ANALISIS PUTUSAN NOMOR 865/K/Pid.Sus/2013 ATAS TERDAKWA AHMAD DAROBI Bin ROJANI TENTANG PUTUSAN LEPAS YANG MENGALAMI KELAINAN SEKSUAL (EXHIBISIONISME) DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK.

ABSTRAK
Maraknya kejahatan kesusilaan dewasa ini berkenaan dengan
pencabulan baik yang dilakukan oleh sepasang orang dewasa atau
sesama orang dewasa maupun terhadap anak dibawah umur. Pelaku
kejahatan tersebut merasa bahwa anak-anak di bawah umur dapat
menjadi salah satu sasaran untuk menyalurkan hasrat seksualnya. Hal ini
dipengaruhi oleh pendapat bahwa anak-anak tidak cukup mampu untuk
mengerti bahwa perbuatan itu merupakan tindak pidana atau anak-anak
tidak mempunyai keberanian untuk menolak keinginan pelaku padahal
pelakunya orang dewasa yang sudah mempunyai keluarga.Pencabulan
yang dilakukan terhadap anak di bawah umur tentunya akan berdampak
pada psikologis maupun perkembangan lainnya terhadap anak tersebut.
Dampak psikologis pada anak-anak akan melahirkan trauma
berkepanjangan yang kemudian dapat melahirkan sikap tidak sehat,
seperti minder, takut yang berlebihan, perkembangan jiwa terganggu, dan
akhirnya berakibat pada keterbelakangan mental. Keadaan tersebut
kemungkinan dapat menjadi suatu kenangan buruk bagi anak sebagai
korban dalam pencabulan tersebut. Perbuatan cabul merupakan
perbuatan yang tidak senonoh dalam bidang seksual: misalnya, perbuatan
meraba-raba kemaluan yang dilakukan di muka umum yang menimbulkan
rangsangan birahi. Alasan lain seseorang melakukan perbuatan

pencabulan itu sendiri dikarenakan adanya penyimpangan-penyimpangan
seksualitas yang di alami oleh seseorang untuk melakukan tindak pidana
diantaranya exhibisionisme. Dalam kasus pencabulan anak dibawah umur
yang dilakukan oleh terdakwa Ahmad Darobi bin Rojani, hakim
menerapkan Pasal 44 KUHPidana yang dimana dalam pertimbangan
hakimnya, hakim melepaskan terdakwa karena mengalami gangguan
kejiwaan yang dialami oleh terdakwa. Hal ini diperkuat dengan adanya
surat Visum et Repertum No.441.6/36/V/2012 tertanggal 10 Mei 2012.
Terpenuhinya unsur yang dimaksud dalam Pasal 44 KUHP tersebut, maka
sudah sepatutnya atau seharusnya terdakwa harus menjalani proses
Rehabilitasi sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun masa percobaan
mengingat apabila terdakwa tidak menjalani masa rehabilitasi akan
mengakibatkan korban-korban selanjutnya dan meresahkan masyarakat
sekitarnya, alasan pemaaf yang diberikan oleh hakim sudah tepat
mengingat adanya unsure Pasal 44KUHP yang menyatakan bahwa
terdakwa mengalami kelainan seksual jenis Exhibisionisme sehingga
hakim menjatuhkan putusan lepas terhadap terdakwa Ahmad Darobi Bin
Rojani.

iv