Contoh Makalah Agama Tentang Studi Islam Kejawen

(1)

STUDI ISLAM KEJAWEN

MAKALAH

Di buat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : ”Ilmu Kalam

Oleh :

M. ADLAN FAHMI

D03209064

Dosen pembimbing:

Drs. AZ. FANANI, M. Ag.

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SUNAN AMPEL

SURABAYA

2010


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik-Nya, Tuhan semesta alam yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Studi Islam Kejawen”. Sholawat serta salam tetap terlimpah curah tiada henti kepada makhluk terbaik-Nya, Nabi Muhammad Saw, yang senantiasa kita harapkan syafaatnya.

Makalah ini kami susun atas dasar tugas yang telah diamanatkan kepada kami oleh Bapak Drs. H. Muh. Akhyar, M. Si sebagai dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Kalam.

Kami sebagai penyusun, menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini banyak sekali kekurangan. Akan tetapi, kami tetap berharap semoga makalah yang telah kami susun ini senantiasa bermanfaat bagi pembacanya. Amin.

Surabaya, 04 Januari 2010


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan... 2

BAB II : PEMBAHASAN A. Proses Masuknya Islam di Jawa... 3

B. Profil Beberapa Aliran Islam Jawa... 5

1. Paguyuban Sumarah... ...5

2. Paguyuban Ngesthi Tunggal... 6

3. Saptadarma... ...7

4. Susila Buddhi Dharma (Subud)... 8

BAB III : KESIMPULAN... 10


(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini. Allah swt sendiri telah menyatakan hal ini, sebagaimana yang tersebut dalam ( QS. Toha : 2 ) : “ Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kapadamu agar kamu menjadi susah “. Artinya bahwa umat manusia yang mau mengikuti petunjuk Al Qur’an ini, akan dijamin oleh Allah bahwa kehidupan mereka akan bahagia dan sejahtera dunia dan akherat.

Ajaran-ajaran Islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia ini, tentunya mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada satupun bentuk kegiatan yang dilakukan manusia, kecuali Allah telah meletakkan aturan-aturannya dalam ajaran Islam ini. Kebudayaan adalah salah satu dari sisi pentig dari kehidupan manusia, dan Islampun telah mengatur dan memberikan batasan-batasannya.1

Kebudayaan umumnya dikatakan sebagai proses atau hasil krida, cipta, rasa, dan karsa manusia dalam upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya.2

Islam lahir sekitar abad ke-6 M. hingga saat ini, Islam berkembang sangat pesat. Perluasan- perluasan wilayah terus dilakukan. Hingga akhirya Islam menjelma sebagai agama terbesar di dunia. Dari banyak perluasan yang dilakukan, yang menjadi kunci utama dalam perkembangan Islam adalah fleksibilitas ajaran Islam terhadap kebudayaan daerah setempat. Jadi, pada waktu itu Islam hanya melakukan ekspansi politik yang tetap memberi kebebasan terhadap budaya local untuk tetap berkembang.3 Sehingga dalam

1 http://kacahati.wordpress.com/2009/04/08/artikel-tentang-islam-dan-budaya/ 2 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.1


(5)

setiap perkembangan Islam di suatu daerah, sudah dipastikan Islam akan berakulturasi dengan kebudayaan daerah tersebut. Salah satunya adalah budaya Jawa. Hasil akulturasi tersebut menyebabkan adanya istilah Islam Jawa atau ”Islam kejawen”.

Diskursus ini telah menyebabkan polemic tentang apakah golongan ini masih layak disebut Islam atau bukan. Terkait dengan hal itu, melalui mungkin bisa disimpulkan bahwa penulis lebih setuju pada pendapat Woodward yang mengatakan bahwa Islam Jawa merupakan varian yang wajar dalam Islam dan berhak Hadir, sebagaimana juga ada Islam India, Islam Persia, Islam Melayu, dan seterusnya.4 Terlepas dari polemic itu, tulisan ini mencoba mengupas sejarah Islam Jawa.

Islam Jawa ini tergolong unik, bukan karena ia mempertahankan aspek-aspek budaya dan agama pra –Islam, tetapi karena konsep-konsep sufi mengenai kewalian, jalan mistik dan kesempurnaan manusia diterapkan dalam formulasi suatu kultus keratin (imperial cult). Pada gilirannya, agama Negara itu merupakan suatu model konsepsi Jawa tradisional mengenai aturan social, ritual, dan bahkan aspek-aspek kehidupan social.5

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah Islam masuk ke Jawa? 2. Apa pengaruh masuknya Islam di Jawa? 3. Bagaimana perkembangan Islam Jawa? 4. Bagaimana profil beberapa aliran Islam Jawa?

C. Tujuan

1. Mengetahui sejarah masuknya Islam di Jawa. 2. Mengetahui pengaruh masuknya Islam di Jawa. 3. Mengetahui perkembangan Islam Jawa.

4. Mengetahui profil beberapa aliran Islam Jawa.

4 Mark R. Woodward, Islam Jawa, Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, (Yogyakarta: LKiS, 1999) h.vi


(6)

BAB II PEMBAHASAN

B. Sejarah Masuknya Islam di Jawa

Tentang masuknya Islam di Nusantara, dalam L’arabie et les Indes Neerlandaises, Snouck mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada masa-masa awal, yakni pada abad ke-12 atau 13. Ada juga yang menyakini Islam masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke-13. Dan wilayah pertama yang dijamah adalah Samudera Pasai. Bahkan ada pula yang mengatakan pada awal abad ke-7. Artinya, menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal abad hijriah, bahkan pada masa khulafaur rasyidin memerintah. Islam sudah mulai ekspidesinya ke Nusantara ketika sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amirul mukminin. Bahkan sumber-sumber literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7, sudah berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Di perkampungan-perkampungan ini diberitakan, orang-orang Arab bermukim dan menikah dengan penduduk lokal dan membentuk komunitas-komunitas muslimin.6 Tentang kapan pribumi nusantara memeluk Islam, para ahli berbeda pendapat. Hal ini terjadi karena Islamisasi di Indonesiatidak terdokumentasi dengan baik sehingga banyak spekulasi dikalangan ilmuwan yang menimbulkan polemic yang hingga saat ini belum selesai.7

Sedangkan sejarah islam masuk ke Jawa tidak bisa lepas dari sejarah wali songo. Para wali songo mulai datang ke Indonesia dimulai dari abad ke 15 berdasarkan batu nisan Maulana Malik Ibrahim yang disebut sebagai sesepuh wali dan wali pertama yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa

6 http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=risalahislamnusantara,24-12-09

7 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006 hal.7-12


(7)

penyebaran dakwah Islam oleh wali Songo dimulai dari Maulana Malik Ibrahim.8 Jadi kemungkinan besar Islam datang di Jawa pada abad tersebut. Di Jawa, penyebaran agama Islam dihadapkan kepada dua jenis lingkungan budaya kejawen, yaitu lingkungan budaya istana Majapahit yang telah menyerap budaya Hinduisme dan budaya pedesaan yang masih hidup dalam baying-bayang animism-dinamisme, dan hanya lapisan luarnya saja yang terpengaruh budaya Hinduisme.9

Dari perjalanan sejarah proses Islamisasi di Jawa, tampak bahwa Islam sulit diterima dilingkungan budaya Jawa istana, bahkan dalam cerita Babad Tanah Jawa dijelaskan bahwa raja Majapahit menolak agama baru itu. Sehingga, para penyebar Islam lebih menekankan kegiatan dakwahnya dilingkungan masyarakat pedesaan. Ternyata, didaerah-daerah pesisir ini Islam diterima dengan penuh kegairahan. Dengan demikian, daerah-daerah pedesaan telah berubah menjadi tradisi besar baru, yaitu kebudayaan pesantren yang kemudian menjadi pesaing kebudayaan istana. Pesantren yang dipimpin oleh para kiai yang sangat dihormati oleh masyarakat dan murid-muridnya, bahkan para guru tarekat ini mereka pandang sebagai wali. Lambat laun, mereka menjadi raja-raja local. Malah ada diantaranya menjelma menjadi kesultanan, yakni Demak, Surabaya, dan lain sebagainya.10

Pada saat itulah terjadi interaksi antara budaya pesantren dan kejawen. Ketertarikan para cendekiawan jawa terhadap perbendaharaan pesantren ini menimbulkan penyerapan terhadap budaya Islam pesantren yang menghasilkan naskah-naskah Jawa bertuturkan Islam. Selain itu, interaksi ini juga menghasilkan budaya Islam kejawen.11 Budaya ini kemudian menghasilkan berbagai macam aliran yang berorientasi pada kebatinan.

Faham kebatinan ini dalam telah ada sejak Islam bersentuhan dengan budaya Jawa Hindu, justru perpaduan antara mistik Islam dan Hindu Budha itulah yang menghasilkan mistik Islam Kejawen yang menjadi ciri khas aliran

8http://macheda.blog.uns.ac.id/2009/06/11/resensi-sejarah-wali-songo-misi-pengislaman-di-tanah-jawa/

9 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta: TERAJU, 2003)h.66 10 Ibid.h 66-68


(8)

kepercayaan atau aliran kebatinan.12

C. Profil Beberapa Aliran Islam Jawa

1. Paguyuban Sumarah

Pendiri aliran ini adalah Sukinohartono. Dia adalah penduduk desa Semau, Gunung Kidul (Wonosobo). Dia berpendidikan rendah dan kemudian menjadi mentri pamicis di keratin kesultanan Yogyakarta.sejak kecil ia telah tertarik pada aliran kepercayaan Hardapusara, mengikuti teknik wiridan dan menjalankan laku tapa brata yang dianjurkan Hardapusara, yaitu

kungkum atau merendam diri disungai pada malam hari. Meditasi dan do’a ini ia lanjutkan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia, dan akhurnya ia menerima wahyu Sumarah pada 1935 M.13

Sejak 1935 hingga 1945 para pengikut Sumarah masih merupakan kelompok kecil. Kemudian pada 1945, Dr. Surono mulai menyusun organisasi para pengikut Sumarah. Sesudah pemberontakan Partai Komunis Indonesia 1965, Drs. Arymurthy menata kembali para pengikut Sumarah di Jakarta. Kini para pengikut paguyuban ini telah mencapai 5.000 orang dan dipimpin oleh Zahid Husein. Cabang- cabang paguyuban ini menyebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta.14 Bahkan ada sumber yang mengatakan bahwa jumlah anggotanya kini sudah mencapai 115.000 orang baik yang berasal dari golongan priyayi maupun dari kelas-kelas masyarakat lain.15

Ajaran paguyuban ini sangat dipengaruhi oleh animism-dinamisme mengenai hubungan langsung dengan ruh dan kekuatan gaib. Inti ajarannya lebih terletak pada laku keprihatinan dan meditasi melalui sujud sumarah, sebagai sarana untuk mengadakan hubungan langsung dengan Tuhan atau melalui perantaraan malaikat Jibril dan ruh-ruh Gaib. Dengan kata lain, untuk mencapai jumbuhing kawula gusti.16

12 Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 1999) h.9 13 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.173-174

14 Ibid.h 173-174

15 http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=falsafah jawa,24 -12-09 16 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.175


(9)

Dari beberapa ajarannya, paguyuban ini masih kental dengan unsure-unsur Islamnya dan khususnya istilah-istilah tasawuf. Misalnya, dikatakan bahwa badan wadhak manusia tersusun dari empat anasir, yakni tanah, api, air, dan udara. Manusia memiliki empat macam nafsu: amarah, lawwamah, sufiyah, dan muthma’innah.taraf sujud Sumarah ada tiga, yaitu: sujud Jinem, sujud Junun (berasal dari kata majnun:gila, yang berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah), dan sujud Syuhul (berasal dari kata syughul: sibuk atau bersungguh-sungguh menghadap kepada Allah.17

2. Paguyuban Ngesthi Tunggal

Pagguyuban ngesti tunggal, atau lebih terkenal dengan nama pangestu adalah sebuah budaya kebatinan lain yang luas jangkauannya. Gerakan ini dimuulai R. Soenarto Mertowardojo pada tanggal 14 Februari 1932, saat beliau sedang memohon petunjuk Tuhan dan menjalankan shalat dhaim

dengan khusyu’, tiba-tiba dia menerima sabda Ilahi melalui utusan-Nya yang abadi Sang sukma Sejati yang kemudian oleh kedua orang pengikutnya dicatat dan kemudian diterbitkan menjadi buku sasangka djati. 18

Soenarto dilahirkan didesa Simo, Boyolali, Surakarta pada 21 April 1899. Ia adalah putra keenam dari R. Soemowardoyo. Sebagai anak priyayi, dia beruntung bias mengenyam pendidikan sekolah, dan tamat sekolah Algemen Nederland Verbond dan Hollands Islandse Middagcursus. Disamping itu, ia gemar menghafal ayat Al Qur’an dan berguru di sastra kejawen. Dia suka laku tapa brata. Misalnya merendam diri di sungai tempuran (kungkum), puasa, jalan malam dan sebagainya.19

Dalam ajaran Pangestu, aspek mistk amat menonjol. Ia diilhami oleh konsep-konep mistik kejawen yang cenderung panteistik dengan cits-cita

manunggaling kawula gusti atau jumbuhing kawula gusthi. Pangestu juga menganut paha Wahdatul adyan, bahwa semua agama adalah benar, dan

17 Ibid.h. 175-176 18 Ibid.h.176-178 19 Ibid.h. 177


(10)

mengajarkan untuk kembali kepada Allah.20

Pangestu resmi didirikan di Surakarta pada bulan mei 1949, dan anggota-anggotanya yang kini sudah berjumlah 50.000 orang tersebar di banyak kota di Jawa, terutama berasal dari kalangan priyayi. Namun anggota yang berasal dari daerah pedesaan juga banyak yaitu yang tinggal di pemukiman transmigrasi di sumatera dan kalimantan. Majalah yang dikeluarkan organisasi itu dwijawara merupakan tali pengikat bagi para anggotanya yang tersebar itu.21

3. Saptadarma

Sapta darma adalah yang termuda dari kelima gerakan kebatinan yang terbesar di jawa yang didirikan tahun 1955 oleh guru agama bernama Hardjosaputro yang kemudian mengganti namanya menjadi Panuntun Sri Gutomo. Beliau berasal dari desa Keplakan, Pare, Kediri. Berbeda dengan keempat organisasi yang lain, sapta darma beranggotakan orang-orang dari daerah pedesaan dan orang-orang pekerja kasar yang tinggal di kota-kota. Walaupun demikian para pemimpinnya hampir semua priyayi. Buku yang berisi ajarannya adalah kitab pewarah sapta darma.22

Hardjosapuro dilahirkan di Pare, Kediri pada tahun 1910 M dan lulusan Sekolah Rakyat kelas V tahun 1925 M. pada 1947 ia pernah aktif dalam PESINDO (Pemuda Sosial Indonesia). Pada 1952 ia menyatakan menerima wahyu. Dia merasa dirinya digerakkan oleh getaran tulang tungging (silit kodok) dan disujudkan. Dia menganggap gerakan tersebut diperintahkan oleh Tuhan atau wahyu Tuhan Yang Maha Kuasa.

Saptadharma, yang berarti tujuh kewajiban, memiliki ajaran yang cukup sederhana, sebagai berikut:

1. Mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan lima sifat

20 Ibid.h.180-184

21http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=falsafah jawa,24-12-09 22 http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=falsafah jawa,24-12-09


(11)

keagungan yang dikenal dengan Pancasila Allah. 2. Setia melaksanakan

undang-undang Negara dengan hati yang jujur dan suci.

3. Ikut serta berjuang menegakkan nusa dan bangsa.

4. Menolong siapa pun yang membutuhkan pertolongan atas dasar kasih sayang, tanpa pamrih.

5. Hidup bermasyarakat, dan berbudi luhur, berlaku jujur, dan memelihara

ketenteraman.

6. Berani hidup atas kekuatan sendiri, tidak selalu mengharapkan bantuan orang lain. 7. Yakin bahwa dunia

tidaklah kekal, tetapi

bersifat cakra

manggilingan, selalu

berubah-ubah, karena itu warga Saptadarma

hendaknya tidak


(12)

keduniaan.23

4. Susila Buddhi Dharma (Subud)

Susila budi (SUBUD) didirikan pada tahun 1925 di Semarang, pusatnya sekarang berada di Jakarta. Budaya ini tidak mau disebut budaya kebatinan, melainkan menamakan dirinya “pusat latihan kejiwaan”. Anggota-anggotanya yang berjumlah beberapa ribu itu tersebar di berbagai kota diseluruh indonesia dan mempunyai sebanyak 87 cabang di luar negeri. Banyak dari para pengikutnya adalah orang asia, eropa, australia dan amerika. Doktrin ajaran organisasi itu dimuat dalam buku berjudul susila budhi dharma; selain itu, gerakan itu juga menerbitkan majalah berkala berjudul pewarta kejiwaan subud.24

Aliran ini dibina oleh Muhammad Subuh, yang lahir di Semarang pada Juni 1901 M. Ia dibesarkan dilingkungan budaya kejawen dan suka bertirakat sejak usia muda. Konon dia bersahabat dengan guru tarekat Naqsyabandiyah, Syaikh Abdurrahman dari Blora. Naqsyabandiyah adalah tarekat yang menekankan pada segi-segi praktis ajaran tasawwuf. Yaitu latihan zikir sebagai sarana meditasi (samadi) untuk mencapai penghayatan tentang yang ghaib. Maka dari itu, Subud lebih menekankan pada praktik penghayatan kebatinan dengan latihan samadi atau dzikir. Ia juga mengutamakan latihan persujudan untuk membimbing para pengikutnya mencapai penghayatan spiritual (kejiwaan) secara otomatis.

Menurut Subud, ada dua macam teori latihan kejiwaan, yaitu:

1. Nganggo patrap nyawi jekake cipta atau pemusatan pikiran. Teori ini sering dipraktikkan dalam ajaran tasawuf. Seperti Al Ghazali. 2. Nganggo patrap nyuwungake cipta, yaitu mengosongkan pikiran

dan angan-angan.25

23 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.185-190

24 http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=falsafah jawa,12-12-09. Bandingkan dengan Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.191. 25 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.190-198.


(13)

BAB III KESIMPULAN

Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi alam semesta. Maka dari itu, dalam perkembangannya, Islam berinteraksi dengan berbagai macam budaya. Salah satunya adalah budaya Jawa yang kental dengan aroma animism-dinamisme serta mistiknya. Sehingga beberapa aliran yang dihasilkan, mayoritas bercorak kebatinan. Diantara beberapa aliran tersebut adalah:

1. Paguyuban Sumarah

2. Paguyuban Ngesthi Tunggal 3. Saptadarma

4. Susila Buddhi Dharma (Subud)


(14)

memutuskan bahwa mereka adalah aliran kepercayaan dan bukan agama, dan hanya merupakan aspek spiritual budaya Jawa. Maka dari itu mengambil istilah Woodward, mereka adalah varian Islam yang sinkretik bila dipandang dari segi agama dan sintesis bila dipandang dari segi budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyati, Sri.2003 Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di

Indonesia. Jakarta: Kencana.

Simuh.2003. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa. Jakarta: TERAJU

Sofwan, Ridin. 1999. Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan. Semarang: CV.

Aneka Ilmu.

Woodward, Mark R. 1999 Islam Jawa, Kesalehan Normatif Versus Kebatinan,

Yogyakarta: LKiS.

Yatim, Badri.1993. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada


(15)

http://www.swaramuslim.net/galery/islamindonesia/index.php?page=falsafah

jawa,12-12-09.


(1)

mengajarkan untuk kembali kepada Allah.20

Pangestu resmi didirikan di Surakarta pada bulan mei 1949, dan anggota-anggotanya yang kini sudah berjumlah 50.000 orang tersebar di banyak kota di Jawa, terutama berasal dari kalangan priyayi. Namun anggota yang berasal dari daerah pedesaan juga banyak yaitu yang tinggal di pemukiman transmigrasi di sumatera dan kalimantan. Majalah yang dikeluarkan organisasi itu dwijawara merupakan tali pengikat bagi para anggotanya yang tersebar itu.21

3. Saptadarma

Sapta darma adalah yang termuda dari kelima gerakan kebatinan yang terbesar di jawa yang didirikan tahun 1955 oleh guru agama bernama Hardjosaputro yang kemudian mengganti namanya menjadi Panuntun Sri Gutomo. Beliau berasal dari desa Keplakan, Pare, Kediri. Berbeda dengan keempat organisasi yang lain, sapta darma beranggotakan orang-orang dari daerah pedesaan dan orang-orang pekerja kasar yang tinggal di kota-kota. Walaupun demikian para pemimpinnya hampir semua priyayi. Buku yang berisi ajarannya adalah kitab pewarah sapta darma.22

Hardjosapuro dilahirkan di Pare, Kediri pada tahun 1910 M dan lulusan Sekolah Rakyat kelas V tahun 1925 M. pada 1947 ia pernah aktif dalam PESINDO (Pemuda Sosial Indonesia). Pada 1952 ia menyatakan menerima wahyu. Dia merasa dirinya digerakkan oleh getaran tulang tungging (silit kodok) dan disujudkan. Dia menganggap gerakan tersebut diperintahkan oleh Tuhan atau wahyu Tuhan Yang Maha Kuasa.

Saptadharma, yang berarti tujuh kewajiban, memiliki ajaran yang cukup sederhana, sebagai berikut:

1. Mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan lima sifat

20 Ibid.h.180-184

21http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=falsafah jawa,24-12-09 22 http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=falsafah jawa,24-12-09


(2)

keagungan yang dikenal dengan Pancasila Allah. 2. Setia melaksanakan

undang-undang Negara dengan hati yang jujur dan suci.

3. Ikut serta berjuang menegakkan nusa dan bangsa.

4. Menolong siapa pun yang membutuhkan pertolongan atas dasar kasih sayang, tanpa pamrih.

5. Hidup bermasyarakat, dan berbudi luhur, berlaku jujur, dan memelihara

ketenteraman.

6. Berani hidup atas kekuatan sendiri, tidak selalu mengharapkan bantuan orang lain. 7. Yakin bahwa dunia

tidaklah kekal, tetapi bersifat cakra manggilingan, selalu berubah-ubah, karena itu warga Saptadarma hendaknya tidak terpikat oleh gebyar


(3)

keduniaan.23

4. Susila Buddhi Dharma (Subud)

Susila budi (SUBUD) didirikan pada tahun 1925 di Semarang, pusatnya sekarang berada di Jakarta. Budaya ini tidak mau disebut budaya kebatinan, melainkan menamakan dirinya “pusat latihan kejiwaan”. Anggota-anggotanya yang berjumlah beberapa ribu itu tersebar di berbagai kota diseluruh indonesia dan mempunyai sebanyak 87 cabang di luar negeri. Banyak dari para pengikutnya adalah orang asia, eropa, australia dan amerika. Doktrin ajaran organisasi itu dimuat dalam buku berjudul susila budhi dharma; selain itu, gerakan itu juga menerbitkan majalah berkala berjudul pewarta kejiwaan subud.24

Aliran ini dibina oleh Muhammad Subuh, yang lahir di Semarang pada Juni 1901 M. Ia dibesarkan dilingkungan budaya kejawen dan suka bertirakat sejak usia muda. Konon dia bersahabat dengan guru tarekat Naqsyabandiyah, Syaikh Abdurrahman dari Blora. Naqsyabandiyah adalah tarekat yang menekankan pada segi-segi praktis ajaran tasawwuf. Yaitu latihan zikir sebagai sarana meditasi (samadi) untuk mencapai penghayatan tentang yang ghaib. Maka dari itu, Subud lebih menekankan pada praktik penghayatan kebatinan dengan latihan samadi atau dzikir. Ia juga mengutamakan latihan persujudan untuk membimbing para pengikutnya mencapai penghayatan spiritual (kejiwaan) secara otomatis.

Menurut Subud, ada dua macam teori latihan kejiwaan, yaitu:

1. Nganggo patrap nyawi jekake cipta atau pemusatan pikiran. Teori ini sering dipraktikkan dalam ajaran tasawuf. Seperti Al Ghazali. 2. Nganggo patrap nyuwungake cipta, yaitu mengosongkan pikiran

dan angan-angan.25

23 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.185-190

24 http://www.swaramuslim.net/galery/islam-indonesia/index.php?page=falsafah jawa,12-12-09. Bandingkan dengan Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.191. 25 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa,(Jakarta: TERAJU,2003)h.190-198.


(4)

BAB III KESIMPULAN

Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi alam semesta. Maka dari itu, dalam perkembangannya, Islam berinteraksi dengan berbagai macam budaya. Salah satunya adalah budaya Jawa yang kental dengan aroma animism-dinamisme serta mistiknya. Sehingga beberapa aliran yang dihasilkan, mayoritas bercorak kebatinan. Diantara beberapa aliran tersebut adalah:

1. Paguyuban Sumarah

2. Paguyuban Ngesthi Tunggal 3. Saptadarma

4. Susila Buddhi Dharma (Subud)


(5)

memutuskan bahwa mereka adalah aliran kepercayaan dan bukan agama, dan hanya merupakan aspek spiritual budaya Jawa. Maka dari itu mengambil istilah Woodward, mereka adalah varian Islam yang sinkretik bila dipandang dari segi agama dan sintesis bila dipandang dari segi budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyati, Sri.2003 Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Simuh.2003. Islam dan Pergumulan Budaya Jawa. Jakarta: TERAJU

Sofwan, Ridin. 1999. Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan. Semarang: CV. Aneka Ilmu.

Woodward, Mark R. 1999 Islam Jawa, Kesalehan Normatif Versus Kebatinan, Yogyakarta: LKiS.

Yatim, Badri.1993. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada http://kacahati.wordpress.com/2009/04/08/artikel-tentang-islam-dan-budaya/


(6)

http://www.swaramuslim.net/galery/islamindonesia/index.php?page=falsafah jawa,12-12-09.

http://macheda.blog.uns.ac.id/2009/06/11/resensi-sejarah-wali-songo-misi-pengislaman-di-tanah-jawa/