Peranan Kelompok Dalam Mengembangkan Keberdayaan Peternak Sapi Potong Di Wilayah Selatan Kabupaten Tasikmalaya.

(1)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD

PERANAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN

KEBERDAYAAN PETERNAK SAPI POTONG

DI WILAYAH SELATAN KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh :

Mochamad Ali Mauludin Sugeng Winaryanto

Syahirul Alim

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2010

Berdasarkan SPK No. 691/H6.26/LPPM/PL/2010 Tanggal 29 Maret 2010

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN


(2)

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD SUMBER DANA DIPA UNPAD

TAHUN ANGGARAN 2010

1. a. Judul Penelitian : Peranan Kelompok dalam Mengembangkan Keberdayaan Peternak Sapi Potong di Wilayah

Selatan Kabupaten Tasikmalaya b. Bidang Ilmu : Sosial Ekonomi Peternakan c. Kategori Penelitian : II

2. Pelaksana Penelitian : a. Nama lengkap dengan

gelar : Mochamad Ali Mauludin, S.Pt. b. Jenis kelamin : Laki-laki

c. Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda/IIIa/19810129 200501 1001 d. Jabatan fungsional : Asisten Ahli

e. Fakultas/Jurusan : Peternakan/Sosial Ekonomi 3. Jumlah Tim Peneliti : 2 orang

4. Lokasi Penelitian : Kabupaten Tasikmalaya 5. Jangka Waktu Penelitian : 8 (delapan) bulan

6. Biaya Penelitian : Rp. 7. 000 000,- (tujuh juta rupiah)

Mengetahui: Jatinangor, 18 November 2010

Dekan Fakultas Peternakan Ketua Peneliti, Universitas Padjadjaran

Dr. Iwan Setiawan, Ir., DEA. Mochamad Ali Mauludin, S.Pt. NIP. 19600501 198603 1005 NIP. 19810129 200501 1001

Menyetujui:

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Universitas Padjadjaran


(3)

NIP. 19540506 198103 1002

PERANAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEBERDAYAAN PETERNAK SAPI POTONG DI WILAYAH SELATAN

KABUPATEN TASIKMALAYA ABSTRAK

Penelitian bertujuan mempelajari: (1) Peran yang dilakukan kelompok peternak dalam fungsinya sebagai kelas belajar, unit produksi, dan wahana kerjasama dan usaha anggota, (2) Keragaan keberdayaan peternak sapi potong, (3) Derajat hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian dirancang sebagai penelitian survei, dengan responden sebanyak 30 peternak dari 5 kelompok peternak. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Peranan kelompok peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 83,33 persen tergolong tinggi. Sisanya sebanyak 16,67 persen tergolong cukup. Peran atau fungsi kelompok yang paling menunjang adalah peran kelompok sebagai kelas belajar dan kelompok sebagai unit produksi, (2) Keberdayaan peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 53,33 persen tergolong cukup. Sisanya sebanyak 46,67 persen tergolong tinggi. Kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa peran peternak, baik sebagai pemelihara maupun sebagai manajer masih belum berjalan optimal, dan (3) Terdapat hubungan yang cukup kuat antara peranan kelompok peternak dengan keberdayaan peternak sapi potong dengan nilai korelasi rank spearman sebesar 0,53.


(4)

ROLE OF THE GROUP IN DEVELOPING EMPOWERMENT FARMERS CATTLE IN SOUTH REGION

TASIKMALAYA DISTRICT ABSTRACT

The research aims to study: (1) The role of farmer groups conducted in its function as a classroom learning, production units, and a vehicle for cooperation and business members, (2) Beef cattle farmer empowerment, (3) The degree of relationship between the role of the group with beef cattle farmer empowerment in Tasikmalaya district. The study was designed as a research survey, with respondents as many as 30 farmers from 5 groups of farmers. The results showed: (1) The role of farmer groups in large part, that is as much as 83.33 percent is high. The remaining 16.67 percent is quite. The role or function of most support groups is the role of the group as a classroom learning and group as units of production, (2) Empowerment of farmers in large part, that is quite as much as 53.33 percent. The remaining 46.67 percent is high. The trend suggests that the role of farmers, both as a cultivator and as a manager still has not run optimally, and (3) There is a fairly strong relationship between the role of farmer groups with the empowerment of farmers of beef cattle with a value of Spearman rank correlation is 0.53.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadlirat Allah SWT, karena atas perkenan dan ridho-Nya kegiatan penelitian dan pelaporannya dapat diselesaikan.

Penelitian ini adalah penelitian yang dibiayai oleh Universitas Padjadjaran melalui Dana DIPA Universitas Padjadjaran tahun anggaran 2010. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada Pihak Universitas Padjadjaran atas penyediaan dana tersebut. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada para mahasiswa program strata satu Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan pada Fakultas Peternakan Unpad yang telah turut membantu penulis selama di lapangan. Kepada pihak LPPM Unpad disampaikan pula ucapan terima kasih atas fasilitasinya selama ini.

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan tambahan wawasan di dalam pengajaran Penyuluhan Peternakan khususnya di lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.

Jatinangor, November 2010 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ………... i

ABSTRAK DAN ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ………... vii

I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 4

2.1. Pengertian Kelompok dan Kelompoktani ……….. 4

2.2. Peranan Kelompoktani ……… 5

2.3. Keberdayaan Peternak ………. 6

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ……… 8

3.1. Tujuan Penelitian ……….. 8

3.2. Manfaat Penelitian ……… 8

IV. METODE PENELITIAN ……… 9

4.1. Rancangan Penelitian ……….. 9

4.2. Unit Analisis dan Contoh Responden ………. 9

4.3 Operasionalisasi Variabel ……… 9

4.4 Cara Pengukuran dan Teknis Analisis Keeratan Hubungan… 11 V HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 12

5.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian ……….. 12

5.2. Karakteristik Responden ……… 13

5.3. Peranan Kelompok Peternak Sapi Potong ………. 15

5.4. Keberdayaan Peternak Sapi Potong ………... 20 5.5. Hubungan Peranan Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Sapi Potong ………... 21

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 23


(7)

6.2. Saran ……… 23 DAFTAR PUSTAKA ……… 25 LAMPIRAN ……….. 26

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Karakteristik Responden Peternak Sapi Potong . . . . . . . 13 2. Keragaan Peranan Kelompok Peternak Sapi Potong . . . . . . . 15 3. Keberdayaan Peternak Sapi Potong . . . . . . . 20

4. Nilai Koefisien Korelasi Hubungan Peranan Kelompok dengan


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Hubungan antara Peran Kelompok dan Keberdayaan Peternak 7


(9)

I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengalaman pembangunan menunjukkan bahwa pengembangan sumberdaya manusia menjadi bagian penting untuk berhasilnya pembangunan itu sendiri. Dalam bidang peternakan urgensi pentingnya sumberdaya peternak yang berkualitas sangat dirasakan sekali. Saat ini berbagai kebutuhan akan protein asal hasil ternak sebagian besar masih tergantung pada impor. Padahal dilihat dari potensi wilayah dan tingkat kebutuhan konsumsi akan protein hewani yang terus meningkat, maka menjadi keharusan untuk memiliki kemandirian.

Kemandirian pangan ini amat dipentingkan untuk terwujudnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang unggul. Di sisi lain tingkat konsumsi per kapita per tahun rangkat Indonesia untuk berbagai produk pangan, masih sangat rendah. Tingkat konsumsi rakyat Indonesia untuk daging misalnya baru mencapai 7,1 kilogram per tahun. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging rakyat Malaysia dan Filipina, yaitu masing-masing 46,87 kilogram per tahun dan 24,96 kilogram per tahun. Tingkat konsumsi protein hewani per kapita per tahun rakyat Indonesia perlu ditingkatkan, karena sangat menentukan kualitas pertumbuhan fisik dan kecerdasan bangsa (Siswono, 2006).

Kondisi peternakanpun saat ini masih sebagian besar merupakan peternakan rakyat. Ada beberapa ciri yang menonjol dari peternakan rakyat ini, yaitu antara lain: tingkat skala kepemilikan ternaknya yang relatif kecil atau sedikit, penggunaan input teknologi dan inovasi yang relatif terbatas, dan mengandalkan kebutuhan pakan, khususnya untuk ternak ruminasia pada penyediaan hijauan yang sifatnya hanya cukup untuk sehari (cut and carry).

Salah satu strategi yang dapat didayagunakan di dalam meningkatkan kualitas peternak sehingga memiliki keberdayaan adalah peningkatan peran kelompok peternak. Sampai saat ini kelompoktani masih digunakan sebagai pendekatan utama dalam kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000). Pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar


(10)

dan berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik atau berkualitas (Margono, 2001).

Dengan demikian kelompoktani memiliki kedudukan strategis di dalam mewujudkan petani yang berkualitas. Petani yang berkualitas antara lain dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani, sehingga memiliki keberdayaan. Keberdayaan peternak ini dipersonifikasikan sebagai pelaku usaha tani ternak yang berkualitas (farmers), sekurang-kurangnya harus dicirikan oleh: (1) dimilikinya kemampuan yang memadai di dalam menguasai dan melaksanakan aspek teknis dalam beternak, dan (2) dimilikinya kemampuan yang memadai di dalam pengambilan keputusan dalam rangka pencapaian keberhasilan usahanya. Peran kelompok di dalam memberdayakan anggotanya, dapat dilihat antara lain dari: (1) peran sebagai kelas belajar, (2) peran sebagai unit produksi, (3) peran sebagai wahana kerjasama dan usaha.

Untuk kabupaten Tasikmalaya keberadaan kelompok peternak memiliki peran strategis di dalam mewujudkan wilayah tersebut menjadi salah satu sentra agribisnis ternak sapi potong di Jawa Barat. Jumlah kelompoknya sebanyak 100 kelompok, yang tersebar pada Kecamatan Cikatomas, Salopa, Cibalong, Karangnunggal, Pancatengah, Bantarkalong, dan Cikalong. Data pemotongan di Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan per tahunnya angka pemotongan ternak mencapai 12 ribu ekor, sedangkan populasi hanya mencapai sekitar 30 ribu ekor. Padahal dilihat dari potensi wilayahnya sebenarnya dapat menampung hingga mencapai sekitar 200 ribu unit ternak. Oleh karenanya, di dalam membantu mendorong tercapainya wilayah tersebut menjadi sentra agribisnis sapi potong, maka menjadi amat relevan bila dilakukan kajian yang menfokuskan pada peran kelompok di dalam memberdayakan peternak sapi potong yang menjadi anggotanya. Hasil kajian inipun akan membantu memetakan hal-hal apa saja yang perlu lebih diperhatikan sehingga kelompok dapat berperan optimal di dalam memberdayakan peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya.


(11)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Seberapa jauh peran yang dilakukan kelompok peternak dalam fungsinya

sebagai kelas belajar, unit produksi, dan wahana kerjasama dan usaha anggota di Kabupaten Tasikmalaya.

(2) Seberapa jauh keragaan keberdayaan peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya.

(3) Seberapa jauh derajat hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya.


(12)

II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kelompok dan Kelompoktani

Johnson & Johnson (Sarwono, 2001) memberikan definisi kelompok sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face interaction), yang masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.

Kelompok oleh ahli psikologi sosial, Krech dan Crutchfield (Haiman, 1951) didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang memiliki secara nyata hubungan yang bersifat psikologis satu dengan yang lainnya. Menurut Sarwono (2001) dalam pendekatan psikologis ada teori yang menjelaskan terjadinya kelompok, satu di antaranya adalah teori Firo-B (Fundamental Interpersonal Relation Orientation Behavior) yang dikemukakan Schutz (1958). Menurut teori ini kelompok terbentuk karena adanya kebutuhan dasar dalam hubungan individu dan individu lainnya, yaitu inklusi, kontrol, dan afeksi. Kebutuhan inklusi adalah kebutuhan untuk terlibat dan termasuk dalam kelompok. Kebutuhan kontrol adalah kebutuhan arahan, petunjuk dan pedoman dalam berperilaku dalam kelompok. Kebutuhan afeksi adalah kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian dalam kelompok.

Dari sudut pandang ahli sosiologis, Robert Merton (Chu, 1976) kelompok didefinisikan sebagai sejumlah individu yang diikat oleh interaksi sosial menurut pola yang tetap. Interaksi antar orang terjadi karena kepemilikan identitas mereka sebagai anggota dan rasa dihargainya oleh yang lain sebagai bagian dari kelompok.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4 tahun 1992 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan (Dinas Tanaman Pangan DT. I Jabar (1985) kelompoktani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua.


(13)

Dengan jumlah anggota minimum 20 orang dan maksimum disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi setempat.

2.1. Peranan Kelompoktani

Menurut Departemen Pertanian (2000), dengan paradigma baru pembangunan pertanian yang arahnya lebih melihat petani sebagai subyek atau pelaku pembangunan, maka kelompok tani dapat berperan sebagai: (1) lembaga pengubah (change institution), yaitu lembaga petani yang dapat mengubah perilaku anggotanya untuk meningkatkan keberhasilan usahataninya; (2) lembaga pembaharu (reform institution), yaitu lembaga petani yang dapat menciptakan pembaharuan bagi anggotanya melalui inovasi baru dibidang peraturan; dan (3) lembaga pemodernisasi (modernizing institution), yaitu lembaga petani yang dapat membawa anggotanya menjadi petani yang modern.

Untuk dapat menjalankan peranannya tersebut kelompok tani harus dapat melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai: (1) kelas belajar, yaitu kelompok dapat berfungsi menjadi media untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota; (2) unit produksi, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu unit produksi untuk dapat mencapai skala ekonomi yang efisien dalam memproduksi hasil usahataninya; (3) wahana kerjasama, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai wahana kerjasama diantara sesama anggota, kerjasama dengan kelompok dan atau pihak lain sehingga produktivitas kelompok dan masing-masing anggota meningkat; dan (4) kelompok usaha, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu kesatuan usaha yang dijalankan sehingga mampu mencari dan memanfaatkan berbagai peluang dan kesempatan berusaha (Departemen Pertanian, 2000).

Menurut Kurnia (2000), apabila melihat peran dan fungsi ideal kelompok tani yang sudah dirumuskan selama ini, yaitu sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi, sebagai wahana kerjasama dan sebagai kelompok usaha, maka ciri-ciri kelompok tani yang dapat mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi sebenarnya sudah tercakup. Hanya saja dalam pelaksanaannya, masih ada kesan bahwa kegiatan kelompok tani tersebut baru terbatas sebagai kelas belajar mengajar dan unit produksi saja. Sebagai wahana kerjasama apalagi sebagai kelompok usaha dirasakan fungsi ini belum optimal.


(14)

2.3. Keberdayaan Peternak

Keberdayaan peternak dipersonifikasikan bahwa peternak dapat menjadi sejatinya peternak (farmers), yang ditunjukkan oleh berkembangnya potensi peternak dalam perannya sebagai manajer usahatani, pemelihara ternak, dan individu yang otonom, sehingga menjadi pelaku usahatani yang berkualitas (Yunasaf, 2008).

Mosher (1978) mengemukakan bahwa dalam menjalankan usahatani, petani memiliki dua peranan, yaitu sebagai seorang jurutani atau pemelihara (cultivator), dan sebagai pengelola (manager) usahatani. Petani sebagai pemelihara adalah peranan petani memelihara tanaman dan ternak guna mendapatkan hasil-hasilnya yang berfaedah, yaitu dengan menguasai dan melaksanakan aspek teknis bertani. Petani sebagai pengelola adalah peranan petani dalam pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari akternatif-alternatif yang ada.

Prawirokusumo (1990) menyebutkan beberapa ciri manajer yang berhasil atau sukses, diantaranya adalah: yang dapat merinci maksud dan tujuan dari usahanya, yang selalu belajar, dan yang dapat mengenal dan menyusun sistem prioritas.

Secara ilustratif bagaimana hubungan hipotetis antara Peran Kelompok dan Keberdayaan Peternak dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara Peran Kelompok dan Keberdayaan Peternak PERAN KELOMPOK

1. Sebagai Kelas Belajar 2. Sebagai Unit

Produksi

3. Sebagai Wahana Kerjasama

4. Sebagai Wahana Usaha

KEBERDAYAAN PETERNAK

1. Sebagai Pemelihara Ternak


(15)

III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari:

(1) Peran yang dilakukan kelompok peternak dalam fungsinya sebagai kelas belajar, unit produksi, dan wahana kerjasama dan usaha anggota di Kabupaten Tasikmalaya.

(2) Keragaan keberdayaan peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya. (3) Derajat hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak sapi

potong di Kabupaten Tasikmalaya.

3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat:

(1) Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pengembangan kelompoktani komoditas peternakan.

(2) Memperluas pemahaman tentang pentingnya peran kelompok dalam mengembangkan keberdayaan peternak yang menjadi anggotanya.

(3) Pengayaan bahan kuliah penyuluhan dan oganisasi sosial dan kepemimpinan di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.


(16)

IV

METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif. 4.2. Unit Analisis dan Contoh Responden

Unit analisis dari penelitian ini adalah kelompok peternak yang ada di Kecamatan Cikatomas. Dipilih kecamatan tersebut, karena merupakan salah satu wilayah konsentrasi kelompok dan peternak serta ternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya.

Contoh (sample) responden adalah para anggota kelompok dari seluruh kelompoktani ternak sapi potong yang ada di Kecamatan Cikatomas, yang diambil secara proposional. Jumlah kelompok peternak yang aktif sebanyak lima kelompok dan jumlah responden yang akan diambil seluruhnya adalah 30 peternak.

4.3. Operasionalisasi Variabel

Variabel yang ditelaah meliputi Peran Kelompok sebagai variabel bebas, dan Keberdayaan Peternak sebagai variabel terikat.

Variabel Peran Kelompok meliputi:

1. Peran sebagai kelas belajar, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok dalam memfasilitasi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Indikatornya terdiri (1) pertemuan berkala dan berkelanjutan, (2) pengembangan kader kepemimpinan, (3) fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi dan teknologi, (4) penyelenggaaan pelatihan.

2. Peran sebagai unit produksi, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien. Indikatornya terdiri: (1) fasilitasi kelompok dalam merencanakan pola usaha, (2) fasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan input produksi, dan (3) fasilitasi dalam penerapan teknologi dan aspek zooteknik


(17)

3. Peran sebagai unit usaha, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok dalam mencari dan memanfaatkan peluang untuk berhasilnya usaha ternak anggota. Indikatonya: (1) fasilitasi penyediaan input produksi, (2) fasilitasi permodalan, dan (5) fasilitasi pemasaran.

4. Peran sebagai wahana kerjasama, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok dalam mendorong kerjasama antar anggota dan di luar kelompok. Indikatornya: (1) kerjasama pengelolaan kelompok, (3) kerjasama permodalan, (3) kerjasama dengan pihak luar.

Variabel Keberdayaan Peternak meliputi:

1. Keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak, yaitu tingkat berkembangnya kemampuan peternak di dalam menguasai dan melaksanakan aspek teknis dalam beternak. Indikatornya terdiri: (1) tatalaksana reproduksi, (2) tatalaksana makanan ternak, (3) tatalaksana pemeliharaan, (4) tatalaksana peralatan dan kandang, dan (4) tatalaksana pemasaran.

2. Keberdayaan peternak sebagai manajer adalah tingkat berkembangnya kemampuan peternak di dalam pengambilan keputusan dalam rangka pencapaian keberhasilan dari usahanya. Indikatornya terdiri: (1) perincian tujuan usaha, (2) penyusunan prioritas pengembangan usaha, dan (3) pengembangan belajar.

4.4. Cara Pengukuran dan Teknik Analisis Keeratan Hubungan

Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan skala ordinal. Kategori kelas untuk peranan kelompok adalah :

12,00 – 20,00 : peranan kelompok tinggi 20, 01 – 28,00 : peranan kelompok cukup 28, 01 – 36,00 : peranan kelompok rendah Kategori kelas untuk keberdayaan peternak adalah:

6,00 – 10,00 : keberdayaan peternak tinggi 10,01 – 14, 00 : Kebedayaan peternak cukup 14,01 – 18,00 : Keberdayaan peternak rendah


(18)

Teknik analisis yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan variabel adalah dengan uji korelasi peringkat Spearman, dengan rumus:

N 6 di rs = N3 –N Keterangan:

rs = Koefisien korelasi peringkat spearman di = perbandingan peringkat


(19)

VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

(1) Peranan kelompok peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 83,33 persen tergolong tinggi. Sisanya sebanyak 16,67 persen tergolong cukup. Peran atau fungsi kelompok yang paling menunjang adalah peran kelompok sebagai kelas belajar dan kelompok sebagai unit produksi.

(2) Keberdayaan peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 53,33 persen tergolong cukup. Sisanya sebanyak 46,67 persen tergolong tinggi. Kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa peran peternak baik sebagai pemelihara maupun sebagai manajer masih belum berjalan optimal.

(3) Terdapat hubungan yang cukup kuat antara peranan kelompok peternak dengan keberdayaan peternak sapi potong dengan nilai korelasi rank spearman sebesar 0,53.

6.2. Saran

Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sesuai dengan temuan penelitian, yaitu:

(1) Fungsi atau peran kelompok sebagai unit usaha dan wadah kerjasama agar lebih ditingkatkan lagi, yaitu dengan melakukan pemberian akses yang luas kepada kelompok dan para anggota di dalam memanfaatkan modal pinjaman yang berbunga rendah atau pinjaman tanpa bunga, sehingga perkembangan kepemilikan sapi anggota menjadi semakin bertambah.

(2) Perlu upaya-upaya pembinaan dari dinas intansi yang lebih baik lagi di dalam membangun kemandirian kelompok peternak, khususnya di dalam kegiatan pencapaian keswadayaan baik di dalam kegiatan pengadaan hijauan, kegiatan biaya inseminasi mandiri dan penanganan usaha limbah untuk dapat dijual ke luar, sehingga kemadirian peternak menjadi lebih meningkat pula.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1992. “Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 41 Tahun 1992. tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan.” Dinas Tanaman Pangan Pemda DT. I. Jawa Barat.

Anonymous. 2000. Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Tani. Biro

an dan KLN Departemen Pertanian. Jakarta.

Chu, G.D. 1976. “Groups and Development.” Dalam: Communication for Group Transformation in Developmen. Editor Chu, G.D., S. Rahim, dan D.L. Kincain. Hawai: East West Center East West Communication Institut.

Haiman, S.F. 1951. Group Leadership and Democratic Action. Scholl of Speech. Northwestern University. Houghton Miffih Company.

Kurnia, G. 2000. Pemberdayaan Kelompoktani dalam Mewujudkan Kemandirian.

Menyongsong Abad 21. Biro Perencanaan Departemen Pertanian. Jakarta. Margono, S. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi Daerah. Disajikan pada Seminar Perhiptani 2001. Tasikmalaya.

Mosher, A.T. 1978. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Disadur S. Krisnandi dan B. Samad. Jakarta: CV Yasaguna.

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. Yogyakarta: BPFE.

Siswono, Y.H. 2006. Pangan, Kualitas SDM, dan Kemajuan Suatu Negara Bangsa Dalam: Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Sarwono, S.W. 2001. Psikologi Sosial:Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Yunasaf, U. 2008. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah dan Keberdayaan Anggotanya di Kabupaten Bandung. Disertasi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(1)

III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari:

(1) Peran yang dilakukan kelompok peternak dalam fungsinya sebagai kelas belajar, unit produksi, dan wahana kerjasama dan usaha anggota di Kabupaten Tasikmalaya.

(2) Keragaan keberdayaan peternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya. (3) Derajat hubungan antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak sapi

potong di Kabupaten Tasikmalaya.

3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat:

(1) Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pengembangan kelompoktani komoditas peternakan.

(2) Memperluas pemahaman tentang pentingnya peran kelompok dalam mengembangkan keberdayaan peternak yang menjadi anggotanya.

(3) Pengayaan bahan kuliah penyuluhan dan oganisasi sosial dan kepemimpinan di Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.


(2)

IV

METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif. 4.2. Unit Analisis dan Contoh Responden

Unit analisis dari penelitian ini adalah kelompok peternak yang ada di Kecamatan Cikatomas. Dipilih kecamatan tersebut, karena merupakan salah satu wilayah konsentrasi kelompok dan peternak serta ternak sapi potong di Kabupaten Tasikmalaya.

Contoh (sample) responden adalah para anggota kelompok dari seluruh kelompoktani ternak sapi potong yang ada di Kecamatan Cikatomas, yang diambil secara proposional. Jumlah kelompok peternak yang aktif sebanyak lima kelompok dan jumlah responden yang akan diambil seluruhnya adalah 30 peternak.

4.3. Operasionalisasi Variabel

Variabel yang ditelaah meliputi Peran Kelompok sebagai variabel bebas, dan Keberdayaan Peternak sebagai variabel terikat.

Variabel Peran Kelompok meliputi:

1. Peran sebagai kelas belajar, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok dalam memfasilitasi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Indikatornya terdiri (1) pertemuan berkala dan berkelanjutan, (2) pengembangan kader kepemimpinan, (3) fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi dan teknologi, (4) penyelenggaaan pelatihan.

2. Peran sebagai unit produksi, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien. Indikatornya terdiri: (1) fasilitasi kelompok dalam merencanakan pola usaha, (2) fasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan input produksi, dan (3) fasilitasi dalam penerapan teknologi dan aspek zooteknik


(3)

3. Peran sebagai unit usaha, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok dalam mencari dan memanfaatkan peluang untuk berhasilnya usaha ternak anggota. Indikatonya: (1) fasilitasi penyediaan input produksi, (2) fasilitasi permodalan, dan (5) fasilitasi pemasaran.

4. Peran sebagai wahana kerjasama, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok dalam mendorong kerjasama antar anggota dan di luar kelompok. Indikatornya: (1) kerjasama pengelolaan kelompok, (3) kerjasama permodalan, (3) kerjasama dengan pihak luar.

Variabel Keberdayaan Peternak meliputi:

1. Keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak, yaitu tingkat berkembangnya kemampuan peternak di dalam menguasai dan melaksanakan aspek teknis dalam beternak. Indikatornya terdiri: (1) tatalaksana reproduksi, (2) tatalaksana makanan ternak, (3) tatalaksana pemeliharaan, (4) tatalaksana peralatan dan kandang, dan (4) tatalaksana pemasaran.

2. Keberdayaan peternak sebagai manajer adalah tingkat berkembangnya kemampuan peternak di dalam pengambilan keputusan dalam rangka pencapaian keberhasilan dari usahanya. Indikatornya terdiri: (1) perincian tujuan usaha, (2) penyusunan prioritas pengembangan usaha, dan (3) pengembangan belajar.

4.4. Cara Pengukuran dan Teknik Analisis Keeratan Hubungan

Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan skala ordinal. Kategori kelas untuk peranan kelompok adalah :

12,00 – 20,00 : peranan kelompok tinggi 20, 01 – 28,00 : peranan kelompok cukup 28, 01 – 36,00 : peranan kelompok rendah Kategori kelas untuk keberdayaan peternak adalah:

6,00 – 10,00 : keberdayaan peternak tinggi 10,01 – 14, 00 : Kebedayaan peternak cukup 14,01 – 18,00 : Keberdayaan peternak rendah


(4)

Teknik analisis yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan variabel adalah dengan uji korelasi peringkat Spearman, dengan rumus:

N 6 di rs = N3 –N Keterangan:

rs = Koefisien korelasi peringkat spearman di = perbandingan peringkat


(5)

VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

(1) Peranan kelompok peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 83,33 persen tergolong tinggi. Sisanya sebanyak 16,67 persen tergolong cukup. Peran atau fungsi kelompok yang paling menunjang adalah peran kelompok sebagai kelas belajar dan kelompok sebagai unit produksi.

(2) Keberdayaan peternak sebagian besar, yaitu sebanyak 53,33 persen tergolong cukup. Sisanya sebanyak 46,67 persen tergolong tinggi. Kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa peran peternak baik sebagai pemelihara maupun sebagai manajer masih belum berjalan optimal.

(3) Terdapat hubungan yang cukup kuat antara peranan kelompok peternak dengan keberdayaan peternak sapi potong dengan nilai korelasi rank spearman sebesar 0,53.

6.2. Saran

Ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sesuai dengan temuan penelitian, yaitu:

(1) Fungsi atau peran kelompok sebagai unit usaha dan wadah kerjasama agar lebih ditingkatkan lagi, yaitu dengan melakukan pemberian akses yang luas kepada kelompok dan para anggota di dalam memanfaatkan modal pinjaman yang berbunga rendah atau pinjaman tanpa bunga, sehingga perkembangan kepemilikan sapi anggota menjadi semakin bertambah.

(2) Perlu upaya-upaya pembinaan dari dinas intansi yang lebih baik lagi di dalam membangun kemandirian kelompok peternak, khususnya di dalam kegiatan pencapaian keswadayaan baik di dalam kegiatan pengadaan hijauan, kegiatan biaya inseminasi mandiri dan penanganan usaha limbah untuk dapat dijual ke luar, sehingga kemadirian peternak menjadi lebih meningkat pula.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1992. “Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 41 Tahun 1992. tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan.” Dinas Tanaman Pangan Pemda DT. I. Jawa Barat.

Anonymous. 2000. Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Tani. Biro

an dan KLN Departemen Pertanian. Jakarta.

Chu, G.D. 1976. “Groups and Development.” Dalam: Communication for Group Transformation in Developmen. Editor Chu, G.D., S. Rahim, dan D.L. Kincain. Hawai: East West Center East West Communication Institut.

Haiman, S.F. 1951. Group Leadership and Democratic Action. Scholl of Speech. Northwestern University. Houghton Miffih Company.

Kurnia, G. 2000. Pemberdayaan Kelompoktani dalam Mewujudkan Kemandirian.

Menyongsong Abad 21. Biro Perencanaan Departemen Pertanian. Jakarta. Margono, S. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi Daerah. Disajikan pada Seminar Perhiptani 2001. Tasikmalaya.

Mosher, A.T. 1978. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Disadur S. Krisnandi dan B. Samad. Jakarta: CV Yasaguna.

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. Yogyakarta: BPFE.

Siswono, Y.H. 2006. Pangan, Kualitas SDM, dan Kemajuan Suatu Negara Bangsa Dalam: Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Sarwono, S.W. 2001. Psikologi Sosial:Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Yunasaf, U. 2008. Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah dan Keberdayaan Anggotanya di Kabupaten Bandung. Disertasi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.