Interpretasi Makna Simbol Yang Terkandung Dalam Novel 'Yukiguni' Karya Kawabata Yasunari.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

川端康成 雪国

シンボル 意味

分析

フェ ク アン 0342061

教大学

文学部

日本文学料


(2)

Universitas Kristen Maranatha

川端康成 雪国 け シンボル 意味分析

序論

こ 論文 端康成 雪国 いう小節 分析す あ

小 本 日本 海岸部 あ 場所 す あ 場 所 し雪 降 島 雪 積 い 小 別々 語 独立 す あ 全 組 合わせ 1947年 公開 雪国 いう 小

雪国 いう小 東京 男性 雪国 訪 い 女性 関係 話し あ そ 男性 名前 島村 生活 両親 遺産 く仕 事し い 自由 旅行し 山 登 い い 踊 書い 外国語 記事 翻訳す あ 会 女性 駒子 いう名前 あ 彼女 仕事 芸者 忙しい時 芸者 変 芸者 くわ 彼女

踊 先生 一緒 住 い そ 先生 芸者 教え

仕事 金 先生 渡し 先生 す 病気 薬 買 う あ

本小 タイト ート ンボ 見え 客観的手

法 小 分析す 客観的手法 端康成 雪国 ンボ


(3)

Universitas Kristen Maranatha

文学 いう 作家 創造力 事実上 生活 イメー あ 人間 イメー 現実 高そう あ 作家 そ 似 い あ

アプ ー そ 文学 分析し 作家 ー ー 見 い あ 言う変え アプ ーチ 文学 ー いけい 言語

イ 固有 側面 見 ,分析 す こ あ 目的 Paul Ricoeur

解釈学 理論 知 雪国 ンボ 解釈す あ 解釈

学 テク ト あ 問題 解釈 答え Paul Ricoeur 解釈学 理論

さけ テク 意味 全 テク ト 見 い

ー 取得す 文献研究 使 文献研究 言う 本 文 学 色々 文学 す あ

本論

こ 端康成 雪国 中 ンボ あ そ 小説 形成

イメー す メインキャ ク 一 加 そ 一人分 食器一式 あ

小説 主人公 島村 言う男性 あ 彼 金持 生活費 両 親 遺産 う 東京 生 仕事 し いし 趣味 山 登 アート 書く あ 生活 歩 島村 自分 分


(4)

Universitas Kristen Maranatha

く 自分 見 山 登 自由 し 好 す

女性 主人公 駒子さ 言う名前 あ 彼女 本当 美人 女性 あ 最初 駒子 芸者 わ け あ ま 彼女 雪国 大 宴会場 支援 侙頼 駒子 芸者 方 教え 先生 住 い 先生 礼 し 駒子 病気 先生 す 金 あ 本小

駒子 責任 負う ンボ あ

小 場所 設定 積雪地域 あ [雪国] いう場所 す そ 場所 本 あ 日本 い い 雪 く あ 場 所 い 風景 小 山々 あ 美しい自然 美し 場所 あ 竹

森 あ 雪国 言う 自由 ンボ し 場所 い 人々 自由 し 自分 表現す あ

結論

こ 端康成 雪国 いう小説 あそこ固有 要素 いく ンボ 出

い い出 ンボ 東京人 い 場所 日本 自然 イメ一 す 島村さ ンボ い い東京人 ア一 好 ンボ 表し い 駒子さ 美人 芸者 イメー 表し い ンボ あ


(5)

Universitas Kristen Maranatha

雪国 いう場所 そ 本 日本 海岸ほ う い場所 ン ボ す 雪国 言う場所 自由 ンボ 表わし あそこ 住 い 人々自由 し 生活 表現 出来


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…... i

DAFTAR ISI……….. iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang Masalah .……… 1

1.2Pembatasan Masalah.………. 7

1.3Tujuan Penelitian………... 7

1.4Pendekatan Penelitian………....……... 7

1.5Organisasi Penulisan………. 11

BAB II HERMENEUTIKA 2.1 HERMENEUTIKA... 13

2.1.1 Hermeneutik Paul Ricoeur……….……….……..……… 16

2.1.2 Ruang Lingkup Hermeneutik…....………...……… 17

2.2 Teks...………. 19


(7)

Universitas Kristen Maranatha

BAB III INTERPRETASI MAKNA SIMBOL

3.1 Tokoh Utama... 26

3.1.1 Shimamura... 26

3.1.2 Komako ... 39

3.2 Daerah Salju... 48

BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan... 53

SINOPSIS

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENGARANG NOVEL RIWAYAT HIDUP PENULIS


(8)

RIWAYAT HIDUP PENGARANG NOVEL

Yasunari Kawabata (川 端 康 成 Kawabata Yasunari, lahir di Osaka, 14 Juni 1899 – meninggal di Kamakura, 16 April 1972pada umur 72 tahun) adalah seorang novelis Jepang yang prosa liriknya membuat ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1968. Ia menjadi orang Jepang pertama yang memperoleh penghargaan tersebut. Karya-karyanya hingga kini masih dibaca bahkan di dunia internasional.

Biografi

Kawabata dilahirkan di Osaka, dan sejak usia dua tahun telah menjadi yatim. Setelah itu ia tinggal dengan kakek-neneknya. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang diasuh oleh seorang bibinya. Nenek Kawabata meninggal dunia ketika ia berusia tujuh tahun (September 1906), kakak perempuannya, yang hanya sekali dijumpainya setelah kematian orangtua mereka, menigngal ketika Kawabata berusia 10 tahun (Juli 1909), dan kakeknya ketika ia berusia 15 tahun (Mei 1914). Setelah kehilangan semua sanak keluarga dekatnya, ia pindah dengan keluarga ibunya (Keluarga Kuroda). Namun, pada Januari 1916, ia pindah ke sebuah asrama dekat SMP (setara SMA sekarang) yang hingga saat itu harus didatanginya bolak-balik dengan kereta api. Setelah lulus dari SMP pada Mei 1917, persis sebelum ulang tahunnya yang ke-18, ia pindah ke Tokyo, dan berharap untuk lulus ujian masuk Dai-ichi Koto-gakko' (Sekolah Menengah Atas Nomor Satu), yang berada di bawah asuhan langsung Universitas Kekaisaran Tokyo. Ia berhasil lulus dalam ujian itu pada tahun yang sama dan kemudian masuk ke Fakultas Sastra Inggris. Pada Juli 1920 Kawabata lulus dari Sekolah Menengah Atas dan memulai pendidikannya di Universitas Kekaisaran Tokyo pada bulan yang sama.

Selain menulis, ia juga bekerja sebagai wartawan, terutama untuk Mainichi Shimbun di Osaka dan Tokyo. Meskipunn ia menolak ikut serta dalam semangat militer yang menyertaiPerang Dunia II, ia juga tidak terkesan oleh


(9)

pembaruan-pembaruan politik di Jepang sesudahnya. Perang itu jelas merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh pada dirinya (ditambah dengan kematian seluruh anggota keluarganya ketika ia masih muda). Ia mengatakan tak lama kemudian bahwa sejak itu ia hanya sanggup menulis elegi.

Kawabata bunuh diri pada 1972 dengan meracuni dirinya dengan gas. Banyak teori telah dikemukakan tentang penyebabnya, antara lain kesehatannya yang buruk, kemungkin hubungan cinta gelap, atau keterkejutan yang disebabkan oleh kematian karena bunuh diri oleh sahabatnya Yukio Mishima pada 1970. Namun, berbeda dengan Mishima, Kawabata tidak meninggalkan catatan apapun, dan karena ia tidak pernah membahasnya secara sungguh-sungguh dalam tulisan-tulisannya, motifnya tetap tidak jelas.

Karier seni

Sementara masih menjadi mahasiswa, Kawabata menghidupkan kembali majalah sastra Universitas Tokyo, "Shin-shichō" (Arus Pemikiran Baru) yang telah mati lebih dari empat tahun. Di situ ia menerbitkan cerita pendeknya yang pertama, "Shokonsai Ikkei" ("Suasana pada suatu pemanggilan arwah") -- sebuah karya yang hingga kini masih diakui nilai sastranya. Ketika kuliah, ia beralih jurusan ke Sastra Jepang dan menulis skripsi yang berjudul, "Sejarah singkat novel-novel Jepang". Ia lulus pada Maret 1924. Pada Oktober 1924, ia, Kataoka Teppei, Yokomitsu Riichi dan sejumlah penulis muda lainnya memulai sebuah jurnal sastra baru Bungei Jidai (Zaman Artistik). Jurnal ini adalah reaksi terhadap aliran sastra Jepang yang lama dan mapan, khususnya aliran Naturalis, sementara pada saat yang sama juga bertentangan dengan sastra kaum buruh atau aliran Sosialis/Komunis. Ini adalah gerakan "seni untuk seni", yang dipengaruhi oleh Kubisme Eropa, Ekspresionisme, Dada dan gaya modernis lainnya. "Shinkankaku-ha" sering kali keliru ditafsirkan sebagai "Neo-Impresionisme." Istilah "Shinkankakuha," yang digunakan Kawabata dan Yokomitsu untuk menggambarkan filsafatnya, tidaklah dimaksudkan sebagai versi baru atau pemulihan dari Impresionisme; gerakan mereka dipusatkan pada upaya memberikan "impresi baru," atau, lebih tepatnya, "sensasi baru" dalam


(10)

penulisan sastra. (Okubo Takaki [2004] Kawabata Yasunari--Utsukushi Nihon no Watashi. Minerva Shobo)

Kawabata mulai mendapatkan pengakuan dengan sejumlah cerita pendek tak lama setelah ia lulus, dan memperoleh kemasyhuran dengan "Gadis Penari dari Izu" pada 1926, sebuah cerita yang menjelajahi erotisisme orang muda yang sedang berkembang. Kebanyakan karyanya di kemudian hari menjelajahi tema-tema serupa.

Salah satu novelnya yang paling terkenal adalah Negeri Salju, yang dimulai pada 1934, dan pertama kali diterbitkan secara bertahap sejak 1935 hingga 1937. Negeri Salju adalah sebuah cerita yang gamblang mengenai sebuah hubungan cinta antara seorang amatir (dilettante) Tokyo dengan seorang geisha desa, yang berlangsung di sebuah kota dengan sumber air panas yang jauh di sebelah barat dari Pegunungan Alpen Jepang. Novel ini memantapkan Kawabata sebagai salah satu pengarang terkemuka Jepang dan langsung menjadi sebuah klasik, yang digambarkan oleh Edward G. Seidensticker "barangkali (merupakan) adikarya Kawabata".

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, suksesnya berlanjut dengan novel-novel seperti Seribu Burung Bangau (sebuah cerita tentang cinta yang bernasib malang), Suara Gunung, Rumah Perawan, Kecantikan dan Kesedihan, dan Ibu kota Lama .

Buku yang ia sendiri anggap sebagai karyanya yang terbaik adalah Empu Go (1951) adalah sebuah kontras yang tajam dengan karya-karyanya yagn laina. Ini adalah sebuah kisah setengah fiksi tentang sebuah pertandingan besar Go pada 1938, yang benar-benar dilaporkannya dalam kelompok surat kabar Mainichi. Ini adalah permainan terakhir dari karier empuShūsai, dan ia dikalahkan oleh penantang mudanya, dan meninggal sekitar setahun kemudian. Meskipun pada permukaannya cerita ini mengharukan, sebagai penceritaan kembali mengenai sebuah perjuangan puncak oleh sejumlah pembaca kisah ini dianggap sebagai paralel simbolis dari kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.

Sebagai presiden P.E.N. Jepang selama bertahun-tahun setelah perang, Kawabata merupakan kekuatan pendorong di balik penerjemahan sastra Jepang ke dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Barat lainnya.


(11)

Daftar karangannya

Gadis Penari dari Izu (伊 豆 の 踊 子 Izu no Odoriko 1926, terjemahan Inggris 1955, 1997)

Negeri Salju (雪国Yukiguni, 1935-1937, 1947)

Empu Go (名人Meijin, 1951-4; terjemahan Inggris 1972)

Seribu Burung Bangau (千羽鶴Senbazuru, 1949-52)

Suara Gunung (山の音Yama no Oto, 1949-54)

Danau (湖(みづうみ) Mizuumi, 1954)

Rumah Gadis-gadis Penidur (眠 美女, 1961)

Ibu kota Lama (古都Koto, 1962; terj. Inggris 1987, 2006)

Cerita-cerita dari Telapak Tangan 掌の小説

Kecantikan dan Kesedihan (美しさと哀しみとUtsukushisa to Kanashimi to, 1964)


(12)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

1. DATA PRIBADI

Nama : Felix Andre

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 18 November 1984

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat : Jln. Babakan Jeruk I / No.36 / Bandung

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Ayah : Silvester Ansel Urep, S.E, Msc

Nama Ibu : Regina Nonong

2. PENDIDIKAN

1993-1998 : Sekolah Dasar Nusa Indah Pontianak, Kalimantan Barat

1998-2000 : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Bruder Pontianak, Kalimantan

Barat

2000-2003 : Sekolah Menengah Umum Katolik Santu Petrus Pontianak,

Kalimantan Barat

2003-2010 : Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Universitas Kristen Maranatha


(13)

Universitas Kristen Maranatha

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan hidup manusia adalah membaca. Ini berarti bahwa

aktivitas membaca akan menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

manusia, karena pada dasarnya dalam diri manusia akan selalu muncul rasa ingin

tahu. Melalui aktivitas membaca, seorang individu akan memperoleh pengetahuan

dan informasi tentang berbagai fenomena yang terjadi disekitar kehidupan manusia,

sehingga akan memperluas wawasan, dan bisa berpengaruh terhadap pola berpikir

seseorang. Dengan demikian, pengetahuan dan informasi yang diperoleh seseorang

melalui kegiatan membaca tersebut kemudian bisa dijadikannya sebagai dasar untuk

memunculkan ide-ide dan gagasan-gagasan baru yang bisa dikembangkan lebih jauh

dan menjadi satu konsep berpikir yang baru.

Apabila kegiatan membaca dilihat sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

yang berkaitan dengan aspek hiburan dan rasa senang, maka salah satu langkah yang

dianggap tepat ialah dengan membaca cerita fiksi. Membaca suatu karya fiksi berarti

menikmati alur cerita, dan sekaligus menghibur diri untuk memperoleh kepuasan

batin. Pemikiran ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap individu manusia senang

akan cerita, apalagi yang bersifat sensasional. Dengan pemahaman yang baik


(14)

Universitas Kristen Maranatha

2

belajar, menghayati dan merasakan berbagai persoalan mengenai kehidupan manusia,

baik yang yang sengaja diungkapkan secara jelas, maupun yang diungkapkan secara

ambigu dengan menggunakan berbagai simbol, ungkapaan dan lain-lain yang bisa

memberikan makna yang berbeda apabila dilihat dari aspek yang berbeda pula.

Dalam menuangkan gagasan dan pikirannya ke dalam sebuah karya sastra,

pengarang menggunakan bahasa sebagai alat. Bahasa yang digunakan tentu saja

berbeda dengan bahasa yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah. Bahasa

dalam karya fiksi ini bersifat komunikatif yang menjembatani pengarang sebagai

pengirim pesan dengan pembaca sebagai penerimanya. Selain komunikatif, bahasa

sastra pun dapat memiliki banyak arti atau ambiguitas. Sifat bahasa ambiguitas inilah

yang menyebabkan timbulnya simbol-simbol yang memiliki makna dalam di

belakangnya, yang banyak digunakan oleh pengarang. Dengan adanya sifat ini

pengarang dapat dengan bebas menuangkan seluruh gagasan, pikiran dan daya

imajinya dalam menciptakan karya sastra. Penggunaan simbol-simbol atau

lambang-lambang ini bertujuan agar hasil karya yang diciptakan dapat diusahakan sedekat

mungkin dengan apa yang ada dalam imajinasi pengarang. Selain juga dapat

meningkatkan gairah dan minat bagi pembacanya agar semakin tertarik untuk

membacanya dan untuk lebih memahami maksud pengarang dengan

menginterprestasikan makna dibalik simbol yang diciptakan pengarang. Ini berarti

secara tidak langsung pembaca menggunakan daya khayal dan daya imajinasinya


(15)

Universitas Kristen Maranatha

3

Terdapat banyak unsur penting yang menunjang sebuah karya sastra. Salah

satu unsur yang penting dalam pembuatan sebuah karya sastra sehingga dapat

menjadi sebuah karya sastra yang hidup, indah dan menarik adalah unsur kepiawaian

pengarangnya untuk berimajinasi mengungkapkan sesuatu ide melalui simbol, dan

berimprovisasi sedemikian rupa sehingga semua simbol yang ditampilkan terangkai

dengan baik sebagai satu alur cerita yang utuh. Sebuah karya sastra seringkali dilihat

sebagai bentuk ekspresi yang memperlihatkan kondisi nyata yang dirasakan

pengarangnya. Dalam konteks ini, maka latar belakang sosial yang dialami seorang

pengarang biasanya mempengaruhi penciptaan suatu karya sastra. Untuk

menciptakan suatu karya, pengarang menggunakan setiap daya imaji dan daya

abstraknya, sehingga apa yang dituangkan menjadi lebih nyata, seakan-akan terjadi

sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-sehari. Setiap permasalahan dan tema

yang dituangkan pengarang dalam suatu karya adalah bukan merupakan hal yang

asing dalam kehidupannya, tetapi merupakan hal yang sangat akrab dalam

kehidupannya (Herman J Waluyo, 1994 : 55).

Dalam sebuah karya sastra biasanya terdapat simbol yang digunakan

pengarang untuk menciptakan karyanya. Salah satu sastrawan besar Jepang yang

menggunakan tanda atau simbol dalam menuangkan imajinasinya menjadi sebuah

cerita fiksi berupa novel adalah Kawabata Yasunari, dalam salah satu novelnya yang


(16)

Universitas Kristen Maranatha

4

YUKIGUNI ” hampir tidak mempunyai alur yang berkembang, melainkan

terdiri dari episode-episode yang masing-masing bagiannya seolah-olah berdiri

sendiri sebagai cerita mandiri. Hal itu berkaitan pula dengan proses penulisannya

yang unik. Hingga diterbitkan dalam edisi yang terakhir tahun 1972. Diawali dengan

diterbitkannya dua cerpen pada tahun 1935 berjudul Yugeshiki no Kagami (Cermin

Pandangan Senja) dan Shiroi Asa no Kagami (Cermin Pagi Putih), selanjutnya

disusul dengan cerita-cerita yang berjudul Monogatari (cerita), Toroo (kenihilan),

Suge no Hana (Bunga Suge), Hi no Makura (Bantalan Api) dan Temari Uta (Lagu

Temari). Keseluruhannya kemudian digabungkan dan tersusunlah novel utuh yang

berjudul “YUKIGUNI” yang diterbitkan tahun 1947.

Novel ini melukiskan hubungan antara seorang laki-laki Tokyo dengan

seorang wanita yang dikunjunginya di daerah salju, yaitu bagian utara Pulau Honshu

yang terletak di tepi Laut Jepang yang dalam musim dingin tertutup salju karena

berlainan dengan di pantai Laut Pasifik yang hangat, pantai ini selalu diterjang angin

dingin dari daratan Asia.

Laki-laki setengah baya yang bernama Shimamura itu hidup dari warisan

orang tuanya, sehingga tidak mempunyai suatu pekerjaan yang mengikat dan dengan

demikian dapat dengan bebas melakukan kegemaran-kegemarannya, ialah mendaki

gunung dan menulis tentang tarian serta menerjemahkan karangan luar negeri. Dia

sudah berkeluarga, sehingga hubungannya dengan wanita lain tidaklah mungkin akan


(17)

Universitas Kristen Maranatha

5

seorang wanita yang ditemuinya di sebuah perkampungan pemandian mata air panas

sehabis dia selama seminggu berkelana di daerah pegunungan. Sebenarnya yang dia

kehendaki adalah seorang wanita penghibur biasa (geisha), tetapi pada waktu itu ada

perjamuan yang ramai, sehingga semua geisha sibuk. Oleh sebab itu yang datang

memenuhi panggilannya adalah seorang gadis yang sebenarnya bukan geisha, tetapi

sering menolong menjamu tamu-tamu apabila sebagian besar dari para geisha sedang

sibuk. Dia tinggal di rumah seorang guru tari yang lumpuh yang mempunyai seorang

anak laki-laki yang sakit dan hampir meninggal.

Hubungan Komako dengan laki-laki anak guru tari itu, tidak begitu jelas.

Menurut tukang pijit, mereka bertunangan, tetapi Komako sendiri membantah hal itu.

Namun demikian jelas bahwa Komako kemudian bekerja menjadi geisha agar

memperoleh uang untuk membiayai pengobatan laki-laki anak guru tari itu di Tokyo.

Terdapat pula hubungan Yukio (laki-laki anak guru tari) dengan seorang gadis

bernama Yoko, yaitu gadis yang merawatnya dalam kereta api, hubungannya juga

tidak begitu jelas. Mungkin Yoko mencintai Yukio, seperti yang tampak dari caranya

merawat Yukio, bagaikan seorang istri terhadap suaminya dan pada kenyataannya

bahwa setelah Yukio meninggal setiap hari Yoko mendatangi makamnya untuk

berziarah, sementara Komako tidak pernah melakukannya.

Itulah gambaran singkat mengenai novel “YUKIGUNI ”. Setelah membaca dan mengkaji secara mendalam, ternyata memperlihatkan adanya simbol dalam novel


(18)

Universitas Kristen Maranatha

6

keseluruhan. Salah satu contoh simbol yang ada dalam novel ini terdapat pada judul

YUKIGUNI ”, dimana judul ini menggambarkan “sebuah daerah salju yang ada di

bagian utara Pulau Honshu yang terletak di tepi Laut Jepang dan pada musim dingin

tertutup oleh salju tebal”. Salju sendiri dalam cerita ini menyimbolkan suasana bersih,

sunyi dan tenang sesuai dengan suasana hati tokoh utama yaitu Shimamura yang

memandang hubungannya dengan tokoh wanita yaitu Komako. Terdapat pula

geisha” yang merupakan simbol dari pelayan wanita yang khas di Jepang, yang menghibur tamu-tamu dengan menari, menyanyi dan sebagainya di sebuah tempat

perjamuan.

Apabila ditinjau dari segi stilistika, penulisan kata yang dilakukan oleh

Kawabata dalam mengekspresikan keindahan alam Jepang, dalam melukiskan

gerak-gerik jiwa mengungkapkan perasaan yang paling dalam dari tokoh serta detil-detil

fisik wanita wanita memang sangat piawai. Salah satu daya tarik novel Kawabata

yaitu banyak memakai „simbol‟ (shoco) sebagai alat dalam mengungkapkan sesuatu antara lain : geisha, salju, terowongan dan lain-lain. Kesedihannya merupakan salah

satu tema yang utama dalam karya-karya Kawabata. Baginya kesedihan merupakan

segi lain dari sebuah keindahan. Maut, keindahan, ketulusan dan kesedihan

merupakan tema yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Salah satu contoh

dalam novel ini ialah kesedihan yang dialami oleh Yoko yang merasa kehilangan


(19)

Universitas Kristen Maranatha

7

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas

sebuah novel yang berjudul “YUKIGUNI ” hasil karya dari Kawabata Yasunari. Isi

cerita dari novel ini mengemukakan bermacam-macam persoalan manusia, dari

percintaan orang dewasa dan keadaan alam Jepang yang indah.

1.2Pembatasan Masalah

Pembahasan terhadap masalah yang diajukan dalam penelitian ini dibatasi

pada interpretasi makna dari simbol-simbol yang terdapat dalam cerita novel

YUKIGUNI ”, khususnya analisis atas sebuah karya sastra yang terfokus pada unsur-unsur intrinsik yang saling berkaitan dan membentuk novel tersebut, yaitu mencakup

unsur tokoh utama dan latar yang akan dipahami sebagai simbol.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

menginterpretasikan simbol-simbol yang terdapat di dalam novel “YUKIGUNI “ yang ditulis oleh Kawabata. Pembuktian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi

beberapa simbol yang terdapat pada novel tersebut.

1.4Pendekatan Penelitian

Pada hakekatnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari pertanyaan


(20)

Universitas Kristen Maranatha

8

berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada saat dimulainya penelitian.

Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan pengumpulan, pengolahan, dan

analisa data dengan menggunakan pendekatan tertentu. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa satu ciri khas penelitian adalah bahwa penelitian merupakan proses

yang berjalan secara terus-menerus, hal tersebut sesuai dengan kata aslinya dalam

bahasa inggris yaitu research yang berasal dari kata “re” dan ”search” yang berarti pencarian kembali. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam menyusun

rancangan penelitian diantaranya adalah: Pendekatan apa yang akan digunakan,

pendekatan penelitian dan cara pengumpulan data apa yang dapat digunakan dan

bagaimana cara menganalisis data yang diperoleh.

Untuk dapat memahami jalan pikiran pengarang yang dituangkannya dalam

suatu cerita fiksi, dapat digunakan beberapa tinjauan analisa. Dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan pendekatan objektif, yang bertujuan untuk

memberikan pemahaman terhadap simbol-simbol yang terdapat dalam novel

YUKIGUNI” karya Kawabata Yasunari.

Karya sastra adalah perpaduan antara hasil imajinasi seorang sastrawan

dengan kehidupan secara faktual. Hasil rekaan manusia itu lebih tinggi nilainya dari

kenyataan, karena sastrawan tidak begitu saja meniru atau meneladani kenyataan.

Oleh karena itu, dalam memahami karya sastra hendaknya pembaca mengenal


(21)

Universitas Kristen Maranatha

9

Pendekatan ini membatasi diri pada penelaahan karya sastra itu sendiri,

terlepas dari seorang pengarang dan pembaca. Dalam hal ini pembaca menilai sebuah

karya sastra sebagai suatu kebulatan makna, akibat perpaduan isi dengan

pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Dengan kata lain, pendekatan ini memandang

dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun suatu karya sastra, yaitu

tema, alur, latar, penokohan, dan gaya bahasa. Perpaduan yang harmonis antara

bentuk dan isi merupakan kemungkinan kuat untuk menghasilkan sastra yang

bermutu. Penilaian terhadap sebuah karya sastra dilihat dari sejauh mana kekuatan

atau nilai karya sastra itu sendiri berdasarkan keharmonisan antara unsur-unsur

pembentuknya.

Pendekatan objektif berarti menilai suatu karya sastra secara objektif, tidak

dengan pendapat pribadi (subjektif). Kriteria utama dalam memberikan penilaian

secara objektif itu, menurut Graham Hough dan Wellek Warren adalah pada adanya :

1. Relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terpapar melalui jalan seni,

imajinasi maupun rekaan yang keseluruhannya memiliki kesatuan yang

utuh, selaras, serta padu dalam pencapaian tujuan tertentu atau memiliki

integritas, harmoni, dan kesatuan.

2. Daya ungkap, keluasan, serta daya pukau yang disajikan lewat tekstur

serta penataan unsur-unsur kebahasaan maupun struktur verbalnya atau


(22)

Universitas Kristen Maranatha

10

Dari adanya beberapa kriteria di atas memang pada dasarnya seseorang

dengan mudah dapat menentukan bahwa sebuah bacaan itu adalah teks sastra. Akan

tetapi, satu hal yang harus diingat, bacaan berupa teks sastra itu tidak selamanya

mengandung nilai sastra.

Teori pendekatan objektif yang di dalamnya terdapat pendekatan struktur,

tidaklah dapat dilepaskan dari peran kaum formalis. Pendekatan ini sebenarnya sudah

ada sejak jaman Yunani dan dikenalkan oleh Aristoteles dengan konsepnya sendiri.

Kaum formalis dipandang sebagai peletak dasar telaah sastra dengan pendekatan ilmu

modern. Ciri khas penelitian sastra kaum formalisme ialah penelitiannya terhadap apa

yang merupakan sesuatu yang khas dalam karya sastra, yang terdapat dalam teks

yang bersangkutan. Pendekatan objektif menilai karya sastra sebagai sebuah struktur

yang berfungsi memberikan pesan terhadap pembacanya. Sebagai sebuah karya sastra

yang bersifat imajinatif, bisa saja hubungan antara penanda dan petanda merupakan

suatu hubungan yang kompleks. Dalam karya yang lebih luas, misalnya seperti novel,

struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji juga

berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti unsur intrinsik.

Ciri-ciri yang terdapat dalam pendekatan objektif adalah :

1. Teori objektif memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri

sendiri.

2. Menghubungkan konsep-konsep kebahasaan dalam mengkaji sebuah


(23)

Universitas Kristen Maranatha

11

3. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan

struktur sastra yang berlaku.

4. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai

karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur

pembentuknya.

5. Struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji

berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, alur, latar,

penokohan, dan gaya bahasa.

6. Untuk mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka

unsur-unsur pembentuknya harus dihubungkan satu sama lain.

Untuk melengkapi pendekatan objektif penulis menggunakan pula teori

Hermeneutika, yaitu metode tafsir teks yang bertujuan menginterpretasikan

simbol-simbol yang terdapat dalam novel “YUKIGUNI ”. Sedangkan teknik penulisan yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan

(library research), yaitu penelitian dengan membaca dan mempelajari literatur berupa

buku-buku serta teori-teori maupun tulisan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan

masalah yang sedang diteliti.

1.5Organisasi Penulisan

Untuk memperoleh karya tulis yang sistematis, maka penulis menguraikan


(24)

Universitas Kristen Maranatha

12

Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan lima sub bab yaitu latar

belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, serta

organisasi penulisan.

Bab II merupakan kajian teoritis mengenai hermenutika khususnya

hermeneutik Paul Ricoeur. Selanjutnya diungkapkan juga teori-teori yang berkaitan

dengan simbol-simbol.

Bab III merupakan pembahasan terhadap novel ”YUKIGUNI” dengan fokus analisis pada simbol-simbol yang terdapat di dalamnya, dan terdiri dari tiga sub bab.

Sub bab pertama membahas mengenai tokoh utama pria yaitu Shimamura, sub bab ke

dua membahas mengenai tokoh utama wanita yaitu Komako, serta sub bab yang ke

tiga membahas mengenai latar tempat yaitu ”YUKIGUNI” (daerah salju). Dengan demikian, bab ini merupakan inti pembahasan masalah yang diajukan dalam

penelitian ini, yang berisi penjelasan mengenai simbolisme dalam ”YUKIGUNI” yang ditinjau menurut pendekatan hermeneutik Paul Ricoeur.

Bab IV merupakan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

Selain itu dilampirkan pula daftar pustaka, riwayat hidup penulis, serta


(25)

Universitas Kristen Maranatha

53 BAB IV KESIMPULAN

Novel YUKIGUNI merupakan salah satu novel terbaik dari Kawabata

Yasunari yang mengungkapkan tentang ekspresi cinta serta kebebasan seseorang.

Setelah penulis melakukan analisis novel YUKIGUNI dengan menggunakan metode

Hermeneutika Paul Ricoeur yang bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat

dalam sebuah simbol, dengan menginterpretasikan makna teks berdasarkan

simbol-simbol yang tersirat dan tersembunyi dalam sebuah teks. Oleh sebab itu kesimpulan

penulis mengenai simbol-simbol yang tersirat dalam teks yang terdapat dalam novel

YUKIGUNI adalah sebagai berikut.

Semua manusia sangat menginginkan sesuatu yang ideal bagi dirinya sendiri.

Pada tokoh utama pria dalam novel ini yaitu Shimamura, ia mencari keidealan bagi

dirinya sendiri dengan berkelana serta berinteraksi langsung dengan lingkungan

sekitarnya yang membantu dirinya untuk mencapai apa yang diingkannya.

Shimamura dapat mengekspresikan semua keinginannya di daerah salju dan menjadi

dirinya sendiri. Pada tokoh utama wanita yaitu Komako yang mencari keidealan bagi

dirinya sendiri dengan menjadi seorang geisha. Komako berusaha keras membalas

budi sang guru tari dengan menjadi seorang geisha. Sebagian penghasilan dari

menjadi geisha, ia gunakan untuk membiayai pengobatan dan perawatan anak


(26)

Universitas Kristen Maranatha

54

oleh Komako adalah menjadikan daerah sekitarnya terlihat rapi, bersih, dan terawat.

Tindakan ini merupakan salah satu pengertian keindahan yang tercermin dalam sikap,

cara berpikir, dan tingkah laku seorang geisha.

Pada novel ini Shimamura menyimbolkan sebagian orang Tokyo yang

menyukai kesenian, serta individual. Shimamura sudah sejak kecil mengenal

kesenian Jepang, dari pertunjukan kabuki dan seni tari, hingga senang menonton

pertunjukan drama tari. Ia juga senang menulis karangan-karangan serta

menerjemahkan buku-buku. Kehidupan lingkungan Tokyo yang individual, membuat

karakter Shimamura ikut terpengaruh sebagai individu yang terbiasa oleh kesendirian

dengan akitivitas dan kesibukan yang ia lakukan sendiri. Sangat berbeda dengan

Komako yang lebih bisa bersosialisasi dengan baik terhadap individu di daerah

sekitarnya. Sosok Komako mengisi kehidupan Shimamura yang terjadi saat mereka

bertemu di daerah salju. Sebagai seorang geisha, Komako dituntut untuk selalu bisa

memberikan yang terbaik kepada para tamu yang dihibur olehnya. Selain kecantikan,

Komako juga harus terampil berkesenian serta memiliki kemampuan untuk

berbincang dengan para tamunya. Hal seperti itulah yang menyimbolkan suatu bentuk

atau penilaian keindahan yang terdapat pada diri seorang geisha seperti Komako.

YUKIGUNI sangat identik dengan penggambaran alam Jepang yang sangat

indah, khususnya daerah di bagian utara pulau Honshu yang terletak di tepi laut

Jepang. Kumpulan bukit-bukit kecil dan pegunungan menjadi daya tarik daerah salju,


(27)

Universitas Kristen Maranatha

55

sebagai sebuah penggambaran keindahan alam di Jepang. Gambaran mengenai

daerah salju, merupakan gambaran sebuah daerah dimana suasana sejuk dan nyaman

serta keindahan alam terdapat di dalamnya. Daerah salju merupakan sebuah daerah

yang menyimbolkan kebebasan, dimana setiap orang yang berada di daerah ini bebas

melakukan keinginannya, tanpa harus tertekan dengan kesibukan sehari-hari.

Dalam novel ini setiap bagian peristiwa-peristiwa, simbol-simbol, serta

imajinasi yang di paparkan oleh pengarangnya mampu menggugah emosional

pembaca. Kawabata Yasunari menciptakan alur cerita yang sarat dengan

simbol-simbol serta imajinasi dalam penggalan teksnya. Ia merupakan sastrawan yang

memiliki imajinasi tinggi, serta mampu menembus sesuatu yang tersembunyi di

setiap aspek kehidupan manusia. Ia mampu mengekspresikan serta

mengungkapkannya dalam karya-karyanya dengan simbol-simbol yang terdapat

dalam teksnya. Dengan cara tersebut ia dapat menyentuh emosional pembaca yang


(28)

Universitas Kristen Maranatha

ix

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, 1995. Stilistika : Pengantar Bahasa Dalam Karya Sastra. Jakarta :

IKIP Semarang

Aso, Isoji dkk. 1995 Sejarah Kesusastraan Jepang

A. Teew. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta

Danandjaja, James. 1997. Foklor Jepang ; dilihat dari kacamata Indonesia, Jakarta,

Grafiti

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra; Sebuah Pengantar Ringkas.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hardjana, Andre. 1981. Kritik Sastra Sebuah Pengantar, Jakarta: Gramedia

Hartoko, Dick, dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta :

Kanisisus

Kawabata Yasunari. 1987. Negeri Salju, Terjemahan Matsuoka Kunio dan Ajib

Rosidi, Jakarta : Pustaka Jaya

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Jakarta

Rosidi, Ayib. 1981. Mengenal Sastra dan Sastrawan Jepang . Erlangga

Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung. Angkasa

Satari, Endah S. 1983. Pengantar Sejarah Kesusastraan Jepang. Bandung

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan (diterjemahkan oleh


(29)

Universitas Kristen Maranatha

x Website :

http://id.wikipedia.org/wiki/Yasunari_Kawabata

http://en.wikipedia.org/wiki/Snow_Country

http://muhammad-yasin.blogspot.com/2008/04/peta-pemikiran-hermeneutik-paul-ricoeur.html


(1)

belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, serta organisasi penulisan.

Bab II merupakan kajian teoritis mengenai hermenutika khususnya

hermeneutik Paul Ricoeur. Selanjutnya diungkapkan juga teori-teori yang berkaitan dengan simbol-simbol.

Bab III merupakan pembahasan terhadap novel ”YUKIGUNI” dengan fokus analisis pada simbol-simbol yang terdapat di dalamnya, dan terdiri dari tiga sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai tokoh utama pria yaitu Shimamura, sub bab ke dua membahas mengenai tokoh utama wanita yaitu Komako, serta sub bab yang ke tiga membahas mengenai latar tempat yaitu ”YUKIGUNI” (daerah salju). Dengan demikian, bab ini merupakan inti pembahasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yang berisi penjelasan mengenai simbolisme dalam ”YUKIGUNI” yang ditinjau menurut pendekatan hermeneutik Paul Ricoeur.

Bab IV merupakan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

Selain itu dilampirkan pula daftar pustaka, riwayat hidup penulis, serta riwayat hidup pengarang novel “YUKIGUNI”.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

53

BAB IV KESIMPULAN

Novel YUKIGUNI merupakan salah satu novel terbaik dari Kawabata Yasunari yang mengungkapkan tentang ekspresi cinta serta kebebasan seseorang. Setelah penulis melakukan analisis novel YUKIGUNI dengan menggunakan metode

Hermeneutika Paul Ricoeur yang bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol, dengan menginterpretasikan makna teks berdasarkan simbol-simbol yang tersirat dan tersembunyi dalam sebuah teks. Oleh sebab itu kesimpulan penulis mengenai simbol-simbol yang tersirat dalam teks yang terdapat dalam novel

YUKIGUNI adalah sebagai berikut.

Semua manusia sangat menginginkan sesuatu yang ideal bagi dirinya sendiri. Pada tokoh utama pria dalam novel ini yaitu Shimamura, ia mencari keidealan bagi dirinya sendiri dengan berkelana serta berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya yang membantu dirinya untuk mencapai apa yang diingkannya. Shimamura dapat mengekspresikan semua keinginannya di daerah salju dan menjadi dirinya sendiri. Pada tokoh utama wanita yaitu Komako yang mencari keidealan bagi dirinya sendiri dengan menjadi seorang geisha. Komako berusaha keras membalas budi sang guru tari dengan menjadi seorang geisha. Sebagian penghasilan dari menjadi geisha, ia gunakan untuk membiayai pengobatan dan perawatan anak laki-laki sang guru tari yang sedang sakit keras. Selain itu keidealan lain yang diinginkan


(3)

Tindakan ini merupakan salah satu pengertian keindahan yang tercermin dalam sikap, cara berpikir, dan tingkah laku seorang geisha.

Pada novel ini Shimamura menyimbolkan sebagian orang Tokyo yang menyukai kesenian, serta individual. Shimamura sudah sejak kecil mengenal kesenian Jepang, dari pertunjukan kabuki dan seni tari, hingga senang menonton pertunjukan drama tari. Ia juga senang menulis karangan-karangan serta menerjemahkan buku-buku. Kehidupan lingkungan Tokyo yang individual, membuat karakter Shimamura ikut terpengaruh sebagai individu yang terbiasa oleh kesendirian dengan akitivitas dan kesibukan yang ia lakukan sendiri. Sangat berbeda dengan Komako yang lebih bisa bersosialisasi dengan baik terhadap individu di daerah sekitarnya. Sosok Komako mengisi kehidupan Shimamura yang terjadi saat mereka bertemu di daerah salju. Sebagai seorang geisha, Komako dituntut untuk selalu bisa memberikan yang terbaik kepada para tamu yang dihibur olehnya. Selain kecantikan, Komako juga harus terampil berkesenian serta memiliki kemampuan untuk berbincang dengan para tamunya. Hal seperti itulah yang menyimbolkan suatu bentuk atau penilaian keindahan yang terdapat pada diri seorang geisha seperti Komako.

YUKIGUNI sangat identik dengan penggambaran alam Jepang yang sangat indah, khususnya daerah di bagian utara pulau Honshu yang terletak di tepi laut Jepang. Kumpulan bukit-bukit kecil dan pegunungan menjadi daya tarik daerah salju, serta hamparan hutan bambu yang masih sangat asri juga terdapat di daerah ini


(4)

Universitas Kristen Maranatha

55

sebagai sebuah penggambaran keindahan alam di Jepang. Gambaran mengenai daerah salju, merupakan gambaran sebuah daerah dimana suasana sejuk dan nyaman serta keindahan alam terdapat di dalamnya. Daerah salju merupakan sebuah daerah yang menyimbolkan kebebasan, dimana setiap orang yang berada di daerah ini bebas melakukan keinginannya, tanpa harus tertekan dengan kesibukan sehari-hari.

Dalam novel ini setiap bagian peristiwa-peristiwa, simbol-simbol, serta imajinasi yang di paparkan oleh pengarangnya mampu menggugah emosional pembaca. Kawabata Yasunari menciptakan alur cerita yang sarat dengan simbol-simbol serta imajinasi dalam penggalan teksnya. Ia merupakan sastrawan yang memiliki imajinasi tinggi, serta mampu menembus sesuatu yang tersembunyi di setiap aspek kehidupan manusia. Ia mampu mengekspresikan serta mengungkapkannya dalam karya-karyanya dengan simbol-simbol yang terdapat dalam teksnya. Dengan cara tersebut ia dapat menyentuh emosional pembaca yang menikmati hasil karyanya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, 1995. Stilistika : Pengantar Bahasa Dalam Karya Sastra. Jakarta : IKIP Semarang

Aso, Isoji dkk. 1995 Sejarah Kesusastraan Jepang

A. Teew. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Danandjaja, James. 1997. Foklor Jepang ; dilihat dari kacamata Indonesia, Jakarta, Grafiti

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra; Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hardjana, Andre. 1981. Kritik Sastra Sebuah Pengantar, Jakarta: Gramedia

Hartoko, Dick, dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta : Kanisisus

Kawabata Yasunari. 1987. Negeri Salju, Terjemahan Matsuoka Kunio dan Ajib Rosidi, Jakarta : Pustaka Jaya

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Jakarta

Rosidi, Ayib. 1981. Mengenal Sastra dan Sastrawan Jepang . Erlangga Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung. Angkasa

Satari, Endah S. 1983. Pengantar Sejarah Kesusastraan Jepang. Bandung

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan (diterjemahkan oleh Melani Budianto dari Theory of Literature). Jakarta : Gramedia


(6)

Universitas Kristen Maranatha

x Website :

http://id.wikipedia.org/wiki/Yasunari_Kawabata http://en.wikipedia.org/wiki/Snow_Country

http://muhammad-yasin.blogspot.com/2008/04/peta-pemikiran-hermeneutik-paul-ricoeur.html

http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/06/05/paul-ricoeur-hermeneutik-simbol-dan-mitos