecamatan Wonokromo dan dokumentasi resmi lain meliputi arsip-arsip penting mengenai proses pranikah di KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya.

4. Tahap – tahap penelitian a. Tahap pra lapangan.

Tahap ini merupakan tahapan penjajakan penelitian lapangan yang mana Langkah–langkahnya adalah :

1) Menyusun rancangan penelitian.

Pada tahap ini peneliti membuat usulan berbentuk proposal penelitian dan juga menentukan planning ke depan.

2) Memilih lapangan penelitian.

Lapangan penelitian pada penelitian ini adalah lingkup KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya.

3) Mengurus perizinan.

Setelah melaksanakan seminar proposal. Kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan proposal penelitian kepada program studi ilmu komunikasi dan mendapat draft ijin penelitian yang ditulis kembali sebagai syarat ijin penelitian, setelah mendapat surat ijin penelitian dari pihak fakultas dakwah, peneliti menyerahkan kepada KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya.


(27)

18

4) Menentukan informan.

Pada tahap ini peneliti harus bisa menentukan kira-kira siapa saja yang dijadikan informan (orang-orang yang sekiranya berkompetensi untuk memberikan informasi dan faham tentang situasi dan kondisi latar penelitian).

5) Menyiapkan perlengkapan penelitian.

Hal ini penting ketika ingin melakukan wawancara, pengumpulan dokumen, foto dan sebagainya. Peneliti menyiapkan bulpoin, book note, tape recorder , video dan kaset recorder dan kamera supaya hasil wawancara tercatat dengan baik dan untuk memudahkan peneliti dalam mengingat atau ulang hasil wawancara.

b. Tahap lapangan.

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah : persiapan diri yang dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data yakni dengan wawancara.

c. Penulisan laporan.

Penulisan laporan dilakukan sebagai hasil dari penelitian yang disusun secara sistematik dan dapat dipertanggung jawabkan. 5. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview atau Wawancara Mendalam

Suatu proses memperoleh keterangan-keterangan secara mendalam mengenai suatu kejadian yang berkaitan dengan tema yang diteliti dan berbentuk tanya jawab dengan bertatap muka langsung antara peneliti


(28)

19

dengan narasumber, atau informan bisa juga disebut bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh dan menghasilkan informasi, namun demikian melakukan wawancara menjadi sebuah seni dan ilmu yang membutuhkan kecakapan, kepekaan, konsentrasi, pemahaman interpersonal, wawasan, ketajaman mental, dan disiplin22. Pada penelitian ini peneliti memperoleh keterangan secara mendalam mengenai fokus penelitian yaitu tentang komunikasi pegawai KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya. Penelitian mewawancarai informan yang telah dipilih dan mewawancarai secara mendalam. Sebelum mewawancarai informan secara mendalam maka peneliti harus mempersiapkan pertanyaan yang harus diajukan kepada informan

b. Observasi

Observasi dilakukan sebagai pengamatan dan mencatat dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.23.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Sugiono adalah menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi dengan cara menjabarkan, mengorganisasikan data kedalam kategori, mengorganisasikan, menyusun pola, memilih dan membuat kesimpulan.24

Dalam menganalisis data penulis menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif. Dalam menganalisa data ini digunakan teknik yang

22

Michael Quinn patton, metode evaluasi kualitatif, (yogyakarta:pustaka pelajar, 2009),hal. 182-184

23

Marzuki, Metode Riset (Yogyakarta: BPFE-UUI, 2000), hlm. 58. 24


(29)

20

sesuai dengan data yaitu data deskriptif. Adapun yang dimaksud deskriptif menurut pendapat Winartio Surakmat, adalah menentukan dan menjabarkan data yang ada. Misalnya tentang situasi yang dialami, kegiatan, pandangan, sikapyang nampak atau tentang satu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang meruncing dan sebagainya.

Dengan demikian data yang terkumpul, kemudian disimpulkan dan ditafsirkan, sehingga terdapat berbagai masalah yang timbul dapat diartikan dengan tepat dan jelas.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data a. Perpanjangan masa penelitian

Penelitian kualitatif membutuhkan waktu yang relative lama, jika kebutuhan data dirasa kurang maka peneliti memperpanjang keterlibatannya dalam latar penelitian untuk melengkapi data dan kroscek data.

b. Diskusi dengan teman sejawat

Diskusi ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal (data) yang belum diteliti oleh peneliti, bisa juga dijadikan sebagai tambahan tentang penjabaran data di lapangan dan sebagai pembanding antara data yang satu dengan yang lain.

c. Triangulasi

Dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari


(30)

21

berbagai pandangan, dengan kata lain peneliti dapat melakukan “ chek and recheck” temuan dengan cara membandingkan yaitu dengan :

1) Konfirmasi dengan sumber, yang mana membandingkan dengan crosscheck derajat kepercayaan.

2) Triangulasi dengan teori, sebagai penjelasan banding (rival explanations) apakah teori yang digunakan sudah cocok atau tidak dan Teori ini juga dapat diketahui apa kelebihan dan kekurangannya.25

Inilah Uraian pendekatan, bahan dan cara yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian, termasuk langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sesuaikan dengan jadwal penelitian.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penelitian ini dan guna sistematisasi dalam pembahasannya, berikut ini adalah estimasi sistematika pembahasannya, yang terdiri dari :

Bab I PENDAHULUAN.

Pendahuluan diatas meliputi: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, serta sistematika pembahasan dalam penelitian ini.

25

Zoeke Setiawan, Skripsi berjudul “Gaya Komunikasi Penghuni Panti Asuhan Dengan Masyarakat Gogor Wiyung Surabaya”(Surabaya, UIN Sunan Ampel, 2011) Hlm.22-30


(31)

22

Bab II KERANGKA TEORETIK.

Kerangka teori diatas terdiri dari: Kajian pustaka, meliputi: Komunikasi, pesan, proses komunikasi, pegawai KUA, calon mempelai. Kajian teoretik berserta penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III METODE PENELITIAN.

Membahas secara detail mengenai metode yang digunakan dalam upaya penelitian ini yang terdiri dari: pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data dan tehnik pemeriksaan keabsahan data.

Bab IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA.

Disajikan pembahasan mengenai setting penelitian, penyajian data tentang pesan tentang pernikahan serta administrasi pegawai KUA Kecamatan Wonokromo kepada calon mempelai dan juga disajikan proses komunikasi antara pegawai KUA Kecamatan Wonokromo dengan calon mempelai.

Bab V PENUTUP.

Pembahasan terakhir dalam penelitian ini. Didalamnya berisi pembahasan mengenai simpulan dari keseluruhan proses penelitian. Disamping itu, dalam bab ini juga disajikan saran yang ditujukan bagi para peneliti selanjutnya berkaitan dengan hasil penelitian ini


(32)

BAB II

KAJIAN TEORETIS A. Kajian Pustaka

1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.26 Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial,ipenulisrat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu bentuk berbentuk idea, informasi atau opini; baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi

26


(33)

24

pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

2. Pesan Dalam Komunikasi

Seperti dikatakan Watzlawiek, Beavin dan Jackson dalam Littlejohn, bahwa setiap komunikasi mempunyai aspek isi dan aspek hubungan. Aspek isi pesan berisikan apa yang dikatakan (verbal), sedang aspek hubungan berisikan bagaimana pesan diucapkan atau dikatakan melalui komunikasi non verbal. Memahami isi pesan adalah tujuan dari semua proses komunikasi. Melalui komunikasi dengan orang lain, mendapatkan pengertian yang lebih baik akan pesan-pesan yang orang lain kirim dan terima.

Komunikasi dalam kehidupan manusia terasa sangat penting, karena dengan komunikasi dapat menjembatani segala bentuk ide yang akan disampaikan seseorang. Dalam setiap melakukan komunikasi unsur penting diantaranya adalah pesan, karena pesan disampaikan melalui media yang tepat, bahasa yang dimengerti, kata-kata yang sederhana dan sesuai dengan maksud, serta tujuan pesan itu akan disampaikan dan mudah dicerna oleh komunikan.

Adapun pesan itu menurut Onong Effendy, menyatakan bahwa pesan adalah: “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”.

Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu adalah “produk fiktif yang nyata yang dihasilkan oleh sumber–encoder”.


(34)

25

Kalau berbicara maka“pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan. Pesan dapat dimengerti dalam tiga unsur yaitu kode pesan, isi pesan dan wujud pesan.

Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga bermakna bagi orang lain.

Isi pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya.Wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri, komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik akan isi pesan didalamnya.

Selain hal tersebut di atas, pesan juga dapat dilihat dari segi bentuknya. Menurut A.W. Widjaja dan M. Arisyk Wahab terdapat tiga bentuk

a. Informatif

Yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam situasi tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan persuasif.

b. Persuasif

Yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang disampaikan akan memberikan sikap berubah. Tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi


(35)

26

perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan akan tetapi diterima dengan keterbukaan dari penerima.

c. Koersif

Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi bentuk yang terkenal dari penyampaian secara inti adalah agitasi dengan penekanan yang menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif berbentuk perintah-perintah, instruksi untuk penyampaian suatu target.

Terhadap suatu pesan yang dikomunikasikan ingin mempunyai kemampuan untuk meramalkan efek yang timbul pada komunikan. Maka tidaklah mengherankan apabila dalam setiap melaksanakan penyampaian pesan tidak terlepas dari keinginan untuk menjadikan pesan itu diterima oleh komunikan. Tetapi untuk menjadikan pesan itu dapat diterima maka harus memperhatikan berbagai macam kondisi cara penyampaian dan memenuhi syarat dari suatu pesan. Wilbur Schramm menampilkan apa yang disebut “TheCondition Of Succes In Communication” yakni kondisi yang harus dipenuhi jika menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang dikehendaki.

Dengan demikian berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pesan yang disiarkan media massa bersifat umum, karena memang demi kepentingan umum, maka penataan pesannya bergantung pada media yang bersangkutan


(36)

27

3. Komunikasi Verbal Dan Non Verbal

Seperti dikatakan Watzlawiek, Beavin dan Jackson dalam Littlejohn, bahwa setiap komunikasi mempunyai aspek isi dan aspek hubungan. Aspek isi pesan berisikan apa yang dikatakan (verbal), sedang aspek hubungan berisikan bagaimana pesan diucapkan atau dikatakan melalui komunikasi non verbal. Memahami isi pesan adalah tujuan dari semua proses komunikasi. Melalui komunikasi dengan orang lain, mendapatkan pengertian yang lebih baik akan pesan-pesan yang orang lain kirim dan terima.

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Setiap bahasa memiliki aturan-aturan yaitu:

1) Fonologi: cara bagaimana suara dikombinasikan untuk membentuk kata.

2) Sintaksis: cara bagaimana kata dikombinasikan hingga membentuk kalimat.

3) Semantik: arti kata.

4) Pragmatis: cara bagaimana bahasa digunakan.

Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses yaitu asosiasi, imitasi, dan peneguhan. Bahasa menampilkan elemen-elemen di dunia secara simbolis, ada yang konkret dan ada yang abstrak. Ada keterkaitan yang erat antara bahasa dan realitas.


(37)

28

Bahasa menyebabkan seseorang memandang realitas sosial dengan cara tertentu.

Secara singkat, teori Whorf mengatakan bahwa pandangan tentang dunia dibentuk oleh bahasa, karena bahasa berbeda, pandangan tentang dunia pun berbeda. Whorf juga menjelaskan kategori gramatikal dari suatu bahasa menunjukkan kategori kognitif dari pemakai bahasa tersebut. Artinya seseorang memberikan makna pada apa yang seseorang lihat, yang didengar atau yang dirasa sesuai dengan kategori-kategori yang ada dalam bahasa.

Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep suatu bahasa cenderung menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu. Meskipun dapat berpikir tanpa bahasa, bahasa terbukti mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. Dengan bahasa seseorang mengkomunikasikan pemikiran kepada oang lain dan menerima pikiran orang lain. Singkatnya, seseorang tidak selalu berpikir dengan kata-kata tetapi sedikit sekali seseorang dapat berpikir tanpa kata-kata.

Kata-kata tidaklah bermakna. Manusialah yang memberikan makna. Dalam psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata tetapi pada pikiran orang dan persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman individu.

Beberapa ahli menemukan bahwa kata-kata yang dipergunakan oleh individu mengalami perluasan makna yang negatif atau positif tanpa disadari. Hal ini terjadi karena kata-kata itu telah memperoleh makna


(38)

29

tertentu pada diri pelaku komunikasi akibat pengalaman hidupnya. Jadi, karena pengalaman hidup yang berbeda, orang mempunyai makna masing-masing untuk kata-kata tertentu.

Seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain karena ada makna yang dimiliki bersama. Makna yang sama hanya terbentuk bila seseorang memiliki pengalaman yang sama. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti dan dapat diterima oleh komunikan. Seperti dikatakan Jalaluddin Rakhmat bahwa keberhasilan komunikasi sangat ditentukan kekuatan pesan.27 Pesan yang disampaikan atau diorganisasikan secara baik, lebih berpeluang untuk keberhasilan perubahan, pengertian karena ada kesamaan makna yang dipahami oleh komunikator dan komunikan dalam sebuah pesan dan juga sikap dari komunikaan itu sendiri. Sikap atau perilaku seseorang juga ditentukan oleh kepercayaan, yang pda gilirannya menentukan sikap lalu memengaruhi niat.28

b. Komunikasi Non-Verbal

Komunikasi nonverbal adalah semua bentuk komunikasi yang tidak menggunakan pesan berupa kata-kata. Para ahli dibidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi “tidak menggunakan kata” dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi nonverbal dengan komunikasi nonlisan.

Berikut adalah bagian-bagian dari pesan nonverbal, yaitu:

27

Suranto, Komunikasi interpersonal, (Jogyakarta : Penerbit Kanisius. 2011) hlm. 122 28


(39)

30

1) Paralanguage

Apa yang seseorang katakan menggunakan kata, frase atau kalimat penting dalam proses komunikasi. Namun seringkali cara seseorang menggunakan bahasa jauh lebih penting sebagai sumber informasi daripada kata-kata itu sendiri. Inilah yang dikenal dengan paralanguage (paralinguistik) yaitu cara seseorang menggunakan bahasa. Paralanguage dapat terbagi dua yaitu bentuk vokalik dan bentuk tertulis.

2) Penampilan (appearance)

Dalam komunikasi manusia, penampilan memegang peranan penting. Kesan pertama tentang orang lain umumnya dibentuk dari penmpilan orang tersebut. Kesan awal ini menentukan proses komunikasi selanjutnya. Sejumlah faktor yang menyumbang penampilan adalah wajah, mata, rambut, bentuk fisik tubuh, pakaian, perlengkapan dan artifak (objek di luar individu yang dapat menjadi sumber informasi lain tentang individu tersebut, seperti mobil dan rumah).

3) Gestura (kinesik)

Gestura adalah gerakan anggota tubuh. Gestura dapat disengaja (purpose-ful) dikirimkan dengan tujuan tertentu dan tidak disengaja (incidental atau unintended). Sejumlah gestura dapat merupakan pelengkap bagi sinyal-sinyal verbal.


(40)

31

Alat penerima sentuhan ialah kulit. Kulit mampu menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan merupakan ungkapan seperti perhatian, rasa sayang, rasa takut, marah, kebahagiaan dan keakraban. Sentuhan dapat menunjukkan tingkat keakraban hubungan seseorang dengan orang lain, budaya, dan suku bangsa seseorang.

5) Ruang dan Jarak (proksemik)

Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak seseorang mengungkapkan tingkat keakraban seseorang dengan orang lain. Edward T. Hall menyebutkan ada empat macam jarak dalam interaksi antarmanusia, yaitu jarak akrab / intim, jarak personal, jarak sosial, dan jarak publik.

6) Waktu (kronemik)

Penggunan waktu juga penting dalam komunikasi manusia. Konsep waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.

Mark L. Knapp menyebutkan lima fungsi komunikasi nonverbal, yaitu:

a) Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.

b) Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. c) Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan


(41)

32

d) Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.

e) Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahi.

4. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi dengan kenalan, teman, sahabat, pacar, satu lawan satu, disebut komunikasi antar personal (interpersonal communication). Komunikasi interpersonal adalah “interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimaa pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menaggapi secara langsung pula.” Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan non verbal dan dilakuan secara lisan.29

Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu seseorang digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar.

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru akan

29


(42)

33

menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia.

Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesandan penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut, maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.

Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.

Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaina informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang vital dalam organisasi karena komunikasi diperlukan bagi efektifitas kepemimpinan, perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan , manajemen konfilk, serta proses-proses organisasi lainnya.


(43)

34

Komunikasi interpersonal biasanya didefinisikan oleh komunikasi dalam berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang tergantung pada satu sama lain dan memiliki sejarah bersama. Hal ini dapat melibatkan satu pada satu percakapan atau individu berinteraksi dengan banyak orang dalam masyarakat. Ini membantu seseorang memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku dan berkomunikasi dengan cara yang berbeda untuk membangun dan menegosiasikan realitas sosial . Sementara komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai area sendiri studi, itu juga terjadi dalam konteks lain seperti kelompok dan organisasi.

Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal, dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti hubungan dalam kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif. Deddy Mulyana menyatakan: “komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.”30

30

Deddy Mulyana,Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar,(Bandung:Remaja Rosdakarya.2005) hlm. 73


(44)

35

5. Faktor Pengaruh Komunikasi Interpersonal

Jalaludin Rakhmat meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.

a) Persepsi interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.

b) Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa stara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:


(45)

36

1) Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.

2) Membuka diri. Pengetahuan tentang diri seseorang akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri seseorang. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman, akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.

3) Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

4) Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan dan membuka diri (terpaan selektif), bagaimana mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang diingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

c) Atraksi interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:


(46)

37

1) Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, juga makhluk emosional. Karena itu, ketika menyenangi seseorang, juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.

2) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan, seseorang akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan dengan orang-orang yang dibenci akan membuat tegang, resah, dan tidak enak. Akan menutup diri dan menghindari komunikasi.

d) Hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya


(47)

38

(secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.” Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: a.Percaya; b. sikap suportif; dan c. sikap terbuka.

1. Pegawai Kantor Urusan Agama

Pihak yang melaksanakan tugas sebagai perangkat organisasi31 dan bekerja untuk melayani masyarakat di Kantor Urusan Agama kecamatan setempat. Berdasarkan pasal 3 PMA No. 11 Th. 2007 dapat diambil pengertian bahwa tugas Penghulu dan Pembantu PPN: Mewakili PPN dalam pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan, setelah mendapat mandat dari PPN.

Namun terdapat perbedaan yang tegas antara Pembantu PPN di Jawa dan Luar Jawa dalam pelaksanaan kewenangannya.Pembantu PPN di Jawa hanya menerima dan memeriksa persyaratan peristiwa Nikah tanpa memiliki kewenangan untuk mengawasi jalannya peristiwa perkawinan yang menjadi kewenangan Penghulu. Sedangkan Pembantu PPN di luar Jawa memiliki kewenangan menerima, memeriksa persyaratan dan mengawasi jalannya peristiwa perkawinan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan (2) UU. No.22 Th. 1946 jo. UU. No. 32 Th. 1954 menegaskan bahwa PPN (Pegawai Pencatat Nikah) bagi

31

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik pemerintahan dan otonomi daerah (Jakarta,Grasindo,2005) Hal. XX (kata pengantar dari penulis)


(48)

39

umat Islam harus diangkat oleh Menteri Agama atau diangkat oleh pegawai yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dalam teknis pelaksanaannya, maka:

a. Berdasarkan Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep. Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka PPN diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

b. Berdasarkan pasal 10 Peraturan Bersama Kepala BKN dan Menteri Agama R.I. No. 20 Th. 2005/No. 14 A Th. 2005 jo. pasal 21 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.:PER/62/M.PAN/6/2005 jo. Diktum Pertama PMA No. 1 Th. 1976 jo. pasal 2 Kep. Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 18 Th. 1993, maka Penghulu diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi atas usul Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

c. Berdasarkan pasal 3 ayat (2) dan (3) jo. Instruksi Dirjen Bimas Islam No.: DJ.II/1133 Th. 2009, maka Pembantu PPN diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota berdasarkan:

1) Usul Kepala KUA Kecamatan.

2) Rekomendasi tertulis dari Kepala Seksi Urusan Agama Islam Kantor Kementerian Agama/Kota.

3) Izin tertulis dari Dirjen Bimas Islam Kementerian R.I.

Dalam pasal 2 dan 3 PMA No. 11 Th. 2007, disebutkan tentang PPN:


(49)

40

a. PPN atau Pegawai Pencatat Nikah, yaitu: pejabat yang melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan. PPN dijabat oleh Kepala KUA Kecamatan. b. Penghulu, yaitu: pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil yang diberi

tugas tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.

c. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu PPN/P3N, yaitu anggota masyarakat tertentu yang diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk membantu tugas-tugas PPN di desa tertentu.32

B. Kajian Teori

1. Interaksi Simbolik

Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku tersebut. Tindakan disini bisa terbuka atau tersembunyi, bisa merupakan intervensi positif dalam suatu situasi atau sengaja berdiam diri sebagai tanda setuju dalam situasi tersebut.

Menurut Weber, tindakan bermakna sosial sejauh berdasarkan makna subyektifnya yang diberikan oleh individu atau individu-individu, tindakan itu mempertimbangkan perilaku orang lain dan karenanya diorientasikan dalam penampilannya. Bagi Weber, jelas bahwa tindakan

32

http://hendra-umar-penghulu.blogspot.com/2012/11/pegawai-pencatat-nikah-dan-kewenangannya.html(10juli2015)20.00


(50)

41

manusia pada dasarnya bermakna, melibatkan penafsiran, berpikir, dan kesengajaan.

Tindakan sosial baginya adalah tindakan yang disengaja, disengaja bagi orang lain dan bagi sang aktor sendiri, yang pikiran-pikirannya aktif saling menafsirkan perilaku orang lainnya, berkomunikasi satu sama kain, dan mengendalikan perilaku dirinya masing-masing sesuai dengan maksud komunikasinya. Jadi saling mengarahkan perilaku mitra interaksi dihadapannya. Karena itu, bagi Weber, masyarakat adalah suatu entitas aktif yang terdiri dari Menghindari komunikasi orang-orang berpikir dan melakukan tindakan-tindakan sosial yang bermakna. Perilaku yang tampak hanyalah sebagian saja dari keseluruhan perilaku. Konsekuensinya adalah pendekatan ilmu alam tidak sesuai untuk menelaah perilaku individu yang bermakna sosial, karena pendekatan ilmu alam hanya mempertimbangkan gejala-gejala yang tampak, tetapi mengabaikan kekuatan-kekuatan tersembunyi yang menggerakkan manusia, seperti emosi, gagasan, maksud, motif, perasaan, tekad, dan sebagainya.

Alih-alih memfokuskan diri pada individu dan ciri-ciri kepribadiannya, atau bagaimana struktur sosial membentuk atau menyebabkan perilaku individu tertentu, interaksionisme simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Bagi perspektif ini, individu bersifat aktif, reflective dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur yang ada


(51)

42

diluar dirinya. Oleh karena individu terus berubah maka masyarakat pun berubah melalui interaksi. jadi interaksilah yang dianggap variabel penting yang menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat. Struktur itu sendiri tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yakni ketika individu-individu berpikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama.

Ralph Larosso dan Donald C. Reitzes (1993) mengatakan bahwa interaksi simbolik adalah pada intinya sebuah kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama membentuk perilaku manusia”. Dalam pernyataan ini, dapat melihat argument Mead mengenai saling ketergantungan antara individu dan masyarakat.33

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Blumer mengintegrasikan gagasan-gagasan tentang interaksi simbolik lewat tulisan-tulisannya, terutama pada tahun 1950-an dan 1960-an, diperkaya dengan gagasan-gagasan dari John Dewey, William I. Thomas, dan Charles H. Cooley. Selain Blumer terdapat ilmuwan-ilmuwan lain yang memberi andil pada pengembangan teori interaksi simbolik, seperti Manford H. Kuhn, Howard S. Becker, Norman K. Denzin, Arnold Rose, gregory Stone, Anselm Strauss, Jerome Manis, Benard Meltzer, Alfred Lindesmith, dan Tamotsu Shibutani, seraya memanfaatkan pemikiran ilmuwan lain yang relevan, seperti Georg Simmel atau Kenneth Burke. Hal itu lakukan lewat inteprestasi dan

33


(52)

43

penelitian-penelitian untuk menerapkan konsep-konsep dalam teori Mead tertentu.

Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”. Tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang maksudkan untuk ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Penganut interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interprestasi atas dunia disekeliling, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan, sebagaimana dianut teori behavioristik atau teori struktural. Alih-alih, perilaku dipilih sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan cara individu mendefinisikan situasi yang ada. Secara ringkas, interaksionisme simbolik didasarkan premispremis berikut. Pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Merespon lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi obyek.

Ketika menghadapi suatu situasi, respons tidak bersifat mekanis, tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal; alih-alih, respon bergantung pada bagaimana mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. Jadi, individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan sendiri.

Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan


(53)

44

bahasa. Negoisasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu), namun juga gagasan yang abstrak. Akan tetapi, nama atau simbol yang digunakan untuk menandai objek, tindakan, peristiwa atau gagasan itu bersifat arbitrer (sembarang). Artinya apa saja bias dijadikan simbol karena itu tidak ada hubungan logis antara nama atau simbol dengan objek yang dirujuknya, meskipun terkadang sulit untuk memisahkan kedua hal itu. Melalui penggunaan simbol itulah manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang dunia.

Bahwa makna bersifat subjektif dan sangat cair, dapat terlihat dari teka teki berikut ini; Ketiga, makna yang diinterprestasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interprestasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan lakukan. Dalam proses ini, individu mengantisipasi reaksi orang lain, mencari alternatif-alternatif ucapan atau tindakan yang akan ia lakukan. Individu membayangkan bagaimana orang lain akan merespons ucapan atau tindakan. Proses pengambilan peran tertutup (covert roletaking) itu penting, meskipun hal itu tidak teramati.

Oleh karena itu, kaum interaksionis simbolik mengakui adanya tindakan tertutup dan tindakan terbuka, menganggap tindakan terbuka


(54)

45

sebagai kelanjutan dari tindakan tertutup. George Ritzer meringkaskan teori interaksi simbolik ke dalam prinsip-prinsip, sebagai berikut :

a. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berpikir.

b. Kemampuan berpikir itu dibentuk oleh interaksi sosial.

c. Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan menerapkan kemampuan khas sebagai manusia, yakni berpikir.

d. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan dan interaksi yang khas manusia.

e. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interprestasi atau situasi.

f. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain, kemampuan berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif kemudian memilih salah satunya. g. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin menjalin ini membentuk

kelompok dan masyarakat.34 Herbert Blumer adalah pencetus istilah “symbolic interactionism”. Pokok-pokok pikiran Blumer antara lain adalah:

1) Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan pemahaman arti dari sesuatu tersebut.

34

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 61


(55)

46

2) Pemahaman arti ini diperoleh melalui interaksi.

3) Pemahaman arti ini juga merupakan hasil proses interpretasi. Dengan demikian “meaning” atau arti dari sesuatu, menurut Blumer, merupakan hasil dari proses internal dan eksternal (karena diperlukan interaksi).35

Teori interaksionalisme simbolik ini berorientasi pada prinsip bahwa orang-orang merespons makna yang bangun sejauh berinteraksi satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrumen penting dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang mempengaruhi.36

Para ahli perspektif interaksionisme simbolik melihat bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan simbolsimbol, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang disepakati bersama.37

Interaksi simbolik, menurut Herbert Blumer, merujuk pada “karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia.” Aktor tidak

35

S . Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), hlm. 34 36

Elvinaro Ardianto & Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi (Bandung: RemajaRosdakarya, 2009) hlm. 138

37


(56)

47

semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara langsung maupun tidak langsung, selalu didasarkan atas makna penilaian tersebut. Oleh karenanya, interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain. Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokan, dan mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi dimana dan ke arah mana tindakannya.

2. Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme simbolik sangat menekankan arti pentingnya “proses mental” atau proses berpikir bagi manusia sebelum bertindak. Tindakan manusia itu sama sekali bukan stimulus – respon, melainkan stimulus – proses berpikir – respons. Jadi terdapat variabel antara atau variabel yang menjembatani antara stimulus dengan respon, yaitu proses mental atau proses berpikir, yang tidak lain adalah interpretasi. Teori interaksionisme simbolik memandang bahwa arti/makna muncul dari proses interaksi sosial yang telah dilakukan. Arti dari sebuah benda tumbuh dari cara-cara dimana orang lain bersikap terhadap orang tersebut.

Teori interaksionisme simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis sosial manusia. Bagi perspektif ini, individu bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan struktur yang ada di luar dirinya. Interaksilah yang


(57)

48

dianggap variabel penting yang menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat.

Esensi interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif ini berupaya untuk memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Teori ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran atas objek-objek disekelilingnya.

Dalam pandangan perspektif ini, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menegakan kehidupan kelompok. Menurut teoritisi perspektif ini, kehidupan sosial adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol.” Penganut interaksionisme simbolik berpandangan, perilaku manusia adalah produk dari interpretasi atas dunia disekeliling, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan, sebagaimana dianut teori behavioristik atau teori struktural.

Di dalam bukunya yang amat terkenal, yaitu ”Symbolic Interactionism; Perspective, and Method,” Herbert Blumer menegaskan bahwa ada tiga asumsi yang mendasari tindakan manusia. Tiga asumsi tersebut adalah sebagai berikut:38 Human being act toward things on the

38


(58)

49

basic of the meaning that the things have for them; The meaning of the things arises out of the social interaction one with one’s fellow; The meaning of things are handled in and modified through an interpretative process used by the person in dealing with the thing he encounters.

Premis pertama sampai ketiga itu mempunyai pengertian seperti ini. Pertama, bahwa manusia itu bertindak terhadap sesuatu (apakah itu benda, kejadian, maupun fenomena tertentu) atas makna yang dimiliki oleh benda, kejadian, atau fenomena itu bagi. Individu merespon suatu situasi simbolik. Merespon lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen tersebut baginya.


(59)

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek, Objek dan Lokasi Penelitian

1. Subyek

Berikut ini data Informan penelitian, yakni dua penghulu KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya, beberapa modin, beberapa mempelai yang sudah berumah tangga:

a. Nama : H. Marfa’i S.Ag

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jabatan : Kepala KUA

Bpk. Marfa’i dipilih menjadi informan karena sesuai dengan fungsi kerja posisi jabatannya. Dari pengalamannya, informan juga Pernah bertugas sebagai penghulu bukan hanya di kantor KUA Wonokromo saja.39 Atas dasar itu, informan dianggap tepat menjadi sumber informasi akurat yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan mengenai Komunikasi Pegawai/Penghulu KUA dengan Calon Mempelai Kecamatan Wonokromo Surabaya.

b. Nama : Faisol S.Ag

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Penghulu

Bapak Faisol dipilih menjadi informan karena memiliki fungsi kerja pada bidang penghulu yang mempunyai tugas Menerima dan menikahkan mempelai, Bapak Faisol juga tidak hanya berpengalaman

39

Sumber diolah dari hasil perbincangan peneliti dengan Bpk. Marfa’i ketika minta ijin wawancara


(60)

51

di KUA kecamatan wonokromo, Beliau juga pernah menghantarkan seorang Kepala KUA di Surabaya terpilih sebagai Kepala KUA teladan tingkat nasional. Beliau juga sangat kaya pengalaman dibidang pernikahan.40

c. Nama : Asrul Sjah H

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Modin RW XII

Bapak Asrul dipilih menjadi informan karena tugas dan pekerjaannya berhubungan dengan pernikahan, beliau seorang modin. Salah satu wilayah kerja modin diantaranya adalah penyambung KUA dengan masyarakat. Tugas modin disini adalah bagaimana membantu KUA ke publik sasaran. Biasanya berupa menguruskan pernikahan kalau di tingkat kelurahan dan KUA.41

d. Nama : Mianto

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Modin RW I

Bapak Mianto dipilih menjadi informan karena tugas dan pekerjaannya berhubungan dengan pernikahan, beliau seorang modin. Salah satu wilayah kerja modin diantaranya adalah penyambung KUA dengan masyarakat. Tugas modin disini adalah bagaimana membantu KUA ke publik sasaran. Biasanya berupa menguruskan pernikahan di tingkat kelurahan dan KUA.42

40

Sumber diolah dari hasil perbincangan peneliti dengan Bpk. Faisol ketika wawancara. 41

Sumber diolah dari hasil perbincangan peneliti dengan bapak Asrul ketika wawancara. 42


(1)

89

memberikan kesan positif masyarakat bahwa KUA mempunyai

profesionalitas yang baik

2. Pesan komunikasi Pegawai KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya

dengan calon mempelai. Yang telah dominan dilakukan pada Komunikasi

Penghulu KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya dalam penelitian ini

yakni pesan verbal dan Non verbal. Banyak pesan secara vebal yang

terjadi dalam lingkup pernikahan, mulai dari nasehat pernikahn, nasehat

bermasyarakat, mendidik anak dan etika dengan orang tua dan mertua.

Pegawai KUA Kecamatan Wonokromo telah memberikan banyak sekali

pesan kepada calon mempelai dengan berbagi macam gaya, meskipun ada

kesamaannya memberikan pesan karena semua penghulu sudah diklat

kepenghuluan saat diangkat sebagai penghulu, jadi ada poin yang wajib

diberikan kepada mempelai.

Untuk pesan non verbal tidak ada sejauh wawancara yang peneliti

lakukan. Tapi kalau diamati ada pesan non verbal berupa gerakan tangan

yang sering dilakukan oleh penghulu meskipun para pegawai KUA tidk

begitu menyadari kalau sebenarnya telah melaksanakan pesan non verbal.

B.Rekomendasi

Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka peneliti berharap semoga

penelitian ini bermanfaat baik secara praktis maupun secara teoritis. Penelitian

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi berdasarkan hasil

penelitian ini, maka peneliti memberikan rekomendasi yang diharapkan dapat


(2)

90

1. Rekomendasi untuk Program Studi Ilmu Komunikasi

a. Mencetak lulusan yang mempunyai daya serap yang tinggi dan

handal, dengan menyusun standart kompetensi dan kurikulum yang

mampu membentuk mahasiswa yang dapat melakukan Komunikasi

yang efektiv dalam kesempatan maupun tempat manapun.

b. Terus mengasah kemampuan mahasiswa jurusan komunikasi yang

dimiliki dengan menambah wawasan dan referensi kepustakaan

mengenai ilmu pengetahuan di bidang komunikasi.

2. Rekomendasi untuk Penghulu KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya.

a. Berilah waktu bertanya para mempelai jika belum memahami

sesuatu.

b. Tetap meningkatkan kualitas komunikasi dan fariasi pesan yang

disampaikansehingga dapat menciptakan KUA Kecamatan

Wonokromo Surabaya yang dapat menjadi rujuakan KUA

manapun.

c. Tetap menjalin kerjasama baik kepada internal maupun masyarakat

khususnya dalam hal sosialisasi dan menyapa masyarakat.

d. Tetap memperluas jaringan khususnya yang banyak memberikan

manfaat untuk kontribusi dalam peningkatan mutu serta kualitas

komunikasi pegawai KUA Kecamatan Wonokromo Surabaya.

e. Terus memperbarui informasi yang terkait dengan kegiatan KUA

Kecamatan Wonokromo Surabaya.


(3)

91

3. Rekomendasi untuk Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

a. Membentuk kader yang Proffesional disetiap prodi yang terdapat di

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, sehingga dapat dengan mudah

memberitahu setiap kegiatan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

b. Meningkatkan mutu, serta mampu menjalani visi dan misi Fakultas

Dakwah dan Komunikasi dengan baik.

c. Meningkatkan fasilitas pendidikan yang diperlukan untuk

mengembangkan bakat mahasiswa khususnya di bidang Ilmu

Komunikasi.

4. Rekomendasi untuk masyarakat luas

a. Menjadi pekerja yang professional yang dapat menjaga image

instansi tempat bekerja.

b. Mampu mengetahui hakikat pekerjaannya serta kemampuan untuk

menjadi seorang pekerja agar dapat menjalankan tugasnya dengan

baik.

5. Rekomendasi untuk Peneliti selanjutnya: diharapkan adanya

penelurusan data lebih mendalam dengan cara observasi turut serta

dalam kegiatan penghulu di KUA Kecamatan Wonokromo dan Peneliti

diharapkan lebih komunikatif dalam menggali data pada subyek


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin Risa. 2011. Kamus lengkap bahasa indonesia. Surabaya. Serbajaya.

Ardianto Elvinaro. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks.

Bandung. Widya Padjadjaran.

Ardianto Elvinaro, Bambang Q-Anees. 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi.

Bandung.RemajaRosdakarya.

Djamarah Bahri Syaiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam

Keluarga. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Departemen Agama RI. 2001. Modul TOT Kursus calon Pengantin. Jakarta. Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji.

Efendy onong.1986. Dinamika Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Franz, josef eiler. 2008. Berkomunikasi dalam pelayanan dan misi. Jogyakarta.

Kanisius.

Hardjana Agus M. 2007. Komunikasi intrapersonal dan interpersonal.

Jogyakarta. Kanisius.

Kriyanto Rachmat. 2007. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. Kencana

Prenada Media Group.

Mulyana Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja

Rosdakarya.

Marzuki. 1995. Metodologi Riset. Yogyakarta. BFE-UII.

Mulyana Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Nabil Muhammad. 2007. Buku pintar nikah. Solo. Samudera.

Nurcholis Hanif. 2005. Teori dan Praktik pemerintahan dan otonomi daerah. Jakarta. Grasindo.

Patton Quinn Michael. 2009. Metode evaluasi kualitatif. Yogyakarta. pustaka

pelajar.

Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta. PT. LKiS Pelangi

Aksara.


(5)

Richard West. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta. PT. Salemba

Humanika.

Ruslan Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi.

Jakarta. Rajawali Pers.

Sendjaja S . Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta. Universitas Terbuka.

Setiawan Zoeke. 2011. Skripsi berjudul “Gaya Komunikasi Penghuni Panti

Asuhan Dengan Masyarakat Gogor Wiyung Surabaya”. Surabaya. UIN Sunan Ampel.

Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.

Suprapto Tommy. 2009. Pengantar teori dan manajemen komunikasi. Jogyakarta.

Medpress.

Widjaja. 2008. Komunikasi dan humas. Jakarta. Bumi Aksara.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Grasindo.

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2007/12/komunikasi-arti-fungsi-dan-bentuk.html (5 juli 2015;12.00)

---Arsip KUA kecamatan wonokromo

http://hendra-umar-penghulu.blogspot.com/2012/11/pegawai-pencatat-nikah-dan- kewenangannya.html(10juli2015)20.00

http://www.lusa.web.id/unsur‐unsur‐komunikasi/diakses pada 20‐april‐2015

http://hendra-umar-penghulu.blogspot.com/2012/11/pegawai-pencatat-nikah-dan-kewenangannya.html(10juli2015)20.00

http://aryosc.blog.friendster.com/teori‐interaksionisme‐simbolik/ diakses pada

09‐mei‐2015

http://aryosc.blog.friendster.com/teori‐interaksionisme‐simbolik/ diakses pada

09‐mei‐2011

http://aryosc.blog.friendster.com/teori‐interaksionisme‐simbolik/ diakses pada

09‐mei‐2015

http://kua-wonokromo.blogspot.com/ (4 maret 2015, jam : 12.00)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) KUA Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya Tahun 2012


(6)

Wawancara dengan Bapak Jalil pada 2 Mei 2015 pukul 11.15 WIB

Wawancara dengan Bapak H. Burhan pada 2 Mei 2015 pukul 16.00 WIB

Wawancara dengan Bapak Mianto pada 2 Mei 2015 pukul 15.00 WIB

Wawancara dengan Bapak asrul pada 2 Mei 2015 pukul 20.00 WIB

Wawancara dengan Bapak Ario pada 1 Mei 2015 pukul 20.20 WIB

Wawancara dengan Bapak Drs. H. Marfa’i kepala KUA pada 5 Mei 2015 pukul 11.00 WIB

Wawancara dengan Bapak Ahmad Faisol Saifulloh pada 5 Mei 2015 pukul 14.50 WIB