Perkembangan industri gula di Bantul (1870 1900)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA DI BANTUL
(1870-1900)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:
Feri Fitanto
NIM: 061314036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA DI BANTUL
(1870-1900)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:
Feri Fitanto
NIM: 061314036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan Penuh Rasa Hormat dan Kerendahan Hati, kupersembahkan Skripsi ini
kepada:
 Allah SWT yang selalu memberikan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya.

 Bapak dan Ibu yang selalu menjaga, membimbing, memberikan kasih
sayang yang tulus.


 Mbak Haryati dan mbak Sri yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan.

 Mbah kakung dan mbah putri yang selalu mendoakan.

 Adikku Wati dan keponakan-keponakanku serta seluruh keluarga yang aku
sayangi.

 Semua sahabat dan orang-orang yang telah mengenal dan menyayangiku.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO
Hidup itu seperti naik sepeda, untuk menjaga keseimbangan,
maka harus bergerak.
(Albert Einstein)
Jangan melangkah dengan setengah hati.
(QS. Ali Imran: 159)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah.(Thomas Alva Edison)
Orang besar tidak pernah dendam, tetapi orang besar sibuk meneruskan
hidup dengan sebaik-baiknya. (Mario Teguh)
Kesempurnan akal adalah sesuatu yang membedakan antara manusia
dengan binatang dan makhluk lainnya. (Kang Zen)
Dunia adalah permainan, jika engkau tidak pandai memainkan,
maka engkau akan dipermainkan. (Kang Zen)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


Yogyakarta, 10 Januari 2013
Penulis

Feri Fitanto

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
Nomor Mahasiswa

: Feri Fitanto
: 061314036

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA DI BANTUL
(1870-1900)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk perangkat data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti
kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal :10 Januari 2013
Yang menyatakan

Feri Fitanto

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA DI BANTUL
(1870-1900)
Feri Fitanto
Universitas Sanata Dharma
2013
Skripsi ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis dua
permasalahan pokok, yaitu: (1) Bagaimana kehidupan politik, sosial dan ekonomi
masyarakat Bantul pada tahun 1870-1900; (2) Bagaimana perkembangan industri
gula di Bantul pada tahun 1870-1900.
Skripsi ini disusun berdasarkan metode penelitian sejarah yang mencakup
empat tahapan, yaitu, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.
Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan sosiologis, politik dan ekonomi.
Model penulisannya bersifat deskriptif analitis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masuknya pengusaha swasta di
vorstenlanden Yogyakarta mengubah tata kehidupan politik, sosial dan ekonomi
masyarakatnya. Dalam bidang politik, masuknya pengusaha swasta merubah
struktur penguasaan tanah, sistem administrasi dan sistem birokrasi Kasultanan
Yogyakarta. Dalam bidang sosial, masuknya pengusaha swasta membawa dampak
positif, yaitu berkembangya pendidikan dan kesehatan masyarakatnya mendapat
perhatian. Dalam bidang ekonomi, masuknya pengusaha swasta memunculkan

persewaan tanah, sistem perkebunan besar dan dualisme ekonomi serta
pemogokan buruh yang menuntut kenaikan gaji dan keringanan kerja pada tahun
1882. Perkembangan industri gula di Bantul pada tahun 1870-1880 mengalami
peningkatan karena permintaan gula di pasaran Eropa meningkat sehingga luas
areal perkebunan harus diperluas, penggunaan teknologi yang modern, namun
masih menggunakan sarana transportasi yang tradisional, yaitu gerobak sehingga
kurang efektif. Perkembangan industri gula di Bantul pada tahun 1880-1890
mengalami pasang surut karena terjadi pemogokan buruh, hal itu mempengaruhi
produktifitas gula, selain itu juga terjadi persaingan produksi gula bit dan gula
dari luar negeri. Sarana transportasi yang digunakan untuk mengangkut hasil
produksi sudah modern dan lebih efektif karena telah dibangun rel kereta api dari
Semarang ke vorstenlanden Yogyakarta. Perkembangan industri gula di Bantul
pada tahun 1890-1900 mengalami peningkatan yang ditunjang oleh permintaan
pasar Eropa yang tinggi, manajemen pabrik gula yang semakin baik, penggunaan
tenaga kerja yang semakin terampil, areal yang luas dan subur serta sarana
transportasi kereta api yang telah dibangun sampai ke pedalaman Bantul, yaitu
sampai ke Srandakan (Bantul Barat Daya).

viii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
THEDEVELOPMENT OF THE SUGAR INDUSTRY IN BANTUL
(1870-1900)
FeriFitanto
Sanata Dharma University
2013
This study aims to describe and analyze the two main problems, namely:
(1) How is the political, social and economic atmosphere in Bantul in1870-1900,
(2) How is the development of the sugar industry in Bantul in 1870-1900.
This study is based on the method of historical research that includes four
stages, namely: heuristics, verification, interpretation, and historiography. The
approach is a sociological, political and an economic approaches. Model of
writing is analytical and descriptive.
The results show that the presence of private entrepreneurs in Yogyakarta
vorstenlanden changes the political, social and economic community. In politics,
the presence of private entrepreneurs changes the structure of land tenure,
administration and bureaucratic system of Yogyakarta Sultanate. In the social
field, the presence of private entrepreneurs has a positive impact, that is education

development and public health attention. In economy, the presence of private
entrepreneurs raises rental of land, a large plantation system and economic
dualism and labor strikes demanding higher wages and relief work in 1882. The
development of the sugar industry in Bantul in 1870-1880 has increased due to the
demand of sugar in the European market increased so that the total area of
plantations has expanded, the use of modern technology, but still use traditional
means of transportation, the wagon making it less effective.The development of
the sugar industry in Bantul in 1880-1890 downs due to labor strikes, it affects the
productivity of sugar, but it also happens competitive production of sugar beet and
sugar from abroad. Means of transport used to transport production is modern and
more effective because it has built a railway from Semarang to Yogyakarta
vorstenlanden. The development of the sugar industry in Bantul in the years 18901900 increased. It is supported by the high demand for the European market, the
better sugar mill management, the use of a more skilled workforce, large fertile
areas and rail transportation facilities that have been built up to Bantul, to
Srandakan (Bantul Southwest).

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perkembangan Industri Gula di Bantul (1870-1900).”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
3. Drs. Y. R. Subakti, M. Pd. dan Dr. Anton Haryono, M. Hum., selaku
dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, membantu, dan
memberikan banyak pengarahan, saran serta masukan selama penyusunan
skripsi ini.
4. Drs. Y.R. Subakti, M.Pd., selaku dosen Pemimbing Akademik yang telah
membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan kepada
penulis selama proses studi.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Seluruh dosen dan sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang
telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan
studi di Universitas Sanata Dharma.
6. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan pelayanan dan membantu penulis dalam memperoleh sumber
penulisan skripsi ini.
7. Kedua orangtua penulis yang telah memberikan dorongan spiritual dan
material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata
Dharma, mbak Haryati, mbak Sri dan adikku Wati, kakek dan nenekku
yang terkasih, keponakan-keponakanku, serta seluruh keluarga besarku
terimakasih atas dukungan dan doanya.
8. Teman-teman: Cui, Desna, Donni, Desi Aditya, Evi, Ulie, Erny, Woro dan
Nathan, serta seluruh teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2006,
2007 dan adik kelas yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Yogyakarta, 10 Januari 2013
Penulis
Feri Fitanto

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................ …..

ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….

iv

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………

vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………………..

vii

ABSTRAK ……………………………………………………………......

viii

ABSTRACT ……………………………………………………………....

ix

KATA PENGANTAR …………………………………………………....

x

DAFTAR ISI ...............................................................................................

xii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………..

xiv

DAFTAR GRAFIK BATANG …………………………………………..

xv

DAFTAR GRAFIK GARIS ……………………………………………..

xvi

DAFTAR PETA …………………………………………………………. xvii
DAFTAR SKEMA ..................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

1

A. Latar Belakang................................................................. .............

1

B. Rumusan Masalah .........................................................................

7

C. Tujuan dan Manfaat.......................................................................

8

D. Tinjauan Pustaka ...........................................................................

9

E. Landasan Teori..............................................................................

18

F. Metodologi Penelitian....................................................................

33

G. Sistematika Penulisan.....................................................................

39

BAB II KEHIDUPAN POLITIK, SOSIAL DAN EKONOMI
MASYARAKAT BANTUL PADA TAHUN 1870-1900

.............

41

A. Kehidupan Politik Masyarakat Bantul Pada Tahun 1870-1900...

43

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Struktur penguasaan tanah di Kasultanan Yogyakarta
sebelum datangnya Bangsa Barat ………………………......

44

2. Sistem Administrasi...............................................................

53

3. Sistem Birokrasi.....................................................................

57

4. Kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda...............................

61

B. Kehidupan Sosial Masyarakat Bantul Pada Tahun 1870-1900…

66

1. Kependudukan Masyarakat Bantul…………………………

66

2. Pendidikan Masyarakat Bantul ..............................................

68

3. Kesehatan Masyarakat Bantul................................................

70

C. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Bantul.....................................

71

1. Kehidupan Ekonomi Sebelum tahun 1870 …………………

71

2. Munculnya Sewa Tanah Bagi Perkebunan Besar…………. 74
3. Sistem Perkebunan Tebu .......................................................

82

4. Pemogokan Buruh ……………………………………….....

84

BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA DI BANTUL PADA
TAHUN 1870-1900……………………………….…

…..

87

A. Produksi Perkebunan di Bantul tahun 1863-1880……………….

89

1. Produksi Gula tahun 1863-1880 ……………………………

92

2. Tenaga Kerja Industri Gula 1863-1880……………………..

95

3. Transportasi Industri Gula ………………………………….

99

B. Produksi Perkebunan di Bantul tahun 1880-1890 ……………... 107
1. Produksi Gula tahun 1880-1890 …………………………… 112
2. Tenaga Kerja Industri Gula 1880-1890 ……………………. 114
3. Transportasi Industri Gula …………………………………. 121
C. Produksi Perkebunan di Bantul tahun 1890-1900 ……………… 124
1. Produksi Gula tahun 1890-1900 …………………………… 130
2. Tenaga Kerja Industri Gula 1890-1900……………………. 132
3. Transportasi Industri Gula …………………………………. 134
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................ 137
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 142
SUPLEMEN................................................................................................ 149
xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penduduk Yogyakarta 1864-1875………………………………..

66

Tabel 2.2 Keadaan Penduduk Yogyakarta tahun 1865 ……………………..

67

Tabel 2.3 Jumlah Murid di Yogyakarta tahun 1891………………………...

70

Tabel 2.4 Nama-nama Perusahaan Perkebunan di Yogyakarta
hingga tahun 1926 ………………………………………………..

80

Tabel 3.1 Produksi Perkebunan di Yogyakarta tahun 1863-1880…………..

90

Tabel 3.2 Produksi gula tahun 1863-1880 ………………………………….

92

Tabel 3.3 Perkebunan Tebu di Yogyakarta (1862)………………………….

93

Tabel 3.4 Produksi gula yang keluar dari pedalaman vorstenlanden
tahun 1874-1880…………………………………………………. 106
Tabel 3.5 Luas Areal Perkebunan yang di sewa pihak Swasta
tahun 1880-1890………………………………………………… 108
Tabel 3.6 Produksi Perkebunan di Yogyakarta tahun 1880-1890 …………. 109
Tabel 3.7 Produksi gula di Yogyakarta tahun 1880-1890 …………………. 113
Tabel 3.8 Produksi gula yang keluar dari Pedalaman vorstenlanden,
Tahun 1880-1883……………………………………………….... 123
Tabel 3.9 Luas Areal Perkebunan yang di sewa pihak swasta
tahun 1899-1900…………………………………………………. 125
Tabel 3.10 Produksi Perkebunan di Yogyakarta tahun 1890-1900 …………. 127
Tabel 3.11 Produksi gula tahun 1890-1900 ………………………………… 130

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GRAFIK BATANG
Grafik Batang 3.1 Produksi Perkebunan di Yogyakarta tahun 1863…..

91

Grafik Batang 3.2 Produksi Perkebunan di Yogyakarta tahun 1880…..

92

Grafik Batang 3.3 Produksi gula di Yogyakarta tahun 1863 dan
tahun 1880………………………………………….

94

Grafik Batang 3.4 Produksi gula yang keluar dari pedalaman
vorstenlandentahun 1874-1880 …………………… 106
Grafik Batang 3.5 Hasil Perkebunan di Yogyakartatahun 1880 ……… 110
Grafik Batang 3.6 Hasil Perkebunan di Yogyakarta tahun 1885……… 111
Grafik Batang 3.7 Hasil Perkebunan di Yogyakarta tahun 1890……… 112
Grafik Batang 3.8 Produksi gula tahun 1880-1890…… ……………… 114
Grafik Batang 3.9 Produksi gula yang keluar dari Pedalaman
vorstenlanden, tahun 1880-1883 ………………….. 124
Grafik Batang 3.10 Hasil Perkebunan di Yogyakarta tahun 1890 ……. 127
Grafik Batang 3.11 Hasil Perkebunan di Yogyakarta tahun 1895 ……. 128
Grafik Batang 3.12 Hasil Perkebunan di Yogyakarta tahun 1900 ……. 129
Grafik Batang 3.13 Produksi gula tahun 1890-1900………………….. 131

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GRAFIK GARIS
Grafik Garis 3.1

Produksi gula tahun 1863-1880 ………………………….

Grafik Garis 3.2

Produksi gula yang keluar dari pedalaman

95

vorstenlandentahun 1874-1880 …………………………. 107
Grafik Garis 3.3

Luas Areal Perkebunan yang di sewa pihak Swasta
tahun 1880-1890…………………………………………. 108

Grafik Garis 3.4

Produksi gula tahun 1880-1890 …………………………. 114

Grafik Garis 3.5

Produksi gula yang keluar dari Pedalaman
vorstenlanden, tahun 1880-1883…………………………. 124

Grafik Garis 3.6

Luas Areal Perkebunan yang di sewa pihak swasta
tahun 1890-1900…………………………………………. 126

Grafik Garis 3.7

Produksi gula tahun 1890-1900……………….................. 131

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PETA
Peta 2.1 Wilayah Kekuasaan Mataram pada tahun 1757……………

55

Peta 2.2 Wilayah Kekuasaan Mataram pada tahun 1830……………

56

Peta 2.3 Perkebunan yang Dilanda Pemogokan …………………….

86

Peta 3.1 Perluasan Jalan Kereta Api dan Tram pada tahun 1867…… 103
Peta 3.2 Perluasan Jalan Kereta Api dan Tram pada tahun 1873 …... 104
Peta 3.3 Perluasan Jalan Kereta Api dan Tram pada tahun 1887 …... 122
Peta 3.4 Perluasan Jalan Kereta Api dan Tram pada tahun 1910…… 136

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SKEMA
Skema 2.1

Struktur Birokrasi Kasultanan Yogyakarta …………………….

xviii

61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat Jawa sebagian besar merupakan masyarakat agraris yang
memandang tanah sebagai aset penting dalam kehidupan. Tanah bagi masyarakat
agraris berfungsi sebagai aset untuk menghasilkan komoditas hasil pertanian, baik
tanaman pangan ataupun tanaman perdagangan. Posisi penting tanah dalam
masyarakat Jawa digambarkan dalam ungkapan “sadumuk bathuk sanyari bumi,
den lakoni takeng pati, sanadyan pecahing dada wutahing ludira”. Artinya,
dalam mempertahankan tanah harus dibela sampai mati, hingga pecahnya dada
dan tumpahnya darah.1 Hal ini menunjukkan bahwa tiap jengkal tanah
berselimutkan kehormatan dan martabat pemiliknya. Semakin luas tanah yang
dikuasai seseorang, semakin tinggi pula kehormatan dan martabat orang tersebut.
Begitu pentingnya fungsi tanah ini, maka setiap penguasa berusaha untuk
melakukan pengaturan sedemikian rupa, sehingga dapat mengambil keuntungan
atas tanah tersebut. Pengaturan tersebut berlaku untuk semua jenis tanah, terutama
tanah pertanian sebagai sumber penghidupan masyarakat agraris. Dari sanalah
muncul pola-pola penguasaan atas tanah pertanian di Jawa.2

1

A. Gani Sardjito, dkk, Praktek Persewaan Tanah Lungguh di Kesultanan Yogyakarta pada masa
Sultan Hamengku Buwono VII tahun 1877-1921, Yogyakarta, Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009, hlm. v.
2
Idem.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

Pengaturan kepemilikan tanah juga terjadi di vorstenlanden3 Yogyakarta.
Sebelum masuknya Belanda, sistem penguasaan tanah di Yogyakarta masih
bersifat feodal. Di wilayah vorstenlanden Yogyakarta berlaku suatu hukum yang
menyatakan bahwa semua tanah adalah milik raja. Rakyat hanya pemakai,
sehingga rakyat wajib menyerahkan sebagian (1/2 atau 1/3) hasil tanahnya kepada
penguasa sebagai pajak. Selain itu, rakyat juga masih diwajibkan menyerahkan
tenaganya dengan tanpa bayaran (rodi) satu hari dalam seminggu.4
Tanah-tanah tersebut berikut kekuasaan di atasnya, oleh raja diberikan
kepada sanak saudara dan pegawai-pegawainya yang disebut patuh. Tanah yang
diberikan oleh raja tersebut merupakan lungguh, sebagai tanah jabatan yang dapat
disamakan dengan gaji. Mereka adalah pemegang lungguh (patuh) yang
menikmati hasil lungguh selama menjadi pegawai kerajaan.5 Oleh patuh, tugas
untuk mengawasi dan mengelola rakyat dalam menjalankan kewajibannya
diserahkan kepada seorang pegawai yang disebut bekel. Jadi fungsi bekel adalah
mengorganisasikan lungguh agar menghasilkan sesuatu untuk kepentingan patuh.
Hasil tanah berupa pajak yang dibayarkan bekel kepada patuh yang dapat
berwujud uang atau natura.6
Sebagai penanggung jawab pengolahan lungguh dan proses produksinya,
bekel tidak dapat mengerjakan lungguh itu sendiri, tetapi dibantu oleh petani di
3

Vorstenlanden yaitu daerah yang dikuasai raja (S.Wojowasito, Kamus Umum Belanda-Indonesia,
Jakarta, Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1881, hlm. 772).
4
Mubyarto, dkk, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan: Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta,
Aditya Media, 1992, hlm. 41.
5
R. Soepomo, De Reorganisatie van Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta, “s-Gravenhage:
L.Gerretsen, 1927, hlm. 8. Dalam Suhartono, Agroindustri dan Petani: Multi Pajak di
Vorstenlanden 1850-1900, Prisma, No. 4 tahun XX, April 1991, Jakarta.
6
Suhartono, Agroindustri dan Petani: Multi Pajak di Vorstenlanden 1850-1900, Prisma, No. 4
tahun XX, April 1991, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

kabekelannya. Kedudukan petani adalah sebagai penggarap dalam arti yang
sesungguhnya. Hasil panen dari lungguh dikelola dengan sistem dibagi dua
(maro), yaitu 2/5 bagian untuk patuh, 2/5 bagian untuk petani penggarap dan 1/5
bagian untuk bekel.7 Bekel memperoleh 1/5 dari hasil panen karena telah
mengelola lungguh milik patuh. Melalui peraturan tersebut, maka tanah yang
dikerjakan oleh petani adalah seluruhnya, namun hanya menikmati hasil panen 2/5
bagian. Peraturan di daerah vorstenlanden ini dikenal sebagai Apanage Stelsel.8
Tanah di wilayah vorstenlanden yang subur dan banyak penduduknya
sangat menarik bagi pengusaha asing untuk menanamkan modalnya di bidang
pertanian. Maka sejak awal abad 19 para pengusaha asing banyak menyewa tanah
dari para pemegang hak atas tanah vorstenlanden Yogyakarta, yaitu raja, sanak
saudara dan pegawai-pegawainya. Kebutuhan penguasa akan biaya hidup dapat
terpenuhi dengan menyewakan tanahnya kepada pengusaha asing. Segala
kekuasaan tanah yang beralih ke tangan para penyewa membuka peluang kepada
rakyat yang tidak mempunyai tanah (buruh tani) untuk bekerja di perkebunanperkebunan milik pengusaha asing.
Pada paruh abad ke 19 pertumbuhan ekonomi Belanda menginjak proses
industrialisasi bersamaan dengan formasi modal di satu pihak dan munculnya
kelas menengah di pihak lain. Proses itu menjadi latar belakang munculnya
liberalisme sebagai ideologi yang dominan di negeri Belanda.9 Adanya prinsip
liberalisme tersebut, maka pemerintah kolonial memberi keleluasaan kepada
7

Idem.
Mubyarto, loc. cit, hlm. 41.
9
Sartono Kartodirdjo & Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial-Ekonomi,
Yogyakarta, Aditya Media, 1991, hlm. 79.
8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

golongan swasta untuk melakukan usaha serta kewiraswastaannya. Selain itu,
golongan liberal memperoleh kemenangan di Belanda, sehingga kaum liberal
mendesak pemerintah Kolonial Hindia Belanda memberlakukan politik liberal di
wilayah kekuasaannya termasuk Hindia Belanda.10 Pertumbuhan kapitalisme dan
industrialisme di Belanda mendorong ekspansi ke daerah jajahan berupa
kapitalisme finansial.11
Pada tahun 1870, Pemerintah Kolonial Belanda membuat suatu undangundang yaitu Agrarische Wet yang kemudian diundangkan di dalam Staatsblad12
tahun 1870 no. 35.13Agrarische Wet memberi peluang kepada pengusaha swasta
untuk mengembangkan usahanya di bidang perkebunan besar di wilayah Hindia
Belanda. Undang-undang ini berisi bahwa para pengusaha dapat menyewa tanah
dari pemerintah untuk masa 75 tahun.14 Di samping itu penduduk pribumi dijamin
hak-hak miliknya atas tanah menurut hukum adat, dan ditetapkan pula bahwa
tanah yang bukan milik perorangan penduduk merupakan tanah milik Negara
(pemerintah atau tanah domein).15 Undang-undang inilah yang menjadi dasar bagi
perkembangan perusahaan-perusahaan perkebunan di tanah datar, terutama
perusahaan gula dan perusahaan tembakau. Peraturan tersebut hanya berlaku
untuk daerah-daerah Jawa dan Madura, kecuali daerah-daerah Yogyakarta dan

10

Chris Hartono, “Perubahan dan Kebijakan: Perubahan Politik di Hindia Belanda dan Kebijakan
Pengkabaran Injil dalam Menganggapi Perubahan itu”, Vol. 31, No. 1, Yogyakarta, Universitas
Kristen Dutawacana, hlm. 3.
11
Sartono Kartodirdjo & Djoko Suryo, op. cit. hlm. 80.
12
Staatsblad adalah Lembaran Negara.
13
Hariani, Persewaan Tanah untuk Penanaman Tebu di Pabrik Gula Madukismo, Yogyakarta,
Universitas Gajah Mada, 1975, hlm. 11.
14
Bambang Suwondo, dkk, Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta,
Depdikbud, 1985, hlm. 34.
15
Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

Surakarta.16 Untuk wilayah vorstenlanden Yogyakarta berlaku landhuur, yang
mengatur persewaan tanah antara pengusaha asing dengan para pemegang hak
Apanage (Apanage houder).
Dengan adanya Agrarische Wet dan landhuur tersebut, berarti Belanda
telah menerapkan politik liberal di wilayah jajahannya. Pemerintah kolonial
memberi kesempatan kepada kaum pemodal asing untuk menanamkan modal
sebanyak-banyaknya di Hindia Belanda. Sistem ini membuat pemerintah kolonial
memeras rakyat Indonesia secara tidak langsung, tetapi melalui kaum kapitalis
yang menanamkan modalnya di Hindia Belanda.17
Yogyakarta sebagai daerah vorstenlanden juga turut terpengaruh dengan
adanya liberalisasi perkebunan. Bahkan, tanah di wilayah vorstenlanden
Yogyakarta sudah banyak disewa sebelum adanya Agrarische Wet tahun 1870.
Hal ini dikarenakan keadaan tanah yang subur, sistem irigasi yang baik dan
tersedianya tenaga kerja yang murah. Selain itu, tersedianya sarana transportasi
yang menghubungkan wilayah vorstenlanden Yogyakarta dengan pantai utara
Jawa (Semarang) juga turut mendukung adanya persewaan tanah untuk
perusahaan perkebunan di wilayah vorstenlanden Yogyakarta.
Sebelum tahun 1870, transportasi di pulau Jawa menggunakan sarana
jalan, yaitu jalan Daendels yang menghubungkan bagian barat Pulau Jawa (Anyer)
dengan bagian timur Pulau Jawa (Panarukan). Jalan Daendels terbagi menjadi dua
ketika melalui Semarang, menuju ke timur (menuju ke Panarukan) dan menuju ke

16

Mubyarto, dkk, Usaha Tani Tebu dan Industri Gula di Jawa, Yogyakarta, Universitas Gajah
Mada, 1968, hlm. 4.
17
A. Kardiyat Wiharyanto, op. cit, hlm.128.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

selatan yaitu ke wilayah vorstenlanden Yogyakarta dan Surakarta.18 Pengangkutan
hasil-hasil pertanian

dari wilayah vorstenlanden ke pelabuhan Semarang

memerlukan waktu dua puluh empat jam dengan biaya f 2 hingga f 3 per pikul.
Seiring dengan meningkatnya hasil perkebunan di wilayah vorstenlanden
dan mahalnya biaya pengangkutan, menyebabkan muncul usulan-usulan untuk
membuat perhubungan yang lebih baik dengan wilayah pantai. Sejak awal tahun
1842 sudah sering dibicarakan mengenai pembangunan rel-rel besi dari Semarang
ke Kedu di kedua kerajaan.19 Pembangunan jalur kereta api dari Semarang menuju
vorstenlanden baru dapat terealisasi setelah tahun 1872.
Peranan Jalan Daendels Semarang- vorstenlanden khususnya setelah tahun
1872 mulai berkurang. Hal itu disebabkan munculnya transportasi yang lebih
efisien, yaitu kereta api. Setelah jalur kereta api selesai dibangun pada bulan Juni
1872, para penyewa tanah yang juga pengusaha perkebunan semakin diuntungkan
dan mendapat kemudahan untuk mengembangkan usaha mereka dalam bidang
perkebunan.20 Liberalisasi perkebunan di vorstenlanden Yogyakarta semakin
meningkat setelah adanya Agrarische Wet. Sejak itulah semakin banyak kaum
swasta yang berusaha menanamkan modalnya di vorstenlanden Yogyakarta,
khususnya di wilayah Bantul yang ditanami tebu. Sejak tahun 1860-an di wilayah
kabupaten Bantul telah dibuka sejumlah perkebunan tebu yang menggunakan
lahan persawahan penduduk setempat. Perkebunan tebu tersebut antara lain ialah

18
19
20

Nina Herlina Lubis, dkk. Ekspedisi Anjer-Panaroekan: Laporan Jurnalistik Kompas, Jakarta,
PT.Gramedia, 2008, hlm. 11.
Vincent J. H. Houben, Keraton dan Kompeni, Surakarta dan Yogykarta, 1830-1870,
Yogyakarta, Bentang Budaya, 2002, hlm. 568.
Vincent J. H. Houben, Keraton dan Kumpeni, Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870,
Yogyakarta, Bentang Budaya, 2002, hlm. xi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

perkebunan tebu dan pabriknya di Sedayu pada tahun 1861, perkebunan tebu
Barongan pada tahun 1866. Perkebunan tebu yang didirikan setelah tahun 1870
yaitu:perkebunan tebu Pundong, Gondang Lipuro, Padokan, Kedaton-Plered dan
Gesikan.21
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas tampak bahwa masuknya pengusaha swasta
dalam bidang perkebunan ke Vorstenlanden Yogyakarta turut merubah struktur
kehidupan politik, sosial dan ekonomi masyarakat di wilayah Vorstenlanden
Yogyakarta. Pengusaha swasta di vorstenlanden Yogyakarta pada tahun 18701900 banyak yang mengusahakan industri gula karena pada saat itu harga gula
sangat tinggi sehinga menarik pengusaha swasta untuk menanamkan modalnya
dalam bidang industri gula agar memperoleh keuntungan yang sangat besar.
Skripsi ini memfokuskan pada kehidupan politik, sosial dan ekonomi masyarakat
Bantul tahun 1870-1900, serta perkembangan industri gula di Bantul tahun 18701900.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, ialah:
1.

Bagaimana kehidupan politik, sosial dan ekonomi masyarakat Bantul pada
tahun 1870-1900?

2.

Bagaimana perkembangan industri gula di Bantul pada tahun 1870-1900?
Dari rumusan masalah pertama akan dibahas mengenai kehidupan politik,

sosial dan ekonomi masyarkat Bantul. Kehidupan politik masyarakat Bantul, yaitu
mengenai struktur penguasaan tanah di Kasultanan Yogyakarta sebelum

21

Dok_bappeda_76.pdf. hlm. 47.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

datangnya bangsa Barat, sistem administrasi, sistem birokrasi dan kebijakan
pemerinth kolonial Belanda. Kehidupan sosial masyarakat Bantul, yaitu mengenai
kependudukan, perkembangan pendidikan serta kesehatan masyarakat Bantul
yang mulai mendapat perhatian. Kehidupan ekonomi masyarakat Bantul, yaitu
mengenai kehidupan ekonomi masyarakat Bantul sebelum tahun 1870, munculnya
sewa tanah bagi perkebunan besar, sistem perkebunan tebu serta terjadinya
pemogokan buruh sebagai ketidakpuasan buruh terhadap kebijakan pengusaha
swasta.
Dari permasalahan kedua akan dibahas mengenai perkembangan industri
gula di Bantul pada tahun 1870-1900. Pertama, akan dibahas mengenai produksi
perkebunan di Bantul tahun 1863-1880, yaitu perkembangan produksi gula tahun
1863-1880, tenaga kerja industri gula tahun 1863-1880 dan transportasi industri
gula. Kedua, akan dibahas mengenai produksi perkebunan di Bantul tahun 18801890, yaitu perkembangan produksi gula tahun 1880-1890, tenaga kerja industri
gula tahun 1880-1890 dan transportasi industri gula. Ketiga, akan dibahas
mengenai produksi perkebunan di Bantul tahun 1890-1900, yaitu perkembangan
produksi gula tahun 1890-1900, tenaga kerja industri gula tahun 1890-1900 dan
transportasi industri gula.

C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penulisan
a.

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kehidupan politik, sosial dan
ekonomi masyarakat Bantul pada tahun 1870-1900.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

b.

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan industri gula di
Bantul pada tahun 1870-1900.

2. Manfaat Penulisan
a.

Bagi Universitas Sanata Dharma.
Untuk melaksanakan salah satu Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya

bidang penelitian untuk Ilmu Pengetahuan Sosial. Dan penulisan ini diharapkan
dapat melengkapi dan memperkaya khasanah pustaka.
b.

Bagi Prodi Pendidikan Sejarah
Untuk

menambah

kepustakaan

Prodi

Pendidikan

Sejarah

dalam

meningkatkan program belajar mengajar, khususnya materi sejarah Indonesia
madya dan sejarah ekonomi Indonesia.
c.

Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah dan menambah

perbendaharaan ilmu pengetahuan, khususnya sejarah Indonesia tentang
perkembangan industri gula di Bantul tahun 1870-1900.
d.

Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan Industri Gula di

Bantul tahun 1870-1900.
D. Tinjauan Pustaka
Sumber merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penyusunan suatu
karya sejarah. Sumber sejarah merupakan suatu pangkal tolak dari rekonstruksi
yang akan dibangun. Sumber ini dapat diistilahkan sebagai modal rekayasa
rekonstruksi sejarah. Melalui sumber ini, dapat ditarik suatu fakta sejarah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

kemudian menjadi dasar usaha menghidupkan peristiwa masa lampau. Sumber
sejarah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sumber sejarah tertulis dan tidak
tertulis atau dokumen dan artefak.22 Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber
primer adalah sumber yang keterangannya diperoleh secara langsung dari yang
menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala sendiri.23 Sumber primer tidak
perlu asli, tetapi sumber primer itu hanya harus asli dalam artian kesaksiannya
tidak berasal dari sumber lain, melainkan berasal dari sumber pertama.24
Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan ini adalah berupa
sumber tertulis yang diperoleh melalui buku dan jurnal. Buku dan jurnal yang
dimaksud yaitu:
1) Jurnal yang berjudul Agroindustri dan Petani: Multi Pajak di Vorstenlanden
1850-1900, karya Suhartono, dalam Prisma, nomor 4 tahun XX, April 1991.
Data statistik yang terdapat dalam jurnal ini berasal dari sumber primer,
sehingga jurnal ini dapat menjelaskan perkembangan produsksi perkebunan di
vorstenlanden Yogyakarta tahun 1849-1900. Selain itu, jurnal ini menjelaskan
tentang sistem lungguh (apanage) dan persebaran pabrik dan perkebunan di
vorstenlanden Yogyakarta dan Surakarta.
2) Jurnal yang berjudul Semarang-Vorstenlanden, Transportasi Agraris dan
dampak-dampknya, 1850-1900, karya Suhartono dalam Lembaran Sastra no.
9, tahun 1985-1986, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang. Data22

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Yayasan Benteng Budaya, 1995, hlm. 94.
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, Jakarta, Yayasan Idayu, 1978,
hlm. 37.
24
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Jakarta, UI Press, 1969, hlm. 36.
23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

data yang terdapat dalam jurnal ini merupakan sumber primer, yaitu mengenai
barang-barang yang keluar dari vorstenlanden Yogyakarta ke pantai tahun
1874-1883. Selain itu, jurnal ini menjelaskan perluasan jalan Kereta Api dan
Tram dari Semarang hingga akhirnya sampai ke vorstenlanden Yogyakarta
berikut tujuan pembangunan jalan kereta api.
3) Buku Praktek Persewaan Tanah Lungguh di Kesultanan Yogyakarta, pada
masa Sultan Hamengku Buwono VII, Tahun 1877-1921, karya A. Gani Sarjito,
dkk, terbitan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, Yogyakarta, 2009. Buku ini merupakan sumber primer, karena
terdapat arsip-arsip dalam bahasa Jawa mengenai persewaan tanah di wilayah
vorstenlanden Yogyakarta. Selain itu juga menjelaskan mengenai latar
belakang persewaan tanah, persewaan tanah pada masa Sultan Hamengku
Buwono VII dan perusahaan perkebunan yang ada di vorstenlanden
Yogyakarta.
4) Kraton Surakarta dan Yogyakarta 1769-1874, karya S. Margana, terbitan
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004. Buku ini merupakan sumber primer karena
di dalam buku ini terdapat terjemahan dari arsip-arsip Kasultanan Yogyakarta
yang

sebenarnya

berbahasa

Jawa,

namun

oleh

S.

Margana

telah

dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Buku ini berisi naskah Kraton
Kasultanan Yogyakarta yang berupa dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan masalah agraria dan pedesaan. Semakin meningkatnya persewaan
tanah di wilayah kerajaan oleh para penyewa tanah Eropa menimbulkan
banyak permasalahan. Untuk mengatasi permasalahan yang muncul, sejak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

paruh abad ke 19, serangkaian peraturan tentang persewaan tanah dikeluarkan
bersama-sama antara pemerintah kerajaan dengan pemerintah kolonial
Belanda. Selain itu, juga menjelaskan mengenai pelarangan menyewakan
tanah Krayan dan tanah Gading kepada para penyewa tanah Eropa karena
dapat menimbulkan masalah bagi kerajaan.
5) Keraton dan Kompeni: Surakarta dan Yogyakarta, 1830-1870 karya Vincent
J. H. Houben dan diterjemahkan oleh E. Setyawati Alkatab, terbitan Bentang
Budaya, Yogyakarta, 2002. Data statistik dalam buku ini merupakan sumber
primer, buku ini menjelaskan mengenai volume pengangkutan barang-barang
dari vorstenlanden ke Pantai Utara pada tahun 1860. Selain itu, buku ini juga
menjelaskan mengenai luas, produksi dan jumlah pekerja di perusahaan gula
yang terdapat di vorstenlanden Yogykarta. Buku juga menjelaskan mengenai
proses munculnya rel kereta api dari Semarang menuju ke vorstenlanden
Yogyakarta.

Selain menggunakan sumber primer di atas, penulis menggunakan sumbersumber sekunder. Sumber sekunder adalah sumber yang diperoleh pengarang dari
orang lain atau sumber lain.25 Louis Gottschalk berpendapat bahwa sumber
sekunder adalah suatu kesaksian dari siapa pun yang bukan merupakan saksi
mata, yakni dari seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang terjadi.26 Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sumber sekunder adalah
sumber yang diperoleh dari orang kedua yang memperoleh berita dari sumber
25

Nugroho Notosusanto, Norma-norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah, Jakarta,
Departemen HANKAM, 1971, hlm. 19.
26
Louis Gottschalk, op. cit. hlm. 35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

primer atau bisa dikatakan sebagai sumber lain yang tidak sejaman dengan dengan
peristiwa yang terjadi. Sumber sekunder yang digunakan dalam karya ini antara
lain:
1) Sejarah Perkebunan di Indonesia Kajian Sosial Ekonomi, karya Sartono
Kartodirdjo dan Djoko Suryo, terbitan

Aditya Media, Yogyakarta, 1991.

Buku ini membahas mengenai perkembangan perusahaan

perkebunan di

Pulau Jawa dalam Periode 1870-1942. Selain itu, buku ini membahas
mengenai perbandingan ekspor kopi dan gula di Pulau Jawa pada tahun 17751875. Buku ini juga menjelaskan bahwa di

daerah vorstenlanden tidak

terkena pelaksanaan sistem tanam paksa, yang berlaku di vorstenlanden ialah
sistem persewaan.
2) Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan: Kajian Sosial Ekonomi, karya
Mubyarto, terbitan Aditya Media, Yogyakarta, 1992. Buku ini membahas
mengenai perkembangan perkebunan dan sejarah

munculnya tenaga

perkebunan di Pulau Jawa dari masa VOC sampai masa Orde Baru. Selain itu,
buku ini juga membahas mengenai Vorstenlands Grondhuur Reglement, yaitu
pengaturan sewa tanah di wilayah vorstenlanden.
3) Gula: kajian Sosial-Ekonomi, karya Mubyarto dan Daryanti, terbitan Aditya
Media, Yogyakarta, 1991.

Buku ini membahas mengenai asal usul dan

perkembangan tanaman tebu di Indonesia pada masa sebelum masuknya
bangsa Barat sampai dengan masa Indonesia merdeka. Selain itu, buku ini
membahas mengenai dampak budidaya tanaman bebas dan sistem glebagan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

4) Buku Sejarah Perekonomian Indonesia karya R. Z. Leirissa, dkk, terbitan
tahun 1996 oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Buku ini berisi tentang perkembangan perkebunan tebu dan pabrik gula milik
swasta di Jawa yang berdiri setelah 1870. Selain itu, membahas mengenai
perkebunan swasta di vorstenlanden yang telah dimulai sejak tahun 1816.
5) Buku Pemogokan Buruh: Sebuah Kajian Sejarah karya Bambang Sulistyo,
terbitan PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 1995. Buku ini membahas mengenai
latar belakang berlakunya kebijakan ekonomi liberal di Hindia Belanda,
kondisi sosial ekonomi buruh pabrik gula, serta pemogokan yang dilakukan
oleh buruh pabrik gula di vorstenlanden Yogyakarta.
6) Buku yang berjudul Dari Soal Priyayi sampai Nyi Blorong: Refleksi Historis
Nusantara karya Ong Hok Ham, terbitan PT Kompas Media Nusantara, 2002.
Buku ini membahas mengenai hubungan antara pemerintah kolonial Belanda
dengan penguasa pribumi, serta keuntungan yang diperoleh penguasa pribumi
yang bekerjasama dengan pemerintah kolonial.
7) Buku Sejarah Ekonomi Modern Indonesia: Berbagai Tantangan Baru karya
J. Thomas Lindblad dan diterjemahkan oleh M. Arief Rohman dan Bambang
Purwanto, terbitan oleh Pustaka LP3ES, 1998. Buku ini membahas mengenai
perkebunan-perkebunan swasta di Jawa, pertumbuhan kegiatan ekonomi nonpertanian pribumi di Jawa tahun 1820-1880, serta kebijakan ekonomi di
Indonesia tahun 1900-1942.
8) Buku Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di
Jawa dari Masa ke Masa karya Sediono M. P. Tjondronegoro dan Gunawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

Wiradi terbitan PT. Gramedia, 1984. Buku ini membahas mengenai
penguasaan tanah dan struktur sosial masyarakat di pedesaan Jawa.
9) Usaha Tani Tebu Jawa dan Industri Gula di Jawa, karya Mubyarto. Buku ini
merupakan laporan Team Survey Agro Ekonomi Indonesia yang diterbitkan
oleh Survey Agro Ekonomi pada tahun 1968. Buku ini membahas mengenai
masalah areal tanah bagi pabrik-pabrik swasta yang banyak didirikan setelah
tahun 1870 serta cara mengatasi masalah tersebut.
10) Undang-undang pokok Agraria: Sejarah Penyusunan, Isi dan Pelaksanaannya
yang ditulis oleh Mr. Boedi Harsono diterbitkan tahun 1961 oleh penerbit
Djambatan. Buku ini membahas mengenai isi, sebab-sebab lahir dan tujuan
Agrarische Wet.
11) Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria yang ditulis oleh Gouw Giok Siong
diterbitkan tahun 1960 oleh penerbit Keng Po. Buku ini membahas mengenai
pencabutan peraturan-peratuan tentang masalah agraria yang diberlakukan
pada masa pemerintah kolonial Belanda.
12) Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia, buku ini merupakan terjemahan dari
Changing Economy in Indonesia, A Selection of Statistical Source Material
from the early 19th Century up to 1940. Buku ini ditulis oleh Pieter
Creutzberg & J. T. M. van Laanen. Buku ini berisi tentang perubahan ekonomi
di Hindia-Belanda sejak tahun 1816 sampai dengan tahun 1940.

Selain menggunakan sumber primer dan sekunder, penelitian ini juga
menggunakan sumber tersier. Sumber tersier yaitu sumber yang diperoleh dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

sumber primer ataupun sumber sekunder yang telah ditulis ulang. Sumber tersier
dapat berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian dan jurnal
penelitian. Sumber tersier yang digunakan dalan penelitian ini yaitu:
1) Skripsi yang berjudul Perang Dipanegara: Beberapa Faktor Sosial Ekonomis
Dari Perang Dipanegara. Skripsi ini ditulis oleh Arief Iskandar, Universitas
Gajah Mada, 1961. Skripsi ini membahas mengenai golongan-golongan dalam
masyarakat Kasultanan Yogyakarta sebelum sistem sewa tanah untuk
perusahaan perkebunan.
2) Skripsi yang berjudul Persewaan Tanah untuk Penanaman Tebu di Pabrik
Gula Madukismo. Skripsi ini ditulis oleh Hariani, Universitas Gajah Mada,
1975. Skripsi ini membahas mengenai peraturan persewaan tanah di daerah
vorstenlanden Yogyakarta. Selain itu, membahas mengenai Agrarische Wet
1870 serta Vorstenlands Grondhuur Reglement.
3) Skripsi

yang

berjudul

Perubahan

Kedudukan

Tanah

Apanage

di

Mangkunegaran pada masa Pemerintahan Mangkunegoro IV 1853-1881.
Skripsi ini ditulis oleh S. Margana, Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada.
Skripsi ini membahas mengenai Struktur sosial masyarakat, struktur birokrasi
dan pemerintahan, sistem apanage, peranan bekel, petani dan ikatan feodal.
Selain itu membahas mengenai dampak persewaan tanah apanage bagi
masyarakat pedesaan.
4) Tesis yang berjudul Dampak Agro Industri di daerah Persawahan di Jawa
(Studi kasus Gedangan Tahun 1904). Tesis ini ditulis oleh Sarjana Sigit
Wahyudi, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada. Tesis ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

membahas mengenai sejarah industri tebu di Jawa, munculnya hubungan kerja
bebas, dinamika masyarakat perkebunan. Selain itu, membahas mengenai
musibah yang melanda industri gula, yaitu industri gula biet yang
menyebabkan harga gula tebu turun pada tahun 1884.
5) Tesis yang berjudul Pergolakan Suryengalaga di Yogyakarta Periode 18551883. Tesis ini ditulis oleh Sudiro, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Gajah
Mada. Tesis ini membahas mengenai daerah, penduduk dan pemerintahan di
Yogyakarta, lembaga keluarga Keraton, sistem pewarisan dan pembagian
tanah lungguh.
6) Ekspedisi Anjer-Panaroekan: Laporan Jurnalistik Kompas. Laporan ini ditulis
oleh Nina Herlina Lubis, dkk dalam rangka memperingati 200 tahun AnjerPanaroekan. Laporan ini diterbitkan oleh penerbit buku Kompas, tahun 2008.
Laporan ini membahas mengenai sejarah pembangunan jalan Daendels dari
awal sampai akhir. Selain itu membahas mengenai Jalan Daendels yang
terbagi menjadi dua ketika sampai Semarang, yaitu menuju ke Timur
(Panarukan) dan ke Selatan (ke wilayah vorstenlanden Yogyakarta).
7) Laporan yang berjudul Integrasi Hak Ulayat ke Dalam Yuridiksi UndangUndang Pokok Agraria di Daerah Jawa-Madura yang disusun oleh Proyek
Kerjasama, Departemen dalam Negeri dengan Universitas Gajah Mada, tahun
1975-1976. Laporan ini membahas mengenai keadaan geografis Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan masalah pertanahan di Yogyakarta.
8) Jurnal yang berjudul Perubahan dan Kebijakan yang ditulis oleh Chris
Hartono dari Jurnal Fakultas Theologia, Universitas Kristen Duta Wacana,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

2007. Jurnal ini membahas mengenai perubahan politik kolonial Belanda dari
Culturstelsel (Tanam Paksa) menjadi Politik Liberal di Hindia Belanda serta
reaksi penduduk pribumi dalam menghadapi perubahan tersebut.
9) Jurnal yang berjudul Ideologi, Ekonomi dan Perkebunan: Runtuhnya sistem
Gula Kolonial dan Merosotnya Ekonomi Indonesia Merdeka yang ditulis oleh
Alec Gordon dari Jurnal Prisma, no 7, Juli 1982. Jurnal ini membahas
mengenai pentingnya sistem gula dalam bagi pemerintah Kolonial, sistem
persewaan tanah untuk perkebunan tebu dan adanya paksaan untuk
menyewakan tanah untuk perkebunan tebu. Selain itu juga membahas
mengenai perkembangan industri gula yang di dukung oleh tersedianya tanah
yang subur dan murahnya tenaga kerja.
10) Jurnal yang berjudul Pemogokan Buruh Tani di Abad ke-19: Kasus
Yogyakarta yang ditulis oleh Djoko Utomo, dari jurnal Prisma No. 8, Agustus
1983. Jurnal ini membahas mengenai persewaan tanah di vorstenlanden
Yogyakarta, munculnya pemogokan buruh di perkebunan-perkebunan tebu di
Yogyakarta, reaksi pemilik perkebunan serta dampak yang di timbulkan dari
adanya pemogokan tersebut.
E. Landasan Teori
Sebelum masuk dalam pembahasan skripsi yang berjudul “Perkembangan
Industri Gula di Bantul tahun 1870-1900”, akan dijelaskan dua konsep dalam
penulisan ini. Dua konsep tersebut adalah perkembangan industri dan industri
gula. Penjelasan mengenai konsep-konsep ini sangat penting, karena hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

merupakan landasan berpikir dan pembatasan masalah dalam mengungkapkan
perkembangan industri gula di Bantul.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perkembangan adalah perihal
berkembang. Dan kata berkembang memiliki arti mekar, terbuka: menjadi besar,
luas dan banyak serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian,
pikiran, pengetahuan dan sebagainya.27 Dengan demikian perkembangan berarti
tidak hanya meliputi aspek yang abstrak saja akan tetapi juga mencakup hal-hal
yang konkrit. Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan
pertumbuhan ke arah yang lebih maju.28 Perkembangan merupakan suatu proses
yang melibatkan keseluruhan aspek yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Maksudnya, perkembangan merupakan kelanjutan dari proses yang terjadi
sebelumnya. Berdasarkan uraian-uraian di atas, penyusun berkesimpulan bahwa
perkembangan adalah proses perubahan berkesinambunga