PERKEMBANGAN USAHA GULA OEI TIONG HAM CONCERN DI JAWA 1900-1942.

PERKEMBANGAN USAHA GULA OEI TIONG HAM CONCERN DI
JAWA 1900-1942

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Sastra

Oleh:
Aris Dwi Rahdiyanto
09407141017

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

MOTTO


ũKeberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi
dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa harus
kehilangan semangatŪ
*Winston Churchil*

Kesuksesan merupakan cermin dari kesungguhan
kita dalam melangkah ke depan
*Penulis*

v

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku,
Bapak Tukiyo dan Ibu Suparmi
Serta kakakku Ika Wahyuningsih

vi


PERKEMBANGAN USAHA GULA OEI TIONG HAM CONCERN DI
JAWA 1900-1942
Oleh: Aris Dwi Rahdiyanto
09407141017
Abstrak
Keberadaan orang Cina di Jawa, memberikan pengaruh bagi kehidupan
masyarakat pribumi terutama dalam bidang perekonomian. Akhir abad XIX
sampai awal abad XX kedatangan orang Cina di Jawa cukup banyak yang pada
umumnya bekerja dalam sektor perdagangan. Salah satu orang Cina di Jawa yang
sukses ialah Oei Tiong Ham, berawal dari ayahnya berjualan keliling, sampai
akhirnya membentuk persekutuan dagang Kian Gwan yang menjadi awal
berdirinya Oei Tiong Ham Concern. Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui perkembangan Oei Tiong Ham Concern dalam bisnis gula di Jawa
serta dampaknya bagi masyarakat sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis, yaitu proses menguji
dan menganalisa secara kritis rekaman-rekaman dan peninggalan sejarah pada
masa lampau. Pertama, heuristik yang merupakan proses pengumpulan sumbersumber sejarah yang relevan dengan topik penelitian. Kedua, kritik sumber,
merupakan tahap pengkajian terhadap otentisitas dan kredibilitas sumber-sumber
yang diperoleh yaitu dari segi fisik dan isi sumber. Ketiga, interpretasi merupakan
proses mencari keterkaitan antara fakta-fakta yang telah diperoleh sehingga lebih

bermakna. Keempat, historiografi atau penulisan yaitu penyampaian sintesis
dalam bentuk karya sejarah.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan Oei Tiong Ham,
merupakan bentuk keberhasilan pengusaha Cina di Indonesia. Kian Gwan
merupakan cikal bakal dari perusahaan Oei Tiong Ham yang didirikan oleh Oei
Tjie Sien tahun 1863. Kegiatan Kian Gwan pada awalnya hanya berdagang
barang-barang hasil bumi. Kesuksesan Oei Tiong Ham berwirausaha melebihi
orang Eropa, yang berhasil mengembangkan usaha pabrik gula yang tersebar di
Pulau Jawa. Sebelum mempunyai industri gula, Oei Tiong Ham melakukan
kegiatan perdagangan candu dan menghasilkan keuntungan yang cukup banyak,
sebagai modal untuk mengembangkan Kian Gwan pada produksi gula. Setelah
sukses pada industri gula, selanjutnya mengembangkan bisnis yang lain, seperti
bank, industri tapioka, perkapalan, properti, dan perdagangan hasil-hasil bumi.
Dampak dari industri gula Oei Tiong Ham menyerap banyak tenaga kerja
pribumi, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak. Munculnya kapitalisme
swasta seperti perusahaan Oei Tiong Ham, menunjukkan adanya diferensiasi
sosial antara kaum pemilik modal dengan petani miskin (kaum buruh).
Kata Kunci: Gula, Oei Tiong Ham Concern, Jawa .

vii


KATA PENGANTAR

Puji syukur, hormat dan kemuliaan bagi Tuhan atas segala berkat yang
diberikan selama ini. Penulisan skripsi berjudul “Perkembangan Usaha Gula Oei
Tiong Ham Concern Di Jawa 1900-1942” tidak terlepas dari bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya
sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan
juga ilmu yang telah diajarkan melalui beberapa perkuliahan.
2. Bapak M. Nur Rokhman, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
yang telah memberikan izin melakukan penelitian untuk menyelesaikan
skripsi ini.
3. Bapak HY. Agus Murdiyastomo, M. Hum. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Sejarah sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan, kritik dan saran, serta motivasi sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
4. Ibu Ririn Darini, M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
mendampingi, memberi dorongan, dan arahan yang diberikan selama kuliah

untuk segera menyelesaikan studi.
5. Bapak dan Ibu dosen ilmu sejarah, diucapkan terimakasih atas bimbingannya,
terlebih ilmu yang telah diberikan kepada saya yang sangat bermanfaat.

viii

6. Staf Perpustakaan Daerah Yogyakarta, Perpustakaan St. Ignatius College, Unit
Perpustakaan Pusat UNY, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM,
Perpustakaan Pusat UGM, Perpustakaan & Labolatorium Pendidikan Sejarah
UNY, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Jakarta, Perpustakaan
Nasional, Badan Arsip Semarang, terimakasih atas sarana dan pelayanan yang
diberikan selama pencarian sumber-sumber yang akan digunakan dalam
penulisan skripsi ini.
7. Kedua orangtua, bapak Tukiyo serta ibu Suparmi yang tidak henti-hentinya
memberikan dukungan baik moral maupun material, lebih utama yaitu doa
dari Bapak/Ibu untuk anaknya.
8. Kakak saya Ika Wahyuningsih yang selama ini memberikan semangat hingga
penulisan skripsi ini bisa selesai. Semoga kita bisa menjadi manusia yang
berguna bagi nusa dan bangsa, terutama memberikan kebahagiaan kepada
kedua orangtua yang telah membesarkan kita.

9. Seluruh mahasiswa ilmu sejarah angkatan 2009, terimakasih atas semangat
yang diberikan, terutama Benny, Yoga, Giarti, Rudi, Giarto, Ali, Oyex, dkk.
terimakasih atas pertemanan selama ini, khusus kepada Annisa Tri Wahyuni,
yang selalu menjadi penyemangat, serta setia menemani mencari sumber
penulisan skripsi ini.
10. Mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan, 2006, 2007,dan 2008 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih telah membantu saya menyelesaikan
skripsi ini.

ix

11. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas
semangat, dukungan dan doa yang diberikan.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka saya
mengharap segala kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Saya mohon maaf atas segala kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Semoga
karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Yogyakarta, 15 Januari 2014
Penulis


Aris Dwi Rahdiyanto
NIM. 09407141017

x

DAFTAR ISI

Hlm.
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

PERSETUJUAN ............................................................................................

ii

PENGESAHAN ..............................................................................................

iii


PERNYATAAN ..............................................................................................

iv

MOTTO ..........................................................................................................

v

PERSEMBAHAN ..........................................................................................

vi

ABSTRAK ......................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................


xi

DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I

: PENDAHULUAN ....................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
E. Kajian Teori ...............................................................................
F. Historiografi yang Relevan........................................................
G. Metode dan Pendekatan Penelitian ............................................
1. Metode Penelitian .................................................................
2. Pendekatan Penelitian ...........................................................

H. Sistematika Penulisan ................................................................

BAB II

: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN AWAL
BERDIRINYA PERUSAHAAN OEI TIONG HAM DI
SEMARANG ............................................................................. 25
xi

1
1
7
7
8
9
13
16
16
20
23


A. Kondisi Sosial Ekonomi Semarang Awal Abad XX .................. 25
B. Kedatangan Oei Tjie Sien di Semarang 1858............................. 34
C. Peraturan Pemerintah Kolonial Terhadap Orang Cina ............... 40
BAB III

: PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA OEI TIONG HAM
CONCERN ............................................................................... 49
A. Masa Kepemimpinan Oei Tiong Ham (1900-1924).................. 49
B. Perkembangan Oei Tiong Ham Concern ................................... 55
1. Bidang Usaha Oei Tiong Ham .............................................. 55
2. Perkembangan Usaha Gula Oei Tiong Ham di Jawa ............ 60
C. OTHC pasca Kepemimpinan Oei Tiong Ham ........................... 66
D. Penurunan Produksi Gula .......................................................... 68

BAB IV

: DAMPAK INDUSTRI GULA OEI TIONG HAM CONCERN
BAGI MASYARAKAT ........................................................... 72
A. Dampak Sosial Ekonomi ........................................................... 72
1. Munculnya Sistem Ekonomi Uang ....................................... 72
2. Terjadinya Mobilitas Kaum Buruh ....................................... 74
3. Gejolak Kaum Buruh di Perusahaan Gula ............................ 79
4. Berkembangnya Kegiatan Perekonomian di Semarang ........ 83
B. Dampak dalam Bidang Politik................................................... 88

BAB V

: KESIMPULAN ........................................................................

90

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

93

LAMPIRAN....................................................................................................

98

xii

DAFTAR ISTILAH

Besluit

Surat keputusan Pemerintah

Cultuurstelsel

Tanam paksa

De Locomotief

Surat kabar masa Hindia Belanda

Erfpacht

Hak sewa turun temurun untuk menggunakan suatu
benda yang tidak bergerak atau tanah milik orang
lain dengan kewajiban membayar sewa tanah setiap
tahunnya

Fabriekant

Pemilik pabrik

Hak Boe Tjong Hwe

Sekolah Cina yang didirikan oleh Tiong Hoa Hwe
Koan (perhimpunan orang Cina) tahun 1916 yang
berlokasi di Semarang.

Hokkie

Suatu keberuntungan

Hong-shui

Petunjuk keharmonisan antara air dan angin bagi
orang Cina

Jung

Perahu kecil

Maatschappij

Perusahaan

Maleise

Jaman kemunduran atau depresi ekonomi

Mindering

Orang Cina yang bekerja meminjamkan uang atau
tukang kredit

Namlooze Venotschaap

Perseroan Perbatas

Pachter

Pemungut pajak candu

Peki

Pakaian perempuan kebangsaan Cina

Pikol

60 kilogram

Regie

Monopoli yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial

xiii

Tukang Renten

Orang yang mencari
membungakan uang

Singkeh

Orang Cina asli

Suiker

Gula

Taucang

Kucir rambut panjang khas orang Cina jaman
dahulu

Tiong Hoa Hwe Koan

Perhimpunan orang Cina yang berdiri tahun 1900 di
Jakarta bergerak dalam bidang pendidikan dengan
mendirikan sekolah-sekolah Cina.

Trechter

Sistem perdagangan barang yang melalui orang
Cina sebagai perantara

xiv

penghasilan

dengan

DAFTAR TABEL

Hlm.
Presentase Jumlah Orang Cina di Jawa 1906-1910 .........................................

27

Penduduk Cina di Jawa 1930 ...........................................................................

29

Jumlah Ekspor Gula OTHC Tahun 1911-1915 ...............................................

64

Hasil Produksi Gula OTHC Tahun 1931 .........................................................

65

Tabel Upah Buruh Tahun 1900, 1921 dan 1931 ..............................................

74

Firma-Firma Cina Terbesar di Semarang Tahun 1940 ....................................

84

Ekspor Hasil Bumi di Semarang Tahun 1924 ..................................................

85

Ekspor Gula Semarang Tahun 1900-1929 .......................................................

86

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hlm.
Foto Mayor Oei Tiong Ham ............................................................................

98

Kantor Pusat Oei Tiong Ham Concern Semarang ...........................................

99

Pabrik Gula Rejoagung Madiun....................................................................... 100
Pabrik Gula Krebet Malang ............................................................................. 101
Pabrik Gula Pakis Pati ..................................................................................... 102
Pabrik Gula Ponen Jombang ............................................................................ 103
Besluit 1 November 1906 No. 3....................................................................... 104
Besluit 29 November 1901 No. 62................................................................... 105

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orang Cina sudah lama datang di Indonesia. Awal mula datangnya orangorang Cina ke Indonesia dapat ditelusuri sejak masa Dinasti Han (206 SM- 220
M). Tiongkok membuka perdagangan dengan negara-negara yang ada di kawasan
Asia Tenggara, dan menurut catatan sudah ada orang Cina yang datang ke Pulau
Jawa.1 Sampai awal abad XX kebanyakan orang-orang Cina di Jawa berasal dari
Fukien di Cina Selatan. Para pendatang Cina tersebut pada umumnya terdiri dari
pedagang, pengrajin atau tukang, penambang, dan sebagian kecil sebagai petani.
Migrasi etnis Cina terjadi secara besar-besaran setelah terjadinya Perang
Candu

(1839-1842),

dan

pemberontakan

Taiping

(1851-1865),

yang

mengakibatkan hancurnya perekonomian di Cina Selatan. Hal itu menyebabkan
banyak orang Cina terpaksa meninggalkan kampung halamannya untuk
mendapatkan penghidupan yang lebih baik.2 Orang Cina yang datang di Indonesia
pada umumnya bekerja dalam bidang perdagangan.
Setelah berakhirnya masa tanam paksa di Hindia Belanda tahun 18301870, maka dimulailah satu era baru yang dikenal dengan masa liberalisme.
Jaman ini adalah digantikannya fungsi pemerintahan Hindia Belanda di bidang

Ririn Darini, “Nasionalisme Etnis Tionghoa di Indonesia, 1900-1945”,
MOZAIK, (Vol. 3, No. 1, 2008), hlm. 81.
1

2

Irsyam dan Tri wahyuning M., Golongan Etnis Cina sebagai Pedagang
Perantara di Indonesia (1870-1930), (Jakarta: PIDSN, 1985), hlm. 3.

1

2

perekonomian oleh modal-modal swasta.3 Peranan orang Cina sebagai pemodal
swasta di Hindia Belanda sangat besar. Pemerintah Hindia Belanda memberikan
keleluasaan kepada orang-orang Cina untuk berwirausaha, sehingga banyak yang
mendirikan usaha-usaha. Perusahaan Cina banyak memberikan pemasok hasilhasil komoditi bagi pemerintah Belanda, dan memainkan peran di pasaran Eropa.
Undang-undang Agraria 1870 membuka pulau Jawa bagi investasi swasta
asing dengan jaminan kebebasan dan keamanan. Tetapi masalah kepemilikan
tanah, hanya golongan pribumi yang bisa mempunyai tanah. Pihak swasta asing
hanya bisa menyewa dari pemerintah atau pribumi dengan jangka waktu yang
lama, yaitu mencapai 75 tahun.4 Masuknya pengusaha asing, menjadikan
perdagangan di Jawa semakin ramai. Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur
menjadi daerah produksi gula terbesar di dunia pada waktu itu. Kota pelabuhan
Semarang juga mengalami peningkatan kegiatan bisnis perdagangan, terutama
gula.
Di Semarang terdapat suatu pola perdagangan yang disebut dengan
trechter, artinya untuk aktifitas perdagangan ekspor impor harus melalui orang
Cina sebagai perantara. Semua barang impor yang berasal dari Eropa tidak dapat
diperoleh secara langsung oleh pembeli, tetapi melalui perantara. Sedangkan
untuk perdagangan ekspor, barang-barang tersebut juga harus dibeli melalui orang

3

4

Ibid, hlm. 10.

MC Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: UGM Press,
2008), hlm. 190.

3

Cina sebagai makelar, kemudian disalurkan pada firma-firma Eropa yang
membutuhkan.
Untuk mempercepat pelayanan dalam kegiatan perdagangan, maka
diperlukan banyak tenaga kerja yang siap pakai. Dalam bidang ketenagakerjaan,
banyak kuli-kuli yang datang dari luar kota Semarang, seperti daerah Cirebon dan
Juwana dengan menggunakan gerbong kereta atau trem. Jam kerja yang padat,
untuk menghemat waktu dan biaya, sehingga Nederlandsch Indische Spoorweg
Mij (NIS) membangun pondok-pondok kuli dekat pelabuhan. Pembangunan
pondok-pondok kuli tersebut dilakukan dengan tujuan apabila dibutuhkan tenaga
kerja sewaktu-waktu, maka kuli tersebut dapat segera dihubungi. Pada waktu itu,
alat-alat perhubungan dinilai sangat vital, karena selain untuk mengangkut
penumpang juga mengangkut barang perdagangan atau hasil perkebunan.
Munculnya perusahaan-perusahaan swasta mendorong perkembangan
suatu daerah, dengan peluang-peluang ekonomi yang dimunculkan. Adanya
perusahaan dan perdagangan gula memberi dampak sosial dan ekonomi, yang
memungkinkan dalam memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Perkembangan perusahaan swasta juga menciptakan tumbuhnya aktivitas
ekonomi yang terkait dengan keperluan industri maupun pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
Perkembangan perdagangan yang cukup pesat, membawa banyak
pengaruh dalam kegiatan ekonomi masyarakat Semarang waktu itu. Hal itu
tampak dengan dibangunnya sarana-sarana yang dipandang memenuhi syarat
sebagai tempat perkantoran atau perdagangan di Semarang, seperti toko-toko dan

4

bank-bank swasta. Kemajuan dalam perdagangan ini juga dipengaruhi oleh sifatsifat dasar orang Cina yang lebih mementingkan bidang perdagangan dibanding
perhatiannya pada bidang lain. Orang Cina juga dikenal sebagai suatu golongan
yang ekonominya sangat teliti, cermat, dan tekun, sehingga setiap sen yang
diperoleh akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Semarang merupakan tempat yang tepat untuk mengembangkan bisnis
perdagangan. Awal abad XX, Semarang merupakan pelabuhan besar yang
menjadi pusat perdagangan di Jawa Tengah. Berbeda dengan Batavia yang daerah
pedalamannya, seperti Priangan masih tertutup bagi orang Cina atau pedagang
lainnya, karena Belanda masih berniat meneruskan tanam paksanya. Hubungan
baik antara pejabat Belanda dan orang Cina telah dijalin sejak dulu, ketika orang
Cina datang di Jawa. Orang Cina peranakan kaya membangun rumah dan
bangunan dengan gaya Eropa, meskipun tidak membuatnya sama persis dengan
gedung-gedung pemerintah Kolonial.
Oei Tiong Ham, merupakan usahawan kapitalis besar, sampai usahanya
bisa sejajar dengan kapitalis Belanda. Keberhasilannya dalam industri gula,
sehingga dijuluki sebagai “Raja Gula dari Jawa”. Kebangkitan Oei Tiong Ham
dalam dunia bisnis amat cepat hingga melampaui usaha ayahnya (Oei Tjie Sien).5
Oei Tiong Ham sangat terkenal di kalangan penduduk kota Semarang pada tahuntahun 1900an.

Onghokham, “Kapitalisme Cina di Hindia Belanda”, dalam Yoshihara
Kunio, “Oei Tiong Ham Concern: The First Business Empire of Southeast Asia”,
terj. A. Dahana, Konglomerat Oei Tiong Ham: Kerajaan Bisnis pertama di Asia
Tenggara, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991), hlm. 102.
5

5

Konglomerat Oei Tiong Ham merupakan anak tertua dari Oei Tjie Sien,
seorang pedagang Cina yang datang ke Indonesia, tepatnya di Semarang pada
tahun 1858. Pada awalnya dia tinggal sebagai pedagang kecil di daerah Pekojan
Semarang. Berkat keuletannya dia bisa menjadi pedagang yang kaya, kemudian
pada 1863 mendirikan perusahaan yang disebut kongsi (persekutuan dagang antar
keluarga) diberi nama “Kian Gwan” yang berarti “sumber dari segala
kesejahteraan”.6 Setelah Kian Gwan berdiri ia memperluas usahanya, seperti
mengusahakan pegadaian, melakukan ekspor gambir dan menyan ke Cina.7 Pada
1893 nama Kian Gwan diubah menjadi N.V. Handel Maatschappij Kian Gwan
yang berpusat di Semarang.
Pada 1886, dalam usia 20 tahun, Oei Tiong Ham telah memasuki
masyarakat elit Tionghoa Semarang, dengan pengangkatan dirinya menjadi
Letnan Tionghoa. Setelah diangkat sebagai letnan, dia selalu berpakaian rapi,
dengan pakaian jas barat warna putih. Oei Tiong Ham merupakan orang Cina
pertama yang mendapat ijin memotong taucang (kucir), dan ijin memakai pakaian
barat serta bertempat tinggal di kawasan orang-orang Eropa.8 Kesuksesan Oei
Tiong Ham hingga meluaskan komoditi bisnisnya, dan memperbanyak jumlah
kantor di luar daerah Semarang.

6

Hartono Kasmadi dan Wiyono, Sejarah Sosial Kota Semarang: 19001950, (Jakarta: DEBDIKBUD, 1985), hlm. 83.
7

8

Ibid.

Benny G. Setiono, Tionghoa dalam Pusaran Politik, (Jakarta: ELSAKA,
2002), hlm. 257.

6

Oei Tiong Ham seorang pengusaha gula terbesar di Hindia Belanda pada
1900an, dan termasuk orang yang berorientasi kepada pemerintahan Kolonial,
demi kelangsungan bisnisnya. Sejak akhir abad XIX, sudah terlibat dalam
kegiatan produksi gula, yang pada puncaknya berhasil menguasai lima buah
pabrik gula. Kelima pabrik gula tersebut adalah Pakis, Redjoagung, Krebet,
Tanggulangin, dan Ponen. Pabrik-pabrik gula kemudian diganti mesin-mesin
tradisionalnya dengan mesin modern yang didatangkan dari Eropa.9
Pola usaha Oei Tiong Ham berbeda dengan orang-orang Cina lainnya.
Usahanya menggabungkan metode bisnis Cina dengan ketrampilan teknik Barat
(Belanda). Pabrik gula yang dimilikinya merupakan pabrik gula pertama yang
menggunakan elektrivikasi. Oei Tiong Ham juga mempekerjakan teknisi-teknisi
Belanda, serta tenaga-tenaga orang Cina yang dididik secara Barat.10 Orang Cina
juga banyak yang dikirim ke Eropa untuk belajar teknologi barat, setelah kembali
ke Indonesia kemudian dipekerjakan pada perusahaan gulanya.
Oei Tiong Ham berhasil menjadi konglomerat di Asia Tenggara pada
1900an. Oei Tiong Ham meninggal tahun 1924, kemudian pimpinan perusahaan
digantikan oleh anaknya. Berawal dari produksi gula, sampai sukses dan
mengembangkan usaha-usaha ke dalam bisnis lainnya. Kesuksesan perusahaan
Oei Tiong Ham setelah dilanjutkan oleh anaknya masih tetap bertahan dengan
baik, hingga Perang Dunia II perusahaan tersebut mulai mengalami penurunan.

9

Ibid, hlm. 258.

10

Lembaga Studi Realino (ed.), Penguasa Ekonomi dan Siasat Pengusaha
Tionghoa, (Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga Studi Realino, 1996), hlm. 75.

7

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan Pemerintah Kolonial dan awal berdirinya Kian
Gwan di Semarang?
2. Bagaimana perkembangan perusahaan Oei Tiong Ham, dalam melakukan
usaha di bidang industri gula?
3. Bagaimana dampak adanya industri gula Oei Tiong Ham Concern bagi
masyarakat sekitar?

C. Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Penelitian merupakan suatu kajian yang dilakukan guna menemukan dan mencari
fakta suatu pengetahuan dengan menerapkan metode-metode ilmiah. Penelitian ini
tujuannya, antara lain:
1. Tujuan Umum
a. Menerapkan metodologi sejarah dan menyajikan dalam bentuk
historiografi.
b. Mengembangkan teknik penelitian sejarah yang diperoleh selama
kegiatan perkuliahan.
c. Melatih kemampuan berfikir logis, kritis, obyektif, sistematis dan
analitis dengan metodologi dalam mengkaji suatu peristiwa sejarah
sehingga bisa dipahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

8

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kebijakan pemerintah Kolonial dan awal berdirinya
Kian Gwan di Semarang.
b. Memberikan penjelasan tentang perkembangan perusahaan Oei
Tiong Ham Concern dalam bisnis gula.
c. Mengetahui dampak sosial ekonomi Oei Tiong Ham Concern
terhadap masyarakat sekitar.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pembaca
a. Pembaca diharapkan memperoleh pengetahuan sejarah tentang
perusahaan Oei Tiong Ham Concern dalam menjalankan bisnis
gulanya.
b. Memperoleh wawasan mengenai kebijakan pemerintah Kolonial
terhadap etnis Cina di Jawa pada awal abad XX.
c. Memperoleh gambaran yang obyektif mengenai perusahaan Oei Tiong
Ham serta dampaknya bagi masyarakat sekitar.
2. Bagi Penulis
a. Media untuk mengukur kemampuan penulis dalam merekonstruksi
peristiwa sejarah dan menyajikannya dalam bentuk tulisan ilmiah.
b. Menambah wawasan sejarah mengenai perkembangan bisnis gula Oei
Tiong Ham Concern.

9

E. Kajian Teori
Sejarah tidak dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu sosial lainnya. Keduanya
mempunyai hubungan timbal balik dan saling melengkapi. Penyajian suatu
rekonstruksi peristiwa sejarah sangat memerlukan sumber sebagai modal dasar
penulisan. Penulisan juga tidak bisa lepas dari kondisi dan situasi pada jaman itu.
Setiap peristiwa sejarah mengandung berbagai macam aspek, seperti aspek sosial,
politik, dan aspek-aspek lainnya yang melingkupnya. Demikian juga dalam
mengkaji peranan perusahaan, aspek-aspek penulisan tersebut juga ikut
mempengaruhinya. Hal itu dimaksudkan agar gambaran yang dihasilkan menjadi
menyeluruh sehingga dapat dihindari kesepihakan.11
Pendapat Frans Hüsken yang menerangkan mengenai diferensiasi sosial
menjadi tolok ukur penulis dalam melihat aspek-aspek sosial ekonomi pada
wilayah industri gula. Pada wilayah industri gula di Jawa berkembang sistem
kapitalisme pertanian, yang di pegang oleh pengusaha-pengusaha swasta yang
telah menanamkan modalnya di Jawa. Ada pun ciri-ciri pokok dari kapitalisme
pertanian berkaitan dengan besarnya produksi barang untuk kebutuhan pasar,
tumbuhnya kelas-kelas pemilik tanah, keuntungan yang diperoleh pemodal
swasta, serta munculnya kelas yang tidak mempunyai tanah yang bekerja sebagai
buruh berdasarkan upah kerja.12

11

Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi
Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1982), hlm. 87.
12

Frans Hüsken, Masyarakat Desa Dalam Perubahan Zaman: Sejarah
Diferensiasi Sosial di Jawa 1830-1980, (Jakarta: Grasindo, 1998), hlm. 53.

10

Munculnya kapitalisme swasta seperti perusahaan Oei Tiong Ham,
menunjukkan bahwa terdapat diferensiasi sosial antara kaum pemilik modal
dengan petani miskin (kaum buruh). Pada industri gula Oei Tiong Ham Concern
terjadi produksi barang dengan skala besar guna memenuhi kebutuhan pasar.
Tenaga kerja buruh perusahaan gula juga kebanyakan berasal dari masyarakat
yang tidak mempunyai tanah, sehingga mereka bekerja dengan berdasarkan sistem
upah.
Diferensiasi sosial juga terjadi sebagai akibat terpecahnya masyarakat
pedesaan menjadi kelas petani kaya dan petani yang miskin atau sama sekali tidak
mempunyai tanah. Diferensiasi yang menuju kepemilikan tanah sudah dijumpai
sejak akhir abad XVIII dalam desa yang masih berada dalam tahap awal
kolonialisme. Struktur masyarakat terdiri dari tiga golongan13, yaitu:
a. Lapisan atas, terdiri dari para pejabat desa yang karena jabatannya
mendapat tanah yang luas (tanah bengkok) dan berhak mendapatkan
tenaga kerja cuma-Cuma dari penduduk desa.
b. Golongan petani bebas (sikep), yang berhak mendapat pembagian tanah
desa, tetapi diharuskan kerja wajib
c. Golongan yang tidak mempunyai tanah (numpang/bujang) yang hidupnya
tergantung dan terikat pada sikep.

Masa pemerintahan Kolonial telah membebani penduduk pedesaan dengan
bemacam-macam upeti, pembayaran pajak, dan kerja rodi, hal ini merubah

13

Ibid., hlm. 45.

11

struktur masyarakat pemilikan tanah dalam pengertian hak perorangan atas tanah
semakin berkurang dan hak desa atas persawahan semakin besar. Golongan sikep
(yang berhak atas pembagian tanah desa) semakin banyak karena mendapat
tambahan anggota dari golongan numpang yang tidak mempunyai tanah.
Abad XX terjadi pertumbuhan ekonomi yang cepat antara tahun 19001930, sebagian kaum elite pedesaan yang terdiri dari pejabat pemerintahan desa
dengan bantuan pemerintah dapat mengangkat dirinya menjadi sekelompok
kapitalis desa. Diferensiasi sosial dan ekonomi dalam masyarakat Jawa terus
berlanjut dan semakin jelas sesudah tahun 1900. Kelompok elite petani kaya tetap
menjadi pemegang penguasaan tanah. Terjadinya kemunduran ekonomi tahun
1930 mereka tidak tampak menonjol karena tanah miliknya tidak lagi
mendatangkan penghasilan yang menguntungkan.
Pemilikan tanah menjadikan faktor yang membedakan kehidupan sosial
antara petani kaya dan petani miskin. Petani yang kaya mempunyai tanah
disewakan kepada petani lain yang tidak mempunyai tanah atau kepada pengusaha
swasta. Petani yang tidak mempunyai tanah kebanyakan hanya bisa menjadi
pekerja buruh pada petani kaya atau di perkebunan gula. Berkembangnya
kapitalisme di Jawa semakin banyak pengusaha-pengusaha perkebunan menyewa
tanah dari petani.
Berkembangnya liberalisme di Eropa juga berpengaruh di Hindia Belanda.
Banyak golongan intelektual, seperti kaum kapitalis menuntut lebih banyak
kebebasan dan perubahan di segala bidang. Golongan borjuasi pemilik modal
swasta sendiri menuntut agar diberikan banyak kebebasan untuk ikut

12

menanamkan modalnya di Hindia Belanda terutama di bidang perkebunan yang
sedang menjadi primadona di pasar Eropa. Mereka memprotes peranan
pemerintah yang sangat dominan dalam mengatur perekonomian di tanah jajahan
terutama di Hindia Belanda.14
Pengusaha asing dapat dengan mudah melakukan sewa tanah untuk
mendirikan perkebunan tebu dan pabrik gula dikarenakan adanya UU Agraria
1870. Undang-Undang Agraria 1870 itu terdapat hak erpacht yang memberikan
kebebasan kepada pengusaha asing untuk menyewa tanah selama jangka waktu
yang lama yaitu 75 tahun. Keadaan geografis dan demografis di Jawa Tengah
yang sangat menguntungkan itu menjadi daya tarik pengusaha swasta untuk
menyewa tanah dan mendirikan perkebunan tebu. Para pengusaha swasta asing
dapat dengan mudah merekrut tenaga kerja dengan upah yang relatif murah.
Kebijakan ekonomi pemerintah kolonial sangat berpengaruh pada
perubahan struktur ekonomi dan sosial masyarakat peranakan Cina. Meskipun
para pejabat Belanda menganggap orang Cina sebagai pesaing bagi kegiatan
ekonominya, tetapi mereka pun sadar bahwa orang Cina diperlukan untuk
mempertahankan struktur pajak kolonial dan memberi nilai tambah pada
perdagangan Belanda. Orang Cina mengangkut barang-barang yang diimpor dari
Negeri Belanda dan Negara Eropa lainnya ke daerah pedalaman dan sebaliknya
membawa produk-produk pedalaman ke kota dan pelabuhan Kolonial. Bagian dari

14

Benny G. Setiono, op. cit, hlm. 251.

13

pajak kolonial yang penting tergantung pada penyerahan tugas pemungutan pajak
dan pemberian hak-hak monopoli kepada orang-orang Cina kaya.15
Salah satu pengusaha Cina yang berkembang di Jawa tengah adalah Oei
Tiong Ham, dengan kongsinya Kian Gwan. Kian Gwan mampu memiliki
beberapa pabrik gula dan sebuah pabrik tapioka, kemudian mendirikan cabangcabang di kota besar lainnya. Oei Tiong Ham juga terkenal sebagai pedagang
candu. Ia telah mengadakan perubahan-perubahan di dalam manajemen bisnisnya
dengan jalan memasukkan ke dalam pimpinan perusahaannya orang-orang lain
yang bukan keluarganya. Orang-orang Belanda juga banyak yang dipekerjakan
dalam menangani mesin-mesin modern.16

F. Historiografi yang Relevan
Tugas sejarawan adalah mengungkap peristiwa sejarah.17 Historiografi
adalah usaha dari sejarawan untuk merekonstruksi sebanyak-banyaknya peristiwa
masa lampau. Peristiwa pasa masa lampau memiliki batasan-batasan antara
kejadian yang benar-benar terjadi dan imajinasi penulis. Sejarawan akan
mengungkap kebenaran suatu peristiwa masa lampau, agar mendapatkan suatu
fakta sejarah dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan sejarah akan lebih
jelas

apabila

menggunakan

historiografi

yang

relevan

dalam

tahapan

Onghokham “Kapitalisme Cina di Hindia Belanda”, dalam Yoshihara
Kunio, op cit, hlm. 91.
15

16

17

Hartono Kasmadi dan Wiyono, op. cit, hlm. 84.

Kuntowijoyo, Metodologi penelitian, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1994), hlm. 99.

14

penulisannya. Historiografi yang relevan yaitu berisi kajian-kajian historis yang
pernah dilakukan sebelumnya. Bagian ini juga menjelaskan hal yang membedakan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Historiografi ini dapat berupa hasil
penelitian dalam bentuk buku-buku sejarah, artikel, skripsi, tesis, disertasi, dan
karya-karya sejarah yang lain.
Buku karangan Yoshihara Kunio yang berjudul Konglomerat Oei Tiong
Ham Kerajaan Bisnis Pertama di Asia Tenggara yang diterbitkan oleh Pustaka
Utama Grafiti, memiliki keterkaitan dengan penulisan skripsi ini. Buku tersebut
berisi kumpulan tulisan dan dilengkapi hasil wawancara dengan dua orang ahli
waris Oei Tiong Ham. Yosihara mengungkap banyak mengenai kehidupan Oei
Tiong Ham, sehingga buku ini cukup memberikan informasi bagi penulisan
skripsi ini. Kehidupan Oei Tiong Ham, dari ayah sampai anaknya yang menjadi
pengganti sebagai pemegang kekuasaan perusahan. Buku ini kurang fokus
terhadap pembahasan Oei Tiong Ham Concern, masih membahas secara
keseluruhan bisnis yang dijalankan selain gula. Sebagian besar isi dari buku ini
membahas biografi kehidupan Oei Tiong Ham. Sedangakan pokok pembahasan
yang dikaji dalam skripsi ini ialah Oei Tiong Ham Concern, dalam industri dan
perdagangan gula.
Skripsi Siti Anita Haryono, Prodi Ilmu Sejarah UNY 2007, dengan judul
“Etnis Cina dan Peranannya dalam Perekonomian di Semarang Tahun 19061930”. Skripsi ini membahas mengenai kondisi sosial etnis Cina di Semarang
abad XX, dan peranannya dalam perekonomian khususnya hal perdagangan.
Selain itu juga menjelaskan sedikit mengenai sekolah-sekolah etnis Cina pada

15

abad XX. Perbedaan antara skripsi Siti Anita Haryono dengan skripsi ini adalah
Siti Anita menjelaskan secara keseluruhan mengenai perekonomian etnis Cina di
Semarang, perannya dalam perdagangan, sedangkan skripsi ini membahas
perusahaan gula orang Cina (Oei Tiong Ham). Skripsi Siti Anita menjelaskan juga
komoditi-komoditi yang diperdagangkan orang-orang Cina di Semarang pada
abad XX. Skripsi Siti Anita Haryono ini memberikan informasi tentang kehidupan
ekonomi orang-orang Cina di Jawa, khususnya daerah Semarang.
Skripsi Agus Pramudiono, jurusan sejarah UNNES 2007, dengan judul
“Peranan Oei Tiong Ham Concern Bagi Perkembangan Pendidikan Masyarakat
Tionghoa di Kota Semarang Tahun 1900-1945”. Pada skripsi ini membahas
kondisi sosial kota Semarang khususnya dalam bidang pendidikan tahun 19001945. Mengenai pendidikan orang-orang Tionghoa di Semarang awal abad XX
dan peran Oei Tiong Ham Concern dalam pendidikan Tionghoa di Semarang.
Pokok pembahasan skripsi Agus Pramudiono, yaitu peranan Oei Tiong Ham
dalam bidang pendidikan, bukan dalam bidang ekonomi atau perdagangan.
Kemudian skripsi yang akan ditulis ini lebih membahas pada industri dan
perdagangan gula Oei Tiong Ham, yang hubungannya dalam bidang ekonomi.
Skripsi Agus Pramudiono ini akan sebagai bahan acuan yang digunakan oleh
penulis. Mengenai dampak dari Oei Tiong Ham Concern selain dalam bidang
ekonomi juga dalam bidang pendidikan.

16

G. Metode dan Pendekatan Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penulisan ini, menggunakan metode penelitian, yang pada
umumnya digunakan ahli sejarah dalam penyusunan historiografi. Metode
penelitian yang dimaksud adalah mengumpulkan, mengkaji, dan menganalisis
sumber-sumber yang tersedia. Sejarah mempunyai metode tersendiri dalam
mengungkap peristiwa masa lampau agar menghasilkan karya sejarah yang
kritis, ilmiah, dan obyektif. Metode sejarah merupakan suatu proses untuk
menguji dan mengkaji kebenaran rekaman sejarah dan peninggalanpeninggalan masa lampau dengan menganalisa secara kritis terhadap data
yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita yang dapat dipercaya.18
Setelah penulis menentukan topik yang akan menjadi kajian dalam
penulisan sejarah, selanjutnya melakukan penelitian. Metode yang digunakan
dalam penelitian sejarah meliputi empat tahapan, yaitu: pengumpulan sumber
(heuristik), kritik sumber (verivikasi), penafsiran (interpretasi), dan penulisan
sejarah (historiografi).19
a. Heuristik
Heuristik merupakan tahap menemukan dan mengumpulkan sumber
sejarah sebanyak-banyaknya. Sumber sejarah merupakan bahan-bahan yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada
18

Helius Syamsuddin dan Ismaun, Metodologi Sejarah, (Jakarta:
Depdikbud, 1996), hlm. 61.
19

Nugroho Notosusanto, Norma-Norma Dasar Penelitian dan Penulisan
Sejarah, (Jakarta: Departemen Pertahanan dan Keamanan, 1971), hlm. 19.

17

masa lampau.20 Tanpa sumber sejarah tidak bisa dalam merekonstruksi
menjadi sebuah karya sejarah. Pengumpulan sumber, penulis melakukan
pencarian data yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
Jakarta. Penelusuran pustaka yang berupa buku-buku, yaitu di Perpustakaan
UPT UNY, Perpustakaan lab. sejarah UNY, Perpustakaan Kolese Ignatius
Yogyakarta, Perpusda Yogyakarta, Perpustakaan FIB UGM, Perpustakaan
Daerah Semarang, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan sumbersumber lain yang bisa dipertanggungjawabkan.
Sumber sejarah dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Sumber Primer
Sumber primer merupakan kesaksian dari seorang pelaku atau
saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan alat indera lain, atau
dengan alat mekanis.21 Sumber primer harus sejaman dengan peristiwa
yang bersangkutan. Sumber primer dapat berbentuk catatan rapat, arsip
pemerintah maupun pribadi, atau bisa juga dengan wawancara langsung
dengan pelaku atau saksi sejarah.
Sebagai sumber primer penulis menemukan beberapa sumber
yaitu:
Koleksi ANRI Besluit 29 November 1901 no. 62.
Koleksi ANRI Besluit 19 Februari 1907 no. 13.

20

Helius Syamsuddin dan Ismaun, loc.cit.

Louis Gottschalk, “Understanding History : A Primer of Historycal
Methods”, terj. Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press,
1986), hlm. 35.
21

18

Koleksi ANRI Besluit 1 November 1906 no. 3.
2) Sumber Sekunder
Sumber sekunder menurut Louis Gottschalk merupakan kesaksian
dari siapapun yang bukan pelaku atau saksi pandangan mata. Sumber
sekunder adalah sumber yang kedua, atau mengutip dari orang pertama.
Sumber sekunder dapat berupa buku, jurnal, majalah, dan tulisan-tulisan
ilmiah lainnya. Beberapa buku yang digunakan penulis sebagai sumber
sekunder, antara lain:
Benny G. Setiono, Tionghoa dalam Pusaran Politik, Jakarta:
ELSAKA, 2002.
Hartono Kasmadi dan Wiyono, Sejarah Sosial Kota Semarang:
1900-1950, Jakarta: DEBDIKBUD, 1985.
Irsyam dan Tri wahyuning M., Golongan Etnis Cina sebagai
Pedagang Perantara di Indonesia (1870-1930), Jakarta:
PIDSN, 1985.
Kunio, Yoshihara, Oei Tiong Ham Concern: The First Business
Empire of Southeast Asia, terj. A. Dahana, Konglomerat
Oei Tiong Ham: Kerajaan Bisnis pertama di Asia
Tenggara, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991.
Liem Tjwan Ling, Raja Gula Oei Tiong Ham, Surabaya: Liem
Tjwan Ling, 1979.
b. Kritik Sumber
Kritik sumber dimaksudkan untuk penilaian dan pengujian terhadap
sumber-sumber sejarah. Tahap ini dilakukan secara ekstern (kritik ekstern)
maupun secara intern (kritik intern). Kritik ekstern berkaitan dengan otentitas
atau keaslian sumber, yaitu dengan mengkaji sumber sejarah dari luar,
mengenai keaslian kertas yang dipakai, ejaan, gaya bahasa dan tulisannya dan

19

semua penampilan luarnya. Kritik intern guna memperoleh kredibilitas, yaitu
dengan penilaian terhadap isi sumber sejarah tersebut atau keterpercayaan
sumber.22 Keterkaitan antara kedua sumber tersebut kemudian dijadikan fakta
sejarah yang digunakan sejarawan sebagai langkah penulisan sejarah.
Melalui kritik sumber bahwa keadaan arsip asli terbitan pada jaman
Hindia Belanda, tahun 1900an. Kertas yang digunakan sesuai dengan tahun
terbit. Tulisan dan bahasa menggunakan bahasa Belanda sesuai dengan
jamannya. Tampilan arsip sekarang sudah banyak yang rapuh, menandakan
bahwa arsip benar-benar terbitan jaman Hindia Belanda. Isi dari sumbersumber yang ditemukan telah dibandingkan dengan sumber yang lain, ada
suatu kecocokan di antara sumber tersebut.
c. Interpretasi
Interpretasi dapat diartikan sebagai penafsiran. Interpretasi juga berarti
mengerti, metode khusus yang diajukan guna mendekati sejarah.23 Tahap ini
terbagi dalam dua langkah, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti
menguraikan sedangkan sistesis berarti menyatukan. Interpretasi guna
menentukan fakta dari sumber yang diperoleh dan dikumpulkan, kemudian
dihubungkan satu dengan yang lainnya menjadi satu kesatuan yang bisa untuk
memperjelas maksud dari penulisan. Interpretasi juga merupakan penafsiran.
Tanpa penafsiran atau interpretasi penulisan sejarah tidak akan terwujud,
karena sejarawan melakukan analisis terhadap data sejarah. Sejarawan yang
22

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Budaya,
1995), hlm. 101.
23

Kuntowijoyo, (1994), op. cit,.hlm. 3.

20

jujur akan mencantumkan data dan keterangan dari mana asal data tersebut di
peroleh. Orang lain juga dapat melihat kembali dan menafsirkannya ulang.
Itulah sebabnya subyektivitas sejarah diakui, tetapi sebisa mungkin untuk
dihindari.
d. Historiografi
Historiografi yaitu penyampaian sintesis yang diperoleh melalui
penelitian. Setelah melakukan analisis data akan menghasilkan sintesis hasil
penelitian yang diwujudkan dalam bentuk karya tulis sejarah. Tahap ini
merupakan tahap terakhir bagi penulis untuk menyajikan fakta ke dalam
bentuk tulisan sejarah. Penulisan ini akan mengungkap perusahaan Oei Tiong
Ham Concern terutama dalam melakukan bisnis gulanya.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menjadi penting bagi disiplin ilmu sejarah.
Setelah keluarnya buku dari Sartono Kartodirdjo “Pemberontakan Petani
Banten”, pendekatan penelitian merupakan hal yang wajib dalam penulisan
sejarah. Pendekatan multidimensional sangat berguna untuk menjadikan
penulisan sejarah lebih menarik. Pendekatan ini untuk memperjelas penulisan,
bisa mengungkap secara menyeluruh dan kebenaran suatu peristiwa bisa
dimengerti oleh pembaca. Menghadapi gejala historis yang serba kompleks,
setiap penggambaran atau deskripsi menuntut adanya pendekatan yang
memungkinkan penyaringan data yang diperlukan.24 Dalam skripsi ini

24

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,
(Jakarta: Gramedia, 1992), hlm. 40.

21

digunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan sosiologi, pendekatan
politik, dan pendekatan sosial ekonomi.
Pendekatan sosiologi adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan
mengkaitkan pandangan sejarah dan kehidupan sosial masyarakat. Selo
Soemardjan, dalam teori perubahan sosial menyatakan bahwa perubahanperubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi
sistem sosial di dalamnya, termasuk nilai, sikap, pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.25 Berdirinya pabrik gula tentunya
akan membawa perubahan sosial dalam masyarakat pedesaan, dan pendekatan
ini digunakan oleh penulis untuk mengkaji perubahan sosial masyarakat yang
tinggal di daerah sekitar perusahaan gula.
Pendekatan politik dapat dilakukan dengan melihat konsep yang ada
dalam teori politik. Pendekatan politik merupakan segala usaha, tindakan, atau
kegiatan manusia dalam kaitannya dengan kekuasaan dalam suatu negara yang
bertujuan untuk mempengaruhi, mengubah, atau mempertahankan suatu
bentuk susunan masyarakat yang menyangkut kelompok, termasuk parpol dan
kegiatan perseorangan.26 Teori politik mengandung beberapa pembahasan
antara lain masyarakat, kelas sosial, negara, kekuasaan, kedaulatan, hak dan
kewajiban, perubahan sosial, modernisasi, dan lain sebagainya. Kajian politik
ini menggunakan teori Van Leur yang memakai istilah “kapitalisme politik”

25

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali,
1983), hlm. 18.
26

Sartono Kartodirdjo, (1982), op.cit, hlm. 4.

22

untuk menunjukkan perdagangan yang terdapat di Asia pada zaman dahulu,
karena perdagangan tersebut lazimnya berada dalam tangan para penguasa,
yang mempergunakan kekuasaan mereka untuk memperoleh keuntungan.27
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kekuasaan sangat menentukan
posisi dalam kepemimpinan suatu wilayah. Belanda berkuasa di Indonesia
mempunyai tujuan atau mempunyai kepentingan di dalamnya. Hal ini
berhubungan dengan politik Belanda di Indonesia, supaya kedudukan mereka
tetap menjadi penguasa. Pendekatan politik membantu dalam menjelaskan
mengenai kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia, khususnya
terhadap bangsa Tionghoa. Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji
kebijakan politik ekonomi masa Pemerintahan Kolonial Belanda terhadap
golongan Tionghoa di Jawa.
Pendekatan Sosial Ekonomi merupakan suatu peninjauan yang
berkaitan dengan sejarah ekonomi. Pendekatan Ekonomi memberikan lukisan
dari kejadian dan keadaan ekonomi serta menggambarkan ekonomi
masyarakat dalam perkembangannya dari dahulu hingga sekarang. Melihat
teori R.E. Elson yang membandingkan distrik gula terjadi kesibukan yang luar
biasa di kalangan petani, sehingga terjadi penurunan produksi tanaman padi.
Pada perusahaan gula Oei Tiong Ham terjadi kesibukan produksi gula dapat
dilihat dari banyaknya mobilitas yang terjadi pada pabrik gulanya. Di
kalangan petani dan buruh banyak yang menjadi tenaga kerja, dan lahan
pertanian banyak yang disewakan pada pabrik gula Oei Tiong Ham.
27

J. H. Boeke, Ekonomi Dualistis: Dialog antara Boeke dan Burger,
(Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1973), hlm. 47.

23

Pendekatan ekonomi akan membantu memudahkan dalam mengkaji
perkembangan kapitalisme, yaitu bisnis Oei Tiong Ham dalam indutri gula
dan perdagangannya. Kegiatan bisnis Oei Tiong Ham meliputi proses industri
gula dan pemasarannya di Jawa, luar Jawa, dan sampai luar negeri. Proses
industri dan perdagangan erat kaitannya dengan ekonomi, sehingga teori
ekonomi bisa digunakan untuk membantu penelitian ini.

H. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan memahami ini skripsi ini, maka penulis memberikan
ulasan singkat terhadap materi yang akan dibahas selanjutnya. Secara garis besar
isi dari skripsi ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka,
Historiografi yang Relevan, Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian, dan
Sistematika Penulisan. Pendahuluan merupakan landasan pertama bagi penulis
untuk melakukan penulisan lebih lanjut sehingga menjadikan karya tulis ini
sebagai skripsi.
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN AWAL BERDIRINYA
PERUSAHAAN OEI TIONG HAM DI SEMARANG
Bab II berisi mengenai kedatangan Oei Tjie Sien dan awal berdirinya Kian
Gwan sebagai cikal bakal Oei Tiong Ham Concern. Dijelaskan juga mengenai
kehidupan orang-orang Cina, pekerjaannya, kondisi sosial ekonominya,

24

hubungannya dengan orang pribumi, serta kehidupan politiknya dengan orang
Kolonial Belanda. Sejak munculnya liberalisme terjadi kebebasan pengusaha
asing menanamkan modal di Hindia Belanda, termasuk orang-orang Cina banyak
yang datang guna menanam modal.
BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA OEI TIONG HAM CONCERN
Bab III menguraikan perkembangan Oei Tiong Ham Concern hingga
menjadi perusahaan yang mendunia. Perusahaan ini awalnya didirikan oleh Oei
Tjie Sien ayah Oei Tiong Ham yang bernama “Kian Gwan”. Berkat kegigihan dan
keuletan Oei Tjie Sien Kian Gwan berkembang maju, hingga diambil alih oleh
anaknya dan namanya diubah menjadi “Oei Tiong Ham Concern”, sampai
menjadi kerajaan bisnis pertama di Asia Tenggara. Perkembangannya dalam
melakukan bisnis gula sampai bisa mencapai sukses.
BAB IV DAMPAK INDUSTRI GULA OEI TIONG HAM CONCERN BAGI
MASYARAKAT
Pada bab IV menjelaskan dampak dari perusahaan gula yang dijalankan
oleh Oei Tiong Ham. Perusahaan Oei Tiong Ham Concern setelah mengalami
kemajuan, terutama dalam bisnis gula, mengembangkan bisnis yang lain, seperti
perkapalan, perbankan,dan pabrik tapioka. Pabrik gula Oei Tiong Ham, sangat
maju, sehingga mempunyai dampak yang cukup luas bagi masyarakat sekitarnya.
BAB V KESIMPULAN
Bab V berisikan kesimpulan dari permasalahan yang telah dibahas pada
bab-bab sebelumnya. Kesimpulan juga merupakan jawaban dari rumusan masalah
yang terdapat pada bab pertama.

BAB II
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN AWAL BERDIRINYA
PERUSAHAAN OEI TIONG HAM DI SEMARANG

A. Kondisi Sosial Ekonomi Semarang Awal Abad XX
Semarang merupakan salah satu kota yang ramai dengan perkembangan
kegiatan perekonomian. Pelabuhan Semarang sebagai pelabuhan yang penting
dalam kegiatan perdagangan di pantai utara Pulau Jawa. Secara geografis kota
Semarang terletak pada 1100 45’-1100 30’ Bujur Timur dan 60 45’- 60 30’ Lintang
Selatan. Luas wilayah kota Semarang adalah 391 km2, yang terbagi dalam tiga
distrik, yaitu Semarang, Pedurungan, dan Singen Lor (Genuk). Secara fisik
Semarang sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah timur oleh kali
Randugunting, sebelah selatan oleh perbukitan yang berhubungan dengan daerah
pegunungan Jawa Tengah, dan sebelah barat oleh kali Semarang.1
Kota Semarang terbagi dalam dua wilayah, yaitu wilayah bagian bawah
dan bagian atas. Wilayah bagian bawah merupakan pusat kota yang berbatasan
dengan laut Jawa. Daerah dataran rendah sepanjang pantai mempunyai ketinggian
0,75 m - 3,5 m di atas permukaan laut. Ketinggian tanah dilihat dari permukaan
laut terdapat tiga macam ketinggian yaitu, 0,75 m di daerah pantai, 2,75 m m di
daerah pusat keramaian kota, dan 3,49 m di daerah tengah kota (Simpang Lima).
Kantor pusat pemerintahan, kantor-kantor dagang, tempat rekreasi dan kegiatan
kota Semarang hampir seluruhnya berpusat di wilayah bagian bawah.

1

Jongkie Tio, Kota Semarang dalam Kenangan, (Semarang: Terang
Publishing, 2004), hlm. 7.

25

26

Daerah atas kota Semarang merupakan wilayah perbukitan yang
berbatasan dengan pegunungan Jawa Tengah. Daerah bukit merupakan tempat
yang tenang dan sejuk, sehingga cocok digunakan sebagai tempat pemukiman.
Ketinggiannya kurang lebih 140 m di atas permukaan laut,