ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN TRADISIONAL BATAK TOBA PADA RUMAH IBADAH PARMALIM DI KECAMATAN LAGUBOTI.

(1)

ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN TRADISIONAL BATAK

TOBA PADA RUMAH IBADAH PARMALIM DI

KECAMATAN LAGUBOTI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

MARIO PASARIBU NIM 081222610017

PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015


(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkat dan rahmatNya yang saya terima dalam melaksanakan ini hingga selesai, penulisan

skripsi ini berisikan tentang “Analisis Penerapan Ornamen Batak Toba Pada Rumah

Ibadah Parmalim Di Kecamatan Laguboti“. Merupakan pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar Sarjan Pendidikan (S.P.d) di Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Segala sesuatu yang dilakukan dalam penulisan Skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dorongan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Medan.

3. Drs. Zulkifli, M. Sn. Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

4. Drs. Basyaruddin, M. Pd. Wakil Dekan II Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

5. Dr. Daulat Saragi, M. Hum. Wakil Dekan III Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

6. Dr. Wahyu Tri Atmojo, M. Hum. Ketua Jurusan Seni Rupa

7. Drs. Mesra, M. Sn. Sekretaris Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

8. Drs. Brisman Silaban, M. Si. Dosen Pembimbing Skripsi. 9. Drs. Sofian Sagala. Dosen Tim Penguji Skripsi.

10. Drs. Mangatas Pasaribu, M. Sn. Dosen Tim Penguji Skripsi. 11. Dr. Agus Priyatno, M. Sn. Dosen Pembimbing Akademik.


(3)

iii

12. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberi bimbingan dan layanan perkuliahan pada penulis selama studi di Jurusan Seni Rupa FBS UNIMED.

13. Ibunda tercinta D. Marbun, ayahanda S. Pasaribu serta seluruh keluarga besar Pasaribu dan Marbun yang telah memberikan dorongan moril dan material dengan segala jerih payah dan perjuangan yang tak terkira. 14. Dewan Pengurus Pusat Punguan Parmalim Huta Tinggi atas kerja

samanya yang baik.

15. Kakak, adek stambuk, teman-teman yang telah memberikan doa, motivasi dan saran hingga Skripsi ini selesai, antara lain: Bang Ferdinan, bang Santo, bang Jaya, Jhon, Hendra, Elvin, Jujur, Yogi, Poppy, serta rekan-rekan stambuk ’08 dan teman-teman yang tidak dapat disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak mempunyai kelemahan dan kekurangan, untuk itu dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran demi membangun penulisan Skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberi sumbangan pemikiran dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya golongan pecinta karya seni gorga dalam pengkajian semiotika serta pembaca pada umumnya.

Medan, September 2015 Penulis

Mario Pasaribu NIM 081222610017


(4)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kerangka Teoritis ... 10

1. Pengertian Analisis... 10

2. Pengertian Penerapan ... 11

3. ornamen ... 12

4. Ornamen Batak Toba Menurut Teknik Pembuatan ... 20

5. Jenis-jenis dan Makna Simbolik Onamen Batak Toba ... 21

6. Ornamen Tradisonal Batak Toba dalam Pewarnaan ... 39

7. Makna Warna pada Ornamen Tradisional Batak Toba ... 40

8. Pembuatan Ornamen Tradisonal Batak Toba ... 41

9. Penerapan Ornamen Batak Toba pada Rumah Ibadah ... 42

10.Agama Malim dalam Kebudayaan Batak ... 48

B. Kerangka Konseptual ... 60

BAB III METODE PENELITIAN ... 63

A. Lokasi dan Waktu penelitian ... 63

B. Populasi dan Sampel ... 63

C. Metode Penelitian... 64

D. Instrumen Penelitian... 65

E. Teknik Pengumpulan Data ... 66

F. Teknik Analisis Data………. 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

C. Temuan Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(5)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Ornament Batak Toba yang di terapkan pada

bangunan Bale parsantian Huta tinggi ... 69 Tabel 4.2. Hasil Wawancara ... 71 Tabel 4.3. Aspek Hasil Penelitian ... 91


(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pola Simetris ... 14

Gambar 2.2. Pola Asimetris ... 14

Gambar 2.3. Pola Pengulangan ... 15

Gambar 2.4. Pola Bebas/Kreasi ... 15

Gambar 2.5. Motif Geometris ... 16

Gambar 2.6. Motif Tumbuhan ... 17

Gambar 2.7. Motif Binatang ... 17

Gambar 2.8. Motif Manusia ... 18

Gambar 2.9. Motif Kosmos ... 19

Gambar 2.10. Motif Kreasi/khayalan ... 20

Gambar 2.11. Gorga Tarus/Adop-adop ... 22

Gambar 2.12. Gorga Hoda-hoda ... 23

Gambar 2.13. Gorga Boraspati ... 24

Gambar 2.14. Gorga Sijonggi ... 25

Gambar 2.15. Gorga Jenggar ... 26

Gambar 2.16. Gorga Gaja Dompak ... 27

Gambar 2.17. Gorga Singa-singa ... 28

Gambar 2.18. Gorga Ulu Paung ... 29

Gambar 2.19. Gorga Sitompi ... 30

Gambar 2.20. Gorga Dalihan Natolu ... 31

Gambar 2.21. Gorga Simeol-eol ... 32

Gambar 2.22. Gorga Simeol-eol marsialoan ... 33

Gambar 2.23. Gorga Silintong ... 34

Gambar 2.24. Gorga Simarogung-ogung ... 35

Gambar 2.25. Gorga Sitagan ... 36

Gambar 2.26. Gorga Hariara Sundung di Langit ... 37

Gambar 2.27. Gorga Ipon-ipon ... 38

Gambar 2.28. Gorga Iran-iran ... 38

Gambar 2.29. Gorga Simataniari ... 39

Gambar 2.30. Gorga Desa Nawalu ... 39

Gambar 2.31. Rumah Batak Sitolumbea/Jabu Ruma Gorga ... 46

Gambar 2.32. Rumah Batak Sisampuran/Jabu Ruma ... 46

Gambar 2.33. Rumah Adat Batak Toba Tampak Depan ... 47

Gambar 2.34. Rumah Adat Batak Toba Tampak Samping ... 48

Gambar 2.35. Raja Sisingamangaraja ... 49

Gambar 2.36. Induk Bolon Parmalim Raja Mulia Naipospos ... 52

Gambar 2.37. Ihutan Parmalim Raja Ungkap Naipospos ... 55

Gambar 2.38. Ihutan Parmalim Raja Marnangkok Naipospos ... 56

Gambar 2.39. Bale Pasogit Partonggoan Huta Tinggi Laguboti ... 57

Gambar 4.40. Bale Parsantian Huta tinggi ... 77

Gambar 4.41. Bentuk Gorga Jenggar Pada Bale Parsantian ... 78

Gambar 4.42. Bentuk Gorga Singa- singa Pada Bale Parsantian ... 79

Gambar 4.43. Bentuk Gorga Simeol-eol ... 80

Gambar 4.44. Bentuk Gorga Dalihan Natolu ... 82

Gambar 4.45. Bentuk Gorga Sitompi... 83

Gambar 4.46. Bentuk Gorga Silintong... 84


(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan ... 101

Lampiran 2. Glosarium ... 102

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian... 105


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam budaya Batak Toba terdapat jenis Ragam Hias (Ornamen) yang sarat dengan nilai serta banyak melahirkan karya yang memiliki kekhususan, citra unggul, unik dan komprehensif. Soegeng Toekio (2007) menyatakan bahwa bertolak dari adat yang berlaku dalam suatu masyarakat karya dapat dipilah dalam 3 kelompok besar yaitu: (1) Kelompok karya kagunan (fungsional: peralatan rumah tangga, perabotan, anyaman, gerabah, serta tenun); (2) Kelompok kerja lengkapan (ornament, assesoris, souvenir, benda hias); dan (3) Kelompok karya menjenis (figuratif, relief, miniatur, replika). Tampilan karya-karya tersebut muncul sebagai ungkapan atas makna/simbol, pengalaman jiwa yang terdalam serta diekspresikan melalui medium rupa dalam bentuk kebendaan. Dalam sejarah Indonesia terkhusus Batak Toba dikenal dengan keaneka ragaman keterampilan sebagai suatu media ungkapan makna yang diwujudkan dalam bentuk visual. Bentuk visual inilah yang berperan dalam pengembangan kebudayaan serta mengkomunikasikan nilai-nilai budaya dari masa lampau hingga saat ini

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kesenian Batak Toba merupakan salah satu hasil dari bentuk kebudayaan, dimana kesenian daerah yang beraneka ragam jenisnya, tercipta dari hasil ungkapan pikiran, perasaan, dan gagasan manusia yang berbeda lingkungan dan pengalamannya. Suku Batak Toba


(9)

2

merupakan suku yang menjunjung tinggi nilai budaya dan nilai luhur nenek moyangnya.

Salah satu media ungkapan pikiran, perasaan, dan gagasan manusia yang berkembang di Indonesia adalah ornamen atau ragam hias. Ornamen atau ragam hias Batak Toba sering disebut dengan istilah gorga. Dimana pewarnaannya menggunakan tiga warna yaitu merah, hitam, dan putih. Teknik yang gunakan dengan ditoreh atau dicukil (lontik istilah sebutan suku Batak) pada permukaan kayu. Gorga ini juga merupakan suatu pesan hasrat dan nasehat yang bersumber dari pengetahuan, harapan, buah pikiran, sikap perilaku, dan keindahan yang hendak dikomunikasikan. Dilihat dari segi bentuk atau motif dapat dicerminkan falsafah maupun pandangan hidup masyarakat Batak Toba yang suka musyawarah, gotong royong, suka berterus terang. Ornamen Batak Toba ini dimaksudkan sebagai tanda komunikasi yang sarat akan, simbol-simbol, pesan, nasehat, dan aturan-aturan dalam masyarakat yang disampaikan lewat ornamen. Hal ini menunjukkan adanya keinginan yang diharapkan dari masyarakat dari keturunanya, dan bahkan Tuhannya (religius). Dalam mayarakat Batak Toba, pada umumnya benda-benda kesenian yang mempunyai hiasan ornamen Batak Toba merupakan simbol-simbol atau lambang-lambang yang berkekuatan magis karena ornamen Batak Toba mengandung makna simbolik yang mempunyai arti perlambang tertentu sesuai dengan alam pikiran, perasaaan, adat dan kepercayaan masyarakat. Dalam pembuatan ornamen suku Batak Toba tidak boleh sembarangan menghadirkan motif-motif ornamen pada sembarang benda-benda yang dimilikinya. Hal ini terjadi karena setiap ornamen Batak Toba memiliki


(10)

3

makna yang terselubung yang dapat berupa pesan, cita-cita atau harapan bahkan dapat melukiskan tingkat sosial pemiliknya serta dapat berfungsi sebagai kekuatan-kekuatan supranatural.

Ornamen ini masih banyak dijumpai pada bangunan rumah adat yang tersebar di daerah Toba dan Samosir. Hal ini terbukti masih tardapatnya rumah adat dan bangunan lain seperti: bangunan rumah penduduk, tempat penginapan atau perhotelan, bangunan pemerintahan dan juga pada rumah ibadah contohnya pada rumah ibadah Parmalim/ Ugamo Malim.

Ugamo Malim adalah kepercayaan, keyakinan terhadap Mulajadi Nabolon pencipta Alam Semesta yang disebut juga Tuhan Yang Maha Esa. Sebutan kepada Ugamo malim adalah PARMALIM.Jadi kepercayaan/ keyakinan itu adalah UGAMO MALIM.Salah kalau disebut keyakinan itu Parmalim.Parmalim adalah orang yang menghayati ajar Hamalimon (Malim).Dalam bahasa Batak disebut dengan Parugamo Malim.jadi sebutan Parmalim adalah kepada orangnya, bukan lembaganya” (Sulu Panondang Edisi II 2012:21-25).

Menurut Profesor Dr Uli Kozok MA dari University of Hawaii, Minoa, USA, mengatakan, Sisingamangaraja XII bukan beragama Islam, Kristen maupun Parmalin melainkan beragama Batak asli. Selama ini banyak kontroversi yang terjadi dimasyarakat tentang agama yang dianut Sisingamangaraja XII. Ada yang mengatakan dia beragama Kristen, maupun Islam, bahkan tidak sedikit yang menyebut dia beragama Parmalin yang menurut sebagian orang merupakan agama aslinya orang-orang Batak. Parmalin bukanlah agama asli orang Batak. Parmalin merupakan agama kombinasi atau perpaduan dari agama Islam dan Kristen. Ketika agama Parmalin berkembang di Tanah Batak, Sisingamangaraja XII sendiri sudah berada di Dairi dalam pengungsian menghindari serbuan-serbuan


(11)

4

dari tentara Belanda.(perbincangan bersama Profesor Dr Uli Kozok MA, Medan, Kamis Januari 2015).

Dari pernyataan Prof. Dr. Uli Kozok MA dapat kita diambil kesimpulan, agama Parmalim adalah bagian dari Agama asli Batak (agama dari Sisingamangaraja), yang awalnya sebagai gerakan politik atau Parhudamdam dipelopori oleh Guru Somalaing Pardede untuk menggalang kekuatan menentang Belanda, kemudian berkembang menjadi benteng untuk mempertahankan adat istiadat Batak yang mulai tertekan dengan agama baru disponsori Jerman yakni Kristen. Parmalim dengan kekuatan yang mulai berkembang menjadi suatu kepercayaan. Dengan kata lain Agama Parmalim percaya kepada Tuhan yang Esa yang disebut "Debata Mulajadi Nabolon". Awalnya, Parmalim adalah gerakan spiritual untuk mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan kuno yang terancam disebabkan agama baru yang disebarkan oleh Jerman.

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa Ugamo Malim merupakan salah satu agama yang sama dengan agama lainya yaitu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan alam semesta. Ugamo Malim merupakan salah satu jalan manusia mengenal Tuhannya. Sebagai agama tradisi Ugamo Malim sangat menjunjung tinggi nilai- nilai kebudayaan adat Batak Toba. Pengikutnya meyakini bahwa ajaran ini adalah suci (malim) dan mereka ada penjaga dan pewaris kesucian (hamalimon) itu. Tidak heran jika mereka mendapat julukan sebagai "para penjaga tradisi". UU No. 23/2006 memberikan kesempatan kepada Parmalim untuk dicatat sebagai warganegara melalui kantor catatan sipil. Sebagai salah satu aliran kepercayaan, perkembangan Ugamo Malim (Parmalim) di


(12)

5

sejumlah daerah di Indonesia sangat baik. Itu bisa dilihat dari jumlah bangunan rumah tempat ibadah Parmalim yang telah mencapai 41 rumah tempat ibadah yang berpusat di Kabupaten Toba Samosir (Hutatinggi dan Laguboti). Hutatinggi merupakan wilayah dari Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Laguboti,Kabupaten Toba Samosir, sekitar 1,5 km dari jalan raya Medan-Balige. Rumah ibadah Parmalim disebut Bale Pasogit Partonggoan atau sering disebut dengan Bale Parsantian.

Bangunan rumah ibadah Parmalim atau Bale Parsantian Parmalim pada umumnya telah menerapkan ornamen Batak. Penerepan ornamen Batak Toba (Gorga) pada Bale Parsantin Hutatinggi kemungkinan berbeda dengan penerapan pada bangunan lain di suku-suku Batak Toba. Misalnya pada rumah adat, museum, kantor pemerintahan. Itu dipengaruhi dari perbedaan arsitektur bangunannya, makna, dan fungsi yang terkandung dalam setiap ornamen yang diterapkan. Salah satu contoh dalam hal pewarnaan. pewarnaan pada bangunan bale Parsantian Hutatinggi ada penambahan warna yaitu warna kuning pada gorga ipon-ipon.

Pewarnaan ornamen Batak Toba (Gorga) pada dasarnya hanya menggunakan tiga warna yaitu warna putih, warna merah dan warna hitam. Dalam hal ini peneliti ingin mencari/ menemukan imformasi apakah prinsip- prinsip penerapan ornamen pada bangunan Bale Parsantian sesuai atau ada perubahan dari prinsip dasar penerapan ornamen Batak Toba.

Berdasarkan uraian mengenai ornamen yang diterapkan pada bangunan Bale Parsantian tersebut, penulis tertarik untuk membuat kajian tentang


(13)

6

penerapan ornamen dengan judul “Analisis Penerapan Ornamen Tradisional

Batak Toba Pada Rumah Ibadah Parmalim Di Kecamatan. Laguboti”.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perlu identifikasi masalah agar dalam pembahasan selanjutnya tidak terjadi penyimpangan serta pembahasan permasalahannya lebih jelas. Maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Parmalim adalah sebutan bagi orang yang memeluk Agama Malim.

2. Bale parsantian adalah sebutan untuk rumah Ibadah Agama Malim.

3. Agama malim turut melestarikan kebudayaan Batak Toba. 4. Ornamen Batak Toba terdapat pada bangunan Bale parsantian

5. Ada teknik yang di gunakan dalam pembuatan Ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian.

6. Ada hubungan ornamen Batak Toba dengan Bangunan Bale Parsantian. 7. Bentuk ornamen Batak Toba terdapat pada bangunan Bale Parsantian. 8. Ada fungsi ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian. 9. Pewarnaan ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian.

10. Makna simbolik terdapat pada tiap- tiap jenis ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian.


(14)

7

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dankemapuan teoritis. Maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah pada:

1. Ornamen Batak Toba yang terdapat pada bangunan Bale Parsantian di Huta Tinggi di Kecamatan Laguboti.

2. Teknik pewarnaan ornamen serta maknanya pada bangunan Bale Parsantian di Kecamatan Laguboti.

3. Bentuk ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian di Kecamatan Laguboti.

4. Makna simbolik tiap- tiap jenis ornamen Batak Toba serta hubunganya pada bangunan Bale Parsantian.

D. Rumusan Masalah

Suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan perlu diperjelas perumusan masalahnya, agar hasil penelitiannya jelas dan konkrit. Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah; Apakah ornamen tradisional Batak Toba yang diterapkan pada bangunan Bale Parsantian di Hutatinggi masih sesuai dengan ornament tradisional Batak Toba ditinjau dari bentuk, warna, dan makna simbolik.

E. Tujuan Penelitian


(15)

8

1. Menemukan data tentang penerapan ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian ditinjau dari bentuk, jenis, warna, dan makna simbolik ornamen Batak Toba.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan pikiran dalam hal memperkenalkan secara keseluruhan ornamen Batak Toba pada bangunan Bale Parsantian.

2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah referensi tentang pengetahuan pada ornamen Batak Toba serta perkembangannya di tengah kemajuan zaman.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat pada peninggalan budaya tradisional Batak Toba.

4. Hasil penelitian ini diharapakan bisa sebagai sumber imformasi yang tepat bagi pencari imformasi, khususnya masyarakat Batak Toba.

5. Hasil penelitian ini dapat dimamfaatkan sebagai bahan kepustakaan parmalim di Hutatinggi.

6. Hasil penelitian ini dapat dimamafaatkan sebagai bahan kepustakaan jurusan SeniRupa FBS UNIMED.


(16)

9

7. Bagi peneliti sendiri diharapakan hasil penelitian menjadi langkah awal untuk kedepanya lebih peduli pada pelestarian kebudayaan, khususnya budaya Batak toba.


(17)

96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ornamen yang terdapat pada Bale Parsantian Huta Tinggi memilki 7 buah jenis dan 4 jenis warna.

1. Ornamen yang terdapat pada Bale Parsantian yaitu Gorga Jenggar , Gorga Singa- singa, Gorga Simeol- eol, Gorga Dalihan Natolu, Gorga Sitompi, Gorga silintong, Gorga Ipon- ipon

2. Bentuk ornament pada bangunan Bale Parsantian Huta tinggi secara keseluruhan sama dengan bentuk ornament tradisional Batak Toba pada rumah adat. Hanya saja ada perbedaan penempatan pada beberapa jenis ornament, karena penyesuaian pada bentuk arsitektur bangunan Bale Parsantian.

3. Pewarnaan ornamen Batak Toba Yang Terdapat Pada Rumah Ibadah Parmalim menggunakan tiga warna yaitu hitam, merah, dan putih. Warna hitam pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan pada bagian yang timbul pada gorga. Warna hitam dimaknai sebagai penggambarkan karisma kepemimpinan seorang raja. Warna merah pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan diantara andor (bidang yang tidak diukir) dengan daun gorga.


(18)

97

4. Dan pada gorga sipalang diterapkan pada bagian timbul dari gorga. Warna merah dimaknai sebagai lambang dari kekuatan, keberanian, dan kenabian. Warna putih pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan pada garis gorga. Warna putih dimaknai sebagai lambang dari kesucian dan kebersihan. Warna kuning pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan pada pewarnaan sebagian dari gorga ipon- ipon. Warna kuning dimaknai sebagai lambang keabadian dan kekayaan.

B. Saran

Demi mempertahankan keaslian dari budaya Batak ditengah perkembangan tegnologi diperlukan langkah- langkah tepat untuk menjaga keakuratannya.

1. Generasi muda Batak seharusnya menjadi wadah pertahanan dari pengetahuan budaya Batak khusunya pengetahuan tentang ornamen Batak Toba atau gorga dan melestarikannya.

2. Menggali informasi pengetahuan tentang budaya Batak pada orang tua yang aktif dalam adat Batak serta membukukan pengetahuan itu sebagai suatu langkah untuk sumber belajar generasi berikutnya.

3. Melalui penelitian ini disarankan kepada pemerintah setempat agar kirannya budaya tradisional Batak Toba menjadi kurikulim di sekolah, agar siswa mengenal kembali jenis-jenis ornamen yang merupakan warisan budaya tradisional Batak Toba.


(19)

98

4. Perkembangan teknologi bisa jadi media untuk memperkenalkan kebudayaan Batak pada dunia.


(20)

99 DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. 2007. Kamus Istilah Sastra, Jakarta, Balai Pustaka. Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi,

Jakarta, Balai Pustaka.

A.N.J. Tha.Th. Van Der Hoop. 1949. Indonesiace Siermotieven Ragam- ragam perhiasan Indonesia, Bandung: H.Z. V/H.A.C. Arikunto, Suharsimi.1989. Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi.1990. Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka

Cipta.

Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta, Balai Pustaka.

Gultom, Dj. Rajamarpodang,Drs. 1992. Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak, Medan: CV. Armada.

Gustami.1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia,Yoyakarta, ASRI. Ihutan Parmalim. 2009. Pustaha Parguruan Taringot Tu Ugamo

Malim. cetakan ke dua.

M.A. Marbun, I.M.T, Hutapea. 1987. Kamus Budaya Batak Toba, Jakarta, Balai Pustaka.

Margono, S.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.

Miles, B. Matthew dan Suberman, A. Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-PRESS.

Misgiya, Wahyu Tri Atmojo. 2008, Penerpan Ornamen Tradisional Batak Toba Dalam Teknik Batik Untuk Menciptakan Industri Kerajinan Batik Di Sumatera Utara, MEDAN: Jurnal Seni Rupa Vol.5, No. 2

M, Soegeng Toekio, 2000. Mengenal Ragam Hias Indonesia, Bandung: Angkasa.


(21)

100

Naibaho, Togarma.1998. Metodologi Riset Seni Rupa dan Desain, Jakarta, Universitas Trisakti

Saragi, Daulat dkk. 1999. Laporan Penelitian Nilai Estetis Dan Makna Simbolis Yang Terkandung Dalam Motif Ornamen Tradisional Bangunan Rumah Adat Batak Toba, Medan, IKIP.

Setiadi, Nugroho J.2003, Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta.

Siahaan, dkk. 1977. Laporan Penelitian Ragam Hias Batak, Medan: Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Sumatra Utara Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Siamamora, Tano. 1997. Rumah Batak Toba, Pematang Siantar

Sibeth, Achim. 1991. The Batak: Peoples of The Island of Sumatra, (London: Thames and Hudson Ltd)

Sihombing, Sispana. 2008. Penerapan Ornamen Tradisional Melayu Deli Sumatra Utara Sebagai Unsur Hias pada Desain Kartu Undangan Pernikahan. Jurnal Seni Rupa Unimed Vol 5 No 2. Medan: 55-57.

Sinurat, Julister Swarda. 2008. Penerapan Prinsip-Prinsip desain dan motif ornamen pada Gereja Katolik Paroki Santo Mikhael Pangururan. Jurnal Seni Rupa Unimed Vol 5 No 2. Medan: 37- 45 .

Sirait, Baginda. 1980. Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatra Utara, Medan: IKIP Medan.

Sulu Panondang Edisi II 2012: 21-25.

Warneck, J. 2001, Kamus Budaya Batak Toba Indonesia, Medan: Bina Media.

http://www.google.com/search?q=Ornemen+Nusantara& tbn=ish&imgl=pc.

http://www.google.com/search?q=Ornamen+batak+toba& tbn=ish&imgl=pc.

http://www.google.com/search?q=parmalim& tbn=ish&imgl=pc

(http://togapardede.blogspot.com/2008/12/parmalim-apakah-bagian-daribudaya.html).


(1)

7. Bagi peneliti sendiri diharapakan hasil penelitian menjadi langkah awal untuk kedepanya lebih peduli pada pelestarian kebudayaan, khususnya budaya Batak toba.


(2)

96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ornamen yang terdapat pada Bale Parsantian Huta Tinggi memilki 7 buah jenis dan 4 jenis warna.

1. Ornamen yang terdapat pada Bale Parsantian yaitu Gorga Jenggar , Gorga Singa- singa, Gorga Simeol- eol, Gorga Dalihan Natolu, Gorga Sitompi, Gorga silintong, Gorga Ipon- ipon

2. Bentuk ornament pada bangunan Bale Parsantian Huta tinggi secara keseluruhan sama dengan bentuk ornament tradisional Batak Toba pada rumah adat. Hanya saja ada perbedaan penempatan pada beberapa jenis ornament, karena penyesuaian pada bentuk arsitektur bangunan Bale Parsantian.

3. Pewarnaan ornamen Batak Toba Yang Terdapat Pada Rumah Ibadah Parmalim menggunakan tiga warna yaitu hitam, merah, dan putih. Warna hitam pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan pada bagian yang timbul pada gorga. Warna hitam dimaknai sebagai penggambarkan karisma kepemimpinan seorang raja. Warna merah pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan diantara andor (bidang yang tidak diukir) dengan daun gorga.


(3)

4. Dan pada gorga sipalang diterapkan pada bagian timbul dari gorga. Warna merah dimaknai sebagai lambang dari kekuatan, keberanian, dan kenabian. Warna putih pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan pada garis gorga. Warna putih dimaknai sebagai lambang dari kesucian dan kebersihan. Warna kuning pada ornamen Batak Toba pada Bale Parsantian Huta Tinggi diterapkan pada pewarnaan sebagian dari gorga ipon- ipon. Warna kuning dimaknai sebagai lambang keabadian dan kekayaan.

B. Saran

Demi mempertahankan keaslian dari budaya Batak ditengah perkembangan tegnologi diperlukan langkah- langkah tepat untuk menjaga keakuratannya.

1. Generasi muda Batak seharusnya menjadi wadah pertahanan dari pengetahuan budaya Batak khusunya pengetahuan tentang ornamen Batak Toba atau gorga dan melestarikannya.

2. Menggali informasi pengetahuan tentang budaya Batak pada orang tua yang aktif dalam adat Batak serta membukukan pengetahuan itu sebagai suatu langkah untuk sumber belajar generasi berikutnya.

3. Melalui penelitian ini disarankan kepada pemerintah setempat agar kirannya budaya tradisional Batak Toba menjadi kurikulim di sekolah, agar siswa mengenal kembali jenis-jenis ornamen yang merupakan warisan budaya tradisional Batak Toba.


(4)

98

4. Perkembangan teknologi bisa jadi media untuk memperkenalkan kebudayaan Batak pada dunia.


(5)

99

Ali, Lukman. 2007. Kamus Istilah Sastra, Jakarta, Balai Pustaka. Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi,

Jakarta, Balai Pustaka.

A.N.J. Tha.Th. Van Der Hoop. 1949. Indonesiace Siermotieven Ragam- ragam perhiasan Indonesia, Bandung: H.Z. V/H.A.C. Arikunto, Suharsimi.1989. Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi.1990. Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka

Cipta.

Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta, Balai Pustaka.

Gultom, Dj. Rajamarpodang,Drs. 1992. Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak, Medan: CV. Armada.

Gustami.1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia,Yoyakarta, ASRI. Ihutan Parmalim. 2009. Pustaha Parguruan Taringot Tu Ugamo

Malim. cetakan ke dua.

M.A. Marbun, I.M.T, Hutapea. 1987. Kamus Budaya Batak Toba, Jakarta, Balai Pustaka.

Margono, S.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.

Miles, B. Matthew dan Suberman, A. Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-PRESS.

Misgiya, Wahyu Tri Atmojo. 2008, Penerpan Ornamen Tradisional Batak Toba Dalam Teknik Batik Untuk Menciptakan Industri Kerajinan Batik Di Sumatera Utara, MEDAN: Jurnal Seni Rupa Vol.5, No. 2

M, Soegeng Toekio, 2000. Mengenal Ragam Hias Indonesia, Bandung: Angkasa.


(6)

100

Naibaho, Togarma.1998. Metodologi Riset Seni Rupa dan Desain, Jakarta, Universitas Trisakti

Saragi, Daulat dkk. 1999. Laporan Penelitian Nilai Estetis Dan Makna Simbolis Yang Terkandung Dalam Motif Ornamen Tradisional Bangunan Rumah Adat Batak Toba, Medan, IKIP.

Setiadi, Nugroho J.2003, Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta.

Siahaan, dkk. 1977. Laporan Penelitian Ragam Hias Batak, Medan: Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Sumatra Utara Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Siamamora, Tano. 1997. Rumah Batak Toba, Pematang Siantar

Sibeth, Achim. 1991. The Batak: Peoples of The Island of Sumatra, (London: Thames and Hudson Ltd)

Sihombing, Sispana. 2008. Penerapan Ornamen Tradisional Melayu Deli Sumatra Utara Sebagai Unsur Hias pada Desain Kartu Undangan Pernikahan. Jurnal Seni Rupa Unimed Vol 5 No 2. Medan: 55-57.

Sinurat, Julister Swarda. 2008. Penerapan Prinsip-Prinsip desain dan motif ornamen pada Gereja Katolik Paroki Santo Mikhael Pangururan. Jurnal Seni Rupa Unimed Vol 5 No 2. Medan: 37- 45 .

Sirait, Baginda. 1980. Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatra Utara, Medan: IKIP Medan.

Sulu Panondang Edisi II 2012: 21-25.

Warneck, J. 2001, Kamus Budaya Batak Toba Indonesia, Medan: Bina Media. http://www.google.com/search?q=Ornemen+Nusantara& tbn=ish&imgl=pc. http://www.google.com/search?q=Ornamen+batak+toba& tbn=ish&imgl=pc. http://www.google.com/search?q=parmalim& tbn=ish&imgl=pc (http://togapardede.blogspot.com/2008/12/parmalim-apakah-bagian-daribudaya.html). http://yogaparta.wordpress.com/2009/06/18/mengenal-ornamen/.