PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT
NOMOR 18 TAHUN 2002
TENTANG
KEHUTANAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KUTAI BARAT,
Menimbang :
a.

bahwa hut an merupakan salah sat u Anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang menj adi
kekayaan masyarakat Kut ai Barat sehingga perlu diurus secara adil, lest ari dan
memberikan manf aat bagi generasi sekarang dan yang akan dat ang;

b.

bahwa hut an merupakan salah sat u sumberdaya alam yang saat ini t elah mengalami
kerusakan yang cukup serius baik dari sisi ekologi, sosial maupun ekonomi sehingga
perlu diurus secara adil dan lest ari, agar mampu
mensej aht erakan masyarakat Kut ai Barat ;


c.

bahwa dalam bent ang ekosist em Daerah Aliran Sungai Mahakam, Kut ai Barat t erlet ak
pada bagian hulu kawasan sehingga pengurusan hut an di Kut ai Barat harus selalu
memperhat ikan aspirasi dan memperhat ikan dampak bagi masyarakat t ermasuk yang
berada di hilir;

d.

bahwa Kut ai Barat sebagai Kabupat en yang baru dibent uk berdasarkan UndangUndang Nomor 47 Tahun 1999, dan sesuai dengan prinsip penyelenggaraan Ot onomi
Daerah, perlu menat a sist em kebij akan pemerint ahannya t ermasuk dibidang
kehut anan secara demokrat is yang mengandung prinsip-prinsip t ransparansi,
part isipat if dan bert anggung-gugat sert a memiliki sej umlah kewenangan dibidang
kepengurusan hut an ;

e.

bahwa wilayah Kabupt en Kut ai Barat sebagian besar dihuni oleh kelompok-kelompok
masyarakat hukum adat yang memiliki sist em hukum sendiri dalam wilayah hut an, dan
oleh karena it u pengat uran pengurusan hut an perlu menj aga bent uk dan ciri khas

yang sudah berkembang menurut hukum adat ;

f.

bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a), (b), (c),
(d), dan (e), maka perlu dit et apkan dengan Perat uran Daerah Tent ang Kehut anan
Daerah.

Mengingat :
1.

Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 22D, Pasal 281 ayat (3) dan Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945;

2.

Ket et apan MPR RI Nomor XV/ MPR/ 1998 Tent ang Penyelenggaraan Ot onomi Daerah;
Pengat uran, Pembagian dan Pemanf aat an Sumber Daya Nasional yang berkeadilan
sert a Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesat uan
Republik Indonesia;


3.

Ket et apan MPR RI Nomor III/ MPR/ 2000 Tent ang Sumber Hukum dan Tat a Urut an
Perat uran Perundang- undangan;

4.

Ket et apan MPR RI Nomor IV/ MPR/ 2000 Tent ang Rekomendasi Terhadap Pelaksanaan
Ot onomi Daerah;

5.

Ket et apan MPR RI Nomor IX/ MPR/ 2000 Tent ang Pembaruan Agraria dan Pengelolan
Sumberdaya Alam;

6.

Ket et apan MPR RI Nomor X/ MPR/ 2000 Tent ang Pokok-pokok Ref ormasi Pembangunan
dalam Rangka Penyelamat an dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan

Negara;

7.

Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 Tent ang Perat uran Dasar-Dasar Pokok Agraria
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2034);

8.

Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 Tent ang Kit ab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (LN Tahun 1981 Nomor 96 ; TLN Nomor 3209

9.

Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 Tent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i
dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3419);

10. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 1992 Tent ang Penat aan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

11. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 Tent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara 3699);
12. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 Tent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
13. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1999 Tent ang Perimbangan Keuangan ant ara
Pemerint ah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3851);
14. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 Tent ang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepot isme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
15. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 Tent ang Kehut anan (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 767 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);
16. Undang-Undang RI Nomor 47 Tahun 1999 Tent ang Pembent ukan Kabupat en Nunukan,
Kabupat en Malinau, Kabupat en Kut ai Barat , Kabupat en Kut ai Timur, dan kot a Bont ang
sebagaimana t elah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962);
17. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2000 Tent ang Program Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 206);
18. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 33 Tahun 1970 Tent ang Perencanaan Hut an
(Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2945);

19. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 283 Tahun 1985 Tent ang Perlindungan Hut an
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294);
20. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 62 Tahun 1998 Tent ang Penyerahan sebahagian
Urusan Kehut anan Kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 106,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3769);
21. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 68 Tahun 1998 Tent ang Kawasan Suaka Alam dan
Pelest arian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3776);
22. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 6 Tahun 1999 Tent ang Pengusahaan Hut an pada
Hut an Produksi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3802);
23. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 7 Tahun 1999 Tent ang Pengawet an Jenis Tumbuhan
dan Sat wa (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3803);
24. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 8 Tahun 1999 Tent ang Pemanf aat an Jenis Tumbuhan
dan Sat wa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3804);

25. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 25 Tahun 2000 Tent ang Kewenangan Pemerint ah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor

54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
26. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 84 Tahun 2000 Tent ang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah ;
27. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 76 Tahun 2001 Tent ang Pedoman Umum Pengat uran
mengenai Desa (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 142 , Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4155);
28. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 34 Tahun 2002 Tent ang Tat a Hut an dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an;
29. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 35 Tahun 2002 Tent ang Dana Reboisasi ;
30. Perat uran Daerah Kabupat en Kut ai Barat Nomor 02 Tahun 2001 Tent ang Kewenangan
Kabupat en (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 03 seri D Nomor 02);
31. Perat uran Daerah Kabupat en Kut ai Barat Nomor 04 Tahun 2001 Tent ang Pembent ukan
Orgagnisasi dan Tat akerj a Sekret ariat Kabupat en Kut ai Barat (Lembaran Daerah Tahun
2001 Nomor 05 Seri D).
32. Perat uran Daerah Kabupat en Kut ai Barat Nomor 27 Tahun 2001 Tent ang Pembent ukan
Organisasi dan Tat a Kerj a Dinas Kehut anan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 28) .
Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT
MEMUTUSKAN:
Menet apkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG KEHUTANAN DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesat u
Pengert ian
Pasal 1
Dalam perat uran daerah ini yang dimaksud dengan :
a.

Daerah adalah Kabupat en Kut ai Barat ;

b.

Pemerint ah Daerah adalah Kepala Daerah bersert a Perangkat Daerah Ot onom yang
lain sebagai Badan Eksekut if Daerah;

c.

Bupat i adalah Bupat i Kut ai Barat ;

d.


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupat en Kut ai Barat ;

e.

Dinas Kehut anan adalah Dinas Kehut anan Kabupat en Kut ai Barat ;

f.

Kehut anan adalah syst em pengurusan yang bersangkut paut dengan hut an, kawasan
hut an dan hasil hut an yang diselenggarakan secara t erpadu;

g.

Hut an adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan l ahan berisi sumberdaya
alam hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya yang
sat u dengan yang lainnya t idak dapat dipisahkan, t ermasuk hut an rawa ;

h.


Pengurusan hut an adalah kegiat an yang meliput i perencanaan, pengelolaan,
penelit ian dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan, penyuluhan sert a pengawasan
;

i.

Kawasan Hut an adalah Kawasan Hut an dengan wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan
at au dit et apkan oleh pemerint ah unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an
t et ap;

j.

Masyarakat adalah Masyarakat yang t erdiri dari masyarakat lokal dan masyarakat
hukum adat ;

k.

Hut an Negara adalah hut an yang berada pada t anah yang t idak dibebani hak at as
t anah ;


l.

Hut an hak adalah hut an yang berada pada t anah yang dibebani hak at as t anah;

m. Hut an adat adalah kawasan hut an dalam wilayah adat yang dikelola oleh masyarakat
adat / masyarakat hukum adat unt uk kepent ingan t ert ent u dan at au kepent ingan
bersama warga masyarakat adat / masyarakat hukum adat ;
n.

Hut an Produksi adalah hut an kawasan hut an yang baik keadaan alamnya maupun
kemampuannya sedemikian rupa sehingga dapat memberikan manf aat produksi kayu
dan hasil hut an lainnya;

o.

Hut an lindung adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai
perlindungan syst em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir,
mengendalikan erosi, mencegah int rusi air laut dan
memelihara kesuburan t anah;

p.

Hut an konservasi adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai
f ungsi pokok sebagai kawasan pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa
sert a ekosist emnya;

q.

Hut an t anaman indust ri adalah hut an t anaman yang dibangun dalam rangka
meningkat kan pot ensi dan kualit as hut an produksi unt uk memenuhi kebut uhan bahan
baku hasil hut an;

r.

Kehut anan Masyarakat adalah sist em pengel olaan hut an yang diselenggarakan oleh /
bersama dan unt uk masyarakat , dengan pengukuhan dan at au ij in dari Pemerint ah
daerah, yang dit uj ukan unt uk lebih memberdayakan dan meningkat kan kesej aht eraan
masyarakat , sert a menj amin kelest arian f ungsi hut an;

s.

Hak pengusahaan hut an adalah hak unt uk mengusahakan hut an di dalam kawasan
hut an produksi yang kegiat annya t erdiri dari penanaman, pemeliharaan, pengamanan
dan pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hut an ;

t.

Dana Reboisasi (DR) adalah dana yang dipungut dari Pemegang ij in usaha
pemanf aat an hasil hut an dari hut an alam yang berupa kayu, digunakan dalam rangka
reboisasi, rehabilit asi hut an sert a kegiat an pendukungnya ;

u.

Ret ribusi adalah pungut an daerah sebagai pembayaran at as j asa at au pemberian ij in
yang khususnya disediakan dan diberikan ol eh Pemerint ah Daerah unt uk kepent ingan
orang pribadi at au badan ;

v.

Provisi Sumber Daya Hut an (PSDH) adalah pungut an yang dikenakan sebagai penggant i
nilai int rinsi dari hasil hut an yang dipungut dari hut an Negara;

w. Iuran Hak Pengusahaan Hut an (IHPH) adal ah pungut an yang dikenakan kepada
pemegang Hak Pengusahaan Hut an at as suat u kompleks hut an t ert ent u yang dilakukan
sekali pada saat hak t ersebut diberikan.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup, Azas dan Tuj uan
Pasal 2
Kehut anan yang dimaksud dalam perat uran daerah ini meliput i pengurusan hut an yang
menj adi kewenangan pemerint ah daerah.
Pasal 3

Pengurusan hut an berazaskan manf aat dan lest ari, kerakyat an, keadilan, kebersamaan,
ket erbukaan dan ket erpaduan sert a kedaulat an hukum.
Pasal 4
Pengurusan hut an bert uj uan unt uk mewuj udkan kesej aht eraan masyarakat , t erj aminnya hakhak adat sert a hut an yang diurus secara lest ari dan berkelanj ut an.
BAB II
STATUS DAN FUNGSI HUTAN
Pasal 5
Berdasarkan st at usnya hut an t erdiri dari :
a.

Hut an Negara.

b.

Hut an hak.
Pasal 6

Berdasarkan f ungsinya hut an t erdiri dari :
a.

Hut an konservasi

b.

Hut an Lindung.

c.

Hut an produksi.
Bagian Kesat u
Penet apan St at us dan Fungsi Hut an
Pasal 7

(1)

Pemerint ah daerah dengan perset uj uan DPRD menet apkan dan mengukuhkan suat u
kawasan hut an berdasarkan st at us dan f ungsinya sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dan
Pasal 6;

(2)

Penet apan suat u kawasan hut an bert uj uan unt uk lebih mempert egas kej elasan hukum
at as st at us dan f ungsi sert a t uj uan pemanf aat annya;

(3)

Penet apan suat u kawasan berdasarkan st at us dan f ungsinya dilakukan secara t ransparan
melibat kan masyarakat , bert anggung gugat sert a memperhat ikan kelest arian ekosist em;

(4)

Dalam penet apan suat u kawasan, Pemerint ah daerah harus memperhat ikan Rencana Tat a
Ruang Wilayah Kabupat en dan hak- hak masyarakat at as hut an t ermasuk inisiat if unt uk
membangun kawasan sendiri dengan t uj uan konservasi ;

(5)

Pemerint ah daerah set elah memperhat ikan inisiat if masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dapat menet apkan dan mengukuhkan kawasan konservasi dimaksud ;

(6)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara dan mekanisme penet apan suat u kawasan
hut an diat ur dengan keput usan Bupat i.
Pasal 8
Hut an Lindung

(1)

Dalam rangka penet apan suat u kawasan hut an menj adi hut an lindung, pemerint ah
daerah harus memperhat ikan krit eria sert a syarat -syarat penet apan hut an lindung;

(2)

Ket ent uan lebih lanj ut Tent ang hut an lindung diat ur dalam perat uran t ersendiri;
Bagian Kedua
Pengukuhan Wilayah Adat
Pasal 9

(1)

Pemerint ahan daerah mengakui dan mengukuhkan keberadaan wilayah adat ;

(2)

Pemerint ahan daerah menj amin hak-hak masyarakat hukum adat at as wilayah adat ;

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai wilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) diat ur dengan perat uran t ersendiri.
Bagian Ket iga
Kehut anan Masyarakat
Pasal 10

(1) Kehut anan Masyarakat dilaksanakan berdasarkan kelest arian f ungsi hut an dari aspek
ekosist em hut an, kesej aht eraan masyarakat yang berkelanj ut an ;
(2) Penyelenggaraan Kehut anan Masyarakat bert uj uan unt uk memberdayakan masyarakat
set empat dalam pengelolaan hut an, dengan t et ap menj aga kelest arian f ungsi hut an dan
lingkungan hidup dalam rangka meningkat kan kesej aht eraan ;
(3)

Dalam rangka alih kelola hut an kepada masyarakat perlu dibudayakan kearipan-kearipan
t radisional yang t elah ada maupun yang akan dikembangkan sesuai dengan kondisi
f akt ual masyarakat Kut ai Barat ;

(4)

Dalam rangka penet apan suat u kawasan kelola Kehut anan Masyarakat Pemerint ah Daerah
harus memperhat ikan krit eria sert a syarat -syarat penyelenggaraan Kehut anan Masyarakat
;

(5)

Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang Kehut anan Mayarakat diat ur dengan Perat uran t ersendiri
dan mengenai pelaksanaanya diat ur dengan Keput usan Bupat i.
BAB III
KELEMBAGAAN KEHUTANAN
Pasal 11

(1) Dinas kehut anan secara t eknis dan operasional melaksanakan kewenangan pemerint ah
daerah di bidang kehut anan berdasarkan ot onomi daerah;
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara t erbuka,
melibat kan masyarakat , rasional, ef ekt i f , dinamis dan bert anggung-gugat , sert a
menj unj ung t inggi kedaulat an hukum;
(3)

Dalam pelaksanaan t ugas pokok dan f ungsi Dinas Kehut anan berkoordinasi dengan dinas
dan inst ansi t erkait di dalam dan diluar kabupat en, maupun dengan pemerint ah propinsi
dan pemerint ah pusat ;

(4) Dinas Kehut anan dalam melaksanakan t ugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), dapat bekerj asama dengan berbagai organisasi non pemerint ah;
(5)

Dalam melaksanakan t ugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3) dan (4), Dinas
Kehut anan Bert anggung j awab kepada Bupat i;

(6)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t ugas, f ungsi dan t anggungj awab Dinas Kehut anan
diat ur dengan Keput usan Bupat i.
BAB IV
PENGURUSAN HUTAN
Pasal 12

Pengurusan hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, meliput i kegiat an ;
a.

Perencanaan Kehut anan

b.

Pengelolaan hut an

c.

Penelit ian dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan sert a penyuluhan kehut anan

d.

Pengawasan dan pengendalian hut an.

Bagian Kesat u
Perencanaan Kehut anan
Pasal 13
(1)

Pemerint ah daerah menyelenggarakan perencanaan kehut anan;

(2)

Perencanaan kehut anan dimaksudkan unt uk memberikan pedoman dan arah yang
menj amin t ercapainya t uj uan pengurusan hut an;

(3) Perencanaan kehut anan dilaksanakan secara t ransparan, part isipat if , bert anggung-gugat ,
t erpadu, memperhat ikan kekhasan dan aspirasi masyarakat , sert a Tent ang ekosist em dan
daya dukung;
(4)

Perencanaan kehut anan dilakukan berdasarkan Rencana Tat a Ruang Wilayah Kabupat en
(RTRWK).
Pasal 14

(1)

Perencanaan kehut anan meliput i invent arisasi dan pemet aan hut an sert a perencanaan
hut an ;

(2)

Perencanaan kehut anan meliput i rencana j angka pendek, j angka menengah dan j angka
panj ang, sert a rencana induk kehut anan daerah.
Paragraf 1
Invent arisasi Hut an
Pasal 15

(1)

Invent arisai hut an dilaksanakan unt uk menget ahui dan memperoleh dat a inf ormasi
Tent ang st at us dan kondisi hut an, f lora dan f auna, dan kondisi masyarakat di dalam dan
sekit ar hut an;

(2) Hasil invent arisasi hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan ant ara lain
sebagai dasar penet apan kawasan hut an dan pengukuhan kawasan hut an adat ,
penyusunan rencana kehut anan, penyusunan sist em inf ormasi dan penyusunan neraca
sumberdaya hut an;
(3)

Ket ent uan lebih lanj ut Tent ang invent arisasi hut an diat ur dengan keput usan Kepala Dinas
Kehut anan.
Paragraf 2
Pemet aan Hut an
Pasal 16

(1)

Pemet aan hut an dilaksanakan unt uk menent ukan gambaran, kondisi dan bat as kawasan
hut an ;

(2)

Hasil pemet aan hut an dipergunakan ant ara lain unt uk rencana pengelolaan hut an ;

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pemet aan hut an diat ur dengan Keput usan Kepala Dinas
Kehut anan.
Paragraf 3
Perencanaan Hut an
Pasal 17

(1) Perencanan dimaksud unt uk memberikan pedoman t eknis dan operasional menuj u
t ercapainya t uj uan pengelolaan hut an;
(2)

Hasil dari perencanaan hut an dipergunakan sebagai dasar kegiat an pengelolaan hut an;

(3)

Perencanaan hut an dilaksanakan dengan mempert imbangkan f akt or ekologis dan kondisi
sosial masyarakat berdasarkan hasil invent arisasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 15;

(4)

Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang perencanaan hut an diat ur dengan Keput usan Kepala Dinas
Kehut anan.
Bagian Kedua
Pengelolaan Hut an
Pasal 18

(1)

Pengelolaan hut an dilaksanakan agar f ungsi-f ungsi kawasan hut an t et ap t erj aga, dengan
berdasarkan pada perencanaan hut an;

(2)

Pengelolaan hut an meliput i:

(3)

a.

Penat aan hut an dan penyusunan rencana pengelolaan.

b.

Penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an

c.

Rehabilit asi dan relakmasi hut an

d.

Perlindungan hut an dan konservasi alam.

Hasil pengelolaan hut an di inf ormasikan secara luas kepada masyarakat .
Paragraf 1
Penat aan Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an
Pasal 19

(1)

Pemerint ah daerah menyelenggarakan penat aan hut an dan penyusunan rencana
pengelolaan;

(2)

Penat aan hut an dimaksudkan unt uk mempert egas alokasi dan dist ribusi t egakan dan at au
ekosist em hut an menuj u pengelolaan hut an sesuai f ungsi dan manf aat nya secara adil dan
berkelanj ut an;

(3) Hasil penat aan hut an dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiat an operasional
dit ingkat unit pengelolaan;
(4)

Penat aan hut an meliput i pembagian kawasan hut an dalam blok-blok berdasarkan
ekosist em, t ipe dan f ungsi;

(5)

Berdasarkan blok-blok sebagaimana dimaksud pada ayat (4), disusun rencana pengelolaan
hut an unt uk j angka pendek, j angka menegah dan j angka panj ang;

(6)

Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4)
dan ayat (5) diat ur dengan Keput usan Kepala Dinas Kehut anan.
Paragraf 2
Penggunaan Kawasan Hut an dan Pemanf aat an Hut an
Pasal 20

(1)

Penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an bert uj uan unt uk meningkat kan
kesej aht eraan masyarakat secara adil;

(2)

Penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an dilakukan secara t ransparan,
melibat kan masyarakat , bert anggung gugat sert a menj amin kelest arian ekosist em;

(3)

Penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an dapat dilakukan pada semua
kawasan hut an, kecuali pada hut an yang t elah dit et apkan f ungsinya sebagai cagar alam.
Pasal 21

(1)

Penggunaan kawasan hut an dilaksanakan unt uk kepent ingan non kehut anan melalui ij in
pinj am pakai dengan prinsip menj aga keseimbangan f ungsi sosial ekonomi dan lingkungan
dengan t et ap mengut amakan kepent ingan publ ik, dan keut uhan kondisi f isik dan f ungsi
kawasan;

(2)

Ij in penggunaan kawasan hut an dapat diberikan kepada pihak perorangan at au kelompok
dan at au badan usaha, sert a inst ansi pemerint ah.
Pasal 22

(1)

(2)

Pemanf aat an hut an dilaksanakan melalui :
a.

Ij in Usaha Kehut anan Masyarakat (IUKM).

b.

Ij in usaha pemanf aat an kawasan hut an indust ri kayu.

c.

Ij in pemungut an hasil hut an kayu.

d.

Ij in usaha budidaya hasil hut an non kayu. e Ij in usaha pemanf aat an j asa lingkungan.

Ij in pemanf aat an hut an dapat diberikan kepada :
a.

Perorangan

b.

Badan Usaha milik swast a

c.

Badan Usaha milik Daerah

d.

Badan Usaha milik Kampung

e.

Koperasi.

f.

Badan Usaha lain yang syah.
Pasal 23

(1)

Ij in Pemungut an Hasil Hut an Kayu, Ij in Usaha Kehut anan Masyarakat ( IUKM), Ij in Usaha
Pemanf aat an kawasan indust ri kayu, Ij in Pemungut an hasil hut an non kayu, Ij in usaha
budidaya hasil hut an non kayu, Ij in hak pemanf aat an hut an non kayu, ij in pemanf aat an
j asa lingkungan dan ij in syah lainnya (ISL) diberikan oleh Bupat i ;

(2)

Ij in pemanf aat an hut an unt uk luasan 5. 000 ha at au lebih harus dilengkapi dokumen
AMDAL dan mendapat pengesahan dari komisi penilai AMDAL Kabupat en;

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang syarat -syarat , hal dan kewaj iban dalam perij inan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur dengan Keput usan Bupat i.
Pasal 24

Pemanf aat an hut an lindung hanya dapat diberi kan ij in pemanf aat an j asa lingkungan dan
pemungut an hasil hut an non kayu.
Pasal 25
(1)

(2)

Ij in Pengelolaan Hut an Hapus Karena :
a.

Jangka wakt u yang diberikan t elah berakhir.

b.

Dicabut oleh Bupat i sebagai sanksi yang dikenakan kepada pemegang ij in;

c.

Diserahkan kembali oleh pemegang hak kepada Pemerint ah Daerah sebelum j angka
wakt u berakhir, at au

d.

Target dan volume yang dit ent ukan dalam perij inan t elah t erpenuhi.

Berakhirnya ij in pengelolaan hut an t idak membebaskan kewaj iban pemegang ij in unt uk
melunasi provisi Sumber Daya Hut an (PSDH), Dana Reboisasi (DR) dan kewaj ibankewaj iban lain sesuai dengan ket ent uan perat uran Perundang-Undangan yang berlaku.
Pasal 26

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai penggunaan kawasan hut an dan pemanf aat an hut an
sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 20, 21, 22, 23, 24, dan 25 diat ur dengan Keput usan
Bupat i.
Pasal 27

Ret ribusi Kehut an Masyarakat
Ret ribusi Ij in Usaha Kehut anan Masyarakat (IUKM) diat ur dengan perat uran t ersendiri.
Paragraf 3
Rehabilit asi dan Reklamasi Hut an dan Lahan
Pasal 28
(1)

Pemerint ah daerah menyelengarakan rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan
berdasarkan kondisi spesif ik biof isik dan pada kawasan hut an yang memiliki t ingkat
kerusakan dan perubahan t ert ent u yang mempengaruhi kelest arian hut an;

(2)

Kegiat an rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan di semua kawasan hut an kecuali cagar alam, dengan mengakui kearif an
t radisional;

(3)

Kegiat an rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliput i invent arisasi lokasi, penent uan lokasi, perencanaan, dan pelaksanaan relakmasi;

(4)

Penyelengaraan rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan dilakukan dengan part isif asi
masyarakat khususnya masyarakat yang ada di dalam dan sekit ar hut an;
Pasal 29

(1) Rehabilit asi hut an dan lahan dimaksudkan sebagai usaha unt uk memulihkan,
mempert ahankan, dan meningkat kan f ungsi hut an dan lahan sehingga daya dukung,
produkt if it as dan peranannya dalam mendukung
sist em penyangga kehidupan t et ap t erj aga;
(2)

Pemegang ij in pemanf aat an kawasan hut an waj ib menyelenggarakan rehabilit asi
t erhadap wilayah kelolanya;

(3)

Rehabilit asi hut an dan lahan diselenggarakan melalui kegiat an :
a.

Reboisasi

b.

Penghij auan

c.

Pemeliharaan

d.

Pengayaan t anaman

e.

Penerapan t eknis konservasi t anah secara veget at if dan sipil t eknis, pada lahan kerit is
yang t idak produkt if .
Pasal 30

(1)

Pemerint ah daerah dapat menet apkan kawasan hut an dan lahan yang t elah direhabilit asi
oleh masyarakat sebagai wilayah kelola kampung sesuai f ungsinya;

(2)

Kawasan hut an dan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kawasan hut an
lindung, kawasan hut an konservasi dan kawasan hut an produksi yang ij in pengelolaannya
hapus.
Pasal 31

(1)

Reklamasi kawasan hut an dan lahan dimaksudkan unt uk memperbaiki at au memulihkan
kembali lahan dan veget asi hut an yang rusak akibat pemanf aat an di luar kegiat an
kehut anan, agar dapat berf ungsi secara opt imal sesuai dengan perunt ukannya;

(2) Pengguna kawasan hut an unt uk kepent ingan diluar kegiat an kehut anan yang
mengakibat kan perubahan permukaan dan penut upan t anah waj ib menyelenggarakan
reklamasi hut an kawasan dan lahan;
(3)

Reklamasi kawasan hut an dan lahan dilakukan dengan kegiat an pemulihan st rukt ur t anah
dan t anaman.
Pasal 32

Pengguna kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 dan Pasal 31 ayat (2) waj ib
membayar dana j aminan rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan sebelum menggunakan
kawasan hut an kepada Pemerint ah Daerah.
Pasal 33
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai penyelenggaraan rehabilit asi dan reklamasi hut an dan lahan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32 diat ur dengan
Keput usan Bupat i.
Paragraf 4
Perlindungan Hut an dan Konservasi Alam
Pasal 34
(1)

Pemerint ah Daerah waj ib melakukan perlindungan hut an dan kawasan hut an;

(2)

Perlindungan hut an dan kawasan hut an merupakan usaha unt uk:

(3)

a.

Mencegah dan membat asi kerusakan hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an yang
disebabkan oleh perbuat an manusia, t ernak, kebakaran hut an, hama, sert a penyakit ;

b.

Mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan at as
hut an, kawasan hut an, hasil hut an, invest asi sert a perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hut an.

Pemegang ij in usaha pemanf aat an hut an sert a pihak-pihak yang menerima wewenang
pengelolaan hut an, diwaj ibkan melindungi hut an dan areal kerj anya.
Pasal 35

(1)

Pemerint ah daerah menyelenggarakan konservasi alam yang meliput i kegiat an
perlindungan, pengawet an dan pemanf aat an sumberdaya alam secara opt imal dan
lest ari;

(2)

Konservasi alam dimaksudkan unt uk mengusahakan t erwuj udnya pelest arian sumberdaya
alam agar sesuai dengan f ungsinya sert a unt uk menj aga keseimbangan ekosist em hut an
sehingga dapat mendukung upaya peningkat an kesej aht eraan masyarakat .
Pasal 36

Dalam rangka perlindungan dan konservasi alam, Pemerint ah daerah waj ib melibat kan
masyarakat .
Pasal 37
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai perlindungan dan konservasi alam sebagaimana dimaksud
pada Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 36 diat ur dengan Keput usan Bupat i.
Bagian ket iga
Penelit ian dan Pengembangan, Pendidikan dan Lat ihan sert a Penyuluhan Kehut anan
Pasal 38
(1)

Pemerint ah daerah menyelenggarakan dan menyediakan kawasan hut an unt uk penelit ian
dan pengembangan, pendidikan dan lat ihan sert a penyuluhan kehut anan
(lit bangdiklat luh);

(2)

Dalam menyelenggarakan kegiat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerint ah
daerah bekerj a sama dengan perguruan t inggi, dunia usaha, lembaga swadaya
masyarakat , lembaga penelit ian dan masyarakat ;

(3)

Kegiat an sebagaimana dimaksud pada ayat (2) waj ib memperhat ikan ilmu penget ahuan
dan t eknologi, kearif an t radisional, kondisi sosial budaya masyarakat dan menj aga
kekayaan plasma nut f ah khas Indonesia dari pencurian dan diupayakan unt uk
mendapat kan hak pat en.

Paragraf 1
Penelit ian dan Pengembangan Kehut anan
Pasal 39
Penelit ian dan Pengembangan kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan kemampuan
pengurusan hut an dalam mewuj udkan pengelolaan hut an secara lest ari dan peningkat an nilai
t ambah hasil hut an.
Paragraf 2
Pendidikan dan Lat ihan Kehut anan
Pasal 40
Pendidikan dan lat ihan kehut anan bert uj uan unt uk membent uk sumber daya manusia yang
menguasai sert a mampu memanf aat kan dan mengembangkan ilmu penget ahuan dan t eknologi
dalam pengurusan hut an secara adil dan lest ari.
Paragraf 3
Penyuluhan
Pasal 41
Penyuluhan Kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan penget ahuan dan ket erampilan sert a
mengubah sikap dan prilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung pembangunan
kehut anan at as dasar kesadaran akan pent ingnya sumber daya hut an bagi kepent ingan
manusia.
Paragaf 4
Pendanaan dan Prasarana
Pasal 42
(1)

Pemerint ah daerah waj ib menyediakan dana dan prasarana dalam rangka
lit bangdiklat l uh;

(2)

Dana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari sumber-sumber
dana yang relevan, sah dan t idak mengikat ;

(3)

Pemegang Hak Pemanf aat an Hut an waj ib menyediakan dana dan prasarana dalam rangka
lit bangdiklat l uh.
Pasal 43

Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41 dan Pasal
42 diat ur dengan Keput usan Bupat i.
Bagian Keempat
Pengawasan dan Pengendalian Kehut anan
Pasal 44
(1)

Pemerint ah daerah melakukan pengawasan t erhadap kawasan hut an;

(2)

Pengawasan hut an dimaksudkan unt uk mencermat i, menelusuri dan menilai pelaksanaan
pengurusan hut an sehingga t uj uan dapat t ercapai secara maksimal dan sekaligus
merupakan umpan balik bagi perbaikan dan at au penyempurnaan pengurusan hut an lebih
lanj ut ;

(3)

Pengawasan hut an dilaksanakan secara t ransparan melibat kan masyarakat dan
bert anggung-gugat .
Pasal 45

(1)

Pemerint ah Daerah melakukan pengendalian t erhadap kawasan hut an;

(2)

Pengendalian hut an dimaksudkan sebagai t indak lanj ut dari pengawasan yang dilakukan
unt uk menj aga kelest arian hut an;

(3)

Dalam rangka melaksanakan pengendalian kehut anan, Dinas Kehut anan berwenang
melakukan pemant auan, memint a ket erangan dan melakukan pemeriksaan at as
pelaksanaan pengurusan hut an.
Pasal 46
Ruang Lingkup Pengawasan

Pemerint ah daerah mengawasi:
a.

Pemeliharaan dan pengamanan t anda bat as kawasan hut an;

b.

Penyelenggaraan pengurusan erosi, sediment asi, produkt ivit as lahan pada daerah
aliran sungai (DAS);

c.

Pemanf aat an j asa lingkungan hut an;

d.

Pemberian ij in usaha dan penyelenggaraan produksi, pengolahan, pengendalian mut u
pemasaran dan peredaran hasil hut an;

e.

Pemberian ij in usaha dan dist ribusi sarana produksi kehut anan;

f.

Pemberian ij in usaha dan pengawasan pemanf aat an wilayah hut an unt uk pariwisat a
alam;

g.

Penyelenggaraan t at a hut an dan rencana pengelolaan, pemanf aat an, pemeliharaan,
rehabilit asi, reklamasi, pemulihan, suaka alam, kawasan pelest arian alam dan t aman
buru;

h.

Penyelengaraan konservasi sumberdaya alam hayat i dan ekosist emnya yang meliput i
perlindungan, pengawet an dan pemanf aat an secara lest ari bidang kehut anan;

i.

Penyelenggaraan pengamanan dan penanggulangan bencana pada kawasan hut an;

j.

Pemanf aat an ruang di kawasan lindung;

k.

Penyelenggaraan perlindungan dan pengamanan hut an pada kawasan lint as Kampung;
Pasal 47

(1) Masyarakat melakukan pengawasan t erhadap pengelolaan dan at au pemanf aat an hut an
yang dilakukan pemegang ij in pengelolaan hut an;
(2) Pelaksanaan peran sert a masyarakat dalam pengawasan hut an dilakukan dengan
pemberian saran, pert imbangan, dan pendapat t erhadap pengurusan hut an kepada Dinas
Kehut anan;
(3) Dinas Kehut anan menindaklanj ut i saran, pert imbangan, pendapat dari masyarakat ;
Pasal 48
(1)

Dalam rangka pengawasan dan pengendalian kehut anan Pemerint ah daerah dibant u oleh
Sat uan Pengamanan Hut an;

(2) Sat uan Pengamanan Hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i Polisi Hut an dan
at au sat uan pengamanan hut an lainnya yang dibent uk oleh Dinas Kehut anan.
Pasal 49
Tugas pokok dan f ungsi Polisi Hut an diat ur sesuai dengan perat uran Perundang-Undangan yang
berlaku.
BAB V
HAK DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
Bagian Kesat u

Hak Masyarakat
Pasal 50
(1)

Masyarakat berhak menikmat i kualit as lingkungan hidup yang dihasilkan hut an;

(2)

Selain hak yang dimaksud pada ayat (1) masyarakat dapat :
a.

Memanf aat kan hut an dan hasil hut an sesuai dengan perat uran perundang-undangan
yang berlaku.

b.

Memberi masukan dan mengikut sert akan masyarakat dalam menent ukan rencana
perunt ukan hut an, memanf aat kan hasil hut an, dan pengawasan hut an.

c.

Menerima dan memberi inf ormasi, saran, sert a pert imbangan dalam pembangunan
kehut anan.

(3)

Masyarakat di dalam dan disekit ar hut an berhak memperoleh kompensasi karena
hilangnya akses t erhadap hut an sekit arnya akibat perunt ukan dan penet apan kawasan
hut an;

(4)

Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) pada Pasal ini diat ur
dengan Keput usan Bupat i;

(5)

Masyarakat berhak menolak perunt ukan dan perencanaan kehut anan yang t idak
melibat kan masyarakat sesuai maksud pada ayat (2) huruf a dan b sert a penent uan
kompensasi sebagaimana yang diat ur pada ayat (3) dan (4) dengan hak t anggung-gugat .
Bagian Kedua
Peransert a Masyarakat
Pasal 51

(1)

Pengurusan hut an memberikan ruang bagi peran sert a masyarakat sej at i; (genuine);

(2)

Peran sert a masyarakat dimaksudkan unt uk meningkat kan dan mendorong t ercipt anya
kualit as dan kuant it as hut an yang lest ari, mengakui hak-hak adat dan unt uk
kesej aht eraan masyarakat ;

(3)

Peran sert a masyarakat dapat dilakukan oleh perorangan, sekelompok orang t ermasuk
masyarakat hukum adat , kelompok prof esi, kelompok minat , lembaga swadaya
masyarakat dan badan hukum.
Pasal 52

Pemberian inf ormasi, saran, pert imbangan at au pendapat it u dapat berbent uk:
a.

Pemberian masukan dalam penent uan arah kebij akan dan pengurusan hut an;

b.

Pengident if ikasi berbagai pot ensi dan masalah kehut anan t ermasuk bant uan unt uk
memperj elas hak at as hut an;

c.

Pengaj uan keberat an t erhadap kebij akan dan pengurusan hut an.
Pasal 53

Peransert a masyarakat dapat dilakukan melalui penyampaian saran, pert imbangan, pendapat
dan keberat an secara lisan at au t ert ulis kepada Pemerint ah Daerah melalui Dinas Kehut anan.
Pasal 54
Dalam rangka peransert a masyarakat , Pemerint ah daerah waj ib:
a.

Menindak lanj ut i saran, pert imbangan, pendapat dan keberat an dari masyarakat at as
kebij akan dan pengurusan hut an;

b.

Memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan, pengayoman,
pelayanan bant uan t eknik, bant uan hukum, pendidikan dan at au pelat ihan dalam

rangka peningkat an sumber daya manusia dalam pengurusan hut an baik kualit as
maupun kuant it asnya;
c.

Menyebarluaskan semua inf ormasi kehut anan melalui media cet ak dan at au media
elekt ronik dan media lain yang dianggap ef ekt if kepada masyarakat ;

d.

Membent uk pos pelayanan dan pengaduan masyarakat ;

e.

Menj amin perlindungan t erhadap saksi dan korban.
Pasal 55

Ket ent uan lebih lanj ut Tent ang t at a cara dan mekanisme pelaksanaan hak dan peran sert a
masyarakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 50, Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53 dan Pasal 54
diat ur dalam keput usan Kepala Dinas Kehut anan.
BAB VI
PENYELESAIAN SENGKETA KEHUTANAN
Pasal 56
(1). Penyelesaian sengket a kehut anan di luar wilayah adat dapat dit empuh melalui
pengadilan at au diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela oleh para pihak
yang bersengket a;
(2). Apabila t elah dipilih upaya penyelesaian sengket a di luar pengadilan, maka gugat an
melalui pengadilan dapat dilakukan set elah t idak t ercapai kesepakat an ant ara para pihak
yang bersengket a;
(3). Penyelesaian sengket a di pengadilan maupun di luar pengadilan dimaksudkan unt uk
mencapai kesepakat an mengenai pengembalian suat u hak, besarnya gant i rugi dan at au
mengenai bent uk t indakan t ert ent u yang harus dilakukan unt uk memulihkan f ungsi
hut an.
Pasal 57
(1). Penyelesaian sengket a di luar pengadilan t idak berlaku t erhadap t indak pidana di bidang
kehut anan;
(2). Penyelesaian sengket a di luar pengadilan dapat melibat kan pihak ket iga yang dianggap
mampu membant u menyelesaikan sengket a kehut anan;
(3). Hasil kesepakat an sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh para pihak yang bersengket a
dimint akan penet apannya kepada Pengadil an Negeri sesuai dengan ket ent uan PerundangUndangan yang berlaku;
(4). Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara dan mekanisme penyelesaian sengket a di luar
pengadilan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) diat ur dengan Keput usan Bupat i.
BAB VII
PENYIDIKAN
Pasal 58
(1). Selain pej abat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, pej abat Pegawai Negeri
Sipil t ert ent u diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam
Kit ab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
(2). Pej abat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat
Pemerint ah Daerah yang dibent uk oleh Dinas Kehut anan unt uk melakukan penyidikan
t erhadap dugaan t indak pidana kehut anan dan melanj ut kan hasil penyidikan t ersebut
kepada Kej aksaan Negeri set empat ;
(3). Tugas pokok, f ungsi dan wewenang Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan perat uran Perundang-Undangan yang berlaku.
BAB VIII

KETENTUAN PIDANA
Pasal 59
(1). Barang siapa dengan sengaj a melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud pada Pasal 29
ayat (2), Pasal 31, Pasal 33, Pasal 36 dan Pasal 41 diancam dengan denda sebesarbesarnya Rp. 5. 000. 000, 00 (Lima j ut a rupiah), dan kurungan selama-lamanya 6 bulan;
(2). Tindak pidana di bidang kehut anan yang dilakukan di luar ket ent uan sebagaimana di at ur
pada ayat (1) dikenakan sanksi berdasarkan perat uran Perundang-Undangan yang
berlaku.
BAB IX
GANTI RUGI, SANKSI ADMINISTRATIF DAN PERTANGGUNG-GUGATAN PUBLIK
Pasal 60
(1). Set iap perbuat an melanggar hukum yang diat ur dalam Perda ini dengan t idak mengurangi
sanksi pidana sebagaimana yang di maksud pada Pasal 59, mewaj ibkan kepada
penanggung j awab perbuat an it u unt uk membayar gant i rugi sesuai dengan t ingkat
kerusakan at au akibat yang dit imbulkan kepada Pemerint ah Daerah dan masyarakat ,
unt uk biaya rehabilit asi, pemulihan kondisi hut an, at au t indakan lain yang di perlukan;
(2). Dinas Kehut anan dapat bert indak unt uk kepent ingan masyarakat , j ika diket ahui
masyarakat menderit a akibat pencemaran dan at au kerusakan hut an sedemikian rupa
sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat .
Pasal 61
(1). Set iap pemegang ij in Usaha Kehut anan Masyarakat , Ij in usaha pemanf aat an kawasan, ij in
usaha pemanf aat an j asa lingkungan, ij in pemungut an hasil hut an kayu dan ij in sah
lainnya diat ur dalam Perda ini apabila melanggar ket ent uan pidana sebagaimana diat ur
pada Pasal 59 di kenakan sanksi administ rat if ;
(2). Ket ent uan lebih lanj ut mengenai bent uk-bent uk sanksi administ rat if sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diat ur dengan Keput usan Bupat i.
Pasal 62
Pert anggung - gugat an Publik
(1). Dalam rangka penyelenggara t at a pemerint ah yang baik, Pemerint ah Daerah dan at au
Pej abat Pemerint ah Daerah hasur melaksanakan pengurus hut an sebaik-baiknya sesuai
dengan ket ent uan perundangan-undangan yang berlaku;
(2). Apabila Pemerint ah Daerah dan at au Pej abat Pemerint ah Daerah t idak melaksanakan
penyelengaraan pemerint ahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka dapat
dikenakan sanksi ( baik sanksi pidana, perdat a
maupun, administ rat if );
(3). Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pert anggung gugat an publik diat ur dalam Keput usan
Bupat i.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63
(1). Semua perij inan yang di keluarkan oleh Pemerint ah Pusat , Propinsi, dan Kabupat en Kut ai
yang dikeluarkan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dinyat akan
t et ap berlaku sampai dengan habis masa berlakunya;
(2). Semua perij inan yang dikeluarkan oleh Pemerint ah Kabupat en Kut ai Barat sebelum
Perat uran daerah ini diundangkan dinyat akan t et ap berlaku sampai dengan habis masa
berlakunya;

(3). Semua perat uran Perundang-Undangan yang berkait an dengan pengelolaan hut an di Kut ai
Barat masih t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dengan kewenangan kabupat en.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 63
Pada saat mulai berlakunya Perat uran Daerah ini, Perat uran Daerah Kabupat en Kut ai yang
berkait an dengan pengelolaan hut an, dinyat akan t idak berlaku lagi dalam wilayah Kabupat en
Kut ai barat
Pasal 64
Perat uran Daerah ini mulai berlaku pada t anggal di undangkan. Agar set iap orang dapat
menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Daerah ini dengan penempat annya
dalam lembaran Daerah kabupat en Kut ai Barat .

Dit et apkan di Sendawar
pada t anggal 4 Nopember 2002
BUPATI KUTAI BARAT,
t t d.
RAMA ALEXANDER ASIA
Diundangkan di Sendawar
pada t anggal 4 Nopember 2002
PLT. SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KUTAI BARAT,
t t d.
ENCIK MUGNIDDIN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2002

  

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

7 150 212

Prosedur Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 (Studi Desa Kutambaru Kecamatan Munthe Kabupaten Karo)

1 67 82

Implementasi Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 7 Tahun 2011 tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

6 111 114

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031

8 130 133

Peran DPRD Dalam Fungsi Pembentukan Peraturan Daerah (Studi pada DPRD Provinsi Sumatera Utara Priode 2010 – 2011)Kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara

1 40 115

SKRIPSI PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN OLEH SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT TERHADAP PENGGUNAAN MOBIL DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH.

0 2 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN OLEH SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT TERHADAP PENGGUNAAN MOBIL DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH.

0 9 18

PENUTUP PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN OLEH SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT TERHADAP PENGGUNAAN MOBIL DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH.

0 7 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 03 TAHUN 2002

0 1 9

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002

0 0 11