Akademisi dan Petani.

--- -- ----

Pikiran
o Senin
123
17
~~OJan

o Selasa 0 Rabu 0 Kamis
4

18

19
OPeb

Rakyat

5

6


20

21

o Mar

OApr

7
22

8
23

OMei

Akademisi

OJun


Agen budaya
Bisa saja akademisi menjadi
agen budaya di mana dirinya
menuntut ilmu. Ketika menuntut ilmu di fakultas pertanian
yang berdomisili di kota, nilai
kekotaan bisa dibawanya ke
perdesaan dan mewamai kehidupan petani. Demikian halnya
ketika meneruskan studi di
mancanegara, tidak tertutup
kemungkinan bukan hanya ilmunya yang dibawa, namun juga nilainya.
Bagi petani lokal, bertani buI91nlah mengejar profit sehingga diriya tidak ditempatkan sebagai faktor produksi pertanian

11
25

OJul

26


12

27

0 Ags OSep

13

14

28

29

.Okt

mengajak bertani dengan tumpuan kearifan lokal yang ada.
Untuk itu, semangat berkorban, kejujuran, dan keikhlasan
perlu dimulai dari akademisi
sebagai agen budaya lokal sehingga dengan patronase petani akan dengan mudah menurutinya.


KADEMISI dikritik

oleh Si Kabayan dalam
rubrik "Ole-Ole" agar
tidak mendorong konversi ke
lahan beton ("PR", 13/10). Hal
demikian terlontar
sebagai
"tanggapan" atas ajakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan pertanian
Jabar ("PR", 12/10). Ajakan itu
bisa jadi sebagai keprihatinan
atas sektor pertanian yang produksinya semakin menurun sejalan dengan populasi petaninya yang juga menurun.
Penurunan sektor pertanian
ditandai dengan berkurangnya
minat ke fakultas pertanian, juga semakin banyaknya: lahan
persawahan yang beralih fungsi rnenjadi hamparan beton sebagaimana kritikan Kabayan.
Mengajak petani tetap tekun di
sektor andalan ini, tentu harns
dikembalikan ke fungsi pertanian.di mata leluhumya, selain

pangupajiwa, ada kandungan
budaya yang dalam dan harus
dipahami bersama.

10
24

o Sabtu 0 Mlnggu
15

30

ONov

(!!..

31

ODes


dan Petani

Oleh ASEP SUMARYANA

A

9

. Jumat

itu sendiri. Petani menempatkan dirinya sebagai mitra tanaman padi agar memberikan hasil yang baik serta dilakukan
dengan senang hati. Oleh karena itu, mengolah pertanian seringkali diwamai dengan upacara ritus dari mulai mencangkul sampai memanen. Kakawihan dan sempal guyon gogonjakan juga mengiringi kehidupan di sawah.
Pergeseran teIjadi ketika petani mulai dug hulu pet nyawa,
membanting tulang mengejar
produksi pertanian. Hilangnya
ritus dan suasana senda-gurau
serta hariring suling menunjukkan bahwa bertani sudah dianggap sebagai beban yang dipenuhi dengan target produksi.
Sistem ijon menunjukkan hilangnya ritual petani dalam
mengelola pertanian. Kebanggaan dapat menghasilkan padi
menghilang sejalan dengan

tumpukan target konsumsi
yang menunggu di depan mata.
Mengubah faktor produksi
ke pengelola pertanian merupakan
langkah ;.;;
mulia.
Artinya
-..;...,j-....

Tanggalkan kepentingan
Pertanian perlu diubah kedudukannya dari fungsi ekonomis
ke fungsi sosial. Sawah menjadi media silaturahmi antarpetani, sekaligus juga sebagai silaturahmi dengan sesama makhluk Tuhan. Padi itu ciptaan Tuhan yang diperlakukan petani
dengan penuh kasih sayang
tanpa eksploitasi. Ketika tanaman padi dieksploitasi sebagai
komoditas ekonomis, fungsi sosiologisnya berkurang.
Belajar dari Michael M. Cernea (1988) yang mengutamakan manusianya dalam pertanian, petani akan merasa memiliki harga diri dalam posisinya sebagai subjek ketimbang
objek. Posisi ini akan memacu
semangat juang dan menularkan semangatnya itu kepada
pihak lainnya. Tugas akademisi merekam dan menganalisis
kondisi empirik semacam itu

untuk direkomendasikan kepada pemerintah. Berbeda ketika
akademisi berperan sebagai pengendali, semangat bertani bisa jadi layu sebab dirinya di
ujung telunjuk orang lain.
Menanggalkan kepentingan
penguasa tampaknya memberikan keleluasaan bergerak akademisi pertanian untuk berkreasi dalam mendalami kehidupan petani sekaligus mengangkat derajat kelompok besar
yang seperti buih lautan. Bersama petani bisa mulai membuat
rencana
- menyayangi
- dan me-

nyiangi padi agar memberikan
balas budi bagi kehidupan manusia. Dengan kasih sayang petani, padi pun bisa merasa nyaman disemai dan dijaganya.
Ujungnya produksi melimpah
dengan rasa yang pulen bisa diberikan padi terhadap penanamnya.
Bisa jadi alih fungsi lahan
pertanian berkurang karena dipandang penganiayaan terhadap padi, alih fungsi pekeIjaannya pun dipandang pengingkaran dan pengkhianatan terhadap kasih sayang padi yang
memberikan kehidupan. Demikian halnya ketika pemerintah
alpa mengabaikan irigasi bisa
dituduh pinter kodek yang berujung ketidakpercayaan petani
dan akademisi pertanian terhadap kelompok penguasa ini.

Penyatupaduan pandangan
antarpetani dengan akademisi
perlu dibangun. Jika pemerintah mengajak akademisi untuk
propetani, tidak boleh sebatas
faktor produksi, namun juga
mempertahankan kearifan 10kal di dalamnya. Dengan demikian, bukan hanya pertanian
yang hidup, namun juga keseimbangan alam dan siklus kehidupan bisa teIjaga. Suara burung di sawah, tutut, dan belut
akan berkembang biak tidak
terbunuh pestisida yang justru
merusak siklus tersebut dan
menjadikan kehidupan alam
timpang dibuatnya.
Akademisi yang bijak tenQj-.
lah yang mampu mengembalikan kejayaan pertanian sebagai
pangupa jiwa yang ditekuni
petani dengan senda gurau. Bisajadi meluasnya lahan beton
menjadi indikasi berkurangnya
kebijakan akademisi serta berkurangnya kepedulian pemerintah terhadap akar budaya
kehidupan_~
petani..Masih

.i... ada
--

-

-

waktu untuk memperlakukan
pertanian dengan kearifan yang
terkandung dalam kehidupan
petani lawas.
Dari pertanian lokal, kehidupan pun bisa lebih diseimbangkan sehingga alam pun
menyayangi manusia sang penguasa alamoMelalui akademisi, kearifan petani bisa dibawa
melanglang buana sehingga
membuka peluang menjadi kekuatan dunia baru sebagai kelas dunia. ***

Penulis, Sekretaris LP3AN
dan Lektor Kepala Jurusan 11mu Administrasi Negara Fl-

Kllplng


Humas

Unpad

2009

. SIP U!!fJaci.