KONFLIK PERAN GANDA WANITA BEKERJA PADA

KONFLIK PERAN GANDA WANITA BEKERJA
PADA ETNIS JAWA KAITANNYA DENGAN GAYA PENGASUHAN
(Implikasi dalam Bimbingan dan Konseling)
Dini Rakhmawati *)
E-mail: dinibundajihan@gmail.com.
ABSTRACT
Women entering public sector has positive and negative consequences. One
of negative consequences is double burden for women, especially when
culture in its society opposes gender equality. In Javanese culture, women are
seen as second sex. There is terminology for Javanese women, namely
macak (grooming), manak (breeding), dan masak (cocking). Double burden
conflict leads to distortion of family commitment and even to divorce. For
further effect, double burden can lead to bad parenting style which affect to
juvenile delinquency. In order to solve this problem, guidance and counseling
has opportunity to prevent and cure this problem.
Keywords: working women, javanese ethnic, parenting styles, and guidance
counseling.
PENDAHULUAN
Wanita pada jaman dahulu hanya berperan sebagai seorang ibu yang
mengurus rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua
yaitu sebagai wanita bekerja. Ibu bekerja adalah seorang wanita yang berperan

sebagai ibu rumah tangga tetapi juga bekerja di luar rumah sebagai wanita karir.
Bagi ibu bekerja tidaklah mudah untuk menjalani kedua perannya.
Dalam pandangan masyarakat, bekerja merupakan kewajiban mutlak
dilakukan oleh laki-laki dan bagi perempuan bukan menjadi hal mutlak untuk
bekerja. Pandangan ini masih banyak diikuti oleh sebagaian orang yang
berpegangan pada prinsip budaya patriarkhi. Perlu disadari budaya patriarkhi
tidak serta merta luntur meskipun banyak berbagai pihak yang mengkritik budaya
ini. Akan tetapi, karena sudah mendarah daging budaya partriakhi dianggap
wajar dan umum.
Meski kini perempuan telah dapat bekerja dan memasuki sektor publik,
namun dalam prakteknya perempuan masih kerap dipandang sebagai seks kelas
dua di bawah laki-laki. Bekerjanya perempuan di sektor publik di satu sisi
memang merupakan kabar baik namun di sisi lain masuknya dalam sektor publik
di tengah pergeseran perspektif gender juga menyebabkan beban ganda yang
beujung pada konflik peran. Wanita berperan ganda, sebagai pekerja yang mau
Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.
1

tidak mau terikat dengan peraturan perusahan tempatnya bekerja dan sebagai

seorang ibu sekaligus istri dalam keluarga. Konflik peran terjadi ketika harapanharapan peran seseorang datang pada saat bersamaan, baik dari individu sendiri
maupun dari lingkungan, tetapi bersifat bertentangan.
Rowat dan Rowat (1990: 103) mengatakan bahwa peran ganda wanita
adalah peran wanita sebagai istri dan ibu rumah tangga, sekaligus sebagai
seorang pekerja. Dapat dikatakan bahwa konflik peran ganda adalah jika
seorang wanita pada saat yang sama memiliki dua keinginan, yaitu keinginan
berkarier dan mengabdi sebagai ibu rumah tangga.
Kekhawatiran yang sering muncul bila seorang wanita meniti karir diluar
rumah adalah akibat negatif terhadap keluarga, misalnya kurangnya perhatian
dan kasih sayang dari seorang ibu, kehilangan kontrol emosi yang dilampiaskan
kepada anak dan suami, dan kehilangan kontrol pribadi karena terlalu sibuk
sehingga melupakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Lebih jauh lagi
adalah dampak negatif meningkatnya perceraian karena ketidakharmonisan
berumah tangga. Konflik peran ganda pada wanita dapat juga disebabkan masih
kuatnya peran tradisional wanita sebagai ibu rumah tangga, faktor lainnya adalah
karena mereka menuntut diri sendiri untuk menjadi sempurna di semua peran.
Wanita karier di Indonesia mempunyai masalah yang kompleks. Dalam
sebuah komunikasi personal dengan ibu bekerja, B (26 tahun) seorang ibu
bekerja yang memiliki anak usia 3 tahun, menyatakan kesulitannya untuk
membagi waktunya antara pekerjaan dengan keluarga. B (26) menuturkan

bahwa anaknya yang baru masuk Play Group sangat membutuhkan perhatian
darinya. Seringkali sang buah hati enggan untuk mandi, makan, dan berangkat
sekolah kalau tidak dengan ibunya. Tak jarang B (26) rela untuk meninggalkan
pekerjaannya sejenak untuk menyuapi anaknya dan setelah itu bekerja. Namun,
ada kalanya ia tidak bisa keluar dari kantor. Ketika hal tersebut terjadi, B (26)
seringkali merasa bersalah.
Kondisi tersebut senada dengan penelitian Christin,dkk (2010: 122)
menjelaskan bahwa konflik pekerjaan - keluarga terjadi ketika partisipasi dalam
peran pekerjaan dan peran keluarga saling tidak cocok antara satu dengan yang
lainnya. Karenanya partisipasi dalam peran pekerjaan terhadap keluarga dibuat
semakin sulit dengan hadirnya partisipasi dalam peran keluarga terhadap
pekerjaan.
Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.
2

Beberapa temuan menyebutkan bahwa konflik peran ganda dapat
mempengaruhi pola pengasuhan dan perkembangan anak. Joana marina, Vieria;
Marisa, Avila; dan Paula Mena, Matos (2012) menemukan bahwa konflik kerja
keluarga sangat berpengaruh terhadap attachmen dan parenting. Ketika konflik

kerja tinggi maka sangat berpengaruh terhadap kecemasan dalam parenting dan
penghindaran attachmen yang romantis. Shrefflera, karina; Meadowsa, Meagan
P; dan Davisb, Kelly (2011) menunjukan bahwa konflik kerja keluarga
berpengaruh terhadap tingginya stres pengasuhan dan kepuasan orang tua.
Semakin tinggi konflik kerja keluarga juga akan memicu tingginya stres
pengasuhan.
Fenomena ini mendasari penulis untuk mengkaji tentang “Konflik peran
ganda wanita bekerja pada etnis Jawa dikaitkan dengan gaya pengasuhan”.
Etnis Jawa menganut Sistem Bilateral dimana sistem kekerabatan berdasarkan
garis ayah dan ibu. Dalam sistem ini, anak laki-laki dan wanita tidak dibedakan
dalam sistem pewarisan. Walaupun masyarakat Jawa menggunakan sistem
bilateral dalam melihat garis keturunan, tetapi hubungan antara laki-laki dan
perempuan masih cenderung patriarkhat. Dalam lingkungan keluarga di suku
Jawa, pria berperan sebagai kepala keluarga, mempunyai kekuasaan sebagai
pemberi keputusan, menjadi pencari nafkah, menentukan status keluarga, dan
memimpin kerabat. Sedangkan, peranan wanita terbatas sebagai ibu terutama
pendidikan anak-anak dan pengaturan rumah tangga, sehingga ada istilah kanca
wingking (teman belakang) yang dipakai suami terhadap istri.
PELAKSANAAN OBSERVASI
Observasi dilakukan dengan survei. Survei merupakan studi yang bersifat

kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku
individu dengan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Survei
dilakukan pada karyawati hotel patrajasa semarang dari etnis Jawa yang sudah
menikah dan memiliki anak sejumlah 20 orang. Dan diperkuat dengan
wawancara sejumlah lima orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan survey 33 % responden berada pada kategori konflik
peran ganda sedang dan 5,89 % dalam kategori tinggi. hal tersebut terjadi
karena tidak ada pembagian tugas antara suami dan istri, meskipun istri
didukung untuk bekerja bahkan disarankan untuk bekerja namun pekerjaan
Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.
3

domestik dalam keluarga tetap menjadi tanggung jawab istri. Hal tersebut
dibuktikan dalam penyebaran angket yang menunjukan sebesar 55,55% tidak
ada pembagian tugas domestik dalam keluarga meskipun suami mendukung istri
untuk bekerja. Hal ini semakin meyakinkan bahwa fenomena women is the
second


sex

itu

masih

kental.

Tidak

dapat

dipungkiri

budaya

yang

menomorduakan perempuan memang sudah banyak ditentang namun dalam
kenyataannya hal tersebut sudah mendarah daging dan sulit untuk dihilangkan.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nyoman saskara, Ida Ayu; Pudjiharjo;
Maskie, Ghozali; Suman, Agus (2011) menunjukan bahwa konflik peran yang
dialami oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan kerja.
Ketika penerimaan budaya dan lingkungan kerja tentang persamaan gender
semakin tinggi maka akan semakin rendah konflik peran yang muncul.
Pada saat suami mau menjadikan istri sebagai patner dalam kehidupanya
bukan sebagai konco wingking seperti falsafah tentang wanita dalam budaya
jawa, maka istri akan mampu melejitkan potensinya dalam bekerja maupun
berkeluarga. Seperti hasil penelitian Cinamon, rachel (2009) menunjukan bahwa
dukungan pasangan dan budaya yang sensitif terhadap hubungan kerja keluarga
berpengaruh terhadap kinerja dan komitmen yang lebih tinggi. Artinya, semakin
tinggi dukungan pasangan maka akan semakin rendah konflik kerja keluarga
yang terjadi dan akan semakin tinggi pula kinerja dan komitmen dalam
penyelesaian tugas-tugas dalam pekerjaan maupun keluarga.
Hasil penyebaran skala parenting style pada wanita dengan konflik peran
pada kategori sedang sampai tinggi menunjukan sebesar 83,33 % menggunakan
pola asuh permisiveness. Pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenal dengan
pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah,
menuruti semua keinginan, dan melindungi secara berlebihan serta memberikan
atau memenuhi semua keinginan anak. Namun orang tua tipe ini biasanya

bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Pola asuh permissive memuat hubungan antara anak dan orangtua
penuh dengan kasih sayang, tetapi membuat anak menjadi agresife dan suka
menurutkan kata hatinya. Secara lebih luas, kelemahan orangtua dan tidak
konsistennya disiplin yang diterapkan membuat anak-anak tidak terkendali, tidak
patuh, dant ingkah laku agresif diluar lingkungan keluarga.
Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.
4

Sebesar 16,67 % responden menunjukan pola pengasuhan autoritarian.
Orang tua cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
bersamaan dengan ancaman-ancaman. Misalnya kalau tidak mau menuruti apa
yang diperintahkan orang tua atau melanggar peraturan yang dibuat orang tua
maka tidak akan diberi uang saku. Orang tua cenderung memaksa, memerintah,
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan orang tua,
maka orang tua tidak segan menghukum anaknya. Orang tua ini juga tidak
mengenal kompromi dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah dan orang tua
tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia

merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang,
tidak mampu menyelesaikan masalah (kemampuan problem solving-nya buruk),
kemampuan komunikasinya buruk, kurang berkembangnya rasa sosial, tidak
timbul kreatif dan keberanianya untuk mengambil keputusan atau berinisiatif,
gemar menetang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan menarik diri.
Anak yang hidup dalam suasana keluarga yang otoriter akan menghambat
kepribadian dan kedewasaannya.
Fenomena

di

atas

senada

dengan

pendapat

Mussen,


1994

(psicologymania.com) bahwa pola asuh seseorang bisa berubah ketika
merasakan ketegangan ekstra. Orangtua yang demokratis kadang bersikap
keras atau lunak setelah melewati hari-hari yang melelahkan dalam pekerjaan
maupun kegiatan lain. Peristiwa sehari-hari dapat mempengaruhi orangtua
dengan berbagai cara. Ketika para ibu diliputi perasaan bersalah meninggalkan
anak dalam waktu yang lama akan membuat mereka terlalu lunak terhadap anak.
Sedangkan sebaliknya ketika merasakan kelelahan yang terlalu tinggi, mereka
akan mudah tersulut emosi sehingga membuat mereka terlalu keras terhadap
anak.
Oleh karena itu, peran ayah atau suami sangat dibutuhkan dalam
menyikapi konflik peran maupun pengasuhan anak seperti temuan penelitian
Shrefflera, karina; Meadowsa, Meagan P; Davisb, Kelly (2011) yang menunjukan
peran ayah sangat berpengaruh dalam menyediakan pemahaman yang
kontekstual terhadap hubungan kerja dan pengasuhan anak.
IMPLIKASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.

5

Konflik peran ganda selain dapat menghancurkan keharmonisan
kehidupan berumah tangga hingga berujung perceraian juga dapat memicu
kenakalan remaja dan tingkat stres yang tinggi pada anak. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh O’Donnel, ellen; et.al (2007) menunjukan bahwa konflik
interparental dalam parenting sangat mempengaruhi depresi anak. Semakin
tinggi konflik peran kerja keluarga semakin tinggi pula konflik interparental dalam
parenting dan akan semakin tinggi pula depresi yang dialami oleh anak.
Selanjutnya Cheryl, Guehler; Ambika, Krishnakumar; dan Anthony, Gaye (1998)
menemukan bahwa frekwensi perselisihan orang tua sangat berpengaruh
terhadap

perilaku

bermasalah

pada

remaja.

Semakin

tinggi

frekwensi

perselisihan orang tua maka akan semakin tinggi juga kemungkinan remaja
tumbuh mengembangkan perilaku yang bermasalah.
Gambaran ini menunjukan bahwa korban utama dari tingginya konflik
peran ganda seorang ibu bekerja adalah anak. Bagi seorang anak, sekolah
adalah lingkungan kedua setelah keluarga. Upaya yang sebaiknya dilakukan
oleh sekolah ada dua yaitu upaya preventif dan kuratif. Upaya preventif dapat
dilakukan dengan memberikan bimbingan klasikal maupun kelompok mengupas
materi seputar bagaimana menyikapi kesibukan orang tua secara positif. Upaya
kuratif yang dapat dilakukan oleh sekolah melalui pelayanan bimbingan dan
konseling dengan memberikan konseling keluarga. Konseling keluarga disini
diadaptasi dari terapi keluarga- alan carr (2006). Dalam semua kasus, pemberian
bantuan

harus

dilakukan

intervensi

untuk

membantu

keluarga

dalam

mengembangkan sistem keyakinan baru tentang masalah perilaku dan
mengubah pola interaksi di sekitar masalahnya. Hal ini, mencakup: (1) monitoring
dan reframing, (2) eksternalisasi dan membentuk perkecualian; (3) coaching
bermain yang sifatnya mendukung dan penjadwalan waktu khusus; dan (4)
mengembangkan sistem penghargaan dan sistem kontrol perilaku (carr, alan,
2006: 333).

(1) Monitoring dan Reframing
Orang tua dapat membantu mengganti arah yang lebih berguna dalam
melihat perilaku anak-anaknya dengan cara mengamati dan memantau dampak
anteseden dan konsekuensinya pada perilaku anak-anaknya. Melalui reframing,
orang tua membantu mengubah sudut pandang masalah perilaku anak sebagai
bukti bahwa ia secara intrinsik buruk untuk posisinya di mana orang tua
Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.
6

memandang anaknya sebagai seorang anak yang baik dengan kebiasaan buruk
yang dipicu oleh situasi tertentu dan diperkuat oleh konsekuensi tertentu. Melalui
reframing orang tua dibantu untuk melihat bahwa masalah perilaku anaknya
berkembang melalui pola interaksi dalam keluarga dan jaringan sosial yang lebih
luas, dan karena itu anggota keluarga dan jaringan harus terlibat dalam proses
pemberian bantuan.

(2) Eksternalisasi dan Membentuk Perkecualian
Ekplorasi ini dapat mengarah pada solusi seperti: menghilangkan atau
mengurangi kondisi yang biasanya mendahului perilaku agresif, mengurangi
paparan anak-anak terhadap situasi di mana mereka mengamati perilaku agresif,
dan mengurangi paparan anak-anak terhadap situasi yang mereka rasakan tidak
nyaman atau melelahkan, karena situasi seperti ini menguras kapasitasnya
dalam mengendalikan agresi. Dalam praktiknya, solusi tersebut sering
melibatkan bantuan orang tua untuk merencanakan kegiatan rutin seperti
biasanya dalam mengelola kejadian transisi harian, seperti: bangun di pagi hari
atau tidur di malam hari, berangkat ke sekolah atau pulang ke rumah setelah
sekolah, memulai atau mengakhiri kegiatan rekreasi dan permainan, mulai dan
menyelesaikan makanan, dan sebagainya. Semakin terjadwal rutinitas ini maka
akan semakin kecil kemungkinan bagi anak untuk memicu episode agresi atau
masalah perilaku lainnya. Dalam sesi terapi atau sebagai pekerjaan rumah,
orang tua dan anak-anak dapat mengembangkan daftar langkah-langkah rutin
untuk mengatasi munculnya bermasalah, menulis masalah, dan menempatkan
daftar langkah-langkah di tempat yang menonjol di rumah sampai rutin menjadi
bagian kegiatan rutin dari kehidupan keluarga.

(3) Permainan Suportif dan Pembuatan Waktu Khusus
Orang tua dan anak-anak dapat dilatih dalam prinsip-prinsip bermain
suportif dan dengan anak-anak dan remaja, orang tua dapat diundang untuk
menjadwalkan waktu khusus dengan anak-anaknya. Kedua intervensi ini
memungkinkan orang tua dan anak-anak untuk menggantikan interaksi negatif
secara reguler periodik dalam mengembangkan pola interaksi positif. Di mana
ayah telah menjadi perangkat dengan tugas pengasuhan anak, mengundang
mereka untuk menjadwalkan periode waktu yang teratur khusus atau bermain
suportif dengan anak-anaknya memiliki efek positif dari meningkatnya interaksi
Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.
7

positif dengan anak dan mengurangi tuntutan anak pada kedua orang tuanya.
Orang tua perlu dilatih bagaimana cara menyelesaikan episode bermain suportif
dan pembuatan waktu khusus dengan meringkas apa yang orang tua dan anak
lakukan bersama dan berapa banyak orang tua menikmatinya. Hal ini akan
berjalan produktif bila mengundang orang tua untuk melihat episode ini sebagai
kesempatan untuk memberikan pesan kepada anak bahwa mereka berada
dalam kendali atas apa yang terjadi dan bahwa orang tua suka berada bersama
mereka. Anjurkan orang tua untuk dapat meramalkan pelanggaran aturan dan
upaya pencegahannya. Pada akhirnya, orang tua diajak untuk melihat berapa
banyak mereka dapat menikmati kebersamaan dengan anak-anaknya.

(4) Sistem Penghargaan
Sistem penghargaan mencakup menyetujui sejumlah kecil target perilaku
positif dan sistem untuk memonitoring dan memberi penghargaan ini secara
teratur. Bagi pra-remaja, bintang grafik dapat digunakan sebagai bagian dari
program tersebut dan ketika anak terakumulasi sejumlah bintang tersebut dapat
ditukar dengan hadiah nyata dan penghargaan, seperti perjalanan ke taman atau
cerita pengantar tidur tambahan. Dengan remaja, sistem poin dapat digunakan.
Poin berikut mungkin diperoleh dengan melakukan perilaku dan titik-titik tertentu
yang mungkin akan hilang akibat melanggar aturan. Secara harian atau
mingguan, poin dapat ditukarkan sesuai dengan daftar yang disepakati sebagai
hak istimewanya.
PENUTUP
Korban utama dari tingginya konflik peran ganda seorang ibu bekerja
adalah anak. Oleh karena itu diperlukan peran ayah atau suami dalam
pemahaman kontekstual konflik peran dan pengasuhan. Bagi seorang anak,
sekolah adalah lingkungan kedua setelah keluarga. Upaya yang sebaiknya
dilakukan oleh sekolah ada dua yaitu upaya preventif dan kuratif. Upaya preventif
dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan klasikal maupun kelompok.
Upaya kuratif yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan konseling keluarga
yang melibatkan orang tua dan pihak terkait.

Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.
8

Daftar Pustaka
Carr, Alan. 2006. Family Therapy (Concept, Proces, and Practice). England:
John Wily & Sons Ltd.
Cheryl,

Guehler; Ambika, Krishnakumar; Anthony, Gaye, et.al. 1998.
Interparental conflict styles and youth problem behaviors: A two-sample
replication study buehler journal of Marriage and the Family; Feb 1998;
60, 1; proquest Sociology Pg. 119.

Christine, Oktorina, M., Mula Indah., 2010. Pengaruh Konflik Pekerjaan dan
Konflik keluarga terhadap Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga
sebagai Intervening Variabel. (Studi pada Dual Career Couple di
Jabodetabek). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 12. No 2,
September 2010, 121 – 132.
Cinamon, Rachel. 2009. Role Salience, Social Support, and Work Family Conflict
Among Jewish and Arab Female Teachers in Israel. Journal of Career
Development http://jcd.sagepub.com/content/36/2/139. The online version
of this article can be found at: DOI: 10.1177/0894845309345849. Journal
of Career Development 2009 36: 139
Joana marina, Vieria; Marisa, Avila; dan Paula Mena,Matos. 2012. Attachment
and Parenting: The Mediating Role of Work-Family Balance. Family
Relations; Feb 2012; 61, 1; ProQuest Sociology pg. 31.
Nyoman Saskara, Ida Ayu; Pudjiharjo; Maskie, Ghozali; Suman, Agus.2011.
Tinjauan Perpekstif Ekonomi dan non Ekonomi Perempuan Bali yang
Bekerja di Sektor Publik: Studi Konflik Peran. Jurnal Aplikasi Manajemen.
Volume 10. nomor 3/september 2012.
O’Donnel, ellen; Moreau, Melissa; Cardemil; Esteben; Pollastri, Alisha. 2007.
Interparental Conflict, Parenting, and Childhood Depression in a Diverse
Urban Population: The Role of General Cognitive Style Anthropological
Quarterly; Winter 2007; 80, 1; ProQuest Sociology.
Rowat and Rowat, 1990. Bila Suami Istri Bekerja. Yogyakarta : Kanisius.
Shrefflera, Karina; Meadowsa, Meagan P; davisb, Kelly. Firefighting and
fathering: work-family conflict, parenting stress, And satisfaction with
parenting and child behavior. Fathering, Vol. 9, No. 2, Spring 2011, 169188. by the Men’s Studies Press, LLC. All rights reserved.
Psycologimania.com.

Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.
9

Disampaikan dalam Seminar Internasional Malindo 3 dengan Tema ͞The Heart and Soul
Of Counseling: A Reflection͟. Magelang, 29-31 Mei 2013, ISBN: 979-25780-2-1.
10

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124