Contoh Makalah Pembelajaran Bahasa Inggris

(1)

CONTOH MAKALAH TENTANG PELAJARAN BAHASA INGGRIS

UPAYA PENINGKATAN KEEFEKTIFAN DAN EFISIENSI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS SMA NEGERI 1 SEWON, BANTUL

TAHUN AJARAN 2007/2008

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, salah satu tujuan pembelaaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dalam bentuk lisan maupun tertulis. Kemampuan berkomunikasi ini meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Keempat kompetensi ini diharapkan mampu mempersiapkan dan membekali siswa SMA untuk melanjutkan ke enjang pendidikan yang lebih tinggi atau untuk memasuki dunia kerja terutama di sektor yangmembutuhkan keterampilan berbahasa Inggris.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Inggris seperti yang tercantum dalam kurikulum, semua komponen yang terlibat dalam proses belaar mengajar di sekolah harus turut memberikan dukungan. Dengan memperhatikan bahwa setiap kelas mempunyai karakteristik


(2)

yang berbeda-beda, komponen-komponen yang terkait tersebut harus berupaya meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses belajar mengajar di kelas sesuai dengan karakteristik masing-masing kelas.

Secara umum, tidak semua sekolah dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Inggris sesuai dengan yang tercantum dalam kurikulum. Masing-masing sekolah menemui kendala yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan solusi yang diperlukan untuk mengatasinya, maka peneliti berpikir bahwa perlu ada upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam pembelajaran Bahasa Inggris di setiap sekolah. berdasarkan kenyataan tersebut, maka upaya-upaya ini pun bisa diterapkan di SMA Negeri 1 Sewon, Bantul.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul dengan menggunakan langkah-langkah penelitian tindakan (action research). Untuk langkah pertama, peneliti akan terlebih dahulu mengidentifikasi masalah-masalah yang mengganggu proses pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah ini.

2. Identifikasi Masalah

Ada beberapa faktor yang turut berperan dalam upaya peningkatan keefektifan pembelajaran Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul. Faktor-faktor tersebut adalah: guru, siswa, materi yang diajarkan, teknik penyampaian materi, waktu, dan fasilitas yang tersedia. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan semua faktor yang ada selama proses belajar


(3)

mengajar. Selain berhubungan dengan faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar, pembelajaran Bahasa Inggris juga berhubungan dengan empat macam keterampilan bahasa yaitu listening, speaking, reading, dan writing.

Untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi pembelajaran Bahasa Inggris, faktor-faktor di atas (guru, siswa, materi yang diajarka, teknik penyampaian materi, waktu, dan fasilitas yang tersedia) berhubungan dengan keempat keterampilan bahasa tersebut. Dari sudut pandang guru, keefektifan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh penguasaan guru tentang grammar, kosakata, dan konteks wacana. Selain itu juga berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Pembelajaran yang efektif juga dipengaruhi oleh teknik mengajar guru. Biasanya, siswa akan merasa bosan jika harus mengerjakan kegiatan yang sama terus-menerus. Perasaan seperti ini akan menguarangi konsentrasi siswa sehingga mereka tidak akan menangkap materi dengan baik.

Effective reading tampaknya akan berpengaruh pada effective writing. Sebagai keterampilan reseptif, reading memberikan stimulus pada writing (keterampilan produktif). Keefektifan pembelajaran reading dan writing dari sudut pandang guru kemungkinan akan memberikan hasil yang optimal jika guru menggunakan potensinya secara efisien. Efisiensi pembelajaran reading juga dipengaruhi oleh penggunaan fasilitas yang tersedia. Penggunaan fasilitas yang tersedia secara optimal akan membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan dan memberikan pengetahuan serta gagasan untuk dikembangkan dalam writing. Biasanya siswa akan menemukan gagasan ketika mereka menghubungkan pembelajaran bahasa dengan kondisi di sekelilingnya.


(4)

Keterampilan bahasa yang yaitu listening dan speaking. Dari sudut pandang guru, effectif listening berkaitan dengan penguasaan guru terhadap grammar, kosakata, dan pronunciation. Mereka yang menguasai ketiga faktor tersebut akan dapat memahami pembicaraan orang lain dengan mudah. Guru adalah sumber pengetahuan di kelas, oleh karena itu kompetensi yang dimilikinya uga akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar.

Pembelajaran listening yang efektif akan berpengaruh positif terhadap speaking karena keberhasilan dalam listening membuat pembelajarn speaking lebih mudah. Keefektifan ini juga tergantung pada informasi yang disampaikan guru terhadap siswa. Praktik berbahasa Inggris di dalam kelas akan membentu siswa mengekspresikan gagasannya dalam bahasa Inggris. Pembelajaran listening dan speaking akan lebih efisien jika guru memberikan masalah-masalah untuk didiskusikan. Dalam diskusi ini, beberapa siswa mempraktikkan listening dan yang lainnya mempraktikkan speaking. Jadi, pembelajaran listening dan speaking ini bisa dilakukan secara terpadu.

Keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris tidak hanya dilihat dari sudut pandang guru saja, karena proses belajar mengajar juga berhubungan dengan faktor-faktor yang lain. Jika dilihat dari sudut pandang siswa, pembelajaran reading tergantung pada kebutuhan siswa untuk membaca. Kebutuhan itu bisa saja dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu, seperti menjawab pertanyaan dulu kemudian baru membeca materi. Jadi, mereka bisa menemukan apa yang mereka butuhkan dengan mudah.

Jika dilihat dari sudut pandang siswa, keefektifan dalam pembelajaran listening bergantung pada konsentrasi mereka selama proses belajar mengajar, penguasaan kosakata, dan


(5)

pronunciation. Seperti pada reading, agar pembelajaran listening lebih efektif maka siswa harus terlebih dahulu mengetahui kebutuhannya, sehingga mereka tahu apa yang harus mereka dengarkan.

Keefektifan dalam pembelajaran speaking berhubungan dengan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa yang aktif akan memperoleh lebih banyak kesempatan untuk mengungkapkan gagasannya sehingga akan lebih lancar berbicara dalam bahasa Inggris. Selain dipengaruhi oleh peran siswa di dalam kelas, proses belajar mengajar juga dipengaruhi oleh penggunaan fasilitas yang tersedia. Penggunaan fasilitas pembelajaran secara optimal akan sangat membantu proses belajar mengajar Bahasa Inggris.

Jika dilihat dari sudut pandang materi yang diajarkan, keefektifan pembelajaran reading berhubungan dengan tingkat kesulitan materi. Materi yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari akan lebih efektif karena sudah akrab dengan siswa, sehingga mereka akan lebih mudah memahami materi tersebut.

Dalam pembelajaran writing, keefektifan berhubungan dengan fase-fase dalam menggunakan materi yang diperoleh. Misalnya, proses belajar mengajar dimulai dari pembelajaran kata dalam kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf yang baik, dan menyusun paragraf menjadi teks. Pemberian materi secara tepat akan memberikan hasil yang optimal. Selain itu, faktor lain yang turut berpengaruh adalah penggunaan waktu dan tenaga secara efisien. Efisiensi dalam penggunaan waktu dan tenaga akan membantu siswa dalam menghasilkan pekerjaan yang lebih baik dalam writing.


(6)

Berhubungan dengan materi yang diajarkan, keefektifan pembelajaran listening dipengaruhi oleh keautentikan materi tersebut. Siswa akan lebih mudah memahami materi yang berhubungan dengan masalah-masalah yang sering mereka dengar, misalnya berita dari televisi atau radio, prakiraan cuaca, instruksi, pengumuman, lagu, dan sebagainya. Selain dipengaruhi oleh pembicara yang mereka dengarkan, apakah pembicara itu penutur asli atau bukan, efisiensi dapat dicapai melalui penggunaan fasilitas seperti laboratorium bahasa dan tape recorder.

Keautentikan materi juga berpengaruh pada keefeektifan pembelajaran speaking. Siswa akan lebih mudah mengekspresikan masalah-masalah yangsering mereka hadapi dalam kehidupannya. Dalam mengungkapkan masalah-masalah itu, siswa akan melibatkan pikiran dan perasannya sehingga komunikasi yang dilakukan akan tampak natural. Efisiensi dalam speaking berhubungan dengan level siswa. Siswa dibagi dalam tiga level, yaitu beginner (pemula), intermediate, dan advanced. Bagi pemula, akan lebih efektif dan efisien jika diberikan materi yang sederhana dulu kemudian baru materi yang lebih kompleks.

Berhubungan dengan teknik yang dipakai dalam proses belajar mengajar, pembelajaran reading berhubungan dengan mikro skills: scanning, skimming, explicit dan implicit reading, menarik kesimpulan dari konteks, dan membaca untuk hiburan. Keefektifan berhubungan dengan mikro skills yang terlibat. Penggunaan teknik yang bervariasi dalam pembelajaran akan mengurangi kebosanan siswa. Selain itu, efisiensi juga berhubungan dengan karakteristik kelas. Misalnya untuk kelas yang pasif, explicit reading dan membaca untuk hiburan akan lebih sesuai.

Pembelajaran listening dapat dilakukan dengan berbagai teknik, misalnya mendengarkan tape recorder, menjawab pertanyaan berdasarkan teks, menulis ulang lagu, mendengarkan radio dan


(7)

televisi, dan sebagainya. Keefektifan berhubungan dengan pemilihan teknik yang tepat untuk kelas tertentu. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan penggunaan fasilitas yang tersedia.

Keefektifan dalam pembelajaran speaking berkaitan dengan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar, apakah mereka aktif atau tidak. Salah satu upaya untuk mendorong siswa menjadi aktif adalah dengan menggunakan information gap. Caranya dengan membagi kelas menjadi dua kelompok. Kelompok A mendapatkan informasi yang tidak diketahui oleh kelompok B, dan sebaliknya. Dengan cara ini akan terjadi komunikasi antara kelompok A dan B secara alami. Untuk memperoleh hasil yang optimal, proses ini harus efisien. Dalam hal ini efisiensi berhubungan dengan topik, apakah topik itu menarik atau tidak.

Berhubungan dengan waktu dan tempat yang tepat untuk proses belajar mengajar, tidak ada perbedaan antara reading, listening, speaking, dan writing. Keefektifan dan efisiensi tergantung pada tingkat kesulitan materi. Misalnya, reading dan writing membutuhkan banyak konsentrasi, oleh karena itu akan lebih efektif jika dilakukan pada pagi hari. Sedangkan untuk pembelajaran listening dan speaking dapat dilakukan pada siang hari.

Keefektifan dan efisiensi berhubungan dengan tempat yang sesuai untuk proses belajar mengajar listening, speaking, reading, dan writing berkaitan dengan ketersediaan media di dalam kelas. Misalnya, pembelajaran reading, speaking, dan writing dapat dilakukan di dalam kelas. Tetapi, pembelajaran listening akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan di laboratorium bahasa, karena disana tersedia peralatan yang diperlukan untuk pembelajaran seperti tape recorder, kaset, dan sebagainya.


(8)

Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris pada kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006.

3. Pembatasan Masalah

Masalah-masalah dalam penelitian ininterfokus pada pengenalan dan penerapan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk turut berperan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006.

4. Rumusan Masalah

Seperti apakah perencanaan, penerapan, dan evaluasi yang dilakukan untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006?

5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk perencanaan, penerapan, dan evaluasi yang dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006.


(9)

1. Bagi guru Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan aktifitas yang efektif dan efisien dalam pembelajaran Bahasa Inggris,

2. Bagi guru-guru yang lain, baik dari sekolah ini maupun dari sekolah lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan aktifitas yang efektif dan efisien dalam pembelajaran di kelas.

3. Bagi Kepala SMA Negeri 1 Sewon, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk menyusun atau merencanakan proses belajar mengajar secara terpadu yang efektif dan efisien.

4. Bagi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan dalam rangka mengembangkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

5. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat, terutama untuk mengembangkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.


(10)

LANDASAN TEORI

1. Deskripsi Teoretik

Proses Belajar Mengajar

Menurut Goetting (1942: 3), kata belajar. Seperti yang dipakai saat ini, harus dilihat dari dua sudut pandang. Satu sudut pandang menganggap belajar sebagai suatu proses atau aktifitas. Kemudian, sudut pandang yang lain menekankan belajar sebagai suatu hasil atau produk. Sedangkan mengajar adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk menghasilkan perubahan pada peserta didik (siswa) untuk memberikan dorongan, bantuan, dan pengarahan untuk perubahan tertentu. Sedangkan ahli lain, nunan (1989: 84) menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang utama adalah menentukan proses belajar mengajar, merencanakan pembelajaran, dan menggunakan strategi yang sesuai. Menurut Edgarstones (1979: 9), secara ideal pengajaran meliputipenyusunan lingkungan belajar secara sistematis dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran yang relevan dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik untuk menghasilkan perubahan seefektif dan seekonomis mungkin.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar terdapat dua istilah: belajar mengacu pada peserta didik (siswa) dan mengajar mengacu pada pengajar (guru). Ada tiga hal utama dalam proses belajar mengajar, yaitu pembentukan dan perumusan strategi, proses penerapan strategi, dan penilaian hasil yang diperoleh (evaluasi). Proses belajar mengajar bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada peserta didik. Karena subjek yang


(11)

akan dikenai perubahan adalah peserta didik, maka proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan kondisi psikologis peserta didik agar tujuan tersebut dapat tercapai.

Proses Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran bahasa melatih siswa untuk memperhatikan nilai-nilai dalam komunikasi sehingga mereka dapat menggunakan bahasa dengan tepat. Littlewood (1984) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa adalah respon alami terhadap kebutuhan komunikasi (baik produktif maupun reseptif). Oleh karena itu, kita harus berusaha meyakinkan peserta didik agar selalu memperhatikan nilai-nilai komunikasi dari apa yang mereka pelajari. Littlewood juga menyatakan bahwa di dalam kelas, kegelisahan dapat menjadi penghalang dalam belajar dan membuat siswa malas untuk mengekspresikan diri pada pembelajaran bahasa kedua. Oleh karena itu kita harus menghindari kritik yang berlebihan terhadap penampilan mereka, berusaha memberikan kesempatan pada siswa untuk mengekspresikan diri, dan menciptakan suasana kelas yang santai.

Harmer (1983) menyatakan bahwa komponen dalam pendekatan aktifitas yang seimbang adalah kemampuan guru untuk bisa beradaptasi dan bersikap fleksibel. Kemampuan beradaptasi mengacu pada kemampuan guru untuk memilih dan mengadaptasi programnya dalam mengajar. Sedangkan fleksibilitas mengacu pada tingkah laku guru dalam kelas dan kemampuannya untuk bersikap sensitif terhadap perubahan yang dibutuhkan untuk peningkatan hasil pembelajaran. Fleksibilitas artinya kemampuan untuk menggunakan berbagai macam teknik dan tidak hanya terpaku pada satu metodologi saja.


(12)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris bertujuan untuk memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, harus ada kerja sama antara guru dan peserta didik. Guru harus bisa mengadaptasi kondisi kelas dan bersikap fleksibel dalam menggunkan teknik yang sesuai.

Proses Belajar Mengajar yang Efektif dan Efisien

Menurut Popham dan Baker dalam Hadi dkk (1992), proses belajar mengajar yang efektif adalah kemampuan untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan dari kemampuan dan persepsi siswa. Lebih jauh, Popham dan Baker menjelaskan bahwa proses belajar mengajar yang efektif tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan proses belajar mengajar.

Sedangkan Alatis dan Altman (1981: 44) mengusulkan bahwa untuk memaksimalkan keefektifan, seorang guru perlu memahami ketidaksesuaian antara apa yang dibawa siswa dalam situasi pembelajaran bahasa yang formal dan tuntutan yang diminta oleh guru dan teks, tuntutan sistem ujian, dan harapan untuk prospek ke depan.

Ahli lain, McWhorter (1992: 3) menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan untuk menunjukkan sesuatu dengan sedikit usaha, biaya, dan pengeluaran. Efisiensi mencakup penggunaan waktu dan sumber daya secara efektif untuk menyelesaikan tugas tertentu.

Sebagai kesimpulan, ada dua hal utama yang diperlukan untuk mencapai proses belajar mengajar yang efektif. Pertama, harus ada kegiatan analisis kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa


(13)

adalah hubungan antara kemampuan dan harapan siswa dari proses pembelajarannya. Kedua, harus ada gambaran seperti apa sistem ujian yang dipakai. Jadi, harus ada kesesuaian antara kebutuhan siswa dan sistem ujian.

Pembelajaran Reading

Carrel dkk (1988: 12) menyatakan bahwa reading adalah kemampuan bahasa yabg reseptif. Maksudnyaadalahproses psikolinguistik dimana hal ini dimulai dengan perwujudan unsur kebahasaan yang disandikan oleh penulis dan diakhiri dengan makna yang dibentuk oleh pembaca.

Reading (membaca) yang efektif adalah kemampuan seseorang untuk membentuk makna dari teks yang sesuai dengan maksud penulis. Seseorang dikatakan mempunyai kemampuan membaca secara efisien jika dia mampu menggunakan waktu yang tersedia dengan efektif untuk membaca dan memahami makna yang terkandung pada bacaan.

Pembelajaran Writing

Menurut Borowich (1996: 13), untuk melakukan kegiatan writing (menulis) yang efektif diperlukan banyak waktu, atau bahkan bisa dikatakan pemborosan waktu. Seorang penulis membutuhkan waktu yang longgar untuk mengekspresikan gagasan, menyusunnya, dan menulis ulang sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Harmer (1983: 48) menuliskan bahwa dalam mengajarkan writing, guru harus mempertimbangkan beberapa hal, misalnya penyusunan kalimat menjadi paragraf, bagaimana paragraf digabungkan, dan pengelompokan gagasan sehingga menjadi tulisan yang koheren.


(14)

Dengan mengacu pada teori-teori di atas, seorang penulis akan menghabiskan banyak waktu untuk menghasilkan tulisan yang baik. Penulis melakukan berbagai langkah, mengungkapkan gagasan, menyusun dan menulis ulang gagasan tersebut. Efisiensi dapat diperoleh apabila penulis mempunyai konsep yang jelas sebelum memulai kegiatannya. Menulis secara efektif dan efisien akan menghasilkan tulisan yang baik yaitu tulisan yang koheren.

Pembelajaran Listening

Harmer (1983) menyatakan bahwa listening (mendengarkan) sebagai suatu keterampilan berbeda dengan writing. Dalam listening, pendengar tidak dapat melihat apa yang dia dengarkan, tetapi hanya bisa mendengarkannya. Harmer juga menjelaskan tentang kriteria materi untuk listening. Menurutnya, dengan melihat kesulitan yang ada dalam materi listening, kita akan mempunyai gambaran untuk menanganinya. Pertama, kita harus memahami materi seperti apa yang ingin didengarkan oleh siswa. Kedua, jika memungkinkan, guru memberikan bantuan kepada siswa untuk memahami teks. Yang terakhir dan mungkin yang paling penting, kita harus yakin pada kualitas tape recorder yang kita gunakan untuk kegiatan listening.

Pembelajaran Speaking

Menurut Finnochiaro dan Bonomo (1973: 110), untuk menumbuhkan minat dan mendorong komunikasi, percakapan sederhana harus diikutsertakan pada awal pembelajaran, lagu harus diajarkan, cerita harus diperkenalkan sehingga siswa dapat meresponnya. Tetapi, pada waktu yang bersamaan juga harus diajarkan tentang unsur-unsur bahasa yang lainnya, seperti grammar dan pronunciation.


(15)

Sedangkan Robinett (1978) menjelaskan bahwa aktifitas lisan akan lebih bisa dikendalikan, atau dengan kata lain lebih bebas. Dia juga menyatakan bahwa harus diperhatikan juga masalah yang berkaitan dengan pengucapan (pronunciation) pada waktu mengajarkan speaking.

Kesimpulannya, pembelajaran speaking (berbicara) tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari terutama berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan setiap hari. Untuk mencapai pembelajaran speaking yang efektif, proses pembelajaran harus berhubungan dengan percakapan yang autentik. Selain itu guru juga harus bisa mendorong siswa untuk mengekspresikan gagasannya dalam kelas. Dalam pembelajaran speaking, grammar (termasuk kosakata dan structure) sebaiknya diajarkan selangkah demi selangkah sehingga siswa dapat mengikuti dengan baik dan akan tercapai hasil sesuai yang diharapkan.

Kerangka Berfikir

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris dapat dicapai jika semua komponen yang terkait seperti guru, siswa, kepala sekolah, dan guru BK mempunyai kemauan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Sehubungan dengan kebutuhan untuk meningkatkan proses belajar mengajar Bahasa Inggris, maka komponen yang terkait tersebut harus melakukan suatu tindakan yang mendorong pencapaian keberhasilan tersebut. Dalam mengujicobakan tindakan tersebut, mereka menggunakan prinsip scientific method. Dalam hal ini. Peneliti pertama mengamati proses belajar mengajar, kedua, mengidentifikasi masalah, ketiga, bekerja sama dengan guru untuk


(16)

menemukan pemecahan masalah, dan keempat, mempraktikkan tindakan dan mengevaluasinya.

Hal yang penting dalam penelitian tindakan (action research) adalah kolaborasi. Kolaborasi artinya seluruh komponen mengetahui dan memahami bentuk tindakan yang akan diterapkan. Disini tidak ada yang bertindak sebagai pembuat keputusan yang utama, karena semua orang yang terlibat akan saling berbagi gagasan dan pendapat.

Proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006 mencakup banyak faktor, diantaranya guru, siswa, materi, aktifitas, dana, kurikulum, dan kebijaksanaan sekolah. Untuk mencapai tujuan secara optimal. Semua komponen harus bisa mengenali masalah, menghubungkan faktor-faktor yang ada dengan masalah yang dihadapi, dan menerapkan aktifitas yang dapat meningkatkan motivasi siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris dalam kelas selangkah demi selangkah, mengubah kelas yang pasif menjadi aktif, dan juga meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan Kepala Sekolah, guru-guru Bahasa Inggris, guru-guru Bimbingan dan Konseling (BK), siswa-siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006. dan peneliti sendiri.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006. peneliti dan semua komponen yang terlibat dalam penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi dan menerapkan aktifitas yang dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006. observasi awal akan dilakukan pada awal semester 1 tahun ajaran 2005/2006, sedangkan penelitian akan dilksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2005/2006.


(18)

Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu dalam bentuk pendapat, pilihan, dan harapan dari semua komponen. Data akan dikumpulkan melalui pengamatan dan in-dept interview. Informasi yang didapat akan digunakan untuk merumuskan masalah. Sedangkan teknik yang akan digunakan untuk memvalidkan data yaitu dengan triangulation melalui in-dept interview dan pengamatan.

5. Instrumen Penelitian

Peneliti sebagai partisipan dalam penelitian ini akan memimpin penelitian, mengamati, dan menyusun wawancara. Kemudian, peneliti akan memberikan kuesioner kepada seluruh anggota penelitian untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada. Selain itu, untuk menambah masukan, peneliti akan melakukan interview kepada mereka yang ingin memberikan tambahan pendapat atau masukan. Data yang terkumpul akan ditulis dalam bentuk transkrip dan field-notes.

6. Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan tingkat urgensinya. Kemudian peneliti bersama guru Bahasa Inggris menentukan masalah-masalah yang paling penting. Masalah-masalah yang terpilih tersebut kemudian akan disusun menurut urutan hubungan sebab akibat.

Untuk mencapai tujuan akhir, peneliti selanjutnya akan menganalisis masalah-masalah yang mempengaruhi keberadaan masalah utama dengan menggunakan teknik analisis objektif.


(19)

Kemudian peneliti akan menyusun tujuan-tujuan yang ada berdasarkan kemungkinan untuk mengatasinya.

Untuk membuat data lebih valid, peneliti akan melakukan teknik triangulation dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Alderson, J. Charles. (1992). Evaluating Second Language Education. Cmbridge: Cambridge University Press.

Borowich, Jerome N. (1996). Technical Communication and Its Application. California: Prentice Hall, Inc.

Carrell, Patricia L. (1990). Interactive Approach to Second Language Reading. California: Cambridge University Press.

E. Alatis, James. (1981). The Second Language Classroom Directions for the 1980’s. Oxford: Oxford University Press.

Edgarstones. (1979). Psychology of Education: A Pedagogycal Approach. London: Methuen Co, Ltd.

Finocchiaro, Mary et al. (1973). The Foreign Language Learner: A Guide for Teachers. New York: Regents Publishing Company, Inc.

Goetting, M.L. (1942). Teaching in the Secondary School. New York: Prentice Hall, Inc.

Harmer, Jeremy. (1983). The Practice of English Language Teaching. London: Longman Group Limited.

Littlewood, William. (1984). Language Acquisition Research and Its Implications for the Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.


(21)

Nunan, David. (1989). Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.


(1)

menemukan pemecahan masalah, dan keempat, mempraktikkan tindakan dan mengevaluasinya.

Hal yang penting dalam penelitian tindakan (action research) adalah kolaborasi. Kolaborasi artinya seluruh komponen mengetahui dan memahami bentuk tindakan yang akan diterapkan. Disini tidak ada yang bertindak sebagai pembuat keputusan yang utama, karena semua orang yang terlibat akan saling berbagi gagasan dan pendapat.

Proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006 mencakup banyak faktor, diantaranya guru, siswa, materi, aktifitas, dana, kurikulum, dan kebijaksanaan sekolah. Untuk mencapai tujuan secara optimal. Semua komponen harus bisa mengenali masalah, menghubungkan faktor-faktor yang ada dengan masalah yang dihadapi, dan menerapkan aktifitas yang dapat meningkatkan motivasi siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris dalam kelas selangkah demi selangkah, mengubah kelas yang pasif menjadi aktif, dan juga meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris.


(2)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan Kepala Sekolah, guru-guru Bahasa Inggris, guru-guru Bimbingan dan Konseling (BK), siswa-siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006. dan peneliti sendiri.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006. peneliti dan semua komponen yang terlibat dalam penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi dan menerapkan aktifitas yang dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sewon, Bantul pada tahun ajaran 2005/2006. observasi awal akan dilakukan pada awal semester 1 tahun ajaran 2005/2006, sedangkan penelitian akan dilksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2005/2006.


(3)

Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu dalam bentuk pendapat, pilihan, dan harapan dari semua komponen. Data akan dikumpulkan melalui pengamatan dan in-dept interview. Informasi yang didapat akan digunakan untuk merumuskan masalah. Sedangkan teknik yang akan digunakan untuk memvalidkan data yaitu dengan triangulation melalui in-dept interview dan pengamatan.

5. Instrumen Penelitian

Peneliti sebagai partisipan dalam penelitian ini akan memimpin penelitian, mengamati, dan menyusun wawancara. Kemudian, peneliti akan memberikan kuesioner kepada seluruh anggota penelitian untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada. Selain itu, untuk menambah masukan, peneliti akan melakukan interview kepada mereka yang ingin memberikan tambahan pendapat atau masukan. Data yang terkumpul akan ditulis dalam bentuk transkrip dan field-notes.

6. Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan tingkat urgensinya. Kemudian peneliti bersama guru Bahasa Inggris menentukan masalah-masalah yang paling penting. Masalah-masalah yang terpilih tersebut kemudian akan disusun menurut urutan hubungan sebab akibat.

Untuk mencapai tujuan akhir, peneliti selanjutnya akan menganalisis masalah-masalah yang mempengaruhi keberadaan masalah utama dengan menggunakan teknik analisis objektif.


(4)

Kemudian peneliti akan menyusun tujuan-tujuan yang ada berdasarkan kemungkinan untuk mengatasinya.

Untuk membuat data lebih valid, peneliti akan melakukan teknik triangulation dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alderson, J. Charles. (1992). Evaluating Second Language Education. Cmbridge: Cambridge University Press.

Borowich, Jerome N. (1996). Technical Communication and Its Application. California: Prentice Hall, Inc.

Carrell, Patricia L. (1990). Interactive Approach to Second Language Reading. California: Cambridge University Press.

E. Alatis, James. (1981). The Second Language Classroom Directions for the 1980’s. Oxford: Oxford University Press.

Edgarstones. (1979). Psychology of Education: A Pedagogycal Approach. London: Methuen Co, Ltd.

Finocchiaro, Mary et al. (1973). The Foreign Language Learner: A Guide for Teachers. New York: Regents Publishing Company, Inc.

Goetting, M.L. (1942). Teaching in the Secondary School. New York: Prentice Hall, Inc.

Harmer, Jeremy. (1983). The Practice of English Language Teaching. London: Longman Group Limited.

Littlewood, William. (1984). Language Acquisition Research and Its Implications for the Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.


(6)

Nunan, David. (1989). Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.