HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG
TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA
7-11 BULAN DI DESA HARGOREJO KECAMATAN KOKAP
KABUPATEN KULON PROGO
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

ELZA MERCITARA MINERVA
J 310 141 006

PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG
TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA
7-11 BULAN DI DESA HARGOREJO KECAMATAN KOKAP

KABUPATEN KULON PROGO
YOGYAKARTA
Elza Mercitara Minerva J310141006
Pembimbing : 1. Elida Soviana, S.Gz., M.Gizi
2. Rusdjianto, SKM., M.Si
Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162
Email : [email protected]
ABSTRAK
Hasil survey pendahuluan bahwa dari 10 bayi terdapat 6 bayi (60%) usia 7-11
bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta
mengalami gangguan perkembangan motorik halus. Prevalensi stunted di Desa
Hargorejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta sangat tinggi
yaitu 41%. Status gizi dan asupan zat gizi mikro (seng dan besi) berpengaruh
terhadap perkembangan motorik halus. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan status gizi, asupan besi dan asupan seng dengan perkembangan
motorik halus bayi usia 7-11 bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap
Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Rancangan penelitian cross sectional.
Jumlah sampel 45 bayi dipilih secara simple random sampling dari seluruh bayi

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data status gizi diperoleh dengan
pengukuran tinggi badan menggunakan length board, data asupan besi dan seng
diperoleh dengan wawancara menggunakan SQ-FFQ sedangkan data
perkembangan motorik halus diperoleh menggunakan KPSP. Data dianalisis
dengan uji korelasi Rank Spearman. Sebanyak 27,3% subyek stunted. Sebagian
besar subyek memiliki asupan besi dan seng yang baik yaitu asupan besi 75%
dan asupan seng 70,5%. Sebanyak 81,8% perkembangan motorik halus subyek
normal. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi
dengan perkembangan motorik halus (ρ=0,001), ada hubungan asupan besi
dengan perkembangan motorik halus (ρ=0,07) dan ada hubungan asupan seng
dengan perkembangan motorik halus (ρ=0,011). Ada hubungan antara status
gizi, asupan besi dan asupan seng dengan perkembangan motorik halus bayi
usia 7-11 bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta.

1

ABSTRACT
The results of a preliminary survey showed that 6 of 10 infants aged 7-11 months
in Hargorejo Village Kokap Subdistrict Kulon Progo Regency Yogyakarta were

impaired of their fine motor development. The prevalence of stunted in Hargorejo
Village Kokap Subdistrict Kulon Progo Regency Yogyakarta was 41%. Nutritional
status and intakes of micronutrient (zinc and iron) affect fine motor development.
The purpose of the study was to determine the relationship between nutritional
status, intakes of iron and zinc and fine motor development in infants aged 7-11
months in Hargorejo Village Kokap Subdistrict Kulon Progo Regency,
Yogyakarta. This study used cross sectional design. Subjects were 44 infants
who had been selected through simple random sampling from all babies who met
the inclusion and exclusion criteria. Nutritional status data were obtained by
measuring the height using length board, iron and zinc intakes data were
collected from interviews using SQ-FFQ, data of fine motor development were
obtained using KPSP. Data were analyzed with Rank Spearman correlation tests.
Total of 27.3% of subjects was stunted. Most subjects had good iron and zinc
intakes, which were 75% and 70.5%, respectively. Total of 81.8% of fine motor
development subjects was normal. The results of the bivariate analysis showed
that there was a relationship between nutritional status and fine motor
development (ρ=0.001), there was a relationship between iron intake and the
development of fine motor (ρ=0.07) and there was a relationship between zinc
intake and the development of fine motor(ρ=0.011). There were relationships
between nutritional status, intakes of iron and zinc and fine motor development in

7-11 months of age infants at Hargorejo Village kokap Subdistrict Kulon Progo
Regency Yogyakarta.
Kata kunci
Kepustakaan

: status gizi, besi, seng, perkembangan motorik halus
: 66 : 1998 – 2014
fisik dan beresiko mengalami
masalah perkembangan motorik
(Santrock,
2011).
Anak
yang
mengalami kegagalan pertumbuhan
pada usia satu tahun pertama
kehidupan
akan
mengganggu
pertumbuhan, kematangan dan faal
sel syaraf, terutama di cerebellum

yang merupakan pusat koordinasi
gerak motorik. Gerakan motorik tidak
bisa dilakukan dengan sempurna
apabila mekanisme otot belum
sempurna. Kemampuan mekanik
dari striped muscle anak stunted
rendah karena kematangan otot
tersebut
lambat,
sehingga
mengakibatkan kemampuan motorik
anak stunted terhambat (Hurlock,
2001).

PENDAHULUAN
Perkembangan motorik halus
merupakan salah satu bagian
perkembangan
anak
yang

melibatkan koordinasi antara syaraf
pusat, syaraf dan otot serta
mengacu pada kontrol otot-otot kecil
tubuh, seperti gerakan tangan dan
jari-jari. Beberapa faktor yang
berpengaruh pada perkembangan
motorik halus adalah status gizi,
asupan besi dan asupan seng.
Kecepatan
dan
tingkat
perkembangan
berkaitan
erat
dengan kematangan fisiologis dari
sistem syaraf, otot dan kerangka
tubuh (Allen, 2010). Anak yang
malnutrisi
akan
cenderung

mengalami masalah pertumbuhan

2

menurunnya Insuline-Like Growth
Factor I (IGF-I), sehingga dapat
menghambat
pertumbuhan
(Nurlinda, 2013). Pertumbuhan yang
terhambat akibat defisiensi seng
akan
berpengaruh
terhadap
perkembangan motorik halus anak.
Kematangan syaraf pusat, saraf dan
otot akan terlambat pada anak
stunted
sehingga
kemampuan
motorik

akan
mengalami
keterlambatan (Allen, 2010).
Target Pemerintah dalam
BAPPENAS
(2013)
adalah
menurunkan angka stunted sampai
32% di setiap provinsi di Indonesia.
Data balita stunted di provinsi
Yogyakarta adalah 30% (Riskesdas,
2013). Data dari Puskesmas Kokap
bahwa jumlah balita stunted di Desa
Hargorejo,
Kecamatan
Kokap,
Kabupaten Kulon Progo, Provinsi
Yogyakarta lebih tinggi dari target
stunted pemerintah, yaitu mencapai
41% (Profil Puskesmas Kokap,

2014).
Hasil survey pendahuluan
yang dilakukan Peneliti pada bulan
Oktober 2015 terhadap 10 bayi usia
7-11 bulan di Desa Hargorejo bahwa
terdapat 3 bayi (30%) yang
mengalami keterlambatan motorik
halus yaitu bayi belum bisa
memungut dengan kedua tangannya
secara
bersamaan
dan
tidak
merespon
benda
yang
jatuh
disekitarnya, 3 bayi (30%) tidak
merespon
benda

yang
jatuh
disekitarnya dan 4 bayi (40%)
normal.
Berdasarkan latar belakang
diatas maka peneliti meneliti tentang
hubungan status gizi, asupan besi
dan
asupan
seng
terhadap
perkembangan motorik halus balita
usia 7-11 bulan di Desa Hargorejo,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon
Progo, Yogyakarta.

Asupan zat gizi makronutrien
dan
mikronutrien
akan

mempengaruhi tumbuh kembang
balita. Zat besi dan seng merupakan
mikronutrien yang ikut andil dalam
proses tumbuh kembang balita,
sehingga kekurangan asupan zat
besi dan seng akan berakibat negatif
pada perkembangan motorik halus
anak.
Defisiensi
besi
akan
menggangggu proses myelinasi.
Myelinasi yang tidak sempurna
menyebabkan informasi dari otak
pusat lambat diterima oleh sel tubuh,
sehingga tubuh lambat untuk
merespon informasi dari otak.
Gerakan tubuh yang lambat dalam
merespon
informasi
akan
menganggu perkembangan motorik
halus anak. Anak yang terlambat
mengalami kejadian penting motorik
memiliki tingkat myelinasi yang
menurun
secara
signifikan
(Santrock, 2011). Defisiensi besi
juga berpengaruh negatif terhadap
fungsi
sistem
neurotransmiter
sehingga
dapat
mengurangi
kepekaan reseptor saraf dopamin
(Almatsier,
2004).
Menurunnya
densitas dan afinitas reseptor
dopamin
akan
berpengaruh
terhadap performa motor, kognitif
dan perilaku (Mc Cann, 2007).
Seng merupakan mineral
yang
berperan
terhadap
pertumbuhan sel syaraf pusat. Seng
berkontribusi terhadap pembentukan
struktur dan fungsi otak (Nurlinda,
2013), yaitu sebagai neurotransmiter
(Grober,
2012).
Fungsi
neurotransmiter yang buruk akan
berpengaruh
terhadap
perkembangan
motorik
anak
(Gellens, 2014) karena dapat
menurunkan kepekaan reseptor
saraf
dopamin
yang
akan
berpengaruh terhadap performa
motorik anak (Mc Cann, 2007).
Defisiensi
seng
berpengaruh
terhadap hormon pertumbuhan yaitu

3

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
observasional dengan rancangan
cross-sectional.
Penelitian
ini
dilaksanakan pada Bulan November
2015 dengan lokasi penelitian di
Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap,
Kabupaten
Kulon
Progo,
Yogyakarta.
Populasi
dalam
penelitian ini adalah balita usia 7-11
bulan.
Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan
simple random sampling. Kriteria
inklusi yaitu ibu bayi bersedia
menjadi responden dan anaknya
menjadi sampel penelitian, bayi tidak
mempunyai kelainan mental, bayi
tidak mempunyai kelainan tulang,
bayi tidak premature dan tidak
BBLR.
Kriteria
Eksklusi
yaitu
responden
menyatakan
mengundurkan
diri
sebelum
pengambilan data selesai dan
sampel meninggal dunia. Jumlah
sampel penelitian ini adalah 44
sampel.
Data
panjang
badan
diperoleh
dengan
pengukuran
mengguanakan
length
board.
Antropometri PB/U dikategorikan
Dari data tersebut terlihat bahwa
prevalensi
stunted
di
Desa
Hargorejo lebih tinggi dibandingkan

stunted jika nilai z-score

Dokumen yang terkait

Hubungan antara Asupan Protein dan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Cikidang Kecamatan Cikidang Kabupaten Sukabumi tahun 2012

0 10 53

Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Tahun 2014

0 6 146

Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori pada Anak Usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat Tahun 2015

0 6 72

Studi Awal : Gambaran Status Gizi dan Asupan Kalsium Pada Anak Sekolah Usia 13-15 Tahun

0 4 53

Gambaran asupan karbohidrat dan status gizi anak usia 13-15 tahun di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015

1 18 58

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 6 17

PENDAHULUAN Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.

0 7 8

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN LEMAK, ASUPAN SERAT DAN STATUS GIZI TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI REMAJA Hubungan Antara Asupan Lemak, Asupan Serat Dan Status Gizi Terhadap Siklus Menstruasi Remaja Kelas X Dan XI Di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 3 8

HUBUNGAN ANTARA STATUS PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA BAYI USIA 7 Hubungan Antara Status Pemberian Asi Dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Bayi Usia 7 – 12 Bulan Di Desa Tohudan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

0 4 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Status Pemberian Asi Dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Bayi Usia 7 – 12 Bulan Di Desa Tohudan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

0 4 6