Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Siswa Terhadap Penerapan Student Centered Learning di Sekolah Menengah Pertama "X" Kota Bandung.
Abstrak
Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Siswa Terhadap Penerapan Student Centered Learning di SMP “X” Kota Bandung. Student Centered Learning menurut McCombs dan Whisler (1997) adalah pendekatan pembelajaran yang memadukan antara fokus siswa secara individual dengan fokus pada pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai penerapan prinsip Student Centered Learning pada siswa di SMP “X” Kota Bandung secara umum dan di setiap tingkatan kelas. Pemilihan sampel menggunakan metode kombinasi antara proportionate stratified random sampling dan insidental sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 263 siswa.
Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti dan team berdasarkan teori Student Centered Learning dari McCombs dan Whisler (1997). Standarisasi telah dilakukan pada kuesioner ini dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. Setelah melalui proses try out dan berdasarkan uji validitas dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh hasil validitas antara 0,302 - 0,760 dan 0,927 untuk reliabilitas yang di uji menggunakan koefisien Alpha Cronbach dengan bantuan program SPSS 19.0.
Berdasarkan hasil akhir yang diperoleh, dapat dilihat bahwa lebih banyak (62,7%) siswa SMP “X” Bandung yang mengamati guru telah menerapkan Student Centered Learning. Dilihat dari prinsip Student Centered Learning, siswa mengamati keseluruhan prinsip telah diterapkan oleh guru, namun terdapat beberapa prinsip yang memiliki potensi untuk dapat lebih ditingkatkan penerapannya oleh guru.
Saran bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian korelasi atau komparasi dengan variabel-variabel lain. Bagi guru-guru agar lebih mengupayakan tindakan konkrit yang mencerminkan prinsip Student Centered Learning di setiap tingkatan kelasnya.
(2)
Abstract
This research is a descriptive studies regarding the Students Perceptions of the Application of Student Centered Learning in “X” Bandung Junior High School. Definition of Student Centered Learning by McCombs and Whisler
(1997) is the perspective that couples a focus on individual learners with a focus
on learning. The purpose for this research is to provide an overview of the application of Student Centered Learning principles in “X” Bandung Junior High School students in general and at every grade level. The selection of samples using insidental sampling method and stratified random sampling. Sample in this study is 263 students.
The instrument that use to collect data about Student Centered Learning is a questionnaire prepared by the researcher and team based Student Centered Learning theory of McCombs and Whisler (1997). The standarization had been done on this questionnaire to search out validity value and reliability value. After a try out process and based on test validity using Pearson Product Moment correlation test, obtained result of validity value between 0,302 to 0,760 and result of reliability value about 0,927 tested using Alpha Cronbach coefficients with help of the program SPSS 19.0.
Based on the final result, we can see that most of students in “X” Bandung Junior High School perceive that teachers have implemented Student Centered Learning with 62,7%. Views of Student Centered Learning principles, students perceived the overall principle has been applied by teachers.
The suggestion is for the next researcher to try doing the correlation or comparison research to another variable. For the teachers to further enhance concrete action that reflect principles of Student Centered Learning in each grade level.
(3)
DAFTAR ISI
COVER
ABSTRAK……… i
ABSTRACT……….…….…... ii
DAFTAR ISI……… iii
DAFTAR TABEL……… vii
DAFTAR BAGAN………... ix
DAFTAR LAMPIRAN……… x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………. 1
1.2. Identifikasi Masalah……… 9
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian………9
1.3.1. Maksud Penelitian……… 9
1.3.2. Tujuan Penelitian………. 9
1.4. Kegunaan Penelitian………... 9
1.4.1. Kegunaan Teoretis………... 9
1.4.2. Kegunaan Praktis………. 10
1.5. Kerangka Pemikiran………10
(4)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Student Centered Learning………. 21
2.1.1. Pengertian Student Centered Learning……….... 21
2.1.2. Prinsip Student Centered Learning……….. 23
2.2. Persepsi Sosial……… 37
2.2.1. Dinamika Persepsi Sosial………. 37
2.2.2. Syarat Terjadinya Persepsi………... 38
2.3. Perbandingan antara Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning………. 39
2.4. Teori Remaja………... 41
2.3.1. Pengertian Remaja………...…. 41
2.3.2. Hakekat Sekolah Pada Masa Remaja………...…. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian dan Prosedur Penelitian………...……...…. 44
3.2. Bagan Prosedur Penelitian………...…... 44
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 45
3.3.1. Variabel Penelitian………..…. 45
3.3.2. Definisi Operasional………...……... 45
3.4. Alat Ukur………...……… 47
3.4.1. Kuesioner Student Centered Learning………. 47
3.4.2. Data Pribadi dan Data Penunjang………...…. 50
(5)
3.4.3.1. Validitas Alat Ukur………...………… 50
3.4.3.2. Reliabilitas Alat Ukur………...……..51
3.5. Populasi Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel……… 51
3.5.1. Populasi Sasaran……….. 51
3.5.2. Karakteristik Populasi………. 51
3.5.3. Teknik Penarikan Sampel………. 52
3.6. Teknik Analisis Data……… 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden………. 54
4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………. 54
4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Usia………. 55
4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Siswa Tiap Kelas………. 55
4.2. Hasil Penelitian………... 56
4.2.1. Gambaran Penerapan Student Centered Learning Pada Siswa di SMP “X” Kota Bandung……….. 56
4.2.2. Gambaran Penerapan Tiap Prinsip Student Centered Learning Pada Siswa di SMP “X” Kota Bandung………... 56
4.2.3. Gambaran Penerapan Student Centered Learning Pada Siswa di SMP “X” Kota Bandung Berdasarkan Tingkatan Kelas…… 57
(6)
4.2.3.2. Gambaran Penerapan Tiap Prinsip Student Centered
Learning Pada Siswa Kelas 7………. 58
4.2.3.3. Gambaran Penerapan Student Centered Learning Pada Siswa Kelas 8……….. 59
4.2.3.4. Gambaran Penerapan Tiap Prinsip Student Centered Learning Pada Siswa Kelas 8……… 59
4.2.3.5. Gambaran Penerapan Student Centered Learning Pada Siswa Kelas 9……… 60
4.2.3.6. Gambaran Penerapan Tiap Prinsip Student Centered Learning Pada Siswa Kelas 9……… 61
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 62
4.3.1. Pembahasan Hasil Penerapan Student Centered Learning Secara Umum……… 63
4.3.2. Pembahasan Hasil Penerapan Student Centered Learning Pada Tiap Tingkatan Kelas………... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 87
5.2. Saran………... 88
5.2.1. Saran Teoritis………... 88
5.2.2. Saran Praktis……… 88
DAFTAR PUSTAKA……….. 91
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pembelajaran Teacher Centered Learning dengan Student Centered Learning………...……… 39 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur………...……….……... 48 Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Alat Ukur Student Centered Learning……….. 49 Tabel 4.1 Gambaran Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin………... 54 Tabel 4.2 Gambaran Siswa Berdasarkan Usia………... 55 Tabel 4.3 Gambaran Siswa Berdasarkan Jumlah Siswa Tiap Kelas……….. 55 Tabel 4.4 Gambaran Penerapan Student Centered Learning
Pada Siswa di SMP “X” Kota Bandung………... 56 Tabel 4.5 Gambaran Penerapan Tiap Prinsip Student Centered Learning
Pada Siswa di SMP “X” Kota Bandung………... 56 Tabel 4.6 Gambaran Penerapan Student Centered Learning Pada Siswa
Kelas 7………...………...……. 57 Tabel 4.7 Gambaran Penerapan Tiap Prinsip Student Centered Learning
Pada Siswa Kelas 7………...……… 58 Tabel 4.8 Gambaran Penerapan Student Centered Learning Pada Siswa
Kelas 8………...……… 59
Tabel 4.9 Gambaran Penerapan Tiap Prinsip Student Centered Learning Pada Siswa Kelas 8………...……… 59 Tabel 4.10 Gambaran Penerapan Student Centered Learning Pada Siswa
(8)
Tabel 4.11 Gambaran Penerapan Tiap Prinsip Student Centered Learning Pada Siswa Kelas 9………...……….. 61
(9)
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran... 19 Bagan 2.1 Dinamika Persepsi Sosial………..………... 32 Bagan 3.1 Prosedur Penelitian... 42
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Student Centered Learning Lampiran 2 Hasil Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 3 Skor Total dari Setiap Responden
Lampiran 4 Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10%
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan berusaha untuk meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Meskipun saat ini ilmu pengetahuan dapat dengan mudah diakses dari mana pun, di Indonesia setiap warga negara dihimbau untuk dapat menjalani serangkaian proses belajar pada jenjang pendidikan formal. Pada pendidikan formal di Indonesia, individu diwajibkan untuk melewati beberapa tahap pendidikan dan pemerintah mengeluarkan program wajib belajar selama 9 tahun yaitu tepatnya sampai pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan adanya program tersebut, pemerintah menjadi lebih fokus dengan terus memperbaiki standar pendidikan dengan salah satunya melalui terus bergantinya kurikulum atau pembelajaran di sekolah (http://ilmiahilmu.wordpress.com).
Pedoman peningkatan mutu dengan acuan kurikulum juga berhubungan dalam rencana pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah. Diperlukan penerapan pendekatan pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan mutu pembelajaran, motivasi dan prestasi siswa. Terkait dengan pendekatan pembelajaran, meskipun kurikulum telah berganti beberapa kali
(12)
2
namun cara mengajar guru tetap tidak berubah, dimana guru tetap menjadi pusat dari pembelajaran (Teacher Centered Learning) (http://edukasi.kompas.com).
Dalam pendekatan Teacher Centered Learning, guru memainkan peran utama dalam proses menghasilkan pendidikan yaitu mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa dengan menerangkan materi secara searah dan siswa akan menerimanya dengan mencatat dan menghafal. Pendekatan pembelajaran semacam ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan dan resisten (Rogers, 1983). Hal tersebut sejalan dengan hasil observasi dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2012) pada salah satu SMP di Jakarta, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah pada saat pemberian materi yang membuat kurangnya partisipasi dari siswa pada saat pembelajaran, sehingga kualitas pembelajaran menjadi kurang memuaskan (http://kompasiana.com/post/edukasi). Fakta lain ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Prijatna (2012) terhadap pendekatan belajar yang diterapkan guru IPS pada salah satu SMP di Kabupaten Bandung. Ketika proses belajar, guru memberikan bahan pelajaran yang terbatas hanya pada buku paket saja dan guru menggunakan metode ceramah, sehingga menunjukan hasil belajar yang kurang memuaskan juga kurang dapat meningkatkan minat belajar, kreatifitas dan berpikir kritis pada siswa (https://hendraprijatna68.files.wordpress.com).
Bertentangan dengan pendekatan Teacher Centered Learning yang lebih memusatkan kegiatan belajar pada guru dengan hanya menjadikan siswa sebagai objek, terdapat pendekatan pembelajaran lain yang berfokus dan menjadikan siswa sebagai pusat dari pembelajaran yaitu pendekatan Student Centered
(13)
3
Learning. Harden dan Crosby (2000, dalam Widhiarso, 2010) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran ini menekankan siswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan guru. Hal tersebut menempatkan peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Collins dan O’Brien (2003, dalam Widhiarso, 2010) berpendapat, jika pendekatan pembelajaran Student Centered Learning diterapkan dengan benar akan menyebabkan meningkatnya motivasi untuk belajar, lebih retensi pengetahuan, pemahaman yang lebih mendalam dan lebih banyak memberikan hal positif terhadap siswa.
Menurut McCombs dan Whisler (1997) Student Centered Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memadukan antara fokus siswa secara individual seperti keturunan, minat, bakat pengalaman, perspektif, latar belakang, kapasitas kemampuan yang dimiliki dan kebutuhan siswa dengan tetap fokus pada tujuan pembelajaran. Terdapat dua belas prinsip yang dapat menjelaskan penerapan Student Centered Learning yaitu prinsip sifat alami dari proses pembelajaran, prinsip tujuan dari proses pembelajaran, prinsip membangun pengetahuan, prinsip berpikir tingkat tinggi, prinsip pengaruh motivasi dalam belajar, prinsip motivasi intrinsik untuk belajar, prinsip karakteristik tugas belajar yang meningkatkan motivasi, prinsip hambatan dan kesempatan untuk berkembang, prinsip perbedaan sosial dan budaya, prinsip penerimaan, self-esteem dan pembelajaran, prinsip perbedaan individual dalam belajar dan prinsip penyaringan kognitif (McCombs dan Whisler, 1997).
(14)
4
Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka peneliti melakukan survei awal di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung. Sekolah ini menyediakan fasilitas belajar yang lengkap, guru-guru yang dibekali dengan pelatihan mengenai metode mengajar yang berbeda secara berkala dan setiap tahunnya SMP ini selalu berada di antara urutan passing grade tertinggi di Kota Bandung, hal tersebut dapat menjadi salah satu bukti bahwa SMP “X” ini memiliki kualitas yang baik dan terus menjaga kualitas pendidikannya dari tahun ke tahun serta menjadi salah satu sekolah negeri favorit di Kota Bandung. SMP ini memiliki siswa-siswi dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang berbeda-beda dengan sebagian besar siswa masuk dengan nilai yang tinggi, namun terdapat pula siswa yang diterima melalui program pemerintah untuk menyediakan tempat bagi siswa yang kurang mampu di lingkungan sekitar sekolah tersebut. Hal tersebut yang terkadang menjadi kendala bagi guru karena siswa yang diterima memiliki kemampuan belajar yang kurang daripada siswa lainnya yang masuk berdasarkan nilai passing grade dan dengan menerapkan Student Centered Learning guru dapat menjembatani perbedaan tersebut. Guru-guru di SMP “X” ini pula telah dihimbau untuk dapat menerapkan Student Centered Learning pada siswa.
Untuk melihat gambaran secara umum dari pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMP “X” Kota Bandung, peneliti melakukan wawancara terhadap wakil kepala sekolah, salah satu guru mata pelajaran dan 11 siswa. Menurut hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah yang juga mengajar untuk mata pelajaran bahasa indonesia, sejak pergantian kurikulum menjadi KTSP, para guru di SMP
(15)
5
“X” Kota Bandung mulai mengubah cara memandang siswa juga cara mengajar di kelas. Perubahan ini salah satunya dapat dilihat dari tugas-tugas yang diberikan, siswa tidak hanya diberikan tugas berdasarkan buku saja, namun tugas yang diberikan membebaskan siswa untuk bereksplorasi dan mencari sumber dari mana saja yang nantinya akan dipresentasikan di depan kelas (prinsip 3). Contoh tugas lain yang diberikan yaitu membaca bulanan, dimana siswa minimal melaporkan satu buku yang telah dibacanya. Tugas tersebut diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk menumbuhkan minat membaca pada siswa (prinsip 1).
Menurut wakil kepala sekolah memberikan tugas presentasi membuat siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, baik untuk siswa yang memberikan presentasi maupun siswa yang menyimak presentasi. Proses diskusi akan berlangsung sebab siswa yang menyimak akan diberikan kesempatan bertanya, namun tidak semua siswa berani bertanya secara langsung. Untuk menyikapi hal ini guru memiliki strategi dengan memberikan reward jika siswa bertanya dan reward yang diberikan dapat berupa poin tambahan atau kata-kata pujian (prinsip 5). Wakil kepala sekolah tersebut memandang siswa-siswanya sebagai seorang individu yang datang ke dalam kelas dengan memiliki berbagai pengetahuan. Siswa tidak lagi dipandang sebagai individu yang tidak tahu apa-apa tetapi sebagai individu yang telah memiliki sesuatu di dalam dirinya, bahkan siswa dapat memiliki pengetahuan yang melebihi gurunya (prinsip 12).
Hal yang sejalan juga di ungkapkan oleh Bapak B yang merupakan guru mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup. Menurut Bapak B, saat ini
(16)
6
Sepanjang proses pembelajaran, banyak metode yang digunakan dalam menerangkan materi, salah satunya adalah dengan diskusi (prinsip 3). Siswa diajak untuk terlibat aktif dalam diskusi dengan membentuk kelompok. Dalam membentuk kelompok, guru menggabungkan siswa yang memiliki kemampuan pemahaman yang lebih dan yang kurang dengan tujuan agar sesama siswa dapat saling membantu satu sama lain (prinsip 8). Pemahaman siswa menjadi hal yang penting bagi guru di SMP “X” Kota Bandung. Guru akan mencari tahu sampai batas mana pemahaman siswa mengenai materi yang di ajarkan yaitu dengan memberikan kesempatan bertanya pada siswa, hasil dari tugas yang dikerjakan siswa dan dari ulangan yang diberikan (prinsip 2). Dari hal tersebut juga dapat menjadi evaluasi bagi guru maupun siswa, jika siswa mendapatkan hasil yang kurang baik bukan berarti siswa yang tidak mampu tetapi dapat juga terdapat kesalahan dalam cara mengajar guru.
Menurut wakil kepala sekolah dan Bapak B, guru-guru di SMP “X” Kota Bandung berusaha untuk tidak membeda-bedakan antar siswa, semua siswa di anggap sama. Ketika ada siswa yang terlihat mengalami masalah di dalam kelas, guru akan melakukan pendekatan secara pribadi kepada siswa tersebut untuk mencari tahu permasalahan yang di alami, tanpa melihat status sosial, jenis kelamin atau kemampuan akademik siswa (prinsip 9). Sekolah ini juga mencoba membangun interaksi dan hubungan baik antara guru-siswa juga antar sesama siswa. Ketika siswa bertemu guru, kakak kelas atau adik kelas dibiasakan untuk saling menyapa (prinsip 10).
(17)
7
Menurut survei awal yang dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan terbuka pada 11 siswa di SMP “X” Kota Bandung. Menurut 63,6% siswa, lebih banyak guru yang mengajar dengan mengajak siswa untuk aktif atau terlibat dalam proses belajar di kelas dan membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan. Menurut siswa, guru menerangkan materi tidak hanya berdasarkan apa yang ada di buku saja namun disertai dengan contoh-contoh aplikasi dari kehidupan sehari-hari yang menjadikan materi lebih menarik dan mudah untuk dipahami (prinsip 3). Ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang dijelaskan dan tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, maka guru yang akan memberikan pertanyaan kepada siswa dengan tujuan untuk memeriksa pemahaman siswa (prinsip 2). Dalam hal sikap guru yang tidak membeda-bedakan, seluruh siswa sepakat akan hal tersebut. Guru-guru di SMP “X” menunjukkan perlakuan yang sama terhadap semua siswa, meskipun siswa di SMP “X” ini memiliki latar belakang atau kemampuan yang berbeda-beda (prinsip 9).
Menurut 36,4% siswa lainnya menjelaskan bahwa masih terdapat guru yang mengajar sekedar menjelaskan materi tanpa memperdulikan siswa akan mengerti atau tidak. Bahkan terdapat guru yang mengajar dengan terus menjelaskan materi meskipun tahu bahwa siswa telah terlihat tidak konsentrasi di dalam kelas, dimana siswa sibuk dengan kegiatannya masing-masing dan tidak memperhatikan serta mendengarkan apa yang sedang dijelaskan guru di depan kelas. Menurut siswa, dengan guru mengajar seperti itu membuat siswa menjadi
(18)
8
siswa, pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru tersebut merupakan pendekatan Teacher Centered Learning.
Melalui hasil survei pada wakil kepala sekolah dan salah satu guru mata pelajaran, ditemukan bahwa para guru di SMP “X” Kota Bandung telah mencoba menerapkan beberapa prinsip dari Student Centered Learning, namun masih terdapat prinsip-prinsip dari pendekatan Student Centered Learning yang belum diterapkan kepada siswa. Hal tersebut sedikit berbeda dengan apa yang di utarakan oleh siswa, para siswa menyatakan bahwa meskipun terdapat beberapa prinsip Student Centered Learning yang telah diterapkan, terdapat perilaku guru yang mengajar masih mengarah pada penerapan pendekatan Teacher Centered Learning.
Berdasarkan hasil survei awal kepada guru dan siswa di SMP “X” Kota Bandung, diperoleh kesimpulan sementara bahwa terdapat kesenjangan antara pemaparan oleh guru dengan pemaparan oleh siswa, terkait dengan penerapan pendekatan Student Centered Learning di sekolah tersebut dan didukung oleh hadirnya kepentingan evaluasi dari guru bimbingan konseling terhadap pendekatan pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru di SMP “X” Kota Bandung. Adanya pendapat dari berbagai tokoh beserta fakta yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Student Centered Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan banyak hal positif bagi siswa, sehingga diharapkan pendekatan pembelajaran ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah. Dari keseluruhan hal tersebut yang membuat peneliti menjadi tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul ‘Studi Deskriptif
(19)
9
mengenai Persepsi Siswa terhadap Penerapan Student Centered Learning di Sekolah Menengah Pertama “X” Kota Bandung’.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui sejauhmana guru menerapkan Student Centered Learning pada proses pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama “X” Kota Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan prinsip-prinsip Student Centered Learning oleh guru Sekolah Menengah Pertama “X” di Kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan Student Centered Learning melalui dua belas prinsip Student Centered Learning oleh guru melalui persepsi siswa secara umum dan pada setiap tingkatan di Sekolah Menengah Pertama “X” Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis
Memberikan informasi mengenai gambaran Student Centered Learning pada siswa Sekolah Menengah Pertama bagi ilmu Psikologi Pendidikan.
Memberi masukan bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai Student Centered Learning.
(20)
10
1.4.2 Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada guru Bimbingan Konseling di SMP “X” Kota Bandung mengenai gambaran Student Centered Learning. Informasi ini dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap pendekatan pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya oleh guru-guru di SMP “X” melalui prinsip-prinsip yang ada pada Student Centered Learning dan hasil tersebut dapat dimanfaatkan untuk ditindak lanjuti.
Memberikan informasi kepada kepala sekolah SMP “X” Kota Bandung mengenai gambaran penerapan Student Centered Learning. Informasi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat kebijakan mengenai pendekatan pembelajaran yang diterapkan di SMP “X” Kota Bandung. 1.5 Kerangka Pemikiran
Siswa di SMP “X” Kota Bandung tergolong pada kategori remaja yang berada pada usia antara 13 sampai 15 tahun. Menurut Santrock (2004), periode masa remaja dimulai pada usia 10 atau 13 tahun hingga akhir usia belasan. Pada masa remaja, siswa memiliki tugas perkembangan yaitu penyesuaian terhadap perubahan fisik yang terjadi, perubahan cara berpikir, perubahan suasana hati dan membangun pola identitas diri. Selain perubahan dalam diri, pada masa remaja juga berlangsung masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah. Transisi yang terjadi meliputi, perubahan dari struktur kelas yang kecil dan penuh menjadi struktur kelas yang lebih besar dan lebih impersonal, perubahan dari berhadapan dengan seorang guru menjadi banyak dan beragam guru serta dari sekelompok teman sebaya yang kecil dan homogen menjadi sekelompok teman sebaya yang
(21)
11
lebih besar dan heterogen (Santrock, 2004). Perubahan-perubahan dalam masa transisi tersebut terjadi selama proses pembelajaran yang dijalani oleh remaja atau dalam hal ini siswa. Untuk dapat mencapai pembelajaran yang optimal akan berkaitan dengan peranan besar dari guru yang dapat tercermin dalam pendekatan pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas. Pada umumnya, pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru di sekolah-sekolah menempatkan siswa sebagai objek penerima saja, sehingga perlunya pendekatan pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan dan melibatkan siswa dalam proses belajar. Perubahan tersebut pula yang terjadi di SMP “X” Kota Bandung. Sejak bergantinya kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), para guru melakukan perubahan pada pendekatan pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas, dimana pendekatan pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru menjadi pendekatan pembelajaran menjadikan siswa sebagai pusat dalam pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang dimaksud di atas adalah Student Centered Learning. Pada pendekatan pembelajaran ini guru menjadi fasilitator atau sebagai pendamping siswa dalam belajar di kelas dan siswa diharapkan menjadi peserta yang aktif dan mandiri dalam proses belajar. Student Centered Learning menurut McCombs dan Whisler (1997) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memadukan fokus pada siswa dan fokus pada pembelajaran, sehingga siswa yang menjadi pusat dari pembelajaran namun tidak melupakan fokus pembelajaran. Dalam penerapannya, McCombs menguraikan Student Centered Learning ke
(22)
12
proses pembelajaran (prinsip 1), prinsip tujuan dari proses pembelajaran (prinsip 2), prinsip membangun pengetahuan (prinsip 3), prinsip berpikir tingkat tinggi (prinsip 4), prinsip pengaruh motivasi dalam proses belajar (prinsip 5), prinsip motivasi intrinsik untuk belajar (prinsip 6), prinsip karakteristik tugas belajar yang meningkatkan motivasi (prinsip 7), prinsip hambatan dan kesempatan untuk berkembang (prinsip 8), prinsip perbedaan sosial dan budaya (prinsip 9), prinsip penerimaan, self-esteem dan pembelajaran (prinsip 10), prinsip perbedaan individual dalam belajar (prinsip 11) dan prinsip penyaringan kognitif (prinsip 12) (McCombs dan Whisler, 1997).
Prinsip yang ke-1 adalah sifat alami dari proses pembelajaran, menjelaskan apakah guru telah memfasilitasi proses belajar menjadi proses yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa SMP “X” Kota Bandung dengan menarik minat siswa pada materi serta membantu membangun makna. Dalam prinsip ini guru diharapkan dapat menjelaskan materi dengan antusias dan menarik perhatian siswa serta menjelaskan kegunaan dari materi pelajaran sehingga siswa dapat menikmati dan merasakan makna dari pembelajaran. Perilaku tersebut dapat mencerminkan guru yang telah menerapkan prinsip ke-1 dari pendekatan Student Centered Learning.
Pada prinsip yang ke-2 yaitu tujuan dari proses pembelajaran menjelaskan apakah guru telah mengarahkan siswa di SMP “X” Kota Bandung untuk dapat memahami apa yang dipelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan memeriksa pemahaman siswa dan memahami pentingnya waktu dalam proses belajar. Pada penerapan prinsip ini guru diharapkan untuk sesekali memeriksa
(23)
13
sejauh mana pemahaman pada siswa, seperti mengajukan pertanyaan, memberikan lebih banyak kesempatan bertanya dan mendorong siswa untuk mengeluarkan pendapat terhadap materi yang diajarkan serta memberikan jeda waktu setelah memberikan suatu materi dengan tujuan agar siswa dapat memahami materi secara perlahan dan mendalam. Ketika perilaku tersebut dimunculkan dapat mencerminkan guru telah menerapkan prinsip ke-2 dari pendekatan Student Centered Learning.
Prinsip yang ke-3 adalah membangun pengetahuan, menjelaskan apakah guru telah menerapkan metode yang berbeda untuk membantu siswa di SMP “X” Kota Bandung dalam memahami dan mengorganisasi informasi yang diterima dengan menggunakan media serta strategi dalam mengajar yang bervariasi. Dalam prinsip ini guru diharapkan untuk tidak hanya menggunakan papan tulis sebagai media dalam penyampaian materi namun menggunakan media lain seperti tayangan video, rekaman audio atau alat peraga dan juga guru menggunakan strategi belajar yang bervariasi seperti memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi serta memberikan tugas secara berkelompok dengan tujuan memudahkan siswa dalam memahami dan mengingat informasi yang penting, perilaku tersebut yang mencerminkan guru telah menerapkan prinsip ke-3 dari pendekatan Student Centered Learning.
Pada prinsip yang ke-4 yaitu berpikir tingkat tinggi, menjelaskan apakah guru telah memfasilitasi siswa di SMP “X” Kota Bandung untuk lebih dapat memanfaatkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi dalam memahami materi
(24)
14
yang baru. Guru diharapkan untuk memahami bahwa setiap siswa memiliki cara untuk memaknai pengetahuan dengan cara yang berbeda satu sama lain sehingga guru diharapkan untuk lebih banyak melibatkan siswa dalam proses penalaran yang rumit, mulai dari hal yang sederhana seperti mengingat atau menghafal materi sampai dengan menganalisa dan pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dari materi yang di ajarkan serta guru dapat mendorong siswa untuk berpikir secara berbeda dengan memperluas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Perilaku tersebut yang dapat mencerminkan guru telah menerapkan prinsip ke-4 dari pendekatan Student Centered Learning.
Pada prinsip ke-5 yaitu pengaruh motivasi dalam proses belajar, menjelaskan apakah guru telah mengerahkan waktu dan usahanya untuk membangun keyakinan, sikap, persepsi dan perasaan positif siswa di SMP “X” Kota Bandung dengan memperhatikan kondisi emosi siswa serta memperlakukan siswa secara setara. Guru diharapkan dapat menyadari bahwa motivasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi proses belajar maka guru diharapkan untuk menciptakan suasana belajar yang positif di dalam kelas seperti, memuji siswa ketika dapat menjawab pertanyaan, memberikan setiap siswa kesempatan yang sama untuk bertanya dan hal-hal lain yang dapat membuat siswa nyaman dan bersemangat untuk belajar di dalam kelas. Dalam prinsip ini perilaku tersebut dapat mencerminkan guru telah menerapkan prinsip ke-5 dari pendekatan Student Centered Learning.
Pada prinsip yang ke-6 yaitu motivasi intrinsik untuk belajar, menjelaskan apakah guru telah menunjukkan ketertarikan dan memberi dukungan terhadap
(25)
15
masalah siswa di SMP “X” Kota Bandung. Pada prinsip ini guru diharapkan untuk memahami bahwa pada dasarnya setiap siswa memiliki rasa ingin tahu dan keinginan untuk menikmati pembelajaran, namun pemikiran negatif seperti takut gagal atau cemas untuk dihukum dapat mengancam semangat siswa sehingga dapat menghargai setiap siswanya, seperti ketika siswa mengajukan pertanyaan (apapun pertanyaan dari siswa) guru tidak meremehkan siswa melainkan memberikan pujian karena telah memiliki keberanian untuk mengajukan pertanyaan dan memberi perhatian ketika siswa terlihat memiliki masalah dan tidak bersemangat di dalam kelas. Perilaku tersebut yang mencerminkan guru telah menerapkan prinsip ke-6 dari pendekatan Student Centered Learning.
Prinsip yang ke-7 adalah karakteristik tugas belajar yang meningkatkan motivasi, menjelaskan apakah guru telah memberikan tugas-tugas yang relevan bagi siswa siswa di SMP “X” Kota Bandung dan memiliki tingkat kesulitan yang sesuai yang membuat siswa menjadi terpacu dan bersemangat untuk mengerjakannya, contohnya adalah dengan guru memberikan tugas untuk membaca buku secara berkala dengan tujuan untuk meningkatkan minat membaca siswa. Pada prinsip perilaku guru tersebut dapat mencerminkan prinsip ke-7 dari pendekatan Student Centered Learning telah diterapkan kepada siswa.
Pada prinsip yang ke-8 yaitu hambatan dan kesempatan untuk berkembang, menjelaskan apakah guru telah memahami hambatan-hambatan yang di alami siswa di SMP “X” Kota Bandung yang mempengaruhi proses belajar seperti, perkembangan fisik, kecerdasan dan emosional siswa. Dalam prinsip ini
(26)
16
belajar salah satunya dengan memberikan materi atau praktek yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, seperti guru akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk banyak mengeksplor materi yang bervariasi karena ingin memanfaatkan rasa ingin tahu siswa yang sesuai pada tahap perkembangannya. Perilaku tersebut dapat mencerminkan guru telah menerapkan prinsip ke-8 dari pendekatan Student Centered Learning.
Pada prinsip yang ke-9 yaitu perbedaan sosial dan budaya, menjelaskan apakah guru telah memahami akan keberagaman yang dimiliki siswa di SMP “X” Kota Bandung seperti usia, budaya dan latar belakang keluarga yang nantinya akan menentukan jalannya pembelajaran serta mendorong siswa untuk menghargai perbedaan siswa lain. Guru diharapkan untuk lebih banyak memberikan toleransi kepada siswa dengan menjebatani perbedaan masing-masing siswa dan dalam proses belajar guru akan berusaha memahami siswa seperti, cara berbicara yang berbeda antar siswa dalam mengeluarkan pendapat atau perilaku yang ditampilkan siswa serta mendorong siswa untuk dapat berteman atau berkerja satu sama lain meskipun dengan adanya perbedaan sosial dan budaya. Perilaku guru tersebut dapat mencerminkan prinsip ke-9 dari pendekatan Student Centered Learning telah diterapkan pada siswa.
Prinsip yang ke-10 adalah penerimaan sosial, self-esteem dan pembelajaran, menjelaskan apakah guru telah dapat menghargai potensi dan bakat yang dimiliki siswa di SMP “X” Kota Bandung yang nantinya dapat meningkatkan pembelajaran dan keberhargaan diri siswa. Dalam prinsip ini guru diharapkan untuk menjalin hubungan yang saling menghargai dan peduli dengan
(27)
17
memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukan potensi atau kemampuan yang dimiliki, seperti siswa yang lebih pintar dapat membimbing teman lainnya yang kurang dalam hal pelajaran yang dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa akan kemampuan yang dimilikinya dan memfasilitasi siswa untuk mengikuti lomba-lomba sesuai dengan kelebihan yang dimiliki siswa. Pada prinsip ini perilaku tersebut dapat mencerminkan guru telah menerapkan prinsip ke-10 dari pendekatan Student Centered Learning.
Pada prinsip ke-11 yaitu perbedaan individual dalam belajar, menjelaskan apakah guru telah memahami keunikan yang dimiliki siswa di SMP “X” Kota Bandung. Pada prinsip ini guru diharapkan untuk memahami bahwa masing-masing siswa memiliki perbedaan kemampuan dan pilihan dalam gaya belajar dengan berusaha menjalin hubungan yang dekat dengan siswa untuk memahami perbedaan yang terdapat dalam diri masing-masing siswa serta memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan kreatifitasnya seperti dalam mengerjakan tugas persentasi. Perilaku guru tersebut yang dapat mencerminkan prinsip ke-11 dari pendekatan Student Centered Learning telah diterapkan pada siswa.
Prinsip yang terakhir yaitu, prinsip ke-12 adalah penyaringan kognitif. Prinsip ini menjelaskan apakah guru telah memahami sudut pandang siswa di SMP “X” Kota Bandung dengan menyadari bahwa keyakinan pribadi, pemikiran dan pemahaman yang akan dihasilkan siswa berasal dari pemaknaan dan pembelajaran sebelumnya serta menjadi dasar bagi siswa untuk membangun
(28)
18
prinsip ini guru diharapkan untuk menempatkan diri pada pemikiran siswa dengan lebih banyak meminta informasi atau kejelasan ketika siswa mengutarakan pertanyaan dan tidak mudah tersinggung saat menanggapi komentar negatif dari siswa. Perilaku tersebut yang mencerminkan guru telah menerapkan prinsip ke-12 dari pendekatan Student Centered Learning.
Penerapan Student Centered Learning di SMP “X” Kota Bandung dapat tercermin dari perilaku guru dalam menerapkan prinsip-prinsip Student Centered Learning dan perilaku guru tersebut menjadi stimulus yang akan dipersepsi siswa. Dalam diri setiap siswa terdapat faktor-faktor, seperti norma, emosi dan atensi yang akan mempengaruhi dalam membentuk kognisi siswa sebagai dasar dalam membentuk frame of reference dan selanjutnya membentuk belief lalu belief tersebut akan mempengaruhi penilaian siswa terhadap perilaku guru. Siswa hanya akan memberikan respon terhadap stimulus yang sesuai dengan dirinya, dalam hal ini persepsi terhadap perilaku guru, sehingga stimulus tersebut diseleksi oleh siswa sesuai dengan faktor stimulus itu sendiri dan faktor-faktor dari dalam diri siswa. Jika siswa memersepsi keduabelas prinsip Student Centered Learning, maka akan diperoleh hasil bahwa Student Centered Learning telah diterapkan oleh guru di SMP “X” Kota Bandung.
Penjelasan mengenai dinamika hubungan antara persepsi siswa mengenai pendekatan pembelajaran Student Centered Learning beserta prinsip-prinsipnya, dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut ini :
(29)
19
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Siswa Sekolah
Menengah Pertama “X” di
Kota Bandung Belum Menerapkan
Student Centered Learning
Prinsip 1 : Sifat Alami dari Proses Belajar Prinsip 2 : Tujuan dari Proses Belajar Prinsip 3 : Membangun Pengetahuan Prinsip 4 : Berpikir Tingkat Tinggi
Prinsip 5 : Pengaruh Motivasi dalam Proses Belajar Prinsip 6 : Motivasi Intrinsik untuk Belajar
Prinsip 7 : Karakteristik Tugas Belajar yang Meningkatkan Motivasi Prinsip 8 : Hambatan dan Kesempatan untuk Berkembang
Prinsip 9 : Perbedaan Sosial dan Budaya
Prinsip 10 : Penerimaan Sosial, Self-esteem dan Pembelajaran Prinsip 11 : Perbedaan Individual dalam Belajar
Prinsip 12 : Penyaringan Kognitif
Telah Menerapkan Student Centered
Learning Persepsi Siswa
mengenai Student Centered Learning Pendekatan
pembelajaran oleh guru
(30)
20
1.6 Asumsi
Student Centered Learning yang diterapkan pada siswa di SMP “X” Kota Bandung merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan dampak positif bagi siswa.
Penerapan Student Centered Learning diperoleh berdasarkan persepsi siswa di SMP “X” Kota Bandung terhadap perilaku guru pada proses pembelajaran.
Penerapan Student Centered Learning pada siswa di SMP “X” Kota Bandung dapat dilihat berdasarkan 12 prinsip yaitu, prinsip sifat alami dari proses pembelajaran, prinsip tujuan dari proses pembelajaran, prinsip membangun pengetahuan, prinsip pemikiran tingkat tinggi, prinsip pengaruh motivasi terhadap pembelajaran, prinsip motivasi intrinsik untuk belajar, prinsip karakteristik tugas yang meningkatkan motivasi, prinsip hambatan dan kesempatan untuk berkembang, prinsip perbedaan sosial dan budaya, prinsip penerimaan, self-esteem dan pembelajaran, prinsip perbedaan individu dalam pembelajaran dan prinsip penyaringan kognitif.
(31)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi siswa terhadap penerapan Student Centered Learning pada SMP “X” berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 263 siswa di SMP “X” Kota Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Lebih banyak siswa (62,7%) di SMP “X” yang memersepsi guru telah menerapkan Student Centered Learning dalam proses belajar mengajar. 2. Pada kelas 7, kelas 8 dan kelas 9 siswa memersepsi guru telah menerapkan
keseluruhan prinsip, namun terdapat beberapa prinsip yang memiliki potensi untuk dapat lebih dikembangkan penerapannya.
3. Pada kelas 7 prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan penerapannya yaitu prinsip hambatan dan kesempatan untuk berkembang (prinsip 8), prinsip penerimaan sosial, self-esteem dan pembelajaran (prinsip 10) serta prinsip penyaringan kognitif (prinsip 12).
4. Pada kelas 8 prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan penerapannya yaitu prinsip penerimaan sosial, self-esteem dan pembelajaran (prinsip 10), prinsip membangun pengetahuan (prinsip 3), prinsip karakteristik tugas belajar yang meningkatkan motivasi (prinsip 7), prinsip hambatan dan kesempatan untuk berkembang (prinsip 8), prinsip penyaringan kognitif (prinsip 12) dan prinsip berpikir tingkat tinggi (prinsip 4).
(32)
88
5. Pada kelas 9 prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan penerapannya yaitu prinsip berpikir tingkat tinggi (prinsip 4), prinsip hambatan dan kesempatan untuk berkembang (prinsip 8) serta prinsip tujuan dari proses belajar (prinsip 2).
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoretis
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai persepsi siswa SMP terhadap penerapan Student Centered Learning yang dihubungkan dengan variabel-variabel lain yang berkaitan, seperti Student Engagement, motivasi belajar dan faktor-faktor yang memengaruhi guru dalam menerapkan Student Centered Learning.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti persepsi siswa SMP terhadap penerapan Student Centered Learning secara spesifik pada guru salah satu mata pelajaran dan selain menyoroti siswa sebagai responden dapat juga menyoroti guru sebagai responden penelitian.
3. Pada alat ukur, peneliti selanjutnya dapat menggunakan pilihan sering-jarang untuk mendapatkan frekuensi dari prinsip-prinsip Student Centered Learning.
5.2.2 Saran Praktis
1. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kegiatan pelatihan yang merata pada guru-guru di SMP “X” Kota Bandung untuk meningkatkan penerapan prinsip-prinsip Student Centered Learning.
(33)
89
2. Himbauan yang dapat diberikan pada guru-guru di kelas 7 adalah agar dapat lebih menyesuaikan sikap ketika melihat siswa telah kurang memerhatikan pelajaran dengan memberikan selingan-selingan (berupa aktifitas atau kata-kata) yang dapat menarik atensi siswa kembali memerhatikan pelajaran (prinsip 8), memberikan peluang-peluang kegiatan yang dapat memberikan penghargaan bagi siswa atau dapat menonjolkan kelebihan siswa seperti, mengikutkan dalam lomba ilmiah atau olahraga (prinsip 10). Guru di kelas 7 juga dapat dihimbau untuk lebih berusaha menggali apa yang siswa pikirkan dengan mendengarkan terlebih dahulu sebelum mengarahkan pemikiran siswa sesuai konsep yang tepat (prinsip 12).
3. Himbauan yang dapat diberikan untuk guru-guru di kelas 8 adalah agar para guru dapat lebih mengupayakan dalam dapat memberikan peluang-peluang kegiatan yang dapat memberikan penghargaan bagi siswa atau dapat menonjolkan kelebihan siswa seperti, mengikutkan dalam lomba ilmiah atau olahraga (prinsip 10), dapat menggunakan media lain selain papan tulis dalam menjelaskan materi seperti, alat peraga atau tayangan video (prinsip 3), memberikan tipe tugas yang lebih bervariasi atau beragam (prinsip 7), guru dapat lebih menyesuaikan sikap ketika melihat siswa telah kurang memerhatikan pelajaran dengan memberikan selingan-selingan (berupa aktifitas atau kata-kata) yang dapat menarik atensi siswa kembali memerhatikan pelajaran (prinsip 8). Guru di kelas 8 juga dapat
(34)
90
banyak mendengarkan sebelum mengarahkan pemikiran siswa sesuai dengan konsep yang tepat (prinsip 12) dan memberikan persoalan-persoalan yang lebih menstimulasi siswa untuk mencari contoh, menganalisis masalah, menyimpulkan masalah atau mendapatkan solusi dari masalah (prinsip 4).
4. Untuk guru-guru di kelas 9, himbauan yang dapat diberikan adalah agar para guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang lebih menstimulasi siswa untuk mencari contoh, menganalisis masalah, menyimpulkan masalah atau mendapatkan solusi dari masalah (prinsip 4). Guru di kelas 8 juga dihimbau untuk dapat lebih menyesuaikan sikap ketika melihat siswa telah kurang memerhatikan pelajaran dengan memberikan selingan-selingan (berupa aktifitas atau kata-kata) yang dapat menarik atensi siswa kembali memerhatikan pelajaran (prinsip 8), guru dapat lebih sering memberikan umpan balik atas apa yang siswa kerjakan dan lebih banyak meminta konfirmasi pada siswa terhadap sejauh mana pemahaman pada materi yang diberikan (prinsip 2).
(35)
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R. A, Bryne, Donn. 1977. Social Psychology: Understanding Human Interaction. Second edition. Boston: Ally & Bacon.
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media.
Ingleton, C., Kiley M., Cannon R. & Rogers T. 2000. Student Centered Learning. Adelaide: University of Adelaide.
Kaplan, Robert M. dan Dennis P. Saccuzzo. 2005. Psychological Testing : Principles, Applications and Issues. Sixth Edition. United State of America: Inc. Thomson LearningTM.
McCombs, Barbara L. dan Joe Sue Whisler. 1997. The Learner-Centered Clasroom and School : Strategies For Increasing Student Motivation and Achievement FirstEdition. San Francisco: John Wiley & Sons.
Santrock, John W. 2003. Adolescence. Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. ---. 2004. Life Span Development Ninth edition. New York:
McGraw-Hill Companies.
Siegel, Sidney. 1992. Statistik Nonparametrik. Jakarta: Gramedia. Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
---. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
(36)
DAFTAR RUJUKAN
Gouw Apriyessi Kristie. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Student Centered
Learning yang Diterapkan Pada Siswa di SMA “X” Bandung. Skripsi.Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Harijono, Try. 7 Desember 2012. Berharap pada Kurikulum 2013. (Online),
(http://edukasi.kompas.com, diakses 7 Desember 2012).
Kusumah, Wijaya. 08 Oktober 2012. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Internet di Kelas Akselerasi Melalui CTL dan Portofolio. (Online), (http://kompasiana.com/post/edukasi/2012/10/08, diakses 11 Oktober 2012).
Nugraheni, Endang. 2007. Student Centered Learning dan Implikasinya Terhadap Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidkan Vol. 8 No. 1, Maret 2007.
Prijatna, Hendra. Juni 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. (Online), (https://hendraprijatna68.files.wordpress.com, diakses 11 Oktober 2012). Widhiarso, Wahyu. 2010. Validasi Model Kompetensi Dosen Dalam
Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning. Makalah disajikan dalam Seminar Hasil Penelitian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 11-13 Januari. (Online), (http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files, diakses 27 September 2012).
2009. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. Edisi revisi III. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
(1)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi siswa terhadap penerapan Student Centered Learning pada SMP “X” berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 263 siswa di SMP “X” Kota Bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Lebih banyak siswa (62,7%) di SMP “X” yang memersepsi guru telah menerapkan Student Centered Learning dalam proses belajar mengajar. 2. Pada kelas 7, kelas 8 dan kelas 9 siswa memersepsi guru telah menerapkan
keseluruhan prinsip, namun terdapat beberapa prinsip yang memiliki potensi untuk dapat lebih dikembangkan penerapannya.
3. Pada kelas 7 prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan penerapannya yaitu prinsip hambatan dan kesempatan untuk berkembang (prinsip 8), prinsip penerimaan sosial, self-esteem dan pembelajaran (prinsip 10) serta prinsip penyaringan kognitif (prinsip 12).
4. Pada kelas 8 prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan penerapannya yaitu prinsip penerimaan sosial, self-esteem dan pembelajaran (prinsip 10), prinsip membangun pengetahuan (prinsip 3), prinsip karakteristik tugas belajar yang meningkatkan motivasi (prinsip 7), prinsip hambatan dan kesempatan untuk berkembang (prinsip 8), prinsip penyaringan kognitif (prinsip 12) dan prinsip berpikir tingkat tinggi (prinsip 4).
(2)
88
Universitas Kristen Maranatha 5. Pada kelas 9 prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan penerapannya yaitu
prinsip berpikir tingkat tinggi (prinsip 4), prinsip hambatan dan kesempatan untuk berkembang (prinsip 8) serta prinsip tujuan dari proses belajar (prinsip 2).
5.2 Saran
5.2.1 Saran Teoretis
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai persepsi siswa SMP terhadap penerapan Student Centered Learning yang dihubungkan dengan variabel-variabel lain yang berkaitan, seperti Student Engagement, motivasi belajar dan faktor-faktor yang memengaruhi guru dalam menerapkan Student Centered Learning.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti persepsi siswa SMP terhadap penerapan Student Centered Learning secara spesifik pada guru salah satu mata pelajaran dan selain menyoroti siswa sebagai responden dapat juga menyoroti guru sebagai responden penelitian.
3. Pada alat ukur, peneliti selanjutnya dapat menggunakan pilihan sering-jarang untuk mendapatkan frekuensi dari prinsip-prinsip Student Centered Learning.
5.2.2 Saran Praktis
1. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kegiatan pelatihan yang merata pada guru-guru di SMP “X” Kota Bandung untuk meningkatkan penerapan prinsip-prinsip Student Centered Learning.
(3)
2. Himbauan yang dapat diberikan pada guru-guru di kelas 7 adalah agar dapat lebih menyesuaikan sikap ketika melihat siswa telah kurang memerhatikan pelajaran dengan memberikan selingan-selingan (berupa aktifitas atau kata-kata) yang dapat menarik atensi siswa kembali memerhatikan pelajaran (prinsip 8), memberikan peluang-peluang kegiatan yang dapat memberikan penghargaan bagi siswa atau dapat menonjolkan kelebihan siswa seperti, mengikutkan dalam lomba ilmiah atau olahraga (prinsip 10). Guru di kelas 7 juga dapat dihimbau untuk lebih berusaha menggali apa yang siswa pikirkan dengan mendengarkan terlebih dahulu sebelum mengarahkan pemikiran siswa sesuai konsep yang tepat (prinsip 12).
3. Himbauan yang dapat diberikan untuk guru-guru di kelas 8 adalah agar para guru dapat lebih mengupayakan dalam dapat memberikan peluang-peluang kegiatan yang dapat memberikan penghargaan bagi siswa atau dapat menonjolkan kelebihan siswa seperti, mengikutkan dalam lomba ilmiah atau olahraga (prinsip 10), dapat menggunakan media lain selain papan tulis dalam menjelaskan materi seperti, alat peraga atau tayangan video (prinsip 3), memberikan tipe tugas yang lebih bervariasi atau beragam (prinsip 7), guru dapat lebih menyesuaikan sikap ketika melihat siswa telah kurang memerhatikan pelajaran dengan memberikan selingan-selingan (berupa aktifitas atau kata-kata) yang dapat menarik atensi siswa kembali memerhatikan pelajaran (prinsip 8). Guru di kelas 8 juga dapat dihimbau untuk lebih memberikan kesempatan pada siswa dengan lebih
(4)
90
Universitas Kristen Maranatha banyak mendengarkan sebelum mengarahkan pemikiran siswa sesuai dengan konsep yang tepat (prinsip 12) dan memberikan persoalan-persoalan yang lebih menstimulasi siswa untuk mencari contoh, menganalisis masalah, menyimpulkan masalah atau mendapatkan solusi dari masalah (prinsip 4).
4. Untuk guru-guru di kelas 9, himbauan yang dapat diberikan adalah agar para guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang lebih menstimulasi siswa untuk mencari contoh, menganalisis masalah, menyimpulkan masalah atau mendapatkan solusi dari masalah (prinsip 4). Guru di kelas 8 juga dihimbau untuk dapat lebih menyesuaikan sikap ketika melihat siswa telah kurang memerhatikan pelajaran dengan memberikan selingan-selingan (berupa aktifitas atau kata-kata) yang dapat menarik atensi siswa kembali memerhatikan pelajaran (prinsip 8), guru dapat lebih sering memberikan umpan balik atas apa yang siswa kerjakan dan lebih banyak meminta konfirmasi pada siswa terhadap sejauh mana pemahaman pada materi yang diberikan (prinsip 2).
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R. A, Bryne, Donn. 1977. Social Psychology: Understanding Human Interaction. Second edition. Boston: Ally & Bacon.
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media.
Ingleton, C., Kiley M., Cannon R. & Rogers T. 2000. Student Centered Learning. Adelaide: University of Adelaide.
Kaplan, Robert M. dan Dennis P. Saccuzzo. 2005. Psychological Testing : Principles, Applications and Issues. Sixth Edition. United State of America: Inc. Thomson LearningTM.
McCombs, Barbara L. dan Joe Sue Whisler. 1997. The Learner-Centered Clasroom and School : Strategies For Increasing Student Motivation and Achievement FirstEdition. San Francisco: John Wiley & Sons.
Santrock, John W. 2003. Adolescence. Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. ---. 2004. Life Span Development Ninth edition. New York:
McGraw-Hill Companies.
Siegel, Sidney. 1992. Statistik Nonparametrik. Jakarta: Gramedia. Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
---. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
(6)
92 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Gouw Apriyessi Kristie. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Student Centered
Learning yang Diterapkan Pada Siswa di SMA “X” Bandung. Skripsi.Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Harijono, Try. 7 Desember 2012. Berharap pada Kurikulum 2013. (Online),
(http://edukasi.kompas.com, diakses 7 Desember 2012).
Kusumah, Wijaya. 08 Oktober 2012. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Internet di Kelas Akselerasi Melalui CTL dan Portofolio. (Online), (http://kompasiana.com/post/edukasi/2012/10/08, diakses 11 Oktober 2012).
Nugraheni, Endang. 2007. Student Centered Learning dan Implikasinya Terhadap Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidkan Vol. 8 No. 1, Maret 2007.
Prijatna, Hendra. Juni 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. (Online), (https://hendraprijatna68.files.wordpress.com, diakses 11 Oktober 2012). Widhiarso, Wahyu. 2010. Validasi Model Kompetensi Dosen Dalam
Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning. Makalah disajikan dalam Seminar Hasil Penelitian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 11-13 Januari. (Online), (http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files, diakses 27 September 2012).
2009. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. Edisi revisi III. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.