Contoh makalah agama islam tentang akhla








Home
Privacy Policy
Artikel Islam
Pendidikan
Biografi
Keuangan

Home » MAKALAH AGAMA ISLAM » Contoh makalah agama islam tentang akhlak

Contoh makalah agama islam tentang akhlak
Contoh

makalah


BAB
PENDAHULUAN

agama

islam

tentang

akhlak
I

A.
Latar
Belakang
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan

kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin
religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”.
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita
sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan
keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna
kesuciannya.
Islam (Arab: al-islām, ‫ السسسلما‬: “berserah diri kepada Tuhan“) adalah agama yang
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang
pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia
setelah agama Kristen. Islam memiliki arti “penyerahan”, atau penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: ‫ا‬, Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan
sebutan Muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”, atau lebih
lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam
mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi
dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad
adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Akhlak

dalam
pandangan
Islam
Akhlak merupakan representasi dari pemikiran seseorang yang nampak dari luar.
Akhlak sering dijadikan parameter baik buruknya seseorang dilihat dari sudut pandang
manusia. Akhlak bersifat relative dalam hal penilaian walaupun hanya disandingkan dari
dua
sisi
yaitu
baik
dan
buruk.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada tiga hubungan yang
mengharuskannya untuk berbuat sesuatu. Yaitu hubungan manusia dengan Allah
SWT
( ibadah ), hubungan manusia dengan sesama manusia ( muamalah dan
uqubat ) dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri ( akhlak, makanan, minuman,
pakaian, dan lain-lain ). Ketiga hubungan tadi mengharuskan kita untuk menentukan
sikap yang harus diambil sesuai dengan pemikirannya, termasuk akhlak yang akan
dibahas

lebih
mendalam
pada
tulisan
ini.
Dalam perspektif Islam, akhlak merupakan bagian dari syariat Islam. Dalam syariat
Islam akhlak tidak menjadi bagian khusus yang terpisah, bahkan dalam fikih tidak
dibuat
satu
bab
pun
yang
khusus
membahas
akhlak.
Berdasarkan fungsinya, akhlak merupakan pemenuhan terhadap perintah Allah atau
menjauhi larangan-Nya, bukan karena akhlak ini membawa manfaat atau madlarat
dalam kehidupan. Walhasil akhlak tidak dapat dijadikan dasar bagi terbentuknya suatu
masyarakat. Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan individu. Masyarakat
tidak dapat dipebaiki dengan akhlak, melainkan dengan dibentuknya pemikiranpemikiran, perasaan-perasaan Islami, serta diterapkannya peraturan Islam di tengahtengah masyarakat itu. Yang menggerakkan masyarakat bukanlah akhlak, melainkan

peraturan-peraturan yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat itu, pemikiranpemikiran,
dan
perasaan
yang
melekat
pada
masyarakat
tersebut.
Untuk menilai baik buruknya suatu akhlak, bisa ditinjau dari dua pendekatan yang
paling banyak dilakukan, yaitu kebenaran relative dan kebenaran mutlak. Dalam
pendekatan kebenaran relative, nilai sebuah akhlak menjadi relative karena
disandarkan pada penilaian subjektif manusia. Akhlak yang dianggap baik oleh
masyarakat di suatu tempat belum tentu baik bagi masyarakat di tempat lain, misalnya
bagi orang-orang barat bergaul bebas antara lawan jenis bukan hal yang tabu tapi bagi
orang-orang islam yang taat hal seperti itu tentunya sangat dilarang. Semua tergantung
dari pemahaman manusia tentang perbuatan yang dilakukan dan kebiasaan atau
kebudayaan yang ada di suatu tempat. Dalam pendekatan kebenaran mutlak hanya
ada satu sudut pandang yang menyatakan akhlak itu baik atau buruk. Tidak ada
perdebatan diantaranya karena sumber dari penetapan baik dan buruk itu bersifat pasti.
Perintah dan larangan Allah SWT yang terdapat dalam al Quran merupakan parameter

penentu baik buruknya suatu akhlak tanpa memperhatikan apakah perasaan manusia
menganggapnya baik atau buruk. Dari kedua pendekatan diatas, dapat ditarik sebuah
benang merah bahwa penilaian sebuah ahlak hendaklah disandarkan pada kebenaran
mutlak yang terdapat dalam Al-Quran. Selain itu, akhlak yang biasa kita kategorikan
sebagai akhlak yang baik seperti jujur, sopan, ramah, dan lain-lain bisa saja menjadi
akhlak yang buruk jika hal itu bertentangan dengan perintah dan larangan Allah SWT.

Misalnya, jujur kepada musuh saat perang sangat tidak diperbolehkan karena dapat
merugikan. Pada konteks ini jujur termasuk akhlak yang tercela karena bisa
membocorkan rahasia Negara atau saat perang kita bersikap lemah lembut terhadap
musuh, hal itu tidak diperbolehkan karena sudah menjadi kewajiban kita untuk
mengalahkan
musuh
saat
terjadi
peperangan.
Dalam membangun sebuah masyarakat, akhlak sering dijadikan sebagai fokus utama
untuk merekonstruksi sebuah masyarakat. Hal ini tentu saja sangat keliru mengingat
akhlak adalah dasar bagi pembentukan individu. Jika kita menitiberatkan dakwah kita
pada akhlak, maka yang timbul adalah pengkultusan pada tokoh tertentu tanpa

mengetahui sebabnya kenapa harus berbuat seperti itu. Untuk merekonstruksi sebuah
masyarakat hendaklah berdakwah yang berlandaskan pada pemikiran, karena dengan
pemikiran suatu masyarakat akan bisa bangkit dari keterpurukan menuju keadaan yang
lebih baik. Walaupun demikian, pembinaan akhlak tidak boleh dikesampingkan. Semua
harus berjalan beriringan sehingga mengkasilkan output yang baik bagi dakwah kita.
Tinggal bagaimana kita menentukan fokus yang akan kita ambil, apakah ingin
menitiberatkan pembentukan karakter dengan akhlak atau pembentukan system yang
berlandaskan pada dakwah pemikiran sebagai sarana untuk menegakan hukum.
Semua itu tergantung pada analisis kondisi objek yang akan kita ubah. Dengan
demikian kita bisa menentukan strategi yang cocok untuk merubah masyarakat menjadi
lebih
baik
lagi.
BAB

II

PEMBAHASAN
A.


Definisi

Akhlak

Kata Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al
Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat
pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan
pikiran
terlebih
dahulu.
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai
dengan
para
ahli
tasawuf
diantaranya

:
Ibnu

Maskawaih

memberikan

definisi

sebagai

berikut:

ٌ
‫ْسسسسسسسسسسسسسسسسسسسر ف ِْكسسسسسسسسسسسسسسسسسسس ٍر َور ُِو ّي ٍة‬
‫سسسسسسسسسسسسسسسسسسسة ل َهسسسسسسسسسسسسسسسسسسس ا َ ِالَى اَ ْف َعالِ َهسسسسسسسسسسسسسسسسسسسا مِنْ َغي‬
‫س دَاعِ َي‬
ِ ‫َحسسسسسسسسسسسسسسسسسسس ا ًل لِل ّن ْف‬
ِ
Artinya:

“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan

tanpa
Imam

melalui
Al-Ghozali

pertimbangan
mengemukakan

pikiran
definisi

(lebih
Akhlak

sebagai

dahulu)”.

berikut:

ُ ُ‫اَ ْل ُخل‬
ْ ‫اسسسسس َخ ٍة َع ْن َهسسسا َت‬
‫اجسسسس ٍة ِالَى فِ ْكسسس ٍر َور ُِو ّي ٍة‬
ِ ‫س َر‬
َ ‫ْسسسر َح‬
َ ‫سسسسق عِ َب‬
ِ ‫سسسارةٌ َعنْ َه ْي َئ ٍة فِى ال ّن ْف‬
ِ ‫صسسس ُد ُر ْا َل ْف َعسسسس ا ُل ِب ُسسسسسه ُْولَ ٍة َوي ُْسسسس ٍرمِنْ َغي‬
Artinya:
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatanperbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran (lebih
dahulu)”.
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “AdatulIradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya
yang
berbunyi:
ْ ‫ِي ْالم َُسسسسسسمّاةُ ِب‬
ْ ‫سسسسسق ِبأ َ ّن ُه َعسسسسس ا َدةُ ْا ِل َرا َد ِة َيعْ نِى أَنّ ْا ِل َرا َد َة ِا َذا اعْ َتسسسسسا َد‬
َ ُ‫ضسسسسس ُه ْما ْال ُخل‬
‫سسسسسال ُخلُ ِق‬
ُ ْ‫ف َبع‬
َ ‫ت َشسسسسسيْأ ً َف َعا َد ُت َهسسسسسا ه‬
َ ‫َعسسسسس َر‬
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak
yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan
itu
dinakamakan
akhlak.”
Akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan
secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya
sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan
sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak
pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga
terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat Apabila perbuatan tersebut dilakukan
dengan
terpaksa
bukanlah
pencerminan
dari
akhlak.
Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai
arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk,
seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan
terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
1.

Syarat

Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.
Perbuatan
yang
baik
atau
buruk.
Kemampuan
melakukan
perbuatan.
Kesadaran
akan
perbuatan
itu
Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk

B.

Sumber

Akhlak bersumber pada agama. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai
suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke
arah baik atau buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar,
yaitu kondisi lingkungannya. Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui
keluargalah kepribadian seseorang dapat terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti
tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazali menyatakan bahwa
akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan
perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Peragai sendiri
mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan
seseorang.
C.

Budi

Pekerti

Budi pekerti pada kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi
dan pekerti.. Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran. Pekerti
berarti kelakuan. Secara terminologi, kata budi ialah yang ada pada manusia yang
berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut
dengan nama karakter. Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia,
karena
didorong
oleh
perasaan
hati,
yang
disebut
behavior.
Jadi dari kedua kata tersebut budipekerti dapat diartikan sebagai perpaduan dari hasil
rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Penerapan
budi pekerti tergantung kepada pelaksanaanya. Budi pekerti dapat bersifat positif
maupun negatif. Budi pekerti itu sendiri selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia.
Budi pekerti didorong oleh kekuatan yang terdapat di dalam hati yaitu rasio. Rasio
mempunyai tabiat kecenderungan kepada ingin tahu dan mau menerima yang logis,
yang masuk akal dan sebaliknya tidak mau menerima yang analogis, yang tidak masuk
akal.
Selain unsur rasio di dalam hati manusia juga terdapat unsur lainnya yaitu unsur
rasa.Perasaan manusia dibentuk oleh adanya suatu pengalaman, pendidikan,
pengetahuan dan suasana lingkungan. Rasa mempunyai kecenderungan kepada
keindahan. Letak keindahan adalah pada keharmonisan susunan sesuatu, harmonis
antara unsur jasmani dengan rohani, harmonis antara cipta, rasa dan karsa, harmonis
antara individu dengan masyarakat, harmonis susunan keluarga, harmonis hubungan
antara
keluarga.
Keharmonisan akan menimbulkan rasa nyaman dalam kalbu dan tentram dalam hati
Perasaan hati itu sering disebut dengan nama “hati kecil” atau dengan nama lain yaitu
“suara kata hati”, lebih umum lagi disebuut dengan nama hati nurani. Suara hati selalu
mendorong untuk berbuat baik yang bersifat keutamaan serta memperingatkan
perbuatan yang buruk dan brusaha mencegah perbuatan yang bersifat buruk dan hina.
Setiap orang mempunyai suara hati, walaupun suara hati tersebut kadang-kadang

berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan keyakinan, perbedaan pengalaman,
perbedaan lingkungan, perbedaan pendidikan dan sebagainya. Namun mempunyai
kesamaan, yaitu keinginan mencapai kebahagiaan dan keutamaan kebaikan yang
tertinggi
sebagai
tujuan
hidup.
D.

Karsa

Dalam diri manusia itu sendiri memiliki karsa yang berhubungan dengan rasio dan rasa.
Karsa disebut dengan kemauan atau kehendak, hal ini tentunya berbeda dengan
keinginan. Keinginan lebih mendekati pada senang atau cinta yang kadang-kadang
berlawanan antara satu keinginan dengan keinginan lainnya dari seseorang pada waktu
yang sama, keinginan belum menuju pada pelaksanaan. Kehendak atau kemauan
adalah keinginan yang dipilih di antara keinginan-keinginan yang banyak untuk
dilaksanakan. Adapun kehendak muncul melalui sebuah proses sebagai berikut :
Ada

stimulan

kedalam

panca

indera

Timbul
keinginan-keinginan
Timbul
kebimbangan,
proses
memilih
Menentukan
pilihan
kepada
salah
satu
keinginan
Keinginan yang dipilih menjadi salah satu kemauan, selanjutnya akan dilaksanakan.
Perbuatan yang dilaksanakan dengan kesadaran dan dengan kehendaklah yang
disebut
dengan
perbuatan
budi
pekerti.
E.

Moral

Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal dari
bahasa latinyaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur
apakah perbuatan seseorang baik atau buruk. Dapat dikatakan baik buruk suatu
perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan akhlak adalah tingkah laku baik,
buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran
agama.
Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas
atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga
pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Kaidah etika yang
biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan
tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati
nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban.
Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang
dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia.

F.

Pembagian

Akhlak

Secara umum akhlak atau perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama;
akhlak
yang
baik/mulia
dan
kedua;
aklak
yang
buruk/tercela.
a.

Akhlak

Berprilaku

Baik

Jujur
baik
Malu

Rendah
Murah

(Husnul
hati
hati

Sabar

(Al-Hamidah)
(Ash-Shidqu)
Khuluqi)
(Al-Haya’)
(At-Tawadlu’)
(Al-Hilmu)
(Ash-Shobr)

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya,
berkata, “Rasulullah SAW. bersabda”, “Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk
pada hari kiamat kelak, menyerulah Penyeru”, “Di manakah itu, orang-orang yang
utama (ahlul fadhl) ?”. Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka sedikit,
dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan
mereka, lalu menyapa mereka. “Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah
kalian ?”. Orang-orang ini menjawab, “Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul
fadhl)”. “Apa keutamaan kalian ?”, tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas,
“Kami, jika didzalimi, kami bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika
orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap bermurah hati”. Akhirnya dikatakan pada
mereka, “Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi
orang-orang yang beramal”. Setelah itu menyerulah lagi penyeru, :”Di manakan itu,
orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?”. Maka berdirilah sekelompok manusia,
jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para
malaikat berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. “Kami lihat kalian begitu
cepat menuju syurga, sipakah kalian ?”. Orang-orang ini menjawab, “Kamilah itu orangorang yang sabar (ahlush shabr). “Kesabaran apa yang kalian maksud ?”, tanya para
malaikat. Orang-orang ini memperjelas, “Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar
tak bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, “Masuklah ke dalam
syurga, karena demikian itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal”.
(Hilyatul
Auliyaa’/
Juz
III/
Hal.
140)
b.

Akhlak
Mencuri/mengambil

Buruk

(Adz-Dzamimah)

haknya
Iri
hati
Membicarakan
kejelekan
orang
lain
(bergosip)
Membunuh
Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain ( mahluk lain)
G.

Ruang

bukan

Lingkup

Akhlak

Akhlak

pribadi

Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf
dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang
tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai
fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja
manusia
mempunyai
perbuatan.
Akhlak

berkeluarga

Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua
terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk
memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, setiap
agama telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab
untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki
akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak
akan tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa
bahwa
mereka
mempunyai
harga
diri,
kehormatan
dan
kemuliaan.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari
segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya
memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan
ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat,
berbahagia dunia dan akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan
permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong
ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan
membelamu bilamana perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang
kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan berbahagia, karena mereka mencintai
ayah
dan
ibumu
dan
menolong
keduanya
disetiap
keperluan.
Akhlak

bermasyarakat

Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang
tuamu susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak
kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu
mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial
kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu
tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat.
Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain,
tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling
mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan
perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai
anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma-

norma

kesusilaan

yang

berlaku.

Akhlak

bernegara

Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang
sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup
bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa
engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama
mereka.
Akhlak

beragama

Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah
ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara
vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
H.

Kedudukan

dan

Keistimewaan

Akhlak

dalam

Islam

Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan
sangat penting. Hal itu dapat dilihat dalam beberapa nomor berikut :
Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai risalah
pokok
Islam.
Akhlak
merupakan
salah
satu
ajaran
pokok
agama
Islam.

BAB

III

PENUTUP
A.
Nabi

SAW

bersabda

Kesimpulan
yang

maksudnya:

“Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budipekerti yang mulia.”
(H.R.Ahmad)
Akhlak ataupun budipekerti memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang
berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan
tekanan hawa nafsu syahwat syaitoniah, berpegang teguh kepada sendi-sendi
keutamaan. Menghindarkan diri dari sifat-sifat kecurangan, kerakusan dan kezaliman.
Manusia yang berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama insan dan makhluk
lainnya. Mereka senang berkorban untuk kepentingan bersama. Yang kecil hormat
kepada yang tua, yang tua kasih kepada yang kecil. Manusia yang memiliki budi pekerti

yang mulia, senang kepada kebenaran dan keadilan, toleransi, mematuhi janji, lapang
dada dan tenang dalam menghadapi segala halangan dan rintangan.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke darjat yang tinggi dan mulia. Akhlak
yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan
ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan
sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan
perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya.
Nabi
s.a.w.bersabda
yang
bermaksud:
“Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya.”
(H.R.Ahmad)
Manusia yang paling baik akhlaknya ialah junjungan kita Nabi s.a.w. sehingga budi
pekerti beliau tercantum dalam al-Quran, Allah berfirman yang maksudnya:
“Sesungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti yang agung.
“Sesuatu Ummat bagaimanapun hebat Kekuatan dan Kekayaan yang dimilikinya, akan
tetapi jika budi pekertinya telah binasa, maka Ummat itu akan mudah binasa. Manusia
yang tidak punya akhlak, mereka sanggup melakukan apa saja untuk kepentingan
dirinya. Mereka sanggup berbohong, membuat fitnah, menjual marwah diri dan
keluarga, malah dengan tidak segan silu lagi dia menjual Agama dan negaranya.
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk
beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah
dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia
diperintahkan-Nya untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada
untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci manusia
yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka karena Allah SWT membenci
tindakan yang merusak maka orang yang cerdas akan meninggalkan perbuatan itu, dia
sadar bahwa jika melakukan perbuatan terlarang akan berakibat pada kesengsaraan
hidup di dunia dan terlebih-lebih lagi di akhirat kelak, sebagai tempat hidup yang
sebenarnya.
Maka
intinya
manusia
harus
berakhlak
yang
mulia.
sumber
http://kuntummawar.wordpress.com/2013/05/16/makalah-akhlak/
MAKALAH AGAMA ISLAM | Contoh makalah agama islam tentang akhlak
Share on Facebook Twitter Google+
Berita :

Contoh makalah agama islam tentang akhlak

:



MAKALAH SENI DAN IPTEK MENURUT KAJIAN ISLAM
MAKALAH SENI DAN IPTEK MENURUT KAJIAN ISLAM BAB I
PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Perkembangan Sains d ...



MAKALAH AGAMA ISLAM AQIDAH TAUHID PENDIDIKAN
AGAMA ISLAMAKIDAH (TAUHID)ABSTRAKMakalah ini menjelaskan tentang
aqidah, dan dimulai dengan penger ...



CONTOH MAKALAH AGAMA ISLAM MAKALAH HUKUM
ISLAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Hukum adalah ...

Newer Post Older Post Home

Terkini
Bacaan Surat Yasin dalam Bahasa Arab, Bahasa Latin dan Terjemahanya dalam Bahasa
Indonesia
CONTOH SURAT SERAH TERIMA JABATAN OSIS
Contoh Pembawa Acara Pembukaan Akreditasi Sekolah/Madarasah
Contoh Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Penetapan tidak adanya Iuran Siswa
Contoh Surat Edaran Sekolah Tidak Adanya Biaya Daftar Ulang Bagi Siswa
Contoh Surat Undangan Rapat Komite Awal Tahun Ajaran
Sejarah dan Makna Idul Adha | Pendidikan Agama Islam

Artikel Kesukaan
 Contoh Naskah Amanat Pembina Upacara Bendera Hari Senin
 PIDATO Mensyukuri Nikmat Allah SWT | Contoh Naskah Pidato Islami Tentang Syukur
Nikmat | Contoh Ceramah Tentang Bersyukur Kepada Allah SWT

 Cara Mengenal dan Belajar Kunci Gitar dengan Mudah
 MAKALAH SENI RUPA
 KUMPULAN ADMINISTRASI SEKOLAH LENGKAP | PANDUAN AKREDITASI
SEKOLAH
© www.mediapustaka.Com | Privacy Policy | About Us

http://www.mediapustaka.com/2014/08/contoh-makalah-agama-islamtentang_9.html