PERSEPSI PRAKTISI DAN AKADEMISI TERHADAP

A. JUDUL
PENELITIAN PERSEPSI PRAKTISI DAN AKADEMISI
TERHADAP INDEPENDENSI PENAMPILAN AKUNTAN
PUBLIK (Studi Empiris di Kota Surakarta dan D.I.
Yogyakarta)
B. BIDANG ILMU EKONOMI
C. PENDAHULUAN
Pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan publik berkaitan dengan
kepentingan berbagai pihak, meliputi kepentingan perusahaan (klien) dan
kepentingan masyarakat, yang meliputi: kreditor, investor, pemerintah,
lembaga keuangan, masyarakat umum dan pihak-pihak lain. Mengingat
banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut,
maka akuntan publik harus menjaga kepercayaan dari klien dan pihak-pihak
yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan dengan cara
mempertahankan independensinya.
Akuntan publik yang independen harus menjamin adanya kewajaran
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan agar hasil pemeriksaan
tersebut merupakan hasil yang tidak memihak (Novianty dan Kusuma, 2001).
Begitu penting sikap independen ini bagi auditor sehingga dijadikan
sebagai salah satu standar umum audit nomor dua. Standar tersebut
menyatakan bahwa dalam segala hal yang berhubungan dengan penugasan

yang diberikan kepadanya, akuntan publik harus senantiasa mempertahankan
sikap independen. Oleh karena itu akuntan publik dilarang melakukan audit
terhadap perusahaan dimana ia mempunyai kepentingan didalamnya (Reynold
dan Francis, 2001).
Profesi akuntan sebagai pemberi jasa dalam informasi keuangan
mempunyai tiga aspek yang terkait satu sama lain, yaitu: pendidikan, praktek

1

dan penelitian (Sterling, 1973; Bell dan Wright, 1995; Abdullah dan Selamat;
2002).
Akuntansi

dalam

perspektif

pendidikan

di


perguruan

tinggi

menyatakan bahwa pengajaran konseptual kepada mahasiswa akuntansi
merupakan hal yang paling penting dan mendasar. Aspek teknis diajarkan
dengan baik kalau aspek konseptual telah dipahami dengan baik. Mahasiswa
akuntansi akan mudah memahami profesi akuntan publik dan laporan audit
jika mereka memahami konsep yang melatar belakangi penyusunan laporan
audit tersebut. Laporan audit menjadi sangat penting (termasuk profesi
akuntan publik) bila laporan keuangan tersebut sudah menjadi media penting
dalam struktur akuntansi dan pengendalian keuangan dalam suatu lingkungan
atau negara tertentu (Suwardjono, 1992; Abdullah dan Selamat, 2002).
Independensi dalam melaksanakan audit merupakan tulang punggung
akuntan publik profesional. Brown (1971; Novianty dan Kusuma, 2001)
menyatakan bahwa independent is not subject to bias or influence.
Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor atau akuntan
publik yang paling penting. Independensi akuntan publik mencakup dua
aspek: (1) independensi sikap mental (independence in fact); (2) independensi

penampilan (independence in appearance).
Independensi sikap mental

berarti adanya kejujuran dalam diri

akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang
objektif, tidak memihak di dalam diri akuntan dalam merumuskan dan
meyatakan pendapat. Independensi penampilan berarti adanya kesan
masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan
publik harus menghindari keadaan-keadaan atau faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Dengan demikian
independensi penampilan akuntan publik berkaitan dengan persepsi
masyarakat tentang independensi akuntan publik. Oleh karena itu rusaknya
independensi penampilan akuntan publik akan merusak kepercayaan
masyarakat terhadap akuntan publik yang bersangkutan, bahkan terhadap

2

profesi akuntan publik secara keseluruhan dan menurunkan nilai laporan
keuangan yang diaudit (Anshori dan Kartiningtyas, 1999).

Penelitian tentang independensi akuntan publik telah banyak
dilakukan. Shockley (1980; Anshori dan Kartiningtyas, 1999) menyebutkan
empat faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu: (1)
pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien, (2) persaingan antar
kantor akuntan publik, (3) ukuran kantor akuntan publik, (4) lamanya
hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa (a) tingkat persaingan meningkatkan resiko rusaknya
independensi akuntan publik, (b) kantor akuntan yang memberikan jasa
konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit meningkatkan resiko
rusaknya independensi penampilan akuntan publik yang lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak memberikan jasa tersebut, (c) kantor akuntan
publik kecil mempunyai resiko kehilangan independensi yang lebih besar
dibandingkan kantor akuntan besar, dan (d) lamanya jangka waktu hubungan
audit dengan klien tertentu bukan merupakan faktor yang signifikan dalam
mempengaruhi independensi akuntan publik.
Supriyono (1986; Novianty dan Kusuma, 2001) menyebutkan
independensi akuntan publik dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) persaingan
antar kantor akuntan publik, (2) pemberian jasa lainnya selain audit, (3)
lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien, (4) audit
fee, (5) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (6)

ukuran kantor akuntan publik. Hasil penelitian menyebutkan bahwa keenam
faktor tersebut signifikan merusak independensi akuntan publik.
Anshori dan Kartiningtyas (1999) mengurutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik: (1) persaingan antar
kantor akuntan publik, (2) pemberian jasa lainnya selain audit, (3) audit fee,
(4) ukuran kantor akuntan publik.
Novianty dan Kusuma (2001), menguji kembali penelitian Supriyono.
Penelitian ini menunjukan bahwa hanya faktor ikatan kepentingan keuangan
dan hubungan usaha dengan klien yang signifikan merusak independensi
3

akuntan publik. Faktor-faktor persaingan antar kantor akuntan publik,
pemberian jasa lainnya selain audit, lamanya hubungan penugasan antara
akuntan publik dengan klien, audit fee, ukuran kantor akuntan publik tidak
sigifikan merusak independensi akuntan publik.
Penelitian yang mengangkat judul “Persepsi Praktisi dan
Akademisi terhadap Independensi Penampilan Akuntan Publik” ini memiliki
beberapa perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sebagai berikut.
1. Penelitian ini menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi
independensi penampilan akuntan publik pada penelitian sebelumnya,

apakah hasilnya masih konsisten atau tidak, mengingat seiring
berjalannya waktu banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian, misalnya tingkat pendidikan, perkembangan lingkungan
sosial dan perekonomian.
2. Menguji ulang faktor: lamanya hubungan audit terhadap independensi
penampilan akuntan publik. Dalam penelitian Shockley (1980; Anshori
dan Kartiningtyas, 1999) dinyatakan bahwa lamanya hubungan audit
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap independensi akuntan
publik. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Supriyono
(1988), dan Novianty dan Kusuma (2001) sebaliknya menyatakan
bahwa faktor lamanya hubungan audit signifikan mempengaruhi
independensi penampilan akuntan publik
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik yang
diujikan pada penelitian ini sebagai berikut.


Persaingan antar kantor akuntan publik




Pemberian jasa lainnya selain audit



Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien



Audit fee



Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien



Ukuran kantor akuntan publik




Advertensi kantor akuntan publik
4

D. PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah independensi penampilan akuntan publik dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut.
a. Persaingan antar kantor akuntan publik
b. Pemberian jasa lainnya selain audit
c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien
d. Audit fee
e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
f. Ukuran kantor akuntan publik
g. Advertensi kantor akuntan publik
2. Bagaimana persepsi praktisi dan akademisi terhadap independensi
penampilam akuntan publik berdasarkan faktor-faktor berikut.
a. Persaingan antar kantor akuntan publik
b. Pemberian jasa lainnya selain audit
c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien
d. Audit fee
e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien

f. Ukuran kantor akuntan publik
g. Advertensi kantor akuntan publik
3. Apakah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara praktisi dan
akademisi terhadap independensi penampilan akuntan publik berdasarkan
faktor-faktor berikut.
a. Persaingan antar kantor akuntan publik
b. Pemberian jasa lainnya selain audit
c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien
d. Audit fee
e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
f. Ukuran kantor akuntan publik
g. Advertensi kantor akuntan publik
5

E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab masalah yang berkaitan
dengan independensi penampilan akuntan publik menurut persepsi praktisi
dan akademisi, yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui apakah independensi penampilan akuntan publik dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut.

a. Persaingan antar kantor akuntan publik
b. Pemberian jasa lainnya selain audit
c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien
d. Audit fee
e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
f. Ukuran kantor akuntan publik
g. Advertensi kantor akuntan publik
2. Mengetahui bagaimana persepsi praktisi dan akademisi terhadap
independensi penampilam akuntan publik berdasarkan faktor-faktor
berikut.
a. Persaingan antar kantor akuntan publik
b. Pemberian jasa lainnya selain audit
c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien
d. Audit fee
e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
f. Ukuran kantor akuntan publik
g. Advertensi kantor akuntan publik
3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara
praktisi dan akademisi terhadap independensi penampilan akuntan publik
berdasarkan faktor-faktor berikut.

a. Persaingan antar kantor akuntan publik
b. Pemberian jasa lainnya selain audit
c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien
d. Audit fee
6

e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
f. Ukuran kantor akuntan publik
g. Advertensi kantor akuntan publik

F. MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan akan memberikan pengayaan empiris dari
penelitian-penelitian sebelumnya tentang persepsi praktisi dan akademisi
tentang independensi penampilan akuntan publik.
2. Membantu kantor akuntan publik untuk meningkatkan independensinya
sehingga dapat menjaga dan meningkatkan citra yang baik bagi profesi
akuntan publik.
3. Memberikan pengayaan empiris bagi mahasiswa akuntansi sebagai calon
akuntan agar menjaga independensi penampilan akuntan publik di masa
depan dalam era persaingan

G. TINJAUAN PUSTAKA
Akuntan publik dapat disebut sebagai suatu profesi karena telah
memenuhi syarat sebagai suatu profesi. Menurut Regar yang dikutip oleh
Abdullah dan Selamat (2002), profesi merupakan suatu jenis pekerjaan yang
dipangku untuk suatu jabatan khusus tertentu dalam masyarakat dengan
memenuhi syarat-syarat dan ciri-ciri berikut.
a. Pengetahuan yang diperlukan diperoleh dengan cara mengikuti pendidikan
yang teratur dan dibuktikan dengan tanda ijazah keahlian dan mempunyai
kewenangan dalam keahlian
b. Jasa yang diberikan dibutuhkan oleh masyarakat dan mempunyai
monopoli dalam memberikan pelayanan
c. Mempunyai organisasi yang mendapat pengakuan masyarakat atau
pemerintah dengan perangkat kode etik untuk mengatur anggotanya serta
mempunyai budaya profesi
d. Adanya suatu ciri yang membedakannya dengan perusahaan, yakni tidak
mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya. Tetapi lebih mengutamakan
7

pelayanan dengan memberikan jasa yang bermutu dengan balas jasa yang
setimpal.
Suhardjo dan Mardiasmo (2002) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa anggota profesi dalam menjalankan jasa profesionalnya dibatasi oleh
etika profesi. Etika profesi disusun oleh suatu organisasi profesi dalam bentuk
kode etik. Kode etik ini memberitahukan kepada anggota profesi tentang
standar perilaku yang diyakini dapat menarik kepercayaan masyarakat dan
memberitahu masyarakat bahwa profesi berkehendak melakukan pekerjaan
yang berkualitas bagi kepentingan masyarakat.
Hal yang menarik ditemui ketika suatu profesi melakukan advertensi
dan promosi atas jasa yang ditawarkan.
Kode Etik Akuntan Indonesia melarang akuntan publik melakukan
advertensi. Larangan beradvertensi dinyatakan secara eksplisit dalam
Pernyataan Etika Profesi nomor 4 tentang iklan bagi KAP. Pernyatan secara
tegas larangan bagi akuntan publik mengiklankan diri atau mengizinkan orang
lain untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikannya kecuali yang
sifatnya pemberitahuan (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002).
Suhardjo dan Mardiasmo (2002) dalam penelitiannya mengenai
persepsi akuntan pulik, pemakai informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi
terhadap advertasi kantor akuntan publik menunjukkan bahwa akuntan pulik,
pemakai informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi memiliki persepsi
yang positif.
Karena tanggung jawab yang besar, maka merupakan suatu hal yang
penting bagi profesi akuntan yang bekerja disuatu kantor akuntan publik untuk
memiliki independensi dan keahlian yang tinggi (Novianty dan Kusuma,
2001). Wilcox (1952; Novianty dan Kusuma, 2001) menyatakan bahwa
independensi adalah salah satu norma pemeriksaan akuntan yang penting
sebab pendapat akuntan independen diberikan untuk tujuan menambah
kredibilitas laporan keuangan yang pada dasarnya merupakan gambaran
manajemen. Jika akuntan tidak independen terhadap manajemen kliennya,
pendapat yang dia berikan tidak mempunyai arti. Dengan adanya
8

independensi, mereka mampu menarik kesimpulan yang tidak memihak
mengenai laporan keuangan yang mereka audit.
Telah disebutkan sebelumnya independensi akuntan publik mencakup
dua aspek, yaitu: (1) independensi sikap mental (independence in fact); (2)
independensi penampilan (independence in appearance). Independensi sikap
mental sulit diketahui oleh masyarakat, oleh karena itu masyarakat cenderung
untuk menilai independensi penampilan akuntan publik dibandingkan dengan
independensi sikap mental (Anshori dan Kartiningtyas, 1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan
publik menurut Supriyono (1988; Anshori dan Kartiningtyas; 1999), sebagai
berikut.
1. Persaingan antar kantor akuntan publik
Tajamnya persaingan antar kantor akuntan publik kemungkinan
mempunyai pengaruh besar terhadap independensi kantor akuntan
publik karena tiap kantor akuntan publik merasa khawatir akan
kehilangan kliennya. Kantor akuntan publik dihadapkan pada dua
pilihan, yakni kehilangan kliennya karena klien mencari kantor akuntan
lain atau mengeluarkan opini sesuai dengan keinginan klien.
2. Pemberian jasa lainnya selain audit
Aktivitas kantor akuntan publik selain memberikan jasa audit juga
memberikan jasa-jasa lain, misalnya jasa perpajakan, jasa konsultasi
manajemen serta jasa akuntansi dan pembukuan. Pemberian jasa lain ini
memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan
publik akan cenderung memihak kepada kepentingan kliennya.
3. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien
Lamanya penugasan audit digolongkan menjadi dua, yaitu: (1)
lima tahun atau kurang, dan (2) lebih dari lima tahun. Penugasan lebih
dari lima tahun dianggap dapat mempengaruhi independensi akuntan
publik secara negatif karena jangka waktu tersebut dianggap terlalu
lama.

9

4. Audit fee
Audit

fee

yang

jumlahnya

besar

kemungkinan

akan

mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Hal ini
disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu: (1) kantor akuntan yang
melakukan audit merasa tergantung pada klien sehingga cenderung
segan untuk menentang kehendak klien, (2) jika tidak memberikan opini
yang sesuai dengan keinginan klien, kantor akuntan merasa khawatir
akan kehilangan klien mengingat pendapatan yang diterima relatif besar.
5. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila mereka
mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan hubungan usaha
tersebut diantaranya selama periode perjanjian kerja atau saat
menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya memiliki
kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material di
dalam perusahaan yang menjadi kliennya, sebagai trustee atau eksekutor
atau administrator atas satu atau beberapa estate yang memiliki
kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung, memiliki utang
atau piutang pada perusahan yang diauditnya, dan lain sebagainya.
6. Ukuran kantor akuntan publik
Kantor akuntan publik yang lebih besar lebih independen
dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang lebih kecil karena
kantor akuntan publik besar tidak begitu bergantung pada salah satu
klien saja sehingga hilangnya satu klien tidak begitu mempengaruhi
pendapatnya.
Supriyati, N. Ahmar, dan R. Wilopo (2002) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa ada 7 faktor yang mempengaruhi independensi akuntan
publik yaitu: (1) faktor hubungan bisnis, (2) faktor hubungan keluarga dan
pribadi, (3) faktor kecakapan profesioanal, (4) faktor kebebasan, (5)
kenyataan, (6) faktor pengungkapan informasi, (7) faktor kejujuran.

10

1. Faktor Hubungan Bisnis
Faktor hubungan bisnis menggambarkan adanya kepentingan
keuangan yang cukup besar dalam perusahaan yang diaudit. Hubungan
bisnis ini cenderung menimbulkan turunnya independensi akuntan publik
sehingga akuntan publik harus benar-benar bebas dan tidak ada hubungan
dengan klien atau tidak mengiklankan jasanya karena akan mempengaruhi
citra akuntan publik itu sendiri.
2. Faktor Hubungan Keluarga Dan Pribadi
Faktor hubungan keluarga dan pribadi ini menggambarkan
hubungan yang timbul karena keluarga sedarah atau karena perkawinan.
Hubungan ini dapat mengurangi bahkan merusak independensi akuntan
publik dalam menjalankan pemeriksaannya.
3. Faktor Kecakapan Profesional
Akuntan publik diwajibkan untuk memelihara dan meningkatkan
kecakapan profesional agar jasa yang dihasilkan senantiasa relevan dengan
kebutuhan pemakai jasanya. Apabila dalam penugasan lain yang
menyangkut selain bidang akuntansi dan auditing, maka akuntan publik
boleh menggunakan tenaga ahli lain dalam menjalankan pekerjaannya
tetapi hasil pekerjaan ahli tersebut merupakan tanggung jawab akuntan
publik. Karena itu pemilihan dan peningkatan kecakapan profesional dapat
dilakukan melalui program pendidikan profesional berkelanjutan yang
diselenggarakan oleh ikatan akuntan publik.
4. Faktor Kebebasan
Akuntan publik tidak boleh mendapat keterbatasan atas lingkup atau
prosedur yang akan diperiksa karena hal tersebut akan mempengaruhi
asersi yang dibuat. Oleh karena itu ketidakbebasan atau tekanan jelas
mempengaruhi

independensi

akuntan

publik

terhadap

apa

yang

diperiksanya.
5. Kenyataan
Faktor ini menggambarkan tentang perolehan bukti atau fakta
selama pemeriksaan. Apabila akuntan publik mempunyai hubungan
11

dengan klien maka pendapat yang diberikan dikhawatirkan tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada dalam perusahaan itu, sebab dipengaruhi oleh
hubungan antara akuntan publik dengan klien tersebut. Sehingga
dikhawatirkan akuntan publik tidak bersikap independen lagi.
6. Faktor Pengungkapan Informasi
Kewajiban menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam
pelaksanaan tugas profesionalnya ini tidak hanya merupakan kewajiban
akuntan publik namun juga merupakan kewajiban semua staf dan
karyawan yang bekerja di kantor akuntan publik.
7. Faktor Kejujuran.
Hal yang paling dominan dalam dimensi kenyataan menyangkut
objektivitas akuntan publik. Akuntan publik harus bersikap jujur
mempertimbangkan fakta seperti apa adanya dan memberikan pendapat
berdasarkan fakta seperti apa adanya.
Kepercayaan masyarakat umum atas independensi akuntan publik
sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan
masyarakat dapat menurun disebabkan oleh keadaan yang mereka anggap
dapat mempengaruhi sikap independensi. Dalam Kode Etik Akuntan
Indonesia telah ditetapkan agar anggota profesi menjaga dirinya dari
kehilangan persepsi independensi dari masyarakat. Anggapan masyarakat
terhadap independensi akuntan publik merupakan masalah mutu pribadi, oleh
karena itu akuntan publik harus jujur secara intelektual.

H. KERANGKA TEORITIS
Profesi akuntan publik pada dasarnya tumbuh dan berkembang sebagai
akibat adanya perbedaan kepentingan antara manajeman perusahaan dengan
pihak luar perusahaan. Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga
agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat
dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan ingin memperoleh jasa pihak
ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan bahwa laporan
12

keuangan yang disajikan oleh manajeman perusahaan dapat dipercaya sebagai
dasar pengambilan keputusan. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat
mengharapkan penilaian yang tidak memihak terhadap informasi yang
disajikan oleh manajeman perusahaan dalam laporan keuangan. Hal diatas
menjelaskan bahwa ada perbedaan antara profesi akuntan publik dengan
profesi-profesi lain. Profesi seorang dokter dan pengacara misalnya, ia akan
cenderung berpihak kepada kliennya. Berbeda dengan profesi akuntan publik,
ia dituntut untuk bersikap independen baik terhadap klien maupun pihak luar.
Advertensi menjadi bahan perdebatan dan diskusi yang menarik ketika
didunia profesi. Advertensi dipersepsikan dapay menurunkan kualitas jasa
profesi. Namun sebagian jasa profesional berpendapat bahwa advertensi yang
baik justru meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga kualitas jasa profesi
tetap terjaga (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002).
Variabel

independen

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

independensi penampilan akuntan publik, sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini meliputi dua kelompok responden yaitu praktisi dan akademisi.

I. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan untuk penelitian sebagai berikut.
H1

Persaingan antar kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang

H2

signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik.
Pemberian jasa lainnya selain audit mempunyai pengaruh yang

H3

signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik.
Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi

H4

penampilan akuntan publik.
Audit fee mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

H5

independensi penampilan akuntan publik.
Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi

H6

penampilan akuntan publik.
Ukuran kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang

13

H7

signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik.
Advertensi kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang

H8

signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik.
Terdapat perbedaan persepsi antara praktisi dengan akademisi
terhadap

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

independensi

penampilan akuntan publik

J. METODE PENELITIAN
Responden dan Teknik Pengambilan Sampel
Responden penelitian ini meliputi 2 kelompok, yaitu praktisi dan akademisi.
1. Responden Praktisi
Responden praktisi dalam penelitian ini meliputi: perusahaan go publik,
pemerintah dan bank.
a. Perusahaan go public
Responden dalam perusahaan go publik yang dijadikan sampel
adalah manajer keuangan perusahaan go public yang bergerak dalam
bidang manufaktur yang telah terdaftar pada Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surakarta dan D.I.
Yogyakarta.
b. Pemerintah
Responden pemerintah dalam penelitian ini diwakili oleh Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) di wilayah Surakarta dan
D.I. Yogyakarta.
Kartiningtyas

(1994)

menyebutkan

bahwa

berdasarkan

keputusan Menteri Keuangan No.516/KMK.01/1992 tanggal 21 Mei
1992 pasal 397, tugas Karikpa adalah melaksanakan pemeriksaan dan
penyidikan dibidang pajak. Selanjutnya, pada pasal 398 dijelaskan
bahwa untuk menyelenggarakan tugas tersebut karikpa mempunyai
fungsi antara lain sebagai berikut.
i.

penyusun program dan pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan
laporan hasil pemeriksan Wajib Pajak

14

ii. pengumpulan dan penelaahan bukti permulaan serta pelaksanaan
penyidikan terhadap tindak pidana perpajakan.
c. Bank
Bank dalam memberikan kredit berjumlah relatif besar kepada
perusahaan yang baru pertama kali meminjam mempertimbangkan
informasi-informasi yang diperoleh dalam laporan keuangan calon
nasabah yang telah diaudit oleh akuntan publik.
2. Responden Akademisi
Responden ini meliputi para dosen Akuntansi yang ada di wilayah Kota
Surakarta dan D.I. Yogyakarta.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah convinient sampling. Convinient sampling adalah teknik pengambilan
sampel atas responden dengan mempertimbangkan kemudahan responden
untuk ditemui oleh peneliti.
Variabel dan Pengukurannya
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi 7 faktor, yaitu: (1)
persaingan antar kantor akuntan publik, (2) pemberian jasa lainnya selain
audit, (3) lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien,
(4) audit fee, (5) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan
klien, (6) ukuran kantor akuntan publik, (7) advertensi kantor akuntan publik.
Masing-masing faktor diukur menggunakan skala Likert lima poin.
Sumber Data danTeknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam,
sebagai berikut.
a.

Data Primer
Data primer berupa data yang terkumpul melalui kuesioner yang
diisi oleh responden.

b.

Data Sekunder

15

Data sekunder merupakan telaah literatur yang menunjukkan
landasan teoritis berupa artikel-artikel penelitian, skripsi penelitian
sebelumnya dan buku-buku penunjang. Kegiatan ini dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh referensi yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian dan metode pengolahan data yang digunakan.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk
memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan informasi dari responden
yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Sekaran: 2000).
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi sejumlah
pertanyaan yang dikembangkan oleh penulis dengan mengacu pada kuesioner
penelitian sebelumnya tentang independensi akuntan publik. Determinan
faktor ekonomi, faktor jasa lain selain audit, dan faktor audit fee merujuk pada
instrumen yang dipakai oleh Adhi (2003)
Metode Analisis Data
a. Rencana Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas adalah uji yang dilakukan dengan maksud untuk
menilai tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkap data
sesuai dengan masalah yang hendak diungkapnya. Ada kelompok uji
validitas, yaitu (1) validitas isi, (2) validitas konstruk, (3) validitas kriteria.
(Kuncoro: 2003)
Uji reliabilitas adalah uji yang dimaksudkan untuk menentukan
kemampuan suatu instrumen penelitian dalam menghasilkan ukuran suatu
gejala yang hasilnya selalu tetap, sama dan konsisten
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diuji validitas
dan reliabilitas nya terlebih dahulu sebelum memasuki proses analisis.
Penulis menggunakan construct validity dalam menguji validitas
instrumen penelitian ini, yaitu metode Product Moment dari Pearson. Data
dinyatakan valid bila r

hitung

> r

tabel

. Reliablitas pada penelitian ini diuji
16

dengan teknik Hoyt. Data dinyatakan reliabel bila untuk masing masing
variabel r total > r tabel.
b. Uji Normalitas
Kenormalan data diperlukan untuk langkah-langkah uji statistik
berikutnya. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogrov-Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahuai
apakah nilai sampel yang diamati sesuai dengan distribusi tertentu.
Kriteria pengujian yang dilakukan adalah pengujian dua arah (two-tailed
test) yaitu dengan membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf
signifikansi yang telah ditentukan, apabila p lebih besar dari taraf
signifikansi

yang

ditentukan

berarti

data

terdistribusi

normal.

Penghitungan dan pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan
bantuan program komputer SPSS.
c. Uji Hipotesis
Peneliti menguji hipotesis satu, dua, tiga, empat, lima, enam, dan
tujuh dengan menggunakan chi-square test. Sedangkan untuk hipotesis
kedelapan diuji dengan independent sample t-test.

K. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan
1 2
Penyusunan proposal V
Pencarian data
V
Pengolahan data
Penyusunan laporan

3

BULAN
4 5 6 7

8

9

10

V

V

V

V V
V V V V

17

L. PERSONALIA PENELITIAN
Peneliti
Nama

: Sulardi, SE, MSi, Ak

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pangkat/ Golongan

: Penata muda tk I (III b)

NIP

: 132 282 190

Fakultas/Jurusan

: Ekonomi/Akuntansi

Perguruan tinggi

: Universitas Sebelas maret Surakarta

Bidang keahlian

: Akuntansi manajemen

Waktu untuk penelitian ini

: 10 jam/ minggu

Tenaga Laboran

:
1. Nani Amani
2. Herry Sabda Muswanto
3. Harry Wibawa

M. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Honorarium
Ketua Peneliti dan tenaga laboran
Jumlah

Rp

2.800.000,00

Bahan dan peralatan penelitian

Rp

4.700.000,00

Penyusunan desain

Rp

900.000,00

Pengolahan data

Rp

800.000,00

Kertas dan disket

Rp

600.000,00

Surat menyurat

Rp

1.300.000,00

dan pengkopian

Rp

400.000,00

Tinta Canon

Rp

520.000,00

Biaya penulisan

Rp

180.000,00

Biaya perjalanan

Jumlah

Rp 7.500.000,00

18

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26