profil dinas tenaga kerja dan mobilitas penduduk aceh tahun 2014

(1)

website : disnakermobduk.acehprov.go.id email : disnakermobduk@acehprov.go.id

atau : disnakermobdukaceh@yahoo.co.id

Mari Kita Tingkatkan Peran Ketenagakerjaan

dan Ketransmigrasian Untuk Menuju

Masyarakat Aceh Sejahtera yang Produktif

dan Mandiri


(2)

DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH i

K

KATA SAMBUTAN

KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN

MOBILITAS PENDUDUK ACEH

eterbukaan informasi publik sebagaimana yang diamanatkan

oleh Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2008 mewajibkan

institusi pemerintah melakukan publikasi terhadap program-

program pembangunan beserta hasil kinerjanya kepada publik secara

transparan namun tetap proporsional.

Untuk itulah maka Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk

Aceh secara berkala melakukan diseminasi, pencetakan buku data dan

informasi maupun publikasi terhadap hasil pelaksanaan

program-program pembangunan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian

melalui berbagai media informasi, baik cetak maupun elektronik. Dengan

adanya keterbukaan informasi publik, maka data dan informasi di bidang

ketenagakerjaan dan ketransmigrasian beserta

perkembangan terbarunya yang dapat diakses

oleh publik bisa terakomodir secara maksimal.

Buku Profil Ketenagakerjaan dan

Ketransmigrasian Aceh Tahun 2014 diharapkan

menjadi salah satu media yang mampu

mendeskripsikan data-data dan informasi

terkait arah kebijakan pembangunan


(3)

Provinsi Aceh di bidang ketenagakerjaan maupun ketransmigrasian

secara detail, utuh dan menyeluruh.

Dalam menjamin akurasi serta validitas data yang disajikan, di

dalam penyusunan buku ini dilibatkan tim dari bidang teknis sebagai

sumber informasi, penyediaan data, maupun sumbang saran yang

sangat penting kontribusinya dalam membantu melengkapi substansi

buku ini. Dengan semakin lengkapnya substansi yang terkandung di

dalamnya, buku ini diharapkan mampu mewakili penjelasan secara

lengkap mengenai perkembangan terakhir kondisi pembangunan

ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Aceh beserta segenap

kebijakan, program kerja dan pengimplementasiannya.

Mengingat buku ini merupakan konsumsi khalayak internal

maupun mitra kerja eksternal lainnya, maka substansi yang termuat di

dalamnya haruslah mudah dicerna dan dipahami tanpa mengurangi

makna yang ada. Dengan demikian, pelayanan informasi untuk

merespon tuntutan maupun kebutuhan masyarakat akan ketersediaan

data dan informasi yang aktual, akurat dan lengkap dapat berfungsi


(4)

DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH iii

Harapan kami, Buku Profil Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas

Penduduk Aceh Tahun 2014 ini dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber referensi dan pedoman di bidang ketenagakerjaan dan

ketransmigrasian serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

bagi semua pihak.

Banda Aceh, Oktober 2014

KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH

Ir. HELVIZAH IBRAHIM, M.Si


(5)

S

KATA PENGANTAR

egenap ungkapan puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat

Tuhan Yang Maha Kuasa berkenaan dengan telah selesainya

penyusunan Buku Profil Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas

Penduduk Aceh Tahun 2014. Buku ini memuat data dan informasi

secara rinci, utuh dan menyeluruh mengenai hasil-hasil kinerja

pembangunan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh di

bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, khususnya yang telah

dilaksanakan di lingkup Pemerintah Aceh.

Berpedoman pada Qanun Aceh Nomor 5 Tahun

2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas,

Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah serta

Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2009

Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja UPTD Pada

Lingkup Dinas Tenaga Kerjadan Mobilitas Penduduk, maka

ruang lingkup substansi yang disajikan di dalam buku Profil

Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh ini meliputi

2 (dua) bidang tugas yaitu bidang ketenagakerjaan dan

bidang ketransmigrasian.

Guna meningkatkan dan memperbaiki kualitas

pelayanan informasi, kami selalu berupaya untuk menyajikan


(6)

DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH v

penyempurnaan dari tahun ke tahun. Untuk itu, ucapan terima kasih

dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim dari Bidang Teknis atas

kontribusinya dalam proses perumusan maupun penyempurnaan

subtansi di dalam buku ini.

Namun bagaimanapun, kami menyadari bahwa dalam

penyajian data dan informasi di dalam buku ini masih terdapat berbagai

kekurangan sehingga belum mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan

berbagai pihak akan ketersediaan data maupun informasi yang aktual,

akurat dan lengkap.

Akhir kata, semoga Buku Data dan Informasi Ketenagakerjaan

dan Ketransmigrasian Aceh Tahun 2014 dapat memberikan manfaat

yang berarti bagi semua pihak dan menjadi salah satu bahan

pertimbangan maupun pedoman bagi perbaikan kinerja dan pelayanan

di masa mendatang.

Banda Aceh, Oktober 2014

KEPALA BIDANG PROGRAM DAN PELAPORAN

PUTUT RANANGGONO, S.ST, M.Si


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA SAMBUTAN ... i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perkembangan Situasi Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Aceh ... 2

1.2.1 Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi ... 5

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI ACEH ... 6

2.1 Luas dan Batas wilayah Administrasi ... 13

2.2 Keadaan Demografi Aceh ... 18

2.3 Ekonomi ... 18

2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh ... 18

BAB III PROFIL DAN SUMBER DAYA ... 17

3.1Profil Organisasi Dinas Tenaga Kerja Mobilitas & Penduduk Aceh . 27 3.1.1 Isu-isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi ... 27

3.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi ... 28

3.1.3 Susunan dan Organisasi Dinas ... 31

3.1.4 Sumber Daya Dinas ... 34

A. Sumber Daya Organisasi ... 34

B. Sumber Daya Aparatur ... 45

C. Aset dan Modal ... 47


(8)

DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH vii BAB IV ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG KETENAGAKERJAAN

DAN KETRANSMIGRASIAN ACEH ... 51

4.1 Arah Kebijakan Pemerintah Aceh Tahun 2014-2017 ... 51

4.1.1 Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Aceh ... 52

4.1.2 Strategi Pembangunan Daerah Aceh ... 53

4.2 Prioritas Pembangunan Pemerintah Aceh Di Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian ... 55

4.2.1 Bidang Ekonomi ... 55

4.2.2 Bidang Wilayah dan Tata Ruang ... 55

4.3 Bidang Pendukung ... 57

4.4 Rencana Strategis Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh Tahun 2014-2017 ... 58

4.4.1 Latar Belakang Renstra ... 61

4.4.2 Landasan Hukum ... 65

4.4.3 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh... 68

A. Visi ... 69

B. Misi... 74

4.4.4 Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Dinas ... 78

A. Tujuan Jangka Menengah SKPA ... 78

B. Sasaran Jangka Menengah SKPA ... 81

4.5 Indikator Kinerja, Strategi dan Kebijakan ... 95

4.5.1 Indikator Kinerja ... 95

4.5.2 Strategi ... 101

4.5.3 Kebijakan ... 103

4.6 Program, Kegiatan dan Indikator Kegiatan ... 104

BAB V STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETENAGAKERJAAN ... 112

5.1 Pendahuluan ... 112


(9)

5.3 Kebijakan Umum ... 115

5.4 Arah Kebijakan Yang Mendukung SPM Bidang Ketenagakerjaan 115 5.5 Himbauan Menteri dalam Negeri ... 117

5.6 Standard Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketenagakerjaan... 118

5.6.1 Jenis Pelayanan dasar, Indikator, Nilai dan Target Pencapaian ... 118

5.6.2 Realisasi Pencapaian ... 119

5.6.3 Permasalahan dan Solusi ... 123

BAB VI KONSTRIBUSI TERHADAP PEMBANGUNAN ... 126

6.1 Pencapaian Terhadap Pembangunan Daerah ... 126

6.1.1 Pembangunan Ketenagakerjaan... 126

6.1.2 Pembangunan Ketransmigrasian ... 143

6.2. Pencapaian Program Terhadap Pelayanan Publik ... 155


(10)

Halaman 1

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Penduduk merupakan salah satu modal dasar atau asset dalam pembangunan. Penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku pembangunan. Sementara itujumlah penduduk yang besar bukan jaminan keberhasilan suatu pembangunan.

Peningkatan jumlah penduduk yang besar tanpa adanya peningkatan kesejahteraan justru bisa menjadi bencana yang pada waktunya dapat menimbulkan gangguan terhadap program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Selain itu juga akan dapat menimbulkan berbagai kesulitan bagi generasi yang akan datang.

Pemenuhan kebutuhan merupakan salah satu indikator pencapaian kesejahteraan penduduk, namun di dalam perjalanan pemenuhan kebutuhan ini penduduk mengalami kesulitan karena pada daerah-daerah tertentu, peningkatan jumlah penduduk yang tinggi tidak diiringi dengan peningkatan sumber daya manusia sehingga menimbulkan peningkatan angka pengangguran, atau dengan kata lain di tempat yang jumlah penduduknya tinggi akan lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

Maka dari itu pencapaian kesejahteraan harus diikuti dengan pemerataan persebaran penduduk, karena dengan pemerataan persebaran penduduk dapat mempermudah seseorang untuk memperoleh peluang kerja yanglebih layak dan memadai.


(11)

1.2.

PERKEMBANGAN SITUASI KETENAGAKERJAAN

DAN KETRANSMIGRASIAN ACEH

Kondisi ketenagakerjaan di Aceh, memasuki Tahun 2013 periode Februari menunjukkan terjadinya perubahan terhadap jumlah Angkatan Kerja (AK) sebesar 65,85 % atau 2.087.692 jiwa dari tahun 2011 periode Agustus yaitu 63,78 % atau 2.001.259 jiwa dari total jumlah penduduk usia kerja. Hal ini akan mempengaruhi angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang kondisinya saat ini cenderung meningkat sebesar 0,45 % dari 7.43 % untuk tahun 2011 periode Agustus menjadi 7.88 % untuk tahun 2012 periode 2012.

Keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh pada triwulan pertama tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada


(12)

Halaman 3 dibanding Februari 2012 sebesar 2,088 juta orang. Penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Februari 2013 mencapai 1,944 juta orang, bertambah sekitar 21 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2012 sebesar 1,923 juta orang. Penganggur pada Februari 2013 mengalami peningkatan sekitar 13 ribu orang dibandingkan keadaan Februari 2012 sebesar 165 ribu orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Februari 2013 mencapai 8,38 persen, lebih tinggi 0,50 persen dari TPT bulan Februari 2012 sebesar 7,88 persen. Namun demikian jika dibandingkan dengan keadaan pengangguran Agustus 2012 menunjukkan penurunan sebesar 0,72 persen atau sekitar 1000 orang.

Fluktuatif TPT terhadap keadaan Februari dan Agustus 2012, sangat dipengaruhi pengaruh musim, di mana pada bulan Februari aktivitas sektor pertanian jauh lebih besar dibandingkan pada bulan Agustus di setiap tahunnya, Pada periode Februari 2012 sampai dengan Februari 2013 peningkatan jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja juga diimbangi dengan peningkatan jumlah penduduk yang menganggur. Rasio peningkatan penduduk yang menganggur lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk yang bekerja, akibatnya tingkat pengangguran terbuka Februari 2013 lebih tinggi jika dibandingkan dengan Februari 2012.


(13)

Jika dibandingkan dengan target TPT dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh hingga tahun 2017 adalah sebesar 7,22 % – 6,50 % bukan menjadi pekerjaan yang mudah bagi Pemerintah Aceh terutama Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, artinya pada akhir tahun 2013 angka tingkat pengangguran terbuka harus mampu turun mencapai 7.22 % dan selama periode 5 tahun ke depan diharapkan terjadinya penurunan TPT sebesar 0,93 % dari kondisi awal periode RPJMA sebesar 7,43 %.

Dalam upaya tersebut di atas juga Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh melalui program kegiatan bidang ketransmigrasian juga terus berupaya mendukung program kegiatan ketenagakerjaan untuk mengurangi penanggulangan kemiskinan dengan pembangunan kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang disertai daya dukung terhadap pembangunan sosial dan ekonomi serta terciptanya peluang untuk mengembangkan pola kegiatan usaha dan komoditas unggulan sehingga mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap percepatan pembangunan baik dari sisi pemerintahan, infrastruktur, pengembangan wilayah, pertanian maupun perekonomian.

Sekarang program transmigrasi tidak lagi merupakan program pemindahan penduduk, melainkan upaya untuk pengembangan wilayah dan tidak lagi bersifat sentralistik dan top down, melainkan memberikan kesempatan besar pada penduduk setempat untuk menjadi transmigran (TPS). Transmigrasi berkembang menjadi program pengembangan wilayah dan menjadi salah satu program integrasi daerah dimana program pembangunan daerah dapat diarahkan kepada pembangunan pertanian yaitu peningkatan produksi pertanian yang dilakukan dengan pembukaan lahan-lahan baru atau ekstensifikasi.

Penyelenggaraan dan penempatan transmigrasi di Aceh telah ada sejak tahun 1975 dengan lokasi pertama di Cot Girek Kabupaten Aceh Utara dan penempatan awal sebanyak 300 KK/1.419 Jiwa. Pada tahun 1975 hingga tahun 1998 transmigrasi dilaksanakan dengan skala besar yang didukung dengan


(14)

Halaman 5 tersedianya pencadangan areal yang relatif luas dari pemerintah. Pada unit-unit permukiman transmigrasi (UPT) yang telah dibangun di lengkapi dengan sarana fasilitas umum (rumah ibadah, balai desa, gudang unit dan fasilitas umum lainnya) serta prasarana lainnya seperti jalan desa, jalan poros dan jalan penghubung sebagai akses menuju lokasi.

1.2.1

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Analisa isu-isu strategis merupakan hal atau bagian yang sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana kegiatan Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) dalam mendukung pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Provinsi Aceh. Perencanaan pembangunan dilaksanakan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan aspirasi pengguna layanan sehingga perhatian kepada masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan perencanaan dari luar ke dalam yang tidak boleh diabaikan.


(15)

Isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya dalam hal tidak dimanfaatkan akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam kaitannya dengan eksistensi institusi/organisasi untuk jangka panjang. Isu strategis bagi Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) diperoleh berdasarkan identifikasi dan analisis permasalahan pembangunan baik secara internal maupun eksternal terhadap suatu keadaan yang menciptakan peluang dan ancaman bagi SKPA untuk 5 (lima) tahun mendatang. Dari informasi yang dikumpulkan diidentifikasikan permasalahan yang menghasilkan kesimpulan bahwa isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi SKPA adalah sebagai berikut :

a) Masih Banyaknya Penduduk Miskin

Masalah penduduk miskin di Aceh merupakan tantangan yang cukup

berat dalam 5 (lima) tahun ke depan. Penduduk miskin di Aceh pada

tahun 2011 tercatat sebesar 19,48%, masih lebih besar dari penduduk

miskin tingkat nasional yang hanya sebesar 12,36%. Sebaran

penduduk miskin Aceh lebih dominan berada di pedesaan yaitu

80,14%, sedangkan diperkotaan hanya 19,86%. Hal ini mencerminkan

bahwa dampak dari pembangunan belum memberikan pengaruh

signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum,

terutama masyarakat yang tinggal di perdesaan. Oleh karena itu,

program pengentasan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja,

peningkatan ketrampilan masyarakat yang didukung oleh

pembangunan infrastruktur dasar yang terintegrasi menjadi prioritas


(16)

Halaman 7 b) Rendahnya Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

Berdasarkan data BPS tahun 2011, penduduk yang bekerja masih didominasi oleh tenaga kerja lulusan SLTA dan setingkatnya, diikuti lulusan SMP. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan peningkatan yang proporsional pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2009. Bila ditinjau dari tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh pekerja maka kualitas tenaga kerja di Aceh masih rendah.

Tingginya tenaga kerja yang terserap di sektor informal, bekerja kurang dari 35 jam seminggu, kurangnya keterampilan & keahlian mengindikasikan rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja maka perlu dilaksanakan pembinaan dan pelatihan kerja guna menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif, terampil, mandiri dan berdaya saing sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan pasar kerja.

Untuk mendukung hal tersebut maka peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana fisik dan non fisik lembaga pelatihan terutama BLK sangat diperlukan.


(17)

c) Tingginya Angka Pengangguran dan Rendahnya Kualitas Angkatan Kerja Kerja

Masalah utama yang dihadapi oleh tenaga kerja di Aceh adalah keterbatasan kesempatan kerja Perkembangan perekonomian di Aceh masih belum mengubah struktur lapangan kerja yang masih didominasi oleh sektor informal. Sedangkan untuk sektor formal kesempatan kerja yang tersedia sangat minim.

Tingginya tingkat pengangguran terbuka di Aceh pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan rata-rata nasional menunjukan bahwa kondisi perekonomian Aceh belum berjalan seperti yang diharapkan. Artinya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah belum mampu untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat. Salah satu faktor yang menimbulkan hal tersebut adalah belum berkembangnya investasi baik dari dalam maupun dari luar negeri. Sehingga penciptaaan perluasan kerja yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui kegiatan pembangunan belum efektif karena peran swasta yang belum signifikan.

Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilaksanakan program yang berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja diantaranya melalui padat karya produktif, padat karya infrastruktur, tenaga kerja mandiri, tenaga kerja sukarela, teknologi tepat guna dan lain sebagainya. Semua kegiatan tersebut bertujuan memberikan kesempatan kerja kepada penganggur baik melalui kegiatan yang bersifat kelompok maupun perorangan dengan memanfaatkan potensi lingkungan sehingga tercipta produksi barang dan jasa yang mendorong munculnya produk unggulan di masing-masing kabupaten/kota.


(18)

Halaman 9

d) Belum Optimalnya Pembinaan Ketenagakerjaan Kerja

Banyaknya perusahaan yang melanggar norma ketenagakerjaan terutama norma kerja, norma wanita dan anak, norma K3 dan lain sebagainya mengindikasikan bahwa perlindungan bagi tenaga kerja yang masih lemah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kualitas dan kuantitas Pengawas Ketenagakerjaan yang belum sesuai dengan perkembangan kebutuhan di berbagai kabupaten/kota di Aceh.

Selain itu rendahnya pemahaman pekerja tentang berbagai aturan norma ketenagakerjaan telah menyebabkan rendahnya pemenuhan hak-hak pekerja oleh pengusaha atau pengelola perusahaan. Hal ini terjadi akibat minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh dinas terkait di kabupaten/kota yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lemahnya kualitas dan kuantitas petugas Mediator di berbagai kabupaten kota dan minimnya anggaran yang tersedia.

Sementara itu perkembangan pasar kerja diwarnai pasar bebas/liberaliasasi, artinya berkembangnya pemikiran yang memanfaatkan lemahnya posisi tawar pekerja akibat berlebihnya suplai tenaga kerja sehingga mendorong terjadinya pelanggaran terhadap hak – hak pekerja. Untuk menghadapi hal tersebut maka pemerintah harus mempersiapkan sumber daya aparatur yang memiliki kompetensi agar dapat memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan meningkatkan pemahaman tentang norma-norma ketenagakerjaan agar terpenuhinya hak-hak pekerja untuk menghindari terjadinya perselisihan hubungan industrial sehingga tercipta suasana kerja dan berusaha yang kondusif.


(19)

e) Masih Luasnya Lahan Terlantar yang belum Dimanfaatkan

Luasnya lahan terlantar dikawasan transmigrasi seharusnya dapat dimanfaatkan oleh petani transmigran karena infrastruktur cukup memadai dan sumber daya manusia tersedia. Oleh karena itu untuk mengembangkan lahan ini menjadi perluasan areal tanam, diperlukan dukungan pemerintah, antara lain berupa modal awal untuk pembukaan dan pengolahan lahan sampai siap ditanami, benih unggul spesifik lokasi, alat mesin pertanian (traktor dan pemroses hasil), serta irigasi suplemen sehingga lahan dapat dimanfaatkan sepanjang tahun.

Untuk meningkatkan pemanfaatan lahan terlantar maka perlu adanya identifikasi wilayah oleh instansi terkait untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang status kepemilikan lahan, penggunaan lahan saat ini, penyebaran penduduk dan potensi wilayah baik untuk lahan terlantar, lahan hutan negara yang telah dipakai petani, lahan restan


(20)

Halaman 11 maupun lahan negara yang masih berupa hutan. Sehingga perlu disusun prioritas pemanfaatannya sesuai dengan kondisi biofisik dan lahan, serta peruntukannya. Kemudian lahan terlantar milik petani dan negara dan lahan restan diprioritaskan untuk dimanfaatkan lebih dulu karena fasilitas infrastruktur dan tenaga kerja cukup memadai. Untuk melakukan perluasan areal tanam memerlukan dukungan teknis dan kelembagaan dari pemerintah sehingga perlu adanya pola transmigrasi dengan model pengembangan pertanian berbasis inovasi teknologi dan kelembagaan.

f) Banyaknya Masyarakat yang Belum Mempunyai Tempat Tinggal dan Lahan Usaha Yang Tetap

Keterbatasan ruang untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan usaha yang tetap menjadi salah satu hambatan dari pembangunan yang harus diatasi. Hal ini dapat diatasi dengan cara memukimkan masyarakat tersebut dan memberikan peluang usaha di kawasan permukiman transmigrasi, sehingga selain memperoleh tempat tinggal yang tetap, masyarakat juga diberikan lahan usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber produktivitasnya terutama di sektor pertanian dan perkebunan.


(21)

(22)

Halaman 13

GAMBARAN UMUM

KONDISI ACEH

2.1.

LUAS DAN BATAS WILAYAH ADMINISTRASI

Secara geografis Aceh terletak pada 01o58’37,2”- 06o04’33,6” Lintang Utara dan 94o57’57,6”- 98o17’13,2” Bujur Timur. Provinsi Aceh memiliki luas wilayah darat 5.677,081 km2, wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.478,80 km2 dan garis pantai sepanjang 2.698,89 km atau 1.677,01 mil. Luas hutan sebagai lahan terluas mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha. Sedangkan lahan industri mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 ha. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.1.1.

Secara administratif pada tahun 2012, Provinsi Aceh memiliki 23 kabupaten/kota yang terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 289 kecamatan, 778 mukim dan 6.493 gampong/desa.


(23)

Tabel 2.1.1. Letak Geografis, 2012 Table Geographical Situation, 2012

Nama Daerah : Provinsi Aceh

Name of Region Aceh Province

Status/Status : Otonomi Khusus/Special Region

Letak/Location : 01O 58’ 37,2” - 06 O 04’ 33,6” LU/NL

94 O 57’ 57,6” – 98 O 17’ 13,2” BT/EL

Luas Wilayah/Area : 56 770,81 km2

Ketinggian Rata-Rata : 125 M di Atas Permukaan Laut

Average altitude : 125 M Above Sea Level

Batas-Batas Wilayah/Borders:

Sebelah Utara/North : Selat Malaka/Malacca Strait

Sebelah Selatan/South : Propinsi Sumatera Utara

Sumatera Utara Province

SebelahTimur/East : Selat Malaka/Malacca Strait

Sebelah Barat/West : Samudera Indonesia

Indonesian Ocean

Cakupan Wilayah : 119 Pulau/Islands

Coverage area : 35 Gunung/Mountains

73 Sungai Utama/Rivers

Banyaknya Kabupaten/Kota : 18 Kabupaten/Regency Number of Regency/City : 5 Kota/City

Banyaknya Kecamatan/Sub-District : 289

Mukim/Mukim : 778

Gampong/Village : 6.493

Sumber : Sekretariat Daerah Aceh Source : Regional Secretariat of Aceh

Untuk pemerintahan di bawah kabupaten/kota, selain memiliki kecamatan dan gampong (wilayah setingkat desa) berdasarkan Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Mukim Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Nama-nama Kabupaten/Kota dan Banyaknya Kecamatan, Mukim dan Gampong dapat dilihat pada Tabel 2.1.2.


(24)

Halaman 15

Tabel 2.1.2. Nama-nama Kabupaten/Kota dan Banyaknya Kecamatan, Mukim dan Gampong di Aceh Tahun 2013

Sumber : BPS Aceh (Aceh dalam Angka Tahun 2013)


(25)

Bila melihat tabel di atas, wilayah dengan jumlah perangkat administratif paling besar adalah Kabupaten Aceh Utara yang memiliki 27 Kecamatan, 67 Mukim dan 852 Gampong. Selanjutnya wilayah dengan jumlah perangkat administrative paling kecil adalah Kota Sabang yang memiliki 2 Kecamatan, 7 Mukim dan 18 Gampong.

Luas Provinsi Aceh Menurut Penggunaan Lahan, untuk tahun 2012 ditunjukkan seperti pada tabel 2.1.3. Dari data tersebut, hutan aceh masih sangat luas mencapai 40,35 % luas wilayah Aceh.


(26)

Halaman 17

Tabel 2.1.3. Luas Provinsi Aceh Menurut Penggunaan Lahan, 2012

Area of Aceh Province by land utilization, 2012

(Ha)Persentasetage

(%)

(1) (2) (3) 1. Permukiman/Settlement 125.444 2,21

2. Industri/Industry 3 928 0,07

3. Pertambangan/Mining 206.049 3,63

4. Persawahan/Rice 314.988 5,55

5. Pertanian tanah kering semusim

Dry land farming season 139.053 2,45

6. Kebun/Garden 305.709 5,38

7. Perkebunan/Plantation

- Perkebunan besar/Large plantations 200.710 3,54 - Perkebunan rakyat/Small plantations 800.553 14,10 8. Padang/field

(padang rumput/meadow, alangalang/ 231.055 4,07

reeds, semak/bush)

9. Hutan Forest 2.290.874 40,35

10. Perairan Darat/Inland waters

(kolam air tawar/freshwater pond,

tambak air payau/brackish pond, 206.738 3,64 penggaraman/salting, waduk/dam,

danau/lake, rawa/swamp)

11. Tanah Terbuka/Open land 44.418 0,78 (Tandus, rusak/badland)

12. Lainnya/Others 807.562 14,22

Jumlah/

Total

5.677.081 100,00

Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh

Source : National Land Board of Aceh Province


(27)

4.000.000 4.100.000 4.200.000 4.300.000 4.400.000 4.500.000 4.600.000 4.700.000

2008 2009 2010 2011 2012

D is t r ib u s i P en d u d u k P er io d e 2 0 0 7 -2 0 1 1

2.2.

KEADAAN DEMOGRAFI ACEH

Bila melihat data perkembangan jumlah penduduk di Aceh periode tahun 2007-2011 berdasarkan data Sensus Penduduk keluaran BPS Aceh, terus terjadi peningkatan jumlah penduduk dari 4.293.900 Jiwa pada tahun 2008 menjadi 4.693.900 jiwa pada tahun 2012 (2.347.000 jiwa laki-laki dan 2.346.900 jiwa perempuan). Artinya, dalam kurun waktu 5 tahun tersebut jumlah penduduk Aceh mengalami peningkatan sebesar 470.067 Jiwa atau 10,95 %. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin periode tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.2.1.

Tabel. 2.2.1 Jumlah Penduduk Aceh Menurut Jenis Kelamin

Periode Tahun 2007-2012 (Dalam Ribuan)

Sumber : BPS Aceh (Aceh dalam Angka Tahun 2013)

Gambar. 2.2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Aceh

TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH (Jiwa)

1 2 3 4

2008 2.136,1 2.157,9 4.293,9

2009 2.171,4 2.192,1 4.363,5

2010 2.249,0 2.245,5 4.494,4

2011 2.300,4 2.296,9 4.597,3


(28)

Halaman 19 Tabel. 2.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Aceh

Periode Tahun 2008-2012

Sumber : BPS Aceh (Aceh dalam Angka Tahun 2013)

2008 2009 2010 2011 2012

1 2 3 4 5 6 7

1. Simeulue 81.790 82.344 80.674 82.521 82.762 2. Aceh Singkil 100.265 102.505 102.509 104.856 107.781 3. Aceh Selatan 210.111 215.315 202.251 206.881 208.002 4. Aceh Tenggara 175.501 177.024 179.010 183.108 184.150 5. Aceh Timur 332.915 340.728 360.475 368.728 380.876 6. Aceh Tengah 182.533 189.298 175.527 179.546 182.680 7. Aceh Barat 153.398 158.499 173.558 177.532 182.495 8. Aceh Besar 310.107 312.762 351.418 359.464 371.412

9. Pidie 380.382 386.053 379.108 387.787 393.225

10. Bireuen 357.564 359.032 389.288 398.201 406.083 11. Aceh Utara 517.741 532.537 529.751 541.878 549.370 12. Aceh Barat Daya 123.101 124.813 126.036 128.922 131.087 13. Gayo Lues 74.794 75.165 79.560 81.382 82.962 14. Aceh Tamiang 239.899 241.734 251.914 257.681 261.125 15. Nagan Raya 124.340 125.425 139.663 142.861 146.243 16. Aceh Jaya 75.597 82.904 76.782 78.540 82.172 17. Bener Meriah 112.549 114.464 122.277 125.076 128.538 18. Pidie Jaya 130.906 135.345 132.956 136.000 138.415 19. Kota Banda Aceh 217.918 212.241 223.446 228.562 238.784 20. Kota Sabang 29.221 29.184 30.653 31.355 31.782 21. Kota Langsa 140.267 140.415 148.945 152.355 154.722 22. Kota Lhokseumawe 158.760 159.239 171.163 175.082 178.561 23. Kota Subulussalam 64.256 66.451 67.446 68.990 70.707

4.293.915 4.363.477 4.494.410 4.597.308 4.693.934 TAHUN

KABUPATEN/KOTA NO

JUMLAH


(29)

Distribusi Jumlah Penduduk Selama Periode Tahun 2008-2012 seperti yang disajikan pada Gambar 2.2.2 menunjukkan bahwa selama periode 5 (lima) tahun pertumbuhan penduduk di Aceh terus meningkat. Bila dilihat Jumlah Penduduk Berdasarkan Kabupaten/Kota dari Tahun 2008-2012, paling banyak jumlah penduduk adalah di Kabupaten Aceh Utara, hingga tahun 2012 mencapai 549.370 jiwa atau sebesar 10.01 % dari total penduduk di Aceh pada 23 Kabupaten/Kota. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kota Sabang, yaitu sebesar 31.782 jiwa atau sebesar 0.68 % dari total penduduk pada tahun 2012.

Apabila pertumbuhan penduduk terus bertambah sementara laju pertumbuhan ekonomi berjalan lamban maka angka kemiskinan dan pengangguran akan bertambah yang berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Aceh, dapat dilihat pada tabel 2.2.3.

Persebaran Penduduk merupakan masalah kependudukan yang rumit, karena persebaran penduduk akan berimbas kepada permasalahan ekonomi dan sosial. Persebaran penduduk yang merata memberi dampak positif kepada pertumbuhan ekonomi, sedangkan persebaran penduduk yang timpang dapat memberikan masalah baik sosial maupun ekonomi pada daerah tersebut.

Untuk itu persebaran penduduk yang tidak merata hendaknya dipecahkan secara berhati-hati. Sebab bukannya tidak mungkin program pemerataan penduduk yang sedianya ditujukan untuk pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat menjadi berbalik menyengsarakan rakyat dan menimbulkan kerawanan sosial.


(30)

Halaman 21 Tabel 2.2.3 Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Perkotaan dan

Perdesaan di Provinsi Aceh, Maret 1999 – Maret 2013

Tahun Years Perkotaan Urban Perdesaan Rural Jumlah Total

(1) (2) (3) (4)

1999 10,15 16,30 14,75

2000 10,45 16,78 15,20

2001 13,03 20,92 19,20

2002 20,09 33,06 29,83

2003 19,47 33,63 29,76

2004 17,49 32,57 28,37

2005 19,04 32,60 28,69

2006 19,22 31,98 28,28

2007 18,68 29,87 26,65

2008 16,67 26,30 23,53

2009 15,44 24,37 21,80

2010 14,65 23,54 20,98

2011 13,69 21,87 19,57

2012 13,07 21,97 19,46

2013 11,59 19,96 17,60

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2013 Source : BPS-Statistics of Aceh Province


(31)

2.3.

EKONOMI

Peran pemerintah sangat penting dalam meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi di Aceh melalui penerapan kebijakan pembangunan. Dengan adanya akumulasi kapital berbentuk investasi untuk semua sektor diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Aceh baik yang bersumber dana pemerintah maupun dari pihak swasta, karena selama ini akumulasi kapital dianggap belum cukup mampu menggerakkan produktivitas barang dan jasa karena antara keperluan terhadap modal masih mengalami ketimpangan dengan tingkat ketersediaan investasi. Jika akumulasi kapital semakin tinggi, maka pertumbuhan ekonomi aceh semakin mengarah positif dimana tingkat produktivitas barang akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja yang akhirnya terdistribusinya pendapatan yang merata.


(32)

Halaman 23 Adapun sebagai gambaran, tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh mencapai 5,18 persen (2011). Kemudian pada 2012 meningkat menjadi 5,42 persen. Namun 2013 sampai triwulan II tingkat pertumbuhan ekonomi baru sebesar 4,24 persen.

Tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III-2013 secara triwulanan (q-to-q) mencapai 1,28 persen dan tanpa migas sebesar 1,76 persen. Secara tahunan (y-on-y), pertumbuhan ekonomi di triwulan ini dengan migas mencapai 4,18 persen dan tanpa migas sebesar 5,45 persen.

Nilai PDRB Aceh ADHB dengan migas meningkat menjadi Rp26,56 triliun pada triwulan III-2013 dan tanpa migas meningkat menjadi Rp22,91 triliun. Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB ADHK triwulan III-2013 dengan migas tercatat sebesar Rp9,58 triliun dan tanpa migas menjadi Rp8,67 triliun. Struktur PDRB Aceh baik dengan migas maupun tanpa migas menunjukkan bahwa dua sektor yang merupakan leading sector bagi perekonomian Aceh pada triwulan III-2013 masih berada pada sektor pertanian (26,60 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (17,90 persen) dari sisi lapangan usaha. Sedangkan dari sisi pengeluaran kontribusi yang terbesar adalah komponen konsumsi rumah tangga (40,90 persen) dan konsumsi pemerintah (23,44 persen).

Laju pertumbuhan q-to-q pada triwulan III 2013 dari sisi lapangan usaha yang tumbuh tinggi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (3,09 persen), sektor bangunan (2,74 persen), dan sektor listrik, gas, dan air bersih (2,36 persen). Sedangkan dari sisi pengeluaran laju pertumbuhan yang paling tinggi adalah konsumsi pemerintah (3,02 persen) dan PMTB (2,13 persen). (BPS Aceh, Nop 2013)

Pertumbuhan ekonomi Aceh ke depan tidak bisa lagi mengandalkan sektor migas yang sempat mendapatkan kejayaan, dan ini menjadi tanda bahwa ruang usaha kreatif harus segera bisa dikembangkan di Aceh. Sektor migas sudah turun hingga 22 persen dalam empat tahun terakhir, tidak bisa lagi jadi masa depan perekonomian di Aceh. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi non migas juga mulai menampakkan titik cerah. Sektor non migas yang terdiri dari pertanian, perkebunan, perikanan dan kerajinan masyarakat ini sudah tumbuh hingga 8 (delapan) persen. Pemerintah Aceh melakukan segala upaya untuk mendukung kebangkitan sektor non


(33)

migas ini. Salah satunya dengan cara meningkatkan kreativitas masyarakat. Hal ini bisa menjadi potensi besar sebagai modal bagi kebangkitan ekonomi Aceh.

kondisi keamanan yang sudah baik dan stabil serta perbaikan infrastruktur berkelanjutan merupakan salah satu pendorong perekonomian Aceh untuk tumbuh positif. Di samping itu, hambatan-hambatan investasi yang dinilai menjadi acuan kendala yaitu kepastian hukum, infrastruktur dan keamanan, saat ini secara perlahan sudah dapat teratasi.

Untuk menunjang keberhasilan perekonomian di Aceh ke depan, dibutuhkan peran positif dari pemerintah yang bekerjasama dengan masyarakat. Mendatangkan investasi dengan mengenalkan berbagai keragaman dan hal spesialis yang dimiliki Aceh untuk dikembangkan tanpa merugikan satu sama lain. Menghadirkan bisnis environment di Aceh merupakan salah satu tujuan penting dalam mendukung tumbuhnya perekonomian Aceh yang baik.


(34)

Halaman 25

2.4.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH


(35)

(36)

Halaman 27

3

PROFIL & SUMBER DAYA

D I N A S T E N A G A K E R J A D A N

MOBILITAS PENDUDU K ACEH

3.1.

PROFIL ORGANISASI DINAS TENAGA KERJA

DAN TRANSMIGRASI ACEH

Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh

dibentuk berdasarkan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kedudukan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh adalah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Aceh di bidang ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk (Bab III, Pasal 12).

3.1.1 DASAR HUKUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

DAN KETRANSMIGRASIAN

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh;

4. Undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian;

5. Peraturan Pemerintah RI. Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Perencanaan Ketenagakerjaan;

6. Permenakertrans Nomor 15 Tahun 2010 sebagaimana diubah dalam Permenakertrans Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketenagakerjaan;


(37)

(38)

Halaman 29 e. Penyelenggaraan administrasi kependudukan, penyebaran informasi ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk yang meliputi informasi perpindahan, pendataan potensi, pengembangan sumberdaya kawasan, pengerahan penempatan dan penataan penduduk.

f. Pembinaan hubungan industrial, pengupahan dan syarat kerja, kelembagaan dan pengawasan norma kerja, norma tenaga kerja dan anak, norma kesehatan tenaga kerja, dan lingkungan kerja, norma keselamatan kerja, penyidikan tentang pelanggaran norma ketenagakerjaan dan pemberdayaan transmigran serta masyarakat sekitar.

g. Pelatihan dan pengembangan produktivitas tenaga kerja, penduduk yang dimukimkan, penempatan tenaga kerja serta pemberian izin tenaga kerja asing: dan,

h. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk.


(39)

Untuk menyelenggarakan fungsi kedinasan seperti tersebut di atas, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh mempunyai kewenangan sebagai berikut : (Bab III, pasal 15)

a. Menyelenggarakan kegiatan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota dan kewenangannya yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota.

b. Menyusun pedoman penyelenggaraan pembangunan daerah di bidang ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk.

c. Menyusun pedoman dan menyelenggarakan kesejahteraan tenaga kerja, purna karya dan ketransmigrasian.

d. Melaksanakan pelatihan, produktifitas tenaga kerja, administrasi kependudukan dan penyelenggaraan ketransmigrasian.

e. Menyiapkan bahan rekomendasi penetapan upah minimum provinsi dan kabupaten/kota serta mengawasi pelaksanaannya.

f. Menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, syarat-syarat kerja, pengawasan dan perlindungan tenaga kerja serta mengawasi pelaksanaannya.

g. Merencanakan dan mengendalikan pembangunan lintas kabupaten/kota di bidang ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk, dan

h. Mengalokasikan sumberdaya manusia potensial di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.


(40)

(41)

(42)

Halaman 33

Gambar.

Susunan dan struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Pada Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh

PERGUB ACEH NO. 30 TAHUN 2009 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

UPTD PADA LINGKUP DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK


(43)

3.1.4

SUMBER DAYA DINAS

A. SUMBER DAYA ORGANISASI

Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan dibantu oleh 7 (tujuh) bidang, 1 (satu) sekretariat dan 3 (tiga) UPTD sesuai dengan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan Struktural di Lingkungan Dinas-Dinas Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 112 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural Umum di Lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh serta Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh.

1. SEKRETARIAT yang membawahi : a. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan, kerumahtanggaan, barang inventaris, aset, perlengkapan, peralatan, pemeliharaan dan perpustakaan.

b. Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Laksana

Mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, organisasi, ketatalaksanaan, hukum dan perundang-undangan, pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokoler.

c. Sub Bagian Keuangan

Mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, verifikasi, perbendaharaan, pembukuan, pelaporan realisasi fisik dan keuangan.


(44)

Halaman 35

2. BIDANG PROGRAM DAN PELAPORAN

yang membawahi :

a. Seksi Data dan Informasi

Mempunyai tugas melaksanakan penelitian,

pengkajian, pengembangan, data dan

informasi bidang

ketenagakerjaan dan

mobilitas penduduk.

b. Seksi Penyusunan Program

Mempunyai tugas menyusun

program kerja tahunan, jangka

menengah dan jangka panjang, rencana anggaran yang bersumber dari APBA, APBN dan sumber dana lainnya serta penyusunan rencana strategis.

c. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

Mempunyai tugas melaksanakan pemantauan, evaluasi, pelaporan akuntabilitas kinerja dan rencana kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh.


(45)

3. BIDANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

yang membawahi :

a. Seksi Norma Kerja, Tenaga Kerja Wanita dan Anak

Mempunyai tugas menyusun rencana program

pengawasan ketenagakerjaan, mengkoordinir

pengawas ketenagakerjaan, melakukan rekapitulasi wajib lapor perusahaan dan menyusun laporan

bidang pengawasan ketenagakerjaan.

b. Seksi Kesehatan Tenaga Kerja dan Lingkungan Kerja

Mempunyai tugas membina dan

mengawasi pelaksanaan norma

kesehatan kerja, hiperkes, ergonomi perusahaan, gizi pekerja dan memeriksa perusahaan - perusahaan yang memproduksi dan menggunakan bahan berbahaya.

c. Seksi Keselamatan Kerja

Mempunyai tugas mengawasi dan memeriksa penggunaan mesin uap, bejana tekan, mekanik, listrik, alat pemadam api ringan, konstruksi bangunan, alat keselamatan kerja dan pemberian izin/sertifikasi K3.


(46)

4. BIDANG HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JAMINAN SOSIAL

KETENAGAKERJAAN yang membawahi :

a. Seksi Pengupahan, Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Tenaga Kerja

Mempunyai tugas merumuskan

bahan standarisasi pengupahan, jaminan sosial dan kesejahteraan

tenaga kerja, penetapan upah

minimum provinsi,

pengembangan jaminan sosial

tenaga kerja, pembinaan

persyaratan kerja, perjanjian kerja waktu tertentu, waktu tidak

tertentu, fasilitas peraturan perusahaan, kesepakatan kerja bersama dan rekomendasi pendirian perusahaan penyediaan tenaga kerja.

b. Seksi Hubungan Industrial

Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan hubungan industrial,

serikat pekerja/buruh, asosiasi pengusaha, pemasyarakatan

hubungan industrial dan pemberdayaan kelembagaan

ketenagakerjaan.

c. Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Mempunyai tugas melakukan mediasi perselisihan hubungan industrial, pemutusan hubungan kerja, bantuan hukum, pencegahan pemogokan, penutupan usaha, deteksi dini dan penyelesaian perselisihan di luar pengadilan.


(47)

5. BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN

PERLUASAN KESEMPATAN KERJA yang membawahi :

a. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia

Mempunyai tugas merumuskan, merencanakan dan melaksanakan bimbingan kepada masyarakat, lembaga swasta, instansi pemerintah, usaha mandiri dan

penerapan teknologi tepat guna.

b. Seksi Pemagangan, Penempatan dan Izin Tenaga Kerja Asing

Mempunyai tugas merumuskan dan

mengembangkan program pemagangan, lembaga pelatihan, perusahaan pelaksana pemagangan, penempatan tenaga kerja umum, pemuda, wanita, penyandang cacat, asing, penempatan tenaga kerja ke luar negeri, rekomendasi dan pembatasan tenaga kerja asing.

c. Seksi Peningkatan Instruktur dan Kelembagaan

Mempunyai tugas melaksanakan inventarisasi instruktur dan lembaga pelatihan, peningkatan kualitas instruktur dan lembaga pelatihan, fasilitas standarisasi, informasi pasar kerja, sertifikasi tenaga kerja dan akreditasi lembaga pelatihan.


(48)

Halaman 39

6. BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA KAWASAN (PSDK)

yang membawahi :

a. Seksi Penyediaan Areal dan

Pendayagunaan Lahan

Mempunyai tugas menyediakan areal dan pendayagunaan lahan, melaksanakan analisis dan penyusunan rencana tata ruang yang representatif sesuai peruntukkannya serta pengurusan

hak kepemilikan atas tanah.

b. Seksi Penyiapan Prasarana dan Sarana Permukiman

Mempunyai tugas menyiapkan prasarana dan sarana permukiman transmigrasi serta penyiapan lahan permukiman.

c. Seksi Keserasian Lingkungan dan Layak Huni

Mempunyai tugas menyiapkan lingkungan transmigrasi yang asri, layak huni, layak usaha, layak berkembang dan layak lingkungan.


(49)

7. BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PERPINDAHAN

yang membawahi :

a. Seksi Identifikasi dan Registrasi

Mempunyai tugas melaksanakan

pengumpulan dan pengolahan data

kependudukan, pencatatan dan klasifikasi perpindahan penduduk antar daerah, desa, kota dan antar sektor.

b. Seksi Penyuluhan dan Penataan Penduduk

Mempunyai tugas melaksanakan pencatatan, seleksi dan pendaftaran

sesuai dengan ketentuan agar

masyarakat yang dimukimkan tepat sasaran serta menyiapkan perlengkapan administrasi dalam rangka kelancaran penyuluhan terhadap masyarakat yang akan dimukimkan.

c. Seksi Pengerahan dan Penempatan

Mempunyai tugas melaksanakan pengerahan, perpindahan dan penempatan penduduk ke lokasi transmigrasi yang telah disiapkan serta menyiapkan sarana angkutan dan pelayanan kesehatan sesuai

dengan kebutuhan dalam rangka kelancaran pelaksanaan


(50)

Halaman 41

8. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAWASAN TRANSMGIRASI

(PMKT) yang membawahi :

a. Seksi Sarana Produksi dan Pengolahan Hasil

Mempunyai tugas melakukan penyiapan sarana produksi, penyuluhan, bimbingan teknis untuk peningkatan dan pengolahan hasil produksi pertanian

dan usaha jasa kawasan

transmigrasi.

b. Seksi Pelayanan dan Bina Potensi

Mempunyai tugas melakukan fasilitasi distribusi

bantuan pangan, pelayanan pendidikan,

kesehatan, pembinaan generasi muda, mental spiritual, syariat Islam, dan seni budaya

serta peningkatan pemberdayaan

perempuan di kawasan transmigrasi.

c. Seksi Kelembagaan dan Kemitraan

Mempunyai tugas melakukan fasilitasi pembentukan kelembagaan ekonomi masyarakat transmigran, pemasaran, pengembangan usaha kemitraan dan perizinan di Unit Permukiman Kawasan Transmigrasi.


(51)

9. UPTD BALAI PENGEMBANGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

yang membawahi : a. Sub Bagian Tata Usaha.

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan program kerja UPTD Balai Pengembangan Produktivitas Tenaga Kerja, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD.

b. Seksi Pelatihan dan Pengukuran Produktivitas.

Mempunyai tugas melaksanakan pelatihan dan pengukuran produktivitas tenaga kerja, pengembangan kapasitas kelembagaan, pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

c. Seksi Penyuluhan dan Konsultansi Produktivitas

Mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan informasi dan konsultansi dalam rangka peningkatan produktivitas tenaga kerja, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

10. UPTD BALAI PENINGKATAN SUMBER DAYA TRANSMIGRAN

yang membawahi : a. Sub Bagian Tata Usaha.

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan program kerja UPTD Balai Peningkatan Sumber Daya Transmigran, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD.

b. Seksi Penyediaan Sarana dan Prasarana

Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan/penyiapan administrasi pelatihan dan pendampingan, alat tulis, akomodasi dan tempat penyelenggaraan pelatihan dan pendampingan.


(52)

Halaman 43

c. Seksi Penyelenggaraan Pelatihan dan Pendampingan

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait untuk menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

11. UPTD PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

yang membawahi : a. Sub Bagian Tata Usaha.

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan program kerja UPTD Pemberdayaan Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi UPTD.

b. Seksi Pemberdayaan Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan, pelayanan informasi dan konsultasi bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian dalam rangka meningkatkan kemandirian tenaga kerja dan transmigrasi.

c. Seksi Pembinaan Kelembagaan Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan lembaga sosial ekonomi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

Selanjutnya, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 pada pasal 11 juga disebutkan tentang kelompok jabatan fungsional. Kelompok jabatan fungsional tersebut terdiri dari sejumlah tenaga yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh.

Setiap kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Gubernur dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.


(53)

Adapun kelompok jabatan fungsional tersebut dan aktif di lingkup Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Aceh terdiri dari :

d. Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan e. Fungsional Arsiparis


(54)

Halaman 45

B. SUMBER DAYA APARATUR

Hingga 31 Agustus 2013, pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh berjumlah 249 orang, dengan uraian sebagai berikut :

Berdasarkan Golongan, 2013

Berdasarkan Pendidikan, 2013

SUMBER DAYA APARATUR


(55)

4 3

88

16 120

18

SD

SLTP

SLTA

D3

S1

S2

Berdasarkan Jenis Kelamin, 2013

0 50 100 150 200

Laki-Laki Perempuan

168


(56)

Halaman 47

C. ASET DAN MODAL

Aset tetap merupakan investasi jangka panjang. Aset mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai yang signifikan bila dibandingkan dengan komponen lainnya. Pengertian aset dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh mencatat aset tetap yang dimiliki meskipun digunakan oleh orang lain.

Aset tetap digunakan untuk kegiatan operasional Dinas. Aset tetap disatu sisi merupakan sumberdaya ekonomi, disisi lain merupakan suatu komitmen, artinya di kemudian hari Dinas wajib memelihara atau merehabilitasi aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu belanja untuk pemeliharaan dan belanja untuk peningkatan.

Belanja pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi aset tetap tersebut sesuai dengan kondisi awal. Sedangkan belanja untuk peningkatan adalah belanja yang memberikan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, masa manfaat, mutu, produksi, atau peningkatan standar kinerja. Pengeluaran yang dikategorikan sebagai pemeliharaan tidak berpengaruh pada nilai tetap yang bersangkutan. Sedangkan pengeluaran yang memberi manfaat ekonomis di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja merupakan belanja modal harus dikapitalisasi untuk menambah nilai aset tetap tersebut. Rekapitulasi Kondisi terakhir aset dan modal di lingkup Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh sebagai sarana penunjang kelancaran terhadap tugas-tugas dan program/kegiatan kedinasan hingga tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel berikut.


(57)

REKAPITULASI KONDISI ASET DISNAKERMOBDUK ACEH TAHUN 2012


(58)

Halaman 49

: ACEH : BANDA ACEH

: DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH

1 2 3 5 6 7 8 9

1 01 TANAH

01 Tanah 1.442.493.000 - - 1.442.493.000

2 02 PERALATAN DAN MESIN

02 a. Alat-alat Besar - - - -

03 b. Alat-alat Angkutan 2.805.430.250 - - 2.805.430.250

04 c. Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur - - -

05 d. Alat-alat Pertanian/Peternakan - - -

06 e. Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 3.143.747.604 445.557.000 - 3.589.304.604

07 f. Alat-alat Studio dan Komunikasi 453.813.000 20.500.000 - 474.313.000

08 g. Alat-alat Kedokteran - - -

09 h. Alat - Alat Laboratorium - - -

10 i. Alat-alat Keamanan - - -

3 03 GEDUNG DAN BANGUNAN

11 a. Bangunan Gedung 83.471.911.327 347.054.000 - 83.818.965.327

12 - - -

4 04

13 a. Jalan dan Jembatan 24.881.085.326 - - 24.881.085.326

14 b. Bangunan Air/Irigasi 6.780.074.224 - - 6.780.074.224

15 c. Instalasi 243.565.000 - - 243.565.000

16 d. Jaringan - - -

5 05 ASET TETAP LAINNYA

17 - - - -

18 - - - -

- - - -

- - - -

6 06

-

-123.222.119.731 813.111.000 - 124.035.230.731

Aset S/D Thn 2011

SATKER : DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK

J U M L A H a. Buku Perpustakaan

b. Barang Bercorak kesenian/Kebudayaan c. Hewan Ternak dan Tumbuhan

d. Bantuan lain-lain Pembangunan Ekonomi KONSTRUKSI DALAM PEKERJAAN a. Kontruksi dalam Pekerjaan

Aset S/D Tahun 2012

= (5+6+7) Ket.

4

b. Bangunan Monumen JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN

PROVINSI KAB/KOTA SKPA

REKAPITULASI BARANG PEMERINTAH ACEH PADA DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

No. Urut Gol. Kode Barang Nama Bidang Barang Aset Tahun 2012 Terima Hibah


(59)

Sengaja

D.

SEJARAH SINGKAT UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS

D.1 UPTD BALAI PENGEMBANGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

D.2 UPTD BALAI PENINGKATAN SUMBER DAYA TRANSMIGRAN


(60)

Halaman 51

Arah Kebijakan

Pembangunan Bidang Ketenagakerjaan

dan Ketransmigrasian Aceh

4.1.

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH ACEH TAHUN 2013-2017

Kebijakan pembangunan Pemerintah Provinsi Aceh yang diwujudkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh merupakan salah satu dokumen perencanaan untuk melaksanakan sinkronisasi kebijakan - kebijakan pembangunan yang ada di kabupaten/kota seluruh Aceh. Sehingga dengan adanya kebijakan tersebut akan terjadi integrasi dan sinkronisasi arah pembangunan antar kota/kabupaten dalam kapasitas dan perannya masing-masing.

Secara umum arah kebijakan Pemerintah Aceh dilaksanakan berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, penyelenggaraannya dilaksanakan melalui asas otonomi yang diperluas untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Aceh selama tahun 2013 - 2017 prioritas pembangunan Aceh sesuai dengan RPJM Aceh diarahkan pada kebijakan dan strategi daerah sebagai berikut :


(61)

4.1.1

Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Aceh

Untuk menjamin terlaksananya pembangunan berkelanjutan di Provinsi Aceh baik saat ini maupun dalam 5 (lima) tahun mendatang, maka arah kebijakan pembangunan daerah selama tahun 2013 - 2017 akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 10 (sepuluh) program prioritas Pemerintah Aceh yang terdiri dari :

1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

2. Keberlanjutan Perdamaian

3. Dinul Islam, Adat dan Budaya

4. Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah

5. Penanggulangan Kemiskinan

6. Pendidikan

7. Kesehatan

8. Infrastruktur yang Terintegrasi

9. Sumber Daya Alam Berkelanjutan

10.Kualitas Lingkungan dan Kebencanaan

Pada Dinas, disesuaikan dengan tugas dan fungsinya. Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh diamanatkan untuk mendukung 2 (dua) program prioritas daerah , yaitu Program Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah dan Program Penanggulangan Kemiskinan yang terbagi kedalam dua bidang yaitu:

1. Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah


(62)

Halaman 53

2. Penanggulangan Kemiskinan

a. Peningkatan Keahlian dan Daya Saing Tenaga Kerja yang memiliki

Standarisasi

- Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

b. Peningkatan Akses Kesempatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja

- Program Peningkatan Kesempatan Kerja

- Program Perlindungan dan Pengembangan Ketenagakerjaan

c. Peningkatan Skala Usaha Komoditas Masyarakat yang Layak dengan

Memanfaatkan Lahan Tidur, Terlantar dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi

- Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

- Program Transmigrasi Lokal

4.1.2

Strategi Pembangunan Daerah Aceh

1. Mengembangkan Keahlian dan Daya Saing Tenaga Kerja yang memiliki

standarisasi dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dan meningkatkan akses kesempatan kerja serta perlindungan tenaga kerja. Untuk mendukung hal tersebut Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh melaksanakannya melalui 3 (tiga) program :

a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas tenaga Kerja

Hasil yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja

Hasil yang ingin dicapai adalah meningkatnya pelayanan fasilitasi penempatan bagi pencari kerja

c. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

Hasil yang ingin dicapai adalah terwujudnya penerapan prosedur hubungan industrial dan perlindungan terhadap pekerja melalui pelaksanaan norma ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(63)

2. Mengembangkan Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Baru Melalui Pengembangan Wilayah Transmigrasi. Kontribusi Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dalam mendukung strategi tersebut melalui program :

d. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi

Hasil yang ingin dicapai adalah Terwujudnya pembangunan permukiman transmigrasi lokal dan memperluas kesempatan berusaha.

e. Program Transmigrasi Lokal

Hasil yang ingin dicapai adalah meningkatnya pendapatan dan pemerataan penduduk.


(64)

Halaman 55

4.2.

PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH ACEH DI BIDANG

KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN

Prioritas Pembangunan Pemerintah Aceh di Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian disesuaikan adalah termasuk ke dalam prioritas bidang ekonomi serta bidang wilayah dan tata ruang.

4.2.1

Bidang Ekonomi

Pada bidang ekonomi, fokus pembangunan Pemerintah Aceh di Bidang ketenagakerjaan, diarahkan untuk meningkatkan daya saing ketenagakerjaan yang meliputi :

1. Peningkatan pelayanan penempatan tenaga kerja (bursa kerja) dan fasilitas

penempatan tenaga kerja di 23 Kab/Kota. Fokus prioritas ini dilakukan dengan Program Peningkatan Kesempatan Kerja melalui Kegiatan :

a. Penyusunan informasi bursa tenaga kerja

b. Pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan

kewirausahaan.

c. Pemberian fasilitas dan mendorong sistem pendanaan pelatihan

berbasis masyarakat.

2. Peningkatan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas. Fokus prioritas ini

dilakukan dengan program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, melalui kegiatan :

a. Penyusunan Database ketenagakerjaan

b. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana Balai Latihan Kerja

(BLK)

c. Peningkatan profesionalisme tenaga kepelatihan dan instruktur BLK


(65)

4.2.2

Bidang Wilayah dan Tata Ruang

Pembangunan ketransmigrasian dalam bidang wilayah dan tata ruang diarahkan untuk mendukung 2 fokus prioritas, yaitu :

1. Pembangunan perdesaan melalui permukiman transmigrasi baik lokasi

yang telah ada maupun lokasi baru setelah penempatan.

Arah kebijakan pembangunan perdesaan pada lokasi transmigrasi adalah memperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, meningkatkan ketahanan desa sebagai wilayah produksi serta meningkatkan daya tarik perdesaan melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan seiring dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan lingkungan.

Arah kebijakan tersebut akan dilaksanakan melalui :

- Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi, meliputi kegiatan :

a. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana

transmigrasi

b. Penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana sosial dan

ekonomi di kawasan transmigrasi

c. Pengerahan dan penempatan transmigrasi

d. Pelatihan Transmigrasi

e. Pembinaan dan Pemberdayaan di Kawasan Transmigrasi

- Program Transmigrasi Lokal meliputi kegiatan :

a. Transmigrasi Lokal

b. Pengurusan Legalitas Kepemilikan Lahan Warga Transmigrasi

2. Pembangunan Ekonomi Lokal dan Daerah

3. Arah kebijakan pengembangan ekonomi lokal pada tahun 2013 - 2017

adalah meningkatkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota atau antar wilayah pusat pertumbuhan dengan wilayah produksi (hulu-hilir) melalui pengembangan usaha dan peningkatan pelatihan serta keterampilan


(66)

Halaman 57

4.3.

BIDANG PENDUKUNG

Kebijakan bidang pendukung diarahkan untuk meningkatkan kinerja organisasi pada SKPA Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh yang efisien, efektif dan profesional serta terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik pada peningkatan fungsi pembinaan manajemen, dukungan administratif, pengawasan fungsional, sumber daya manusia, serta peningkatan fungsi penelitian, pengembangan, pengelolaan data dan informasi.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut adalah :

1. Peningkatan dukungan administrasi dan pengawasan internal untuk

menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governmance)

2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang ketenagakerjaan

dan ketransmigrasian

3. Peningkatan kualitas penatausahaan keuangan yang berbasis kinerja

Strategi pembangunan untuk bidang pendukung dilaksanakan melalui 4 (empat) program yaitu :

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Hasil yang ingin dicapai adalah tersedianya kegiatan administrasi

perkantoran untuk menunjang tugas dan fungsi dinas.

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Hasil yang ingin dicapai tersedianya fasilitas bagi aparatur dalam proses peningkatan pelayanan publik.

3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Hasil yang ingin dicapai adalah terciptanya aparatur yang profesional dalam pelayanan publik.

4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Hasil yang ingin dicapai adalah adalah terciptanya aparatur yang profesional dalam pelayanan publik.


(67)

4.4.

RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA DAN

MOBILITAS PENDUDUK ACEH TAHUN 2013-2017

Renstra SKPA ini merupakan satu dokumen Perencanaan resmi yang

dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan SKPA khususnya dan

Pembangunan Daerah pada umumnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan. Renstra SKPA ini dibangun berdasarkan komitmen dan kesepakatan dari semua Stake Holder. Renstra SKPA sebagai dokumen perencanaan jangka menengah untuk dituangkan ke dalam Rencana Tahunan, Renja SKPA, RKA SKPA dan APBA.

Renstra Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh mempunyai hubungan dengan beberapa dokumen perencanaan lainnya. Hubungan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Aceh merupakan dokumen

perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun, dimana periode Renstra ini merupakan segmen awal dari periode RPJP tersebut. RPJP Aceh merupakan pedoman dalam penyusunan RPJM Aceh sementara RPJM tersebut menjadi Pedoman dalam penyusunan Renstra Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh saat ini.

b. Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM) Aceh sebagai dokumen

perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun, merupakan pedoman dalam Penyusunan Renstra Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh. Rancangan Renstra Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh berpedoman pada RPJMA. Selanjutnya Renstra Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh ini ditetapkan setelah disesuaikan dengan RPJMA.

c. Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) merupakan dokumen

Perencanaan Pemerintah Aceh untuk periode 1 (satu) tahun dan Penjabaran dari RPJM Aceh. RKP Aceh menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Aceh (Renja-SKPA) dan berpedoman


(68)

Halaman 59

pada Renstra SKPA ini. Selanjutnya RKPA menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBA.

Rencana Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh sebagai dokumen perencanaan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh untuk periode 1 (satu) tahun, merupakan penjabaran dari Renstra Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh. Oleh karena itu, penyusunannya berpedoman pada renstra ini dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Aceh.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan bidang ketenagakerjaan maka dalam renstra Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk juga mengacu pada Standar Pelayanan Minimal sebagaimana yang diatur dalam Permendagri No.54 tahun 2010 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah yaitu SPM bidang ketenagakerjaan sesuai dengan Permenakertrans No.15 tahun 2010 tentang SPM Ketenagakerjaan sebagaimana diubah dalam Permenakertrans No.04 tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.15/Men/X/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketenagakerjaan.

Sehingga SPM bidang ketenagakerjaan merupakan acuan untuk mengukur kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang diberikan pemerintah daerah khususnya bidang ketenagakerjaan. Artinya, SPM itu juga merupakan alat ukur untuk memantau kinerja pemerintah daerah. Hal ini terutama terkait dengan urusan wajib pemerintah daerah (sesuai UU 32 Tahun 2004), daerah memiliki urusan wajib dan urusan pilihan.

Jadi, SPM ini terkait dengan pelaksanaan urusan wajib yang sebenarnya merupakan pelayanan dasar yang salah satunya adalah ketenagakerjaan, yang dijamin haknya secara konstitusional oleh Undang - undang. Penerapan SPM ini juga diharapkan sebagai upaya pemerintah daerah untuk lebih memperbaiki kinerja pelayanan kepada masyarakat.


(69)

(70)

Halaman 61

4.4.1

LATAR BELAKANG RENSTRA

Terselenggaranya Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik (Good Corporate Governance) merupakan prasyarat bagi setiap Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) untuk mewujudkan cita-cita luhur para pendiri negara (founding fathers) agar tercipta masyarakat adil dan makmur sebagai mana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam rangka mencapai hal itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem perencanaan yang tepat, jelas dan “legimated”, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berhasilguna dan berdayaguna.

Untuk menerapkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 17 tahun 2004 tentang Pengelolaan keuangan Negara, maka Pemerintah Daerah wajib menyusun dokumen perencanaan pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Strategis Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD).

Paradigma Perencanaan Pembangunan dewasa ini menghendaki agar pendekatan perencanaan mengintegrasikan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom up dan top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah memiliki kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan, akuntabel dan konsisten dengan rencana lain yang relevan sehingga kepemilikan rencana (sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Untuk mendapatkan dukungan optimal bagi implementasi rencana yang telah disusun, keterlibatan stakeholder dan legislatif dalam proses pengambilan keputusan perencanaan menjadi sangat penting.


(71)

Dalam kaitan dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan instrumen pertanggungjawaban, Renstra merupakan langkah awal untuk mengukur kinerja instansi pemerintah, sehingga perencanaan strategis merupakan integrasi antar sumber daya agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis, nasional dan global serta tetap berada dalam tatanan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Perencanaan strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan menganalisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang ada atau mungkin timbul. Rencana strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi yang meliputi kebijakan, program dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.

Dalam rangka melaksanakan amanat tersebut maka Pemerintah Aceh menyusun dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) tahun 2012 – 2017 sebagai penjabaran Visi dan Misi Kepala Daerah yang terpilih. Berkaitan dengan hal tersebut maka Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh menyusun Renstra sebagai upaya untuk menjabarkan RPJMA dalam ruang lingkup tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh.

Renstra Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh mengandung nilai yang urgen dan strategis karena sangat bermanfaat dan diperlukan untuk beberapa alasan yaitu :

a. Antisipatif

Berbagai perkembangan yang sangat cepat dalam era globalisasi mengakibatkan meningkatnya kebutuhan penyediaan pelayanan dasar (basic service) yang lebih prima bagi masyarakat, perlunya pengembangan sektor unggulan (core competences) daerah, semakin menipisnya sumber daya, serta semakin beragamnya tuntutan


(72)

Halaman 63

pelayanan yang harus disediakan. Hal ini yang mendorong Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh untuk melakukan perubahan mendasar sehingga perencanaan strategis diharapkan dapat mendukung perubahan secara proaktif yang tidak hanya reaktif terhadap perubahan yang terjadi.

b. Managerial

Perencanaan strategis akan menuntun diagnosa organisasi terhadap pencapaian hasil yang diinginkan secara obyektif. Dengan adanya perencanaan strategis dapat membangun strategi sebagai bagian penting organisasi yang berorientasi hasil. Kapabilitas dan sumber daya difokuskan secara optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan.

c. Futuristic

Perencanaan strategis memungkinkan untuk memberikan komitmen terhadap aktivitas dan kegiatan di masa mendatang. Sehingga membutuhkan pengumpulan data dan informasi secara menyeluruh untuk menyiapkan analisis atas berbagai alternatif dan implikasi yang dapat diarahkan pada masa mendatang.

d. Adaptif

Fleksibilitas merupakan kriteria yang sangat penting dalam perencanaan strategis walaupun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan jangka menengah. Penyesuaian Renstra terhadap perkembangan yang muncul dapat dilakukan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Capaian terhadap indikator kinerja dan mengukur kemajuan capaian hasil tetap menjadi fokus utama dalam perencanaan strategis.

e. Pelayanan Prima (Service Excelence)

Dalam era globalisasi ini pelayanan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) merupakan hal yang utama untuk diperhatikan. Disamping itu, dalam era keterbukaan masyarakat menuntut instansi pemerintah dan aparatur untuk memberikan pelayanan yang prima. Kepuasan pelayanan terhadap pelanggan dan


(73)

stakeholder merupakan faktor utama keberhasilan bagi setiap organisasi publik. Untuk itu pola-pola pelayanan yang perlu diselenggarakan harus disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dan stakeholder.

f. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Corporate Governance)

Guna mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang baik (good corporate governance) perencanaan strategis harus mengutamakan prinsip - prinsip kepemerintahan yang baik. Paling tidak terdapat tiga prinsip yang harus selalu diperhatikan yakni transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Implementasi perencanaan strategis harus dilakukan secara transparan, partisipatif dan akuntabel baik dalam proses pengambilan keputusan yang teratur maupun dalam penentuan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi publik. Selain itu aparatur juga harus memiliki etika moral yang baik dengan menghindari praktek - praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.


(74)

Halaman 65

4.4.2

Landasan Hukum

Landasan hukum utama yang mengatur sistem, mekanisme, proses dan prosedur tentang Renstra SKPA khususnya dan perencanaan pada umumnya yaitu :

1. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 Tentang Pembentukan

Daerah Otonom Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan

Pembentukan Propinsi Sumatera Utara.

2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian

sebagaimana diubah dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009.

3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah.

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

8. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.

9. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

10. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas

Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian.

11. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Transmigrasi.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan

Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Provinsi Sebagai Daerah Otonom.

13. Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pedoman


(75)

14. Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pencapaian Standar Pelayanan Minimum.

15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

17. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.

18. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah.

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2007 tentang Petunjuk

Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal.

21. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun

2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2010-2014.

22. Permenakertrans No.15 tahun 2010 tentang SPM Ketenagakerjaan

sebagaimana diubah dalam Permenakertrans No.04 tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.15/Men/X/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketenagakerjaan

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang

Pelaksanaan Peraturan Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

24. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah, dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.


(76)

Halaman 67

25. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Keuangan

Aceh.

26. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pengalokasian Tambahan

Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus.

27. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 70 Tahun 2012 Tentang RPJM Aceh

Periode Tahun 2012 – 2017.

28. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Rincian

Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan Struktural di Lingkungan Dinas-Dinas Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

29. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 112 Tahun 2008 Tentang Uraian

Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural Umum di Lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

30. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh.


(77)

4.4.3

VISI DAN MISI DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS

PENDUDUK ACEH

Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang. Visi dan misi SKPA menunjukkan apa yang menjadi cita-cita layanan terbaik SKPA Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh baik dalam upaya mewujudkan visi dan misi kepala daerah maupun dalam upaya mencapai kinerja pembangunan daerah pada aspek kesejahteraan, layanan dan peningkatan daya saing daerah dengan mempertimbangkan permasalahan dan isu strategis yang relevan.

Perumusan visi dan misi jangka menengah SKPA Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dihasilkan dari menindaklanjuti hasil analisis isu-isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah untuk

menemukan perwujudan visi sehingga mampu menjelaskan arah atau kondisi ideal masa mendatang yang ingin dicapai (clarity of direction) berdasarkan pada kondisi dan situasi yang terjadi saat ini di Aceh. Jadi visi merupakan suatu komitmen dalam upaya merancang dan mengelola perubahan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, visi Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dirumuskan berdasarkan pada realita yang berfokus pada masa depan.


(78)

Halaman 69

A.

VISI

Dari analisis isu stategis Aceh, dimana visi dan pokok Visi dirumuskan sebagai berikut :

Perumusan Visi

NO PERWUJUDAN VISI POKOK-POKOK VISI PERNYATAAN VISI

1 2 3 4

1. Terciptanya Tenaga Kerja

Aceh yang Sejahtera Sejahtera "Terciptanya Tenaga

Kerja Aceh Sejahtera dan Terberdayakannya Kawasan Permukiman Penduduk Sebagai Sentra

Pertumbuhan Ekonomi Mandiri"

2. Terberdayakannya Kawasan

Permukiman Penduduk Pemberdayaan

3.

Terciptanya Sentra Pertumbuhan Ekonomi

Mandiri

Sentra Pertumbuhan

Penyusunan Penjelasan Visi

VISI POKOK-POKOK

VISI

PENJELASAN VISI

1 2 3

Terciptanya Tenaga Kerja Aceh Sejahtera dan Terberdayaka nnya Kawasan Permukiman Penduduk Sebagai Sentra Pertumbuhan Ekonomi Mandiri

- Sejahtera - Terpenuhinya Kebutuhan Hidup Layak (KHL) bagi

Tenaga Kerja

- Terpenuhinya Upah sesuai Upah Minimum Provinsi - Adanya Jaminan Kesehatan bagi Tenaga Kerja

melalui Kepesertaan Jamsostek -

Pember-dayaan

- Tersedianya Sarana dan Prasarana Pelatihan Kerja (

Vocational Training) bagi Angkatan Kerja baik yang

berbasis Kompetensi, Berbasis Masyarakat dan Kewiraushaan Kewirausahaan

- Tersedianya pekerjaan temporer melalui kegiatan Padat Karya

- Terberdayakannya masyarakat di lingkungan pemukiman transmigrasi yang mendukung percepatan pertumbuhan sektor ekonomi - Sentra

Pertumbuhan

- Terciptanya kawasan pertumbuhan baru yang didukung dengan pembangunan dan

pengembangan prasarana pemukiman transmigrasi - Tersedianya sarana sosial ekonomi pada kawasan


(1)

Halaman 201 SOSIALISASI PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI PERUSAHAAN


(2)

(3)

Halaman 203 BIMTEK PRA PENEMPATAN NAGAN RAYA


(4)

(5)

Halaman 205 KEGIATAN PADAT KARYA JALAN DESA


(6)

TIM PENYUSUN

Pengarah : Ir. Zulkifli, MM

Penanggung Jawab : Putut Rananggono, S.ST, M.Si

Koordinator : T. Zulfikar, S.Sos

Penulis : Muhammad Ismuali N., ST

Afriadi Ihsan, SP Tarekat, SE Irfani, SE, M.Si

Pengolah Data : Muhammad Ismuali N., ST Mustafa kamal, ST

Safriadi Edi Saputra, SP Arman Yusuf ST, M.Si Edi Candra, A.Md

Narasumber : Ir. Helvizar Ibrahim, M.Si Putut Rananggono, S.ST, M.Si Hasballah, SH

Zulkifli M., SH Drs. Mahdi Ir. T. Bahagia, MP Drs. Sofyan M.Si Asnawi A., SE Ir. T. Sabirin TOB Ir. Marlaini Ir. Surahwardi

Tim Teknis : Bidang Program dan Pelaporan Disnakermobduk Seksi Data dan Informasi