– PIU IsDB UNEJ TP4D PEMKAB JEMBER
H. PONCO HARTANTO, SH.MH KEPALA KEJAKSAAN NEGERI JEMBER
PENGAWASAN DANA LOAN
DAN
(2)
LATAR BELAKANG
TUJUAN
TUGAS
TP4
TIM PENGAWAL DAN PENGAMAN
PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN
(3)
Kejaksaan Republik Indonesia berperan penting mendukung keberhasilan penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan nasional di pusat maupun daerah, melalui pengawalan dan
pengamanan kegiatan perencanaan, pelaksanaan maupun pemanfaatan hasil pembangunan, termasuk dalam upaya mencegah timbulnya penyimpangan dan kerugian negara
Meningkatkan upaya pencegahan tindak pidana korupsi di Instansi Pemerintahan perlu dilaksanakan secara terencana dan sungguh-sungguh sehingga kegiatan pencegahan korupsi yang dilakukan Kejaksaan Republik Indonesia dapat berlangsung efektif dan optimal.
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2015
Menekankan pemberantasan korupsi dan penegakan hukum harus diletakkan untuk tujuan kesejahteraan rakyat dan kelancaran program pembangunan, Kejaksaan Republik Indonesia perlu memberikan pendampingan kepada pejabat pemerintahan untuk akselerasi pembangunan nasional guna mendukung program-program strategis pembangunan nasional
Pidato Presiden Republik Indonesia pada Upacara Peringatan Hari Bhakti Adhyaksa ke-55 tanggal 22 Juli
2015
(4)
TUJUAN
1. Komitmen Kejaksaan untuk berperan langsung dalam
mendukung keberhasilan program - program strategis
bangnas di segala bidang yang dilaks Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
2. Menghilangkan keragu - raguan penyelenggara / aparatur
pemerintahan dalam mengambil keputusan.
3. Terwujudnya perbaikan birokrasi bagi percepatan
program-program strategis bangnas untuk kepentingan rakyat;
4. Terserapnya anggaran secara optimal;
5. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
nasional;
6. Terlaksananya penegakan hukum yang efektif dengan
mengutamakan pencegahan;
7. TP4 akan menjadi Tim pendukung pelaksanaan tupoksi dan
kewenangan Kejaksaan, dengan fokus pendekatan preventif,
melalui upaya-upaya yang dilakukan untuk memastikan agar
pemberantasan korupsi dan gakkum berjalan secara efektif
dan optimal demi kepentingan rakyat.
(5)
PEMBENTUKAN TP4 PUSAT
•
Keputusan Jaksa Agung RI : KEP-152/A/JA/10/2015
Tanggal 1 Oktober 2015
•
Susunan dan keanggotan TP4 Pusat :
Ketua Tim
: Direktur I pada Jaksa agung muda bidang
Intelijen
Wakil Ketua Tim
: Direktur Pemulihan dan Perlindungan
Hak (PPH) pada
Jaksa Agung Muda bidang
Perdata dan Tata Usaha Negara
Sekretaris Tim : Koordinator pada Jaksa Agung Muda
bidang Intelijen
Ketua Sub Tim : Jaksa pada bidang Intelijen
Anggota
: Jaksa pada bidang Tindak Pidana Khusus
Anggota
: Jaksa pada bidang Perdata dan Tata usaha
Negara
(6)
•
Dasar hukum: Keputusan Jaksa Agung RI
Nomor : KEP-152/A/JA/10/2015. Tanggal 01
Oktober 2015
•
Susunan dan keanggotaan TP4 Provinsi adalah
a)
Ketua Tim : Asisten intelijen Kejaksaan
Tinggi
b)
Wakil Ketua Tim : Asisten Perdata dan Tata
Usaha Negara
c)
Sekretaris Tim : Koordinator pada
Kejaksaan Tinggi
d)
Ketua Sub Tim : Jaksa pada Bidang
Intelijen
e)
Anggota dari :
1.
Jaksa pada Bidang Tindak Pidana Khusus;
2.
Jaksa pada Bidang Perdata dan Tata Usaha
KEANGGOTAAN TP4 PROVINSI
(7)
•
Dasar hukum: Keputusan Jaksa Agung RI Nomor :
KEP-152/A/JA/10/2015. Tanggal 01 Oktober 2015
•
Susunan dan keanggotaan TP4 Kabupaten/Kota
adalah :
a)
Ketua Tim : Kepala Seksi Intelijen
b)
Wakil Ketua Tim : Kepala Seksi Perdata dan
TataUsaha Negara
c)
Ketua Sub Tim : Jaksa pada Bidang Intelijen
d)
Sekretaris merangkap anggota :
Jaksa pada Bidang Perdata dan Tata
Usaha Negara
e)
Anggota dari :
KEANGGOTAAN TP4
KABUPATEN/KOTA
(8)
TUGAS
Melakukan pengawalan dan pengamanan jalannya pemerintahan dan pembangunan melalui upaya-upaya preventif
1.
Melakukan penerangan dan penyuluhan hukum :
a. Memberikan penerangan hukum kepada instansi pemerintah pusat terkait dengan materi tentang tindak pidana korupsi, pengadaan barang dan jasa, administrasi pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara;
b. Melakukan diskusi dengan instansi pemerintah pusat untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam penyerapan anggaran;
c. Penerangan dan penyuluhan hukum dilakukan baik atas inisiatif TP4 maupun atas permintaan instansi yang memerlukan;
d. Tempat dan waktu pelaksanaan penerangan dan penyuluhan hukum ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak; e. TP4 dapat melibatkan instansi terkait yang relevan dengan materi
penerangan dan penyuluhan hukum yang akan disampaikan
(9)
a. Memberikan pendampingan hukum bagi pejabat birokrasi
dan pejabat pengelola keuangan dan anggaran dalam
setiap tahapan proyek dari awal sampai akhir :
b. Melakukan pembahasan hukum dengan pejabat pengelola
anggaran terhadap permasalahan yang dihadapi dalam
penyerapan anggaran;
c. Memberikan pendapat hukum dalam tahapan pengadaan
barang dan jasa baik atas inisiatif TP4 maupun atas
permintaan instansi yang memerlukan;
d. Mendata calon peserta lelang dan memberikan pendapat
hukum terkait dengan legalitas dan kapabilitas;
e. Melakukan pembahasan dengan konsultan pengawas
proyek.
TUGAS
(10)
Memberikan dukungan data, informasi, dan dukungan intelijen lainnya.
Melakukan koordinasi dengan aparat pengawasan intern pemerintah atau inspektorat apabila ada temuan penyimpangan dalam pelaksanaan proyek yang terindikasi adanya penyalahgunaan wewenang.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan pemangku kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas TP4D
4.
5.
6.
7.
(11)
PRO AKTIF ATAS PERMINTAAN KOMUNIKAS I, KOORDINASI , KONSULTASI IDENTIFIKASI PERMASALAHA
N PELAKSANAAN OLEH TP4D PELAKSANAA N OLEH TP4D
UNTUK MENENTUKAN BENTUK WAL-MAN UNTUK MENENTUKAN BENTUK WAL-MAN KOORDINASI DENGAN APIP PENEGAKAN HUKUM KOORDINASI DENGAN APIP PENEGAKAN HUKUM LEGAL ASSISTEN LEGAL OPINION PELAPORAN / PRODUK HASIL
GIAT TP4D
K /L BUMN
• PENERANGAN HUKUM.
• MONITORING
• PEMBERIAN INFO.
• ANALISIS MASALAH
• PENERANGAN HUKUM.
• MONITORING
• PEMBERIAN INFO.
• ANALISIS MASALAH
(12)
SEKRETARI AT TP4D (Admin Persuratan ) K /L BUMN/ D K /L BUMN/ D IDENTIFIKASI MASALAH (mempelajari materi permohonan)
TP4D
Kartu Penerus Disposisi (1 hariKerja sejak diterimanya permohonan)
Surat Pengembalian Kpd Pemohon Walman disertai saran &Pendapat dari TP4
PERMOHONAN WAL/MAN (Tdk berbatas wktu dalam kurun
wkt 1 tahun anggaran TIDAK YA KETUA SUB TIM (merangka p Anggota)
KETUA SUB TIM (merangka p Anggota)
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOT A ANGGOT A Sprintug WAL MAN (Pelaksanaan
2 hari sjk diterimanya
SP Tugas
(13)
KETUA SUB TIM (merangk ap Anggota) KETUA SUB TIM (merangk ap Anggota) ANGGOT A ANGGOT
A ANGGOTANGGOTAA
Komunikasi Kordinasi konsultasi K /L BUMN/D K /L BUMN/D LEGAL ASISTEN LEGAL OPINION LEGAL ASISTEN LEGAL OPINION • PENKUM • MONITORING/ • PEMANTAUAN • PEMBERIAN INFO. • ANALISIS MASALAH • PENKUM • MONITORING/ • PEMANTAUAN • PEMBERIAN INFO. • ANALISIS MASALAH PENEGAKAN HUKUM /Analisis Penyimpangan PENEGAKAN HUKUM /Analisis Penyimpangan
3 hari sjk SP Tug TP4D diterbitkan/ Sesuai
Perjanjian SOSIALISA
(14)
PENGAWALAN &
PENGAMANAN
PROYEK
STRATEGIS
NASIONAL
TP4
KEJAKSAAN RI
TIM
KEMENTRIAN/ INSTITUSI/ LEMBAGA/
BUMN/D
KERJASAMA
PENGAWALAN DAN
PENGAMANAN
(15)
A. SINERGITAS
B. KOORDINASI
C. KONSULTASI
D. MONITORING
E. EVALUASI
POLA PIKIR, POLA SIKAP SERTA POLA TINDAK
KERJASAMA PENGAWALAN DAN
(16)
TUGAS &
KEWENANGAN
BIDANG DATUN
PENEGAKAN
HUKUM
BANTUAN
HUKUM
PERTIMBANGA
N HUKUM
TINDAKAN
HUKUM LAIN
Kepada negara atau pemerintah,
meliputi :
•
Lembaga/badan negara.
•
Lembaga/instansi perintah
pusat &
daerah
•
Badan Usaha Milik
Negara/Daerah
Untuk menyelamatkan
memulihkan kekayaan negara,
menegakkan kewibawaan
perintah
Kepada
masyarakat
PELAYANAN
HUKUM
(17)
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMANPENANGANAN PERKARA DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH
DAERAH.
PASAL 32
Selain Biro Hukum Kementerian Dalam
Negeri, Biro Hukum Provinsi dan Bagian
Hukum Kabupaten Kota, Jaksa Pengacara
Negara dapat melakukan penanganan
perkara perdata dan tata usaha negara.
(18)
Bagan Bidang Hukum Yang Terkait Dengan
Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah
Persiapan Surat Penandatangan Berakhirnya
Penunjukan Kontrak Kontrak
Penyedia Barang/
Jasa (SPPBJ)
HAN
H. Perdata
(19)
PENGADAAN BARANG DAN JASA
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
adalah kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa
oleh
Kementerian/Lembaga/
Satuan
Kerja Perangkat Daerah/Institusi
(KLDI) yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa.
(20)
Peraturan yang diterapkan
1) Undang undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ;
2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah ;
3) Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 Tentang pertama;
4) Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang kedua;
5) Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 Tentang ketiga;
6) Peraturan Presiden Nomor 04 Tahun 2015 Tentang keempat
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
(21)
Pihak terkait
•
PA/KPA;
•
PPK;
•
Pejabat Pengawas;
•
Tim Teknis/Ahli;
•
Pokja ULP/Pejabat Pengadaan;
•
Panitia Pemeriksa/Penerima Barang;
(22)
Metode pengadaan barang
•
Swakelola
adalah Pengadaan Barang/Jasa yang direncanakan,
dikerjakan, diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
•
Pelelangan
Umum
adalah
metode
pemilihan
Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan
yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.
•
Pelelangan
Terbatas
adalah
metode
pemilihan
Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu
melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
•
Pelelangan Sederhana
adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Jasa Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
•
Penunjukan Langsung
adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa (Keadaan Tertentu : darurat, rahasia; Pengadaan Khusus :
Pekerjaan komplek, tarif resmi, tunggal, paten).
•
Pengadaan Langsung
adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung
kepada
Penyedia
Barang/Jasa,
tanpa
melalui
Pelelangan/
(23)
TAHAPAN PENGADAAN BARANG DAN
JASA
a. Tahap Perencanaan;
b. Pembentukan Pokja
ULP / Pejabat
Pengadaan;
c. Penyusunan dan
Penetapan Harga
Perkiraan Sendiri
(HPS);
d. Penyusunan dan
Pengesahan Dokumen
Pemilihan Barang dan
Jasa;
e. Pengumuman
Pelelangan / Seleksi /
Pelelangan;
f. Pendaftaran dan
Pengembalian
Dokumen Pemilihan
Penyedia Barang dan
Jasa;
h. Pemasukan dan
Pembukaan Dokumen
Penawaran;
i. Pengumuman
Pemenang;
j. Sanggahan Peserta
Lelang;
k. Penunjukan
Pemenang Lelang;
l. Penandatanganan
Kontrak;
m.Pelaksanaan
Kontrak / Penyerahan
Barang dan Jasa;
n. Penyelesaian /
Eskalasi Harga
Kontrak;
o. Pembayaran dan
(24)
Indikasi Penyimpangan
A. Tahap Perencanaan :
Penggelembungan Anggaran;
Intervensi dari Legislatif kepada Eksekutif;
Spesifikasi teknik di arahkan;
Tidak diumumkan secara terbuka;
Pemaketan Pekerjaan;
Memecah pekerjaan menghindari lelang;
Memecah pekerjaan yang seharusnya satu konstruksi;
Menyatukan atau memusatkan beberapa pekerjaan yang
(25)
Menggabungkan beberapa pekerjaan menutup peluang
pengusaha menengah dan kecil;
Rencana pembelian yang tidak sesuai kebutuhan;
Jadwal waktu yang tidak realistis;
Pemilihan metode penunjukan langsung seharusnya
pelelangan umum;
Kegiatan swakelola dilaksanakan melalui kontraktual;
(26)
B. Pembentukan Pokja ULP /
Pejabat Pengadaan
•
Pokja ULP / Pejabat Pengadaan tidak memiliki sertifikasi
keahlian pengadaan barang dan jasa;
•
ULP tidak terbuka dengan tidak adil pada peserta lelang;
•
ULP tidak jujur, tidak profesional, tidak transparan dan tidak
akuntabel;
•
ULP memberi keistimewaan kepada kelompok tertentu;
•
ULP dikendalikan oleh pihak tertentu;
•
ULP dirangkap oleh PPK, Bendahara, Petugas verifikasi
(27)
C. Penyusunan dan Penetapan
Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
•
HPS tidak ada;
•
Pengadaan sebelum anggaran ditetapkan, spesifikasi
teknis dibuat oleh rekanan pelaksanan;
•
HPS tidak disusun dan ditetapkan oleh PPK;
•
Spesifikasi teknis dan HPS mengarah pada merk tertentu;
•
Mark Up dalam HPS;
•
HPS disusun atas usulan calon pemenang;
•
Harga dasar yang tidak standar dalam menyusun HPS
•
Sumber / referensi harga pengusul HPS fiktif.
(28)
D.
Penyusunan dan Pengesahan
Dokumen Pemilihan Barang dan Jasa
•
Dokumen pemilih tidak disahkan ULP;
•
Persyaratan teknis mengada-ada atau berlebihan;
•
Kriteria kelulusan peninjauan tidak ada atau tidak jelas;
•
Spesifikasi teknis mengarah kepada produk tertentu;
•
Dokumen lelang tidak standar;
(29)
E. Pengumuman Pelelangan /
Seleksi / Pelelangan
•
Tidak ada pengumuman;
•
Diumumkan tapi bukan di website K/L/D/I, Portal pengadaan
Nasional dan papan pengumuman resmi;
•
Dokumen peserta tidak memenuhi syarat yang diluluskan Pokja ULP;
•
Dokumen bersifat aspal;
•
Dokumen kualifikasi tidak didukung data otentik;
•
Kriteria dalam melakukan peninjauan dokumen prakualifikasi tidak
(30)
F. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen
Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa
•
Dokumen lelang yang diserahkan tidak sama;
•
Waktu pendistribusian dokumen terbatas;
•
Penyebaran dokumen yang cacat;
•
Lokasi pengambilan dokumen sulit dicari;
•
Pengambilan dokumen tidak boleh diwakilkan;
•
Pendaftaran dan pengembalian dokumen harus dilengkapi atau
(31)
G. Penjelasan (
aanwijzing
)
•
Penjelasan terbatas pada kelompok tertentu;
•
Tidak adanya partisipasi masyarakat;
•
Penawar yang berhasil adalah yang menyelaraskan segala
sesuatunya dengan penjelasan Pokja ULP;
•
Tidak dibuat dokumen rapat penjelasan;
•
Tidak disebarluaskan kepada seluruh peserta;
•
Perubahan atas dokumen pemilihan penyedia tidak dituangkan
dalam adendum dokumen pemilihan penyedia;
•
Aanwijzing
melalui voting terbuka yang menguntungkan rekanan
(32)
H. Pemasukan dan Pembukaan
Dokumen Penawaran
•
Pemindahan tempat penyerahan dokumen penawaran;
•
Ditunda atau dimajukan batas akhir pemasukan dokumen penawaran
tanpa adanya adendum dokumen pemilihan penyedia;
•
Penyimpanan dokumen penawaran ditempat yang tidak aman;
•
Penerimaan dokumen penawaran terlambat tapi tetap diterima;
•
Perserta lelang diberi informasi nilai penawaran terendah saat
penutupan pemasukan dokumen penawaran;
•
Ada yang menyerahkan dokumen fiktif atas nama penawar lain;
•
Ketidaklengkapan dokumen penawaran;
•
Pembukaan dokumen penawar pada hari libur;
(33)
I. Pengumuman Pemenang
•
Tidak ada pengumuman pemenang;
•
Pengumuman pemenang tidak
diberitahukan kepada seluruh
peserta, dilakukan tersembunyi;
•
Tanggal pengumuman ditunda –
tunda;
•
Pengumuman tidak ada masuk
(34)
J. Sanggahan Peserta Lelang
•
Surat sanggahan tidak ditanggapi;
•
Jawaban sanggahan ditunda – tunda;
•
Tidak seluruh sanggahan ditanggapi;
•
Sanggahan pura – pura untuk menghindari tuduhan
proses lelang diatur.
(35)
K. Penunjukan Pemenang
Lelang
•
Surat penunjukan tidak lengkap;
•
Surat penunjukan sengaja ditunda-tunda
penyelenggara;
•
Surat penunjukan tidak sah;
•
Tanggal surat penunjukan dibuat lebih belakang
dibanding tanggal kontrak.
(36)
L. Penandatanganan Kontrak
•
Adanya kejanggalan dalam
penandatanganan kontrak;
•
Penandatanganan kontrak secara tertutup;
•
Penandatanganan kontrak yang tidak sah;
•
Tidak dilengkapi surat jaminan
pelaksanaan untuk proyek yang lebih dari
Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah);
•
Tanggal surat jaminan pelaksanaan lebih
(37)
M. Pelaksanaan Kontrak/Penyerahan
Barang dan Jasa
•
Kualitas/volume pekerjaan/barang yang diserahkan tidak sesuai
dengan kontrak;
•
Kualitas pekerjaan tidak sesuai spesifikasi teknis;
•
Keterlambatan penyerahan barang/jasa;
•
Adanya perintah perubahan volume yang cenderung menaikan nilai
kontrol;
•
Jaminan paska jual yang palsu
•
Data lapangan palsu;
•
Denda keterlambatan tidak dikenakan oleh PPK;
•
Panitia pemeriksaan barang tidak melakukan pemeriksaan
pekerjaan/barang;
(38)
N. Penyelesaian/Eskalasi Harga
Kontrak
•
Pekerjaan tambah/kurang sengaja tidak dapat
diantisipasi sejak awal dalam perencanaan;
•
Kontrak dinyatakan
multiyears
seharusnya hanya
tahunan;
(39)
O.
Pembayaran dan Pelaporan
•
Pembayaran tidak sesuai dengan kemajuan fisik;
•
Pekerjaan fiktif tetapi dibayarkan;
•
Duplikasi pembayaran;
•
Tagihan palsu;
(40)
*. Pelaku
•
Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran;
•
Pejabat Pembuat Komitmen;
•
Pejabat Pengadaan;
•
Pejabat Pengawas / Penerima Laporan;
•
Tim Teknis atau Tim Ahli;
•
Penyedia Barang / Jasa, Konsultan
(41)
*. Modus Operandi
•
Penggelembungan anggaran;
•
Penggelembungan nilai pekerjaan (Mark
Up);
•
Kekurangan volume;
•
Kualitas pekerjaan barang tidak sesuai
spesifikasi teknis yang ditetapkan;
•
Pekerjaan fiktif ;
•
pekerjaan ada tapi
double
anggaran;
•
Pemotongan anggaran.
(42)
•
INPRES NO.1 TH 2015 TENTANG
PERCEPATAN PELAKSANAAN
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH.
•
INPRES NO.1 TH 2016 TENTANG
PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK
STRATEGIS NASIONAL.
•
PERPRES NO.3 TAHUN 2016
TENTANG PERCEPATAN
PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS
NASIONAL (Jalan Tol : 47, Non Tol : 5,
Kereta api : 19, Jl Bandara : 11 dll).
(43)
*. TINDAKAN
PENYIDIKAN
1. Keterangan Saksi – saksi:
•
Waktu dan tempat terjadinya Tindak
Pidana Korupsi;
•
Menemukan perbuatan materiil;
•
Menemukan perbuatan formil;
(44)
2. Pendapat Ahli (apabila
diperlukan)
•
Pengetahuan Ahli tentang suatu
perbuatan-perbuatan dalam proses pengadaan barang
dan jasa yang menyalahi ketentuan
peraturan perundang-undangan;
•
Pengetahuan Ahli tentang hubungan
kausalitas antara perbuatan dengan
kerugian keuangan atau perekonomian
negara yang terjadi;
•
Pengetahuan Ahli tentang hasil audit atau
perhitungan keuangan Negara yang
digunakan oleh Penyidik.
(45)
3. Keterangan Tersangka
•
Pendampingan Penasihat Hukum;
•
Klarifikasi terhadap fakta-fakta
hukum yang telah diperoleh;
•
Hak tersangka untuk mengajukan
saksi ahli yang menguntungkan bagi
dirinya
(46)
4. Barang Bukti
•
Dokumen rencana umum pengadaan barang dan jasa;
•
Dokumen pemilihan penyedian barang dan jasa;
•
Dokumen kualifikasi;
•
Dokumen evaluasi;
•
Dokumen penunjukan dan penetapan penyedia barang
dan jasa;
•
Dokumen kontrak;
•
Dokumen pelaksanaan kontrak;
•
Dokumen penyelesaian pekerjaan;
•
Dokumen pencairan dana proyek;
•
Dokumen hasil audit atau perhitungan kerugian Negara
(47)
*. DELIK PENGADAAN
BARANG DAN JASA
(48)
UU PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
PASAL 2 AYAT (1)
PASAL 3
Setiap orang
Setiap orang
SECARA Melawan hukum
DENGAN MAKSUD UNTUK
Menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu
korporasi
Memperkaya diri sendiri atau
org lain atau suatu korporasi
Menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan
atau sarana;
Karena jabatan atau
kedudukan
Dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian
Dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian
A. BERKAITAN DENGAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA ATAU PEREKONOMIAN NEGARA
(49)
PASAL 2 AYAT (1)
PASAL 3
Setiap orang
Setiap orang
SECARA Melawan Hukum
DENGAN MAKSUD UNTUK
Menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu
korporasi
Memperkaya diri sendiri
atau org lain atau suatu
korporasi
Menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan
atau sarana;
Karena jabatan atau
kedudukan
Dapat merugikan
keuangan negara atau
perekonomian negara
Dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian
negara
K
O
N
S
T
R
U
K
S
I P
E
M
B
U
KT
IA
N
K
O
N
S
T
R
U
K
S
I P
E
M
B
U
KT
IA
N
(50)
PASAL 2 AYAT (1)
PASAL 3
Setiap orang Setiap orang
SECARA Melawan Hukum DENGAN MAKSUD UNTUK
Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi Memperkaya diri sendiri atau
org lain atau suatu korporasi Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana; Karena jabatan atau kedudukan Dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara
Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
1. Kedua Pasal tersebut mempunyai unsur delik yang berbeda;
2. Kedua Pasal tersebut mempunyai konstruksi pembuktian yang berbeda, sehingga tidak bisa serta merta disetarakan; misalnya konstruksi Pasal 3 menjadi konstruksi pembuktian pasal, yaitu: seseorang menyalahgunakan wewenang sehingga berakibat menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi (Hal ini tidak tepat)
3. Dalam penyidikan, tentang unsur mana yang akan dibuktikan terlebih dahulu, kasuistis sifatnya. Yang terpenting tidak boleh merubah kontruksi pembuktian sebagaimana urutan dalam rumusan delik.
(51)
PASAL 2 AYAT (1)
PASAL 3
Setiap
orang:
orang
pada umumnya
Setiap orang: Orang yang
mempunyai
kewenangan,
kesempatan, atau sarana
karena
jabatan
atau
kedudukan.
Apakah
harus
pegawai
negeri? Apakah seseorang
yang bekerja di perusahaan
swasta
tidak
bisa
mempunyai
kewenangan,
sarana, kesempatan, jabatan
atau kedudukan?
Subjek
delik
harus
memenuhi kualitas sebagai
pejabat
atau
mempunyai
kedudukan.
(52)
PASAL 2 AYAT (1)
PASAL 3
SECARA Melawan Hukum Arti formil dan materiil
Formil perbuatan diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Materiil, walaupun tidak diatur, tetapi perbuatan dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat maka perbuatan itu dapat dipidana.
Fungsi Sifat Melawan hukum Materiil:
-Positif: Dasar untuk menghukum,
contoh Putusan Mahkamah Militer Tinggi II Jawab Barat, Terdakwa Letjen Siswadi.
-Negatif: Dasar untuk tidak menghukum, contoh Putusan MA No. 81K/Kr/1973 30 Maret 1977, terdakwa Otjo Danaatmadja.
ANDI HAMZAH, melawan hukum : “Tidak mempunyai hak sendiri untuk menikmati keuntungan (korupsi) tersebut.”
Putusannya Nomor: 003/PUU-IV/2006 tanggal 25 Juli 2006 memutuskan dalam yudicial review Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
DENGAN MAKSUD UNTUK Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
Kata-kata “dengan maksud untuk...” merupakan kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk)
Menguntungkan: berupa fasilitas, kemudahan...
Mendorong subjek delik melakukan penyalahgunaan wewenang, kesempatan atau sarana karena jabatan atau kedudukan
(53)
PASAL 2 AYAT (1)
PASAL 3
Memperkaya diri sendiri atau org lain atau suatu korporasi “Memperkaya” adalah dapat ditafsirkan: orang yang sudah kaya masih menambah kekayaannya atau orang lain tidak harus kaya kemudian menjadi kaya karena menambah kekayaannya.
Hidup berfoya-foya bagaikan orang kaya juga termasuk pengertian memperkaya diri. Terkait dengan penelitian harta benda atau pendaftaran harta benda.
Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana Karena jabatan atau kedudukan
Unsur melawan hukum tidak dirumuskan secara berdiri sendiri (bukan merupakan bestanddeel). Ini bukan berarti bahwa delik ini dapat dilakukan tanpa melawan hukum. Unsur melawan hukumnya inhaerent dalam keseluruhan perumusan. Dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan berarti telah melawan hukum.
Dengan demikian melawan hukum disini merupakan elemen delik, sebagai genus sedangkan menyalahgunakan kewenangan ... Sebagai species.
Ada pendapat lain bahwa antara
melawan hukum dan
menyalahgunakan wewenang adalah berbeda. Artinya, menyalahgunakan wewenang lebih sempit, hanya tertuju pada penyalahgunaan wewenang yang diberikan oleh suatu surat
(54)
PASAL 2 AYAT (1)
PASAL 3
Memperkaya diri sendiri atau org lain atau suatu korporasi “Memperkaya” adalah dapat ditafsirkan: orang yang sudah kaya masih menambah kekayaannya atau orang lain tidak harus kaya kemudian menjadi kaya karena menambah kekayaannya.
Hidup berfoya-foya bagaikan orang kaya juga termasuk pengertian memperkaya diri. Terkait dengan penelitian harta benda atau pendaftaran harta benda.
Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana Karena jabatan atau kedudukan
Unsur melawan hukum tidak dirumuskan secara berdiri sendiri (bukan merupakan bestanddeel). Ini bukan berarti bahwa delik ini dapat dilakukan tanpa melawan hukum. Unsur melawan hukumnya inhaerent dalam keseluruhan perumusan. Dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan berarti telah melawan hukum.
Dengan demikian melawan hukum disini merupakan elemen delik, sebagai genus sedangkan menyalahgunakan kewenangan ... Sebagai species.
Ada pendapat lain bahwa antara
melawan hukum dan
menyalahgunakan wewenang adalah berbeda. Artinya, menyalahgunakan wewenang lebih sempit, hanya tertuju pada penyalahgunaan wewenang yang diberikan oleh suatu surat keputusan, surat edaran dan
(55)
TINDAK PIDANA PENYUAPAN
Psl 5 (1) a
Psl 5 (1) a
Psl 5 (2)
Setiap orang Setiap orang Pegawai negeri atau penyelenggara negara Memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelnggara
negara
Memberi sesuatu
kepada pegawai negeri atau penyelnggara
negara
Menerima pemberian atau janji
Dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara berbuat atau tidak berbuat dalam jabatannya Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau b
Yang bertentangan dengan kewajibannya
Dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya
SUAP PASIF SUAP AKTIF
Pasal 5
(56)
PERBANDINGAN PASAL 5 AYAT (2) DENGAN PASAL 12 HURUF a DAN HURUF b
Psl 5 (2) Psl 12 HURUF a Psl 12 HURUF b
Pegawai negeri atau
penyelenggara negara Pegawai negeri atau penyelenggara negara Pegawai negeri atau penyelenggara negara Menerima pemberian
atau janji Yang menerima hadiah atau janji Menerima pemberian atau janji Dengan maksud supaya
pegawai negeri atau penyelenggara negara berbuat atau tidak berbuat dalam jabatannya Yang
bertentangan dengan kewajibannya
Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk menggerakan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya
Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut
diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya Dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatann
SUAP AKTIF PIDANA PENJARA MIN 1
TAHUN, MAKS 5 TAHUN, DAN/ATAU DENDA MIN
50.000.000,- MAKS
PIDANA SEUMUR HIDUP ATAU PIDANA PENJARA MIN 4 TAHUN, MAKS 20 TAHUN, DAN DENDA MIN RP.
200.000.000,- MAKS RP. 1.000.000.000,-
(57)
PERBANDINGAN PASAL 5 AYAT (2) DENGAN PASAL 11
Psl 5 (2)
Psl 11
Pegawai negeri atau
penyelenggara negara Pegawai penyelenggara negaranegeri atau Menerima pemberian atau janji Menerima pemberian atau janji
Dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara berbuat atau tidak berbuat dalam jabatannya Yang bertentangan dengan kewajibannya
Padahal diketahui atau patut didugaBahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau
Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan
dengan kewajibannya Dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatann
Yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya
SUAP AKTIF PIDANA PENJARA MIN 1 TAHUN,
MAKS 5 TAHUN, DAN/ATAU DENDA MIN 50.000.000,- MAKS
PIDANA PENJARA MIN 1 TAHUN, MAKS 5 TAHUN, DAN/ATAU DENDA
MIN Rp. 50.000.000,- MAKS Rp.
(58)
PERBANDINGAN PASAL 11 DAN PASAL 13
Psl 11
Psl 13
Pegawai negeri atau
penyelenggara negara Setiap orang
Menerima pemberian atau janji Yang memberi hadiah atau janji Padahal diketahui atau patut
diduga kepada pegawai negeri
Bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau
Dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat
pada jabatan atau kedudukannya, atau
Yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya
Oleh pemberi hadiah atau janji dianggapnya melekat pada jabatan atau kedudukan
SUAP AKTIF SUAP PASIF
PIDANA PENJARA MIN 1 TAHUN, MAKS 5 TAHUN, DAN/ATAU DENDA
MIN Rp. 50.000.000,- MAKS Rp.
PIDANA PENJARA MAKS 3 TAHUN, DAN ATAU DENDA MAKS RP.
(59)
Pasal 7
Psl 7 (1) a Psl 7 (1) b Psl 7 (1) c Psl 7 (1) d Psl 7 (2)
PEMBORONG, AHLI BANGUNAN yang pada waktu membuat bangunan, atau PENJUAL bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan Setiap orang, yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan Setiap orang, yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan/atau Kepolisian Negara RI Setiap orang, yang bertugas mengawasi penyerahkan barang keperluan TNI dan/atau Kepolisian Negara RI Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan, atau Orang menerima barang keperluan TNI dan/atau Kepolisian Negara RI Melakukan perbuatan curang yang dapat membahayaka n keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang Dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a Melakukan perbuatan curang yang dapat membahayaka n keamanan negara dalam keadaan perang Dengan Sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf c Dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a atau c
TINDAK PIDANA PERBUATAN CURANG DALAM PEMBANGUNAN
ATAU PENYERAHAN BAHAN BANGUNAN
(60)
Pasal 9
Pegawai Negeri atau Orang selain pegawai negeri
Yang diberi tugas menjalankan suatu suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu
Dengan sengaja memalsu buku-buku atau
daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan
administrasi
PIDANA PENJARA MIN 1 TAHUN, MAKS 5 TAHUN,
DAN DENDA MIN Rp. 50.000.000,- MAKS Rp.
250.000.000,-
TINDAK PIDANA PEMALSUAN BUKU ATAU DAFTAR
YANG KHUSUS UNTUK PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
(61)
Psl 12 HURUF i
Pegawai Negeri atau Penyelenggara negara
Baik langsung maupun tidak langsung
Dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan atau -persewaan
Yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh
atau sebagian ditugaskan untuk mengurus stau
mengawasinya
PIDANA SEUMUR HIDUP ATAU PIDANA PENJARA MIN 4
TAHUN, MAKS 20 TAHUN, DAN DENDA MIN RP.
200.000.000,- MAKS RP.
(62)
PROSEDUR PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
DI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
KEJAKSAAN
PENGADILAN
LAPORAN MASYARAKAT/ HASIL TEMUAN INSTANSI LAIN Hasil telaah an Ditelaah Tidak ditindak lanjuti Penunjukan Jaksa Dihentikan Penyelidikannya Dikirim ke Instansi lain Hasil Penyidika n Surat Perintah Penyelidikan Proses Penyelidikan Ada Indikasi TP Bukan merupakan tindak pidana korupsi Bukan merupakan tindak pidana/ tidak cukup bukti Cukup bukti TAHAP PENYIDIKAN Proses Penyidikan Penunjukan Jaksa Penyidik Surat Perintah Penyidikan Tidak ada bukti
Permulaan
Pemeriksaan Saksi Ahli & Tersangka Penggeleda- han/Penyitaan Barang Bukti Penahanan Tersangka Tembusan KPK
SPDP TAHAP PENUNTUTAN
Cukup bukti Hasil Penyi dikan Bukan merupakan tindak pidana korupsi
SP3 Dihentikan Penyidikan Dikembali kan untuk dilengkapi Penelitian kelengkapan Berkas Berita Acara Pendap at Penunjukan JPU Lengkap Dakwaan Berkas perkara Barang Bukti Surat Pelimpahan Perkara Surat Dakwaan Surat Tuntutan Proses Persidangan Pembuktian : Pemeriksaan Saksi, Ahli, Dokumen / Barang Bukti dan terdakwa Pembacaan Tuntutan PUTUSAN Sikap Kedua belah pihak Kedua pihak menerima UPAYA HUKUM UPAYA HUKUM Banding Kasasi Kasasi Demi Kepentingan Hukum Grasi Peninjauan Kembali Salah satu tidak menerima
(63)
TERIMAKASIH
Mangan Kupat
Nang pinggir
segoro
Yen ono lepat
Kulo nyuwun
(1)
PERBANDINGAN PASAL 11 DAN PASAL 13
Psl 11
Psl 13
Pegawai negeri atau
penyelenggara negara
Setiap orang
Menerima pemberian atau janji
Yang memberi hadiah atau janji
Padahal diketahui atau patut
diduga
kepada pegawai negeri
Bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau
kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya, atau
Dengan mengingat kekuasaan
atau wewenang yang melekat
pada jabatan atau kedudukannya,
atau
Yang menurut pikiran orang yang
memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan
jabatannya
Oleh pemberi hadiah atau janji
dianggapnya melekat pada
jabatan atau kedudukan
SUAP AKTIF
SUAP PASIF
PIDANA PENJARA MIN 1 TAHUN,
MAKS 5 TAHUN, DAN/ATAU DENDA
MIN Rp. 50.000.000,- MAKS Rp.
250.000.000,-
PIDANA PENJARA MAKS 3 TAHUN,
DAN ATAU DENDA MAKS RP.
(2)
Pasal 7
Psl 7 (1) a Psl 7 (1) b Psl 7 (1) c Psl 7 (1) d Psl 7 (2)
PEMBORONG, AHLI BANGUNAN yang pada waktu membuat bangunan, atau PENJUAL bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan Setiap orang, yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan Setiap orang, yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan/atau Kepolisian Negara RI Setiap orang, yang bertugas mengawasi penyerahkan barang keperluan TNI dan/atau Kepolisian Negara RI Bagi orang yang menerima penyerahan bahan bangunan, atau Orang menerima barang keperluan TNI dan/atau Kepolisian Negara RI Melakukan perbuatan curang yang dapat membahayaka n keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan Dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a Melakukan perbuatan curang yang dapat membahayaka n keamanan negara dalam keadaan perang Dengan Sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf c Dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a atau cTINDAK PIDANA PERBUATAN CURANG DALAM PEMBANGUNAN
ATAU PENYERAHAN BAHAN BANGUNAN
(3)
Pasal 9
Pegawai Negeri atau Orang selain pegawai negeri
Yang diberi tugas menjalankan suatu suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu
Dengan sengaja memalsu buku-buku atau
daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan
administrasi
PIDANA PENJARA MIN 1 TAHUN, MAKS 5 TAHUN,
DAN DENDA MIN Rp. 50.000.000,- MAKS Rp.
250.000.000,-
TINDAK PIDANA PEMALSUAN BUKU ATAU DAFTAR
YANG KHUSUS UNTUK PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
(4)
Psl 12 HURUF i
Pegawai Negeri atau Penyelenggara negara
Baik langsung maupun tidak langsung
Dengan sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan atau -persewaan
Yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh
atau sebagian ditugaskan untuk mengurus stau
mengawasinya
PIDANA SEUMUR HIDUP ATAU PIDANA PENJARA MIN 4
TAHUN, MAKS 20 TAHUN, DAN DENDA MIN RP.
200.000.000,- MAKS RP.
(5)
62
PROSEDUR PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
DI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
KEJAKSAAN
PENGADILAN
LAPORAN MASYARAKAT/ HASIL TEMUAN INSTANSI LAIN Hasil telaah an Ditelaah Tidak ditindak lanjuti Penunjukan Jaksa Dihentikan Penyelidikannya Dikirim ke Instansi lain Hasil Penyidika n Surat Perintah Penyelidikan Proses Penyelidikan Ada Indikasi TP Bukan merupakan tindak pidana korupsi Bukan merupakan tindak pidana/ tidak cukup bukti Cukup bukti TAHAP PENYIDIKAN Proses Penyidikan Penunjukan Jaksa Penyidik Surat Perintah Penyidikan Tidak ada bukti
Permulaan
Pemeriksaan Saksi Ahli & Tersangka Penggeleda- han/Penyitaan Barang Bukti Penahanan Tersangka Tembusan KPK
SPDP TAHAP PENUNTUTAN
Cukup bukti Hasil Penyi dikan Bukan merupakan tindak pidana korupsi
SP3 Dihentikan Penyidikan Dikembali kan untuk dilengkapi Penelitian kelengkapan Berkas Berita Acara Pendap at Penunjukan JPU Lengkap Dakwaan Berkas perkara Barang Bukti Surat Pelimpahan Perkara Surat Dakwaan Surat Tuntutan Proses Persidangan Pembuktian : Pemeriksaan Saksi, Ahli, Dokumen / Barang Bukti dan terdakwa Pembacaan Tuntutan PUTUSAN Sikap Kedua belah pihak EKSEKUSI Kedua pihak menerima UPAYA HUKUM UPAYA HUKUM Banding Kasasi Kasasi Demi Kepentingan Hukum Grasi Peninjauan Kembali Salah satu tidak menerima
(6)