EKOLOGI ARTHROPODA PADA BEKAS SARANG ORANGUTAN SUMATERA (PONGO ABELII) DI TAMAN NASIONAL GUNUNGLEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT,SUMATERA UTARA.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skiripsi ini, yang berjudul “ Ekologi
Arthropoda pada Bekas Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Taman
Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten
Langkat, Sumatera Utara” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
di F-MIPA Biologi Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. rer. nat. Binari Manurung, M.Si. sebagai
dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan
kepada penulis. Terima kasih kepada Bapak Syarifuddin M.Sc., Ph.D., Drs. Puji
Prastowo, M.Si. dan Dra. Cicik Suriani, M.Si. selaku Dosen Penguji yang
membantu melalui kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih
kepada Bapak Drs. Tri Harsono, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi dan Bapak
Drs. Lazuardi, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik.
Khusus kepada kedua orang tua Aminah dan Sumadi dan keluarga
Muhammad Arif, Muhammad Abidin, Fitri, Qodri dan Andra Q. Arif atas doa dan
dukungannya.
Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Biologi 2010 dan terima
kasih kepada teman-teman kos. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi mahasiswa di F-MIPA Biologi Universitas Negeri
Medan dan pihak lainnya.

Medan,

Maret 2014

Habibullah
41022200004

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstark
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Lampiran


Halaman
i
ii
iii
iv
v
vi
ix
xi
xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Ruang Lingkup Masalah
1.3.Batasan Masalah
1.4.Rumusan Masalah
1.5.Tujuan Penelitian
1.6.Manfaat Penelitian
1.7.Definisi Operasional


1
3
3
4
4
5
6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Sarang Orangutan
2.1.2. Konsep Bersarang
2.1.3. Jenis Pohon Sarang Dan Komposisi Penyusun Sarang
2.1.4. Tinggi Pohon Sarang
2.1.5. Tipe Kelas Sarang
2.2. Pohon Aglaia sp. (Meliaceae)
2.2.1. Ciri-ciri Morfologi
2.2.2. Persebaran
2.3. Pohon Phyllanthus (Phyllanthaceae)

2.3.1. Ciri-ciri Morfologi
2.3.2. Persebaran
2.4. Arthropoda
2.4.1. ciri-ciri Arthropoda
2.4.2. Klasifikasi Arthropoda
2.4.2.1. Crustacea
2.4.2.2. Diplopoda
2.4.2.3. Chilopoda
2.4.2.4. Serangga (Insekta)

7
7
7
7
9
10
11
11
12
12

12
12
13
13
14
14
14
14
16

2.4.2.5. Arachinida
2.4.3. Habitat Arthropoda
2.5. Kerangka Berpikir
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
3.3.Alat dan Bahan
3.4. Jenis Penelitian
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Metode Penelitian

3.5.2. Metode Ekstraksi Sampel
3.5.2.1.Metode Hand Sorting
3.5.2.2. Metode Barlese-tullgren
3.5.3. Desain Penelitian
3.5.4. Prosedur Penelitian
3.6. Pengukuran Faktor Fisika-kimia Lingkungan
3.7. Analisis Data
3.7.1. Indeks Keanekaragaman
3.7.2. Indeks Kesamaan Komunitas
3.7.3. Indeks Equibilitas
3.7.4. Indeks Dominansi
3.7.5. Perbedaan Keanekaragaman dan Kelimpahan Komunitas
Arthropoda

16
17
18

19
19

19
19
20
20
20
20
20
22
23
24
25
25
25
26
26
27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.2. Hasil dan Pembahasan

4.2.1. Faktor Fisika-kimia Lingkungan
4.2.1.1. Suhu Sarang
4.2.1.2. Suhu Udara
4.2.1.3. Kelembaban Udara
4.2.2. Komunitas Arthropoda Pada bekas Sarang Orangutan
4.2.3. Keanekaragaman Arthropoda Pada Bekas Sarang Orangutan
4.2.4. Kelimpahan Arthropoda Pada Bekas Sarang Orangutan
4.2.5. Indeks Keanekaragaman Arthropoda
4.2.6. Indeks Kesamaan Komunitas Arthropoda
4.2.7. Indeks Kemerataan Arthropoda
4.2.8. Indeks Dominansi Arthropoda
4.2.9. Perbedaan Keanekaragaman Dan Kelimpahan Komunitas

28
28
28
29
30
31
31

33
36
44
26
47
49

Arthropoda Pada Bekas Sarang Orangutan

51

BAB V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

52
53

DAFTAR PUSTAKA


54

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Gambar 2.6.
Gambar 2.7.
Gambar 3.8.
Gambar 3.9.
Gambar 4.10.

Ilustrasi Tipe Sarang Orangutan
Tumbuhan Aglaia sp.
Tumbuhan Phyllanthus
Morfologi Luwing
Morfologi Lipan
Morfologi Serangga

Morfologi Laba-laba
Rangkaian Alat Ekstraksi Barlese-tullgren
Desain Penelitian
Keanekaragaman Arthropoda
pada bekas sarang orangutan
Gambar 4.11. Keanekaragaman Arthropoda pada
bekas sarang orangutan
Gambar 12. Kelimpahan Arthropoda pada bekas
sarang orangutan yang terdapat pada pohon
Aglaia sp. dan pohon Phyllanthus
Gamabr 4.13. Indeks Keanekaragaman Arthropoda
pada bekas sarang orangutan yang terdapat pada
pohon Aglaia sp. dan pohon Phyllanthus
Gambar 4.14. Indeks keanekaragaman Arthropoda pada
bekas sarang orangutan yang terdapat pada pohon
Aglaia sp. dan pohon Phyllanthus berdasarka
metode hand sorting dan barlese-tullgertn
Gambar 4.15. Indeks Kemerataan Arthropoda pada bekas sarang
orangutan yang terdapat pada pohon Aglaia sp. dan
pohon Phyllanthus
Gambar .4.16. Indeks kemerataan Arthropoda pada bekas sarang
orangutan yang terdapat pada pohon Aglaia sp. da
pohon Phyllanthus berdasarkan metode hand
sorting dan barlese-tullgren
Gambar 4.17. Indeks dominansi Arthropoda pada bekas sarang
orangutan yang terdapat pada pohon Aglaia sp.
dan pohon Phyllanthus
Gambar 4.18. Indeks dominansi Arthropoda pada bekas sarang
orangutan yang terdapat pada pohon Aglaia sp.
dan pohon Phyllanthus berdasarkan metode hand
sorting dan barlese-tullgren

Halaman
10
11
12
15
15
16
16
21
22
34
35

37

45

45

47

48

49

50

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Hasil Analisis Data

58

Lampiran 2.

Tabel bekas sarang

65

Lampiran 3.

Lokasi penelitian

66

Lampiran 4.

Dokumentasi penelitian

67

Lampiran 5.

Gambar sampel Arthropoda

70

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang
mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu dan hewan mirip lainnya.
Arthropoda adalah kelompok hewan beruas-ruas, bersendi atau bersegmen.
Arthropoda satu sama lain dapat dibedakan berdasarkan anggota tubuh, jumlah
alat gerak dan jenis organ pernafasan. Arthropoda termasuk hewan paling
dominan (dari segi jumlah) diantara anggota-anggota kelompok hewan lainnya.
Saat ini diperkirakan terdapat 713.500 jenis Arthropoda dengan jumlah itu
diperkirakan 80% yang sudah dikenal (Nurhadi, 2011).
Arthropoda adalah kelompok hewan paling sukses di dunia dan dapat
ditemukan hampir pada semua habitat, mulai di air, di dalam tanah, permukaan
tanah, udara, pada pepohonan, pada serasah, di bawah batu, pada kayu lapuk, pada
tanaman sebagai hama bahkan pada hewan dan manusia. Kita menyadari
sesungguhnya manusia memperoleh banyak manfaat dari kehadiran Arthropoda.
Rasanya, tanpa kehadiran Arthropoda dekomposer serasah, proses dekomposisi
tanah tidak mampu berjalan dengan cepat. Tanpa ada serangga polinator, kita akan
sedikit sekali mempunyai buah-buahan. Tanpa ada lebah madu, maka sampai saat
ini kita tidak pernah merasakan nikmatnya madu. Sebaliknya, banyak jenis
Arthropoda yang menimbulkan kerugian bagi manusia. Misalnya serangga hama
yang menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya. Racun dari gigitan lipan
yang menyebabkan rasa sakit luar biasa dan lain-lain.
Hutan sekunder Resort Sei Betung Kecamatan Besitang merupakan bagian
dari kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang berada di Desa Halaban
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Kawasan
seluas lebih kurang ± 500 hektar dijadikan sebagai objek penelitian karena pada
kawasan ini menjadi salah satu habitat orangutan. Sehingga bekas sarang
orangutan dapat ditemukan di kawasan ini.
Orangutan memiliki bekas sarang yang unik, sehingga perlu dilakukan
studi tentang hal itu. Sarang orangutan merupakan salah satu hasil perilaku harian

orangutan. Orangutan membangun sarang harian untuk tempat tidur malam dan
untuk tambahan tidur (istirahat) di siang hari. Sarang orangutan hanya di tempati
selama satu hari saja yang kemudian pada hari berikutnya akan membangun
sarang lagi. Sarang orangutan berada di atas pohon sarang yang tersusun dari
tumpukan ranting (dahan) dan tumpukan daun. Sehingga keberadaan bekas sarang
orangutan di atas pohon menjadi tumpukan serasah. Dalam ekologi keberadaan
bekas sarang orangutan di atas pohon dapat menjadi mikrohabitat baru bagi
beberapa fauna termasuk Arthropoda. Beberapa fauna anggota Arthropoda seperti
sebagian serangga, jenis lipan dan laba-laba memanfaatkan keberadaan serasah
sebagai mikrohabitat bagi mereka.
Analisa yang telah dilakukan tentang sarang orangutan selama ini
kebanyakan digunakan untuk parameter atau metode perkiraan kepadatan
orangutan di suatu kawasan hutan. Karena sarang lebih mudah dihitung
dibandingkan hewannya sendiri dan dapat terlihat dalam jangka waktu yang
cukup lama, serta kurang berfluktuasi pada suatu lokasi tertentu (Santosa &
Rahman, 2012).
Sementara itu penelitian pohon penyusun sarang orangutan di Besitang
yang merupakan tempat akan dilakukan penelitian ini telah dilakukan oleh
Sianipar (2013). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut, bahwa jenis
tegakan pohon Aglaia sp. (Meliaceae) dan pohon Phyllanthus (Phyllanthaceae)
menjadi salah satu jenis pohon yang digunakan sebagai pohon sarang bagi
orangutan di Besitang.
Arthropoda memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan
khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat
mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai
mangsa bagi predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan
Arthropoda yang lain (Samudra, 2013).
Kawasan Resort Sei Betung sering digunakan sebagai tempat belajar siswa
maupun tempat kegiatan kuliah lapangan atau praktek kerja lapangan oleh
mahasiswa dari beberapa universitas di Sumatera Utara. Sementara itu informasi
mengenai keanekaragaman Arthropoda yang ada pada sarang orangutan hingga

saat ini masih relatif terbatas. Berdasarkan studi awal yang telah dilakukan di
tempat yang akan dilakukan penelitian ini, terdapat beberapa jenis Arthropoda
pada bekas sarang orangutan. Oleh karena peneliti tertarik untuk mengidentifikasi
populasi Arthropoda pada bekas sarang orangutan di Taman Nasional Gunung
Leuser Resort Sei Betung Kabupaten Langkat.
1.2.Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah kajian ekologi
Arthropoda pada sarang orangutan di hutan sekunder Taman Nasional Gunung
Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Dalam hal ini
menyangkut keanekaragaman, kelimpahan, kesamaan, dominansi, kemerataan dan
fisika-kimia lingkungan.
1.3.Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bekas tipe sarang orangutan yang digunakan adalah bekas sarang tipe C
(usia sarang 1-2 bulan).
b. Jenis pohon sarang yang digunakan Aglaia sp. (Meliaceae) dan pohon
Phyllanthus (Phyllanthaceae)
c. Tempat penelitian akan dilakukan di hutan sekunder Taman Nasional
Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten
Langkat
d. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
survey (pembongkaran sarang) dan metode ekstraksi sampel menggunakan
metode hand sorting dan barlese-tullgren.
e. Faktor fisika-kimia yang dikaji adalah suhu udara, kelembaban udara dan
suhu sarang.

1.4.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keanekaragaman Arthropoda pada sarang orangutan di
Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat.
2. Bagaimana kelimpahan Arthropoda pada sarang orangutan di Taman
Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang
Kabupaten Langkat.
3. Bagaimana indeks keanekaragaman Arthropoda pada sarang orangutan
di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat.
4. Bagaimana indeks kesamaan Arthropoda pada sarang orangutan di
Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat.
5. Bagaimana indeks kemerataan Arthropoda pada sarang orangutan di
Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat.
6. Bagaimana indeks dominansi Arthropoda pada sarang orangutan di
Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat.
7. Bagaimana kondisi fisika-kimia lingkungan pada areal sarang
orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.
1.5.Tujuan penelitian
1.

Untuk

mengetahui

keanekaragaman

Arthropoda

pada

sarang

orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.
2.

Untuk mengetahui kelimpahan Arthropoda pada sarang orangutan di
Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat.

3.

Untuk mengetahui indeks keanekaragaman Arthropoda pada sarang
orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

4.

Untuk mengetahui indeks kesamaan Arthropoda pada sarang
orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

5.

Untuk mengetahui indeks kemerataan Arthropoda pada sarang
orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

6.

Untuk mengetahui indeks dominansi Arthropoda pada sarang
orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

7.

Untuk mengetahui kondisi fisika-kimia lingkungan sarang orangutan
di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan
Besitang Kabupaten Langkat.

1.6.Manfaat Penelitian
1. Menambah keanekaragaman kajian ilmu biologi terutama keanekaragaman
Arthropoda pada bekas sarang orangutan.
2. Memberikan informasi kepada instansi terkait seperti Balai Besar Taman
Nasional Gunung Leuser dan masyarakat mengenai keanekaragaman
Artropoda pada sarang orangutan di hutan sekunder Taman Nasional
Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten
Langkat.
3. Sebagai bahan informasi dalam identifikasi Arthropoda pada sarang
orangutan yang selanjutnya dapat di jadikan referensi penelitian lanjutan.

1.7.Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan persepsi dari istilah-istilah yang digunakan,
berikut ini adalah definisi operasional yang dipakai dalam penelitian ini:
a. Arthropoda

adalah

kelompok

hewan

beruas-ruas,

bersendi

atau

bersegmen. Semua hewan tak bertulang belakang yang kakinya beruasruas dimasukkan dalam filum Arthropoda. Ruas-ruas itu tidak hanya
tampak pada kakinya, melainkan juga pada seluruh tubuhnya.
b. Sarang orangutan adalah tumpukan dahan (ranting) dan daun pohon sarang
yang dibuat orangutan untuk beristirahat, bermain, kawin, berlindung dan
memelihara anak.
c. Bekas sarang orangutan adalah sarang yang tidak digunakan lagi dan telah
ditinggalkan orangutan.
d. Bekas sarang tipe C adalah bekas sarang yang masih terlihat utuh,
berwarna cokelat dan terdapat lubang-lubang kecil di sarang tersebut.
Umur sarang tipe C kira-kira 30 hari.
e. Hutan sekunder merupakan hutan hasil regenerasi (pemulihan) setelah
sebelumnya mengalami kerusakan ekologis seperti kebakaran, pembalakan
dan bencana alam.
f. Pohon Aglaia sp. merupakan tanaman berbunga dari family Meliaceae.
g. Pohon phyllanthus (Phyllanthaceae) merupakan salah satu anggota family
Phyllanthaceae anggota tumbuhan berbunga.

BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Taman Nasional Gunung
Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, maka dapat
di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Keanekaragaman Arthropoda pada bekas sarang orangutan Sumatera yang
ditemukan adalah 34 spesies. Arthropoda tersebut termasuk ke dalam 23
famili, 12 ordo dan 3 kelas. Pada pohon sarang Aglaia sp. ditemukan 26
spesies sedangkan pada pohon sarang Phyllanthus ditemukan 24 spesies.
2. Kelimpahan total Arthropoda pada bekas sarang orangutan yang
ditemukan adalah 1700 individu. Pada pohon sarang Aglaia sp. ditemukan
697 individu sedangkan pada pohon sarang Phyllanthus ditemukan 1003
individu.
3. Indeks keanekaragaman yang diperoleh pada pohon Aglaia sp. adalah
2.379 sedangkan pada pohon Phyllanthus 1.839. Hasil tersebut di
kategorikan sedang.
4. Indeks kesamaan Arthropoda yang diperoleh sebesar 52%. Sehingga
komunitas pohon sarang Aglaia sp. dan komunitas pohon sarang
Phyllanthus di kategorikan satu komunitas.
5. Indeks kemerataan pada pohon sarang Aglaia sp. yang diperoleh adalah
0.730 sedangkan pada pohon sarang Phyllanthus 0.578. Sehingga indeks
kemerataan di kategorikan tinggi.
6. Indeks dominansi pada pohon sarang Aglaia sp. sebesar 0.137 sedangkan
pada pohon sarang phyllanthus 0.218. Sehingga indeks dominansi di
kategorikan rendah.
7. Kisaran suhu sarang pada pohon sarang Aglaia sp. berkisar 250 C-270 C,
suhu udara berkisar 260 C-280 C dan kelembaban udara berkisar 85%.
Sedangkan kisaran suhu sarang pada pohon sarang phyllanthus berkisar
270 C-290 C, suhu udara berkisar 260 C-300 C dan kelembaban udara
berkisar 70%-90%.

5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian jangka panjang terhadap Arthropoda pada bekas
sarang orangutan Sumatera di Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera
Utara sehingga didapat data yang lebih akurat.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap Arthropoda bekas sarang
orangutan Sumatera sehubungan dengan bahan organik sarang.
3. perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui keanekaragamn dan
kelimpahan Arthropoda pada berbagai pohon sarang yang beragam, di
samping pohon sarang Aglaia sp. dan pohon Phyllanthus.

DAFTAR PUSTAKA
Affiati, S.N. 2011. Keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah pada lahan
penambangan pasir di kawasan lereng Gunung Merapi, Kecamatan
Kemalang, Kabupaten Klaten. Skripsi. Surakarta: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.
Alekseev, V.I. 2013. Protolissodema ulrikae, a new genus and spesies
(coleoptera: Tenebrionoidea: Salpingidae) from Baltic amber. Baltic J.
Coleoptera. 13 (1): 67-71.
Anonim. 1991. Kunci determinasi serangga. Yogyakarta: Kanisius.
Bismark, M. 2005. Estimasi populasi orangutan dan model perlindungannya di
kompleks hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur. Buletin Plasma
Nutfah. 11 (2): 74-80.
Borror, D.J., C.A. Triplehorn, N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Bremner, G. 1990. A Balese funnel for the rapid extraction of grassland surface
macro-arthropoda. New Zealand Entomologist. 13: 76-80.
Chu, H.F. 1949. How to Know the Immature Insects. Dubugue, Lowa: WM. C.
Brown Company Publishers.
Dalimunthe, N.P. 2009. Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii)
Berdasarkan Jumlah Sarang di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung
Leuser Sumatera Utara. Skripsi. Medan : Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
David, B.V., T.N. Ananthakrishnan. 2006. General and applied entomology. India
New Delhi: McGraw-Hill.
Fitrahtunnisa., M.L. Ilhamdi. 2013. Perbandingan keanekaragaman predominansi
fauna tanah dalam proses pengomposan sampah organik. Jurnal Bumi
Lestari. 13 (2): 413-421.
Gillot, C. 2005. Entomology third edition. Netherlands: Springer.
Ginting, Y.WSB. 2006. Studi reintroduksi orangutan sumatera ( pongo pygmaeus
Abelii lesson, 1827 ) yang dikembangkan di stasiun karantina Medan dan
di stasiun Reinroduksi Jambi. Skripsi. Bogor : Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Indriyanto. 2013. Ekologi hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Johnson, A.E., C.D. Knott, B. Pamungkas, M. Pasaribu, A.J. Marshall. 2005. A
survey of the orangutan (Pongo Pygmaeus Wurmbii) population in and
around Gunung Palung National Park, West Kalimantan, Indonesia based
on nest counts. Biological Conservation 121: 495–507.
Karmana, I.W. 2010. Analisis keanekaragaman epifauna dengan metode koleksi
Pitfall trap di kawasan hutan cangar malang. FPMIPA IKIP Mataram:
GaneÇ Swara 4 (1): 1-5.
Kristofik, J., Masan, P., Sustek, Z., Karaska, D. 2009. Arthropoda in the nest of
Lesser Spotted eagle (Aquila pomarina). Biologia. 64 (5): 974-980.
Kristofik, J., Z. Sustek, P. Gajdos. 1994. Arthropoda in nests of the Sand Martin
(Riparia riparia Linnaeus, 1758) in South Slovakia. Biologi, Bratislava.
49 (5): 683-690.

Lang, A., A.J. Klarenberg. 1997. Experiments on the foraging behaviour of the
hunting spider Pisaura mirabilis (Aranean: Pisauridae): utilization of
single prey items. Rur. J. Entomol. 94: 453-459.
Manurung, B. 2013. Ekologi Hewan. Medan: Universitas Negeri Medan.
Muin, A. 2007. Tipologi Pohon Tempat Bersarang dan Karaktersistik Sarang
Orangutan (Pongo pygmeaus wurumbi) di Taman Nasional Tanjung
Puting. Tesis. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Mukayat, D.B. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Notohadiprawiro, T. 1981. Pemapanan Agroforestry Selaku Bentuk Pemanfaatan
Lahan Menurut Kriteria Pengawetan Tanah dan Air. Seminar
Agroforestry dan Pengendalian Peladangan. Yogyakarta: UGM
Nurhadi. 2011. Komposisi Arthropoda Permukaan Tanah Di Kawasan Pabrik
Pupuk Sriwijaya Palembang. Sumatera Barat. Jurnal Ilmiah Ekotrans
Universitas Ekasakti Padang. 11 (1): 1-11.
Nusroh, Z. 2007. Studi diversitas makrofauna tanah di bawah beberapa tanaman
palawija yang berbeda di lahan kering pada saat musim penghujan.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Peritika, M.Z. 2010. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai pola
agroforestri lahan miring di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sebelas Maret.
Pujiyani, H. 2009. Karakteristik Pohon Tempat Bersarang Orangutan Sumatera
(Pongo abelii) di Kawasan Hutan Batang Toru Kabupaten Tapanuli
Utara Sumatera Utara. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Rahayu, S., A. Setiawan, A. Endang, Husaeni, S. Suyanto. 2006. Pengendalian
Hama Xylosandrus compactus pada agroforesti kopi multistrata secara
hayati. Agrivitia. 28 (3).
Rahman, D.A. 2010. Karakteristik Habitat dan Preferensi Pohon Sarang Orangutan
(Pongo pygmaeus wurmbii) di Taman Nasional Tanjung Puting (Studi
Kasus Camp Leakey). Jurnal Primatologi Indonesia. 7 (2): 37-50.
Rahman, D.A. 2008. Evaluasi ketelitian metode survei sarang dalam Pendugaan
ukuran populasi orangutan (pongo Pygmaeus wurmbii) di kawasan taman
Nasional tanjung puting. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Rahmawaty. 2004. Studi keanekaragaman mesofauna tanah di kawasan Hutan
Wisata Alam Sibolangit. Medan: Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Rifai, M., P. Pantana, Yunasfi. 2012. Analisis Karakteristik Pohon dan Sarang
Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Bukit Lawang Kabupaten
Langkat. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Riyanto. 2007. Kepadatan, pola distribusi dan peranan semut pada tanaman di
sekitar lingkungan tempat tinggal. Jurnal Penelitian Sains. 10 (2): 241153

Ruslan, H. 2009. Komposisi dan keanekaragaman serangga permukaan tanah pada
habitat hutan homogen dan heterogen di Pusat Pendidikan Konservasi
Alam (PPKA) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Vis vitalis. 2 (1).
Rusmendro, H. 2009. Perbandingan keanekaragaman burung pada pagi dan sore
hari di tempat tipe habitat di wilayah Pangandaran, Jawa Barat. Vis
Vitalis. 2 (1).
Samudra, F.B., M. Izzati, H. Purnaweni. 2013. Kelimpahan dan keanekaragaman
Arthropoda tanah di lahan sayuran organik “Urban Farming” :
Universitas Diponegoro. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. hlm 190-196.
Santosa, Y. dan Rahman. 2012. Ketelitian Metode Sarang untuk Pendugaan
Populasi Orangutan dan Penentuan Faktor Ekologi Penting dalam
Manajemen Hutan Konservasi. JMHT. XVIII (1): 39–51.
Sembel. D.T. 2010. Pengendalian Hyati hama-hama serangga tropis dan gulma.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Sianipar, H.F. 2013. Identifikasi tanaman penyusun sarang Orangutan Sumater
(Pongo abelii) di Besitang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera
Utara. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Speight, M.A., M.D. Hunter, D.A. Watt. 2008. Ecology 0f insects conceprts and
application. India: Wiley-Blackwell.
Suin, N. M. 2003. Ekologi hewan tanah. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukarsono. 2012. Pengantar ekologi hewan. Malang: Universitas Muhammadiya
Malang Press.
Syaufina, L., N.F. Haneda, A. Buliyansih. 2007. Keanekaragaman Arthropoda
tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Media konservasi. 12 (2): 5766.
Tyagi, K. 2012. New records of Tubulifera (Thysanoptera: Phalaeothripidae) from
the state of Karnataka, India. Journal of Threatened Taxa. 4 (5): 25962602.
Walker, T.J. 2011. Field crickets, Gryllus spp. (Insecta: Orthoptera: Gryllidae):
University of Florida, IFAS extension.
Way, M.J., K.C. Khoo. 1992. Role of ants in pest management. Annu. Rev.
Entomol. 37: 479-503.
Wijiarti, L. 2009. Preferensi habitat bersarang Orangutan sumatera (Pongo abelii
lesson, 1827) di Kawasan hutan batang toru Kabupaten tapanuli utara –
sumatera utara. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar ekologi bagi populasi dan komunitas.
Jakarta: UI-Press.
Wulandari, S., Sugiyarto., Wiryanto. 2007. Pengaruh keanekaragaman mesofauna
dan makrofauna tanah terhadap dekomposisi bahan organik tanaman di
bawah tegakan sengon (Paraserianthes fakcataria). Bioteknologi. 4 (1):
20-27.

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir dari keluarga petani, 15 Februari 1993 di Desa Bajamas
Kecamatan Sirandorung, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Ayah
bernama Sumadi dan ibu bernama Aminah, anak ke 3 dari 4 bersaudara. Pada
tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah di MAS Darul Hikmah di Kecamatan
Sirandorung dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis di terima di FMIPA Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan.
Selama mengikuti kuliah penulis aktif dalam kegiatan organisasi kampus
maupun organisasi luar kampus. Selama kuliah pernah menjadi asisten
laboratorium Praktikum Ekologi Hewan dan Praktikum Taksonomi Hewan
Tinggkat Rendah, anggota UKMI Ar-rahman Unimed, anggota Fostibi (Forum
Studi Islam Biologi), anggota relawan Rumah Zakat Medan. Penulis juga aktif
mengikuti seminar dan lomba karya tulis ilmiah. Penulis juga telah melaksanakan
praktek kerja lapangan di Taman Nasional Gunung Leuser.
Dengan berbekal ilmu pengetahuan serta pengalaman selama masa
perkuliahan, penulis menulis skripsi dengan judul “ Ekologi Arthropoda pada
Bekas Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Taman Nasional Gunung Leuser
Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara” di
bawah bimbingan dan arahan Prof. Dr. rer. nat. Binari Manurung, M.Si.