Index of /ProdukHukum/kehutanan
BIRO KEPEGAWAIAN
S E K R E T A R I A T J E N D E R A L
D E P A R T E M E N K E H U T A N A N
(2)
KATA PENGANTAR
Buku matrikulasi materi ujian dinas tahun 2008 ini disusun untuk memberi panduan bagi peserta ujiian dinas. Diharapkan para peserta ujian dinas dapat mempelajari materi yang di sajikan dalam matrikulasi ini, yang menyangkut seluruh materi yang akan diujikan. Dalam pelaksanaan ujian dinas ini tidak di pungut biaya apapun, untuk itu matrikulasi ini dibuat sebagai panduan dan hendaknya betul-betul dipahami, dan dipelajari sehingga peserta ujian dinas dapat menyelesaiakan soal-soal yang diberikan, dan mencapai hasil baik.
Standar kelulusan ujian dinas berdasarkan SK Bersama Kepala Badan Aministrasi Kepegawaian Negara dan Ketua Lembaga Administrasi Negara Nomor: 12/ SE/ 1981 dan No.: 193/ Seklan/ 8/ 1981 tanggal 5 Agustus 1981 adalah :
Nilai batas lulus bagi peserta ujian dinas tk. I adalah mencapai nilai tertimbang serendah -rendahnya 65 dengan ketentuan :
1. Nilai prestasi (NPR ) Pancasila dan UUD’45 serendah-rendanya 70. 2. Nilai prestasi (NPR) yang lainnya serendah-rendahnya 40.
FORMULASI DALAM PERHI TUNGAN NI LAI DENGAN RUMUS NPR X NP = NI LAI NT 100
Sebagai gambaran saja dari simulasi sesuai SK Bersama tersebut diatas, apabila peserta ujian dinas hanya mendapat nilai minimal maka nilai tertimbang (NT) belum mencapai 65, seperti contoh berikut
CONTOH 1: APABI LA PESERTA UJI AN MENDAPAT NI LAI PRESTASI MI NI MAL
NO MATERI
NI LAI PRESTASI
(NPR)
NI LAI PATOKAN (NP)
NI LAI TERTI MBANG
(NT)
1 PANCASI LA 70 15 10,5
2 UUD’45 70 15 10,5
3 GBHN & REPELI TA 40 15 6
4
PERATURAN PER-UNDANG2AN KEPEGAWAI AN
40 10 4
5 KORPRI 40 10 4
6 PENGETAHUAN
PERKANTORAN 40 8 3,2
7 TUPOKSI 40 8 3,2
8 SUBTANTI F 40 8 3,2
9 BAHASA I NDONESI A 40 6 2,4
10 SEJARAH I NDONESI A 40 6 2
JUMLAH 100 49
Jika peserta ujian memperoleh nilai prestasi (NPR) minimal untuk seluruh materi ujian, maka sesuai formulasi Nilai Tertimbang (NT) yang dicapai adalah 49 (tidak lulus).
(3)
CONTOH 2: APABI LA PESERTA UJI AN MENDAPAT NI LAI DI ATAS NI LAI MI NI MAL
NO MATERI
NI LAI PRESTASI
(NPR)
NI LAI PATOKAN (NP)
NI LAI TERTI MBANG (NT)
1 PANCASI LA 75 15 11,25
2 UUD’45 74 15 11,1
3 GBHN & REPELI TA 59 15 8,85
4
PERATURAN PER-UNDANG2 AN KEPEGAWAI AN
54 10 5,4
5 KORPRI 66 10 6,6
6 PENGETAHUAN
PERKANTORAN 58 8 4,64
7 TUPOKSI 64 8 5,12
8 SUBTANTI F 66 8 5,28
9 BAHASA I NDONESI A 56 6 3,36
10 SEJARAH I NDONESI A 68 6 3,4
JUMLAH 100 65
Jika peserta ujian memperoleh nilai prestasi (NPR) seperti dalam daftar diatas, maka sesuai formulasi Nilai Tertimbang (NT) yang dicapai adalah 65 (lulus).
Demikian materi ini dibuat sebagai bahan panduan untuk dipelajari.
Jakarta, Maret 2008
Kepala Bagian Renbang Kepegawaian
ttd.
I r. Samidi, M.Sc
(4)
MATERI MATRI KULASI PANCASI LA
Materi di bidang I deologi Negara atau Pancasila yaitu tes menyangkut pemahaman PNS (Pegawai) mengenai pandangan hidup atau ideology Pancasila bangsa dan Negara serta kewarganegaraan. Peserta ujian dinas harus mendapat nilai prestasi diatas nilai minimal (70), karena bobotnya cukup besar yaitu 15 % .
KI SI – KI SI UNTUK MATERI PANCASI LA SEBAGAI BERI KUT: PEMBUKAAN UUD’45 ( Preambule)
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan Perjuangan pergerakan kemerdekaan I ndonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat I ndonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara I ndonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat I ndonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara I ndonesia yang melindungi segenap bangsa I ndonesia dan seluruh tumpah darah I ndonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan Kemerdekaan, Perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan I ndonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara I ndonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik I ndonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan I ndonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalm permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat I ndonesia.
KERUKUNAN
1. Mengingat Bangsa I ndonesia adalah bangsa yang majemuk, tidak hanya suku
dan agama tetapi orientasi politiknya juga beragam, keragaman tersebut harus disertai keterbukaan sehingga sehingga tercipta kerukunan hidup berbangsa dan bernegara.
Kerukunan merupakan suatu kemauan untuk hidup berdampingan secara damai dan tertib dalam kehidupan sehari-hari yang dicerminkan dalam sikap dan perilaku.
Kerukunan sangat penting ditanamkan dan dilaksanakan mengingat bangsa I ndonesia terdiri atas suku bangsa, agama, budaya dan latar belakang yang berbeda-beda.
Kerukunan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pembinaan persatuan dan kesatuan.
Kerukunan dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib dan aman, kondisi ini penting bagi pembangunan nasional, oleh karena itu demi lancarnya proses Pembangunan Nasional, kita sebagai warga negara bertanggung jawab untuk memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat serta membina ketahanan diri dan ketahanan nasional.
Keanekaragaman ini dapat kita lihat dari banyaknya suku, bangsa, agama yang dianut budaya dan latar belakang bangsa I ndonesia, I ndonesia merupakan negara kepulauan dan beraneka ragam suku bangsa dan bahasa. Walalupun demikian I ndonesia pernah terbukti mampu menjaga integritas nasional.
Sejarah membuktikan bahwa Sumpah Pemuda tahun 1928 telah mewujudkakn integritas sosial – integritas nasional, walaupun demikian tidak dapat dipungkiri berbagai benturan dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi.
(5)
Proses integrasi bangsa I ndonesia sejak kekuasaan I slam berkembang mempunyai arti yang sangat besar bagi kehidupan bangsa I ndonesia, melalui proses ini bangsa I ndonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan adat istiadat dan berasal dari berbagai bentuk kepulauan besar maupun kecil, dapat dipersatukan ke dalam bentuk Negara Republik I ndonesia. Namun akhir-akhir ini gejala disintegrasi muncul, gejala ini cukup disadari dalam GBHN 1999, yang menyatakan : Konflik sosial dan menguatnya gejala disintegrasi di berbagai daerah seperti di Maluku merupakan gangguan bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik I ndonesia yang kalau tidak segera ditanggulangi akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Masalah ini tentu bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua warga Negera Republik I ndonesia, kalau tidak maka Sumpah Pemuda dan semangat Bhinneka Tunggal I ka akan kehilangan makna.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Warga Negara I ndonesia dalam membina Ketertiban, keamanan, Ketahanan diri, dan Ketahanan Nasional.
• Ketertiban adalah kadaan tertib, kondisi ketika segala sesuatu dalam kehidupan
masyarakat berjalan sesuai dengan aturan hukum, norma, kaidah, prinsip atau kebiasaan dan tata krama yang berlaku.
• Keamanan adalah keadaan aman, dimana setiap warga masyarakat merasakan
ketentraman lahir dan batin dalam kehidupannya.
• Ketahanan diri adalah kemampuan dan ketangguhan seseorang dalam menjamin
kelangsungan hidupnya menuju ke perwujudan cita-cita yang dimilikinya.
• Ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin
kelangsungan hidupnya menuju perwujudan cita-cita nasional.
Ketahanan diri dan ketahanan nasional suatu bangsa terwujud dalam kemampuan bangsa itu untuk memelihara ketertiban dan keamanan, yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, pemerintah negara I ndonesia berkewajiban untuk melindungi seluruh bangsa dan seluruh tanah air I ndonesia.
Tugas dan tanggung jawab warga negara I ndonesia tertuang di UUD 1945 pasal 30 ayat (1 dan 2), dalam pasal tersebut adanya tugas tanggung jawab setiap warga negara untuk membela negara, yang mencakup kegiatan mengusir musuh dari luar yang merongrong kedaulatan negara dan memelihara ketertiban dan keamanan dalam negeri.
Bela negara adalah kegiatan untuk menjaga kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidup suatu negara.
Segala warga begara bersamaan kedudukannya di depan hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat (1) UUD 1945.
Hukum adalah serangkaian aturan yang berisi perintah atau larangan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat. Dengan kewajiban untuk menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan, setiap warga negara berkewajiban ikut memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat, baik masyarakat setempat maupun masyarakat luas, yaitu masyarakat negara.
3. Bahaya dan Kerugian Praktik-Praktik yang Egois dan Ekstrem Dalam Kehidupan
Beragaman, Bermasyarakat, dan Bernegara. Ketidaktertiban dan ketidakamanan dapat muncul dari tindakan-tindakan yang dilandasi oleh sikap egois dan ekstrem dari berbagai kelompok masyarakat. Sikap egois dan ekstrem telah menimbulkan kekacauan dan mengganggu keamanan kehidupan bersama, untuk itu kita mengenal istilah-istilah ekstrem kiri dan ekstrem kanan.
(6)
Ekstrem kiri adalah sebutan untuk para pendukung PKI dan ideologi
komunismenya, sedangkan ekstrem kanan adalah sebutan bagi golongan fanatik
berlebihan terhadap agama tertentu dan bertujuan mendirikan negara agama.
Keyakinan yang Ekstrem dapat mendorong Egoisme agama, setiap agama menuntut keptuhan dan keyakinan yang mutlak dari para penganutnya, namun demikian kepatuhan dan keyakinan tersebut juga mengandung potensi negatif, apabila mengarah kepada fanatisme sempit. Fanatisme adalah keyakinan yang buta dan berlebihan sehingga menjadi picik, fanatisme sempit membuat orang bertindak tanpa akal budi. Sikap fanatik yang berlebihan cenderung membuat orang tidak mengakui, apalagi menghormati orang lain yang berbeda dengan dirinya.
Semangat Kerukunan yang Berlebihan Dapat Mendorong ke Arah Pendangkalan Keyakinan, yang justru dapat menimbulkan kerugian tersendiri, kerugian itu dapat berupa pendangkalan keyakinan atas ajaran agama masing-masing, sehingga pendangkalan tersebut dapat membawa orang kepada sikap sinkretik dan indifferent.
Sikap sinkretik adalah sikap mencampuradukkan segala ajaran agama menjadi satu,
sedangkan sikap indifferent adalah sikap yang tidak mampu membedakan antara agama
yang satu dengan yang lain.
Dua hal di atas menunjukkan bahwa membina kerukunan hidup beragama tidaklah mudah, dibutuhkan usaha untuk membina kerukunan hidup antara umat beragama, yang dilakukan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pembinaan kerukunan beragama termaktub dalam Pancasila (landasan ideal), UUD 1945 dalam pasal 29 ayat (1),dan (2), serta pasal 28E (landasan konstitusional) dan GBHN / RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) dan peraturan perundangan lainnya (landasan operasional).
KEADI LAN DAN KEBENARAN
Keadilan merupakan suatu hasil pengambilan keputusan yang mengandung kebenaran, tidak memihak, dapat dipertanggungjawabkan, dan memperlakukan setiap orang pada kedudukan yang sama di hadapan hukum. Perwujudan keadilan dapat dilaksanakan dalam lingkup kehidupan keluarga sampai dengan kehidupan masyarakat internasional.
Kebenaran merupakan suatu keadaan sebagaimana kenyataannya, setiap warga negara harus mampu melihat, menilai dan menangapi sesuatu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara obyektif berdasarkan kenyataan.
Prinsip Menegakkan Keadilan dan Kebenaran.
Setiap bangsa beradab menerima gagasan bahwa kehidupan bermasyarakat dan bernegara mengindahkan tuntuan keadilan dan kebenaran, tuntutan moral sosial tersebut tidak hanya berlaku bagi para penyelenggara negara tetapi juga warga negara.
Untuk itu masyarakat harus berupaya membangun konsesus demokratis, Konsensus tersebut penting untuk menjaga agar jangan sampai keadilan dan kebenaran hanya dimonopoli oleh penguasa atau salah satu kelompok masyarakat saja. Konsesnsus demokratis semestinya dapat terbentuk dalam komunikasi antara warga masyarakat dan terutama dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, karena lembaga-lembaga tersebut wadah bagi pembentukan konsesus demokratis.
Kadar kedemokratisan produk lembaga perwakilan rakyat sangat tergantung pada proses terbentuknya. Prinsipnya produk lembaga tersebut dikatakan demokratis apabila produk tersebut mencerminkan kedaulatan dan aspirasi rakyat. Lembaga tersebut harus memnuhi empat kriteria berikut:
1. Keangotaan lembaga perwakilan rakyat terbentuk atas dasar kesamaan kesempatan
akses masyarakat terhadap kekuasaan.
(7)
3. Keputusan terbentuk berdasarkan prinsip audiatur et altera pars (hendaknya pihak yang lain pun didengar).
4. Apapun keputusan yang dibuat, dapat menjamin bahwa hak-hak yang berkenaan
dengan identitas kolektif sub-sub komunitas yang membentuk bangsa (agama, keyakinan moral, bahasa dan budaya) tidak menjadi sebab adanya diskriminasi. Tegaknya keadilan dan kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berbanding lurus dengan konsistensi masyarakat dan pemerintah dalam mengupyakan kehidupan bersama yang demokratis.
Dalam menjalankan tuntutan tingkah laku agar kebenaran dapat ditegakkan, ada empat prinsip penting yang harus dipegang yaitu:
1. mampu melihat setiap yang benar sebagai kebenaran yang sesungguhnya.
2. mampu mengikuti kebenaran dan tidak hanya sekedar melihat
3. mampu melihat setiap yang salah dan keliru sebagai kesalahan dan kekeliruan. 4. mampu untuk dapat menjauhkan diri dan meluruskan kekeliruan dan kesalahan.
Norma Untuk Menegakkan Keadilan dan Kebenaran.
Aturan atau norma, dimasudkan untuk membina dan menegakkan kehidupan yang diwarnai oleh keadilan dan kebenaran, tanpa adanya norma itu, dapat dipastikan kehidupan bersama akan kacau, ada empat macam norma yang mengikat setiap warga masyarakat yaitu :
1. Norma susila, adalah serangkaian aturan hidup yang berasal dari hati nurani
manusia, norma ini bersifat individual, sanksinya pun bersifat individual.
2. Norma kesopanan, adalah aturan hidup yang berasal dari masyarakat dan berlaku
dalam sebuah lingkungan masyarakat, maka pelanggaran atas norma kesopanan akan menimbulkan sanksi yang berasal dari masyarakat.
3. Norma agama, adalah serangkaian aturan hidup yang dipercaya oleh sebuah
komunitas keagamaan tertentu sebagai aturan yang berasal dari Tuhan, yang tampil dalam bentuk ajaran agama tertentu. Sanksi akibat pelanggaran tersebut akan diterima kelak sesudah seseorang meninggal dunia.
4. Norma hukum, adalah aturan hidup bermasyarakat yang dibuat oleh masyarakat
(negara), yang dapat dipaksakan berlakunya oleh pejabat yang berwenang.
Dengan adanya norma hukum, ketertiban masyarakat lebih mungkin dapat ditegakkan. Hal ini karena sanksi-sanksi atas pelanggaran hukum dapat dikenakan secara paksa oleh lembaga yang berwenang, yaitu badan-badan peradilan, yang bertindak atas nama negara untuk menegakkan hukum.
Tata Cara Menegakkan Keadilan dan Kebenaran Dalam Hidup Berbangsa dan Bernegara.
UUD 1945 menggariskan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, namun pada pelaksanaannya ada saatnya prinsip itu dilanggar, hal itu terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin maupun pada masa Orde Baru. Pada kedua masa itu “keadilan” tidak didasarkan pada kebenaran, melainkan lebih didasarkan pada kepentingan penguasa.
Pada masa Demokrasi Terpimpin lembaga peradilan tidak diberi peran sebagai penegak keadilan atas dasar kebenaran, melainkan sebagai alat revolusi.
Pada Masa Orde Baru lembaga peradilan cenderung menjadi abdi penguasa karena lembaga peradilan tunduk pada keinginan penguasa.
Pengalaman pada kedua masa tersebut memberikan pelajaran berharga bagi kehidupan bangsa kita. Perilaku penguasa apabila dilaksanakan tanpa mengindahkan tata cara yang beradab, yakni supermasi hukum, justru akan menimbulkan ketidakadilan dan ketidakbenaran, biarpun itu dilakukan dengan mengatasnamakan “keadilan” dan “kebenaran”.
(8)
Untuk memperbaiki kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara lahirlah “Reformasi”.
Reformasi lahir berdasarkan motivasi sebagaian besar rakyat untuk membebaskan bangsa kita dari praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang bertentangan dengan prinsip keadilan dan kebenaran. Refomasi lahir dengan tujuan mewujudkan I ndonesia Baru yang Demokratis dan menghargai hak asasi manusia, menghargai tegaknya keadilan dan kebenaran dengan cara-cara penghormatan sewajarnya pada hukum yang berlaku. Sebuah tatanan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dibangun berlandaskan prinsip supermasi hukum, dengan cara seperti itu hukum akan dapat berfungsi sebagai sarana mewujudkan keadilan dan kebenaran.
Dalam sistem hukum di I ndonesia, konstitusi adalah hukum dasar yang menjadi landasan penyelenggaraan negara atau dasar kehidupan bernegara.
Dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar tertinggi, di bawah UUD terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur lebih lanjut tentang hal-hal yang sudah ditentukan dalam Undang-Undang Dasar.
Harus diakui sistem hukum kita belum sepenuhnya mendukung tegaknya keadilan dan kebenaran, untuk itu masyarakat harus belajar berani bersikap kritis terhadap kinerja semua lembaga negara. Tentu saja sikap kritis itu harus diungkapkan dengan tata cara yang benar, yaitu tata cara bangsa beradab, yang memegang teguh supermasi hukum.
PENTI NGNYA KEADI LAN DAN KEBENARAN.
Keadilan dan kebenaran adalah dua nilai sosial dasar, yang merupakan sendi utama bagi kelangsungan hidup bersama yang baik. Karenanya, keadilan dan kebenaran harus diupayakan agaar terus mewarnai kehidupan, apabila kedua nilai itu diingkari, maka bangunan kehidupan bersama pun semakin rapuh, kita akan menyaksikan berbagai kelompok, satu sama lain saling memaksakan kehendaknya. Kekerasan dan segala bentuk pengingkaran terhadap hak asasi manusia terus terjadi dan kekacauan pun terjadi dimana-mana.
Dalam kehiduan pribadi, keadilan dan kebenaran penting dalam rangka membentuk integritasn dan kepribadian seseorang. Lazimnya, orang yang secara konsisten menegakkan keadilan dan kebenaran, akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki integritas kuat.
Untuk menopang terwujudnya kehidupan yang semakin demokratis kedua nilai sosial dasar amat diperlukan, adanya keadilan dan kebenaran memungkinnya terselengaranya kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa diskriminasi.
Kondisi semacam itu merupakan syarat mutlak untuk tumbuhnya warga masyarakat yang semakin mandiri (civil society).
Pada akhirnya keadilan dan kebenaran merupakan nilai sosial yang fundamental bagi terwujudnya kehidupan bersama yang baik, dan sangat bermanfaat dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta kehidupan bersama antar bangsa.
(9)
MATERI MATRI KULASI UNDANG- UNDANG DASAR 1945
Materi Undang-Undang Dasar 1945 yaitu tes menyangkut pemahaman PNS (Pegawai) mengenai makna dan isi Undang-Undang dasar 1945. Peserta ujian dinas harus mendapat skor diatas nilai minimal (70), karena bobotnya cukup besar yaitu 15 % . Materi Undang-Undang Dasar 1945, dengan berbagai bentuk implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
KI SI – KI SI MATERI UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SEBAGAI BERI KUT: I . UNDANG- UNDANG DASAR, SEBAGI AN DARI HUKUM DASAR.
Undang-Undang Dasar suatu negara adalah hanya sebagian dari hukumnya dasar dari segala hukum yang berlaku dalam negara itu. Semua peraturan yang berlaku untuk umum harus berdasarkan pada pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar, secara langsung atau bertingkat. Sesuatu peraturan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar tidak sah. Mengingat Undang-Undang-Undang-Undang Dasar adalah induk dari segala peraturan, oleh sebab itu Undang-Undang Dasar ditetapkan oleh kekuasaan yang tertinggi dalam negara .
Dalam negara yang demokratis Undang-Undang Dasar itu ditetapkan oleh rakyat dengan perantaraan badan perwakilannya, di I ndonesia badan tersebut dinamakan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menurut Pasal 3 Undang-Undang Dasar 1945.
Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
I I . POKOK POKOK PI KI RAN DALAM “ PEMBUKAAN”
1. “Negara melindungi segenap bangsa I ndonesia dan seluruh tiumpah darah I ndonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat I ndonesia”
Pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya, mengatasi segala paham golongan, dan perseorangan.
Negara, menurut pengertian “ pembukaan” itu menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa I ndonesia seluruhnya. I nilah dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
2. Negera hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. Pokok yang ketiga yang terkandung dalam “pembukaan” ialah negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyataan dan permusyawaratan
perwakilan. Oleh karena itu sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang
Dasar harus berdasar atas kedaulatan Rakyat dan berdasar atas permusyawaratan
perwakilan. Aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat I ndonesia.
4. Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam “pembukaan” ialah negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
I I I . UNDANG- UNDANG DASAR MENCI PTAKAN POKOK POKOK PI KI RAN YANG TERKANDUNG DALAM PEMBUKAAN DALAM PASAL PASALNYA.
Pokok – pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara I ndonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Reichtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.
(10)
I V. UNDANG- UNDANG DASAR BERSI FAT SI NGKAT DAN SUPEL.
Undang-undang Dasar hanya memuat 37 pasal. Pasal-pasal lain hanya memuat peralihan dan tambahan. Maka UUD ini sangat singkat jika dibandingkan dengan
Undang-Undang Dasar Filipina.
Undang-undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat garis-garis
besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah, dan mencabut.
Kita senantiasa ingat kepada dinamik kehidupan masyarakat dan negara I ndonesia. Masyarakat dan negara I ndonesia tumbuh, zaman berubah, terutama pada zaman revolusi lahir batin sekarang ini. Oleh karena itu kita harus hidup secara dinamis, harus melihat segala gerak-gerik kehidupan masyarakat dan negara I ndonesia. Untuk itu janganlah
tergesa-gesa memberikan kristalisasi memberi bentuk (Gestultung) kepada
pemikiran-pemikiran yang masih mudah berubah.
Mengingat sifat aturan yang tertulis itu mengikat, oleh karena itu, makin “supel” (elastic) sifatnya aturan itu makin baik. Untuk itu kita harus menjaga supaya sistim Undang-Undang kita jangan sampai ketinggalan jaman atau kita membikin Undang-Undang-Undang-Undang yang lekas usang (verouderd). Yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupannya negara ialah semangat, semangat para penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan. Maka semangat itu hidup, atau dengan lain perkataan dinamis. V. SI STI M PEMERI NTAHAN NEGARA YANG DI TEGASKAN DALAM UNDANG DASAR I ALAH:
I . I ndonesia ialah negara berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasan belaka ( machtsstaat) .
I I . Pemerintahan berdasarkan atas konstitusi ( hukum dasar), tidak bersifat absolutisme ( kekuasaan yang tidak terbatas)
I I I . MPR sebagai jelmaan seluruh rakyat I ndonesia (vertretungsorgan des willens des staatsvolkes), majelis ini menetapkan UUD dan menetapkan GBHN / RPJP. Majelis ini melantik Kepala Negara ( Presiden ) dan Wakil Kepala Negara ( Wakil Presiden). MPR dapat memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
I V. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi menurut UUD. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah di tangan Presiden ( concentration of power and responsibility upon the Presiden).
V. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), di
samping Presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden harus mendapat persetujuan DPR untuk membentuk undang-undang (gesetzbegung) dan untuk menetapkan pendapatan dan belanja negara ( staatsbegrooting) .
Oleh karena itu, Presiden harus bekerja bersama-sama dengan Dewan, akan tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak tergantung kepada Dewan.
(11)
VI . Menteri negara ialah pembantu Presiden. Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara, menteri-menteri itu tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Keduduknya itu tidak tergantung dewan itu akan tetapi tergantung presiden, karena mereka adalah pembantu Presiden.
VI I . Kekuasaan Presiden tidak tak terbatas. Meskipun kepala negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan “diktator”, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Diatas telah ditegaskan bahwa ia bertanggung jawab kepada MRP. Kecuali itu, ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
VI I I . Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah kuat. Oleh karena itu, DPR dapat senantisa mengawasi tindakan-tindakan Presiden dan jika Dewan menganggap Presiden melanggar haluan negara yang telah ditetapkan oleh undang-undang dasar atau MPR. Majelis ini dapat diundang untuk persidangan istimewa agar bisa minta pertanggungjawaban kepada presiden.
I X. Menteri-Menteri Negara Bukan Pegawai Negeri Sipil Biasa, karena
menteri-menterilah yang terutama menjalankan kekuasaan pemerintah (pow er
executif) dalam praktik. Oleh karena itu menteri mempunyai pengaruh besar terhadap Presiden dalam menentukan politik negara yang mengenai departemen yang dipimpinnya. Untuk menetapkan politik pemerintah dan koordinasi dalam pemerintahan negara, para menteri berkerja bersama-sama satu sama lain seerat-eratnya di bawah pimpinan Presiden.
Perubahan politik akibat gelombang reformasi yang sangat dahsyat pada waktu itu, tuntutan akan amandemen UUD 1945 sangat gencar dilakukan. UUD 1945 dianggap mengandung kekuasaan Presiden yang sangat besar sehingga sulit dikontrol, memuat pasal-pasal tentang kekuasaan yang multitafsir, dan terlalu menggantungkan kepada semangat orang. Sejak saat itu dilakukan amandeman / perubahan terhadap UUD 1945 : Perubahan pertama disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999
Perubahan kedua disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000 Perubahan ketiga disahkan pada tanggal 9 Nopember 2001 Perubahan keempat disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
(12)
UNDANG – UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLI K I NDONESI A 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan I ndonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat I ndonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara I ndonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat I ndonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara I ndonesia yang melindungi segenap bangsa I ndonesia dan seluruh tumpah darah I ndonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan I ndonesia itu dalam Undang-Undang Dasar Negara I ndonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik I ndonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan I ndonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan sutu keadilan sosial bagi seluruh rakyat I ndonesia.
BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN Pasal 1
(1) Negara I ndonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik
(2) Kadaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang
Dasar * * * )
(3) Negara I ndonesia adalah Negara Hukum . * * * ) BAB I I
MAJELI S PERMUSYAWARATN RAKYAT Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. * * * * )
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak..
Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar.* * * )
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/ atau Wakil Presiden.* * * / * * * * )
(13)
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
Dasar.* * * / * * * * )
BAB I I I
KEKUASAAN PEMERI NTAHAN NEGARA Pasal 4
(1) Presiden Republik I ndonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar.
(2) Dalam melakukan kewajiban Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden.
Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.* )
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya.
Pasal 6
(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara I ndonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, sera mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden. * * * )
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut
dengan undang-undang.* * * )
Pasal 6A
(!) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. * * * )
(2) Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partei politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.* * * )
(3) Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari
lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap Provinsi yang terbesar di I ndonesia, dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. * * * )
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua
pasang calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang.* * * )
Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.* )
Pasal 7A
Presiden dan / atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun
(14)
apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan / atau Wakil Presiden.* * * )
Pasal 7B
(1) Usul pemberhentian Presiden dan / atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/ atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan atau pendapat bahwa Presiden dan / atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan / atau Wakil Presiden.* * * )
(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan / atau Wakil Presiden
telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan / atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat.* * * )
(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi
hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/ 3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/ 3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.* * * )
(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutuskan dengan
seadil-adilnya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.* * * )
(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan / atau Wakil
Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela; dan / atau terbukti bahwa Presiden dan / atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan / atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan / atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.* * * )
(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menjelenggarakan sidang untuk
memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut.* * * )
(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden
dan / atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/ 3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan / atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyapaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.* * * )
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan dan / atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. * * * )
Pasal 8
(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melukakan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.* * * )
(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu
enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.* * * )
(15)
(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersama, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik gabungan partai politik pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pelilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.* * * * )
Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden/ Wakil Presiden:
“ Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik I ndonesia (Wakil Presiden Republik I ndonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”
Janji Presiden / Wakil Presiden :
“ Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik I ndonesia (Wakil Presiden Republik I ndonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa”.* )
(1) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak
dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.* )
Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara.
Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.* * * * )
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan / atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-ungang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.* * * )
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan
undang-undang.* * * )
Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.
(16)
Pasal 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Dalam mengangkat Duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.* )
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.* ) Pasal 14
(1) Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung.* )
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.* )
Pasal 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang.* )
Pasal 16
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang.* * * * )
BAB I V
DEWAN PERTI MBANGAN AGUNG
(Bab I V dihapus dalam Amandemen Tahun 2004)* * * * ) BAB V
KEMENTERI AN NEGARA Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.* )
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.* )
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam
undang-undang.* * * )
BAB VI
PEMERI NTAH DAERAH Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik I ndonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintah daerah, yang diatur dengan undang-undang.* * )
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.* * )
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.* * )
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan
daerah provinsi kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.* * )
(5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.* * )
(17)
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.* * )
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang-undang.* * )
Pasal 18 A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.* * )
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.* * )
Pasal 18 B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.* * )
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik I ndonesia, yang diatur dalam undang-undang.* * )
BAB VI I
DEWAN PERWAKI LAN RAKYAT Pasal 19
(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.* * )
(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.* * )
(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.* * )
Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rayat memegang kekuasaan membentuk
undang-undang.* )
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.* )
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapatkan persetujuan bersama,
rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.* )
(4) Pesiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang.* )
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Persiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.* * )
Pasal 20A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legalisasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan.* * )
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain
Undang - Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interprestasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. * * )
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini,
Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.* * )
(18)
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam Undang-Undang.* * )
Pasal 21
Angota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang.* )
Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus
dicabut.
Pasal 22 A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur
dengan undang-undang.* * )
Pasal 22 B
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang
syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.* * ) BAB VI I A* * * )
DEWAN PERWAKI LAN DAERAH Pasal 22C
(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap Provinsi melalui
pemilihan umum.* * * )
(2) Anggota Dewan Perwkilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan
jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.* * * )
(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.* * * )
(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan
undang-undang.* * * )
Pasal 22D
(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat rancangan undang-undang yang berakitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan daerah pusat dan daerah.* * * )
(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan,pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.* * * )
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang mengenai; otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran
(19)
pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.* * * )
(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang
syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.* * * ) BAB VI I B
PEMI LI HAN UMUM Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil setiap lima tahun sekali.* * * )
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilian Daerah, Presdien dan Wakil Presiden, dan Perwakilan Rakyat Daerah.* * * )
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Partai Politik.* * * )
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
adalah perseorangan.* * * )
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.* * * )
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan
undang-undang.* * * )
BAB VI I I HAL KEUANGAN
Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.* * * )
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara
diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.* * * )
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.* * * )
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang.* * * )
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.* * * * )
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.* * * )
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.* * * * ) BAB VI I I A
(20)
Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri.* * * )
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.* * * )
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan /
atau badan sesuai dengan undang-undang.* * * ) Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Dewan dan diresmikan oleh Presiden* * * )
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.* * * ) Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibukota negara, dan memiliki
perwakilan disetiap provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan
undang-undang.* * * )
BAB I X
KEKUASAAN KEHAKI MAN Pasal 24
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.* * * )
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.* * * )
(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam undang-undang.* * * * ) Pasal 24A
(1) Mahkamah agung berkenan mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.* * * )
(2) Hakim agung harus memiliki intergritas dan kepribadian yang tidak tercela,
adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.* * * )
(3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan
Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.* * * )
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim
agung.* * * )
(5) Susunan, kedudukan keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta
badan peradilan dibawahnya diatur dengan undang-undang.* * * ) Pasal 24B
(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.* * * )
(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.* * * )
(21)
(3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.* * * )
(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan
undang-undang.* * * )
Pasal 24C
(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutuskan sengketa, kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutuskan pembubaran partai politik, dan memutuskan peselisihan tentang hasil pemilihan umum.* * * )
(2) Mahkamah Konsitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan / atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.* * * )
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi
yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Predien.* * * )
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi.* * * )
(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang menguasi konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.* * * )
(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta
ketentuan lainnya tantang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang.* * * )
Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan sebagai hakim
ditetapkan dengan undang-undang.
BAB I XA* * ) WI LAYAH NEGARA
Pasal 25A* * * * )
Negara Kesatuan Republik I ndonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.* * )
BAB X
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK* * ) Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang I ndonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah waga negara I ndonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di I ndonesia.* * )
(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan
undang-undang.* * )
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(22)
(2) Tap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.* * )
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan, pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. BAB XA
HAK ASASI MANUSI A Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupan.* * )
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.* * )
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.* * ) Pasal 26C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia.* * )
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.* * ) Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.* * )
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.* * )
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.* * )
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.* * )
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.* *
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran, dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.* * )
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.* * )
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.* * )
(23)
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.* * )
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.* * )
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.* * )
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.* * )
(3) Setiap orang berhak atas jasmani sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.* * )
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.* * ) Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.* * )
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apa pun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif.* * )
(3) I dentitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.* * )
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.* * )
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.* * )
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.* * )
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatau masyarakat demokratis.* * )
BAB XI AGAMA Pasal 29
(1) Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
(24)
BAB XI I
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA PASAL 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.* * )
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional I ndonesia dan Kepolisian Negara Republik I ndonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.* * )
(3) Tentara Nasional I ndonesia terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut,
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.* * )
(4) Kepolisian Rebuplik I ndonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.* * )
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional I ndonesia, Kepolisian Negara
Rebuplik I ndonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional I ndonesia dan Kepolisian Republik I ndonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara, dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan kemanan diatur dengan undang-undang.* * )
BAB XI I I
PENDI DI KAN DAN KEBUDAYAAN * * * * ) Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.* * * * )
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.* * * )
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistim pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhal mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.* * * * )
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional .* * * * )
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional I ndonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebaskan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.* * * * )
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional.* * * * )
BAB XI V
PEREKONOMI AN NASI ONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSI AL* * * * )
(25)
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasasi
hajat hidup orang banyak dikuasasi oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselengarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekomomi nasional.* * * * )
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.* * * * )
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.* * * * )
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusian.* * * * )
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak.* * * * )
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.* * * * )
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN * * )
Pasal 35
Bendera Negara I ndonesia ialah Sang Saka Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara I ndonesia ialah Bahasa I ndonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal
I ka.* * )
Pasal 36B
Lagu kebangsaan ialah I ndonesia Raya.* * * )
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan diatur dangan undang-undang.* * ) BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG- UNDANG DASAR Pasal 37
(1) Usut perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diagendakan dalam
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/ 3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaran Rakyat.* * * * )
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.* * * * )
(26)
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/ 3 dari jumlah anggota Majelis Permusywaratan Rakyat.* * * * )
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan
dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.* * * * )
(5) Khusus tentang bentuk Negara Kesatuan Republik I ndonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.* * * * )
ATURAN PERALI HAN Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.* * * * )
Pasal I I
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.* * * * )
Pasal I I I
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.* * * * )
ATURAN TAMBAHAN Pasal I
Majelis Permusyarawatan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan ketetapan Permusyawaratan Rakyat Sementara untuk diambil putusan pada sidang Permusyawaratan Rakyat Sementara 2003.* * * * )
Pasal I I
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan pasal-pasal.* * * * )
Pelaksanaan perubahan (amandemen) pertama terhadap UUD’45, berdasarkan hasil rapat Paripurna MPR-RI ke-12 tanggal 10 Oktober 1999 yang kemudian disahkan pada tanggal 19 Oktober 1999, memiliki dasar politis dan yuridis.
a. Dasar Politis : mempelajari, menelaah, dan mempertimbangkan dengan seksama dan sungguh - sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat,
bangsa dan negara.
b. Dasar Yuridis : menggunakan kewenangan berdasarkan Pasal 37 UUD 1945.
KETERANGAN :
* Amandemen pertama
* * Amandemen kedua
* * * Amandemen ketiga * * * * Amandemen keempat
(27)
MATERI MATRI KULASI GBHN
Materi di bidang Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yaitu tes menyangkut pemahaman PNS (Pegawai) mengenai apa yang tertera dan isi Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang berlaku sebelum reformasi 1999, serta Propenas yang berlaku sejak 1999 sampai dengan sekarang. Peserta ujian dinas harus mendapat skor diatas nilai minimal ( 40), karena bobotnya cukup besar yaitu 15 % .
KI SI -KI SI MATERI GBHN (PROPERNAS/ RPJM) SEBAGAI BERI KUT:
I . Sejak bergulirnya reformasi di I ndonesia maka terjadi perubahan dalam perencanaan pembangunan yaitu perubahan dari GBHN menjadi Pembangunan Nasional ( PROPENAS)
1. PROPENAS Tahun 1999 - 2004
Dasar hukum UU No. 25 Tahun 2004 tentang Propenas; Landasan I diil Propenas Pancasila.
Landasan Konstitusional UUD’45
Landasan Operasional GBHN 1999-2004. 2. SI STI MATI KA PROPENAS:
BAB I PENDAHULUAN
BAB I I PRI ORI TAS PEMBANGUNAN NASI ONAL
BAB I I I PEMBANGUNAN HUKUM
BAB I V PEMBANGUNAN EKONOMI
BAB V PEMBANGUNAN POLI TI K
BAB V PEMBANGUNAN AGAMA
BAB VI I PEMBANGUNAN PENDI DI KAN
BAB VI I I PEMBANGUNAN SOSI AL DAN BUDAYA
BAB I X PEMBANGUNAN DAERAH
BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LI NGKUNGAN HI DUP
BAB XI PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN
BAB XI I PENUTUP.
3. FUNGSI :
Fungsi Propenas adalah untuk menyatukan pandangan dan derap langkah seluruh lapisan masyarakat dalam melaksanakan prioritas pembagunan selama 5 tahun kedepan.
4. LI MA PERMASALAHAN POKOK YANG DI HADAPI BANGSA I NDONESI A : • Merebaknya konflik sosial dan munculnya gejala disintregrasi bangsa.
• Lemahnya penekanan hukum dan hak asasi manusia.
• Lambatnya pemulihan ekonomi.
• Rendahnya kesejahteraan rakyat, meningkatnya penyakit sosial dan
lemahnya ketahanan budaya nasional.
• Kurang berkembangnya kapasitasnya pembangunan daerah dan masyarakat.
5. PRI ORI TAS PEMBANGUNAN NASI ONAL:
• Membangun sistim politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan
dan kesatuan nasional.
• Mewujudkan supermasi hukum dan pemerintahan yang baik.
• Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan
berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistim ekonomi kerakyatan.
• Membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kwalitas kehidupan
beragama dan ketahanan budaya.
(28)
I I . UNDANG – UNDANG REPUBLI K I NDONESI A NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASI ONAL 2005 – 2025 TANGGAL 5 PEBRUARI 2007, BERI SI KAN 5 BAB DAN 9 PASAL.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dan tujuan dibentuknya pemerintahaan Negara I ndonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan Nasional.
Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945.
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang sangat penting dan mendesak bagi bangsa I ndonesia untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan kelembagaannya, sehingga bangsa I ndonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat I nternasional.
Pada kurun waktu 1969-1979 I ndonesia berhasil menyusun rencana pembangunan nasional secara sistematis melalui tahapan lima tahunan. Pembangunan tersebut merupakan penjabararan dari Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang memberikan arah dan pedoman bagi pembangunan negara untuk mencapai cita-cita bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945.
Pada Tahun 1997 terjadi krisis moneter yang berkembang menjadi krisis multidemensi, yang selanjutnya berdampak pada perubahan (Reformasi) di seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi tersebut memberikan semangat politik dan cara pandang baru sebagaimana tercermin pada perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, perubahan yang terkait dengan perncanaan pembangunan adalah :
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MRP) tidak diamanatkan lagi untuk menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
b. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
c. Desentraslisasi dan pengutan otonomi daerah.
Tidak adanya GBHN akan mengakibatkan tidak adanya lagi rencana pembangunan jangka panjang pada masa yang akan datang. Pemilihan secara langsung memberikan keleluasaan bagi calon Presiden dan Wakil Presiden untuk menyampaikan visi, misi, dan program pembangunan pada saat kampanye. Keleluasaan tersebut berpotensi menimbulkan ketidaksinambungan pembangunan dari satu masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden ke masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden berikutnya.
Dengan ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai Pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional dan diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik I ndonesia (NKRI ), maka untuk menjaga pembangunan yang berkelanjutan, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional sangat diperlukan.
Untuk itu seluruh komponen bangsa sepakat menetapkan sistem perencanaan pembangunan melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang sistem
(29)
Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN) yang di dalamnya diatur perencanaan jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan pembangunan tahunan. Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-2025 terbagi dalam periodesasi perencanaan pembangunan jangka menengah nasional yaitu:
(1) Rencana pembangunan jangka menengah I Periode I tahun 2005-2009. (2) Rencana pembangunan jangka menengah I I Periode I tahun 2010-2014. (3) Rencana pembangunan jangka menengah I I I Periode I tahun 2015-2019. (4) Rencana pembangunan jangka menengah I V Periode I tahun 2020-2024.
Berbagai pengalaman dimasa lalu dengan mempertimbangkan perubahan-perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945 diperlukan perencanaan pebangunan yang berkelanjutan dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bernegara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945 yaitu :
(1) Melindungi segenap bangsa I ndonesia dan seluruh tumpah darah
I ndonesia;
(2) Memajukan kesejahteraan umum;
(3) Mencerdaskan kehidupan bangsa;
(4) I kut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
I . PENGERTI AN:
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Republik I ndonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik I ndonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025. I I . MAKSUD DAN TUJUAN :
RPJP Nasional mempunyai maksud dan tujuan memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (Pemerintah, masyarakat dan dunia usaha), didalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan Visi, Misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
I I I . LANDASAN :
Landasan I diil RPJP adalah Pancasila Landasan Konstitusional adalah UUD 1945
Landasan Operasional meliputi ketentuan peraturan perundang-ungangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan nasional yaitu:
2. Ketetapan MPR Nomor VI I / MPR/ 2001 tentang visi I ndonesia Masa depan.
3. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
4. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
5. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanan
Pembangunan Nasional.
6. Undang - Udang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
7. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
(1)
B. PERGERAKAN RAKYAT TERLATI H UNTUK KEPERLUAN PERANG.
- Seinenden (Barisan Pemuda), adalah suatu organisasi semimiliter yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943 bertujuan mendidik dan melatih pemuda I ndonesia, untuk mempertahankan tanah airnya, namun maksud sebenarnya adalah mempersiapkan pemuda I ndonesia membantu Jepang menghadapi serbuan
tentara sekutu.
- Keibondan (Barisan Pembantu Polisi), didirikan pada tanggal 29 April 1943. - Fujinkai (Himpunan Wanita), dibentuk pada bulan Agustus 1943.
- Hizbullah (Tentara Allah), organisasi ini juga mendapat latihan militer.
- Barisan Pelopor, dibentuk pada tanggal 14 September 1944, Barisan Pelopor merupakan bagian dari Jawa Hokokai, yang dipimpin oleh I r. Soekarno, dibantu oelh R.P. Soeroso, Otto I skandardinata dan I r. Buntaran Martoatmojo.
- Heiho (Pembantu Prajurit Jepang), dibentuk pada bulan April 1943.
- Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (Peta), dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943, melalui maklumat yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Jepang di Jawa. Jepang mengharapkan organisasi-organisasi yang dibentuk bersedia membantu mereka dalam perang Asia Timur Raya, dan harapan itu tidak terlaksana karena pemimpin I ndonesia yang bekerja sama dengan Jepang berhasil menanamkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda.
C. PERLAWANAN TERHADAP JEPANG
Perlawan rakyat terhadap Jepang :
- Pada bulan November 1942, rakyat Cot Plieng (Aceh) mengadakan perlawanan
terhadap Jepang yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil.
- Pembrontakan rakyat Sulamanah, Singaparna, dan Tasikmalaya yang dipimpin
oleh K.H. Zaenal Mustafa. Pada tanggal 25 Februari 1944, pemerintah Jepang mengirim pasukannya untuk menggempur K.H. Zaenal Mustafa karena tidak mau melakukan penghormatan (saikeirei) kepada kaisar Jepang (yang dianggap Dewa).
- Pada bulan April 1944, rakyat I ndramayu melakukan pembrontakan dan pad
bulan Juli 1944 rakyat Lohbener dan Sindang (I ndramayu-Jawa Barat)
melakukakan pembrontakan karena tidak tahan dengan perlakuan yang kejam dari pihak Jepang.
- Pada bulan November 1944, di Aceh meletus lagi pembrontakan yang dipimpin
oleh seorang perwira Giyugun yang bernama Teuku Hamid.
- Pada tanggal 14 Februari 1945, terjadi pembrontakan Peta di Blitar yang dipimpin oleh Syocdanco Supriadi.
D. MEMPERSI APKAN NEGARA I NDONESI A MERDEKA
- Pada Tanggal 17 Juli 1944, Jenderal Hideki Tojo meletakkan jabatannya sebagai perdana menteri.
- Pada tanggal 7 September 1944, Jenderal Koiso memberikan janji kemerdekaan
(kelak dikemudian hari) kepada rakyat I ndonesia, janji itu dikemukakan di depan sidang Ginkei (Parlemen Jepang), dengan tujuan agar rakyat I ndonesia tidak mengadakan perlawanan terhadap Jepang.
- Pada tanggal 1 Maret 1945, Panglima Balatentara XI V, Letnan Jenderal Kumakici Harada, mengumumkan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan I ndonesia (BPUPKI ) atau Dokurits Junbi Cosakai. Yang diresmikan pada tangggal 28 Mei 1945 yang diketuai oleh Radjiman Wediodiningrat, dan dibantu oleh ketua muda yaitu R.P. Soeroso dan I chibangise yang beranggotakan 67 orang.
(2)
- Pada tanggal 29 Mei 1945 diadakan sidang pertama BPUPKI , dengan tujuan merumuskan Undang-Undang Dasar, sidang terlebih dahulu merumuskan dasar negara I ndonesia yang menjiwai UUD.
- Pada tanggal 29 Mei 1945 Prof. Muhammad Yamin mengemukakan lima Azas
Dasar Negara Kebangsaan Republik I ndonesia sebagai berikut;
1. Peri kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan rakyat.
- Pada Tangal 31 Mei 1945, Soepomo mengemukakan Lima Dasar NegaraI ndonesia
Merdeka sebagai berikut: 1. Persatuan. 2. Kekeluargaan. 3. Keadilan rakyat
4. Keseimbangan lahir & batin.
5. Musyawarah.
- Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan Lima Dasar Negara Republik
I ndonesia yang disebut Pancasila sebagai berikut:
1. Kebangsaan I ndonesia.
2. I nternasionalisme atau peri kemanusiaan. 3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan yang Maha Esa.
Sebelum memasuki masa reses, Badan Penyilidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan I ndonesia (BPUPKI ) atau Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk panitia kecil dengan tugas mengolah usul dan konsep para angota mengenai dasar negara I ndonesia.
Panitia kecil tersebut beranggotakan 9 orang yang diketuai oleh I r. Soekarno dan anggotanya adalah Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh.Yamin, Mr. Ahmad Soebarjo, Mr.A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim dan Abikusno Tjokrosujoso, panitia ini dikenal sebagai panitia sembilan.
Pada tanggal 22 Juni 1945, I r. Soekarno melaporkan hasil kerja Panitia Sembilan di hadapan 38 anggota BPUPKI . Hasil kerja tersebut berupa dokumen yang memuat rancangan asas dan tujuan I ndonesia merdeka.
Dokumen tersebut kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Menurut Piagam Jakarta, dasar negara I ndonesia sebagai berikut:
- Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at I slam bagi
pemeluk-pemeluknya.
- Kemanusian yang adil dan beradab.
- Persatuan I ndonesia.
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan.
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat I ndonesia.
Sidang kedua BPUPKI membahas rencana undang-ungang dasar (UUD), untuk itu BPUPKI membentuk panitia kecil yang beranggotakan 19 orang yang diketuai oleh I r. Soekarno. Tugas Panitia Perancang UUD menyetujui isi Piagam Jakarta sebagai inti Pembukaan UUD. Kemudian untuk merumuskan batang tubuh UUD, Panitia Perancang UUD membentuk panitia lebih kecil, beranggotakan 7 orang yang diketuai
(3)
oleh Soepomo. Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan dan digantikan dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan I ndonesia(PPKI ) atau Dokuritsu Junbai I inkai.
E. KEGI ATAN MENYAMBUT PROKLAMASI
- Pada tanggal 1 Maret 1945, terbentuk BPUPKI yang diketuai oleh Dr. Rajiman
Widiodiningrat.
- Pada tanggal 6 Agustus 1945, pasukan Sekutu menjatuhkan bom atom ke kota
Hiroshima.
- Pada tanggal 7 Agustus 1945, terbentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan I ndonesia (PPKI ) yang diketuai oleh I r. Soekarno, PPKI ini menggantikan BPUPKI .
- Pada tanggal 9 Agustus 1945, Jenderal Terauci memanggil tokoh-tokoh PPKI ,
seperti I r. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Widiodiningrat untuk datang ke Dalat ,Vietnam.
- Pada tanggal 9 Agustus 1945, pasukan Sekutu menjatuhkan bom atom ke Nagasaki. Sekutu mengultimatum Jepang agar menyerah dan jawabannya diberikan sebelum tanggal 13 Agustus 1945.
- Tanggal 14 Agustus 1945, Kaisar Hirohito dengan rasa terpaksa mengakui kekelahan Jepang atas sekutu.
- Sutan Sjahrir mendengar berita takluknya Jepang terhadap sekutu, bersama dengan Moh. Hatta bersama-sama menemui I r. Soekarno untuk membahas
masalah kemerdekaan.
- Pada tanggal 15 Agustus 1945, Soekarno-Hatta dan Mr. A.A. Maramis mencari
informasi ke kantor pemerintahan Jepang, namun tidak berhasil (gagal) menemui pejabat dimaksud. Kemudian mereka menemui Laksamana Maeda Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jepang di Jakarta, Maeda mengakui kebenaran berita tentang kekalahan Jepang.
Pada malam hari tanggal 15 Agustus 1945 para pemuda pejuang berunding di belakang Laboratorium Bakteriologi di Pegangsaan Timur (Jakarta), yang dipimpin oleh Chairl Saleh.
- Wikana dan Darwis (wakil pemuda) menemui Soekarno di rumahnya, mendesak
Soekarno untuk memproklamsikan kemerdekaan I ndonesia malam itu juga, tetapi Soekarno menolaknya.
- Para pemuda tersebut mengambil keputusan untuk “mengamankan”
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, dengan tujuan untuk menjauhkan dari tekanan dan pengaruh Jepang.
- Di Rengasdengklok, tokok-tokok tua dan muda melakukan pembicaraan kembali
mengenai Proklamasi Kemerdekaan I ndonesia, yang akhirnya terjadi kesepakan untuk melaksanakan Proklamasi di Jakarta, dan pada tanggal 16 Agustus 1945 mereka kembali ke Jakarta.
F. PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI
Soekarno – Hatta tiba di Jakarta pukul 23.00 WI B, mereka mengundang anggota PPKI untuk rapat di Hotel Des I ndes, karena ada larangan rapat setelah pukul 22.00 WI B, tempat rapat dipindahkan ke kediaman Laksamana Tadashi Maeda.
Soekarno – Hatta dan Ahmad Subardjo bersama-sama anggota PPKI dan kalangan
muda kemudian merumuskan teks Proklamasi, yang disaksikan oleh Sukarni, B.M. Diah serta Sudiro.
Para perumus segera menemui anggota PPKI dan kalangan muda, sekitar pukul 4.00 WI B Soekarno membuka rapat dan membacakan konsep proklamasi kemerdekaan, disetujui namun ada perubahan setelah dirubah Sukarni mengusulkan teks itu ditandatangi oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa I ndonesia. Konsep teks proklamasi yang ditulis oleh Soekarno dan di ketik oleh Sayuti Melik.
(4)
Pada tanggal 17 Agustus 1945, sesuai dengan berita yang diperoleh mengenai rencana pembacaan proklamasi Kemerdekaan I ndonesia, rakyat berbondong-bondong menuju lapangan I kada, namun lapangan itu dijaga ketat oleh serdadu Jepang dengan senjata lengkap. Dan mereka langsung menuju ke rumah Biung Karno. Proklamasi kemerdekaan ternyatakan diadakan di jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Bendera merah putih telah disiapkan oleh isteri Bung Karno Fatmawati. Tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 WI B, Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan I ndonesia.
Bendera kebangsaan dikibarkan oleh Cudanco Latief Hendraningrat dan S. Suhud, para hadirin denga spontan menyanyikan lagu I ndonesia Raya, mengiringi pengibaran bendera merah putih, yang diabadikan oleh juru potret Asia Raya Frans S. Mendur. Dan dengan inisiatif sendiri dan keteguhan hati para karyawan kantor berita Domei di bawah pimpinan Adam Malik menyiarkan proklamasi ke seluruh I ndonesia.
G. PENGESAHAN UUD 1945
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang yang menghasilkan tiga keputusan penting sebagai berikut:
1. Mengesahkan dan menetapkan UUD Negara Republik I ndonesia, kemudian dikenal dengan UUD 1945, yang sistematikanya sebagai berikut:
- Pembukaan, terdiri dari empat alinea
- Batang tubuh, terdiri dari 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.
- Penjelas UUD, terdiri dari penjelas umum dan penjelasn pasal demi pasal. 2. Pengangkatan presiden dan wakil presiden, yaitu I r. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta.
3. Sebelum terbentuknya kebinet, tugas presiden dibantu oleh suatu badan, yang disebut Komite Nasional.
H. PEMBENTUKAN KELENGKAPAN NEGARA
Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang yang hasilnya sebagai berikut:
1. Wilayah I ndonesia dibagi menjadi depalan provinsi yang dipimpin oleh Gubernur, dan dua daerah istimewa.
- Jawa Barat dipimpin oleh Gubernur Sutardjo Kartohadikusumo.
- Jawa Tengah dipimpin oleh Gubernur R.P. Soeroso.
- Jawa Timur dipimpin oleh Gubernur RMTA Soeryo.
- Sumatera dipimpin oleh Gubernur Mr. Teuku Moh. Hassan.
- Kalimantan dipimpin oleh Gubernur I r. Pangeran Moh. Noor. - Sulawesi dipimpin oleh Gubernur dr. GSSJ. Ratulangie.
- Maluku dan I rian Jaya dipimpin oleh Gubernur Mr. J. Latuharhary.
- Sunda kecil (Bali dan Nusa Tenggara) dipimpin oleh Gubernur Mr.I Gusti Ketut Pudja.
- Daerah I stimewa Yogyakarta dan Surakarta.
2. PPKI sepakat untuk membentuk 11 departemen dan 4 menteri negara, beserta
menteri negara yang terbentuk sebagai berikut:
- Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranatakusumah
- Menteri Luar Neghari : Mr. Ahmad Subardjo
- Menteri Kehakiman : Prof. Mr. Dr. Soepomo
- Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis
- Menteri Kemakmuran : I r. Surachman Tjokroadisurjo
(5)
- Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
- Menteri Sosial : Mr. I wa Kusumasumantri
- Menteri Keamanan Rakyat : Supriadi
- Menteri Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin
- Menteri Perhubungan : Abikusno Cokrosujoso
- Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Cokrosujoso
- Menteri Negara : Wahid Hasyim
- Menteri Negara : Dr. A. Amir
- Menteri Negara : Mr. R.M. Sartono
- Menteri Negara : Otto I skandardinata
Pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI mengadakan rapat pleno di Gedung
Kebangkitan Rakyat Jawa (Gambir Selatan), rapat tersebut menghasilkan keputusan pembentukan Komite Nasional I ndonesia (KNI ), Badan ini berfungsi sebagai DPR. Pembentukan KNI resmi diumumkan pada tanggal 25 Agustus 1945 dan dilantik tanggal 29 Agustus 1945.
Pada Tanggal 16 Oktober 1945, KNI P menyelengarakan rapat pleno, dalam rapat itu wakil presiden mengeluarkan keputusan presiden no. X yang isinya memberikan kekuasaan dan wewenang legislatif kepada KNI P, untuk ikut menetepkan GBHN sebelum MPR dibentuk.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Belajar PPKn Drs. Bambang Sugeng Sulasmono,M.Si
Mawardi, S.Pd Drs. Wasito Adi Drs. Saptono
2. UUD 1945 dan Perubahannya Lima Adi Sekawan
3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Sinar Grafika
4. Peraturan Perundang-undangan Kepegawaian Citra Umbara
5. Korpri Dewan Pengurus Nasional Korpri
6. Pengetahuan Perkantoran, Kearsipan, dan Drs. I g. Wursanto
Administrasi Perkantoran LAN-RI
7. Kumpulan Peraturan Pemerintah tentang Kehutanan dan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan
8. Kumpulan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
9. Buku Saku Bahasa I ndonesia A. Hakim, BA
Drs. Hariyadi
Drs. Maryanto
10. Sejarah I ndonesia – I ntisari Pengetahuan