Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong dengan Kemampuan Manajerial Usaha Ternak
SKRIPSI
OLEH :
JHON RIAMAN PURBA 040309017/PKP
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETERNAK SAPI POTONG DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL USAHATERNAK
( Kasus: Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang.)
SKRIPSI OLEH:
JHON RIAMAN PURBA 040309017/PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Agribisnis Fakulutas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
( Ir.Yusak Maryunianta, M.Si)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
( Emalisa, SP,M.Si) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Abstrak
Jhon Riaman Purba, 2010 ” Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, yang dimulai dari bulan Nopember 2009 sampai Desember 2009. di bawah bimbingan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.
Metode penentuan daerah penelitian secara purposive dan penarikan sampel digunakan Metode simple Random samping diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi sehingga diperoleh 33 sampel dari 50 populasi yaitu peternak yang memiliki sapi sendiri dan untuk melihat hubungan mengunakan analisis Rank Spearmen dan Uji Chi Suquare.
Kajian penelitian ini adalah karakteristik sosial ekonomi peternak (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan usahaternak), kemampuan manajerial, hubungan faktor sosial ekonomi dengan kemampuan manajerial usahaternak serta masalah dan upaya yang dihadapi peternak di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deliserdang.
Hasil penelitian di peroleh faktor sosial ekonomi peternak sapi potong yaitu jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak rata-rata 4 ekor, umur peternak sapi potong berkisar rata-rata 42 tahun , tingkat pendidikan peternak sapi potong rata-rata 9 tahun atau setingkat SLTP, pengalamaan beternak sapi potong berkisar rata-rata 13 tahun, sumber informasi yang digunakan yaitu tetangga, PLL dan majalah pertanian, pendapatan bersih yang diterima peternak dari usaha ternak sapi potong rataa-rata Rp.2,786,361/peternak/tahun atau 21,628 /peternak/hari dan kemampuan manajerial usahaternak di Desa Jati Kesuma baik.
Dari uji statistik diperoleh t hitung > t tabel yang berarti pengalamaan beternak berhubungan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak sedangkan sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah ternak, sumber informasi dan pendapatan berdasarkan uji statistik diperoleh t hitung< t tabel sehingga tidak berhubungan dengan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak. Masalah-masalah yang dihadapi peternak sapi potong adalah kekurangan dana, tidak adanya pasar tetap menjual ternak dan ketersedian kegiatan penyuluhan peternakan dan upaya yang dilakukan peternak adalah menyisihkan sebagian pendapatan, bertanya kepada peternak lain mengenai harga ternak yang akan dijual dan berdiskusi atau lebih banyak berbagi dengan peternak lain yang sudah berhasil.
Kata kunci: Faktor Sosial ekonomi, Kemampuan Manajerial, Usahaternak Sapi potong
(4)
RIWAYAT HIDUP
Jhon Riaman Purba, lahir pada tanggal 10 Mei 1985 di Desa Togur. Anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayah Jinser Purba dan Rasmiana Saragih.
Pengalamaan Hidup yang ditempuh penulis hingga saat ini. Riwayat Pendidikan:
• Tahun 1992 Memasuki SD Negeri Marubun Lokkung Tamat Tahun 1998 • Tahun 1998 Mamasuki SLTP Negeri 1 Silimukuta Tamat Tahun 2001 • Tahun 2001 Memasuki SMU swasta RK.L.Pakam Tamat Tahun 2004 • Tahun 2004 Memasuki Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera
Utara Melalui Jalur SPMB di Program Studi Penyuluhan Komunikasi Pertanian
Pengalamaan Selama Kuliah:
• Tahun 2004 menjadi Anggota HMD Sosial Ekonomi Pertanain atau IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian )
• Tahun 2004 menjadi anggota IMAS-USU (Ikatan Mahasiswa Simalungun –Universitas Sumatera Utara)
• Tahun 2005 menjadi Anggota UKM KMK USU (Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen)
• Menjadi Wakil Ketua IMAS-USU Tahun Periode 2005-2006
• Menjadi Divisi Kerohanian dan Kekeluargaan IMAS USU Tahun periode 2007-2008
• Menjadi Wakil Ketua IMASEP Tahun Periode 2008/2009
• Menjadi Anggota Komisi Pembinaan UKM KMK UP Fakultas Pertanian Tahun Periode 2006-2007
(5)
• Menjadi Anggota Kordinasi UKM KMK USU Tahun Periode 2008/2009 • Menjadi Ketua UKM KMK USU Tahun Periode 2010
• Pada Tanggal 21 Juni -11 Juli 2008 Mengikuti Prakterk Kerja Lapangan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun
• Pada Bulan Nopember- Desember 2009 Mengadakan Penelitian di Desa Jati Kesuma Kecamatan Nomo Rambe, Kabupaten Deli Serdang.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya yang memberikan penulis kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah” HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETERNAK SAPI POTONG DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL USAHATERNAK” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir.Yusak Maryunianta, M.Si selaku ketua pembimbing dan Ibu Emalisa, SP,M.Si selaku anggota pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahanya dalam penulisan skripsi ini, Kepala Desa Jati Kesuma Bapak Panggung Wasito dan perangkatnya, Pak warsidi yang telah memberi tempat tinggal waktu penelitian, Kedua orang tua saya J.Purba dan R.Saragih atas dukungan dan pengorbanaanya yang tak terhingga, saudara saya Pertiwi Purba dan Sari Dahliana Purba yang mendukung untuk tetap semangat, teman-teman IMAS USU ( Jusian, Walden, Paska, Jansedi, Restu, Oktani, Ida dll) buat dukungannya, teman teman di UKM KMK USU (Riama, Moni, Lita, Heri, Gohana, Roya, Henny, Okta, Erik, Nova, dll) dan teman SEP’04 (Shakti, Fredy, Kori, Kiki, Hemat, Yan, dll) buat fasilitas dan doanya dan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
(7)
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersipat membangun demi kesempurnaan skripsi ini, dengan harapan skripsi ini berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pelaku bidang usaha peternakan.
Medan, Maret 2010
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRAKS... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Indentifikasi Masalah ... 7
Tujuan Penelitian ... 8
Kegunaan Penelitian ... 8
TINJAUAN PUSTAKA ... 9
Tinjauan Pustaka ... 11
Landasan Teori ... 11
Kerangka Pemikiran ... 21
Hipotesis Penelitian ... 23
METODELOGI PENELITIAN ... 24
Penentuan Daerah Sampel ... 24
Metode Penentuan Sampel ... 24
Metode Pengumpulan Data ... 25
Metode Analisis Data ... 25
Defenisi dan Batasan Operasional ... 30
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 32
Deskripsi Desa ... 32
Sistim Pemeliharaan Pada Usahaternak Sapi Potong ... 35
1. Pemberian Pakan dan Minum ... 36
2. Pembersihan Kandang ... 36
3. Perkembangbiakan ... 37
4. Permbersihan Ternak Sapi ... 37
5. Pengendalian Penyakit ... 38
6. Pemasaran Ternak ... 38
HASIL DAN PEMBAHASAAN ... 40
Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong ... 40 Kemampuan Manajerial Peternak Sapi Potong dalam mengelola
(9)
Usahaternak ... 48
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak ... 52
Masalah-Masalah Yang Di Hadapi Peternak Dalam Mengolola Usahaternak Sapi Potong ... 56
Upaya –Upaya Yang Dilakukan Peternak Dalam Mengelola Usahaternak Sapi Potong ... 57
KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
Kesimpulan ... 58
Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
N0 JUDUL Hal
1. Perkembangan Populasi Ternak Sapi Potong Per Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2002-2007 (Ekor) ... 4 2. Populasi Ternak Sapi Potong Kecamatan Namor Rambe Menurut
Desa Tahun 2008(ekor) ... 5 3. Indikator Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong ... 25 4. Indikator Kemampuan Manajerial Usahaternak ... 26 5. Skor Kemampuan Manajerial Usahaternak Peternak Sapi Potong ... 27 6. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa
Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008 ... 33 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jati
Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008 ... 33 8. Distribusi Menurut Sarana dan Prasarana di Desa Jati
Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008 ... 34 9. Kelengkapan Pendukung Pengbangan Usaha Ternak Sapi Potong
di Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Tahun 2008 ... 35 10. Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma .. 40 11. Rataan Pendapatan Peternak Sapi Potong di Jati Kesuma... 43 12. Kriteria Penilaian Kemampuan Manajerial Peternak Sapi Potong
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL
1. Karakteristik Peternak Sampel Sapi Potong di Desa Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09)
2. Perubahan Ternak Sapi Potong Dalam Kurung Waktu Setahun (Okt '08-Okt'09)
3. Curahan Tenaga Kerja Pada Pemeliharaan Ternak Sapi
Potong Per Peternak di Desa Jati Kesuma per Tahun (HKP/Tahun) 4. Biaya Kandang, Perlengkapan dan Peralatan Pada Usaha
Ternak Sapi Potong / Peternak di Desa Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09
5. Biaya Variabel Pada Usaha Ternak Sapi Potong Per Peternak Di JatiKesuma Tahun (Okt '08-Okt'09) 6. Total Biaya Produksi Usaha Ternak Sapi Potong
/Peternak/ Tahun Di Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09) 7. Total Penerimaan Dari Usaha Ternak Sapi Potong
/ Peternak/ Tahun di Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09)
8. Total Pendapatan Bersih Usaha Ternak Sapi Potong / Peternak/Tahun di Jati Kesuma Pada Tahun (Okt '08-Okt'09)
9. Penggunaan Sumber Informasi Oleh Peternak
Potong/ Peternak di Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09 10. Kemampuan Manajerial Peternak Sapi Potong/ Peterna
di Jati Kesuma Tahun (Okt '08-Okt'09)
11. Korelasi Rank Spearman Antara Jumlah Ternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak
12. Korelasi Rank Spearman Antara Umur Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak
13. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak 14. Korelasi Rank Spearman Antara Pengalamaan Peternak
Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak
15. Korelasi Uji CHI SQUARE antara Sumber Informasi Dengan Kemampuan Manajerial
16. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak
(12)
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL HAL
1. Gambar Skema Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Dengan Kemampuan
Manajerial Usahaternak... 22
(13)
Abstrak
Jhon Riaman Purba, 2010 ” Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang, yang dimulai dari bulan Nopember 2009 sampai Desember 2009. di bawah bimbingan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.
Metode penentuan daerah penelitian secara purposive dan penarikan sampel digunakan Metode simple Random samping diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi sehingga diperoleh 33 sampel dari 50 populasi yaitu peternak yang memiliki sapi sendiri dan untuk melihat hubungan mengunakan analisis Rank Spearmen dan Uji Chi Suquare.
Kajian penelitian ini adalah karakteristik sosial ekonomi peternak (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan usahaternak), kemampuan manajerial, hubungan faktor sosial ekonomi dengan kemampuan manajerial usahaternak serta masalah dan upaya yang dihadapi peternak di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deliserdang.
Hasil penelitian di peroleh faktor sosial ekonomi peternak sapi potong yaitu jumlah ternak sapi potong yang dipelihara peternak rata-rata 4 ekor, umur peternak sapi potong berkisar rata-rata 42 tahun , tingkat pendidikan peternak sapi potong rata-rata 9 tahun atau setingkat SLTP, pengalamaan beternak sapi potong berkisar rata-rata 13 tahun, sumber informasi yang digunakan yaitu tetangga, PLL dan majalah pertanian, pendapatan bersih yang diterima peternak dari usaha ternak sapi potong rataa-rata Rp.2,786,361/peternak/tahun atau 21,628 /peternak/hari dan kemampuan manajerial usahaternak di Desa Jati Kesuma baik.
Dari uji statistik diperoleh t hitung > t tabel yang berarti pengalamaan beternak berhubungan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak sedangkan sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah ternak, sumber informasi dan pendapatan berdasarkan uji statistik diperoleh t hitung< t tabel sehingga tidak berhubungan dengan nyata dengan kemampuan manajerial usaha ternak. Masalah-masalah yang dihadapi peternak sapi potong adalah kekurangan dana, tidak adanya pasar tetap menjual ternak dan ketersedian kegiatan penyuluhan peternakan dan upaya yang dilakukan peternak adalah menyisihkan sebagian pendapatan, bertanya kepada peternak lain mengenai harga ternak yang akan dijual dan berdiskusi atau lebih banyak berbagi dengan peternak lain yang sudah berhasil.
Kata kunci: Faktor Sosial ekonomi, Kemampuan Manajerial, Usahaternak Sapi potong
(14)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai stategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat, sebagai konsekuensi atas pertambahan penduduk Indonesia Perkembangan pola konsumsi menyebabkan arah kebijakan pembangunan sektor pertanian berubah. Pada awalnya kemerdekaan, pembangunan lebih diarahkan untuk mencukupi kebutuhan karbohidrat. Saat ini, ketika pendapatan per kapita rakyat Indonesia semakin meningkat, kebijakan mulai bergeser untuk memenuhi kebutuhan protein
Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi bakalan karena pertambahan populasi tidak seimbang dengan kebutuhan nasional. Usaha peternakan rakyat di Indonesia umumya bersifat tradisional dan metode pengelolaannya masih mengunakan teknologi seadanya dan masih bersifat sambilan. Karena itu, hasil yang dicapai tidak maksimal.
Menurut Soprapto dan Abidin, (2006) masalah utama yang terjadi pada hampir semua peternak di Indonesia adalah rendahnya pengetahuan tengtang cara beternak yang benar. Seringkali ditemui di lapangan, seorang peternak tidak mengetahui waktu yang tepat untuk mengawinkan sapi potongnya. Selain itu, pemberian pakan umumnya dilakukan secara trial and error, tanpa tahu kandungan gizi bahan pakan yang cukup. Pemilihan teknologi juga harus didasarkan pada kemampuan para peternak. Penggunaan teknologi yang terlalu maju justru menyebabkan para peternak mengalami kesulitan karena culture
(15)
bertahap, misalnya penerapan seleksi bibit pada sapi lokal, kontrol perkawinan, serta pengolahan dan penggunaan bahan pakan murah berkualitas.
Keterbatasan-keterbatasan peternak, antara lain dalam bentuk permodalan, penguasaan lahan, keterampilan, pengetahuan, aksesibilitas pasar, dan bargaining
position akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam
penentuan komoditas yang akan diusahakan dan teknologi usahatani yang akan diterapkan peternak. Rendahnya tingkat kosmopolitan atau kemampuan peternak untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi peternak dalam membuat keputusan untuk menolak atau menerima inovasi. Hal ini akan bermuara pada rendahnya pendapatan dan keadaan usahaternak yang sulit berkembang
Permasalahan diatas tidak lepas dari bagaimana peternak mampu mengelola usahaternaknya sehingga menjadi sumber penghasilan yang mensejahterakan peternak. Perannya disini keberhasilan usahaternak tergantung bagaimana upaya dan kemampuan manajer. Keberhasilan usahaternaknya dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuan-tujuan tersebut. Namun demikian, sering kali peternak karena kesibukan tidak mengganggap mengelola usahaternak adalah kewajiban dan pekerjaan sehari-hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu-begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang pasti. Dengan demikian, untuk mengukur keberhasilan di kemudian hari akan mengalami kesulitan. Padahal, jika tujuannya jelas maka dapat mengarahkan dan mengambil keputusan dengan segala kegiatan usahaternaknya.
(16)
Usaha peternakan di Indonesia di laksanakan sebagai usaha sambilan, disamping usaha pertanian lainya seperti menanam padi di sawah. Akibatnya, alokasi tenaga dan pikiran lebih banyak pada usaha pokok dari pada usaha sampingan. Sapi-sapi tersebut umumnya dipelihara sebagai tabungan yang akan dijual sewaktu-waktu ketika peternak membutuhkan uang secara mendadak. Akibatnya sapi dijual dengan harga rendah karena waktu penjualannya tidak direncanakan terlebih dahulu (Soprapto dan
Rendahnya populasi ternak sapi merupakan akibat dari rendahnya produktivitas sapi tersebut. Ini berhubungan erat dengan peran peternak dalam mengelola usahaternak. Perkembangan populasi ternak di daerah penelitian sudah
Abidin, 2006)
Keadaan ini sangat berhubungan dengan managerial skill atau human
capitals yang rendah sehingga sering kali peternak dikatakan ketinggalan. Dengan
kata lain, untuk keberhasilan usahaternak sangat ditentukan oleh pengambilan keputusan yang berdasarkan pada tujuan-tujuan usahaternak, permasalahan serta kondisi yang jelas, fakta dan data yang aktual, serta analisis yang tepat dan akurat. Kemampuan, pengetahuan ketrampilan, dan pengalamaan peternak yang memadai sangat diperlukan dan sangat menentukan keberhasilan usahaternaknya.
Menurut A.T.Mosher (1984) mengatakan petani/peternak berperan sebagai manajer. Petani sebagai manajer akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus menentukan cara-cara berproduksi, menentukan cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Untuk itu, diperlukan keterampilan, pendidikan, dan pengalamaan yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan.
(17)
begitu banyak tetapi belum memberikan kontibusi bagi pendapatan keluarga peternak mensejahterakan kehidupan peternak.
Tabel 1. Perkembangan Populasi Ternak Sapi Potong Per Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara Tahun 2002-2007 (Ekor).
No Kabupaten /Kota 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 Nias 2,531 2,748 2,751 2,754 2,695 1,689
2 Nias Selatan 0 0 0 0 326 326
3 Mandailing Natal 2,801 3,004 3,067 3,281 3,456 3,714
4 Tapanuli Selatan 35,069 35,111 35,153 35,176 37,242 17,026
5 Tapanuli Tengah 1227 1,310 1,312 1,308 1,457 1,280
6 Tapanuli Utara 4,550 2,678 2,681 1,991 2,039 2,613
7 Humbahas 0 1,322 1,324 378 402 450
8 Toba Samosir 5,325 5,331 5,337 755 946 757
9 Samosir 0 2,140 2,143 2,145 2,469 4279
10 Labuhan Batu 13,765 14,498 14,515 16,350 14,413 17,575
11 Asahan 23718 23,746 23,774 30,996 31,296 52,225
12 Simalungun 28839 28,804 28,838 30,044 30,131 52,956
13 Dairi 1783 1,102 1,103 2,346 2,473 206
14 Pakpak Bharat 0 115 115 116 118 52,956
15 Karo 28,191 31,131 31,138 32,392 32,522 23,188
16 Deli Serdang 62,312 34,154 34,194 26,581 25,287 23,977
17 Serdang Bedagai 0 8,234 8,244 8,344 9,276 88,838
18 Langkat 35,613 44,802 44,856 46,550 48,879 31,457
19 Sibolga 0 0 0 0 0 0
20 Tanjung Balai 0 28 28 29 30 0
21 Pematang Siantar 154 155 155 122 133 0
22 Tebing Tinggi 353 385 385 386 415 36
23 Medan 569 1,293 1,294 1,758 1,462 373
24 Binjai 1,575 2,382 2,329 2,454 2,424 1,183
25 Padang Sidempuan 0 4,200 41,205 4,209 1,594 3,205
Jumlah 248375 248673 248971 250465 251488 111,414
Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara, 2008
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa populasi ternak sapi potong di Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2002 ke tahun 2007, dimana rata-rata setiap tahun meningkat sebesar 0,06 % itu dapat dilihat dari peningkatan jumlah ternak sapi potong setiap tahunnya. Di Kabupaten Deli Serdang jumlah populasi ternak sapi potong mengalami penurunan, meskipun tidak signifikan dimana pada tahun 2002 berjumlah 62.312 ekor, tetapi untuk tahun 2003 berjumlah 34.154 ekor atau sebesar 15,42%. Pada tahun 2003 dan tahun 2004 jumlah tidak mengalami perubahan yang besar, tetapi untuk tahun 2005
(18)
mengalami penurunan dimana jumlah tinggal 26.581 ekor atau turun sebesar 7,61 % dan tahun selanjutnya mengalami penurunan juga yakni 25.287 ekor atau sebesar 1,29%.
Tabel 2. Populasi Ternak Sapi Potong Kecamatan Namo Rambe Per Desa Tahun 2008 (ekor)
No Desa Populasi (Ekor)
1 SM Hilir 39
2 SM.Hulu 42
3 Sudi Rejo 161
4 Lau Mulgap 45
5 Batu Gemuk 55
6 Timbang Lawan 30
7 Batu Mbelin 24
8 Ujung Labuhan 86
9 Batu Penjemuran 92
10 Sialang Tungir 46
11 Namo Mbaru 31
12 Namo Pakam 31
13 Bekululu 33
14 Jati Kesuma 1142
15 Namo Rambe 75
16 Gunung Barita -
17 Kuta Tengah 54
18 Cinta Rakyat -
19 Rumah Mbacang -
20 Tanjung Selamat -
21 Rimo Mungkur 28
22 Namo Mbaru 23
23 Namo Pinang 21
24 Namo Ladur 57
25 Uruk Gedang 20
26 Tangkahan 19
27 Rumah Kaben 37
28 Lubang Ido 48
29 Silue-Lue 27
30 Batu Rejo 69
31 Jaba 58
32 Kwala Simeme 21
33 Naom Mbelin 25
34 Kuta Kuala 35
35 Gunung Kelawas 42
36 Deli Tua 63
Jumlah 2582
Sumber: Penyuluh Peternakan Kecamatan Namorambe Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 2, di Kecamatan Namorambe merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Deli Serdang yang berpotensial untuk dikembangkan. Populasi sapi potong pada tahun 2009 di Kecamatan Namo
(19)
Rambe sebanyak 2582 ekor dan diantara 36 desa di Kecamatan Namorambe, maka Desa Jati Kesuma yang terbanyak yaitu 1142 ekor pada tahun 2009.
Dengan jumlah populasi sebanyak 1142 ekor di Desa Jati Kesuma pada tahun 2009 sebenarnya ini sudah cukup banyak dibanding dengan desa yang lain, tetapi dilapangan tidak sesuai dengan harapan peternak, dimana usahaternak belum begitu meningkatkan pendapatan peternak, karena kompleksnya permasalahan yang dihadapi peternak baik metode perkawinan, metode pemberian pakan, tujuan pemeliharaan, sistem perkandangan dan pemasaran ternak, permodalan, peran sumber informasi dan pengetahuan teknologi tentang usahaternak rendah. Dimana semua ini menyangkut dengan peran peternak sebagai manajer dalam usahaternak sehingga semua usaha dimanajemen dengan begitu baik. Kemampuan manajerial peternak tidak lepas bagaimana peran peternak mengakses sumber informasi dalam memutuskan segala bentuk input dan kebutuhan usaha. Ini pun sangat berhubungan dengan faktor sosial ekonomi peternak, bagaimana pendidikannya dan pengalamaan dalam usahaternaknya, sehingga memacu untuk beternak lebih baik.
Mencermati permasalahan di atas maka peneliti tertarik melakukan pengkajian, dimana peternak sebagai manajer untuk usahaternaknya, karena itu peternak yang memutuskan segala sesuatu terhadap usahaternaknya, bagaimana faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan), bagaimana kemampuan manajerial peternak sapi potong, serta bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan) peternak dengan dengan kemampuan
(20)
manajerial usahaternak di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang.
Indentifikasi Masalah:
Berdasarkan kondisi diatas peneliti merumuskan masalah yang akan dikaji adalah:
1. Bagaimana faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan) peternak sapi potong di daerah penelitian?
2. Bagaimana kemampuan manajerial peternak sapi potong dalam mengelola usahaternaknya di daerah penelitian?
3. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan) peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak di daerah penelitian?
4. Apa saja masalah yang dihadapi peternak sapi potong mengelola usahaternaknya di daerah penelitian?
5. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi peternak sapi potong dalam mengelola usahaternaknya di daerah penelitian?
(21)
Tujuan Penelitian :
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan) peternak sapi potong di daerah penelitian.
2. Menganalisis kemampuan manajerial peternak sapi potong dalam mengelola usahaternaknya di daerah penelitian.
3. Menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi (jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan) peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak di daerah penelitian.
4. Menganalisis masalah yang dihadapi peternak sapi potong mengelola usahternaknya di daerah penelitian.
5. Menganalisis upaya yang dilakukan peternak dalam mengatasi masalah yang dihadapi peternak sapi potong dalam mengelola usahternaknya di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Dari segi praktis informasi penelitian ini diharapkan dapat membantu peternak untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan selama beternak 2. Dari aspek informasi diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
instansi pemerintah terkait untuk membuat kebijakan dalam usaha meningkatkan pendapatan peternak.
(22)
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN HIPOTESIS
Tinjauan Pustaka
Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitara 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi adalah salah satu genus dari famili Bovidae. Ternak atau hewan-hewan lainya yang termasuk famili ini ialah Bison, banteng (Bibos), kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan Anoa. Oleh karena itu satu genus dengan Eropa dan Bos Taurus dan sapi-sapi tropis atau Bos indicus.
( Pane,1993)
Usahaternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usahaternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja (Abidin, 2002)
Peranan ternak sapi dalam pembangunan peternakan cukup besar terutama dalam pengembangan misi peternakan yaitu sebagai:
1. Sumber pangan hewani asal ternak, berupa daging dan susu 2. Sumber pendapatan masyarakat terutama petani ternak
3. Penghasil devisa yang sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan nasional
(23)
4. Menciptakan angkatan kerja
5. Sasaran konservasi lingkungan terutama lahan melalui daur ulang pupuk kandang
6. Pemenuhan sosial budaya masyarakat dalam ritus adat/kebudayaan. (Phindini dkk, 2005)
Menurut Soeharto (1990) dalam Surayatiyah (2009) usahaternak dapat digolongkan dalam 4 jenis:
1. Usaha yang bersifat tradisional yaitu petani/peternak kecil yang mempunyai 1-2 ekor ternak ternak ruminansia besar, kecil bahkan ayam kampung. Usaha ini hanya bersifat sambilan dan untuk saving saja.
2. Usaha backyard, yaitu petani/peternakan ayam ras, sapi perah, ikan. Tujuan usaha selain memenuhi kebutuhan juga untuk dijual oleh karena itu memakai input teknologi, manajemen, dan pakan yang rasional, dalam perkembangannya ditunjang dengan sistim PIR
3. Usaha komersial, yaitu petani/peternak yang telah benar-benar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, profit oriented, dan efesiensi. Usaha ini meliputi usaha pembibitan, usaha pakan ternak, usaha penggemukan dan lain-lain. Secara garis besar ada dua bentuk usahatani yang telah dikenal yaitu usahatani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian (plantation, estate,
enterprise). Pada umumnya yang dimaksud usahatani adalah usaha keluarga
sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian.
Informasi teknologi pertanian memegang peranan penting dalam proses pembangunan pertanian. Tersedianya berbagai informasi yang akan menyebarkan
(24)
atau menyampaikan informasi teknologi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan (Suryantini, 2004).
Pesatnya perkembangan iptek bidang pertanian menyebabkan penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik semakin meningkat. Bagi penyuluh petani, media tersebut merupakan sumber untuk mendapatkan informasi tentang teknologi pertanian. Namun, tersedianya sumber informasi menjamin digunakannya sumber informasi oleh penyuluh. Pemilihan dan penggunaan berbagai sumber informasi oleh petani akan berbeda tergantung pada kebutuhan informasi dan motivasi tertentu (Suryantini, 2003).
Landasan Teori
Menurut Mosher (1984) petani bertindak sebagai manajer juru tani dan anggota masyarakat biasa. Petani diharapkan pada beberapa alternatif, harus memutuskan alternatif yang akan dipilih, melaksanakan pilihannya dan bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya yang diperoleh.
Manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memporoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakan orang-orang lain untuk bekerja. Menurut George R.Terry (1997) dalam Herijito (2001) manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari planning,
organizing, actuating dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya yang lainnya. Jika manajemen sebagai suatu pekerjaan maka petani harus dapat menjabarkan dan menrealisasikan ide atau buah pikirannya dalam mengelola usahataninya sehingga berhasil seperti yang dia inginkan. Untuk itu, petani harus melalui fungsi-fungsi manajemen sebagai proses yang meliputi perencanaan,
(25)
pengorganisasisan, pengawasan, komunikasi dan sebagainya. Dengan demikian, segala kegiatan dalam usahataninya terarah pada satu tujuan yang menguntungkan bagi petani (Suratiyah, 2009)
Pemahamaan prosedur manajemen sangat penting bagi petani terutama dalam pemecahan masalah. Petani sebagai manajer harus benar-benar menguasai masalah yang timbul dalam usahataninya. Untuk mengetahui dan memecahkan masalah tersebut, ada beberapa tahapan yang harus benar-benar tahu apa akar masalahnya dan bukan gejala atau kenampakan sesaat saja. Kedua, petani harus mengumpulkan data dan fakta yang ada. Ketiga, petani harus mampu mengevaluasi dan menemukan alternatif pemecahan masalah. Keempat, sebagai manajer, seorang petani harus mampu mengambil keputusan untuk bertindak mengatasi permasalahan yang timbul tersebut. (Suratiyah, 2009)
Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry dalam Herijito (2001) yang membentuk manajemen sebagai salah satu proses sebagai berikut
1. Planning
Kegiatan yang menentukan berbagai tujuan dan penyebab tindakan-tindakan selanjutnya.
2. Organizing
Kegiatan membagi pekerjaan di antara anggota kelompok dan membuat ketentuan dalam hubungan-hubungan yang diperlukan
3. Actuating
Kegiatan menggerakkan anggota-anggota kelompok untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas-tugas masing
(26)
4. Controlling
Kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan.
Perencanaan (Planning)
1. Menjelaskan memantapkan dan memastikan tujuan yang dicapai 2. Meramalkan peristiwa atau keadaan pada waktu yang datang 3. Memperkirakan kondisi-kondisi pekerjaan yang dilakukan 4. Memilih tugas yang sesuai untuk pencapaian tujuan
5. Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas agar diperoleh sesuatu yang baru dan lebih baik
6. Membuat kebijaksanaan, prosedur, standar dan metode-metode untuk pelaksanaan kerja
7. Memikirkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi
8. Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasaan Pengorganisasian (organizing)
1. Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional
2. Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara operasional 3. Menggabungkan jabatan-jabatan operasional ke dalam unit-unit yang
saling berkaitan
4. Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai 5. Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan
6. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap anggota 7. Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai
(27)
Penggerakkan (Actuating)
1. Melakukan kegiatan partisipasi dengan senang hati terhadap semua keputusan, tindakan atau perbuatan
2. Mengarahkan dan menantang orang lain agar bekerja sebaik-baiknya 3. Memotivasi anggota
4. Berkomunikasi secara efektif
5. Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh
6. Memberi imbalan penghargaan terhadap pekerja yang melakukan pekerjaan yang baik
7. Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan kegiatan pekerjaannya 8. Berupaya memperbaiki pengarahaan sesuai dengan petunjuk pengawasan Pengendalian (Controlling)
1. Membandingkan hasil-hasil pekerjaan dengan rencana secara keseluruhan 2. Menilai hasil pekerjaan dengan standar hasil kerja
3. Membuat media pelaksanaan secara tepat 4. Memberitahukan media pengukur pekerjaan
5. Memindahkan data secara terperinci agar dapat dilihat perbandingan dan penyimpangan -penyimpangannya
6. Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa oleh anggota
7. Memberitahu anggota-anggota yang bertanggung jawab terhadap pemberian penjelasaan
8. Melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasaan Dalam Suratiyah (2009) petani sebagai manajer atau peran sebagai manajer meliputi 4 aktivitas:
(28)
1. Aktivitas teknis
• Memutuskan akan memproduksi apa dan bagaimana caranya • Memanfaatkan lahan
• Membuat gambaran tentang teknologi dan peralatan yang akan digunakan serta implikasinya pada penggunaan tenaga kerja
• Menentukan skala usaha 2. Aktivitas komersial
• Menghitung berapa dan apa saja input yang dibutuhkan baik yang dipunya maupun yang akan dicari
• Menentukan kapan, darimana, dan jumlah input yang diperoleh • Meramalkan penggunaan input dan produksi yang akan diperoleh • Meramalkan pemasaran hasil, kepada siapa, dimana, kapan dan
kualitas produksi atau hasil 3. Aktivitas finansial
• Mendapatkan dana dari sendiri, dari pinjaman kredit bank atau kredit yang lain
• Menggunakan dana untuk memporoleh pendapatan dan keuntungan (jangka panjang)
• Meramalkan kebutuhan dana jangka panjang yang akan datang (investasi untuk penggantian alat-alat atau perluasaan usaha) 4. Aktivitas akutansi
• Membuat catatan tentang semua transaksi baik bisnis maupun pajak
(29)
• Menyimpang data tentang usahanya
Berdasarkan aktivitas tersebut, jelas petani sebagai manajer dituntut mempunyai pengetahuan, pengalamaan dan ketrampilan yang memadai, agar dapat menyiapkan dan memilih alternatif usaha yang terbaik. Manajemen yang melekat pada tenaga kerja akan sangat menentukan bagaimana kinerjanya dalam menjalankan usahatani. Dengan manajemen yang berbeda meskipun segala input sama akan diperoleh hasil yang berbeda. Dengan kata lain, keberhasilan usahatani sangat tergantung pada upaya dan kemampuan manajer. Oleh karena manajemen adalah suatu seni maka sulit mengkuantifikasi atau mengukurnya.
Ketersedian dalam memilih sumber informasi yang dibutuhkan peternak mengenai permasalahan yang diatas, akan berhubungan dengan karakteristik pembacanya, antara lain pendidikan, pekerjaan, penghasilan, partisipasi dalam organisasi, kefanatikan dan kekosmopolitan (Mulyani dkk (2006) dalam Stehans (1972) dan juga sumber informasi diperoleh berpengaruh terhadap pendapatan dan informasi-informasi apa saja yang dibutuhkan oleh peternak dalam usaha ternak sapi potong sistem intensif.
Menurut Soekartawi (1984) sumber informasi berasal media massa, tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari informan lain. Maka akan sangat bermanfaat untuk menganalisis bagaimana sumber-sumber informasi ini saling melengkapi dan mendukung satu sama lain, atau mungkin macam-macam konflik yang ada di antara sumber-sumber informasi tersebut (Ban dan
Informasi masa mendatang cukup penting dan diperlukan dalam rangka memperlancar pembangunan pertanian. Meliputi: produksi, permintaan pasar dan
(30)
tempat serta sistimnya berikut harga, perubahan kebijakan di tingkat regional dan nasional maupun international, perkembangan industri pengolah hasil pertanian, Perubahan peta pertanian di tingkat regional dan nasional dan ekonomi serta kebudayaan ditingkat regional dan nasional maupun international, ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian, perubahan teknologi, cuaca dan iklim, dan efidemi hama dan penyakit (Silitonga, 1994)
Mengenai informasi masa kini, baiknya ekstern maupun intern yang penting dan diperlukan: produksi, permintaan pasar, tempat dan sistemnya berikut harganya, ketersedian sarana dan prasarana produksi pertanian. Kebijakan dan kelembagaan yang ada, cuaca dan iklim, epidemi hama dan peyakit, teknologi yang digunakan, pengusaan sumber daya, baik modal, tenaga kerja, lahan maupun enterprenur, cara pengelolaan atas sumber daya yang dikuasa dan pembiayaan keuangan (Silitonga, 1994)
Petani memamfaatkan berbagai sumber untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang mereka perlukan untuk mengelola usaha tani mereka dengan baik, diantaranya adalah:
Petani-petani lain
Organisasi penyuluhan milik pemerintah
Perusahaan swasta yang menjual input, menawarkan kredit, dan membeli hasil pertanian.
Agen pemerintah yang lain, lembaga pemasaran dan politisi Organisasi petani dan organisasi swasta beserta stafnya Jurnal usaha tani, radio, televise dan media massa lainya Konsultan swasta, pengacara dan dokter hewan
(31)
(Ban dan
1. Media perorangan ( PLL, petugas lain, teman dan sebagainya)
Hawkins, 1999)
Berdasarkan jenisnya, maka media komunikasi dalam penyuluhan dibagi menjadi:
2. Media forum ( ceramah/diskusi, saresahan, demonstrasi). 3. Media cetak (folder, koran masuk desa, leaflet dan sebagianya 4. Media dengan pandang (terproyeksi, Film dan sebagainya) (Levis,1996 )
Pendapatan peternak dari usaha pemeliharaan sapi masih rendah karena pola usahanya belum komersial dan pemeliharaannya masih tradisional. Padahal menurut Yasin dan Dilaga (1993) usahaternak yang dikelola secara komersil dapat memberikan pendapatan lebih atau dengan kata lain mengubah pola pemeliharaan yang bersifat tradinasional kepada sistem bisnis. Meningkatnya kemitraan antara pengusaha dan peternak merupakan salah satu upaya meningkatkan pendapatan, memasukkan paket inovasi teknologi, dan merubah pola usaha (Gunawan dkk, 1998).
Besar kecilnya pendapatan usahaternak sapi dipengaruhi oleh bagaimana petani-peternak menentukan tujuan usahanya. Dalam menentukan tujuan usaha tersebut petani-peternak sangat memerlukan informasi yang seharusnya diperoleh dari penyuluh (Yasin dan Dilega, 1993)
Tingkat pengetahuan dan pendidikan petani peternak masih sangat rendah sekali dan sering di jumpai adanya petani-peternak yang masih buta huruf. Faktor pendidikan dan pengetahuan ini sangat berpengaruh sekali terhadap tingkat kesadaran. Peternak yang berpendidikan dan berpengetahuan tinggi cepat dan tepat dalam menerima serta melaksanakn inovasi baru (Yasin dan Dilega, 1993)
(32)
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah sistem usahatani tenaga kerja, manajemen pemiliharaan dan pakan sapi. Faktor-faktor produksi yang diperkirakan berpengaruh dalam menentukan pendapatan dalam pemeliharaan sapi jantan adalah jumlah kepemilikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja. Penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh peternak secara efesien kedalam alokasi usaha yang optimal mampu menghasilkan peningkatan pendapatan
(Gunawan dkk,1998)
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi dapat dirumuskan:
Pd= TR –TC Dimana: Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan TC = Total biaya
Penerimaan usahatani (Total Reveme-TR) adalah perkalian antara produksi yang diporoleh (Y) dengan harga jual (Py). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai
berikut:
TR=Y x Py
Dimana: TR = Penerimaan total
Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga jual
(Soekartawi, 1995)
Sehubungan dengan perhitungan atau analisa rugi/laba usahaternak sapi potong ini, maka catatan penting yang perlu dibuat bisa dikelompokkan manjadi 2 bagian yakni faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi meliputi penyedian bibit/sapi bakalan, ransom, ongkos, tenaga kerja, penyusutan penggunaan bangunan kandang dan peralatan, lain-lain (obat-obatan, perjalanan, dan sebagainya), serta hasil ikutan berupa pupuk (Sugeng, 2000)
(33)
Belajar dari dengan mengamati pengalamaan petani sangat penting karena merupakan cara yang jauh lebih baik untuk mengambil keputusan daripada dengan cara mengolah sendiri informasi yang ada (Ban dan Hawkins, 1998).
Peternak yang memiliki pengalamaan yang memadai namun masih menggelola usaha tersebut dengan kebiasan-kebiasaan yang lama yang sama dengan waktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan Simanjuntak (1977), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat. Di samping itu, faktor pengetahuan yang dimiliki masyarakat sangat, menentukan pula perkembangan peternakan di daerah ini
(Saleh dan
Sapi potong adalah jenis ternak yang sudah lama dikenal dan mempunyai prospek yang baik dikembangkan karena keuntungan yang diperoleh dari beternak sapi potong tidak sedikit. Namun besar kecilnya keuntungan yang diperoleh tergantung pemeliharaan yang dilakukan peternak. Pemeliharaan
Yunilas, 2006)
Menurut Siregar (2005) dalam Jurnal Agribisnis Peternakan (Agripet) (2006) mengatakan jumlah sapi yang akan digemukkan periode penggemukan tidak ada batasannya, tetapi tergantung pada modal usaha yang dimiliki dan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikuasai seperti lahan, kandang, pakan, dan kemampuan peternak dalam mengelola dan mengatur pemasarannya. Apabila tertanggulangi maka lebih baik mengelola dengan jumlah yang banyak mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
(34)
usahaternak sapi potong menyangkut kemampuan peternak sabagai manajer dalam usahaternaknya.
Peternak sebagai manajer (pengelola) dalam usahaternaknya harus mampu menjabarkan dan merealisasikan ide atau buah pikiranya dalam mengelola usahaternakya sehingga berhasil seperti yang diinginkan. Untuk itu, peternak harus melalui semua fungsi-fungsi manajemen yang prosesnya meliputi Perencanaan (Planning), Penggorganisasian (Organizing), Penggerakan
(Actuating) dan pengendalian (Controlling). Dengan demikian, segala kegiatan
dalam usahaternakya terarah pada satu tujuan yang paling menguntungkan.
Peternak sebagai manajer dituntut mempunyai pengetahuan, pengalamaan dan ketrampilan yang memadai, agar dapat menyiapkan dan memilih alernatif usaha yang terbaik. Kemampuan peternak dalam mengelola usahternaknya juga berhubungan dengan bagaimana faktor sosial- ekonomi peternak tersebut seperti jumlah ternak, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan.
(35)
Keterangan:
: Menyatakan hubungan
Gambar.1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Dengan Kemampuan Manajerial Usahaternak.
Kemampuan Manajerial: 1.Perencanaan (Planning) 2.Penggorganisasian
(Organizing)
3.Penggerakan (Actuating) 4.Pengendalian (Controling) Peternak Sapi Potong Faktor sosial-ekonomi:
• Jumlah ternak( skala usaha) • Umur peternak
• Tingkat pendidikan • Pengalamaan beternak • Sumber informasi • Pendapatan usahaternak
Usahaternak Sapi potong
Masalah
(36)
Hipotesis Penelitian
1. Kemampuan manajerial peternak sapi potong di daerah penelitian baik. 2. Ada hubungan faktor sosial ekonomi (ternak, umur peternak, tingkat
pendidikan, pengalamaan beternak, sumber informasi dan pendapatan ) peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak sapi potong
(37)
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan ini dilakukan secara purposive dengan jumlah ternaknya sebanyak 1142 ekor dan pemilik ternak sebanyak 170 KK. Daerah ini masih layak dikembangkan kepada arah usahaternak unggulan atau bisnis karena masih tersedia lahan pertanian sebagai sumber pakan.
Metode Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2006), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jumlah populasi pemilik ternak sapi potong di Desa Jati Kesuma sebanyak 170 Kepala Keluarga (KK) dengan penjabaran bahwa peternak milik sendiri sebanyak 50 KK dan bagai hasil/gaduh sebanyak 120 KK. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong milik sendiri. Metode penentuan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode simple random sampling dimana sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Jadi jumlah sampel sebanyak 33 KK
n : Sampel N: Populasi
D: Tingkat kepercayaan 90 % atau tingkat kesalahan (10 %) (Nanawi,1991)
1 . 2+ =
d N
N n
3 , 33 1 ) 1 . 0 .( 50
50
2+ =
= n
(38)
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari primer dan data sekunder. Data primer sosial ekonomi peternak berbentuk interval dan rasio diporoleh dengan wawancara dengan para peternak sapi dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahalu. Data sekunder diporoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Biro Pusat Stastik Sumatera Utara, Dinas Peternakan Tingkat II Deli Serdang, serta literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian.
Metode Analasis Data
Adapun metode analisis yang dipergunakan untuk setiap tujuan adalah: Untuk Tujuan 1 digunakan analisis deskriptif (dengan mengambarkan dan menjelaskan) yaitu faktor sosial ekonomi peternak.
Tabel 3. Indikator Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong Kode
Var.
Nama Variabel/ Sub Variabel
Indikator
X Faktor Sosial
Ekonomi
X.1 Jumlah Ternak Banyak ternak sapi yang dipelihara oleh peternak
X.2 Umur Peternak Lamanya tahun usia peternak sejak dari lahir sampai menjadi
responden penelitian
X.3 Tingkat pendidikan Lamanya peternak duduk di pendidikan formal
X.4 Pengalamaan
Beternak
Lamanya waktu sejak peternak memulai usahaternaknya dan diukur dalam satuan tahun.
X.5 Sumber Informasi Jumlah media yang dimanfaatkan peternak dalam mendapatkan
informasi mengenai usahaternak 1. PPL
2. Kontak tani/teladan 3. Pedagang 4. Tetangga/keluarga 5. LSM 6. TV/CD 7. Internet 8. Radio
9. Majalah Pertanian/ koran 10. Leaflet/Folder/selebaran 11. Diskusi/ Penyuluhan 12. Demonstrasi
X.6 Pendapatan Keseluruhan pendapatan dari usahaternak sapi potong
• Untuk Tujuan 2 digunakan Skala Peringkat (rating scale) yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian diubah dalam bentuk
(39)
kualitatif yaitu dengan menjumlahkan seluruh nilai yang diperoleh dari hasil jawaban peternak sampel atas kemampuan manajerial melalui dimensi fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating) dan pengendalian (Controlling).
Tabel 4. Indikator Kemampuan Manajerial Usahaternak Kode
Var.
Nama Variabel/ Sub Variabel
Item Pertanyaan
Y Kemampuan Manajerial Fungsi-fungsi manajemen
Perencanaan (Planning)
1. Perencanaan kelayakaan usaha (penghitungan pendapatan) 2. Perencanaan lokasi usaha dan penempatan fasilitas
3. Perencanaan besarnya usaha (jumlah yang dipelihara dan tipe kandang). 4. Perencanaan besarnya usaha ( jenis sapi yang dipelihara)
5. Perencanaan sumber pendanaan (dana sendiri, kredit bank dan kredit dll) 6. Perencanaan penyedian pakan (menanam rumput/ jenis yang lain) 7. Perencanaan pembelian peralatan dan perlengkapan
8. Perencanaan jumlah, tempat dan harga penjualan ternak
9. Perencanaan pembuatan buku traksaksi baik pengeluaran dan pemasukan 10. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja (keluarga dan diluar keluarga) 11. Perencanaan orang yang bisa kita minta keterangan untuk suntik IB/sakit 12. Perencanaan pengembangan usaha
Pengorganisasian (Organizing)
1.Mengorganisir input usaha (tenaga kerja)
Penggerakan
(Actuating)
1. Pendapatan dari usahaternak dapat memenuhi kebutuhan keluarga 2. Pelaksanaan lokasi kandang tidak mengganggu lingkungan sekitar 3. Melaksanakan model kandang sesuai dengan jumlah ternak 4. Melaksanakan Jenis sapi yang dipelihara dengan kondisi daerah 5. Kebutuhan modal untuk melanjutkan usahaternak
6. Menanam rumput kebutuhan ternak
7. Memberi pakan sesuai dengan kebutuhan ternak
8. Jumlah peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan 9. Menjual ternak tepat harga
10.Melakukan pencatatan transaksi
11.Pemberian obat/sakit ditangani penyuluh/mantri Pengendalian
(Controlling)
1. Mengontrol kebersihan kandang 2. Mengontrol tanda-tanda perkawinan 3. Mengontrol kesehatan ternak
4. Mengontrol kebutuhan pakan ternak 5. Mengontrol kondisi sarana produksi 6. Mengontrol pemasukan dan pengeluaran
(40)
Penilaian tersebut meliputi:
• Pertanyaan yang dijawab A Nilai : 1 • Pertanyaan yang dijawab B Nilai 2 • Pertanyaan yang dijawab C Nilai 3
Tabel 5. Skor Kemampuan Manajerial Usahaternak Peternak Sapi Potong No Fungsi-fungsi
manajemen
Item Pertanyaan Skor nilai Jumlah Penilaian 1 Perencanaan
(Planning)
12 1-3 12-36
2 Pengorganisasian
(Organizining)
1 1-3 1-3
3 Penggerakan
(Actauting)
11 1-3 11-33
4 Pengendalian
(Controlling)
6 1-3 6-18
Total 30 1-3 990-2930
Keterangan:
Skor penilaian untuk masing-masing peternak:
Nilai tertinggi : Nilai tertinggi item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan Nilai terendah : Nilai terendah item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan
Skor 70-90 : Kemampuan manajerial baik
Skor 50-69 : Kemampuan manajerial kurang baik Skor 30-49 : Kemampuan manajerial tidak baik Skor untuk keseluruhan:
Nilai tertinggi : Jumlah Sampel X Nilai tertinggi item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan
Nilai terendah :Jumlah Sampel X Nilai terendah item pertanyaan X Jumlah item pertanyaan
Tidak Baik Kurang Baik Baik 990 1980 2930 (Sugiyono, 2008)
(41)
Untuk Tujuan 3 yaitu hubungan faktor sosial ekonomi peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak dianalisis Korelasi Rank Spearman dan Uji Chi Square ( Uji X2)
a.Untuk Hubungan umur, pengalamaan beternak, jumlah ternak, tingkat pendidikan dan pendapatan dengan kemampuan manajerial usahaternak dengan
Korelasi Rank Spearman
Untuk menghitung nilai t sampel digunakan rumus:
:
Keterangan:
rs = Koefisien korelasi Rank Spearman di =selisih antar rank
n =jumlah peternak sampel α =Derajat nyata
db =Derajat bebas Kriteria uji hipotesis adalah:
Jika th ≤ tα/2 berarti terima Ho atau tolak H1 Jika th > tα/2 berarti terima Hi atau tolak Ho
Ho = Tidak ada hubungan faktor sosial ekonomi peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak
H1 = ada hubungan faktor sosial ekonomi peternak sapi potong dengan kemampuan manajerial usahaternak.
(Sugiyono , 2006)
b.Untuk Hubungan sumber informasi dengan kemampuan manajerial usahaternak menggunakan Uji Chi Square (Uji X2).
n
n
di
rs
n i−
−
=
∑
= 3 1 26
1
)
2
(
;
2
/
1
2
2−
=
−
−
=
n
db
t
rs
n
rs
th
α
α
(42)
Fe = (
l JumlahTota
fbaris fkolom)(∑ ) ∑
X2 =
fe fe f0 )2
( −
∑
Derajat bebas (d.b) = (baris-1) (kolom-) Kriteria uji :
Ho di terima apabila : X2≤ X2 α; derajat bebas tertentu Ho diterima apabila : X2≥ X2α; deraja bebas tertentu (Djarwanto,2003).
Untuk Tujuan 4 dan 5 digunakan analisis deskriptif (dengan mengambarkan dan menjelaskan) yaitu masalah dan upaya yang dilakukan peternak sapi potong
(43)
Definisi dan Batasan Operasional Definisi
a. Faktor sosial-ekonomi peternak adalah faktor yang ada didalam dan diluar peternak sebagai responden yang dapat berhubungan dengan kemampuan manajerial usahaternak sapi potong. Seperti sumber informasi, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak, jumlah ternak/skala usaha dan pendapatan peternak dari usahaternaknya
b. Kemampuan manajerial (Y) adalah kemampuan peternak dalam mengelola usahaternaknya sesuai fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
c. Perencanaan (Planning) adalah upaya penyusunan rencana aktivitas usahaternak baik jangka panjang maupun jangka pendek.
d. Pengorganisasian (Organizing) adalah mengorganisir sumber daya berupa
input-input dan sarana produksi yang digunakan dalam usahaternak sapi
potong sehingga terjadi efesien usahaternak sapi potong.
e. Penggerakkan (Actuating) adalah kegiatan mendorong atau menggerakkan kegiatan usahaternak berjalan sesuai kegiatan
f. Pengendalian (Controlling) adalah kegiatan mengendalikan/mengawasi setiap usahaternak agar berjalan sesuai apa yang direncanakan sebelumnya dan mengarahkan kepada pencapaian tujuan hasil usaha.
g. Jumlah ternak (X1) ( ekor) adalah banyak sapi yang dipelihara pada periode penelitian
h. Umur peternak (X2) adalah lamanya tahun usianya peternak sejak dari lahir sampai menjadi responden ( tahun)
i. Tingkat pendidikan (X3) (tahun) adalah lamanya peternak dalam pendidikan formal
j. Pengalaman beternak (X4) (tahun) adalah lamanya dalam mengusahakan ternak sapi potong
k. Sumber informasi (X5) adalah media yang digunakan peternak dalam mendapatkan informasi mengenai usahaternak meliputi: PPL, Kontak tani/teladan, Pedagang, Tetangga/keluarga, LSM, TV/CD,Internet, Radio, Majalah Pertanian/ koran, Leaflet/Folder/selebaran, Diskusi/ Penyuluhan,
(44)
l. Pendapatan usahaternak (X3) adalah selisih antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya produksi yang berasal dari usahaternak sapi potong ( Rupiah) dalam 1 tahun
Batasan Operasional
1. Peternak sampel adalah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong milik sendiri.
2. Kemampuan manajerial peternak yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), penggerakan (Actuating) dan pengendalian (Controlling).
3. Faktor sosial ekonomi meliputi sumber informasi, jumlah ternak, pendapatan, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak dan umur. 4. Daerah penelitian adalah Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe,
Kabupaten Deli Serdang.
(45)
DESKRIPSI DESA PENELITIAN DAN
SISTIM PEMILIHARAAN TERNAK SAPI POTONG
Deskripsi Desa
Luas dan Topografi Desa
Desa Jati Kesuma berada di kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 2,76 Km2. jumlah penduduk desa Jati Kesuma sebanyak 3337 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 800 KK. Daerah ini terletak pada ketinggian 51 meter diatas permukaan laut dengan iklim sedang yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau yang rata-rata dipengaruhi oleh angin gunung. Curah hujan yang menonjol adalah pada bulan Agustus sampai dengan Desember, sedangkan musim kemarau adalah pada bulan Mei sampai dengan Juli.
Adapun batas wilayah Desa jati kesuma adalah sebagai berikut: • Sebelah Utara berbatasan dengan Batu penjemuran
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kuta Tengah • Sebelah Barat berbatasan dengan Jaba
• Sebelah Timur berbatasan dengan Pancur Batu Keadaan Penduduk
Desa Jati Kesuma memiliki penduduk sebanyak 3337 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 800 KK. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1632 jiwa (48,90%) dan perempuan sebanyak 1705 jiwa (51,1%). Berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 4.1
(46)
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008
No Umur Jumlah (KK) Persentase (%)
1 0-4 260 7,79
2 5-9 362 10,84
3 10-14 359 10,75
4 15-19 306 9,16
5 20-24 280 8,39
6 25-29 263 7,88
7 30-34 288 8,63
8 35-39 257 7,70
9 40-44 228 6,83
10 45-49 223 6,68
11 50-54 173 11,86
12 55-59 175 5,24
13 ≥60 162 4,85
Jumlah 3337 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Jati Kesuma, 2009
Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa persentase penduduk kelompok umur < 10 tahun terdapat 18,63 % dan kelompok umur ≥ 10 tahun terdapat 81,37 %. Dengan demikian di daerah penelitian kelompok umur produktif tersedia cukup besar. Selanjutnya keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 2071 62,06
2 Wiraswasta 192 5,75
3 Pegawai Negeri 173 5,18
4 ABRI 30 0,89
5 Buruh 872 26,13
Jumlah 3337 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Jati Kesuma, 2009
Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa sebahagian besar penduduk di desa penelitian adalah bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 2071 jiwa (62,06%), kemudian penduduk bermata pencaharian sebagai buruh yaitu
(47)
sebanyak 872 jiwa (26,13%), selebihnya adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai Wiraswasta, Pegawai Negeridan ABRI. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial sebagai tempat penelitian.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa hal ini dapat dilihat bila mana semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka, semakin mudah desa tersebut dijangkau sehingga mempercepat laju perkembangan desa tersebut.
Sarana dan prasarana dapat dikatakan baik apabila dilihat dari ketersediaan dan pemanfaatannya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di desa tersebut dapat dilihat pada Tabel 8
Tabel 8. Distribusi Menurut Sarana dan Prasarana di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namorambe Tahun 2008
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Sarana Pendidikan (SD. SLTP,
SLTA)(Unit)
3
2 Balai Desa (Unit) 1
3 Kantor Kepala Desa (Unit) 1
4 Puskesmas Pembantu 2
5 Sarana Transportasi 20
6 Sarana Jalan Dusun 8
7 Prasarana Telepon dan Komunikasi 1
8 Mesjid 6
9 Gereja 1
10 Irigasi
• Jumlah Bendungan (Unit) • Panjang Saluran Primer (Km) • Panjang Saluran Sekunder (Km)
1 8 5,5
(48)
Berdasarkan Tabel 8. maka dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian adalah baik. Untuk melihat kelengkapan pendukung pengembangan ternak sapi potong dapat kita lihat Tabel 9.
Tabel 9. Kelengkapan Pendukung Pengbangan Usaha Ternak Sapi Potong di Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Tahun 2008
No Kelengkapan Kondisi/ Jumlah Keterangan 1 Kandang ternak
massal
Tidak ada Hanya kandang patungan 2-3 pemilik ternak
2 Kandang penampungan
Tidak ada -
3 Pedagang besar Ada/ 2 orang Menampung ternak sekitar 50 ekor 4 Usaha kompos Tidak ada -
5 Ladang
penggembalaan
Tidak ada -
6 Koperasi/KUD Tidak ada 7 Kelompok
Ternak
Ada/ 2 KK Tidak aktif
8 Penyuluh Ternak Ada / 1 orang Untuk kecamatan Namorambe 9 Mantri ternak Ada/ 1 orang
10 Mesin pencacah pakan
Tidak ada
Sumber: Hasil pengamatan di lapangan dan Kantor Kepala Desa Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 9. bahwa Desa Jati Kesuma belum memadai kelengkapan pendukung untuk pengembangan usahaternak sapi potong. Terutama kelompok ternak yang perlu diaktifkan kembali dalam rangka menunjang kegiatan pengembangan ternak.
Sistim Pemeliharaan Pada Usaha Ternak Sapi Potong
Sistim pemeliharaan ternak yang dilakukan di Desa Jati Kesuma merupakan sistem intensif. Sistim intensif maksudnya sapi-sapi yang akan digemukkan atau di pelihara dalam kandang yang sederhana dan kebutuhan akan pakan dan minum disediakan oleh peternak.
Kepemilikan ternak di daerah penelitian ada yang sistim belah/gaduh, dimana peternak memberikan ternaknya kepada orang lain untuk dipelihara.
(49)
Untuk anak pertama lahir diserahkan kepada pemilik ternak, tetapi untuk kedua langsung dimiliki oleh peternak yang memilihara ternak sapi potong dan apabila induk tersebut dijual maka dibagi dua antara pemilihara dan pemberi ternak. 1. Pemberian Pakan dan Minum
Ketersediaan pakan yang cukup akan menghasilkan ternak yang sehat dan produktif. Jenis pakan sapi ada dua macam yaitu pakan pokok yang terdiri dari hijauan seperti rumput, kacang-kacangan, limbah pertanian (batang jagung, daun ubi) dan pakan tambahan (suplemen dan konsentrat). Peternak di daerah penelitian paling banyak menggunakan pakan dari batang jagung dan rumput hijau. Pemberian pakan batang jagung harus terlebih dahalu dipotong-potong. Dan beberapa peternak menambahkan pakan kosentrat berupa dedak, bungkil, bekatul, ampas tahu. Peternak memberi makan ternaknya 3 kali sehari yang dikerjakan oleh wanita dan anak-anak.
Pemberian pakan di daerah penelitian dilakukan oleh peternak sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya seperti ibu dan anak-anaknya. Umumnya peternak memberikan air minum disaat bersamaan dengan pemberian makan, dimana air dibuat dalam ember dan dicampur dengan garam, karena garam juga dapat menyimpan air dan sebagai sumber mineral di dalam tubuh serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Peternak memberi minum ternaknya 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, air yang digunakan air sumur dan air Perusahan Dagang Air Minum (PDAM).
2. Pembersihan kandang
Di daerah penelitian kebersihan kandang dilakukan 2 kali sehari dengan menggunakan sapu lidi, sekop, sisir dan menggunakan selang untuk menyiram
(50)
kandang. Kotoran dibersihkan dengan menggunakan sekop yang kemudian diangkat pada tempat pengumpulan kotoran ternak. Kotoran yang di kumpul berhari-hari kemudian dijual kepada agen, dimana mereka yang langsung mengangkut dari tempat. Ukuran kandang yang paling luas adalah tergantung pada jumlah sapi yang dipelihara, lantai kandang sudah permanen yang dibuat mendatar supaya mudah membersihkan kotoran sapi dan atapnya terbuat dari seng asbes dan rumbia. Tempat makan langsung dibuat permanen dengan memanjang sepanjang kandang dan tempat minum itu dari ember, tetapi masih ada kandang menyatu dengan rumah peternak.
3. Perkembangbiakan
Perkembangbiakan sapi di daerah penelitian mengunakan Inseminasi Buatan (IB) dan kawin alami, tetapi sistim kawin alami hanya dilakuka sebagain kecil peternak. Penyuntikan IB dilakukan oleh menteri hewan, jenis bibit yang disuntikka n adalah brahmana, limosin, dan ongole. Harganya sekali suntik antara Rp.60.000- Rp 80.000 rupiah tergantung jenis yang disuntikkan, sedang kawin alami ternak betina sudah cukup umur untuk kawin, maka jantan akan di tempatkan sekandang dengan betina dan akan terjadi proses perkwaninan. Menggunakan IB, peternak mendapatkan sapi yang unggul bila dibandingkan dengan sistem kawin alamiah. Tanda-tanda birahi sapi diperlihatkan tingkah laku sapi yang berbeda, seperti tidak tenang sampai merusak kandang, tanda ini hanya terjadi sehari, artinya kalau tidak langsung disuntik harus menunggu 2 minggu lagi.
(51)
4. Pembersihan Ternak Sapi
Di daerah penelitian peternak membersihkan ternaknya dengan cara sapi digosok dengan menggunakan brush. Air yang digunakan adalah air sumur dan air PDAM dengan menggunakan selang dan dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.
5. Pengendalian penyakit
Penyakit yang sering menyerang ternak sapi potong di daerah penelitian adalah pecernaan tidak lancar, selain itu ada penyakit lain seperti masuk angin, cacingan dan patah kaki. Satu yang ditangkuti peternak adalah sapi memakan belalang dari rumput yang dimakan, kerena hal itu dapat membuat sapi meninggal. Biasanya apabila ternak sakit, peternak pertama kali melakukan pengobatan secara tradisional dengan menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar tempat tinggal mereka seperti buah pinang untuk mengobati penyakit menceret. Apabila ternak tidak sembuh juga, maka perternak memanggil petugas dari dinas peternakan dimana petugas kesehatan ini diwakili oleh inseminator untuk memberikan obat-obatan.
6. Pemasaran Ternak Sapi
Pemasaran ternak sapi potong di daerah penelitian dengan penjualan bobot hidup. Peternak menjual ternak melalui agen yang langsung datang kerumah peternak. Penjualan ternak paling banyak dilakukan pada saat hari besar seperti Hari Raya Idul Adha, Idul Fitri, Tahun baru dan mau masuk sekolah. Selain hari besar ini, peternak juga menjual ternak ketika ada keperluan mendesak seperti biaya pernikahan dan sakit. Sistim pembayaran yang dilakukan oleh agen adalah dengan mencicil, pada saat penjualan agen hanya membayar separuh dari harga
(52)
total dan sisanya dibayar 1 minggu sampai 2 minggu kemudian. Di daerah penelitian ada 2 agen besar yang penjualan sapi di desa tersebut, juga membeli daril luar propinsi. Sapi yang dibeli tidak langsung dipotong, tetapi dipelihara terlebih dahalu sehingga lebih gemuk sebelum dijual kepada konsumen atau rumah potong.
(53)
HASIL DAN PEMBAHASAAAN
Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong
Faktor Sosial Ekonomi peternak dalam penelitian ini meliputi faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial peternak yang dianalisis meliputi: umur peternak, tingkat pendidikan peternak, pengalamaan beternak, dan sumber informasi. Sedangkan faktor ekonomi meliputi: jumlah ternak dan pendapatan peternak. Tabel 10. Faktor Sosial Ekonomi Peternak Sapi Potong di Desa Jati Kesuma
No Faktor Sosial Ekonomi Peternak Rentang Rataan
1 Jumlah ternak (ekor) 1-7 4
2 Umur Peternak (tahun) 18-65 42
3 Tingkat pendidikan (tahun) 6-12 9
4 Pengalamaan beternak (tahun) 1-40 13
5 Sumber informasi 1-3 1
6 Pendapatan bersih usaha ternak (Rp) 105,000-11,723,830 2,786,380
Sumber: Hasil pengolahan data primer lampiran 1
Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui jumlah ternak sapi potong yang dimiliki peternak antara 1 ekor sampai 7 ekor dengan rataan sebesar 4 ekor. Hal ini menunjukan bahwa jumlah ternak sapi potong yang dipelihara secara rata-rata sekitar 3 sampai 4 ekor.
Umur responden berkisar antara 18 sampai 65 tahun rataan sebesar 42 tahun. Hal ini menunjukan bahwa peternak masih berada dalam kategori umur produktif (16 sampai 60 tahun) sebanyak 32 orang (96.96 %) dan tidak produktif sebanyak 1 orang (3.03%). Potensi peternak untuk bekerja dan mengelola usaha ternaknya masih besar. Faktor umur biasanya lebih diindentikkan dengan produkitivitas kerja, jika seseorang masih tergolong usia produktif. Menurut Chamdi (2003 ) dalam Febrina dan Liana (2008) mengatakan semakin muda usia peternak umumnya rasa keingitahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan bermina untuk mengadopsi terhadap inovasi teknologi yang semakin tinggi.
(54)
Tingkat pendidikan peternak sapi potong antara 6 sampai 12 tahun dengan rataan sebesar 9 tahun. Responden yang memiliki pendidikan SD sebanyak 11 orang (33,3%), pendidikan SMP sebanyak 6 orang (18,8%) dan pendidikan SMA adalah 16 orang (48,8%). Ini menunjukkan tingkat pendidikan peternak rata-rata hanya tamat SMP, sehingga tingkat pendidikan peternak tergolong masih rendah. Menurut Syafaat dkk (1995) dalam Febrina dan Liana (2008) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin berkembang dan ditambah Edwina (2006) dalam Febrina dan Liana (2008) tingkat pendidikan yang relatif tinggi memungkinkan peternak mampu mengadopsi inovasi, penyuluhan serta bimbingan untuk meningkatkan usahanya. Pendidikan non formal seperti penyuluhan peternakan dan kelompok ternak di daerah penelitian yang khusus mengenai usaha ternak sapi potong tidak begitu berjalan dengan baik. Padahal pola pendidikan yang dilaksanakan secara kelompok dapat meningkat pengetahuan dan inovasi dalam mengelola usahaternaknya.
Pengalamaan beternak sapi potong menyebar antara 1-40 tahun dengan rataan 13 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengalamaan beternak responden cukup, tetapi kurang menguasai teknik pengelolaan usahaternaknya. Umumnya pengalamaan beternak diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Pengalamaan beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap
(55)
manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Pengalamaan beternak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Sesuai pendapat Edwina, dkk (2006) dalam Febrina dan Liana (2008) bahwa semakin lama seorang memiliki pengalamaan beternak akan semakin mudah peternak mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya
Penggunaan sumber informasi oleh peternak berkisar 1 sampai 3 buah sumber informasi dengan rataan sebesar 1 buah. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pengusaan informasi responden sangat rendah. Penggunaan sumber informasi oleh peternak adalah tetangga atau keluarga sebanyak 33 orang (100 %), PPL sebanyak 8 orang ( 24,24 %), majalah peternakan/pertanian sebanyak 1 orang (3,3%) dan penggunaan sumber informasi yang tetangga, PLL dan majalah pertanian 1 (3,30 %), PLL dan tetangga adalah 8 oang (24,24%) dan hanya keluarga atau tetangga sebanyak 33 orang (100%) dan kontak tani, pedang, LSM, TV, Internet, Radio, Leaflet/Folder, Diskusi dan demonstrasi tidak ada (lampiran 9). Hal ini disebabkan karena sumber informasi tidak tersedia di desa tersebut. Sumber informasi keluarga atau tetangga ini yang saling mereka gunakan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, dan teknologi yang sering dibagikan hanya pengalamaan usahaternak yang sifatnya turun-temurun kepada generasi yang selanjutnya.
Pendapatan bersih dari usaha ternak sapi potong selam 1 (satu) tahun per peternak berkisar antara Rp.105,000 sampai Rp11,723,830/ peternak/ tahun dengan rataan Rp.2,786,380/ peternak/ tahun (lampiran 8). Hal ini sesuai dengan Krisna dan Mashur (2006) dalam Jurnal Penyuluhan Pertanian mengatakan jumlah kepemilikan ternak 2 sampai 4 ekor tidak menguntungkan secara finansial.
(56)
Tabel 11. Rataan Pendapatan Peternak Sapi Potong di Jati Kesuma
Uraian Jumlah
(Rp/Peternak/Tahun)
Persentase Rataan (%) A. PENERIMAAN
Penjualan Ternak 5,306,090 50.2
Penjualan Kotoran Ternak 630,363 6.0
Pertambahan Nilai Ternak 4,998,485 47.3
SUB TOTAL A 10,573,091 100
B.PENGELUARAN
Pakan dan Transportasi 662,300 8.5
Suntik IB 70,303 0.9
Garam 307,197 3.9
Transportasi (bahan bakar) 1,393,227 17,9
Air dan Listrik 11,490 0.1
Kandang 299,191 3.8
Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin 608,750 7.8
Tenaga Kerja 5,446,919 69.9
Peralatan dan perlengkapan 471,482 6.1
SUB TOTAL B 7,786,710 100
C.PENDAPATAN: A-B 2,786,381
Sumber: Hasil Olahan Data Primer lampiran 4- 8
1. Pengeluaran
Pengeluaran merupakan biaya produksi yang meliputi: biaya pakan, obat-obatan dan vaksin, Iseminasi Buatan (IB), tenaga kerja, listrik, kandang, peralatan dan perlengkapan. Rata-rata pengeluaran peternak sapi potong di daerah penelitian sebesar Rp.7,786,710. /peternak/ tahun. Biaya pengeluaran pada proses produksi terbesar pada biaya tenaga kerja sebesar Rp.5,446,919 atau 69,9 % dari biaya pengeluaran keseluruhan.dan biaya paling kecil pada Air dan listrik sebesar Rp.11,490 atau 0,1 % dari biaya yang dikeluarkan semasa 1 tahun (lampiran 5-6). - Pakan dan Transportasi
Mayoritas peternak (responden) memberi pakan hijauan dari limbah pertanian meliputi batang jagung, rumput lapangan, batang ubi dan penambahan garam pada ternak sapinya. Hanya 3 responden (9.09%) yang memberi kosentrat dan penambahan berupa dedak dan bungkil kelapa sawit yaitu kepemilikan sapi
(1)
Lampiran 13.Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan Peternak Dengan Kemampuan
Manajerial Peternak Nama
Tngk
Pendidkan Kemamampuan Rank
Tahun Manajerial
Tgkt Penddkan
K.
Manajerial D D2
Seniman 6 71 28 19 9 81
Arayadi 9 76 19 7 12 144
Wagiran 6 72 28 17 11 121
Ngatenan 9 60 19 32 -13 169
Doraman 6 67 28 26.5 1.5 2.25
Tiar 9 63 19 31 -12 144
Ponirin 6 70 28 22.5 5.5 30.25
Marino 9 73 19 15 4 16
Suparno 12 70 8 22.5 -14.5 210.25
Edi R 9 75 19 9.5 9.5 90.25
Rustam 12 65 8 29 -21 441
Indra 12 80 8 3.5 4.5 20.25
Andi 12 74 8 12.5 -4.5 20.25
Iwan 6 83 28 1 27 729
Subari 6 80 28 3.5 24.5 600.25
Suwarno 12 82 8 2 6 36
Sukirman 12 78 8 5.5 2.5 6.25
Satino 6 41 28 33 -5 25
Sanliman 12 67 8 26.5 -18.5 342.25
Ngadirin 12 71 8 19 -11 121
Sumarno 12 78 8 5.5 2.5 6.25
Sandi 9 73 19 15 4 16
Andi G 12 66 8 28 -20 400
Suhadi 12 75 8 9.5 -1.5 2.25
Sugiman 6 73 28 15 13 169
Jumari 6 64 28 30 -2 4
Supii 12 75 8 9.5 -1.5 2.25
Musino 6 74 28 12.5 15.5 240.25
Benyamin 9 70 19 22.5 -3.5 12.25
Sutrisman 6 75 28 9.5 18.5 342.25
Wiyono 12 70 8 22.5 -14.5 210.25
Buyino 12 69 8 25 -17 289
Rapio 12 71 8 19 -11 121
∑D2 5164 Rs 0,16
t-hitung 0.89
(2)
Lampiran 14.Korelasi Rank Spearman Antara Pengalamaan Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Peternak
Nama Pengalamaan Kemamampuan Rank
Tahun Manajerial Pengalamaan K.
Manajerial D D2
Seniman 12 71 14 19 -5 25
Arayadi 3 76 29 7 22 484
Wagiran 3 72 29 17 12 144
Ngatenan 10 60 18 32 -14 196
Doraman 30 67 2.5 26.5 -24 576
Tiar 25 63 5 31 -26 676
Ponirin 10 70 18 22.5 -4.5 20.25
Marino 10 73 18 15 3 9
Suparno 20 70 8 22.5 -14.5 210.25
Edi R 1 75 32.5 9.5 23 529
Rustam 20 65 8 29 -21 441
Indra 1 80 32.5 3.5 29 841
Andi 20 74 8 12.5 -4.5 20.25
Iwan 14 83 13 1 12 144
Subari 30 80 2.5 3.5 -1 1
Suwarno 15 82 11.5 2 9.5 90.25
Sukirman 10 78 18 5.5 12.5 156.25
Satino 20 41 8 33 -25 625
Sanliman 10 67 18 26.5 -8.5 72.25
Ngadirin 40 71 1 19 -18 324
Sumarno 10 78 18 5.5 12.5 156.25
Sandi 5 73 24.5 15 9.5 90.25
Andi G 10 66 18 28 -10 100
Suhadi 3 75 29 9.5 19.5 380.25
Sugiman 6 73 22 15 7 49
Jumari 15 64 11.5 30 -18.5 342.25
Supii 2 75 31 9.5 21.5 462.25
Musino 4 74 27 12.5 14.5 210.25
Benyamin 20 70 8 22.5 -14.5 210.25
Sutrisman 5 75 24.5 9.5 15 225
Wiyono 26 70 4 22.5 -18.5 342.25
Buyino 5 69 24.5 25 -0.5 0.25
Rapio 5 71 24.5 19 5.5 30.25
∑D2 8183 Rs 0,36
t-hitung 2,16 t-tabel 1,701
(3)
Lampiran 15.Korelasi Rank Spearman Antara Sumber Informasi Dengan Kemampuan Manajerial Peternak
Nama Sumber Kemamampuan Rank
Informasi Manajerial S.Informasi K.Manajerial D D2
Seniman 1 71 21 19 2 4
Arayadi 1 76 21 7 14 196
Wagiran 1 72 21 17 4 16
Ngatenan 1 60 21 32 -11 121
Doraman 2 67 5 26.5 -21.5 462.25
Tiar 1 63 21 31 -10 100
Ponirin 1 70 21 22.5 -1.5 2.25
Marino 2 73 5 15 -10 100
Suparno 1 70 21 22.5 -1.5 2.25
Edi R 1 75 21 9.5 11.5 132.25
Rustam 1 65 21 29 -8 64
Indra 1 80 21 3.5 17.5 306.25
Andi 1 74 21 12.5 8.5 72.25
Iwan 1 83 21 1 20 400
Subari 1 80 21 3.5 17.5 306.25
Suwarno 2 82 5 2 3 9
Sukirman 1 78 21 5.5 15.5 240.25
Satino 1 41 21 33 -12 144
Sanliman 2 67 5 26.5 -21.5 462.25
Ngadirin 3 71 1 19 -18 324
Sumarno 1 78 21 5.5 15.5 240.25
Sandi 1 73 21 15 6 36
Andi G 1 66 21 28 -7 49
Suhadi 1 75 21 9.5 11.5 132.25
Sugiman 1 73 21 15 6 36
Jumari 1 64 21 30 -9 81
Supii 1 75 21 9.5 11.5 132.25
Musino 2 74 5 12.5 -7.5 56.25
Benyamin 2 70 5 22.5 -17.5 306.25
Sutrisman 2 75 5 9.5 -4.5 20.25
Wiyono 1 70 21 22.5 -1.5 2.25
Buyino 1 69 21 25 -4 16
Rapio 1 71 21 19 2 4
∑D2 4576 Rs 0,24
t-hitung 1,27 t-tabel 1,701
(4)
Lampiran 16.Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan Peternak Dengan Kemampuan Manajerial Peternak
Nama Pendapatan Kemamampuan Rank
Rp Manajerial Pendapatan
K.
Manajerial D D2
Seniman 1,410,833.33 71 17 19 -2 4
Arayadi 976,000.00 76 24 7 17 289
Wagiran 600,000.00 72 25 17 8 64
Ngatenan 412,666.70 60 27 32 -5 25
Doraman 6,410,166.67 67 6 26.5 -20.5 420.25
Tiar 2,732,000.00 63 10 31 -21 441
Ponirin 5,015,000.00 70 7 22.5 -15.5 240.25
Marino 2,359,500.00 73 12 15 -3 9
Suparno 7,542,600.00 70 5 22.5 -17.5 306.25
Edi R 1,253,676.67 75 13 9.5 3.5 12.25
Rustam 11,723,830.00 65 1 29 -28 784
Indra 242,663.33 80 30 3.5 26.5 702.25
Andi 3,928,173.33 74 8 12.5 -4.5 20.25
Iwan 8,635,891.67 83 3 1 2 4
Subari 11,186,330.00 80 2 3.5 -1.5 2.25
Suwarno 105,000.00 82 33 2 31 961
Sukirman 515,460.00 78 26 5.5 20.5 420.25
Satino 2,675,915.67 41 11 33 -22 484
Sanliman 2,120,283.33 67 14 26.5 -12.5 156.25
Ngadirin 3,144,293.33 71 9 19 -10 100
Sumarno 1,067,666.67 78 22 5.5 16.5 272.25
Sandi 7,901,743.33 73 4 15 -11 121
Andi G 179,500.00 66 31 28 3 9
Suhadi 170,413.33 75 32 9.5 22.5 506.25
Sugiman 1,108,670.00 73 20 15 5 25
Jumari 285,566.67 64 29 30 -1 1
Supii 310,756.67 75 28 9.5 18.5 342.25 Musino 1,094,730.00 74 21 12.5 8.5 72.25 Benyamin 1,892,730.00 70 15 22.5 -7.5 56.25 Sutrisman 1,309,380.00 75 18 9.5 8.5 72.25 Wiyono 998,233.33 70 23 22.5 0.5 0.25
Buyino 1,199,086.67 69 19 25 -6 36
Rapio 1,441,796.67 71 16 19 -3 9
∑D2 6968 Rs -0.16
t-hitung 0,9 t-tabel 1,701
(5)
Lampiran17 . Pengolahan data dengan SPSS
TABEL .A.HUBUNGAN JUMLAH TERNAK DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERNAK Correlations
JLHTERNAK
KEMAMPUAN MANAJERIAL Spearman's rho JLHTERNAK Correlation Coefficient 1.000 -.013
Sig. (2-tailed) . .944
N 33 33
KEMAMPUAN MANAJERIAL
Correlation Coefficient -.013 1.000 Sig. (2-tailed) .944 .
N 33 33
TABEL .B.HUBUNGAN UMUR PETERNAK DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERNAK Correlations
UMURPET ERNAK
KEMAMPUAN MANAJERIAL Spearman's rho UMURPETERNAK Correlation Coefficient 1.000 -.016
Sig. (2-tailed) . .928
N 33 33
KEMAMPUANMAN AJERIAL
Correlation Coefficient -.016 1.000 Sig. (2-tailed) .928 .
N 33 33
TABEL .C.HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERNAK Correlations
TINGKATPE NDIDIKAN
KEMAMPUAN MANAJERIAL Spearman's rho TINGKATPENDIDIKAN Correlation Coefficient 1.000 .070
Sig. (2-tailed) . .700
N 33 33
KEMAMPUANMANAJE RIAL
Correlation Coefficient .070 1.000 Sig. (2-tailed) .700 .
N 33 33
TABEL .D.HUBUNGAN PENGALAMAAN PETERNAK DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERNAK Correlations
PENGALAMAA NBETERNAK
KEMAMPUAN MANAJERIAL Spearman's rho PENGALAMAA
NBETERNAK
Correlation Coefficient 1.000 -.382(*) Sig. (2-tailed) . .028
N 33 33
KEMAMPUANM ANAJERIAL
Correlation Coefficient -.382(*) 1.000 Sig. (2-tailed) .028 .
N 33 33
(6)
TABEL 11.E.HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERNAK Correlations
SUMBERINF ORMASI
KEMAMPUAN MANAJERIAL Spearman's rho SUMBERINFORMASI Correlation Coefficient 1.000 .014
Sig. (2-tailed) . .937
N 33 33
KEMAMPUANMANAJ ERIAL
Correlation Coefficient .014 1.000 Sig. (2-tailed) .937 .
N 33 33
TABEL .F.HUBUNGAN PENDAPATAN DENGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERNAK Correlations
PENDAPA TAN
KEMKEMA MPUANMA NAJERIAL Spearman's rho PENDAPATAN Correlation Coefficient 1.000 -.168
Sig. (2-tailed) . .351
N 33 33
KEMKEMAMPUA NMANAJERIAL
Correlation Coefficient -.168 1.000 Sig. (2-tailed) .351 .