Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Tahun 2014

(1)

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

NURMALITA SANI

NIM : 108101000033

PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H / 2015 M


(2)

(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, Juli 2015

Nurmalita Sani, NIM: 108101000033

Hubungan Asupan Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Tahun 2014

(xvi + 103 halaman, 21 tabel, 2 bagan, 4 lampiran) ABSTRAK

Masih tinggi prevalensi stunting di Indonesia menjadi hal yang harus diperhatikan. Hal ini merupakan indikator malnutrisi kronik yang berkaitan dengan perkembangan motorik secara tidak langsung mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Periode lima tahun pertama kehidupan akan menentuka kualitas hidup anak di kemudian hari. Tujuan penelitian ini diketahuinya hubungan asupan gizi terhadap status perkembangan motorik kasar pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini balita usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat. Perhitungan besar sampel penelitian menggunakan uji hipotesis beda 2 proporsi dengan jumlah sampel penelitian yaitu 66 ibu yang mempunyai anak usia 6 sampai 18 bulan. Instrumen yang digunakan yaitu formulir FFQ semiquantitative, dan denver II. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak usia 6-18 bulan yang mengalami perkembangan motorik kasar tidak normal dan suspect sebesar 18,2%, adapun yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar adalah asupan besi P value 0,018 dan protein P value 0,05.

Kata Kunci: Asupan Gizi, Perkembangan Motorik Kasar, 6-18 Bulan, Pamulang. Daftar Bacaan: 38 (1973-2014)


(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY

MAJOR OF COMMUNITY HEALTH NUTRITION Undergraduate Thesis, Juli 2015

Nurmalita Sani, NIM: 108101000033

The Relationships Of Nutrient Intake With The Development Of Gross Motor For 6-18 Age Month Children At Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang In 2014

( xvi + 103 Pages, 21 Tables, 2 Charts, 4 Attachments ) ABSTRACT

The high number of prevalensi stunting in Indonesia become one thing that must be concerned. This is the indicator of chronic malnutrition which is related to the motor growth that indirectly will affect the quality of human resources. The first five year period of life will determine the life quality of the children in the future. The purpose of this research will determine the relation of nutrition with the development of gross motor for 6-18 age months’ children at Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang in 2014. This research used cross sectional research design. The population in this research is 6-18 age months toddler at Kelurahan Pamulang Barat. The sample calculation in this research is using 2 different proportion hypothesis test with 66 mothers of 6-18 old children as a sample test research. The instrument which used in this research are FFQ semiquantitative form, and denver II. The result of this research shows that 6-18 month children with abnormal gross motor development and suspect by 18, 2%. Which affect the development status of gross motor is iron (p=0,018) and protein (p=0,05).

Keywords : Nutrition, Gross Motor Development, 6-18 Months, Pamulang. References: 38 (1973-2014)


(5)

(6)

(7)

Nama Lengkap : Nurmalita Sani

Tempat Tanggal Lahir : Solok, 08 Maret 1991

Alamat : Jorong Sungai Jerinjing, Nagari Koto Ranah, Kecamatan Koto Besar, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

Handphone : 087876464165

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Email : faralitpeduliepid@yahoo.com RIWAYAT PENDIDIKAN

1996 – 2002 : SD Negeri 33 Telaga Biru (Padang) 2002 – 2005 : SMP Negeri 3 Sei.Rumbai (Padang) 2005 – 2008 : SMA Negeri 1 Dharmasraya (Padang)

2008 – Sekarang : S1 – Kesehatan Masyarakat, Peminatan Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN MAGANG

2010 : Program Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan


(8)

Bina Kesehatan Masyarakat, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2008-2009 : Anggota Muda KSR (Korps Suka Relawan) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2008-2009 : Koor. Keputrian Asrama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009-2010 : Koor. Danus KOMDA FKIK

2009-2010 : Sekretaris KOMA (Komunitas Mahasiswa Alumni Asrama) 89

2010-Juni 2011 : Bendahara Umun FLP-CIPUTAT

2010-2011 : Divisi HUMAS, FOSMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

: Koor.INFOKOM BEMF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010-Sekarang : Alumni Training Support (ATS) di ESQ 165 MENARA 165

PENGALAMAN KERJA

 Volunteer of Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma-Dompet Dhuafa (LKC-DD) as Medical Team and Resource Team

 Work of Cita Sehat Foundation-Rumah Zakat Indonesia (CSF-RZI) as Health Project Head

 Work of PKPU as Medical Team and Nutrisionist

 Volunteer of ESQ 165 as Facilitator Outbond and ATS (Alumni Training Support)


(9)

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas Berkat dan Rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam tak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Besar

Muhammad Shallallahu„alaihi wassalam, isteri-isteri, keluarga, sahabat dan pengikut mereka dalam kebajikan hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu upaya dari saya sebagai mahasiswa dalam memenuhi kewajibannya sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Penyelesaian skripsi ini melalui banyak proses yang telah saya lalui dalam waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua saya terkasih, Bapak Djait, Amak Sutini untuk kasih sayang yang tidak terhingga yang telah mendidik dan membesarkan saya hingga saat ini, mengajarkan begitu banyak hal tentang arti syukur, cinta dan pengorbanan. Iringan doa dan motivasi selalu menjadi penyemangat dan inspirasi untuk tidak berhenti berusaha dan melakukan yang terbaik. Kedua orang tua saya adalah

“SAYAP” untuk terbang tinggi menggapai cita.

2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan menjadi Pembimbing Skripsi 1 yang telah memberikan masukan dan semangat, terimakasih banyak bapak sumber motivasi. Terhatur doa indah agar bapak selalu sehat dan menyebarkan nilai-nilai spiritual.

3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas perhatian dan kelapangan hati dalam memotivasi saya. Terhatur doa indah untuk ibu agar selalu sehat.


(10)

memberikan bimbingan, masukan dan pengarahannya selama penyusunan skripsi ini. Tidak hanya bimbingan yang saya dapatkan dari ibu, tapi saya merasakan perhatian dan kasih sayang ibu. Terhatur doa indah selalu untuk ibu agar selalu sehat dan semangat.

5. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, sebagai penguji skripsi 1 yang telah memberikan lebih dari seorang dosen penguji, pesan dan nasehat yang diberikan selalu menjadi kekuatan untuk menjadi lebih baik lagi. Terimakasih ibu, terhatur doa indah agar ibu senantiasa sehat.

6. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM, sebagai penguji skripsi II yang telah memberikan perhatian, saran dan nasehat kepada penulis untuk menjadi perempuan yang shalihah. Terimakasih ibu shalihah, semoga Allah selalu limpahkan rahmatNya kepada ibu.

7. Ibu Mukhlidah Hanun Siregar, MKM, sebagai penguji skripsi III yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya untuk perbaikkan skripsi lebih baik lagi. Terimakasih banyak ibu, semoga berbalas kebaikkan dan kemudahan disetiap aktivitasnya.

8. Segenap bapak ibu dosen Kesehatan Masyarakat yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan memberikan pengarahannya selama prosesi akademi.

9. Ibu-ibu kader posyandu di Kelurahan Pamulang yang selalu bersedia membantu dalam memberikan informasi dan menemani saya dalam kegiatan posyandu. 10.Ibu bidan Lenni di Puskesmas Pamulang yang telah bersedia memberikan izin

untuk saya turun lapangan di wilayah binaannya.

11.Mas Febri dan Adek Archi beserta keluarga besar yang selalu menanyakan

“mbak kapan pulang” dari pertanyaan itulah membuat kobaran semangat saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dan memberikan yang terbaik bagi mereka. 12.Sahabat saya di Jurusan Kesehatan Masyarakat 08:Unil Rinilda, Teteh Irma, Dimi, Ika, mbak Rima, Melda, yang selalu menyemangati dan mendoakan untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

Kak Elwi, mbak Fanny, yang telah menemani dan memberikan motivasi untuk segera bergerak maju menjadi yang terbaik. Senyum kalian semangat buatku. 14.Sahabat TRIO DUA DIGIT : Ciiin Via dan Teh Neng Ida, yang memberikan

injeksi semangat bersama untuk segera melepaskan label 2 digit.

15.Untuk Asisten Trainer di Pesawat Tempur ESQ Leadership Center: Abang Opi-ode, Aa Sandy, Aa Bayu, Kak Kemas yang selalu memberikan celetukan “sani

kapan lulus”..oohh sungguh sampai panas hati. Tapi ini adalah alarm saya untuk segera menyelesaikan skripsi agar bisa melanjutkan cita dan dream.

16.Untuk Trainer ESQ 165: Pak Iman Herdimansyah beserta Ummi Amel, Ayah Fahrul Jamal beserta Bunda Dwi, Bunda Dining, Kak Risman, Kak Adek, Kak Reggy, Kak Tiko, Mas Singgih, yang selalu memberikan semangat dan suntikan kepada saya untuk segera menggapai cita selanjutnya.

17.Ibu Hj.Bahriah Tang di Mamuju yang doanya tercurah pula dalam menyelesaikan skripsi ini.

18.Abang Opi-ode yang selalu menunggu, mengingatkan, mendoakan, memberikan kata-kata sederhana yang banyak mempengaruhi saya dalam maju dan menyelesaikan skripsi ini dan segera terbang ke negeri impian.

19.Serta kepada berbagai pihak yang turut mendukung dan membantu atas terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih terdapatbanyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. Maka dari itu, penulisberharap akan adanya penyusunan yang lebih baik untuk generasi mendatang.Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Jakarta, Juli 2015


(12)

xi

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN……… ... v

RIWAYAT HIDUP……… vi

KATA PENGANTAR... ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 9

1.4 Tujuan ... 11

1.4.1 Tujuan Umum ... 11

1.4.2 Tujuan Khusus ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.5.1 Bagi Pelayan Kesehatan ... 13

1.5.2 Bagi Masyarakat... 13

1.5.3 Bagi Peneliti ... 13

1.5.4 Bagi Kader Posyandu ... 13

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 2.1 Perekembangan Motorik Kasar……….. ... 15

2.1.1 Pengertian Perkembangan Motorik ... 15

2.1.2 Prinsip Perkembangan Motorik Kasar ... 16

2.1.3 Aspek-Aspek yang Berhubungan dengan Perkembangan Motorik Kasar... 17

2.1.4 Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 6-18 Bulan………... 19

2.1.5 Penilaian Perkembangan Motorik pada Anak ... 21

2.2 Kebutuhan Gizi Anak Balita ... 24

2.3 Hubungan Asupan Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak ... 27

2.3.1 Energi ... 27

2.3.2 Protein ... 29

2.3.3 Karbohidrat ... 31

2.3.4 Lemak ... 34

2.3.5 Seng (Zn) ... 35

2.3.6 Besi (Fe) ... 37

2.4 Penilaian Asupan Gizi ... 38

2.5 Kerangka Teori... 39

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…... 3.1 Kerangka Konsep ... 40


(13)

xii

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ...

4.1 Desain Penelitian ... 46

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

4.3 Populasi dan Sampel ... 46

4.4 Instrumen Penelitian ... 50

4.5 Pengumpulan Data ... 52

4.6 Pengolahan Data ... 52

4.7 Analisis Data ... 53

BAB V HASIL PENELITIAN ... 5.1 Analisis Univariat ... 55

5.1.1 Gambaran Asupan energi ... 55

5.1.2 Gambaran Asupan Protein ... 56

5.1.3Gambaran Asupan Lemak ... 57

5.1.4 Gambaran Asupan Karbohidrat ... 57

5.1.5 Gambaran Asupan Besi ... 58

5.1.6 Gambaran Asupan Seng ... 59

5.1.7 Gambaran Perkembangan Motorik Kasar ... 60

5.2 Analisis Bivariat ... 61

5.2.1 Hubungan Antara Konsumsi Energi Dengan Perkembangan Motorik Kasar ... 61

5.2.2 Hubungan Antara Konsumsi Protein Dengan Perkembangan Motorik Kasar ... 62

5.2.3 Hubungan Antara Konsumsi Lemak Dengan Perkembangan Motorik Kasar ... 64

5.2.4 Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat Dengan Perkembangan Motorik Kasar ... 65

5.2.5 Hubungan Antara Konsumsi Besi Dengan Perkembangan Motorik Kasar ... 66

5.2.6 Hubungan Antara Konsumsi Seng Dengan Perkembangan Motorik Kasar ... 68

BAB. VI PEMBAHASAN……….. 6.1 Keterbatasan Penelitian ... 70

6.2 Gambaran Status Perkembangan Motorik Kasar ... 71

6.3 Gambaran Asupan Energi Dan Hubungannya Dengan Perkembangan Motorik Kasar... 72

6.4 Gambaran Asupan Protein Dan Hubungannya Dengan Perkembangan Motorik Kasar ... 75

6.5 Gambaran Asupan Lemak Dan Hubungannya Dengan Perkembangan Motorik Kasar ... 78

6.6 Gambaran Asupan Karbohidrat Dan Hubungannya Dengan Perkembangan Motorik Kasar... 81

6.7 Gambaran Asupan Besi Dan Hubungannya Dengan Perkembangan Motorik Kasar... 84


(14)

xiii BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ... 93

7.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ………. 98


(15)

xiv

Tabel 2.1 Kebutuhan Energi Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan AKG

2013 Rata-Rata Perhari……….. 28

Tabel 2.2 Kebutuhan Protein Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan AKG 2013 Rata-Rata Perhari……….. 31

Tabel 2.3 Kebutuhan Karbohidrat Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan AKG 2013 Rata-Rata Perhari………. 32

Tabel 2.4 Kebutuhan Lemak Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan AKG 2013 Rata-Rata Perhari……….. 35

Tabel 2.5 Kebutuhan Seng Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan AKG 2013 Rata-Rata Perhari………... 36

Tabel 2.6 Kebutuhan Besi Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan AKG 2013 Rata-Rata Perhari………... 37

Tabel 3.2 Definisi Operasional………... 41

Tabel 4.1 Jumlah Sampel Yang Dibutuhkan Setiap Posyandu………... 49

Tabel 5.1 Distribusi Konsumsi Energi ……….. 55

Tabel 5.2 Distribusi Konsumsi Protein ………. 56

Tabel 5.3 Distribusi Konsumsi Lemak ……….. 57

Tabel 5.4 Distribusi Konsumsi Karbohidrat ……….. 58

Tabel 5.5 Distribusi Konsumsi Besi ………... 58

Tabel 5.6 Distribusi Konsumsi Seng ………. 59

Tabel 5.7 Gambaran Perkembangan Motorik Kasar Anak …... 60

Tabel 5.8 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Energi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak ………... 61

Tabel 5.9 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Protein Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak ………... 63

Tabel 5.10 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Lemak Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak ………... 64

Tabel 5.11 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Kerbohidrat Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak ………... 65

Tabel 5.12 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Besi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak………... 67

Tabel 5.13 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Seng Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak ………... 68


(16)

xv

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 39


(17)

xvi

Nomor Lampiran Judul Lampiran

1 Formulir Food Frequensi Semiquantitative

2 Kuesioner Denver II

3 Food Model

4 Surat Izin Penelitian

5 Hasil Univariat


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia 0-24 bulan sehingga masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age” atau periode emas dan periode kritis. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Pemberian asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang secara optimal juga perlu diperhatikan, karena jika asupan gizi tidak terpenuhi sesuai kebutuhannya, golden age akan menjadi periode kritis. Dimana periode kritis ini akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. Selain itu pada usia tersebut, rentan terjadi malnutrisi dan stunting yang merupakan keadaan malnutrisi kronik yang berkaitan dengan perkembangan otak anak khususnya terhadap bagian cerebellum yang merupakan pusat koordinasi gerak motorik (Nutrisiani, 2010).

Soetjiningsih (1995) menyebutkan bahwa perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal sosial dan adaptif. Perkembangan motorik kasar pada anak lebih dahulu terlihat dibandingkan motorik halus seperti kegiatan memegang benda ukuran besar daripada ukuran kecil (Sutrisno, 2014). Motorik kasar merupakan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh


(19)

motorik kasar diperlukan untuk anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya (Sunaryo dalam Sutrisno, 2014).

Perkembangan motorik kasar anak merupakan aspek penting dalam kehidupan beragama. Agama islam telah pula menekankan pentingnya memberikan pendidikan dan pengajaran terhadap anak secara baik. Hal ini ditegaskan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam (SAW) yang bersabda dengan

artinya: “ dari Abi Rafi: Kewajiban orang tua terhadap anaknya mengajari

berenang dan memanah, mengajarinya tulis baca, tidak memberinya rezeki

kecuali yang baik” (HR.Baihaqi). Selanjutnya dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “ Mengapa tidak diajarkan padanya (anak) menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca” (HR.Nasai).

Lalu At-Thabrani meriwayatkan banwa Rasulullah SAW bersabda yang

artinya: “ Segala sesuatu dengan tidak menyebut asma Allah, maka ia adalah

senda gurau belaka, kecuali empat perkara: berjalannya seseorang antara dua tujuan (untuk memanah), latihan dalam menunggang kuda, bermain dengan

keluarga dan belajar renang”.

Penjelasan beberapa hadits yang disabdakan Rasulullah SAW seperti yang diungkapkan di atas, seperti memanah, berenang, dan berpacu kuda merupakan aktivitas otot-otot besar dalam gerakan motorik kasar yang membutuhkan rangsangan gerak yang terkoordinasikan oleh otak. Kegiatan memanah selain melatih gerak otot juga melatih daya fokus dan tepat sasaran sehingga diperlukan dukungan penyampaian impuls yang baik dalam otak, maka dibutuhkannya


(20)

asupan gizi yang cukup. Begitu Islam telah mengajarkan pentingnya gerak motorik kasar diajarkan sejak dini.

Menurut Hurlock(1978) perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Cerebellum atau otak yang lebih bawah yang mengendalikan keseimbangan, berkembang dengan cepat selama tahun awal kehidupan dan praktis mencapai ukuran kematangan pada waktu anak berusia 5 tahun, demikian juga otak yang lebih atas atau cerebrum, khususnya ruang masuk depan yang mengendalikan gerakan terampil berkembang dalam beberapa tahun permulaan. Gerakan terampil belum dapat dikuasai sebelum mekanisme otot anak berkembang. Kemampuan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan saraf motoriknya adalah melalui pemberian asupan gizi yang seimbang. Pemberian asupan gizi yang sangat berperan dalam tumbuh kembang anak mulai dari janin dalam kandungan, balita, anak usia sekolah, remaja bahkan sampai dewasa (Zaviera, 2008).

Apabila anak mengalami kekurangan gizi akan berdampak pada keterbatasan pertumbuhan, rentan terhadap infeksi, peradangan kulit dan akhirnya dapat menghambat perkembangan anak meliputi kognitif, motorik, bahasa, dan keterampilannya dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi baik. Salah satu proses kemampuan motorik anak adalah kemampuan motorik kasar yang berkaitan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh gerakan otot-otot besar (Antoni, 2005).


(21)

Asupan gizi yang harus terpenuhi untuk anak juga dijelaskan dalam ajaran

Islam seperti yang dituangkan dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 88

Artinya: “ Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah

telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.

Asupan gizi diperoleh dari bahan makanan yang halal, menurut syariat merupakan makanan yang diperoleh, diolah dan dikonsumsi dengan cara yang tidak dilarang dan bukan asupan makanan yang diharamkan berdasarkan segi zatnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (2003), dari 98 anak yang diteliti 60% perkembangan motoriknya baik dan sisanya mengalami perkembangan yang terlambat yaitu 40%. Ditemukan bahwa ada hubungan antara status gizi, asupan gizi seperti energi dan asupan protein terhadap perkembangan motorik kasar balita. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Olney, et al (2007) dalam Lisma (2010) menunjukan bahwa anak di Kepulauan Timur Afrika (Zanzibari) yang kekurangan zat besi, anemia dan stunting memiliki skor kemampuan motorik kasar lebih rendah dan membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan gerakan-gerakan perpindahan.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kekurangan beberapa zat gizi mempunyai dampak negatif terhadap proses pertumbuhan kembang otak. Anak


(22)

membutuhkan energi dan protein per kilogram berat badan lebih banyak daripada orang dewasa, karena anak masih bertumbuh dan berkembang. Selain itu nutrisi yang dikonsumsi harus seimbang. Artinya, proporsi protein, hidrat arang, dan lemak masing-masing adalah 10-20%, 50-60% dan 20-30% dari kalori yang dibutuhkan. Kelengkapan zat gizi dalam makanan merupakan hal yang mutlak dengan jumlah yang sesuai dengan angka kecukupan gizi (Zaviera, 2008).

Asupan gizi merupakan kebutuhan anak yang berperan dalam proses tumbuh kembang terutama tumbuh kembang otak. Berdasarkan Susanty, et al (2012) asupan zat gizi yang penting untuk fungsi motorik meliputi energi, protein, besi dan seng. Energi dan protein berperan dalam proses proliferasi, difersensiasi sel, dan synaptogenesis. Besi berperan dalam sistesis monoamine, metabolisme energi di neuron dan sel glia serta mielinisasi. Seng berperan dalam sistesis DNA dan pelepasan neurotransmitter. Didapatkan hasil uji korelasi menunjukan ada hubungan asupan energi dengan perkembangan kasar sebesar 20%, sedangkan untuk asupan protein sebesar 27% yang berhubungan dengan perkembangan motorik kasar anak.

Selain itu hasil penelitian Kartika, dkk (2002) menunjukan bahwa terdapat perbedaan laju pertumbuhan motorik pada anak yang diberi suplementasi tinggi energi dan zat mikro, didapatkan sebesar 66,7% anak mengalami kemampuan motorik kasar lambat akibat asupan energi kurang, dan 80% anak mengalami kekurangan asupan protein sehingga kemampuan motorik kasar anak terganggu. Oleh karena itu, asupan gizi yang baik akan menunjang pertumbuhan dan


(23)

perkembangan anak, karena zat gizi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak khususnya perkembangan motorik kasar anak.

Sampai saat ini deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan balita di Indonesia belum dilakukan secara rutin, sehingga belum terlihat pelaporan yang menunjukan tentang kondisi tumbuh kembang balita. Perhatian utama masih difokuskan pada pertumbuhan fisik yang pemantauannya dilakukan di posyandu secara berkali melalui kegiatan penimbangan.

Perkembangan motor milestone pada anak normal terjadi dari 0 bulan sampai mencapai kemampuan maksimal seperti berjalan, berlari, melompati pada usia 18 bulan. Pada usia 0 sampai 3 bulan tidak ada perubahan perkembangan yang berbeda, yaitu hanya terlentang saja. Pada usia 3-18 bulan terjadi perkembangan otak optimal sehingga masa ini disebut masa critical period dan peranan gizi sangat signifikan. Makanan yang diberikan pada waktu perkembangan otak yang pesat tersebut berhubungan erat dengan nasib anak di kemudian hari, apakan menjadi cerdas atau kurang cerdas otaknya. WHO merekomendasikan bahwa anak mulai menerima makanan pada usia 6 bulan selain ASI, awalnya 2-3 kali sehari, pada usia anak 6-8 bulan meningkat menjadi 3-4 kali sehari, dan pada usia 9-11 bulan dan 12-24 bulan diberikan makanan tambahan bergizi 1-2 per hari diantara waktu makan (WHO, 2005).

Beberapa tahun terakhir ini semakin meningkatnya angka kejadian seperti keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autism di Amerika Serikat 12%-16%, Thailand 24%, Argentina 22% dan di Indonesia antara 13%-18% (Alimul, 2010).


(24)

Hasil survei Departemen Kesehatan RI pada tahun 2006, diketahui sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat. Sedangkan menurut Pusponegoro (2006) dalam Nursadiyah (2010) menjelaskan setiap 2 dari 1.000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik, oleh karenanya diperlukannya kecepatan menegakkan diagnosis dan terapi jika diperlukan dalam proses penyembuhan.

Menurut Riskesdas (2010), diketahui prevalensi berat kurang sebesar 17,9% terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Dan provinsi Banten termasuk ke dalam 18 provinsi yang memiliki angka prevalensi lebih besar dari nasional dengan angka 30,5%.

Berdasarkan data dinas kesehatan kota Tangerang tahun 2010, puskesmas Pamulang merupakan puskesmas yang prevalensi gizi buruk tertinggi pertama yaitu sebesar 2,17%.Wilayah kerja puskesmas Pamulang meliputi 4 kelurahan yaitu kelurahan Pamulang Barat, kelurahan Pamulang Timur, kelurahan Pondok Cabe Ilir dan kelurahan Pondok Cabe Udik. Berdasarkan Pemantauan Status Gizi, prevalensi gizi kurang yang paling banyak ditemukan terjadi di Pamulang Barat sebesar 2,36%, dengan demikian menunjukan bahwa kelurahan Pamulang Barat merupakan kelurahan dengan prevalensi tertinggi. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian di wilayah kelurahan Pamulang Barat.

Permasalahan kesehatan pada bayi yang berkaitan dengan ketidak normalan perkembangan motorik kasar, telah dilaporkan terjadi di wilayah Labang Bangkalan Madura dengan hasil menunjukan 91,7% responden (Fitria dalam Sulpi 2013). Namun data penelitian mengenai hal ini terutama di wilayah


(25)

Tangerang Selatan sangat terbatas. Selanjutnya berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yekti (2008) dalam Sutrisno (2014) diketahui bahwa tingkat perkembangan motorik kasar anak wilayah kerja puskesmas Kampung Sawah pada baduta mengalami keterlambatan pada periode tertentu sebanyak 34 anak (77,3%). Sedangkan jumlah baduta yang motorik kasarnya normal hanya 10 anak (22,7%).

Selain itu dari hasil studi pendahuluan, observasi dan wawancara sementara yang dilakukan oleh peneliti di Kelurahan Pamulang Barat pada anak usia rentang 6-18 bulan diketahui bahwa 60% anak berada pada status perkembangan motorik kurang dan suspect, serta 40% anak berada pada status perkembangan motorik normal.

Dapat disimpulkan bahwa anak yang mengalami malnutrisi akan mengalami keterlambatan kematangan sel saraf bagian cerebellum sebagai pusat koordinasi gerak motorik. Jika perkembangan motorik tidak optimal, maka akan mempengaruhi terhadap keberlangsungan hidup pada masa yang akan datang.

Melihat uraian masalah diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Asupan Gizi terhadap Perkembangan Motorik Kasar pada Anak 6- 18

bulan di Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Perkembangan motorik adalah segala kegiatan yang diatur oleh otak, dan asupan gizi harus dipenuhi untuk mengoptimalkan kerja otak dalam mengkoordinasikan otot gerak disetiap aktifitas perkembangan motorik kasar. Jika


(26)

asupan gizi kurang, maka akan mempengaruhi kerja otak dalam mengkoordinasikan gerak otot, sehingga status perkembangan motorik kasar anak akan mengalami gangguan. Dari hasil studi pendahuluan di Kelurahan Pamulang Barat, ditemukan 60% orang anak yang mengalami perkembangan motorik kasar berada pada status kurang dan suspect dan hanya 40% anak berstatus normal. Makanan yang diberikan pada waktu perkembangan otak yang pesat, berhubungan erat dengan nasib anak di kemudian hari, apakah menjadi normal atau mengalami gangguan dalam perkembangan motorik kasarnya.

Hal ini yang menjadikan peneliti ingin meneliti pada usia 6-18 bulan, pemilihan dimulai dari 6 bulan dikarenakan anak baru terlepas dari mengkonsumsi ASI ekslusif dan baru mengenal asupan makanan selain ASI, yaitu makanan tambahan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui hubungan asupan gizi dengan perkembangan motorik anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat pada tahun 2014.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan hal tersebut di atas, adapun hal yang menjadi pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana gambaran motorik kasar pada anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

2. Bagaimana gambaran asupan energi pada anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

3. Bagaimana gambaran asupan protein pada anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?


(27)

4. Bagaimana gambaran asupan lemak pada anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

5. Bagaimana gambaran asupan karbohidrat pada anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

6. Bagaimana gambaran asupan besi (Fe) pada anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

7. Bagaimana gambaran asupan seng (Zn) pada anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

8. Adakah hubungan asupan energi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

9. Adakah hubungan asupan protein dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

10.Adakah hubungan asupan lemak dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

11.Adakah hubungan asupan karbohidrat dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

12.Adakah hubungan asupan zat besi (Fe) dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?


(28)

13.Adakah hubungan asupan seng (Zinc) dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6 sampai 18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan asupan gizi seperti energi, protein, karbohidrat, lemak, Seng (Zinc) dan Besi (Fe) terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran perkembangan motorik kasar pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

2. Diketahui gambaran asupan energi pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

3. Diketahui gambaran asupan protein pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

4. Diketahui gambaran asupan lemak pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

5. Diketahui gambaran asupan karbohidrat pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

6. Diketahui gambaran asupan besi (Fe) pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.


(29)

7. Diketahui gambaran asupan seng (Zn) pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

8. Diketahuinya hubungan asupan energi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014. 9. Diketahuinya hubungan asupan protein dengan perkembangan motorik

kasar anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014. 10.Diketahuinya hubungan asupan lemak dengan perkembangan motorik

kasar anak 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014. 11.Diketahuinya hubungan asupan karbohidrat dengan perkembangan

motorik kasar anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

12.Diketahuinya hubungan asupan zat besi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014. 13.Diketahuinya hubungan asupan seng dengan perkembangan motorik

kasar anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

1.5 Manfaat penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelititan tentang hubungan asupan gizi terhadap perkembangan motorik anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Pesan Rasulullah SAW: “Khairunnas anfa’uhum linnaas “ yang artinya


(30)

Seperti halnya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi orang lain, berikut manfaat penelitian:

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam program gizi di Puskemas Kecamatan pamulang.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua agar bisa memberikan asupan gizi yang tepat dalam perkembangan motorik kasar pada balita.

3. Bagi Penelitian

Memperoleh pengalaman langsung dalam merencanakan, melaksanakan dan menyusun hasil penelitian tentang hubungan asupan gizi dengan perkembangan motorik kasar anak di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014. Selain itu untuk memperkuat hasil penelitian yang telah ada dan menjadi acuan untuk penelitian terkait yang lebih spesifik.

4. Bagi Kader Posyandu

Kader posyandu sebagai tonggak kesehatan pertama dalam masyarakat diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan KMS-P sebagai pemantau perkembangan dan bukan hanya pemantauan pertumbuhan. Selain itu dapat memberikan PMT yang sesuai dengan usia anak.


(31)

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan gizi masyarakat program studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui hubungan asupan gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan April-Desember tahun 2014. Sampel penelitian ini dilakukan pada anak usia 6-18 bulan yang berada di Kelurahan Pamulang Barat dengan melihat asupan gizi yang dikonsumsi dan perkembangan motoriknya. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari instrument penelitian yaitu food frequency semiquantitatif dan lembar denver II untuk menentukan penilaian status perkembangan motorik kasar pada anak.


(32)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Motorik Kasar

2.1.1 Pengertian Motorik Kasar

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terintegrasi antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord (Hurlock, 1995). Perkembangan motorik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan dan semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh tubuh manusia.

Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih (1995), motorik kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan berlari.

Sejalan dengan pemaparan Sujiono (2007) dalam Sutrisno (2014) mengemukakan bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak, melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh. Gerakan ini memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar, membutuhkan kematangan dalam koordinasi.

Selanjutnya menurut Satoto (1990) dalam Sulpi (2013) menyatakan bahwa perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara SSP (Sistem Saraf


(33)

Pusat), saraf perifer, dan otot yang dimulai dengan gerakan-gerakan kasar yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan halus. Artinya, perkembangan motorik kasar lebih dahulu berkembang dibanding dengan perkembangan motorik halus.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bawa perkembangan motorik kasar merupakan aktivitas gerakan bagian tubuh yang dikoordinasikan oleh otak sebagai pusat gerak. Selain itu sebagai proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak, gerakan merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

2.1.2 Prinsip Perkembangan Motorik Kasar

Menurut Hurlock (1978) menyatakan bahwa ada lima prinsip perkembangan motorik kasar yang diuraikan sebagai berikut:

1. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf.

Otak sebagai pusat koordinasi setiap gerakan yang dilakukan anak, akan mempengaruhi perkembangan motorik. Dibutuhkan kematangan perkembangan sistem syaraf otak yang dapat mengatur otot, dimana semakin baik perkembangan sitem otak maka akan baik pula perkembangan motorik anak, karena didukung oleh kekuatan otot yang baik.

2. Perkembangan yang berlangsung secara terus-menerus.

Berdasarkan hukum rangkaian perkembangan, hukum cephalocaudal menerangkan bahwa perkembangan menyebar ke seluruh tubuh dari kaki hingga ke kepala, kemajuan struktur dan funsi pertama-tama terjadi di


(34)

kepala, kemudian badan dan terakhir di tungkai. Hukun proximodisal menerangkan tentang perkembangan bergerak dari yang dekat ke yang jauh. Adanya tahapan dari tonjolan lengan memanjang dan kemudian berkembang menjadi tangan dan jari.

3. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan.

Hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Setiap perkembangan motorik dapat diramalkan, misalnya anak yang dapat duduk lebih dahulu maka akan lebih awal pula dalam berjalan dibandingkan anak yang duduknya terlambat.

4. Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.

Urutan perkembangan setiap anak sama, akan tetapi faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi kecepatan perkembangannya.

5. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari. Gerakan yang tidak disadari atau reflek primitive secara otomatis pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan yang disadari.

2.1.3 Aspek-Aspek Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Motorik a. Kematangan Syaraf

Syaraf berfungsi mengontrol gerakan motorik yang dilakukan anak secara luas. Otak besar yang mengontrol gerakan motorik kasar


(35)

berkembang lebih cepat dibandingkan otak kecil yang mengontrol gerakan motorik halus.

b. Sistem Syaraf

Sistem syaraf merupakan salah satu sistem organ yang ada di tubuh manusia yang merupakan sebuah sistem jaringan komunikasi, sel-sel syaraf di setiap bagian dari tubuh memainkan peran dalam proses menanggapi rangsangan dan pengendalian otot-otot.

c. Mekanisme Gerak

d. Mekanisme Kontraksi Otot

Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1) Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.

2) Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang).

3) Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.

4) Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada peningkatan tegangan kontraksi.


(36)

5) Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.

e. Gizi

Anak yang mengalami kurang energi dan protein akan menjadi tidak aktif, apatis, pasif dan tidak mampu berkonsentrasi, hal ini disebut functional isolationis yang terjadi pula pada tikus kurang gizi. Ketersediaan energi yang cukup banyak dibutuhkan dalam melakukan aktifitas motorik seperti tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan dan berlari, jika mengalami KEP, akan ada keterlambatan dalam perkembangan motor milestone.

Usia kurang dari 18 bulan membawa keuntungan yang nyata terhadap kecerdasan anak sampai 8 tahun kemudian, dan perkembangan neurologi sebelum 18 bulan berhubungan erat dengan defisiensi gizi yang dapat bersifat permanen karena umur 18 merupakan batas atau cut off point dimana masa kritisnya terjadi pada usia 6-18 bulan. Kurangnya asupan gizi dapat berakibat defisitnya myelinisasi pada otak, artinya terjadi kesulitan dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron yang lain. 2.1.4 Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 6-18 Bulan

Kemampuan perkembangan motorik kasar yang harus dicapai anak sesuai usianya berdasarkan Depkes, 2006 adalah sebagai berikut:

a. Kelompok Usia 6 Bulan:


(37)

- Merespon dengan riang gembira ketika diberikan stimulus. - Menggoyangkan kedua kakinya.

- Dapat merangkak. b. Kelompok Usia 9 Bulan:

- Mengangkat dan menurunkan bokong serta punggungnya. - Dapat duduk dengan sendiri selama 60 detik.

- Dapat merangkak.

- Dapat mencoba berdiri dengan berpegangan. c. Kelompok Usia 12 Bulan:

- Anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan pada kursi/meja.

- Anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa bantuan. - Anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan.

d. Kelompok Usia 15 Bulan:

- Anak dapat berjalan sendiri atau jalan dengan berpegangan.

- Anak dapat berdiri sendiri tanpa pegangan selama kira-kira 5 detik. - Anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau

lebih.

- Tanpa pegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali.

- Anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyun-huyun.


(38)

e. Kelompok Usia 18 Bulan:

- Anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik. - Anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau

lebih.

- Tanpa pegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali.

- Anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyun-huyun.

2.1.5 Penilaian Perkembangan Motorik Pada Anak

Dalam Moersintowarti (2002) menyatakan bahwa perkembangan anak pada fase awal dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional yaitu motorik kasar, motorik halus dan penglihatan, berbicara bahasa dan pendengaran, sosial emosi dan perilaku.

Kemajuan perkembangan pada anak ditentukan oleh pencapaian kemampuan fungsionalnya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Terdapat pola kemajuan perkembangan yang nyata dan konsisten dan dapat digambarkan dalam patokan kemampuan perkembangan berjenjang yang penting.

b. Kemajuan perkembangan untuk setiap kemampuan selalu dipertimbangkan dalam jangka panjang terhadap waktu.


(39)

d. Angka median umur untuk kemampuan menunjukan bahwa 50% populasi standar akan mencapai tingkatan kemampuan tersebut, akan tetapi tidak menunjukan apakah seseorang berada di luar rentang normal.

e. Batasan usia menunjukan bahwa suatu patokan kemampuan sudah harus dicapai, batas ini penting untuk memonitor perkembangan, bila gagal mencapainya memberikan petunjuk untuk segera melakukan penilaian yang lebih rinci, pemeriksaan dan intervensi.

Penilaian perkembangan anak dilakukan pada program kegiatan surveilans dan skrining, kepedulian orang tua, dan oleh para professional di bidang perkembangan anak. Salah satu instrument untuk skrining yang dipakai adalah Denver II yang merupakan penilaian perkembangan anak yang memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik dan yang paling luas digunakan. Soetjiningsih (1995) menerangkan bahwa tes denver II dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi serta mudah dan cepat dilakukan. Denver II memiliki empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi:

a. Perilaku sosial (Personal social)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.

b. Gerakan Motorik halus (Fine motor adaptive)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengatasi sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh


(40)

tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

c. Bahasa (Language)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. d. Gerakan motorik kasar (Gross motor)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan sikap tubuh yang menggunakan otot-otot besar.

Lembar skor dari denver ini didesain unik, karena setiap item uji diwakili dengan sebuah bar (batang) yang ditempatkan di antara skala usia, yaitu satu pada bagian atas dan satu pada bagian bawah lembaran skor. Masing-masing batang diskalakan untuk menunjukan 25%, 50%, 75%, dan 90% dari anak-anak normal dapat menyelesaikan item tertentu. Penentuan item uji dimulai dengan menentukan usia anak dalam skala usia kemudian menarik sebuah garis lurus dari atas ke bawah skala. Jumlah item uji yang akan dipergunakan adalah bervariasi terhadap usia. Item yang dilalui garis usia, akan dinilai dan tiga item yang berada di sebelah kanan garis usia juga harus diperiksa. Masing-masing item akan diberikan nilai :

a. P (Passed) lulus: apabila anak dapat melakukan semua kemampuan tes yang diberikan dengan baik atau dari laporan ibu/pengasuh yang tepat dan dipercaya bahwa anak dapat melakukannya.


(41)

b. F (Fail) gagal: apabila anak gagal atau tidak dapat melakukan tes kemampuan yang diberikan atau dari laporan ibu/pengasuh yang tepat dan dapat dipercaya.

c. No (No Opportunity) tidak ada kesempatan: anak tidak mampu melakukan kemampuan tes yang diberikan karena ada hambatan.

d. R (Resufal) menolak: anak menolak untuk melakukan tes.

e. B (By Report) dengan bantuan orang tua: anak melakukan tes dengan bantuan orang tua. Apabila anak dapat melakukannya maka lulus, sedangkan apabila anak tidak dapat melakukannya berarti gagal.

Setelah itu dihitung berapa jumlah P, F dan sebagainya. Berdasarkan pedoman hasil tes diklasifikasikan dalam normal, suspect dan tidak dapat diuji.

1) Normal, jika; lulus semua tes kemampuan yang diberikan atau tidak terdapat keterlambatan; ada 1 peringatan.

2) Suspect, jika; ada dua atau lebih peringatan atau 1 keterlambatan atau lebih pada satu sektor.

3) Tidak normal, jika; apabila ada sektor menolak 1 atau lebih dari item yang berada di sebelah garis umur; menolak lebih dari 1 item pada area 75%-90%.

2.2 Kebutuhan Gizi Anak Balita

Supariasa (2001) menjelaskan gizi merupakan ilmu mengenai makanan, zat makanan dan komponen lainnya, sedangkan zat gizi merupakan bagian dari makanan. Gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,


(42)

penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.

Makanan dan zat gizi adalah balok pembangun yang membantu membentuk gigi, tulang dan otot yang kuat, jaringan yang sehat, perkembangan saraf otak dan sistem daya tahan tubuh. Setiap hari anak perlu mendapatkan zat gizi dari makanan. Tidak ada satu jenis makanan yang menyediakan semua zat gizi yang dibutuhkan anak, yang paling baik adalah memberikan aneka ragam makanan untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan zat gizi (Supariasa, 2001).

Kebutuhan gizi adalah angka kecukupan yang diperlukan setiap individu dalam memenuhi nutrisi untuk melakukan aktifitas. Setiap individu memiliki angka kebutuhan gizi berbeda-beda, berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kebutuhan gizi setiap individu tercantum dalam angka kecukupan gizi atau disingkat dengan AKG.

Angka Kecukupan Gizi untuk anak balita dibedakan menjadi kelompok umur, untuk anak usia 6-11 bulan kebutuhan energinya sebesar 650 kkal, 16 gram untuk protein, 7 mg untuk kebutuhan besi, sedangkan zinc 7,9 mg. Usia 12-36 bulan kebutuhan energi meningkat menjadi 1000 kkal, 25 gram protein, 8 mg besi dan 8,3 mg zinc. Semakin tinggi usia anak, semakin meningkat pula kebutuhan asupan gizi yang wajib diperoleh anak. Selain ukuran berdasarkan Angka Kecukupan Gizi, Husin (2008 ) menjelaskan zat-zat gizi yang dibutuhkan anak dalam masa tumbuh kembang, berikut ini adalah zat- zat tersebut:


(43)

1. Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana (gula, pasir dan gula merah) sedangkan karbohidrat kompleks (tepung, beras, jagung, gandum). 2. Protein untuk pertumbuhan, terdapat pada ikan, susu, telur,

kacang-kacangan, tahu dan tempe.

3. Lemak terdapat pada margarin, mentega, minyak goreng, lemak hewan atau lemak tumbuhan.

4. Vitamin adalah zat-zat organik yang kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya dapat dibentuk oleh tubuh. a. Vitamin A untuk pertumbuhan tulang, mata dan kulit yaitu

mencegah kelainan bawaan, vitamin terdapat dalam susu, keju, mentega, kuning telur, minyak ikan, sayuran dan buah-buahan segar (wortel, pepaya, mangga, daun singkong, daun ubi jalar). b. Vitamin B untuk menjaga sistem susunan saraf agar berfungsi

normal, mencegah penyakit beri-beri dan anemia. Vitamin ini terdapat di dalam nasi, roti, susu, daging dan tempe.

c. Vitamin C berguna untuk pembentukan integritas jaringan dan peningkatan penyerapan zat besi, untuk menjaga kesehatan gusi, jenis vitamin C banyak terdapat pada mangga, jeruk, pisang, nangka.

5. Mineral berguna untuk menumbuhkan dan memperkuat jaringan serta mengatur keseimbangan cairan tubuh.


(44)

a. Zat besi berguna dalam pertumbuhan sel-sel darah merah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Zat ini terdapat dalam daging, ikan dan hati ayam.

b. Kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Zat ini terdapat dalam susu sapi.

c. Yodium berguna untuk menyokong susunan saraf pusat berkaitan dengan daya pikir dan mencegah kecacatan fisik dan mental. Zat ini terdapat dalam rumput laut dan sea food.

2.3 Hubungan Asupan Gizi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Asupan gizi merupakan kebutuhaan anak yang berperan dalam proses tumbuh kembang terutama dalam perkembangan otak. Kemampuan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan saraf motoriknya adalah melalui pemberian asupan gizi yang seimbang. Pemberian asupan gizi seimbang ini sangat berperan dalam tumbuh kembang anak mulai dari janin dalam kandungan, balita, anak usia sekolah, remaja bahkan sampai dewasa (Zaviera, 2008).

Budiarti, et al (2011) menerangkan bahwa asupan gizi sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak, baik perkembangan motorik kasar atau motorik halus. Selanjutnya menurut Susanthy, et al (2012) juga mengklasifikasikan asupan gizi yang penting untuk fungsi motorik, yaitu energi, protein, seng dan besi.

2.3.1 Energi

Tubuh manusia membutuhkan pasokan energi yang terus menerus layaknya seperti mesin. Membutuhkan energi untuk kelangsungan hidupnya,


(45)

untuk melakukan setiap aktifitas atau kegiatan sehari-hari. Energi diperoleh dari pembakaran karbohidrat, protein dan lemak. Energi diperoleh dari zat gizi yang terdapat dalam makanan: karbohidrat kompleks, lemak, protein dan gula sederhana. Kalori yang dibutuhkan pada masa balita adalah sekitar 1300–1500 kalori per hari (Nursalam, 2005). Sedangkan untuk anak usia 6-18 bulan dibutuhkan kecukupan energi sebesar 650-1000 kkalori per hari. Tanpa energi, fungsi tubuh yang penting tidak mungkin berjalan karena tubuh manusia membutuhkan pasokan energi terus menerus. Pasokan energi diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Berikut tabel 2.1 mengenai kebutuhan energi anak usia 6-18 bulan:

Tabel 2.1

Kebutuhan Energi Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2013 Rata-rata Perhari

No Kelompok Umur Energi (Kkal)

1 0-6 bulan 550

2 7-11 bulan 650

4 12-18 bulan 1000

Sumber: AKG, 2013

Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses didalam tubuh seperti proses perederan dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, pencernaan, dan untuk bergerak atau melakukan aktifitas fisik. Energi ditimbulkan karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, oleh karena itu, dibutuhkan asupan yang cukup dan seimbang.

Gerak motorik merupakan gerak yang dibanyak dilakukan oleh kerja otot, dan untuk melaksanakan kerja otot itu dibutuhkan energi. Menurut Susanthy, et al


(46)

(2012) menyatakan bahwa energi dapat mempengaruhi zat kimia yang ada di otak yang sering disebut neurotransmitter yang bertugas dalam menghantarkan impuls dari satu saraf ke saraf yang lainnya sehingga menghasilkan gerak motorik. Perkembangan motorik kasar adalah bagaimana keterampilan anak dalam menjaga keseimbangan tubuhnya mulai dari merangkak sampai berjalan dan berlari. Untuk melakukan gerakan itu dibutuhkan energi yang cukup sesuai angka kecukupan gizi berdasarkan umurnya. Aktivitas motorik membutuhkan ketersediaan energi yang cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi yang tinggi (Husaini, dkk 2003).

2.3.2 Protein

Selain asupan energi yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan, protein merupakan asupan yang bermanfaat dalam membangun sel-sel yang telah rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti hormon dan enzim. Protein merupakan zat gizi yang berperan dalam fungsi motorik dan mempunyai fungsi yang sama dengan energi dalam proses proliferasi, diferensial sel dan synaptogenesis. Protein disusun oleh asam amino yaitu esensial dan non esensial. Dimana asam amino tirosin merupakan jenis asam amino yang berhubungan dengan mekanisme gerak motorik yang mengantarkan impuls dari satu saraf ke saraf lain.

Protein merupakan bahan utama dalam pembentukan jaringan, baik jaringan tubuh tumbuh-tumbuhan maupun tubuh manusia dan hewan. Menurut Sunita Almatsier (2009), protein berfungsi :


(47)

1. Membangun sel-sel yang rusak.

2. Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon.

3. Membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori.

4. Mengatur keseimbangan air. 5. Memelihara netralitas tubuh. 6. Pembentukan antibodi. 7. Mengangkut zat-zat gizi.

Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun. Kekurangan protein juga sering ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus (Almatsier, 2009).

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Berikut tabel 2.2 mengenai kebutuhan protein pada anak usia 6-18 bulan:


(48)

Tabel 2.2

Kebutuhan Protein Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2013 Rata-rata Perhari

No Kelompok Umur Protein (gr)

1 0-6 bulan 10

2 7-11 bulan 16

4 12-18 bulan 25

Sumber: AKG, 2013

Protein mempunyai fungsi penting dalam membangun dan memelihara sel jaringan tubuh. Protein juga merupakan prekursor untuk neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak. Fungsi otak yang baik tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi. Neurotransmitter catecholamies dibentuk dari asam amino penting: Tyrosine dan neurotransmitter serotonin dibentuk dari Tryptophan. Serotonin menstimulasi tidur yang penting untuk perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan catecholamine berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu menyerap informasi di otak. Sumber protein antara lain seperti ikan, susu, daging, telur dan kacang-kacangan (Nursalam, 2005).

Menurut Susanhty, et al (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara asupan protein dengan perkembangan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus dengan nilai p value 0,027.

2.3.3 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi utama bagi tubuh, selain protein dan lemak. Karbohidrat yang terkandung dalam makanan pada umumnya hanya ada 3 jenis yaitu : Polisakarida, Disakarida dan Monosakarida (Sediaoetama, 2010).


(49)

Karbohidrat lebih banyak terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, ubi kayu dan lain-lain. Fungsi utama karbohidrat yaitu (Almatsier, 2009):

1. Sebagai sumber energi.

2. Untuk membentuk volume makanan. 3. Membantu cadangan energi dalam tubuh. 4. Penghemat protein.

5. Membantu pengeluaran feses.

Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh dunia, karena banyak didapat di alam dan harganya relatif murah. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 Kkalori. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak (Almatsier, 2009). Berikut angka kecukupan karbohidrat untuk anak usia 6-18 bulan:

Tabel 2.3

Kebutuhan Karbohidrat Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2013 Rata-rata Perhari

No Kelompok Umur Karbohidrat (gr)

1 0-6 bulan 58

2 7-11 bulan 82

4 12-18 bulan 155


(50)

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup dan sebagainya. Sebagian sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relatif lebih banyak mengandung karbohidrat dari pada sayur daun-daunan (Almatsier, 2009).

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Akibat berat pada bayi dinamakan marasmus dan disertai kekurangan protein dinamakan kwashiorkor. Jika gabungan kekurangan energi dan protein dinamakan marasmus-kwashiorkor. Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak dalam tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan ini bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak atau berolahraga (Almatsier, 2009).


(51)

2.3.4 Lemak

Lemak dapat berasal dari hewan yang terutama mengandung asam lemak jenuh dan lemak dari tumbuh-tumbuhan yang lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Fungsinya sebagai pembentuk energi dalam tubuh dan sebagai bahan bakar tubuh. Lemak merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen serta termasuk minyak yang dapat larut dalam zat pelarut lemak. Kecukupan lemak pada tubuh akan meningkatkan aktivitas hormon peka lipase trigliserida sehingga metabolisme lemak dan asam lemak esensial dapat menghasilkan energi dari aktifitas otot dan meningkatkan perkembangan motorik, jika kekurangan lemak akan terjadi hal yang sebaliknya. Lemak mempengaruhi perkembangan dan kemampuan otak, terutama pada dua tahun pertama. DHA (asam lemak omega 3) dan AA (asam lemak omega 6) adalah komponen utama struktur otak dan mempunyai peran penting dalam perkembangan fungsi otak dan retina. Menurut Karyadi (1995) dalam Delmi, et al (2009) melaporkan peranan DHA dalam membangun 14 biliun sel otak atau sekitar 70% massa otak terdiri dari lemak terjadi pada masa kritis antara masa kehamilan sampai usia 18 bulan tumbuh kembang anak. Sphingomyelin adalah komponen utama dari sel saraf, jaringan otak dan selubung myelin disekitar saraf. Sphingomyelin mempunyai peran dalam mengirim sinyal dan membawa informasi dari satu sel saraf ke sel saraf otak lainnya. Sumber lemak antara lain seperti yang terdapat dalam minyak, santan, dan mentega, roti dan kue juga mengandung omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak (Nursalam, 2005).


(52)

Berikut tabel 2.4 kecukupan lemak untuk anak usia 6-18 bulan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi :

Tabel 2.4

Kebutuhan Lemak Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2013 Rata-rata Perhari

No Kelompok Umur Lemak (g)

1 0-6 bulan 34

2 7-11 bulan 36

4 12-18 bulan 44

Sumber: AKG, 2013

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju dan kuning telur serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali alpukat) sangat sedikit mengandung lemak (Almatsier, 2009).

2.3.5 Seng (Zn)

Zink yang biasanya juga disebut dengan Seng merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian yang cukup besar akhir-akhir ini. Seng (Zn) merupakan mineral yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan sel, khususnya dalam produksi enzim-enzim yang penting bagi sintesis RNA dan DNA. Seng umumnya ada di dalam otak, dimana seng mengikat protein. Kekurangan seng akan berakibat fatal terutama pada pembentukan struktur otak, fungsi otak dan mengganggu respon tingkah laku dan emosi (Black, 1998 dalam Nasution, 2004).


(53)

Pada kegiatan lebih dari dua ratus enzim, seng berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat (Almatsier, 2009).

Berikut tabel 2.5 kebutuhan seng untuk anak usia 6-18 bulan: Tabel 2.5

Kebutuhan Seng Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2013 Rata-rata Perhari

No Kelompok Umur Seng (mg)

1 0-6 bulan 1,3

2 7-11 bulan 7,5

4 12-18 bulan 8,2

Sumber: AKG, 2013

Beberapa bahan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan seng (Zinc) dan besi (Fe) adalah asam askorbat dan sitrat (pepaya, jambu biji, pisang, mangga, semangka, pir, jeruk, lemon, apel, jus nenas, kembang kol, dan limau), asam malak dan tartrat (wortel, kentang, tomat, labu, kol, dan lobak cina), asam amino sistein (daging, kambing, daging babi, hati, ayam, dan ikan), dan produk-produk fermentasi (kecap kacang kedelai, acar atau asinan kubis) (Nasution, 2004).

Beberapa makanan yang dapat menghambat penyerapan seng (Zinc) dan besi (Fe) adalah fitat (beras, terigu, gandum, kacang kedelai, susu coklat, kacang dan tumbuhan polong), polifenol (teh, kopi, bayam, kacang, tumbuhan polong, rempah-rempah), kalsium dan fosfat (susu dan keju) (Gillespie, 1998 dalam Nasution, 2004).


(54)

2.3.6 Besi (Fe)

Besi atau Fe merupakan mineral mikro yang paling banyak di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Meskipun luas, namun masih mengalami kekurangan zat besi yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kerja, penampilan kognitif dan sistem kekebalan tubuh (Almatsier, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi besi seperti tanin yang merupakan polifenol dan terdapat didalam teh, kopi, dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan cara mengikatnya. Serat serelia dan asam oksalat di dalam sayuran menjadi penghambat penyerapan besi. Sedangkan asam organik seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi (Almatsier, 2009). Berikut kebutuhan besi untuk anak usia 6-18 bulan:

Tabel 2.6

Kebutuhan Besi Anak Usia 6-18 Bulan Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2013 Rata-rata Perhari

No Kelompok Umur Besi (mg)

1 0-6 bulan +5

2 7-11 bulan 7

4 12-18 bulan 8

Sumber: LIPI, AKG 2013

Susanthy, et al (2012) menyatakan bahwa mineral besi dan seng merupakan zat gizi esensial yang berperan dalam fungsi motorik. Besi berperan dalam sistesis monoamine, metabolisme energi di neuron dan sel glia, mielinisasi, sistem neurotransmitter dan metabolisme dopamine. Seng berperan dalam pelepasan DNA dan neurotransmitter.


(55)

Menurut Husaini (2000) dalam Yekti (2008) menyatakan bahwa kekurangan asupan gizi seperti zat besi menyebabkan berbagai keterbatasan antara lain pertumbuhan mendatar, berat, dan tinggi badan menyimpang dari pertumbuhan normal. Keadaan ini berintegrasi dengan keterlambatan dalam perkembangan motorik anak. Efek defisiensi besi diduga menyebabkan gangguan pembentukan myelin, fungsi neurotransmiter dan gangguan metabolisme otak (Sunartini, 2009).

2.4 Penilaian Asupan Gizi

Penilaian ini dilakukan dengan mengumpulkan data konsumsi makanan yang dapat memberikan gambaran tentang konsumsi zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan penelitian, jumlah responden yang diteliti, umur dan jenis kelamin responden, keadaan sosial ekonomi, ketersedian dana dan tenaga.

Berikut metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu, antara lain:

a. Recall 24 jam. Metode ini sesuai dengan namanya, yaitu mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Disini responden akan menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu.

b. Estimasi Food Records. Metode ini biasa disebut dengan food records atau dietary records yang digunakan untuk jumlah dikonsumsi. Responden akan mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum


(56)

makan dalam ukuran rumah tangga atau menimbang dalam ukuran berat gram dalam jangka waktu tertentu secara berturut-turut.

c. Penimbangan Makanan (food weighing). Metode ini melakukan penimbangan dan pencatatan seluruh makanan dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan bisa dilakukan beberapa hari, tergantung dari tujuan, dana, dan tenaga yang tersedia.

d. Dietary History. Bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama.

e. Frekuensi Makanan (food frequency). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

2.5 Kerangka Teori

Gangguan

motorik

Gangguan impuls saraf

otak rendah

Asupan protein

Asam amino esensial rendah neurotranmitter

Asupan Besi (Fe)

dan Seng (Zn) Bahan pembentuk Pembentukan mielin

Sumber: Lind, (2004), Black MM, (2004), Susanthy, (2012) Asupan

energi, karbohidrat dan lemak


(57)

40

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan uraian mengenai perkembangan motorik anak yang telah dijelaskan pada tinjauan kepustakaan, dapat dijelaskan bahwa masalah gizi merupakan masalah yang komplek. Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah hubungan asupan gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 6-18 bulan. Asupan gizi meliputi asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, besi dan seng. Penelitian ini hanya dikhususkan terhadap asupan gizi terhadap perkembangan motorik kasar anak balita. Karena pemberian asupan gizi berperan dalam tumbuh kembang anak dan pematangan perkembangan sistem saraf otak yang menjadi pengatur atau pusat kordinasi kemampuan motorik anak. Jadi, variabel independen yang akan diteliti adalah asupan makanan dan variabel dependen yang diteliti adalah perkembagan motorik anak.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 DEFENISI OPERATIONAL Asupan Gizi

Energi Protein Lemak Karbohidrat Zinc (Seng) Fe (Besi)

Status Perkembangan Motorik Kasar anak usia 6-18 bulan


(58)

41 3.2 Defenisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengukuran

Status Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

Kemampuan anak melakukan pergerakan motorik kasar

Wawancara dan observasi, perkembangan motorik kasar dinilai dengan menggunakan Denver II menurut umur anak.

Lembar Denver II

1. Suspect dan tidak normal jika; ada dua atau lebih peringatan atau 1 keterlambatan atau lebih pada satu sektor dan atau jika; apabila ada sektor menolak 1 atau lebih dari item yang berada di sebelah garis umur; menolak lebih dari 1 item.

2. Normal, jika; lulus semua tes kemampuan yang diberikan atau tidak terdapat


(59)

42 sesuai dengan usianya.

Kemampuan gerakan tertinggi yang dapat dilakukan responden sesuai dengan alat ukur yang digunakan.

keterlambatan; ada 1 peringatan.

(W.K Frankenburg dan J.B. Dodds, 1990)

Asupan Energi Banyaknya energi yang dikonsumsi dalam makanan dan minumam dalam satu hari.

Wawancara Kuesioner semi FFQ

1. Kurang, bila ≤ 80% AKG

2. Cukup, bila > 80% AKG

(WNPG, 2004)

Ordinal

Asupan Protein Banyaknya protein yang dikonsumsi dalam makanan dan minumam dalam satu hari.

Wawancara Kuesioner semi FFQ

1. Kurang, bila < 80% AKG

2. Cukup, bila ≥ 80% AKG

(WNPG, 2004)


(60)

43 Asupan Lemak Banyaknya lemak yang

dikonsumsi dalam makanan dan minumam dalam satu hari.

Wawancara Kuesioner semi FFQ

1. Cukup , bila ≤ 30% dari

energi total

2. Lebih , bila > 30% dari energi total

(WNPG, 2004)

Ordinal

Asupan Karbohidrat Banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi dalam makanan dan minumam dalam satu hari.

Wawancara Kuesioner semi FFQ

1. Kurang, bila < 80% AKG

2. Cukup, bila ≥ 80% AKG

(WNPG, 2004)

Ordinal

Asupan Seng (Zn) Banyaknya seng yang dikonsumsi dalam makanan dan minumam dalam satu hari.

Wawancara Kuesioner semi FFQ

1. Kurang, bila < 80% AKG

2. Cukup, bila ≥ 80% AKG

(WNPG, 2004)


(61)

44 Asupan Besi (Fe) Banyaknya besi yang

dikonsumsi dalam makanan dan minumam dalam satu hari.

Wawancara Kuesioner semi FFQ

1. Kurang, bila < 80% AKG

2. Cukup, bila ≥ 80% AKG

(WNPG, 2004)


(62)

a. Ada hubungan antara asupan energi dengan status perkembangan motorik kasar usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

b. Ada hubungan antara asupan protein dengan status perkembangan motorik kasar usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

c. Ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status perkembangan motorik kasar usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

d. Ada hubungan antara asupan lemak dengan status perkembangan motorik kasar usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

e. Ada hubungan antara asupan seng (Zinc) dengan status perkembangan motorik kasar usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

f. Ada hubungan antara asupan besi (Fe) dengan status perkembangan motorik kasar usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.


(63)

46 BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan melakukan pendekatan Cross Sectional Study. Pendekatan ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen pada sampel dari suatu populasi pada saat ini dalam waktu yang sama dengan tujuan untuk mengetahui hubungan asupan gizi dengan perkembangan motorik kasar anak. Variabel independen yaitu asupan zat gizi yang terdiri dari energi, karbohidrat, lemak, protein, besi (Fe) dan seng (Zinc), sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah status perkembangan motorik kasar pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun 2014.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pamulang Barat dan dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Desember 2014.

4.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 6-18 bulan yang berada di Kecamatan Pamulang dengan jumlah 526 anak.


(64)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel penelitian adalah anak usia 6-18 bulan yang berada dilokasi penelitian yang berjumlah 66 orang anak.

Penentuan sampel dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi, yaitu:

Keterangan:

n = Jumlah sampel

= derajat kemaknaan α = 5% = 1,96

= kekuatan uji = 90% = 1,28 P = P1 + P2/2 = 0,4 + 0,06/2 = 0,23

P1 = proporsi asupan energi kurang pada anak dengan perkembangan motorik tidak normal 0,4(Susanthy,2012) P2 = proporsi asupan energi cukup pada anak dengan

perkembangan motorik tidak normal 0,06(Susanthy, 2012) Deff (design effect) = rasio antara varians pada sampel kompleks

dengan varians.

Design Effect diperlukan dalam perhitungan jumlah sampel jika pengambilan sampel dilakukan tidak dengan cara SRS (simple random sampling), namun dengan desain sampel kompleks seperti stratifikasi, klaster atau gabungan


(65)

stratifikasi dan klaster, karena varians pada desain sampel kompleks lebih besar dibandingkan varians pada desain SRS. Untuk mendapatkan variasi yang sama dengan SRS dibutuhkan sampel yang lebih besar, oleh karena itu Deff dimasukkan dalam perhitungan. Sebenarnya Deff hanya dapat diketahui setelah ada hasil penelitian, oleh karena itu digunakan Deff dari penelitian sebelumnya atau menggunakan asumsi, dalam penelitian ini digunakan asumsi deff sebesar 2 (Ariawan, 1998).

Hasil perhitungan sampel adalah

n = {1,96√2. 0,23(1-0,23) + 1,28√0,4(1-0,4) +0,06 (1-0,06)}2 Deff (0,4-0,06)2

n = 30 orang n = 30 x 2 = 60

Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 60 orang dengan pertimbangan jumlah sampel yang missing, dan untuk mengatasi sampel droup out, maka ditambahkan 10% dari jumlah sampel yang dibutuhkan.

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 66 anak usia 6-18 bulan yang berada di Kecamatan Pamulang. Karena anak usia 6-18 bulan tidak mampu menjawab pertanyaan pada kuesioner, maka yang menjadi responden pada penelitian ini adalah ibu, ayah atau pengasuh yang mempunyai anak usia 6-18 bulan dengan tidak sedang menderita penyakit pada saat dilakukannya penelitian.


(1)

PROTEIN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

Crosstab

perkmbngn_motor2

Total Tidak

normal&suspect normal

protein2 protein dibawah AKg Count 2 28 30

% within protein2 6.7% 93.3% 100.0%

protein diatas AKG Count 10 26 36

% within protein2 27.8% 72.2% 100.0%

Total Count 12 54 66

% within protein2 18.2% 81.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.902a 1 .027

Continuity Correctionb 3.586 1 .058

Likelihood Ratio 5.350 1 .021

Fisher's Exact Test .051 .026

Linear-by-Linear Association 4.828 1 .028

N of Valid Casesb 66

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.45.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for protein2 (protein dibawah AKg / protein diatas AKG)

.186 .037 .928

For cohort perkmbngn_motor2 =

Tidak normal&suspect .240 .057 1.012

For cohort perkmbngn_motor2 =

normal 1.292 1.033 1.617


(2)

LEMAK DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

Crosstab

perkmbngn_motor2

Total Tidak

normal&suspect normal

lemak2 lemak dibawah AKG Count 9 45 54

% within lemak2 16.7% 83.3% 100.0%

lemak diatas AKG Count 3 9 12

% within lemak2 25.0% 75.0% 100.0%

Total Count 12 54 66

% within lemak2 18.2% 81.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .458a 1 .498

Continuity Correctionb .069 1 .792

Likelihood Ratio .430 1 .512

Fisher's Exact Test .679 .376

Linear-by-Linear Association .451 1 .502

N of Valid Casesb 66

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.18.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for lemak2 (lemak dibawah AKG / lemak diatas AKG)

.600 .135 2.662

For cohort perkmbngn_motor2 =

Tidak normal&suspect .667 .212 2.100

For cohort perkmbngn_motor2 =

normal 1.111 .785 1.573


(3)

KARBOHIDRAT DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

Crosstab

perkmbngn_motor2

Total Tidak

normal&suspect normal

karbo2 karbo dibawah AKG Count 6 35 41

% within karbo2 14.6% 85.4% 100.0%

karbo diatas AKG Count 6 19 25

% within karbo2 24.0% 76.0% 100.0%

Total Count 12 54 66

% within karbo2 18.2% 81.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .916a 1 .339

Continuity Correctionb .394 1 .530

Likelihood Ratio .895 1 .344

Fisher's Exact Test .348 .262

Linear-by-Linear Association .902 1 .342

N of Valid Casesb 66

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.55.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for karbo2 (karbo dibawah AKG / karbo diatas AKG)

.543 .154 1.917

For cohort perkmbngn_motor2 =

Tidak normal&suspect .610 .221 1.685

For cohort perkmbngn_motor2 =

normal 1.123 .871 1.448


(4)

BESI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

Crosstab

perkmbngn_motor2

Total Tidak

normal&suspect normal

besi2 besi dibawah AKG Count 4 39 43

% within besi2 9.3% 90.7% 100.0%

besi diatas AKG Count 8 15 23

% within besi2 34.8% 65.2% 100.0%

Total Count 12 54 66

% within besi2 18.2% 81.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.540a 1 .011

Continuity Correctionb 4.939 1 .026

Likelihood Ratio 6.251 1 .012

Fisher's Exact Test .018 .015

Linear-by-Linear Association 6.441 1 .011

N of Valid Casesb 66

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.18.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for besi2 (besi dibawah AKG / besi diatas AKG)

.192 .050 .734

For cohort perkmbngn_motor2 =

Tidak normal&suspect .267 .090 .794

For cohort perkmbngn_motor2 =

normal 1.391 1.017 1.903


(5)

SENG DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR

Crosstab

perkmbngn_motor2

Total Tidak

normal&suspect normal

seng2 seng dibawah AKG Count 5 35 40

% within seng2 12.5% 87.5% 100.0%

seng diatas AKG Count 7 19 26

% within seng2 26.9% 73.1% 100.0%

Total Count 12 54 66

% within seng2 18.2% 81.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.204a 1 .138

Continuity Correctionb 1.341 1 .247

Likelihood Ratio 2.155 1 .142

Fisher's Exact Test .193 .124

Linear-by-Linear Association 2.170 1 .141

N of Valid Casesb 66

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.73.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for seng2 (seng dibawah AKG / seng diatas AKG)

.388 .108 1.390

For cohort perkmbngn_motor2 =

Tidak normal&suspect .464 .165 1.308

For cohort perkmbngn_motor2 =

normal 1.197 .922 1.555


(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA BAYI DAN BALITA (0-59 BULAN) DI PUSKESMAS PANDANWANGI MALANG

0 8 25

Hubungan Status Gizi Dengan Status Perkembangan Motorik Kasar Anak (Gross Motor) Pada Anak Usia 6 Sampai 24 Bulan di Posyandu Desa Pari Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014

4 35 158

Hubungan Asi eksklusif terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi usia 0-12 bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah tahun 2013

0 6 66

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI, ASUPAN BESI DAN ASUPAN SENG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BAYI USIA Hubungan antara Status Gizi, Asupan Besi dan Asupan Seng Terhadap Perkembangan Motorik Halus Bayi Usia 7-11 Bulan di Desa Hargorejo Kecamatan Kokap

0 6 17

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 1 Hubungan Antara Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-5 Tahun di Posyandu Buah Hati Ketelan Banjarsari Surakarta.

0 1 17

PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 7 – 24 BULAN DI POSYANDU Pengaruh Status Gizi Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Usia 7 – 24 Bulan Di Posyandu Desa Gagak Sipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2012

0 3 14

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 6-12 BULAN DI KELURAHAN SANGKRAH SURAKARTA.

0 0 15

Pengaruh Gizi Kurang dan Gizi Baik Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3 18 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Palembang Tahun 2006

0 0 7

PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK 5-6 TAHUN DI TK MUJAHIDIN

1 10 8