Gambaran persepsi komunikasi interpersonal dokter-pasien menurut sudut pandang akademisi dokter umum dan dokter spesialis

(1)

AKADEMISI DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS

DI FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Novia Putri Rahmawati

NIM 111203000089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 Oktober 2015

Materai Rp 6000 Novia Putri Rahmawati


(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW karena dengan rahmat dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul

“Gambaran Persepsi Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien Menurut Sudut Pandang Akademisi Dokter Umum dan Dokter Spesialis”

Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. DR. (HC) Dr. MK Tajuddin, Sp. And dan Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes. selaku Dekan lama dan baru Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keseharatan UIN Jakarta,

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp. GK dan dr. Achmad Zaki, M.Epid selaku Ketua lama dan baru Program Studi Pendidikan Dokter beserta segenap dosen pendidikan dokter yang selalu membimbing dan memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012.

4. dr. Fika Ekayanti, Dipl.FM, M.Med.Ed & dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes selaku pembimbing penelitian saya, walaupun dengan kesibukan yang padat, masih selalu bersedia memberikan bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya. 5. Kementerian Agama RI yang telah memberikan saya kesempatan untuk

menempuh pendidikan kedokteran melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

vi

6. Kedua orang tua saya tercinta, Drs. H. Su’udi, M.Pd.I dan Dra. Hj. Arini, M.Pd.I, kakak laki-laki saya (M. Arif Al Hakim) dan ke-tiga adik saya (Farah Farida, M. Zulfikar, M. Yusuf Mukafi), serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan kasih sayang, doa, inspirasi, dan semangat, sehingga memotivasi dan menguatkan saya dalam penelitian ini.

7. Seluruh dosen yang ditengah kesibukan masing-masing bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian saya.

8. Mbak Pipit sebagai Administrasi Program Studi Pendidikan Dokter yang telah memberikan bantuan dalam memberikan data staff pengajar dalam penelitian ini.

9. Teman seperjuangan penelitian, Widiya Wati Rusli, Azwar Lazuardi, yang telah menyemangati, membantu, dan berjuang bersama dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Teman- teman satu rumah “Sweet Home”, keluarga CSS MoRA, PSPD BRAIN 2012, serta ISMKI #SabangMerauke terkhusus ICT untuk dukungan dan semangatnya serta waktu yang telah dilalui bersama selama masa pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan saya terima demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik. Saya berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga segala bentuk dukungan dan bantuan yang diberikan dalam penelitian ini akan mendapat balasan, barokah dan ridho dari Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 16 Oktober 2015 Penulis


(7)

vii ABSTRAK

Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Dokter sebagai akademisi berperan dalam pembentukan karakter calon dokter selama proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran persepsi keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel total sampling dan didapatkan sebanyak 47 responden. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner selama April-Juli 2015. Gambaran persepsi keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien yang ideal dijelaskan dalam 11 poin sebagai berikut: seluruh responden menyatakan dokter harus mampu menjelaskan pengobatan yang harus dijalani pasien dengan gamblang, memperhatikan pasien saat pasien berbicara, dan memberi penjelasan yang lengkap tentang penyakit pasien, serta terdapat pendapat yang berbeda tentang dokter yang ideal pada 8 poin lainnya. Belum banyak penelitian yang menilai tentang keterampilan interpersonal dokter-pasien menurut akademisi berdasarkan tingkat pendidikan kedokteran, diharapkan penelitian ini menjadi langkah dasar untuk dilakukan analisa lebih lanjut.

Kata Kunci: Keterampilan interpersonal, komunikasi dokter-pasien, dokter akademisi.

ABSTRACT

Interpersonal skills in doctor-patient communication is an important factor that can affect the success of treatment. Doctors as academics play a role in building character of medical students throughout their learning period. This study aimed to look at the picture of the perception of interpersonal skills in doctor-patient communication by academic general practitioners and specialists. Descriptive method with total sampling technique was used and as many as 47 respondents were obtained. Data were collected using questionnaires submitted from April to July 2015. The picture of perception of interpersonal skills in ideal doctor-patient communication was described in 11 points as follows: all respondents expressed a doctor should be able to explain the treatment given to the patients clearly, to pay attention to the patients while talking and also to give complete explanations of the patients’ diseases. There were different opinions about the ideal physician in 8 other points. There were not many studies assessing the interpersonal skills of doctor-patient communication according to academics based on doctor education level. This study is expected to be the basis for further analysis.


(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... ... ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian... ... 5

1.4.1 Bagi Peneliti ... 5

1.4.2 Bagi Instansi Terkait ... 5

1.4.3 Bagi Penyedia Pelayanan Kesehatan ... 5

1.4.4 Bagi Peneliti Lain ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Interpersonal ... 7

2.1.1 Definisi ... 7

2.1.2 Komponen Keterampilan Interpersonal ... 7

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal ... 10

2.1.4 Pentingnya Keterampilan Interpersonal ... 11

2.1.5 Cara Meningkatkan Keterampilan Interpersonal ... 12

2.2 Komunikasi Dokter-Pasien ... 12

2.2.1 Definisi ... 12

2.2.2 Elemen Proses Komunikasi ... 13

2.2.3 Struktur Proses Komunikasi Dokter-Pasien ... 15

2.2.4 Lama Waktu Komunikasi ... 16

2.2.5 Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien ... 16

2.2.6 Cara Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien ... 17

2.2.7 Harapan Pasien dalam Komunikasi Dokter-Pasien ... 20

2.3 Profesi Kedokteran ... 20

2.3.1 Definisi Dokter Umum dan Dokter Spesialis ... 20

2.3.2 Definisi Dokter Akademisi ... 21

2.4 Hubungan Tingkat Profesi Kedokteran dengan Keterampilan Interpersonal ... 21

2.5. Komunikasi dalam Perspektif Islam ... 22


(9)

ix

2.7. Kerangka Konsep ... 27

2.8. Definisi Operasional... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 29

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

3.3.1 Populasi ... 30

3.3.2 Jumlah Sampel ... 30

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 30

3.3.4 Kriteria Sampel ... 30

3.3.4.1 Kriteria Inklusi ... 30

3.3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 30

3.3.4.3 Drop Out ... 30

3.4 Langkah Kerja Penelitian ... 31

3.5 Manajemen Data ... 31

3.5.1 Variabel Penelitian ... 31

3.5.2 Instrumen Penelitian ... 32

3.5.3 Pengumpulan Data ... 32

3.5.4 Pengolahan dan Penyajian Data ... 32

3.5.5 Analisis Data ... 32

3.6 Etika Penelitian ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

4.1.2 Uji Validitas ... 34

4.1.3 Data Hasil Penelitian ... 35

4.1.3.1 Distribusi Responden Penelitian ... 35

4.1.3.2 Gambaran Persepsi Keterampilan Interpersonal dalam Komunikasi Dokter-Pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis ... 36

4.1.3.3 Lama Waktu Ideal Dokter Memeriksa Pasien ...41

4.1.3.4 Sikap dan Perilaku Ideal Seorang Dokter ... 42

4.2 Pembahasan ... 43

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... ... ... ... ... ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal ... 8

Tabel 2.9.1. Definisi Operasional ... 28

Tabel 3.2. Waktu Penelitian ... 30

Tabel 3.3. Langkah Kerja Penelitian ... 32

Tabel 4.1. Responden Penelitian ... 36

Tabel 4.2. Distribusi Responden ... 37

Tabel 4.3. Gambaran Persepsi Dokter terhadap kemampuan dokter menjelaskan pengobatan yang harus dijalani pasien dengan gamblang ... 37

Tabel 4.4. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang telah dilakukan pasien ... 38

Tabel 4.5. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter terlihat tenang selama pemeriksaan dan menenangkan pasien ... 38

Tabel 4.6. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk memperhatikan pasien saat pasien bicara ... 39

Tabel 4.7. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menjelaskan diagnosis dengan suara tegas ... 39

Tabel 4.8. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk menanyakan daerah tempat tinggal pasien ... 39

Tabel 4.9. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam mengingat nama pasien dengan baik ... 40

Tabel 4.10. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam memberi penjelasan yang lengkap tentang penyakit pasien ... 40

Tabel 4.11. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menyapa pasien dengan memanggil nama pasien ... 41

Tabel 4.12. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal sampai tuntas ... 41 Tabel 4.13. Gambaran persepsi dokter terhadap usaha dokter


(11)

xi


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Penampilan Interpersonal ... 11

Gambar 2.2. Model Proses Komunikasi ... 14

Gambar 2.3. Tahap Komunikasi Dokter-Pasien ... 16

Gambar 4.1. Gambaran lama waktu ideal dokter memeriksa pasien ... 42


(13)

xiii

DAFTAR SINGKATAN FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan GP : General Practitioner

ICU : Intensive Care Unit IDI : Ikatan Dokter Indonesia

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia KI : Keterampilan Interpersonal KKI : Konsil Kedokteran Indonesia

MKDKI : Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia PSPD : Program Studi Pendidikan Dokter

RS : Rumah Sakit

UU : Undang-Undang


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang terjadi antara dokter dengan pasien selama proses pemeriksaan atau pengobatan. Komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap dokter, karena kompetensi ini dapat menentukan keberhasilan penyelesaian masalah kesehatan pasien. Hingga saat ini, dapat dikatakan bahwa para dokter masih mengabaikan kompetensi komunikasi dokter-pasien, baik dalam proses pendidikan maupun praktik kedokteran.1

Keterampilan dalam komunikasi dokter-pasien yang baik akan membantu dokter dalam mengumpulkan informasi tentang keluhan pasien sehingga dapat menghasilkan diagnosis yang akurat dan dapat memberikan terapi yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Komunikasi dokter-pasien adalah hal yang penting dalam proses pelayanan kesehatan. Tanpa keterampilan komunikasi yang baik pelayanan kesehatan akan mengalami banyak hambatan. Tidak hanya bermanfaat bagi dokter, pasien juga akan mendapatkan keuntungan dengan adanya komunikasi dokter-pasien yang baik, yaitu mendapatkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga hasilnya memuaskan dan dapat membantu proses penyembuhan.2,3

Komunikasi dokter-pasien menjadi penting untuk diperhatikan dalam pelayanan kesehatan, karena dalam perjalanan proses komunikasi banyak faktor yang mempengaruhi serta penilaian keberhasian bergantung dari sudut pandang orang yang menilai proses komunikasi tersebut. Berdasarkan survey yang dilakukan, Tongue et al (2010) telah melaporkan hasil surveinya yaitu sebanyak 75% dokter bedah menyatakan yakin bahwa pasien mereka telah merasa puas terhadap komunikasi dokter-pasien yang dilakukan, akan tetapi ketika ditanyakan kepada pasien tentang konsultasi tersebut hanya 21% dari total pasien yang merasa puas terhadap komunikasi bersama dokternya. Selama ini sebagian besar penelitian berfokus pada sudut pandang pasien dalam menilai hubungan komunikasi pasien. Idealnya komunikasi


(15)

dokter-pasien dinilai berdasarkan hasil integrasi berbagai sudut pandang agar mendapatkan titik temu komunikasi yang seusai dengan harapan pelaku utamanya yakni dokter dan juga pasien.2

Di Indonesia, istilah malpraktik dokter semakin ramai diperbincangkan masyarakat. Karakter kurang komunikatif disinyalir menjadi penyebab terbanyak munculnya laporan terhadap Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Sejak tahun 2006 hingga awal Januari 2014 menurut Dr. Sabir Alwy, SH, MH (Wakil Ketua MKDKI) terdapat 248 kasus pengaduan profesional medis dengan jumlah tertinggi yang diadukan adalah 83 orang dokter umum (GP). Hal ini membuktikan tingginya angka ketidakpuasan pasien dalam pelayanan kesehatan.4

Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien kini semakin mendapatkan perhatian dalam proses berlangsungnya pendidikan kedokteran. Seperti yang telah jelaskan oleh WHO, profil ideal seorang dokter adalah memenuhi karakter karakter minimal “Five Stars Doctor” yang salah satu poinnya adalah dokter merupakan seorang komunikator yang baik. Disinilah peran keterampilan komunikasi dokter-pasien harus dikembangkan, karena harapan setiap pasien tidaklah sama. Profesionalisme dokter kini menjadi sorotan masyarakat, oleh karena itu praktik profesionalitas seorang dokter harus ditingkatkan dengan cara mengasah keterampilan interpersonal baik bidang komunikasi, kepemimpinan, mengajar, maupun manajemen diri.5

Di dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), dijelaskan bahwa area kompetensi seorang dokter dibangun oleh 7 pondasi, salah satunya komunikasi efektif. Tujuan dari kompetensi ini adalah semua lulusan dokter yang telah menyelesaikan program pendidikan kedokteran mampu berkomunikasi dengan pasien, keluarga, mitra kerja dan juga masyarakat dengan baik.6

Dengan komunikasi dokter-pasien yang baik, diharapkan para dokter dapat mengarahkan emosi pasien, memberikan informasi medis yang komprehensif, sehingga pasien benar-benar mengerti akan hal yang terjadi pada dirinya. Dokter juga dapat mengidentifikasi secara lebih baik tentang hal yang dibutuhkan pasien, persepsi pasien, serta harapan pasien. Diagnosis dan


(16)

penatalaksanaan yang tepat atas masalah yang dikeluhkan pasien, serta nasihat tambahan dokter yang sesuai dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi pasien. Kepuasan pasien tersebut pada akhirnya akan memberikan hasil positif terhadap tercapainya kesembuhan.2

Dalam dunia pendidikan, keberhasilan suatu hasil akhir bergantung pada proses yang dilakukan didalamnya. Dosen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan tenaga pengajar pada Perguruan Tinggi. Menurut UU No.20 Tahun 2003, Pasal 39 (2), tugas pengajar dalam proses pendidikan adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dokter yang menjadi akademisi atau disebut dosen pengajar mengambil peranan penting dalam keberhasilan proses pembentukan keterampilan interpersonal para mahasiswa calon dokter tersebut.7

Berdasarkan pentingnya komunikasi dokter-pasien dan masih rendahnya angka kepuasan pasien terhadap kemampuan komunikasi dokter, serta belum banyak penelitian yang menilai keberhasilan komunikasi dokter-pasien dari sudut pandang dokter sebagai tenaga pendidik. Kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang komunikasi dokter-pasien berdasarkan sudut pandang dokter akademisi, kami juga akan melihat perspektif pandangan dokter seorang akademisi berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu dokter umum maupun dokter spesialis. Penelitian ini kami harapkan menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas komunikasi dokter-pasien yang dimiliki oleh dokter di Indonesia secara umum, sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien dan tujuan akhirnya dapat meningkatkan angka kesehatan masyarakat Indonesia.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran persepsi keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan akademisi dokter spesialis di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menjelaskan pengobatan yang harus dilakukan pasien dengan gamblang 2. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk

mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang telah dilakukan pasien sebelumnya

3. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk terlihat tenang selama pemeriksaan

4. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk memperhatikan saat pasien berbicara

5. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menjelaskan diagnosis dengan suara tegas

6. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menyakan daerah tempat tinggal pasien

7. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk mengingat nama pasien dengan baik

8. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menjelaskan penyakit pasien dengan lengkap

9. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menyapa pasien dengan memanggil nama pasien


(18)

10. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal sampai tuntas

11. Mengetahui gambaran persepsi keterampilan interpersonal dokter untuk menyembunyikan diagnosis penyakit pasien

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti tentang keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien berdasarkan teori komunikasi dan implementasi berdasarkan sudut pandang akademisi dokter umum dan dokter spesialis

2. Untuk menjadi bahan acuan bagi peneliti dalam melaksanakan keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien di masa yang akan datang

3. Untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam pembuatan karya tulis ilmiah

1.4.2. Bagi Instansi Terkait

Memberikan informasi tentang gambaran persepsi keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien yang ideal berdasarkan sudut pandang akademisi dokter umum dan dokter spesialis

1.4.3. Bagi Penyedia Pelayanan Kesehatan

1. Memberikan gambaran keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien yang efektif berdasarkan sudut pandang akademisi dokter umum dan dokter spesialis

2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan oleh dokter melalui komunikasi yang ideal

1.4.4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya dalam hal keterampilan interpersonal dalam


(19)

komunikasi dokter-pasien untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan masyarakat Indonesia


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keterampilan Interpersonal

2.1.1. Definisi

Keterampilan interpersonal adalah keterampilan dasar yang terlibat dalam berhubungan antara satu orang dengan yang lainnya. Keterampilan interpersonal menjadi hal penting dalam berhubungan dengan orang lain karena mencakup cara berkomunikasi, bersosialisasi, bekerjasama, yang cenderung peka terhadap nilai kebudayaan dan keberagaman sikap individu. Sebagian besar orang berasumsi bahwa keterampilan interpersonal merupakan kebiasaan yang telah dilakukan sehari-hari, sehingga banyak orang merasa sudah mempunyai kemampuan keterampilan interpersonal yang baik, bahkan sebagian orang menganggapnya remeh.8,9

Keterampilan interpersonal sama seperti kemampuan (skill) yang lainnya, sehingga memerlukan usaha untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki setiap individu. Keberhasilan keterampilan interpersonal bergantung pada penanaman nilai dan pengulangan atau repetisi secara berulang-ulang sehingga terbentuk keterampilan interpersonal dalam pikiran dan perilakumanusia.8 2.1.2. Komponen Keterampilan Interpersonal

Adapun komponen penting agar terwujud keterampilan interpersonal antara lain:10

1. Rasa hormat, dalam arti memperlakukan seseorang seperti dirinya ingin diperlakukan oleh orang lain

2. Memberi perhatian, dalam arti memperhatikan setiap apa yang dikatakan pasien baik secara verbal maupun non-verbal

3. Fokus, dalam arti dokter tidak berfikir atau melakukan hal lain yang tidak berkaitan dengan masalah pasien sehingga membuat pasien merasa tidak diperhatikan


(21)

4. Empati, dalam arti dokter tidak hanya berfokus kesembuhan pasien, namun dokter juga peduli terhadap kekhawatiran, perasaan, dan perspektif pasien

5. Fleksibel, dokter mampu menyesuaikan hubungan interpersonal sesuai keadaan yang dihadapi.

Secara umum keterampilan interpersonal terbagi menjadi keterampilan komunikasi dan keterampilan membangun hubungan. Berbagai bentuk keterampilan yang termasuk didalamnya dijelaskan pada tabel berikut: 9,11

Tabel 2.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal Keterampilan

Interpersonal Deskripsi Keterampilan Terkait Keterampilan Komunikasi

Mendengar aktif

Menaruh perhatian penuh pada apa yang dikatakan, menanyakan pihak lain untuk menjelaskan lebih tepat tentang apa yang ia katakan, dan memohon kata-kata atau ide yang ambigu untuk diulang

Mendengar dengan empati dan simpati; mendengar untuk pemahaman

Komunikasi lisan

Mengirim pesan verbal secara konstruktif

Mengabarkan;

mengekspresikan diri anda dengan gamblang; mengkomunikasikan emosi; komunikasi interpersonal

Komunikasi tertulis

Menulis dengan jelas dan tepat Kejelasan;

mengkomunikasikan arti yang dimaksudkan Komunikasi

tegas

Secara langsung mengekspresikan perasaan, pilihan, kebutuhan dan opini seseorang dengan cara yang tidak mengancam tidak juga menghukum orang lain

Mengemukakan ide; ketegasan sosial; mempertahankan hak; perintah; menyatakan kebutuhan anda

Komunikasi nonverbal

Menguatkan atau menggantikan komunikasi wicara melalui penggunaan bahasa tubuh, isyarat, suara, atau benda-benda

Ekspresi perasaan; persepsi/pengakuan perasaan; ekspresi wajah

Membangun Hubungan


(22)

dan koordinasi

orang lain dalam grup atau timl termasuk menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan dan mengerjakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tim

berbagi bersama situasional; pelaksanaan pengawasan dan umpan balik; hubungan interpersonal;

komunikasi; membuat keputusan;

keterpaduan;

penyelesaian masalah dalam grup; menjadi pelaku dalam tim

Kepercayaan

Keyakinan atau kepercayaan individu pada integritas atau hal yang dapat dipercaya dari seseorang atau sesuatu; kemauan sebuah pihak untuk menjadi lemah pada aksi dari pihak lain sesuai dengan ekspektasi bahwa beberapa aksi penting tertentu akan dilakukan

Kesadaran diri; penyingkapan diri; tangkas

Kepekaan antar-budaya

Menghargai perbedaan individu diantara orang-orang

Penerimaan;

keterbukaan terhadap ide-ide baru; kepekaan kepada orang lain; relasi lintas budaya

Orientasi pelayanan

Sebuah perangkat kecendrungan individu dasar dan kecondongan untuk menyediakan pelayanan, menjadi sopan dan penolong dalam berhadapan dengan pelanggan, klien, dan rekan

Melampaui ekspektasi pelanggan;

keterampilan kepuasan pelanggan; kemampuan untuk menjaga hubungan baik dengan klien; penjualan; membangun hubungan; mewakili organisasi kepada pelanggan dan publik

Presentasi diri

Proses dimana seorang individu mencoba mempengaruhi reaksi dan gambaran yang orang miliki tentang mereka dan ide-ide mereka; mengelola kesan-kesan agar mencakup range yang luas dari perilaku yang dapat membentuk pengaruh positif kepada rekan kerja

Ekspresi diri; pengelolaan kesan; pengelolaan persepsi; promosi diri

Pengaruh sosial

Memandu orang-orang ke arah adopsi perilaku, kepercayaan dan sikap yang spesifik;

Etika bisnis; pemberian alasan; keramahan; pembangunan koalisi;


(23)

mempengaruhi distribusi keuntungan dan kerugian pada organisasi melalui sebuah aksi

tawar-menawar;

permohonan otoritas yang lebih tinggi; mengesankan

persetujuan; relasi; persuasi, keterampilan politik yang positif

Resolusi dan negosiasi konflik

Mengadvokasi sebuah posisi dengan pikiran terbuka, tidak memasukkan pertentangan dengan anggota lain ke dalam urusan pribadi, menempatkan diri pada posisi orang lain, mengikuti argument rasional dan mencegah evaluasi yang terlalu dini, dan mencoba mempersatukan ide-ide terbaik dari seluruh pandangan dan perspektif

Gaya mengatasi konflik; pengelolaan konflik; pencegahan konflik; berkompromi; penyelesaian masalah; penawaran integratif; negosiasi berprinsip; negosiasi kultural; mediasi

Dengan demikian keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang berperan penting dalam membentuk keterampilan interpersonal yang baik. Namun menurut Steward, keterampilan komunikasi saja belum cukup untuk membentuk keterampilan interpersonal yang baik, diperlukan juga keterampilan membangun hubungan agar dokter dapat mempertahankan hubungan terapeutik dengan pasien.10

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal

Berbagai model keterampilan interpersonal yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan dapat memberi gambaran berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas keterampilan interpersonal seseorang. Faktor tersebut saling berinteraksi dalam mencapai keberhasilan keterampilan interpersonal seseorang, seperti karakteristik individu, pengalaman hidup yang dialami sebelumnya, dan karakteristik situasi yang dihadapi sehingga hasil kualitas keterampilan interpersonal dapat dilihat dari penilaian hasil dalam individu, grup/tim, dan organisasi.9

Secara garis besar faktor yang mempengaruhi, komponen, dan hasil dari keterampilan interpersonal dapat dilihat dalam bagan berikut: 9,11


(24)

Gambar 2.1. Model Penampilan Keterampilan Interpersonal 9,11 2.1.4. Pentingnya Keterampilan Interpersonal

Manusia merupakan makhluk sosial yang mutlak membutuhkan interaksi dengan orang lain dan tidak bisa bertahan hidup tanpa bantuan dari orang lain. Dengan kebutuhan tersebut ketrampilan interpersonal sangat dibutuhkan dalam menjalin hubungan yang baik terhadap individu yang lain baik dalam hubungan personal maupun berkelompok atau organisasi.12

Sebagai seorang dokter yang akan berhadapan dengan pasien dalam proses terapeutik, keterampilan interpersonal yang baik dan efektif mempunyai peran penting dalam tercapainya keberhasilan proses tersebut. Bagi seorang

Pengalaman hidup sebelumnya

Perbedaan Individu -Kecerdasan Emosional dan

kecerdasan lainnya -„5 Besar‟ Ciri Kepribadian -Orientasi tim/kolektif

Karakteristik Situasional - Pengaturan lingkungan - Peran

- Tuntutan tugas - Norma dan aturan - Tujuan, rencana (agenda) - Motivasi

Persepsi &

Proses Penyaringan Kognitif

Eksekusi Keterampilan Interpersonal - KI Komunikasi

- KI Membangun-hubungan

Hasil individu - Motivasi - Kepuasan

- Penampila

Hasil grup/tim -Penampilan tim -Pemahaman

berbagi

Hasil organisasi -Produktivitas -Penjualan -Kepuasan


(25)

dokter dengan mempunyai keterampilan interpersonal yang baik, mempunyai beberapa manfaat seperti: 5

1. Mengurangi ligitasi (perselisihan hukum di pengadilan)

2. Menciptakan lingkungan yang ramah bagi pasien dan karyawan 3. Meningkatkan produktivitas karyawan

4. Manajemen waktu dengan efektif

5. Meningkatkan kualitas perawatan pasien

6. Mengembangkan reputasi yang baik bagi lembaga ataupun RS

7. Meningkatkan kualitas karyawan, sebagai pelatihan atau teladan bagi karyawan lama maupun baru.

2.1.5. Cara Meningkatkan Keterampilan Interpersonal

Langkah dalam meningkatkan keterampilan interpersonal seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara, sama halnya dengan keterampilan lain yang dapat dikembangkan. Berikut langkah-langkah yang dapat diadaptasi untuk meningkatkan keterampilan interpersonal: 5

a. Memasukkan keterampilan interpersonal dalam kurikulum lembaga penyelenggara pendidikan kedokteran

b. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam beberapa hal berikut: penilaian memasuki pendidikan spesialis maupun pendidikan pasca sarjana bidang kedokteran, penilaian tahunan dokter yang sedang mengikuti pelatihan, revalidasi penilaian oleh dokter senior

c. Mengajarkan keterampilan interpersonal melalui kursus dan workshop dalam pendidikan kedokteran.

2.2. Komunikasi Dokter-Pasien 2.2.1. Definisi

Komunikasi adalah proses bertukar informasi baik yang dapat disampaikan dalam bentuk kata, intonasi, maupun bahasa tubuh seseorang. Keberhasilan komunikasi dapat dipengaruhi oleh pemilihan kata (7%), intonasi (55%), dan bahasa tubuh (38%). Oleh karena itu ketiga komponen diatas harus


(26)

diperhatikan dalam proses komunikasi agar hasil yang diharapkan dari komunikasi tersebut dapat tercapai dengan baik.13

Komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/ pengobatan/ perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Komunikasi dokter-pasien yang efektif merupakan pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif dan berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga bersama-sama dokter dapat mencari alternatif untuk mengatasi permasalahan pasien tersebut.1

2.2.2. Elemen Proses Komunikasi

Model proses komunikasi yang telah dijelaskan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (2006) terdiri dari berbagai elemen antara lain sumber informasi, pesan yang disampaikan, penerima pesan, media, serta umpan balik pada proses berjalannya komunikasi, yang secara rinci dapat dlihat pada tabel berikut: 1,6


(27)

Adapun penjelasan dari model proses komunikasi di atas sebagai berikut:1

a. Sumber

Sumber disebut juga pengirim pesan adalah seseorang yang mengirim informasi kepada orang yang dituju atau penerima pesan. Sumber bertanggungjawab dalam menerjemahkan pemikiran dan ide menjadi pesan yang akan disampaikan.

b. Pesan

Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh sumber kepada penerima pesan. Pesan dapat berupa informasi verbal, non-verbal, tulisan ataupun kombinasi dari ketiganya.

c. Penerima

Penerima pesan adalah orang yang menerima informasi dari sumber. Penerima bertanggungjawab dalam menginterpretasikan pesan yang diterima sesuai dengan batasan pengertian yang dimilikinya.

d. Media

Media merupakan sarana penyalur informasi/pesan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. Media yang dapat digunakan berupa media cetak maupun elektronik.

e. Feedback

Feedback merupakan respon dari penerima pesan kepada sumber, hal ini penting dilakukan untuk mengklarifikasi dan memastikan bahwa informasi yang dipahami oleh penerima pesan sesuai dengan harapan sumber.

f. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Lingkungan dapat mendukung terwujudnya tujuan komunikasi ataupun sebaliknya menghambat proses tersebut.

Setiap elemen dalam komunikasi mempunyai peranan dalam berjalannya proses komunikasi, sehingga apabila terdapat gangguan ataupun kesalahan pada salah satu elemen dapat menghambat tercapainya tujuan dan efektivitas dari komunikasi yang diharapkan.1


(28)

2.2.3. Struktur Proses Komunikasi Dokter-Pasien

Dalam proses komunikasi dokter-pasien terdapat struktur komunikasi yang terdiri dari tiga hal yang harus berjalan secara paralel, yaitu menjalin hubungan, proses wawancara, dan struktur wawancara, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar berikut: 14

Gambar 2.3. Tahap Komunikasi Dokter-Pasien.11,14

Dari gambar tahapan komunikasi dokter-pasien tersebut dapat dilihat bahwa tahapan wawancara dokter-pasien meliputi: 14

1. Memulai wawancara, 2. Mengumpulkan informasi, 3. Penjelasan dan perencanaan, 4. Menutup wawancara.


(29)

Setiap tahapan tersebut diikuti dengan menjalin hubungan dan menstruktur/menyusun wawancara dengan pasien.

2.2.4. Lama Waktu Komunikasi Dokter-Pasien

Untuk melakukan komunikasi dokter-pasien yang baik dan benar seorang dokter mempunyai cara yang berbeda-beda sehingga waktu yang dibutuhkan melakukan wawancara dengan pasien juga berbeda serta pemeriksaan yang dilakukan akan disesuaikan dengan kebutuhan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah merumuskan bahwa waktu yang moderat untuk bertatap muka antara 8-15 menit atau sekitar 4 pasien dalam satu jam.15

2.2.5. Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien

Komunikasi dokter-pasien merupakan suatu bentuk komunikasi yang kompleks mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan pasien. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa tingkat keterampilan interpersonal dalam komunikasi yang baik mempunyai hasil yang signifikan dalam upaya kesembuhan pasien. Adapun komunikasi dokter-pasien yang baik mempunyai manfaat tidak hanya untuk dokter tetapi juga untuk pasien itu sendiri. Manfaat tersebut antara lain: 3

1. Mendapatkan diagnosis yang lebih akurat dan komprehensif 2. Menimbulkan kenyamanan dan kepuasan pasien

3. Menurunkan kecemasan pasien

4. Meningkatkan indeks kesehatan dan tingkat pemulihan

5. Menurunkan perselisihan dan sengketa antara dokter dan pasien maupun keluarganya

6. Meningkatkan angka kepatuhan pasien 7. Menurunkan risiko malpraktik.

Sebaliknya, jika komunikasi dokter-pasien tidak berjalan dengan baik, akan memberikan beberapa dampak negatif yaitu: 3

1. Tingkat kepatuhan pasien menurun

2. Pasien menolak menjalani perawatan yang diperlukan 3. Tingkat kesembuhan pasien rendah


(30)

4. Gangguan psikologis pasien karena tidak nyaman 5. Meningkatkan kejadian ligitasi.

Praktik dari keterampilan komunikasi interpersonal yang baik akan membangun hubungan menjadi berarti dan membuat pasien percaya terhadap dokter, hubungan yang baik antara kedua pihak tersebut akan memberikan manfaat baik bagi dokter maupun untuk memperoleh kepuasan atau kesembuhan pasien. Selain bermanfaat langsung dalam praktik dokter sehari-hari, komunikasi yang baik juga dapat menghindarkan dari konflik emosional. Komunikasi yang baik juga dapat memberikan dampak positif bagi sisi psikologis pasien, yaitu kesehatan mental, sehingga menjadi lebih sehat dan meningkatkan kualitas hidupnya.16

2.2.6. Cara Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien

Berdasarkan review artikel yang dilakukan sebelumnya tentang keterampilan komunikasi dokter-pasien, menyarankan untuk memasukkan pelatihan formal tentang keterampilan komunikasi pada kurikulum pendidikan kedokteran dan mengadakan pelatihan berkala untuk dokter. Karena keterampilan komunikasi bisa didapatkan dengan cara mempelajarinya dan mempraktikannya secara terus menerus. Point penting untuk meningkatkan keterampilan interpersonal adalah sebagai berikut: 16

1. Mengetahui hambatan dalam komunikasi yang baik 2. Belajar mendengarkan pasien dengan sabar

3. Mengetahui cara dalam memulai interview pasien 4. Mengarahkan interview medis dengan pasien 5. Berkomunikasi dengan keluarga pasien 6. Berkomunikasi dengan kolega paramedis 7. Mengatur pertemuan yang sulit dilakukan

Hambatan paling banyak yang ditemukan sekarang adalah faktor kurangnya pengetahuan dan pelatihan tentang keterampilan komunikasi pada pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya. Komunikasi non-verbal juga sering diabaikan oleh dokter, padahal bagian ini menjadi penting untuk mempengaruhi kepuasan pasien yang merasa diperhatikan selama


(31)

berkonsultasi. Kendala bahasa juga menjadi hambatan terciptanya komunikasi yang bagus, oleh karena itu sebaiknya jika terdapat perbendaharaan kata keluhan pasien yang kurang dimengerti oleh dokter maka dilakukan klarifikasi arti dan maksud kepada pasien.16

Faktor lain dalam keterampilan komunikasi adalah kemampuan mendengar dengan baik. Meningkatkan kemampuan mendengarkan pasien dapat dilakukan dengan cara: membuat pasien yang datang merasa nyaman, dokter menunjukkan bahasa tubuh yang terlihat tertarik dengan apa yang dibicarakan pasien, menunjukkan bahwa dokter mengerti akan masalah pasien seperti menepuk bahu dan mengangguk, tidak menginterupsi pasien saat berbicara, dan menanyakan apakah pasien ingin bertanya kembali. Karena selama ini banyak pasien yang merasa tidak puas dengan konsultasinya bersama dokter, karena dokter dianggap kurang mengerti permasalahannya.16,17 Langkah untuk memulai sebuah interview yang formal kunci utamanya adalah membuat pasien merasa nyaman. Beberapa poin atau langkah yang bisa digunakan untuk membuat pasien merasa nyaman dengan cara: menghargai kenyamanan dan menjaga rahasia pasien, awali percakapan dengan menyapa pasien terlebih dahulu, dokter sebaiknya telah mempersiapkan diri dan mengetahui nama pasien, menjaga kontak mata, dan membuat pasien merasa lebih mudah dan ringan. Kesan pertama yang dokter tunjukkan merupakan bagian yang sangat penting untuk mendapatkan hasil yang baik.16,18

Pada saat melakukan interview dengan pasien, sebaiknya dokter berfokus pada pasien bukan hanya pada penyakitnya saja. Beberapa saran untuk dapat memberi manfaat selama proses interview dengan cara dokter memahami masalah pasien dan juga beban psikososialnya, langkah yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut: 16,18,19

1. memberikan perhatian baik secara verbal maupun non-verbal terhadap kata kunci yang disampaikan pasien

2. selalu memberi informasi terhadap masalah yang ingin diketahui pasien dan merespon atas reaksinya

3. membicarakan tentang keadaan pasien, apa yang bisa pasien lakukan, dan juga prognosis dari keadaan pasien baik jangka dekat maupun jangka


(32)

panjang. Pilihan penatalaksanaan yang tersedia dan juga pemeriksaan yang dibutuhkan penting untuk pasien ketahui.

4. membicarakan secara mendetil terkait biaya dan kemampulaksanaan sesuai keadaan pasien

5. mengajak pasien dalam menetapkan keputusan yang akan digunakan untuk penatalaksanaan pasien

6. melakukan usaha tambahan, seperti memberi motivasi kepada pasien dan juga mengedukasi tentang mengubah gaya hidup

7. menyampaikan seluruh pembicaraan dalam interview menggunakan bahasa yang sederhana sehingga pasien memahami apa yang dokter sampaikan.

Keluarga pasien akan merasa gelisah, sangat ragu, serta akan muncul berbagai pertanyaan yang ingin ditanyakan terkait keadaan pasien ketika salah satu anggota keluarganya dalam keadaan kritis dan dirawat di ICU. Berikut ini adalah langkah yang dapat membantu dokter meningkatkan kualitas kemampuan komunikasi terhadap pasien: 16

1. membuat jadwal berbicara atau konferensi dengan anggota keluarga minimal sekali sehari

2. membicarakan dan mengapresiasi tentang usaha yang telah mereka lakukan

3. memberi referensi yang lebih baik untuk keluarga, keluarga akan mencari informasi melalui internet, hal ini dilakukan untuk menghargai keingintauan keluarga pasien

4. selalu memberikan penjelasan atas perkembangan keadaan pasien

5. Tidak menunjukkan ekspresi kaget atau shock, dokter harus bisa mengontrol keadaan dibawah kendalinya

6. Fokus untuk melakukan konseling dengan keluarga pasien.

Langkah-langkah di atas sangat bermanfaat dalam menghindarkan dokter dari sengketa medis yang sering terjadi di Indonesia, hal ini perlu disampaikan kepada dokter sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja seorang dokter dalam melayani pasien.3,16


(33)

2.2.7. Harapan Pasien dalam Komunikasi Dokter-pasien

Perbedaan persepsi antara dokter dan pasien erat hubungannya dengan kejadian kesalahan komunikasi dan ketidakpuasan pasien sehingga akan menghasilkan hasil yang buruk terhadap kepatuhan dan kesembuhan pasien. Komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien bersifat transaksional sehingga antara keduanya saling mempengaruhi, dipengaruhi, dan juga memiliki kontribusi.3

Ekspektasi atau harapan pasien secara umum yang disampaikan dalam Patient-Doctor Communication adalah: 19

1. Ekspektasi utama: Kompetensi klinis dokter

2. Ekspektasi tambahan: Profesional, peduli dengan pasien, sopan, jujur, ikhlas, dan tulus, menarik, serta memiliki kemampuan komunikasi efektif baik secara verbal maupun non-verbal.

Perbedaan inilah sering terjadi pada realita komunikasi dokter-pasien. Bagi dokter, konsultasi medis adalah hal yang biasa dilakukan setiap hari (rutinitas), namun bagi pasien belum tentu hal yang biasa bahkan bisa menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan dan membuat pasien gelisah. Untuk itu perlu pemahaman dokter untuk dapat mengatur sikap dan perilaku dalam melayani pasiennya.20

2.3. Profesi Kedokteran

2.3.1. Definisi Dokter Umum dan Dokter Spesialis

Dokter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya. Adapun dokter umum adalah dokter yang belum mendalami keahlian pada jenis penyakit tertentu. Sedangkan dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan keahliannya dalam satu bidang penyakit tertentu.

Menurut UU no.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, yang termasuk dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut


(34)

Undang-Undang No.20 tahun 2013 pasal 1 ayat 9 tentang Pendidikan Kedokteran, yang termasuk dokter adalah dokter, dokter layanan primer, dokter spesialis- subspesialis lulusan pendidikan dokter baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah. 21,22

2.3.2. Definisi Dokter Akademisi

Dokter akademisi atau yang disebut sebagai dosen kedokteran menurut UU No. 20 tahun 2013 pasal 1 ayat 11 tentang pendidikan kedokteran yaitu pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, humaniora kesehatan, dan/atau keterampilan klinis melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.22

Dalam UU yang sama, dosen yang dimaksud adalah dosen yang mengampu kelompok keilmuan biomedik, kedokteran klinis, bioetika atau humaniora kesehatan, serta kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat yang berasal dari perguruan tinggi, RS pendidikan dan wahana pendidikan kedokteran.22

Dengan demikian dokter akademisi memiliki peranan penting dalam mencetak mahasiswa kedokteran menjadi dokter yang profesional baik dalam keterampilan klinis maupun keterampilan interpersonal, sebagai bekal menjalani profesi dokter di masa depan.

2.4. Hubungan Tingkat Profesi Kedokteran dengan Keterampilan Interpersonal

Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, teridentifikasi empat faktor utama yang mungkin mempengaruhi sifat dan efektivitas komunikasi antara dokter dan pasien, yaitu: 3

1. Karakteristik dokter (jenis kelamin dan pengalaman)

2. Karakteristik pasien (jenis kelamin, kelas sosial, usia, pendidikan dan keinginan akan informasi)

3. Perbedaan antara kedua belah pihak dalam hal kelas sosial dan pendidikan, sikap, keyakinan dan harapan


(35)

4. Faktor-faktor situasional (beban pasien, tingkat kenalan dan sifat masalah yang diajukan)

Dengan bertambahnya tingkat profesi kedokteran, misal dari dokter umum kemudian melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis; atau dari dokter spesialis menjadi dokter subspesialis tentunya mempunyai pengalaman dan tingkat keilmuan yang lebih tinggi yang secara teori akan mempengaruhi persepsi seseorang termasuk persepsi dalam keterampilan interpersonal dokter-pasien.

2.5. Komunikasi dalam Perspektif Islam

Kemampuan bicara atau berkomunikasi merupakan salah satu potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia sehingga dapat berinteraksi dan membangun hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Seperti disampaikan dalam Al Quran surat Ar-rahman ayat: 4 yang berbunyi: ايب ه لع, yang artinya “mengajarnya pandai berbicara”. Syaukani dalam Tafsir Fath al-Qadir mengartikan al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Dalam ayat tersebut kita dapat ketahui bahwa manusia diberikan bekal hidup oleh Allah swt, salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi.

Anugerah berbicara ini sebaiknya digunakan dengan sebai-baiknya dan berhati-hati, karena kerapkali manusia kurang memikirkan apa yang dibicarakannya, apakah akan menyusahkan dirinya atau malah menyakiti orang lain. Rasul juga telah mengajarkan etika berbicara sebagai mana hadist berikut ini:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat maka hendaklah ia berkata pada perkara yang baik atau diamlah, Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat maka hendaklah ia memuliakan tetangganya, Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.

Sedangkan etika yang dimaksud dalam perspektif Islam sebenarnya adalah etika tetap berpegang teguh pada sumber utama Islam yaitu Al Qur‟an dan Hadist. Berikut beberapa ulasan kaidah komunikasi dalam Al Quran:


(36)

Didalam Al Quran kunci kata yang menjelaskan tentang komunikasi selain “al-bayan” adalah menggunakan kata “al-qaul” yang berupa kata perintah („amr). Di dalam Al Quran didapatkan 6 kata yang menjelaskan tentang kaidah/prinsip al-qaul yaitu sebagai berikut:

1. Perkataan yang benar/jujur (Qaulan Sadida)

ِّرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم اوُكَرَ ت ْوَل َنيِذّلا َشْخَيْلَو

َّّا اوُقّ تَ يْلَ ف ْمِهْيَلَع اوُفاَخ اًفاَعِض ًةّي

اًديِدَس اْوَ ق اوُلوُقَ يْلَو

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)”.Q.S. An-Nisa: ayat 9

2. Perkataan yang tepat, komunikatif, mudah dimengerti (Qaulan Baligha)

ْعَ ي َنيِذّلا َكِئَلوُأ

ِِ ْمََُ ْلُقَو ْمُهْظِعَو ْمُهْ َع ْضِرْعَأَف ْمِِِوُلُ ق ِِ اَم ُّّا ُمَل

اًغيِلَب اْوَ ق ْمِهِسُفْ نَأ

Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. Q.S. An-Nisa: ayat 63

3. Perkataan yang baik (Qaulan ma‟rufa)

ْلِِ َنْعَضََْ اَف ُُّْ يَقّ تا ِنِإ ِءاَسِّلا َنِم ٍدَحَأَك ُُّْسَل ِِّبّلا َءاَسِن ََ

ِلْوَق

اًفوُرْعَم اْوَ ق َنْلُ قَو ٌضَرَم ِِبْلَ ق ِِ يِذّلا َعَمْطَيَ ف

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan


(37)

ucapkanlah Qaulan Ma‟rufa –perkataan yang baik.” Q.S. Al-Ahzab: ayat 32

4. Perkataan yang mulia (Qaulan Karima)

َكَدِْع ّنَغُلْ بَ ي اّمِإ ًًاَسْحِإ ِنْيَدِلاَوْلَِِو َُِّإ اِإ اوُدُبْعَ ت اَأ َكّبَر ىَضَقَو

َُهُدَحَأ َرَ بِكْلا

اْوَ ق اَمََُ ْلُقَو اَُهْرَهْ َ ت اَو ٍّفُأ اَمََُ ْلُقَ ت اَف اَُهاِك ْوَأ ا

اًمِرَك

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.Q.S Al-Isra‟: ayat 23

5. Perkataan yang lembut (Qaulan Layyinan)

۞ىَغَط ُّنِإ َنْوَعْرِف ََِإ اَبَْذا

۞ىَشََْ ْوَأ ُرّكَذَتَ ي ُّلَعَل اًِّيَل اْوَ ق َُل اوُقَ ف

“Pergilah kamu berdua kepada Fir‟aun karena benar-benar dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”.Q.S Thaha: ayat 43-44

6. Perkataan yang ringan (Qaulan Maysura)

اًروُسْيَم اْوَ ق ْمََُ ْلُقَ ف اَوُجْرَ ت َكِّبَر ْنِم ٍةََْْر َءاَغِتْبا ُمُهْ َع ّنَضِرْعُ ت اّمِإَو

”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah”.Q.S Al-Isra‟: ayat 28


(38)

Penjelasan ayat-ayat di atas dapat juga diimplementasikan dalam praktik kedokteran. Seorang dokter muslim terlebih lulusan FKIK UIN Syarif hidayatullah sudah sepantasnya menerapkan kaidah komunikasi sesuai dengan ajaran dan tuntunan Islam. Seorang dokter seharusnya berkata jujur kepada pasien apa saja kebutuhan pasien dan memberikannya kebebasan dalam menentukan terapi yang akan pasien jalani. Seorang dokter berkata dengan tepat dan komunikatif agar pasiennya dapat nyaman dan mengerti akan tujuan pengobatan maupun tindakan yang akan dilakukan dokter dengan jelas sehingga dapat saling membantu mencapai tujuan tersebut. Seorang dokter juga dituntut untuk berkata yang baik dan lembut kepada pasien sehingga pasien merasa dihargai oleh dokter. Hal tersebut dapat membantu proses penyembuhan melalui sisi psikologis pasien. Qaulan maysura atau perkataan yang ringan dalam hal ini diajarkan bahwa kita harus menyesuaikan bahasa pembicaraan kita dengan lawan bicara. Ini penting diyakini oleh seorang dokter bahwa latar belakang pasien berbeda-beda, sehingga dokter perlu menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien sesuai dengan tingkat pendidikan pasiennya.


(39)

2.6. Kerangka Teori

↑ Kepuasan pasien ↑ Pelayanan

klinis

↑ Pelayanan Pengobatan

Pengalaman hidup sebelumnya Karakter

Individu

Karakteristik Situasional - Pengaturan lingkungan - Tuntutan tugas

- Tujuan, rencana (agenda) - Motivasi

- Peran

- Norma dan aturan

Persepsi dan Proses Penyaringan Kognitif Wujud Keterampilan Interpersonal (komunikasi & menjalin hubungan)

Menjalin hubungan

Menyusun wawancara

Aplikasi

Sesi memulai Wawancara

Sesi pengumpulan

informasi

Sesi penjelasan dan

perencanaan

Menutup Wawancara

Hasil positif pada: 1. kesehatan pasien 2. profesionalitas dokter


(40)

2.7. Kerangka Konsep

2.8. Definisi Operasional

Tabel 2.9.1. Definisi Operasional

Variabel Pengukur Alat Ukur Cara Pengukuran

Skala Pengukur

an Jenis

Kelamin

Peneliti Kuesioner Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, hasil dikategorikan menjadi:

1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

Usia Peneliti Kuesioner Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, hasil dikategorikan menjadi:

1. Dewasa awal (26-35 tahun)

2. Dewasa akhir

Ordinal Jenis Kelamin Usia Pengalaman Berpraktik Tingkat

Pendidikan Nor

ma, a tur an, da n ke bi asa an (situasi ona l) Persepsi dan proses kognitif Eksekusi keterampilan komunikasi interpersonal Dokter

-Skill yang baik

-Mendapatkan informasi yang sesuai

-Diagnosis tepat

-Kredibilitas tinggi Pasien -Kepuasan -Kepatuhan/ compliance -kesembuhan


(41)

(36-45 tahun) 3. Lansia awal

(46-55 tahun)

4. Lansia akhir (56-65 tahun)

5. Manula (>65 tahun) Sumber: Depkes, 2009 Tingkat Pendidikan Dokter

Peneliti Kuesioner Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, Hasil dikategorikan peneliti menjadi: 1. Dokter Umum 2. Dokter Spesialis

Nominal

Pendidikan Tambahan

Peneliti Kuesioner Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, Hasil dikategorikan peneliti menjadi: 1. Tanpa tambahan 2. S2 3. S3 Nominal Persepsi dokter terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter-pasien.

Peneliti Kuesioner Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, hasil jawaban dari 11 sikap dan perilaku ideal seorang dokter, berupa:

Ya dan Tidak

Nominal

Lama ideal dokter

bertemu dengan pasien

Peneliti Kuesioner Menyebar dan mengumpulkan kembali kuesioner, hasil dikategorikan menjadi:

1. <8 menit 2. 8-15 menit 3. >15 menit Sumber: PB IDI, 2008


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Data yang diambil merupakan data primer berupa isian kuesioner yang diisi langsung oleh subjek penelitian. Kemudian data yang diperoleh akan dianalisi untuk mengetahui gambaran persepsi tentang komunikasi interpersonal dokter-pasien antara akademisi dokter umum dengan akademisi dokter spesialis di PSPD (Program Studi Pendidikan Dokter) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Februari sampai Oktober tahun 2015.

Tabel 3.2. Waktu Penelitian

No Kegiatan Tahun 2015, Bulan ke-

02 03 04 05 06 07 08 09 10 1 Pembuatan proposal

2 Perizinan penelitian 3 Pengambilan data 4 Pengolahan/analisa data 5 Sintesa hasil analisa 6 Laporan penelitian 7 Revisi laporan penelitian


(43)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah akademisi/dosen/tenaga pengajar di Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan latar belakang pendidikan kedokteran.

Subjek penelitian ini terdiri dari dokter umum dan dokter spesialis yang menjadi dosen di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dipilih menggunakan cara total sampling.

3.3.2. Jumlah Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh dokter yang mengajar/menjadi dosen di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 73 orang.

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Sampel didapatkan dari data bagian administrasi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kemudian diambil menggunakan total sampling.

3.3.4. Kriteria Sampel 3.3.4.1. Kriteria Inklusi

- Subjek merupakan akademisi/dosen/tenaga pengajar di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Subjek merupakan lulusan program pendidikan kedokteran baik tingkat kedokteran umum maupun kedokteran spesialis

3.3.4.2. Kriteria Eksklusi

- Subjek menolak untuk menjadi responden setelah mendapat penjelasan dari peneliti

3.3.4.3. Drop Out


(44)

- Subjek tidak dapat dihubungi atau tidak ada respon setelah dihubungi oleh peneliti

3.4. Langkah Kerja Penelitian

Tabel 3.3. Langkah Kerja Penelitian

3.5. Manajemen Data 3.5.1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen yang kemudian diolah menggunakan SPSS untuk mengetahui gambaran persepsi antar variable independen.

a. Variabel Independen

Tingkat pendidikan (dokter umum dan dokter spesialis) b. Variabel Dependen

Persepsi dokter terhadap keterampilan interpersonal dokter-pasien Penarikan kesimpulan

Analisa data dan penyusunan laporan penelitian Pengisian kuesioner

Menentukan subjek yang memenuhi kriteria inklusi & eksklusi dan tidak termasuk drop out

Subjek dipilih menggunakan total sampling

meminta data responden dari administrasi PSPD UIN Jakarta Persiapan penelitian


(45)

3.5.2. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berjumlah 11 pertanyaan hasil modifikasi dari 22 pertanyaan penelitian Fika Ekayanti (2015), mengenai sikap dan perilaku dokter terhadap pasiennya saat melakukan komunikasi dokter-pasien dan dijawab dengan jawaban “ya” atau “tidak”.23

3.5.3. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer menggunakan kuesioner yang telah dibagikan kepada dosen pengajar Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik dokter umum maupun dokter spesialis, secara total sampling dan telah memenuhi kriteria inklusi, kriteria eksklusi maupun dropout.

3.5.4. Pengolahan, dan Penyajian Data

Semua data dari kuesioner dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS 21.0 for windows. Langkah dimulai dengan editing semua data yang terkumpul, coding, data entry data, kemudian dilanjutkan dengan tabulasi data.

Selanjutnya dilakukan pengolahan univariat untuk melihat frekuensi dan proporsi dari karakteristik responden, dan dilakukan deskripsi gambaran antara persepsi komunikasi interpersonal dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis.

3.5.5. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan pengolahan univariat dan deskripsi gambaran persepsi dokter. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui sebaran atau frekuensi dari setiap karakteristik masing-masing responden sebagai berikut: tingkat pendidikan terakhir, usia, jenis kelamin, pekerjaan, frekuensi berhadapan dengan pasien dalam waktu 1 minggu, lama berpraktik, serta lama mengajar.24


(46)

3.6. Etika Penelitian

Penelitian ini sudah diajukan kepada komite etik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta namun sedang dalam proses persetujuan. Peneliti menyediakan lembar informed consent untuk responden sebagai persetujuan pihak responden telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer baik di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, di tempat praktik Dokter atau tempat lain yang telah disepakati sebelumnya pada bulan Mei sampai Juli 2015. Penelitian dilakukan dengan metode total sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, terkumpul sebanyak 47 kuesioner.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data paling banyak dilakukan di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sebelumnya telah menyesuaikan jadwal dengan dokter yang bersangkutan, Selain itu pengambilan data juga dilakukan di rumah atau tempat praktik dokter.

4.1.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang digunakan terdiri dari 11 pertanyaan mengenai sikap dan perilaku yang ditunjukkan dokter pada saat komunikasi interpersonal dokter-pasien berlangsung. Kuesioner didapatkan dari penelitian Fika Ekayanti, dari 22 pertanyaan pada kuesioner sebelumnya kemudian dimodifikasi sesuai subjek penelitian untuk dokter kemudian dilakukan uji validitas dan realibilitas kembali. Uji validitas didapatkan 11 pertaanyaan yang valid sehingga sisanya tidak digunakan, untuk uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alfa dan didapatkan nilai reliabilitas 0,969 dari 11 pertanyaan tersebut. Suatu instrumen dikatakan memiliki ringkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa >0,60. 24,25

Dengan demikian kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena kuesioner tersebut telah memenuhi syarat kelayakan suatu instrumen.


(48)

4.1.3. Data Hasil Penelitian

Dari data administrasi PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat 73 dokter yang terdaftar sebagai staf pengajar, kemudian dilakukan penyebaran kuesioner dan didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1. Responden Penelitian

Dokter Staff Pengajar di PSPD FKIK UIN Jakarta

Jumlah Dokter 73 orang

Dosen tetap PNS 36

Dosen tetap Non-PNS 8

Dosen part time 29

Eksklusi 1 orang

Menolak 1

Drop Out 25 orang

Tidak kembali 5

Tidak ada respon/balasan

20

Total Responden 47 orang

Kemudian 47 data yang masuk diolah untuk mencari gambaran persepsi antara akademisi dokter umum dan dokter spesialis.

4.1.3.1. Distribusi Responden Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan data dari 47 responden, terdiri dari 22 dokter umum dan 25 dokter spesialis baik yang telah menyelesaikan program sarjana strata 2 dan strata 3 maupun mengambil subspesialis dan juga konsulen. Keseluruhan responden adalah dokter yang mengajar di Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(49)

Tabel 4.2. Distribusi Responden

No Kategori Dokter Umum Dokter Spesialis

N % N %

1 Jenis Kelamin

Laki-laki 4 18,2 13 52

Perempuan 18 81,8 12 48

2 Usia

26 – 35 10 45,5 0 0

36 – 45 10 45,5 13 52

46 – 55 1 4,5 7 28

56 – 65 0 0 4 16

>65 1 4,5 1 4

3 Pendidikan tambahan

Dokter 9 40,9 14 56

Dokter + S2 8 36,4 7 28

Dokter + S3 5 22,7 4 16

4 Lama Mengajar

<10 tahun 19 86,4 18 72

11-20 tahun 2 9,1 4 16

>20 tahun 1 4,5 3 12

4.1.3.2. Gambaran persepsi keterampian interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien menurut akademisi dokter umum dan dokter spesialis

Tabel 4.3. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk menjelaskan dengan gamblang/sejelas-jelasnya pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 22 100 0 0

Dokter Spesialis 25 100 0 0

Total 47 100 0 0

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara dokter umum dan dokter spesialis terhadap kemampuan dokter untuk


(50)

menjelaskan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien secara gamblang, seluruh responden (100%) menjawab “ya”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang dokter yang ideal menurut dokter umum dan dokter spesialis seharusnya mampu menjelaskan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien dengan gamblang.

Tabel 4.4. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang telah dilakukan pasien

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 22 100 0 0

Dokter Spesialis 22 88 3 12

Total 44 93,6 3 6,4

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa sebanyak 12% dokter spesialis tidak setuju tentang kemampuan dokter untuk mengapresiasi tindakan atau jenis pengobatan yang telah dilakukan pasien, sedangkan 100% dokter umum menyatakan bahwa setuju jika dokter umum mempunyai kemampuan untuk mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang telah dilakukan oleh pasien. Tabel 4.5. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter terlihat tenang selama pemeriksaan dan menenangkan pasien

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 22 100 0 0

Dokter Spesialis 24 96 1 4

Total 46 97,9 1 2,1

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa hanya 4% dokter spesialis yang tidak setuju bahwa dokter harus bisa terlihat tenang selama pemeriksaan dan menenangkan pasien, namun 100% dokter umum sependapat bahwa seorang dokter harus mempunyai kemampuan untuk terlihat tenang selama pemeriksaan berlangsung dan menenangkan pasien.


(51)

Tabel 4.6. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk memperhatikan pasien saat pasien bicara

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 22 100 0 0

Dokter Spesialis 25 100 0 0

Total 47 100 0 0

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) sependapat menjawab bahwa seorang dokter harus memperhatikan pasien saat pasien bicara.

Tabel 4.7. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menjelaskan diagnosis dengan suara tegas

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 20 90,9 2 9,1

Dokter Spesialis 25 100 0 0

Total 45 95,7 2 4,3

Tabel 4.7. menunjukkan bahwa 100% dokter spesialis berpendapat bahwa dokter harus mempunyai kemampuan menyampaikan diagnosis dengan suara tegas, sedangkan jumlah dokter umum yang berpendapat hal yang sama lebih rendah yaitu 90,9% dari total responden dokter umum.

Tabel 4.8. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter untuk menanyakan daerah tempat tinggal pasien

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 21 95,5 1 4,5

Dokter Spesialis 21 84 4 16


(52)

Tabel 4.8. menunjukkan 95,5% dokter umum berpendapat bahwa seorang dokter seharusnya menanyakan tentang daerah tempat tinggal pasien, sedangkan sebanyak 16% dokter spesialis tidak setuju dengan pendapat tersebut. Sebanyak 84% dokter spesialis yang menyatakan bahwa dokter seharusnya menanyakan tentang daerah tempat tinggal pasien

Tabel 4.9. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam mengingat nama pasien dengan baik

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 16 72,7 6 27,3

Dokter Spesialis 20 80 5 20

Total 36 76,6 11 23,4

Tabel 4.9. menunjukkan bahwa 72,7% dokter umum berpendapat jika seorang doker harus mengingat nama pasien dengan baik sedangkan jumlah dokter spesialis yang menyatakan hal tersebut lebih banyak, sejumlah 20% responden dokter spesialis menyatakan hal yang sama sisanya lebih banyak dibandingkan dokter umum, sebanyak 80% dokter spesialis menganggap bahwa seorang dokter sangat perlu mengingat nama pasien.

Tabel 4.10. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam memberi penjelasan yang lengkap tentang penyakit pasien

Kategori

Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 22 100 0 0

Dokter Spesialis 25 100 0 0

Total 47 100 0 0

Tabel 4.10. menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan bahwa seorang dokter harus mampu memberi penjelasan yang lengkap tentang penyakit pasien.


(53)

Tabel 4.11. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menyapa pasien dengan memanggil nama pasien

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 19 86,4 3 13,6

Dokter Spesialis 25 100 0 0

Total 22 93,6 3 6,4

Tabel 4.11. menunjukkan bahwa 100% dokter spesialis menyatakan seorang dokter mampu menyapa pasien dengan memanggil nama pasien sedangkan lebih banyak dibandingkan pendapat dokter umum hanya 86,4% dokter umum yang sependapat dengan hal tersebut, sisanya 13,6% dokter umum tidak setuju akan kemampuan dokter menyapa pasien dengan memanggil nama pasienn.

Tabel 4.12. Gambaran persepsi dokter terhadap kemampuan dokter dalam menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal sampai tuntas

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 20 90,9 2 9,1

Dokter Spesialis 25 100 0 0

Total 45 95,7 2 4,3

Tabel 4.12. menunjukkan 90,9% dokter umum menyatakan bahwa seorang dokter harus mampu menjelaskan riwayat penyakit pasien dari awal sampai tuntas lebih sedikit dibandingkan dengan pendapat dokter spesialis, sejumlah 100% dari dokter spesialis menyatakan bahwa seorang dokter harus mampu melakukan hal tersebut.


(54)

Tabel 4.13. Gambaran persepsi dokter terhadap usaha dokter untuk menyembunyikan diagnosa penyakit pasien

Kategori Ya Tidak

N % N %

Dokter Umum 1 4,5 21 95,5

Dokter Spesialis 4 16 21 84

Total 5 10,6 42 89,4

Tabel 4.13. menunjukkan bahwa 95,5% dokter umum menyatakan bahwa seorang dokter tidak seharusnya menyembunyikan diagnosa penyakit pasien, sedangkan dokter spesialis yang menyatakan pendapat yang sama sebanyak 84% angka ini lebih sedikit dibandingkan pendapat dokter umum.

4.1.3.3. Lama Waktu Ideal Dokter Memeriksa Pasien

Gambar 4.1. Gambaran lama waktu ideal dokter memeriksa pasien

Gambar 4.1. menunjukkan bahwa 63% dokter umum menyatakan seorang dokter sebaiknya memeriksa pasien dalam waktu 8-15 menit, sedangkan dokter spesialis yang menyatakan hal yang sama lebih banyak yaitu sebesar 76% dari responden dokter spesialis. Waktu tersebut dianggap cukup atau ideal bagi seorang dokter memeriksa pasien agar mendapatkan anamnesis dan pemeriksaan yang dibutuhkan serta memberi edukasi pasien dan tanya

Dokter Umum Dokter Spesialis

4,5% 4%

63,6%

76%

31,8%

20%

<8 menit 8-15 menit >15 menit


(55)

jawab jika pasien masih ada pertanyaan, dalam hal ini waktu yang dibutuhkan tentunya disesuaikan dengan keadaan yang dialami oleh pasien.

Hal tersebut telah sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh PB IDI pada tahun 2008 dalam Panduan Kompensasi Dokter dan Jasa Medik yang standar untuk seluruh dokter di Indonesia bahwa waktu yang cukup untuk bertatap muka antara dokter dan pasien sekitar 8-15 menit atau sekitar 4 pasien dalam satu jam. 15

4.1.3.4. Sikap dan perilaku ideal seorang dokter

Gambar 4.2. Harapan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang dokter

Gambar 4.2. menunjukkan dari seluruh responden menyatakan berbagai harapan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang dokter. Sebanyak 27,3% dokter umum dan 28% dokter spesialis berpendapat bahwa seorang dokter harus komunikatif, angka ini merupakan harapan terbanyak yang disampaikan oleh responden untuk komunikatif terhadap pasien baik dalam anamnesis, maupun menyampaikan segala bentuk pemeriksaan dan tindakan yang akan disampaikan sehingga pasien merasa nyaman dalam berkomunikasi dengan dokter. Pendapat lain sebanyak 9,1% dokter umum dan 4% dokter spesialis berpendapat dokter harus bisa memberi edukasi kepada pasien sehingga benar-benar mengerti akan kesehatannya dan berbagai faktor yang mempegaruhi serta upaya apa saja yang dapat dilakukan pasien untuk mengatasi masalahnya. Sebanyak 13,6% dokter umum dan 8% dokter spesialis berharap setiap dokter

27,3%

9,1%

13,6% 13,6%

9,1%

4,5%

9,1%

13,6%

0% 28%

4%

8%

16%

8%

4%

12%

0%


(56)

mempunyai sikap empati terhadap pasien. Pendapat lain 13,6% dokter umum dan 16% dokter spesialis berharap dokter memiliki sikap profesional. Dokter umum sebanyak 9,1% dan dokter spesialis 8% mengatakan harapannya terhadap seorang dokter memiliki sikap memahami pasien. Sedangkan harapan bahwa dokter memiliki attitude dokter muslim yang baik diungkapkan oleh 9,1% dokter umum dan 12% dokter spesialis. Sisanya 13,6% dokter umum berpendapat bahwa dokter harus memiliki kemampuan yang baik dalam mendengarkan pasiennya, dan 20% dokter dokter spesialis mengharapkan kepada dokter untuk selalu berupaya meningkatkan keterampilan interpersonalnya dan menerapkannya dalam berpraktik sehari-hari.

4.2. Pembahasan

Komunikasi merupakan salah satu hal krusial bagi dokter dalam menghadapi pasien, terkait dengan tingginya angka pelaporan ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) tentang ketidakpuasan layanan kedokteran. Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu penyedia pendidikan Dokter yang berupaya menjadikan lulusannya memiliki kemampuan “Seven Stars Doctor”, namun banyak komponen yang harus dievaluasi dalam menilai hal tersebut. Karena keberhasilan dokter lulusan UIN tidak lepas dari peran berbagai pihak.

Penelitian mengenai komunikasi interpersonal dokter-pasien semakin banyak diteliti, hal ini banyak dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir dan mengevaluasi kesalahan yang sering terjadi dalam komunikasi dokter-pasien. Dari penelitian sebelumnya, sebanyak 75% dokter bedah ortopedi menyatakan bahwa komunikasi yang telah dilakukannya sudah berhasil, namun penelitian ini juga menilai dari persepsi pasien yang bertemu dengan dokter tersebut, dan sayangnya hanya 25% dari responden yang sudah puas dengan konsultasinya tersebut.2

Ikatan Dokter Indonesia juga telah melakukan penelitian tentang pengetahuan dan keterampilan interpersonal komunikasi dokter-pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian tersebut dilakukan di 3 wilayah, dan hasilnya tidak terdapat faktor yang berpengaruh secara signifikan


(57)

terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter. Hasil dari penelitian IDI tersebut didapatkan masih banyak dokter yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang rendah, namun tidak didapatkan faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan komunikasi dokter-pasien secara bermakna baik dari perbedaan jenis kelamin, usia, maupun pengalaman/lama berpraktik.20

Penelitian lain tentang persepsi pasien terhadap keterampilan interpesonal dokter pada September-Desember 2013 di 3 Rumah Sakit, RS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai RS Islam Swasta, RS Harapan Bunda sebagai RS Swasta, dan RSUP Fatmawati sebagai RS Umum Pemerintah.terdapat perbedaan yang signifikan terhadap karakteristik keterampilan interperonal dokter dimasing-masing RS tersebut. Hasil dari penelitian tersebut, dokter di RS Harapan Bunda memiliki keterampilan interpersonal yang paling baik menurut pasien, dan didapat disimpulkan bahwa perbedaan karakteristik sikap dan perilaku dokter tergantung pada tempatnya berpraktik.23

Penelitian tentang persepsi pasien terhadap perbedaan interpersonal dokter-pasien berdasarkan asal lulusan dokter juga telah dilakukan, secara cross-sectional, 204 pasien yang menjadi responden menilai sikap dan perilaku dokter selama konsultasi dan mengisi kuesioner penilian setelah kosultasi kesehatan berakhir. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dokter lulusan UIN Jakarta memiliki keterampilan interpersonal yang lebih baik dibandingkan dengan dokter yang bukan lulusan UIN Jakarta.11

Berbagai penelitian tentang komunikasi interpersonal yang telah dilakukan sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa penilaian bergantung pada sudut pandang orang yang menilai, cara penilaiannya pun seharusnya dilakukan dari berbagai sudut pandang sehingga bisa didapatkan titik temu untuk mengurangi dan memperbaiki keterampilan komunikasi dokter dalam menghadapi pasien sehingga kualitas pelayanan kesehaatan akan semakin baik.

Penelitian ini menilai tentang persepsi akademisi baik dokter umum maupun dokter sesialis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap komunikasi interpersonal. Dosen sebagai garda utama yang menerapkan dan mengajarkan nilai-nilai tentang keterampilan interpersonal bagi mahasiswa


(1)

Lampiran 2

Lembar Persetujuan


(2)

KUESIONER PENELITIAN

No. Responden * BAGIAN PERTAMA

Petunjuk pengisian:

Bacalah pertanyaan dengan seksama. Isikan data Anda, berikan tanda silang (X) atau ta da e ta g/ eklis √ pada kolo ya g disediaka . Periksa ke ali jawa a A da untuk memastikan semua jawaban sudah terisi.

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Usia Anda saat ini : Tahun

Jenis Kelamin : L P Jenjang

pendidikan

terakhir : **

Dokter Umum S1 Dokter Spesialis S2

tuliskan bidang

spesialisasi Anda S3 Berapa lama Anda

berpraktik menjadi

seorang dokter : Tahun Dimana tempat

Anda berpaktik : **

Praktik Pribadi

RS Swasta lain

RS Umum/Pemerintah Klinik/Puskesmas

RS Islam Pekerjaan lain : **

Dosen/Pengajar lain-lain

Peneliti (tulis jika lain-lain)

Enterpreneur/Pengusaha


(3)

B. RIWAYAT MENGAJAR Berapa lama Anda menjadi seorang

dosen/pengajar : Tahun Dimana tempat

Anda mengajar : **

PSPD UIN Jakarta (tulis jika lain-lain)

lain-lain Berapa frekuensi Anda mengajar dalam 1 minggu

: hari/minggu

Berapa frekuensi Anda berpraktik dalam 1 minggu

: hari/minggu

Keterangan:

* Diisi oleh peneliti

** Boleh mengisi lebih dari satu

BAGIAN KEDUA

Petunjuk pengisian:

Bayangkan dan ingat kembali perilaku dan sikap yang seharusnya ditunjukkan oleh seorang dokter ketika berada di ruang praktek. Kemudian, buatlah penilaian Anda pada pernyataan-per yataa erikut, de ga e eri ta da sila g X atau e ta g/ eklis √ pada kolom YA bila perilaku seharusnya terjadi/muncul dan TIDAK bila perilaku tidak seharusnya terjadi/tidak muncul.

No. Perilaku dan Sikap Dokter YA TIDAK

1 Dokter menjelaskan pengobatan yang harus pasien lakukan dengan gamblang.

2 Dokter mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan

yang pernah pasien lakukan sebelumnya.

3 Selama pemeriksaan, dokter terlihat tenang dan itu

menenangkan pasien.

4 Dokter memperhatikan pasien, saat pasien berbicara. 5

Ketika menjelaskan diagnosis, suara dokter terdengar

tegas.

6 Dokter juga menanyakan daerah tempat tinggal pasien. 7 Dokter mengingat nama pasien dengan baik. 8 Pasien mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang

penyakit yang pasien derita dari dokter.

9

Dokter menyapa pasien dengan memanggil nama

pasien.


(4)

sampai tuntas.

11 Dokter berusaha menyembunyikan apa diagnosis

penyakit pasien.

Sebutkan harapan Anda tentang keterampilan interpesonal yang harus dimiliki seorang dokter:

Berapa lama waktu sebaiknya dokter memeriksa pasien? Beserta alasannya.


(5)

Lampiran 3

Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Pertanyaan

Hasil Nilai

Validitas*

Reliabilitas**

1

0,923

0,962

2

0,923

0,962

3

0,923

0,962

4

0,923

0,962

5

0,923

0,962

6

0,923

0,962

7

0,610

0,979

8

0,923

0,962

9

0,923

0,962

10

0,846

0,971

11

0,679

0,974

*R tabel=12. valid ≥ 0,576.


(6)

Lampiran 4

Riwayat Penulis

1.

Identitas :

Nama

: Novia Putri Rahmawati

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat, tanggal lahir

: Kudus, 18 November 2015

Agama

: Islam

Alamat

: Dk. Gedang Sewu Ds. Peganjaran RT03/RW04, Kec.

Bae, Kab. Kudus, Jawa Tengah

E-mail

:

nprahma@gmail.com

2.

Riwayat Pendidikan :

2000

2006

: SD NU Nawa Kartika Kudus

2006

2009

: SMP NU PUTRI Nawa Kartika Kudus

2009

2012

: MA NU BANAT Kudus

2012

sekarang

: Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta