139 PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN TENUN SAMBAS

(1)

1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak 2Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura, Pontianak 3Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak

*email:rizalinda2016@yahoo.com

ABSTRAK

Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu penghasil nanas (Ananas comosus L.) terbesar di Indonesia. Tanaman nanas tumbuh dengan subur pada lahan gambut di Provinsi Kalimantan Barat. Daun nanas yang melimpah belum dimanfaatkan secara maksimal. IbM Perajin Tenun Sambas merupakan salah satu kegiatan untuk memanfaatkan serat daun nanas sebagai bahan baku kerajinan tenusn Sambas. Kegiatan yang dilakukan meliputi (1) diversifikasi bahan baku menggunakan serat daun nanas (2) peningkatan kualitas produk melalui penggunaan bahan pewarna alami dan pengurangan cemaran limbah cair dengan bioadsorben (3) peningkatan target konsumen melalui manajemen pemasaran yang inovatif secara media online (4) peningkatan manajemen usaha melalui pengenalan permodalan perbankan bekerjasama dengan Bank BNI. Hasil kegiatan menunjukkan serat daun nanas dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan tenun Sambas, penggunaan zat warna alami dari kunyit, daun pandan, kayu sepang dan buah naga dapat mengurangi ketergantungan dari zat warna tekstil sintetis, karbon aktif dari kulit nanas dapat digunakan sebagai bioadsorben limbah pencucian pewarnaan sintetik. Berdasarkan hasil evaluasi program-program yang diberikan oleh Tim IbM Universitas Tanjungpura mendapatkan respon memuaskan 100%, peningkatan skill bertambah 100% terhadap berbagai jenis bahan baku pewarna alami. Keinginan program IbM ini dilakukan lagi di desa mereka dengan program inovasi lainnya memberikan keinginan 100%.

Kata kunci : serat daun nanas, kerajinan tangan, tenun sambas ABSTRACT

Province of West Kalimantan is one of the largest pineapple (Ananas comosus L.) producer in Indonesia. Pineapple plants thrive on peat land in West Kalimantan Province. Abundant pineapple leaf not fully utilized. IbM Craftsmen of Weaving Sambas is one of the activities to take advantage of fiber of pineapple leaf as raw material for handycraft of weaving Sambas. Activities include (1) the diversification of raw materials using fiber of pineapple leaf (2) improvement of product quality through the use of natural dyes and reduction of contamination of waste water by bioadsorben (3) increasing target consumers through management of innovative marketing in online media (4) increasing business management through the introduction of banking capital in cooperation with Bank BNI. The results of the activities showed fiber of pineapple leaves can be used as raw material for weaving Sambas, the use of natural dyes from turmeric, pandan leaves, sepang wood and dragon fruit can reduce the dependence of dye synthetic textiles, activated carbon from pineapple skin can be used as bioadsorben waste leaching coloring synthetic. Based on the results of the evaluation of the programs provided by IbM Tanjongpura University Team get a satisfactory response 100%, the skill increases to various types of feedstock natural dyes of 100%. Desire IbM program was conducted again in their village with other innovation programs of 100%. Keywords : fiber of pineapple leaf, handycraft, weaving Sambas

TENUN SAMBAS


(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan Kalimantan Barat dalam Angka 2013 (BPS Kalimantan Barat, 2014). Kabupaten Sambas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang wilayah geografisnya berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Kondisi ini dapat menjadi suatu peluang untuk meningkatkan potensi lokal menjadi produk yang dapat diekspor sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sambas.

Kabupaten Sambas terdiri atas 19 kecamatan dan 183 kelurahan. Luas daerah sekitar 6.395,70 km2 dengan jumlah penduduk 667.921 jiwa (51% adalah laki-laki dan 49% adalah perempuan). Berdasarkan umur penduduk Kabupaten Sambas terdiri atas penduduk usia 0-14 tahun sebanyak 26%, usia 15-64 tahun sebanyak 66% dan usia >65 tahun sebanyak 8%, sehingga penduduk Sambas merupakan usia produktif.

Penduduk Kabupaten Sambas terdiri atas suku Melayu, Dayak, Tionghoa, Banjar, Jawa, Batak dan Minangkabau. Penduduk sebagian besar beragama Islam sehingga nuansa budaya dan seninya terlihat islami.

Perekonomian didukung oleh 3 bidang utama yaitu pertanian (39,77%), perdagangan (30,37%) dan industri (11,27%). Kabupaten Sambas merupakan salah satu lumbung padi Kalimantan Barat.

Kecamatan Sambas merupakan salah satu kecamatan yang terdapat banyak Perajin Tenun Sambas. Desa Sumber Harapan dan Desa Manggis yang terdapat di Kecamatan Sambas merupakan lokasi 2 mitra IbM ini. Kerajinan tenun Sambas berdasarkan sejarah telah berusia sekitar 300 tahun. Produk tenun Sambas biasanya digunakan untuk kepentingan adat. Bahan yang menjadi ciri khas tenun sambas adalah benang emas yang digunakan motif khas Sambas yaitu adanya ornamen pucuk rebung. Benang emas ini biasanya diperoleh dari India dan Jepang (karena benang emas sulit diperoleh maka produksinya para perajin menjadi terbatas). Untuk bahan baku utama benang biasanya menggunakan benang sutera dan katun. Pembuatan dan penjualan tenun Sambas biasanya karena pesanan, hal ini terkait dengan bahan baku. Untuk menghasilkan produk yang bervariasi perlu didukung dengan pewarnaan, biasanya untuk warna-warna standar bisa langsung menggunakan benang-benang berwarna yang sudah ada di pasaran. Namun untuk warna-warna pesanan kadang perajin melakukan pewarnaan benang dengan pewarna tekstil yang dicampur.

Mitra I adalah Perajin Tenun Sambas Desa Manggis dan Mitra II adalah Perajin Tenun Sambas Desa Sumber Harapan Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas. Keahlian tenun Sambas merupakan turun-temurun. Selama ini mitra menggunakan bahan baku benang emas, sutra dan benang katun. Namun kadangkala bahan baku susah diperoleh sehingga diperlukan modifikasi


(3)

hingga 1 juta.

Saat survei pendahuluan telah dilakukan kesepakatan untuk memprioritaskan diversifikasi produk melalui penggunaan bahan baku serat daun nanas sebagai peringkat pertama program. Setelah itu pewarnaan alami menjadi prioritas berikutnya diikuti penanganan limbahnya karena sebagian perajin masih menggunakan pewarna tekstil. Program lainnya adalah pelatihan pemasaran dan permodalan merupakan aspek-aspek yang disepakati untuk membantu aspek produksi dan manajemen.

Berbagai kiat-kiat diversifikasi produk dan motif produk akan dilakukan dalam program IbM ini sehingga meningkatkan pendapatan perajin tenun Sambas (Ningtyas, 2009; Tambunan dan Agustiar, 2009). Selain itu cara pemasaran dan manajemen permodalan juga akan diberikan dalam program IbM ini sehingga bisa mendukung produksi dan penjualannya (Sundari, 2011; Satriansyah, 2012, Rahmawati, 2010). Pemberdayaan Perajin Tenun Sambas ini merupakan salah satu usaha mempertahankan kearifan lokal yang menjadi identitas bangsa (Noor dan Setyawati, 2010).

METODE PELAKSANAAN

Kegiatan IbM dilakukan dengan metode pendampingan diskusi dan pelatihan (pembuatan serat daun nanas, pewarnaan alami dan manajemen pemasaran). Kegiatan tersebut secara rinci melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Ketersediaan bahan baku

Tim IbM Universitas Tanjungpura mengajarkan pembuatan serat daun nanas. Solusi ini didasarkan pada ketersediaan daun nanas yang melimpah dan tidak dimanfaatkan di Kabupaten Sambas. Diversifikasi bahan baku benang dengan serat daun nanas dapat memberikan inovasi produk tenun Sambas yang memanfaatkan kearifan lokal.

2. Pemberian pelatihan tentang pewarnaan alami menggunakan tanaman yang tumbuh di daerah lokasi mitra

Pemberian pelatihan diberikan secara intensif kepada 2 mitra. Pelatihan dilakukan dengan teknik demonstrasi oleh Tim IbM yang dilanjutkan dengan uji coba oleh mitra kemudian diakhiri dengan diskusi. Pada pembuatan formulasi zat warna alami untuk awal kegiatan akan ditawarkan penggunaan ekstrak kayu sepang (Caesalpinia sappan Linn), daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.), buah naga dan rimpang kunyit. Eksplorasi zat warna juga dilakukan melalui teknik pencampuran dengan memperhatikan zat warna primer, sekunder dan tersier.


(4)

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelatihan, Tim IbM membuat bahan evaluasi dengan membandingkan kondisi awal sebelum kegiatan dan akhir sesudah kegiatan. Data diperoleh dengan pengisian kuisioner.

3. Peningkatan target konsumen melalui diversifikasi pemasaran menggunakan media

online

Kegiatan ini seoptimal mungkin memberikan pelatihan diversifikasi pemasaran secara media online. Penggunanan media online dimulai dengan pelatihan menggunakan sistem IT. Beberapa alasan penggunaan media online adalah :

a. Jangkaun media online lebih luas dan mendekatkan antara produsen dengan konsumen melalui gambar-gambar sampel yang bisa ditampilkan.

b. Pembukaan gerai-gerai sampel produk sehingga konsumen bisa memilih motif-motif yang diinginkan dan sampel-sampel produk yang telah dihasilkan. Gerai-gerai didirikan dengan bekerjasama dengan Dekranasda :

1. Kerjasama dengan Dekranasda Kabupaten Sambas

Gerai atau counter dapat dibuka dengan perijinan pada lokasi showroom Dekranasda Kabupaten Sambas.

2. Kerjasama dengan Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat

Gerai atau counter dapat dibuka dengan perijinan pada lokasi showroom Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat

4. Memberikan pelatihan tentang permodalan dan mengenalkan dengan stakeholder

yang tertarik dengan potensi tenun Sambas

Tim IbM bekerjasama dengan Bank BNI untuk memberikan pelatihan permodalan dan mengajak Bank BNI untuk berpartsispasi aktif meningkatkan permodalan para perajin Tenun Sambas. Pelatihan dan forum diskusi intensif dilakukan sebulan sekali terhadap mitra IbM.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan Pelaksanaan Program IbM

Program-program IbM yang telah disepakati bersama dengan Mitra I dan II yaitu Perajin Tenun Sambas Desa Manggis dan Sumber Harapan Kabupaten Sambas dilaksanakan dengan melakukan persiapan-persiapan yang matang. Persiapan secara administrasi dan persiapan bahan baku kegiatan dikoordinasikan antara Tim IbM Universitas Tanjungpura dengan Mitra I dan Mitra II.


(5)

Gambar 1. Persiapan Tim IbM Perajin Tenun Sambas Universitas Tanjungpura

Beberapa persiapan untuk bahan baku serat daun nanas dilakukan dengan memilih daun nanas yang berkualitas dengan panjang >75 cm dari tanaman nanas yang ditanam dibawah pohon lindung. Pewarna alami yang digunakan dipersiapkan dari ekstrak beberapa tanaman yaitu daun pandan, rimpang kunyit, buah naga dan kayu sepang serta campuran antara ekstrak-ekstrak tersebut.

Diversifikasi Bahan Baku Tenun Sambas

Kegiatan prioritas program IbM ini berupa pemanfaatan serat daun nanas sebagai pengganti benang dalam kerajinan tenun Sambas. Mitra IbM diberikan informasi dan pelatihan pembuatan serat daun nanas dan mitra menerapkannya sebagai bahan baku tenunnya.


(6)

Gambar 3. Tim IbM bersama Mitra IbM

Gambar 4. Bahan baku serat daun nanas

Serat daun nanas yang digunakan dipilih yang panjang dan berwarna putih. Tim IbM juga memberikan pelatihan pemutihan (bleaching) pada serat daun nanas yang muncul kecoklatan karena teroksidasi. Serat daun nanas memerlukan perlakuan khusus agar diperoleh serat daun nanas yang baik. Perlakuan itu meliputi pelenturan dan pemutihan serat.

Pelatihan Pewarnaan Alami

Program prioritas selanjutnya adalah pelatihan pewarnaan alami terhadap serat daun nanas menggunakan ekstrak tanaman yaitu daun pandan, kayu sepang, rimpang kunyit dan buah naga. Ekstrak tanaman tersebut diperoleh melalui ekstraksi menggunakan air dengan perbandingan (1:2) antara sampel tanaman dibandingkan dengan volume air.


(7)

Gambar 5. Proses pewarnaan menggunakan pewarna alami

Gambar 6. Penjemuran serat nanas yang telah diberi pewarnaan alami

Serat daun nanas yang telah dilakukan pewarnaan alami selajutnya dilakukan pengeringan dengan penjemuran tetapi tidak terkena matahari dalam waktu yang lama dan terlalu panas. Serat daun nanas harus dipastikan kering agar tidak tumbuh jamur sehingga aman untuk produk kerajinan tenun Sambas. Jamur akan muncul karena serat daun nanas dan pewarnanya alami masih mengandung air. Air merupakan media mikroba.

Setelah serat daun nanas kering maka siap digunakan untuk berbagai produk kerajinan tangan. Kerajinan yang dibuat meliputi selendang, ikat kepala, sapu tangan dan tas. Produk-produk tersebut dipadu dengan beberapa benang tambahan dan ornamen-ornamen khas Sambas sehingga lebih menarik. Beberapa perajin tenun Sambas mempunyai ornamen-ornamen standar yang merupakan warisan turun temurun.


(8)

Gambar 7. Aneka produk mitra IbM

Perbaikan Permodalan dan Manajemen Pemasaran

Kegiatan IbM ini juga memperkenalkan program permodalan untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) bekerjasama dengan Bank BNI. Permodalan ini untuk membantu para perajin tenun Sambas meningkatkan produksinya. Pemasarannya juga diperbaiki dengan media online. Media ini sebagai alternatif memperluas jangkauan pemasaran.

Evaluasi Program IbM

Desa Sumber Harapan dan Desa Manggis Kabupaten Sambas sebagai mitra IbM mendapatkan program yang sama terhadap Perajin Tenun Sambasnya. Program-program yang meningkatkan skill perajin dalam diversifikasi bahan baku dan warna alami dalam tenun sambas. Berdasarkan hasil evaluasi program-program yang diberikan oleh Tim IbM Universitas Tanjungpura mendapatkan respon memuaskan 100%. Sementara peningkatan skill bertambah 100% terhadap berbagai jenis bahan baku pewarna alami. Keinginan program IbM ini dilakukan lagi di desa mereka dengan program inovasi lainnya memberikan keinginan 100%.

KESIMPULAN

Berdasarkan pelaksanaan di lapangan menunjukkan adanya serat daun nanas dapat sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tenun Sambas. Kualitas tenun Sambas dengan menggunakan bahan baku serat daun nanas dipengaruhi oleh kualitas seratnya. Kualitas serat nanas dipengaruhi oleh kualitas daunnya. Serat yang paling bagus berasal dari daun nanas yang


(9)

menarik. Mitra IbM memberikan respon positif terhadap kegiatan IbM ini.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada DRPM Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI atas pendanaan kegiatan IbM ini untuk tahun anggaran 2016 dan

Reviewer Dikti atas masukan dan sarannya dalam kegiatan IbM ini.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik Kabupaten Sambas. 2010. Sensus Penduduk Tahun 2010 Kabupaten Sambas

Biro Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat. 2014. Kalimantan Barat dalam Angka 2013 Hidayat, P. 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai Alternatif Bahan Baku

Tekstil. Jurnal Teknoin. 13 (2). 31-35

Holia, O. dan Astuti, J.T. 2005. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen Peroksida Terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nanas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. 3 (1). 37-43

Jayanudin, Hartono, R. dan Jamil, N.H. 2010, Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Pemutihan Serat Daun Nanas Menggunakan Hidrogen Peroksida. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang

Ningtyas, K. 2009. Pemberdayaan Industri Kecil di Pedesaan (Studi Upaya Pemberdayaan Pengrajin Kain Tenun Sambas). Jurnal Wacana. 12 (3). 609-625

Noor, I.R. dan Setyawati, L. 2010. Pemberdayaan UKM : Catatan Refleksi Hasil Meta Riset,

Jurnal Sosiologi Masyarakat. 15 (1). 39-58

Rahmawati, N.P.N. 2010. Sarung Tenun Samarinda : Coba Bertahan dan Berinovasi. Jurnal Sejarah dan Budaya Jantra. 5 (9). 772-782

Satriansyah, F. 2012. Profil Pengrajin Kain Tenun Adat Sambas dan Upaya Peningkatan Peran Koperasi dalam Pemberdayaan Pengrajin (Studi Kasus di Desa Tumak Manggis Kabupaten Sambas). Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta

Sundari, M.S. 2011. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Multimedia pada Kerajinan Tenun Songket Sebagai Sarana Promosi Kebudayaan Kabupaten Sambas. Skripsi. STMIK Amikom. Yogyakarta


(10)

Tambunan, T. dan Agustiar. 2009. Usaha Kecil dan Rumah Tangga di Industri Manufaktur di Singbebas Kalimantan Barat. Paper Pusat Industri dan Bisnis. Universitas Trisakti. Jakarta


(1)

Gambar 1. Persiapan Tim IbM Perajin Tenun Sambas Universitas Tanjungpura

Beberapa persiapan untuk bahan baku serat daun nanas dilakukan dengan memilih daun nanas yang berkualitas dengan panjang >75 cm dari tanaman nanas yang ditanam dibawah pohon lindung. Pewarna alami yang digunakan dipersiapkan dari ekstrak beberapa tanaman yaitu daun pandan, rimpang kunyit, buah naga dan kayu sepang serta campuran antara ekstrak-ekstrak tersebut.

Diversifikasi Bahan Baku Tenun Sambas

Kegiatan prioritas program IbM ini berupa pemanfaatan serat daun nanas sebagai pengganti benang dalam kerajinan tenun Sambas. Mitra IbM diberikan informasi dan pelatihan pembuatan serat daun nanas dan mitra menerapkannya sebagai bahan baku tenunnya.


(2)

Gambar 3. Tim IbM bersama Mitra IbM

Gambar 4. Bahan baku serat daun nanas

Serat daun nanas yang digunakan dipilih yang panjang dan berwarna putih. Tim IbM juga memberikan pelatihan pemutihan (bleaching) pada serat daun nanas yang muncul kecoklatan karena teroksidasi. Serat daun nanas memerlukan perlakuan khusus agar diperoleh serat daun nanas yang baik. Perlakuan itu meliputi pelenturan dan pemutihan serat.

Pelatihan Pewarnaan Alami

Program prioritas selanjutnya adalah pelatihan pewarnaan alami terhadap serat daun nanas menggunakan ekstrak tanaman yaitu daun pandan, kayu sepang, rimpang kunyit dan buah naga. Ekstrak tanaman tersebut diperoleh melalui ekstraksi menggunakan air dengan perbandingan (1:2) antara sampel tanaman dibandingkan dengan volume air.


(3)

Gambar 5. Proses pewarnaan menggunakan pewarna alami

Gambar 6. Penjemuran serat nanas yang telah diberi pewarnaan alami

Serat daun nanas yang telah dilakukan pewarnaan alami selajutnya dilakukan pengeringan dengan penjemuran tetapi tidak terkena matahari dalam waktu yang lama dan terlalu panas. Serat daun nanas harus dipastikan kering agar tidak tumbuh jamur sehingga aman untuk produk kerajinan tenun Sambas. Jamur akan muncul karena serat daun nanas dan pewarnanya alami masih mengandung air. Air merupakan media mikroba.

Setelah serat daun nanas kering maka siap digunakan untuk berbagai produk kerajinan tangan. Kerajinan yang dibuat meliputi selendang, ikat kepala, sapu tangan dan tas. Produk-produk tersebut dipadu dengan beberapa benang tambahan dan ornamen-ornamen khas Sambas sehingga lebih menarik. Beberapa perajin tenun Sambas mempunyai ornamen-ornamen standar yang merupakan warisan turun temurun.


(4)

Gambar 7. Aneka produk mitra IbM

Perbaikan Permodalan dan Manajemen Pemasaran

Kegiatan IbM ini juga memperkenalkan program permodalan untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) bekerjasama dengan Bank BNI. Permodalan ini untuk membantu para perajin tenun Sambas meningkatkan produksinya. Pemasarannya juga diperbaiki dengan media online. Media ini sebagai alternatif memperluas jangkauan pemasaran.

Evaluasi Program IbM

Desa Sumber Harapan dan Desa Manggis Kabupaten Sambas sebagai mitra IbM mendapatkan program yang sama terhadap Perajin Tenun Sambasnya. Program-program yang meningkatkan skill perajin dalam diversifikasi bahan baku dan warna alami dalam tenun sambas. Berdasarkan hasil evaluasi program-program yang diberikan oleh Tim IbM Universitas Tanjungpura mendapatkan respon memuaskan 100%. Sementara peningkatan skill bertambah 100% terhadap berbagai jenis bahan baku pewarna alami. Keinginan program IbM ini dilakukan lagi di desa mereka dengan program inovasi lainnya memberikan keinginan 100%.

KESIMPULAN

Berdasarkan pelaksanaan di lapangan menunjukkan adanya serat daun nanas dapat sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tenun Sambas. Kualitas tenun Sambas dengan menggunakan bahan baku serat daun nanas dipengaruhi oleh kualitas seratnya. Kualitas serat nanas dipengaruhi oleh kualitas daunnya. Serat yang paling bagus berasal dari daun nanas yang


(5)

ditanam dibawah pohon pelindung. Pewarnaan alami yang digunakan memberikan warna yang menarik. Mitra IbM memberikan respon positif terhadap kegiatan IbM ini.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada DRPM Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI atas pendanaan kegiatan IbM ini untuk tahun anggaran 2016 dan Reviewer Dikti atas masukan dan sarannya dalam kegiatan IbM ini.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik Kabupaten Sambas. 2010. Sensus Penduduk Tahun 2010 Kabupaten Sambas

Biro Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat. 2014. Kalimantan Barat dalam Angka 2013 Hidayat, P. 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai Alternatif Bahan Baku

Tekstil. Jurnal Teknoin. 13 (2). 31-35

Holia, O. dan Astuti, J.T. 2005. Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen Peroksida Terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nanas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. 3 (1). 37-43

Jayanudin, Hartono, R. dan Jamil, N.H. 2010, Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Pemutihan Serat Daun Nanas Menggunakan Hidrogen Peroksida. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang

Ningtyas, K. 2009. Pemberdayaan Industri Kecil di Pedesaan (Studi Upaya Pemberdayaan Pengrajin Kain Tenun Sambas). Jurnal Wacana. 12 (3). 609-625

Noor, I.R. dan Setyawati, L. 2010. Pemberdayaan UKM : Catatan Refleksi Hasil Meta Riset, Jurnal Sosiologi Masyarakat. 15 (1). 39-58

Rahmawati, N.P.N. 2010. Sarung Tenun Samarinda : Coba Bertahan dan Berinovasi. Jurnal Sejarah dan Budaya Jantra. 5 (9). 772-782

Satriansyah, F. 2012. Profil Pengrajin Kain Tenun Adat Sambas dan Upaya Peningkatan Peran Koperasi dalam Pemberdayaan Pengrajin (Studi Kasus di Desa Tumak Manggis Kabupaten Sambas). Tesis. Universitas Indonesia, Jakarta

Sundari, M.S. 2011. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Multimedia pada Kerajinan Tenun Songket Sebagai Sarana Promosi Kebudayaan Kabupaten Sambas. Skripsi. STMIK Amikom. Yogyakarta


(6)

Tambunan, T. dan Agustiar. 2009. Usaha Kecil dan Rumah Tangga di Industri Manufaktur di Singbebas Kalimantan Barat. Paper Pusat Industri dan Bisnis. Universitas Trisakti. Jakarta