profil dinas tenaga kerja dan mobilitas penduduk aceh tahun 2014 pdf
KATA SAMBUTAN KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH
eterbukaan informasi publik sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2008 mewajibkan institusi pemerintah melakukan publikasi terhadap program-
program pembangunan beserta hasil kinerjanya kepada publik secara
transparan namun tetap proporsional. Untuk itulah maka Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh secara berkala melakukan diseminasi, pencetakan buku data dan informasi maupun publikasi terhadap hasil pelaksanaan program- program pembangunan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian melalui berbagai media informasi, baik cetak maupun elektronik. Dengan adanya keterbukaan informasi publik, maka data dan informasi di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian beserta perkembangan terbarunya yang dapat diakses oleh publik bisa terakomodir secara maksimal.
Provinsi Aceh di bidang ketenagakerjaan maupun ketransmigrasian secara detail, utuh dan menyeluruh.
Dalam menjamin akurasi serta validitas data yang disajikan, di dalam penyusunan buku ini dilibatkan tim dari bidang teknis sebagai sumber informasi, penyediaan data, maupun sumbang saran yang sangat penting kontribusinya dalam membantu melengkapi substansi buku ini. Dengan semakin lengkapnya substansi yang terkandung di dalamnya, buku ini diharapkan mampu mewakili penjelasan secara lengkap mengenai perkembangan terakhir kondisi pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di Aceh beserta segenap kebijakan, program kerja dan pengimplementasiannya.
Mengingat buku ini merupakan konsumsi khalayak internal maupun mitra kerja eksternal lainnya, maka substansi yang termuat di dalamnya haruslah mudah dicerna dan dipahami tanpa mengurangi makna yang ada. Dengan demikian, pelayanan informasi untuk merespon tuntutan maupun kebutuhan masyarakat akan ketersediaan data dan informasi yang aktual, akurat dan lengkap dapat berfungsi
Harapan kami, Buku Profil Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh Tahun 2014 ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi dan pedoman di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak.
Banda Aceh, Oktober 2014 KEPALA DINAS TENAGA KERJA
DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH
Ir. HELVIZAH IBRAHIM, M.Si NIP. 19620611 199203 1 004
KATA PENGANTAR
egenap ungkapan puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa berkenaan dengan telah selesainya penyusunan Buku Profil Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas
Penduduk Aceh Tahun 2014. Buku ini memuat data dan informasi secara rinci, utuh dan menyeluruh mengenai hasil-hasil kinerja pembangunan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, khususnya yang telah dilaksanakan di lingkup Pemerintah Aceh.
Berpedoman pada Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah serta Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja UPTD Pada Lingkup Dinas Tenaga Kerjadan Mobilitas Penduduk, maka ruang lingkup substansi yang disajikan di dalam buku Profil Berpedoman pada Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah serta Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja UPTD Pada Lingkup Dinas Tenaga Kerjadan Mobilitas Penduduk, maka ruang lingkup substansi yang disajikan di dalam buku Profil
Namun bagaimanapun, kami menyadari bahwa dalam penyajian data dan informasi di dalam buku ini masih terdapat berbagai kekurangan sehingga belum mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan berbagai pihak akan ketersediaan data maupun informasi yang aktual, akurat dan lengkap.
Akhir kata, semoga Buku Data dan Informasi Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Aceh Tahun 2014 dapat memberikan manfaat yang berarti bagi semua pihak dan menjadi salah satu bahan pertimbangan maupun pedoman bagi perbaikan kinerja dan pelayanan di masa mendatang.
Banda Aceh, Oktober 2014 KEPALA BIDANG PROGRAM DAN
PELAPORAN
PENDAHULUAN
BAB
1.1. LATAR BELAKANG
Penduduk merupakan salah satu modal dasar atau asset dalam pembangunan. Penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku pembangunan. Sementara itu jumlah penduduk yang besar bukan jaminan keberhasilan suatu pembangunan. Peningkatan jumlah penduduk yang besar tanpa adanya peningkatan kesejahteraan justru bisa menjadi bencana yang pada waktunya dapat menimbulkan gangguan terhadap program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan. Selain itu juga akan dapat menimbulkan berbagai kesulitan bagi generasi yang akan datang.
Pemenuhan kebutuhan merupakan salah satu indikator pencapaian kesejahteraan penduduk, namun di dalam perjalanan pemenuhan kebutuhan ini penduduk mengalami kesulitan karena pada daerah-daerah tertentu, peningkatan jumlah penduduk yang tinggi tidak diiringi dengan peningkatan sumber daya manusia sehingga menimbulkan peningkatan angka pengangguran, atau dengan kata lain di tempat yang jumlah penduduknya tinggi akan lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
1.2. PERKEMBANGAN SITUASI KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN ACEH
Kondisi ketenagakerjaan di Aceh, memasuki Tahun 2013 periode Februari menunjukkan terjadinya perubahan terhadap jumlah Angkatan Kerja (AK) sebesar 65,85 % atau 2.087.692 jiwa dari tahun 2011 periode Agustus yaitu 63,78 % atau 2.001.259 jiwa dari total jumlah penduduk usia kerja. Hal ini akan mempengaruhi angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang kondisinya saat ini cenderung meningkat sebesar 0,45 % dari 7.43 % untuk tahun 2011 Kondisi ketenagakerjaan di Aceh, memasuki Tahun 2013 periode Februari menunjukkan terjadinya perubahan terhadap jumlah Angkatan Kerja (AK) sebesar 65,85 % atau 2.087.692 jiwa dari tahun 2011 periode Agustus yaitu 63,78 % atau 2.001.259 jiwa dari total jumlah penduduk usia kerja. Hal ini akan mempengaruhi angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang kondisinya saat ini cenderung meningkat sebesar 0,45 % dari 7.43 % untuk tahun 2011
21 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2012 sebesar 1,923 juta orang. Penganggur pada Februari 2013 mengalami peningkatan sekitar 13 ribu orang dibandingkan keadaan Februari 2012 sebesar 165 ribu orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Februari 2013 mencapai 8,38 persen, lebih tinggi 0,50 persen dari TPT bulan Februari 2012 sebesar 7,88 persen. Namun demikian jika dibandingkan dengan keadaan pengangguran Agustus 2012 menunjukkan penurunan sebesar 0,72 persen atau sekitar 1000 orang.
Fluktuatif TPT terhadap keadaan Februari dan Agustus 2012, sangat dipengaruhi pengaruh musim, di mana pada bulan Februari aktivitas sektor pertanian jauh lebih besar dibandingkan pada bulan Agustus di setiap tahunnya, Pada periode Februari 2012 sampai dengan Februari 2013 peningkatan jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja juga diimbangi dengan peningkatan jumlah penduduk yang menganggur. Rasio peningkatan penduduk yang menganggur lebih besar jika dibandingkan dengan penduduk yang bekerja, akibatnya tingkat pengangguran terbuka Februari 2013 lebih tinggi jika dibandingkan dengan Februari 2012.
Jika dibandingkan dengan target TPT dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh hingga tahun 2017 adalah sebesar 7,22 % – 6,50 % bukan menjadi pekerjaan yang mudah bagi Pemerintah Aceh terutama Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, artinya pada akhir tahun 2013 angka tingkat pengangguran terbuka harus mampu turun mencapai 7.22 % dan selama periode
5 tahun ke depan diharapkan terjadinya penurunan TPT sebesar 0,93 % dari kondisi awal periode RPJMA sebesar 7,43 %.
Dalam upaya tersebut di atas juga Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh melalui program kegiatan bidang ketransmigrasian juga terus berupaya mendukung program kegiatan ketenagakerjaan untuk mengurangi penanggulangan
pembangunan kawasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang disertai daya dukung terhadap pembangunan sosial dan ekonomi serta terciptanya peluang untuk mengembangkan pola kegiatan usaha dan komoditas unggulan sehingga mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap percepatan pembangunan baik dari sisi pemerintahan, infrastruktur, pengembangan wilayah, pertanian maupun perekonomian.
kemiskinan
dengan
Sekarang program transmigrasi tidak lagi merupakan program pemindahan penduduk, melainkan upaya untuk pengembangan wilayah dan tidak lagi bersifat sentralistik dan top down, melainkan memberikan kesempatan besar pada penduduk setempat untuk menjadi transmigran (TPS). Transmigrasi berkembang menjadi program pengembangan wilayah dan menjadi salah satu program
tersedianya pencadangan areal yang relatif luas dari pemerintah. Pada unit-unit permukiman transmigrasi (UPT) yang telah dibangun di lengkapi dengan sarana fasilitas umum (rumah ibadah, balai desa, gudang unit dan fasilitas umum lainnya) serta prasarana lainnya seperti jalan desa, jalan poros dan jalan penghubung sebagai akses menuju lokasi.
1.2.1 ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
Isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya dalam hal tidak dimanfaatkan akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam kaitannya dengan eksistensi institusi/organisasi untuk jangka panjang. Isu strategis bagi Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) diperoleh berdasarkan identifikasi dan analisis permasalahan pembangunan baik secara internal maupun eksternal terhadap suatu keadaan yang menciptakan peluang dan ancaman bagi SKPA untuk 5 (lima) tahun mendatang. Dari informasi yang dikumpulkan diidentifikasikan permasalahan yang menghasilkan kesimpulan bahwa isu- isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi SKPA adalah sebagai berikut :
a) Masih Banyaknya Penduduk Miskin Masalah penduduk miskin di Aceh merupakan tantangan yang cukup berat dalam 5 (lima) tahun ke depan. Penduduk miskin di Aceh pada tahun 2011 tercatat sebesar 19,48%, masih lebih besar dari penduduk miskin tingkat nasional yang hanya sebesar 12,36%. Sebaran penduduk miskin Aceh lebih dominan berada di pedesaan yaitu 80,14%, sedangkan diperkotaan hanya 19,86%. Hal ini mencerminkan bahwa dampak dari pembangunan belum memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum, a) Masih Banyaknya Penduduk Miskin Masalah penduduk miskin di Aceh merupakan tantangan yang cukup berat dalam 5 (lima) tahun ke depan. Penduduk miskin di Aceh pada tahun 2011 tercatat sebesar 19,48%, masih lebih besar dari penduduk miskin tingkat nasional yang hanya sebesar 12,36%. Sebaran penduduk miskin Aceh lebih dominan berada di pedesaan yaitu 80,14%, sedangkan diperkotaan hanya 19,86%. Hal ini mencerminkan bahwa dampak dari pembangunan belum memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum,
Berdasarkan data BPS tahun 2011, penduduk yang bekerja masih didominasi oleh tenaga kerja lulusan SLTA dan setingkatnya, diikuti lulusan SMP. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan peningkatan yang proporsional pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun 2009. Bila ditinjau dari tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh pekerja maka kualitas tenaga kerja di Aceh masih rendah.
Tingginya tenaga kerja yang terserap di sektor informal, bekerja kurang dari 35 jam seminggu, kurangnya keterampilan & keahlian mengindikasikan rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja maka perlu dilaksanakan pembinaan dan pelatihan kerja guna menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif, terampil, mandiri dan berdaya saing sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan pasar kerja. Untuk mendukung hal tersebut maka peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana fisik dan non fisik lembaga pelatihan terutama BLK sangat diperlukan.
c) Tingginya Angka Pengangguran dan Rendahnya Kualitas Angkatan Kerja Kerja
Masalah utama yang dihadapi oleh tenaga kerja di Aceh adalah keterbatasan kesempatan kerja Perkembangan perekonomian di Aceh masih belum mengubah struktur lapangan kerja yang masih didominasi oleh sektor informal. Sedangkan untuk sektor formal kesempatan kerja yang tersedia sangat minim.
Tingginya tingkat pengangguran terbuka di Aceh pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan rata-rata nasional menunjukan bahwa kondisi perekonomian Aceh belum berjalan seperti yang diharapkan. Artinya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah belum mampu untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat. Salah satu faktor yang menimbulkan hal tersebut adalah belum berkembangnya investasi baik dari dalam maupun dari luar negeri. Sehingga penciptaaan perluasan kerja yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui kegiatan pembangunan belum efektif karena peran swasta yang belum signifikan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilaksanakan program yang berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja diantaranya melalui padat karya produktif, padat karya infrastruktur, tenaga kerja Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilaksanakan program yang berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja diantaranya melalui padat karya produktif, padat karya infrastruktur, tenaga kerja
Banyaknya perusahaan yang melanggar norma ketenagakerjaan terutama norma kerja, norma wanita dan anak, norma K3 dan lain sebagainya mengindikasikan bahwa perlindungan bagi tenaga kerja yang masih lemah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kualitas dan kuantitas Pengawas Ketenagakerjaan yang belum sesuai dengan perkembangan kebutuhan di berbagai kabupaten/kota di Aceh.
Selain itu rendahnya pemahaman pekerja tentang berbagai aturan norma ketenagakerjaan telah menyebabkan rendahnya pemenuhan hak-hak pekerja oleh pengusaha atau pengelola perusahaan. Hal ini terjadi akibat minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh dinas terkait di kabupaten/kota yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lemahnya kualitas dan kuantitas petugas Mediator di berbagai kabupaten kota dan minimnya anggaran yang tersedia.
Sementara itu perkembangan pasar kerja diwarnai pasar bebas/liberaliasasi, artinya berkembangnya pemikiran yang memanfaatkan lemahnya posisi tawar pekerja akibat berlebihnya suplai tenaga kerja sehingga mendorong terjadinya pelanggaran terhadap hak – hak pekerja. Untuk menghadapi hal tersebut maka
e) Masih Luasnya Lahan Terlantar yang belum Dimanfaatkan Luasnya lahan terlantar dikawasan transmigrasi seharusnya dapat
dimanfaatkan oleh petani transmigran karena infrastruktur cukup memadai dan sumber daya manusia tersedia. Oleh karena itu untuk mengembangkan lahan ini menjadi perluasan areal tanam, diperlukan dukungan pemerintah, antara lain berupa modal awal untuk pembukaan dan pengolahan lahan sampai siap ditanami, benih unggul dimanfaatkan oleh petani transmigran karena infrastruktur cukup memadai dan sumber daya manusia tersedia. Oleh karena itu untuk mengembangkan lahan ini menjadi perluasan areal tanam, diperlukan dukungan pemerintah, antara lain berupa modal awal untuk pembukaan dan pengolahan lahan sampai siap ditanami, benih unggul
f) Banyaknya Masyarakat yang Belum Mempunyai Tempat Tinggal dan Lahan Usaha Yang Tetap
Keterbatasan ruang untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan usaha yang tetap menjadi salah satu hambatan dari pembangunan yang harus diatasi. Hal ini dapat diatasi dengan cara memukimkan masyarakat tersebut dan memberikan peluang usaha di kawasan permukiman transmigrasi, sehingga selain memperoleh tempat tinggal yang tetap, masyarakat juga diberikan lahan usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber produktivitasnya terutama di sektor pertanian dan perkebunan.
GAMBARAN UMUM KONDISI ACEH
2.1. LUAS DAN BATAS WILAYAH ADMINISTRASI
Secara geografis Aceh terletak pada 01 o 58’37,2”- 06 04’33,6” Lintang Utara
dan 94 o 57’57,6”- 98 17’13,2” Bujur Timur. Provinsi Aceh memiliki luas wilayah darat
5.677,081 km 2 , wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.478,80 km dan garis pantai sepanjang 2.698,89 km atau 1.677,01 mil. Luas hutan sebagai lahan terluas
mencapai 2.290.874 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat seluas 800.553 ha. Sedangkan lahan industri mempunyai luas terkecil yaitu 3.928 ha. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.1.1.
Secara administratif pada tahun 2012, Provinsi Aceh memiliki 23 kabupaten/kota yang terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 289 kecamatan, 778 mukim dan 6.493 gampong/desa.
Tabel 2.1.1. Letak Geografis, 2012 Table
Geographical Situation, 2012
Nama Daerah
: Provinsi Aceh
Name of Region
Aceh Province
Status/Status : Otonomi Khusus/Special Region Letak/Location
: 01O 58’ 37,2” - 06 O 04’ 33,6” LU/NL 94 O 57’ 57,6” – 98 O 17’ 13,2” BT/EL
Luas Wilayah/Area
: 56 770,81 km2
Ketinggian Rata-Rata : 125 M di Atas Permukaan Laut Average altitude
: 125 M Above Sea Level
Batas-Batas Wilayah/Borders: Sebelah Utara/North
: Selat Malaka/Malacca Strait Sebelah Selatan/South
: Propinsi Sumatera Utara Sumatera Utara Province SebelahTimur/East
: Selat Malaka/Malacca Strait Sebelah Barat/West
: Samudera Indonesia
Indonesian Ocean
Cakupan Wilayah
: 119 Pulau/Islands
Coverage area : 35 Gunung/Mountains 73 Sungai Utama/Rivers
Banyaknya Kabupaten/Kota : 18 Kabupaten/Regency Number of Regency/City
: 5 Kota/City
Banyaknya Kecamatan/Sub-District
Mukim/Mukim
Gampong/Village
Sumber : Sekretariat Daerah Aceh
Source : Regional Secretariat of Aceh
Tabel 2.1.2. Nama-nama Kabupaten/Kota dan Banyaknya Kecamatan, Mukim dan Gampong di Aceh Tahun 2013
Sumber : BPS Aceh (Aceh dalam Angka Tahun 2013)
Bila melihat tabel di atas, wilayah dengan jumlah perangkat administratif paling besar adalah Kabupaten Aceh Utara yang memiliki 27 Kecamatan, 67 Mukim dan 852 Gampong. Selanjutnya wilayah dengan jumlah perangkat administrative paling kecil adalah Kota Sabang yang memiliki 2 Kecamatan, 7 Mukim dan 18 Gampong.
Luas Provinsi Aceh Menurut Penggunaan Lahan, untuk tahun 2012 ditunjukkan seperti pada tabel 2.1.3. Dari data tersebut, hutan aceh masih sangat luas mencapai 40,35 % luas wilayah Aceh.
Tabel 2.1.3. Luas Provinsi Aceh Menurut Penggunaan Lahan, 2012
Area of Aceh Province by land utilization, 2012
(Ha) Persentasetage
1. Permukiman/Settlement 125.444 2,21
2. Industri/Industry
3. Pertambangan/Mining 206.049 3,63
4. Persawahan/Rice 314.988 5,55
5. Pertanian tanah kering semusim Dry land farming season
6. Kebun/Garden 305.709 5,38
7. Perkebunan/Plantation - Perkebunan besar/Large plantations
200.710 3,54 - Perkebunan rakyat/Small plantations
8. Padang/field (padang rumput/meadow, alangalang/
231.055 4,07 reeds, semak/bush)
9. Hutan Forest 2.290.874 40,35
10. Perairan Darat/Inland waters (kolam air tawar/freshwater pond, tambak air payau/brackish pond,
206.738 3,64 penggaraman/salting, waduk/dam, danau/lake, rawa/swamp)
11. Tanah Terbuka/Open land 44.418 0,78
(Tandus, rusak/badland)
12. Lainnya/Others 807.562 14,22
Jumlah/Total 5.677.081 100,00
Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh
Source : National Land Board of Aceh Province
2.2. KEADAAN DEMOGRAFI ACEH
Bila melihat data perkembangan jumlah penduduk di Aceh periode tahun 2007-2011 berdasarkan data Sensus Penduduk keluaran BPS Aceh, terus terjadi peningkatan jumlah penduduk dari 4.293.900 Jiwa pada tahun 2008 menjadi 4.693.900 jiwa pada tahun 2012 (2.347.000 jiwa laki-laki dan 2.346.900 jiwa perempuan). Artinya, dalam kurun waktu 5 tahun tersebut jumlah penduduk Aceh mengalami peningkatan sebesar 470.067 Jiwa atau 10,95 %. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin periode tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.2.1.
Tabel. 2.2.1 Jumlah Penduduk Aceh Menurut Jenis Kelamin Periode Tahun 2007-2012 (Dalam Ribuan)
JUMLAH (Jiwa)
Sumber : BPS Aceh (Aceh dalam Angka Tahun 2013)
Gambar. 2.2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Aceh
k u 1 4.600.000
Tabel. 2.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Aceh Periode Tahun 2008-2012
TAHUN
NO KABUPATEN/KOTA
1. Simeulue 81.790 82.344 80.674 82.521 82.762 2. Aceh Singkil
100.265 102.505 102.509 104.856 107.781 3. Aceh Selatan
210.111 215.315 202.251 206.881 208.002 4. Aceh Tenggara
175.501 177.024 179.010 183.108 184.150 5. Aceh Timur
332.915 340.728 360.475 368.728 380.876 6. Aceh Tengah
182.533 189.298 175.527 179.546 182.680 7. Aceh Barat
153.398 158.499 173.558 177.532 182.495 8. Aceh Besar
310.107 312.762 351.418 359.464 371.412 9. Pidie
380.382 386.053 379.108 387.787 393.225 10. Bireuen
357.564 359.032 389.288 398.201 406.083 11. Aceh Utara
517.741 532.537 529.751 541.878 549.370 12. Aceh Barat Daya
123.101 124.813 126.036 128.922 131.087 13. Gayo Lues
74.794 75.165 79.560 81.382 82.962 14. Aceh Tamiang
239.899 241.734 251.914 257.681 261.125 15. Nagan Raya
124.340 125.425 139.663 142.861 146.243 16. Aceh Jaya
75.597 82.904 76.782 78.540 82.172 17. Bener Meriah
112.549 114.464 122.277 125.076 128.538 18. Pidie Jaya
130.906 135.345 132.956 136.000 138.415 19. Kota Banda Aceh
217.918 212.241 223.446 228.562 238.784 20. Kota Sabang
29.221 29.184 30.653 31.355 31.782 21. Kota Langsa
140.267 140.415 148.945 152.355 154.722 22. Kota Lhokseumawe
158.760 159.239 171.163 175.082 178.561 23. Kota Subulussalam
64.256 66.451 67.446 68.990 70.707 JUMLAH
Sumber : BPS Aceh (Aceh dalam Angka Tahun 2013)
Distribusi Jumlah Penduduk Selama Periode Tahun 2008-2012 seperti yang disajikan pada Gambar 2.2.2 menunjukkan bahwa selama periode 5 (lima) tahun pertumbuhan penduduk di Aceh terus meningkat. Bila dilihat Jumlah Penduduk Berdasarkan Kabupaten/Kota dari Tahun 2008-2012, paling banyak jumlah penduduk adalah di Kabupaten Aceh Utara, hingga tahun 2012 mencapai 549.370 jiwa atau sebesar 10.01 % dari total penduduk di Aceh pada 23 Kabupaten/Kota. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kota Sabang, yaitu sebesar 31.782 jiwa atau sebesar 0.68 % dari total penduduk pada tahun 2012.
Apabila pertumbuhan penduduk terus bertambah sementara laju pertumbuhan ekonomi berjalan lamban maka angka kemiskinan dan pengangguran akan bertambah yang berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Aceh, dapat dilihat pada tabel 2.2.3.
Persebaran Penduduk merupakan masalah kependudukan yang rumit, karena persebaran penduduk akan berimbas kepada permasalahan ekonomi dan sosial. Persebaran penduduk yang merata memberi dampak positif kepada pertumbuhan ekonomi, sedangkan persebaran penduduk yang timpang dapat memberikan masalah baik sosial maupun ekonomi pada daerah tersebut.
Untuk itu persebaran penduduk yang tidak merata hendaknya dipecahkan secara berhati-hati. Sebab bukannya tidak mungkin program pemerataan
Tabel 2.2.3 Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi Aceh, Maret 1999 – Maret 2013
Tahun Years
Perkotaan Urban
Perdesaan Rural
Jumlah Total
17,60 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2013
11,59
19,96
2.3. EKONOMI
Peran pemerintah sangat penting dalam meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi di Aceh melalui penerapan kebijakan pembangunan. Dengan adanya akumulasi kapital berbentuk investasi untuk semua sektor diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Aceh baik yang bersumber dana pemerintah maupun dari pihak swasta, karena selama ini
Adapun sebagai gambaran, tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh mencapai 5,18 persen (2011). Kemudian pada 2012 meningkat menjadi 5,42 persen. Namun 2013 sampai triwulan II tingkat pertumbuhan ekonomi baru sebesar 4,24 persen.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III-2013 secara triwulanan (q-to-q) mencapai 1,28 persen dan tanpa migas sebesar 1,76 persen. Secara tahunan (y-on-y), pertumbuhan ekonomi di triwulan ini dengan migas mencapai 4,18 persen dan tanpa migas sebesar 5,45 persen.
Nilai PDRB Aceh ADHB dengan migas meningkat menjadi Rp26,56 triliun pada triwulan III-2013 dan tanpa migas meningkat menjadi Rp22,91 triliun. Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB ADHK triwulan III-2013 dengan migas tercatat sebesar Rp9,58 triliun dan tanpa migas menjadi Rp8,67 triliun. Struktur PDRB Aceh baik dengan migas maupun tanpa migas menunjukkan bahwa dua sektor yang merupakan leading sector bagi perekonomian Aceh pada triwulan III-2013 masih berada pada sektor pertanian (26,60 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (17,90 persen) dari sisi lapangan usaha. Sedangkan dari sisi pengeluaran kontribusi yang terbesar adalah komponen konsumsi rumah tangga (40,90 persen) dan konsumsi pemerintah (23,44 persen).
Laju pertumbuhan q-to-q pada triwulan III 2013 dari sisi lapangan usaha yang tumbuh tinggi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (3,09 persen), sektor bangunan (2,74 persen), dan sektor listrik, gas, dan air bersih (2,36 persen). Sedangkan dari sisi pengeluaran laju pertumbuhan yang paling tinggi adalah konsumsi pemerintah (3,02 persen) dan PMTB (2,13 persen). (BPS Aceh, Nop 2013) Laju pertumbuhan q-to-q pada triwulan III 2013 dari sisi lapangan usaha yang tumbuh tinggi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (3,09 persen), sektor bangunan (2,74 persen), dan sektor listrik, gas, dan air bersih (2,36 persen). Sedangkan dari sisi pengeluaran laju pertumbuhan yang paling tinggi adalah konsumsi pemerintah (3,02 persen) dan PMTB (2,13 persen). (BPS Aceh, Nop 2013)
kondisi keamanan yang sudah baik dan stabil serta perbaikan infrastruktur berkelanjutan merupakan salah satu pendorong perekonomian Aceh untuk tumbuh positif. Di samping itu, hambatan-hambatan investasi yang dinilai menjadi acuan kendala yaitu kepastian hukum, infrastruktur dan keamanan, saat ini secara perlahan sudah dapat teratasi.
Untuk menunjang keberhasilan perekonomian di Aceh ke depan, dibutuhkan peran positif dari pemerintah yang bekerjasama dengan masyarakat. Mendatangkan investasi dengan mengenalkan berbagai keragaman dan hal spesialis yang dimiliki Aceh untuk dikembangkan tanpa merugikan satu sama lain. Menghadirkan bisnis environment di Aceh merupakan salah satu tujuan penting dalam mendukung tumbuhnya perekonomian Aceh yang baik.
2.4. RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH
Qanun tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) Tahun 2010-2030.
PROFIL & SUMBER DAYA
DINAS TENAGA KERJA DAN
MOBILITAS PENDUDU K ACEH
3.1. PROFIL ORGANISASI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI ACEH
Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dibentuk berdasarkan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kedudukan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh adalah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Aceh di bidang ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk (Bab III, Pasal 12).
3.1.1 DASAR HUKUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh;
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-
e. Penyelenggaraan administrasi kependudukan, penyebaran informasi ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk yang meliputi informasi perpindahan, pendataan potensi, pengembangan sumberdaya kawasan, pengerahan penempatan dan penataan penduduk.
f. Pembinaan hubungan industrial, pengupahan dan syarat kerja, kelembagaan dan pengawasan norma kerja, norma tenaga kerja dan anak, norma kesehatan tenaga kerja, dan lingkungan kerja, norma keselamatan
pelanggaran norma ketenagakerjaan dan pemberdayaan transmigran serta masyarakat sekitar.
kerja, penyidikan tentang
g. Pelatihan dan pengembangan produktivitas tenaga kerja, penduduk yang dimukimkan, penempatan tenaga kerja serta pemberian izin tenaga kerja asing: dan,
h. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk.
Untuk menyelenggarakan fungsi kedinasan seperti tersebut di atas, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh mempunyai kewenangan sebagai berikut : (Bab III, pasal 15)
a. Menyelenggarakan kegiatan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota dan kewenangannya yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota.
b. Menyusun pedoman penyelenggaraan pembangunan daerah di bidang ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk.
c. Menyusun pedoman dan menyelenggarakan kesejahteraan tenaga kerja, purna karya dan ketransmigrasian.
d. Melaksanakan pelatihan, produktifitas tenaga kerja, administrasi kependudukan dan penyelenggaraan ketransmigrasian.
e. Menyiapkan bahan rekomendasi penetapan upah minimum provinsi dan kabupaten/kota serta mengawasi pelaksanaannya.
f. Menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, syarat-syarat kerja, pengawasan dan perlindungan tenaga kerja serta mengawasi pelaksanaannya.
g. Merencanakan dan mengendalikan pembangunan lintas kabupaten/kota di bidang ketenagakerjaan dan mobilitas penduduk, dan
Gambar. Susunan dan struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pada Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh
PERGUB ACEH NO. 30 TAHUN 2009 TENTANG
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UPTD PADA LINGKUP DINAS TENAGA
KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK
3.1.4 SUMBER DAYA DINAS
A. SUMBER DAYA ORGANISASI
Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan dibantu oleh 7 (tujuh) bidang, 1 (satu) sekretariat dan 3 (tiga) UPTD sesuai dengan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan Struktural di Lingkungan Dinas-Dinas Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 112 Tahun 2008 Tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Non Struktural Umum di Lingkungan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh serta Peraturan Gubernur Aceh Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh.
1. SEKRETARIAT yang membawahi :
a. Sub Bagian Umum Mempunyai
urusan ketatausahaan, kerumahtanggaan, barang inventaris, aset, perlengkapan, peralatan, pemeliharaan dan perpustakaan.
tugas
melaksanakan
b. Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Laksana Mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, organisasi,
ketatalaksanaan, hukum dan perundang-undangan, pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokoler.
2. BIDANG PROGRAM DAN PELAPORAN yang membawahi :
a. Seksi Data dan Informasi Mempunyai tugas melaksanakan penelitian,
pengkajian, pengembangan, data dan informasi
mobilitas penduduk.
b. Seksi Penyusunan Program Mempunyai
tugas
menyusun
program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang, rencana anggaran yang bersumber dari APBA, APBN dan sumber dana lainnya serta penyusunan rencana strategis.
c. Seksi Evaluasi dan Pelaporan Mempunyai tugas melaksanakan pemantauan, evaluasi, pelaporan akuntabilitas kinerja dan rencana kinerja Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh.
3. BIDANG PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
yang membawahi :
a. Seksi Norma Kerja, Tenaga Kerja Wanita dan Anak Mempunyai tugas menyusun rencana program
ketenagakerjaan, mengkoordinir pengawas ketenagakerjaan, melakukan rekapitulasi wajib lapor perusahaan dan menyusun laporan
pengawasan
bidang pengawasan ketenagakerjaan.
b. Seksi Kesehatan Tenaga Kerja dan Lingkungan Kerja
Mempunyai tugas membina dan mengawasi
pelaksanaan norma kesehatan kerja, hiperkes, ergonomi perusahaan, gizi pekerja dan memeriksa perusahaan - perusahaan yang memproduksi dan menggunakan bahan berbahaya.
c. Seksi Keselamatan Kerja Mempunyai tugas mengawasi dan memeriksa penggunaan mesin
uap, bejana tekan, mekanik, listrik, alat pemadam api ringan, konstruksi bangunan, alat keselamatan kerja dan pemberian izin/sertifikasi K3.
4. BIDANG HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN yang membawahi :
a. Seksi Pengupahan,
dan Kesejahteraan Tenaga Kerja
Jaminan
Sosial
Mempunyai tugas merumuskan bahan standarisasi pengupahan, jaminan sosial dan kesejahteraan tenaga kerja, penetapan upah minimum
provinsi,
pengembangan jaminan sosial tenaga
kerja, pembinaan persyaratan kerja, perjanjian kerja waktu tertentu, waktu tidak tertentu, fasilitas peraturan perusahaan, kesepakatan kerja bersama dan rekomendasi pendirian perusahaan penyediaan tenaga kerja.
b. Seksi Hubungan Industrial Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan hubungan industrial,
serikat pekerja/buruh, asosiasi pengusaha, pemasyarakatan hubungan
pemberdayaan kelembagaan ketenagakerjaan.
industrial
dan
c. Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Mempunyai tugas melakukan mediasi perselisihan hubungan
5. BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA yang membawahi :
a. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Mempunyai tugas merumuskan, merencanakan dan
melaksanakan bimbingan kepada masyarakat, lembaga swasta, instansi pemerintah, usaha mandiri dan penerapan teknologi tepat guna.
b. Seksi Pemagangan, Penempatan dan Izin
Tenaga Kerja Asing Mempunyai tugas
merumuskan dan mengembangkan program pemagangan, lembaga pelatihan, perusahaan pelaksana pemagangan, penempatan tenaga kerja umum, pemuda, wanita, penyandang cacat, asing, penempatan tenaga kerja ke luar negeri, rekomendasi dan pembatasan tenaga kerja asing.
c. Seksi Peningkatan Instruktur dan Kelembagaan Mempunyai tugas melaksanakan inventarisasi instruktur dan lembaga
pelatihan, peningkatan kualitas instruktur dan lembaga pelatihan, fasilitas standarisasi, informasi pasar kerja, sertifikasi tenaga kerja dan akreditasi lembaga pelatihan.
6. BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA KAWASAN (PSDK) yang membawahi :
Penyediaan Areal dan Pendayagunaan Lahan
a. Seksi
Mempunyai tugas menyediakan areal dan pendayagunaan lahan, melaksanakan
analisis dan penyusunan rencana tata ruang yang representatif sesuai peruntukkannya serta pengurusan hak kepemilikan atas tanah.
b. Seksi Penyiapan Prasarana dan Sarana Permukiman Mempunyai tugas menyiapkan prasarana dan sarana permukiman
transmigrasi serta penyiapan lahan permukiman.
c. Seksi Keserasian Lingkungan dan Layak Huni Mempunyai tugas menyiapkan lingkungan transmigrasi yang asri, layak
huni, layak usaha, layak berkembang dan layak lingkungan.
7. BIDANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PERPINDAHAN yang membawahi :
a. Seksi Identifikasi dan Registrasi Mempunyai
kependudukan, pencatatan dan klasifikasi perpindahan penduduk antar daerah, desa, kota dan antar sektor.
b. Seksi Penyuluhan
dan
Penataan
Penduduk Mempunyai tugas melaksanakan
pencatatan, seleksi dan pendaftaran sesuai dengan ketentuan agar masyarakat yang dimukimkan tepat sasaran serta menyiapkan perlengkapan administrasi dalam rangka kelancaran penyuluhan terhadap masyarakat yang akan dimukimkan.
c. Seksi Pengerahan dan Penempatan Mempunyai tugas melaksanakan pengerahan, perpindahan dan
penempatan penduduk ke lokasi transmigrasi yang telah disiapkan serta menyiapkan sarana angkutan dan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dalam rangka kelancaran pelaksanaan
8. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAWASAN TRANSMGIRASI (PMKT) yang membawahi :
a. Seksi Sarana Produksi dan Pengolahan Hasil
Mempunyai tugas melakukan penyiapan sarana produksi, penyuluhan, bimbingan teknis untuk
peningkatan dan pengolahan hasil produksi pertanian
usaha jasa kawasan transmigrasi.
dan
b. Seksi Pelayanan dan Bina Potensi Mempunyai tugas melakukan fasilitasi distribusi
bantuan
pendidikan, kesehatan, pembinaan generasi muda, mental spiritual, syariat Islam, dan seni budaya serta
perempuan di kawasan transmigrasi.
c. Seksi Kelembagaan dan Kemitraan Mempunyai tugas melakukan fasilitasi c. Seksi Kelembagaan dan Kemitraan Mempunyai tugas melakukan fasilitasi
a. Sub Bagian Tata Usaha. Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan program
kerja UPTD Balai Pengembangan Produktivitas Tenaga Kerja, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD.
b. Seksi Pelatihan dan Pengukuran Produktivitas. Mempunyai tugas melaksanakan pelatihan dan pengukuran
produktivitas tenaga kerja, pengembangan kapasitas kelembagaan, pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
c. Seksi Penyuluhan dan Konsultansi Produktivitas Mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan informasi
dan konsultansi dalam rangka peningkatan produktivitas tenaga kerja, monitoring, evaluasi dan pelaporan.
10. UPTD BALAI PENINGKATAN SUMBER DAYA TRANSMIGRAN
yang membawahi :
a. Sub Bagian Tata Usaha. Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan program
kerja UPTD Balai Peningkatan Sumber Daya Transmigran, pengelolaan kerja UPTD Balai Peningkatan Sumber Daya Transmigran, pengelolaan
instansi
menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
terkait untuk
11. UPTD PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI yang membawahi :
a. Sub Bagian Tata Usaha. Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan program
kerja UPTD Pemberdayaan Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi UPTD.
b. Seksi Pemberdayaan Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan, pelayanan informasi dan
konsultasi bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian dalam rangka meningkatkan kemandirian tenaga kerja dan transmigrasi.
c. Seksi Pembinaan Kelembagaan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Mempunyai tugas melaksanakan pembinaan lembaga sosial ekonomi
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.
Selanjutnya, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 pada pasal 11 juga disebutkan tentang kelompok jabatan fungsional. Kelompok jabatan fungsional
Adapun kelompok jabatan fungsional tersebut dan aktif di lingkup Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Aceh terdiri dari :
d. Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan
e. Fungsional Arsiparis
f. Fungsional Perpustakaan.
B. SUMBER DAYA APARATUR
Hingga 31 Agustus 2013, pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh berjumlah 249 orang, dengan uraian sebagai berikut :
SUMBER DAYA APARATUR DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH
Berdasarkan Golongan, 2013
SD
SLTP SLTA
Berdasarkan Jenis Kelamin, 2013
C. ASET DAN MODAL
Aset tetap merupakan investasi jangka panjang. Aset mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai yang signifikan bila dibandingkan dengan komponen lainnya. Pengertian aset dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan pengertian tersebut maka Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh mencatat aset tetap yang dimiliki meskipun digunakan oleh orang lain.
Aset tetap digunakan untuk kegiatan operasional Dinas. Aset tetap disatu sisi merupakan sumberdaya ekonomi, disisi lain merupakan suatu komitmen, artinya di kemudian hari Dinas wajib memelihara atau merehabilitasi aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu belanja untuk pemeliharaan dan belanja untuk peningkatan.
Belanja pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi aset tetap tersebut sesuai dengan kondisi awal. Sedangkan belanja untuk peningkatan adalah belanja yang memberikan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, masa manfaat, mutu, produksi, atau peningkatan standar kinerja. Pengeluaran yang dikategorikan sebagai pemeliharaan tidak berpengaruh pada nilai tetap
REKAPITULASI KONDISI ASET DISNAKERMOBDUK ACEH TAHUN 2012
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, 2012
PROVINSI
: ACEH
KAB/KOTA
: BANDA ACEH
SKPA
: DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH
: DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK
SATKER
REKAPITULASI BARANG PEMERINTAH ACEH PADA DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
Aset S/D
Terima Hibah
No. Urut Gol. Kode Barang
Nama Bidang Barang
Aset S/D Thn 2011
Aset Tahun 2012
Tahun 2012 Ket.
2 02 PERALATAN DAN MESIN
02 a. Alat-alat Besar
03 b. Alat-alat Angkutan
04 c. Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur
05 d. Alat-alat Pertanian/Peternakan
06 e. Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga
07 f. Alat-alat Studio dan Komunikasi
08 g. Alat-alat Kedokteran
09 h. Alat - Alat Laboratorium
10 i. Alat-alat Keamanan
3 03 GEDUNG DAN BANGUNAN
11 a. Bangunan Gedung
12 b. Bangunan Monumen
4 04 JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN
13 a. Jalan dan Jembatan
14 b. Bangunan Air/Irigasi
15 c. Instalasi
16 d. Jaringan
5 05 ASET TETAP LAINNYA
17 a. Buku Perpustakaan
18 b. Barang Bercorak kesenian/Kebudayaan
c. Hewan Ternak dan Tumbuhan
d. Bantuan lain-lain Pembangunan Ekonomi
6 06 KONSTRUKSI DALAM PEKERJAAN
a. Kontruksi dalam Pekerjaan
JUMLAH
D. SEJARAH SINGKAT UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
D.1 UPTD BALAI PENGEMBANGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
Sengaja
D.2 UPTD BALAI PENINGKATAN SUMBER DAYA TRANSMIGRAN
Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Aceh
4.1. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH ACEH TAHUN 2013-2017
Kebijakan pembangunan Pemerintah Provinsi Aceh yang diwujudkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh merupakan salah satu dokumen perencanaan untuk melaksanakan sinkronisasi kebijakan - kebijakan pembangunan yang ada di kabupaten/kota seluruh Aceh. Sehingga dengan adanya kebijakan tersebut akan terjadi integrasi dan sinkronisasi arah pembangunan antar kota/kabupaten dalam kapasitas dan perannya masing-masing.
Secara umum arah kebijakan Pemerintah Aceh dilaksanakan berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, penyelenggaraannya dilaksanakan melalui asas otonomi yang diperluas untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Aceh selama tahun 2013 - 2017 prioritas pembangunan Aceh sesuai dengan RPJM Aceh diarahkan pada kebijakan dan strategi daerah sebagai berikut :
4.1.1 Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Aceh
Untuk menjamin terlaksananya pembangunan berkelanjutan di Provinsi Aceh baik saat ini maupun dalam 5 (lima) tahun mendatang, maka arah kebijakan pembangunan daerah selama tahun 2013 - 2017 akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 10 (sepuluh) program prioritas Pemerintah Aceh yang terdiri dari :
1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
2. Keberlanjutan Perdamaian
3. Dinul Islam, Adat dan Budaya
4. Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah
5. Penanggulangan Kemiskinan
6. Pendidikan
7. Kesehatan
8. Infrastruktur yang Terintegrasi
9. Sumber Daya Alam Berkelanjutan
10. Kualitas Lingkungan dan Kebencanaan
2. Penanggulangan Kemiskinan
a. Peningkatan Keahlian dan Daya Saing Tenaga Kerja yang memiliki Standarisasi
- Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
b. Peningkatan Akses Kesempatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja - Program Peningkatan Kesempatan Kerja - Program Perlindungan dan Pengembangan Ketenagakerjaan
c. Peningkatan Skala Usaha Komoditas Masyarakat yang Layak dengan Memanfaatkan Lahan Tidur, Terlantar dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi
- Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi - Program Transmigrasi Lokal
4.1.2 Strategi Pembangunan Daerah Aceh
1. Mengembangkan Keahlian dan Daya Saing Tenaga Kerja yang memiliki standarisasi dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dan meningkatkan akses kesempatan kerja serta perlindungan tenaga kerja. Untuk mendukung hal tersebut Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh melaksanakannya melalui 3 (tiga) program :
a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas tenaga Kerja Hasil yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
2. Mengembangkan Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Baru Melalui Pengembangan Wilayah Transmigrasi. Kontribusi Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dalam mendukung strategi tersebut melalui program :
d. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi Hasil yang ingin dicapai adalah Terwujudnya pembangunan permukiman transmigrasi lokal dan memperluas kesempatan berusaha.
e. Program Transmigrasi Lokal Hasil yang ingin dicapai adalah meningkatnya pendapatan dan pemerataan penduduk.
4.2. PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH ACEH DI BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN
Prioritas Pembangunan Pemerintah Aceh di Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian disesuaikan adalah termasuk ke dalam prioritas bidang ekonomi serta bidang wilayah dan tata ruang.
4.2.1 Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi, fokus pembangunan Pemerintah Aceh di Bidang ketenagakerjaan, diarahkan untuk meningkatkan daya saing ketenagakerjaan yang meliputi :
1. Peningkatan pelayanan penempatan tenaga kerja (bursa kerja) dan fasilitas penempatan tenaga kerja di 23 Kab/Kota. Fokus prioritas ini dilakukan dengan Program Peningkatan Kesempatan Kerja melalui Kegiatan :
a. Penyusunan informasi bursa tenaga kerja
b. Pengembangan
produktivitas dan pelatihan kewirausahaan.
kelembagaan
c. Pemberian fasilitas dan mendorong sistem pendanaan pelatihan berbasis masyarakat.
2. Peningkatan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas. Fokus prioritas ini dilakukan dengan program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga
4.2.2 Bidang Wilayah dan Tata Ruang
Pembangunan ketransmigrasian dalam bidang wilayah dan tata ruang diarahkan untuk mendukung 2 fokus prioritas, yaitu :
1. Pembangunan perdesaan melalui permukiman transmigrasi baik lokasi yang telah ada maupun lokasi baru setelah penempatan.
Arah kebijakan pembangunan perdesaan pada lokasi transmigrasi adalah memperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, meningkatkan ketahanan desa sebagai wilayah produksi serta meningkatkan daya tarik perdesaan melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan seiring dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan lingkungan.
Arah kebijakan tersebut akan dilaksanakan melalui : - Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi, meliputi kegiatan :
a. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana transmigrasi
b. Penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana sosial dan ekonomi di kawasan transmigrasi
c. Pengerahan dan penempatan transmigrasi
d. Pelatihan Transmigrasi
e. Pembinaan dan Pemberdayaan di Kawasan Transmigrasi - Program Transmigrasi Lokal meliputi kegiatan :
a. Transmigrasi Lokal
4.3. BIDANG PENDUKUNG
Kebijakan bidang pendukung diarahkan untuk meningkatkan kinerja organisasi pada SKPA Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh yang efisien, efektif dan profesional serta terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik pada peningkatan fungsi pembinaan manajemen, dukungan administratif, pengawasan fungsional, sumber daya manusia, serta peningkatan fungsi penelitian, pengembangan, pengelolaan data dan informasi.
Strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut adalah :
1. Peningkatan dukungan administrasi dan pengawasan internal untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governmance)