PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN KONVENSIONAL DI KELAS X SMA NEGERI 8 MEDANT.A 2013/2014.

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN KONVENSIONAL
DI KELAS X SMA NEGERI 8 MEDAN T.A 2013/2014

Oleh :
Melan Siagian
NIM. 409111045
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

iv


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan kesehatan dan hikmat
kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang
Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two
Stray (TSTS) dan Konvensional di Kelas X SMA Negeri 8 Medan T.A
2013/2014”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Prof. Dr. P. Siagian,
M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran – saran kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai
selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada
dosen penguji / pemberi saran Bapak Drs.Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Drs.
Syafari,M.Pd, dan Bapak Drs.Zul Amry, M.Si, sekaligus Dosen Pembimbing
Akademik, yang telah memberikan masukan manfaat dan saran-saran yang sangat

bermanfaat mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar,
M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan, beserta jajarannya. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, MSc, Ph.D selaku
Dekan FMIPA beserta jajarannya dan Staf Pegawai UNIMED yang telah
membantu penulis. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs.
Syafari, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si
sebagai Seketaris Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si sebagai Ketua
Program Studi Pendidikan Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada Bapak Drs. Sudirman, SP., M.Si dan Ibu N. Sianturi, S.Pd selaku Kepala
Sekolah dan Guru Matematika SMA Negeri 8 Medan.

v

Teristimewa kepada Ayahanda E. Siagian dan Ibunda L. Tambunan,
yang sudah berdoa dan memberikan motivasi serta dukungan baik secara material
maupun nonmaterial kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED.
Tidak lupa penulis juga sangat berterimakasih kepada Abangku Hendra Siagian
dan adikku Thamrin Siagian, untuk semua bantuan doa, semangat dan bantuan

material yang sudah diberikan selama ini.
Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman terbaikku dari kelas
Reg. B ’09, Ratu, Reni, Mona dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu serta buat teman-teman seangkatan seperjuangan dan adik-adik
stambuk. Tidak lupa juga ucapan terimakasih kepada Risma, Ayu, Yanty, Astry
dan teman-teman PPLT di SMA Negeri 5 Pematangsiantar yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

Terimakasih karena telah memberikan warna-

warni dalam perjalanan hidupku.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini, kiranya isi
skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.

Medan, Januari 2014
Penulis,


Melan Siagian

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
BAB
1.1
1.2
1.3
1.4

1.5
1.6

Halaman
i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x

I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Batasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian


BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
2.1.2 Hasil Belajar
2.1.3 Pembelajaran Matematika
2.1.4 Model Pembelajaran
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.1 Karateristik Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.2 Unsur-unsur Pembelajaran kooperatif
2.1.5.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.4 Manfaat Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.5 Sintaks Pembelajaran Kooperatif
2.1.6 Pembelajaran Koopratif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
2.1.7 Pembelajaran Konvensional
2.2
Materi Logaritma
2.2.1 Definisi Logaritma
2.2.2 Menentukan nilai logaritma

2.2.3 Menentukan Nilai Logaritma Bilangan dengan Menggunakan Tabel
2.2.4 Menentukan Antiogaritma Bilangan dengan Menggunakan Tabel
2.2.5 Sifat-sifat Logaritma
2.3
Teori Belajar yang Mendukung
2.4
Penelitian yang Relevan
2.5
Kerangka Konseptual
2.6
Hipotesis

1
6
7
7
7
7

9

9
10
11
12
13
14
15
16
16
17
18
21
24
24
25
26
26
27
29
30

32
33

vii

BAB
3.1
3.2
3.2.1
3.2.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.6.1
3.6.2
3.6.3
3.6.4
3.6.5
3.7

3.8
3.8.1
3.8.2
3.8.3
3.8.4
3.8.5

III METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Sampel Penelitian
Variabel Penelitian
Jenis dan Desain Penelitian
Prosedur Penelitian
Instrumen Pengumpul Data
Validitas Tes
Reliabilitas Tes
Tingkat Kesukaran Tes
Daya Pembeda Tes

Penyekoran
Validitas Perlakuan
Teknik Analisis Data
Menghitung Rata-rata Skor
Menghitung Standart Deviasi
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Uji Hipotesis

34
34
34
34
34
35
36
38
38
39
40
41
44
44
46
46
46
47
48
49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Data Hasil Belajar Siswa
4.1.2 Uji Normalitas
4.1.3 Uji Homogenitas
4.1.4 Pengujian Hipotesis
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3 Diskusi Penelitian

51
51
56
57
57
58
60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

62
63

DAFTAR PUSTAKA

64

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Halaman
18

Tabel 2.2.Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dan Konvensional

23

Tabel 3.1 Desain Penelitian

35

Tabel 3.2 Kriteria Pengukuran Validitas Tes

39

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal

41

Tabel 3.4 Daya Pembeda (Ross dan Stenley)

42

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Yang Dinyatakan Valid

43

Tabel 3.6 Tingkat Penguasaan siswa

44

Tabel 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi Data Pretes Siswa Kelas
Eksperimen A

51

Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Data Postes Siswa Kelas
Eksperimen A

52

Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Data Pretes Siswa Kelas
Eksperimen B

54

Tabel 4.4 Daftar Distribusi Frekuensi Data Postes Siswa Kelas
Eksperimen B

55

Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data

56

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas

57

Tabel 4.7 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis

57

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Deskripsi Kelompok Belajar pada Two Stay Two Stray

Halaman
19

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian

37

Gambar 4.1 Histogram Data Pretes Siswa Kelas Eksperimen A

52

Gambar 4.2 Histogram Data Potes Siswa Kelas Eksperimen A

53

Gambar 4.3 Histogram Data Pretes Siswa Kelas Eksperimen B

54

Gambar 4.4 Histogram Data Postes Siswa Kelas Eksperimen B

56

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
(Kelas Eksperimen A)

Lampiran 2

66

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
(Kelas Eksperimen A)

72

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
(Kelas Eksperimen A)
Lampiran 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
(Kelas Eksperimen B)

Lampiran 5

85

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
(Kelas Eksperimen B)

Lampiran 6

79

89

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III
(Kelas Eksperimen B)

94

Lampiran 7

Lembar Aktivitas Siswa I

98

Lampiran 8

Lembar Aktivitas Siswa II

101

Lampiran 9

Lembar Aktivitas Siswa III

105

Lampiran 10 Tes Hasil Belajar

110

Lampiran 11 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar

114

Lampiran 12 Tabel Data Perhitungan Validitas Tes Hasil Belajar

115

Lampiran 13 Perhitungan Validitas Soal

117

Lampiran 14 Tabel Data Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Belajar

120

Lampiran 15 Perhitungan Reliabilitas soal

122

Lampiran 16 Tabel Data Perhitungan Tingkat Kesukaran
Tes Hasil Belajar

124

Lampiran 17 Perhitungan Tingkat kesukaran Soal

126

Lampiran 18 Tabel Data Perhitungan Daya Beda Tes Hasil Belajar

128

Lampiran 19 Perhitungan Daya Beda Soal

129

Lampiran 20 Tabulasi Data Pretes Kelas Eksperimen A
dan Eksperimen B

131

xi

Lampiran 21 Tabulasi Data Postes Kelas Eksperimen A
dan Eksperimen B

135

Lampiran 22 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen A
dan Eksperimen B

139

Lampiran 23 Perhitungan Rata-rata, Varians dan Standar Deviasi

147

Lampiran 24 Prosedur Perhitungan Uji Normalitas

151

Lampiran 25 Prosedur Perhitungan Uji Homogenitas

160

Lampiran 26 Penguujian Hipotesis

163

Lampiran 27 Dokumentasi Penelitian

165

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan jiwa manusia untuk
berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Pendidikan juga
merupakan faktor pendukung dalam perkembangan dan persaingan dalam
berbagai bidang. Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah
menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Hal ini disadari bahwa betapa
pentingnya peranan matematika dalam pengembangan berbagai ilmu dan
teknologi dan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan salah satu mata
pelajaran di sekolah yang memegang peranan penting dalam membentuk siswa
menjadi berkualitas. Matematika juga merupakan bidang studi yang menduduki
peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran
sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Selain itu, matematika juga
tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabkan
matematika dapat melatih seseorang untuk berpikir secara logis, kritis, kreatif, dan
terampil untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Cockroft (dalam Abdurrahman,
2009:253) mengatakan bahwa:
“Matematika perlu diajarkan pada siswa karena: (1) Selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi
dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis,
ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.
Pemberian mata pelajaran matematika sejak SD kelas I, merupakan
upaya dini untuk menanamkan konsep, fakta atau prinsip matematika yang pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar dijenjang
pendidikan lainnya. Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang dipelajari
siswa di jenjang Pendidikan formal mulai dari SD sampai SMA bahkan hingga
1

2

jenjang perguruan tinggi tidak terlepas dari Matematika. Hal ini menunjukkan
bahwa matematika memegang peranan penting dalam upaya peningkatan sumber
daya manusia.
Seperti yang dikemukakan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman,
2009:253) bahwa : “Matematika merupakan sarana berfikir yang jelas dan logis,
sarana untuk memecahkan masalah sehari – hari , sarana mengenal pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, serta
sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.
Mengingat pentingnya matematika, maka sangat diharapkan siswa untuk
menguasai pelajaran matematika. Proses belajar mengajar matematika diperlukan
minat dan motivasi siswa yang tinggi guna menunjang keberhasilan pembelajaran
matematika sehingga hasil belajar yang diperoleh tinggi. Namun kenyataannya
dalam pembelajaran matematika siswa cenderung kurang berminat dan
termotivasi belajar matematika. Hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang
absen dan bolos pada saat mata pelajaran matematika. Siswa menganggap
matematika itu sebagai mata pelajaran yang membosankan dan sebagian besar
siswa menjadikan matematika itu sebagai momok yang menakutkan sehingga
menyebabkan hasil belajar yang belum maksimal.
Hal ini sependapat Abdurrahman (2009:251) juga menyatakan bahwa :
”Dari bidang studi yang diajarkan, matematika merupakan bidang studi yang
dianggap sulit untuk dipelajari”
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas X SMA
negeri 8 Medan pada tanggal 2 April 2013 menunjukkan masih banyak siswa
lemah dalam pelajaran matematika. Ini dapat dilihat dari pencapaian nilai rata-rata
hasil belajar siswa melalui tes berhubungan dengan logaritma. Dari hasil tes
tersebut menunjukkan bahwa 33 siswa (82,5%) memiliki nilai < 70 dan hanya 7
orang siswa yang memiliki nilai

70. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa khususnya pada materi logaritma sangat rendah.
Ibu N. Sianturi selaku guru mata pelajaran matematika kelas X SMA
Negeri 8 Medan menyatakan bahwa :

3

“Matematika merupakan pelajaran yang sulit dipahami siswa. Meski ada
siswa yang nilai matematikanya tinggi sangatlah sedikit bahkan tidak
sampai seperempat dari jumlah siswa dalam satu kelas. Selebihnya nilai
matematika siswa masih rendah, dalam setiap ujian yang dilaksanakan
banyak siswa yang mendapat nilai dibawah 70 sehingga berpengaruh
terhadap nilai raport mereka dari 40 siswa hanya 30% yang hasil
belajarnya tuntas. Sekitar 70% kegiatan pembelajaran masih terpusat
pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan, dan memberikan informasi
tentang konsep-konsep yang akan dibahas. Hal itu dikarenakan
kemampuan dasar matematika yang dimiliki anak masih rendah. Model
pembelajaran yang bersifat teacher oriented ini juga terjadi saat
pembelajaran pokok bahasan logaritma. Pokok materi logaritma
merupakan materi yang dianggap siswa sangat sulit. Hal ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata untuk pokok bahasan logaritma yang hanya mencapai
50. Hal ini menambah kepasifan siswa sewaktu mengikuti proses
pembelajaran.”
Seperti yang diungkapkan Djamarah dan Zain (2006:97):
“model pembelajaran konvensional memiliki kelebihan antara lain tidak
memerlukan waktu yang lama karena hanya menjelaskan materi dan
dapat diikuti oleh siswa yang banyak sehingga waktu yang diperlukan
lebih efisien daripada belajar kelompok, mudah mempersiapkan dan
melaksanakannya, dan guru mudah menguasai kelas. Pembelajaran
konvensional juga memiliki kelemahan antara lain siswa menjadi pasif,
pembelajaran didominasi oleh guru sehingga guru tidak banyak
mendapat umpan balik atau cenderung satu arah”.
Salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar matematika siswa
tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengajar. Pemilihan metode mengajar
yang bervariasi akan membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan
menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan
baik, maka metode mengajar harus diusahakan seefisien dan seefektif mungkin.
Seperti yang diungkapkan Slameto (2010:65) mengemukakan bahwa:
“Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Metode yang kurang baik itu dapat terjadi
misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap
guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak
baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya.
Akibatnya siswa malas untuk belajar”.

4

Dari pendapat tersebut maka salah satu upaya meningkatkan hasil belajar
tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Model

pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola
kelas menjadi lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil, yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Pembelajaran ini memberi peluang bagi siswa yang
berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain. Siswa yang berprestasi tinggi akan menjadi tutor bagi siswa yang berprestasi
rendah, belajar belum selesai jika salah satu teman dari kelompok belum
menguasai

pelajaran.

Selanjutnya,

Slavin

(dalam

Sanjaya,

2009:242)

mengatakan:
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berfikir dan kegiatan belajar”.
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Menurut Kagan (
dalam Istarani, 2012:201):
“Keunggulan TSTS adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa,
menghindari rasa bosan yang disebabkan pembentukkan kelompok
secara permanen, dan melatih kemampuan siswa dalam memberikan
informasi kepada temannya yang di dalam kelompok maupun di luar
kelompoknya.”
Pembelajaran kooperatif TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan (
dalam Lie, 2010:61):

5

“TSTS bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal- Dua Tamu memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak
diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam
kenyataan hidup diluar sekolah, kegiatan dan kerja manusia saling
bergantung satu dengan yang lainnya.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sianturi guru matematika kelas
X SMA Negeri 8 Medan, bahwa guru mencoba untuk memvarisikan model
pembelajaran di kelas dengan memilih menerapkan model pembelajaran TSTS.
Diperoleh hasil belajar matematika siswa masih rendah, bahkan ketika guru
menerapkan model pembelajaran konvensional hasilnya lebih tinggi. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa TSTS dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Dari paparan di atas peneliti tertarik untuk melihat perbedaan kedua
model pembelajaran tersebut.
Pembelajaran dengan TSTS ini dimulai dengan pembagian kelompok.
Setelah kelompok terbentuk, guru membagikan tugas berupa permasalahanpermasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Alasan memilih materi
logritma karena hasil belajar pada materi tersebut masih rendah dan materi
logaritma juga merupakan pokok bahasan yang cukup menantang untuk dipelajari
karena dalam pokok bahasan ini siswa dituntut untuk menemukan serta
membangun pemikirannya untuk membuktikan dan menggunakan sifat-sifat
logaritma serta bagaimana syarat berlakunya. Soal-soal logaritma juga dapat
mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa. Pokok bahasan ini banyak
dimunculkan dalam soal-soal olimpiade yang menggunakan kreativitas dalam
mengerjakannya.
Guru memberikan Lembar aktivitas (LAS) untuk di diskusikan oleh
siswa. Siswa diminta untuk menentukan nilai-nilai bilangan berpangkat, misalnya
: 23 = 8 , kemudian bagaimana menentukan pangkatnya jika bilangan pokok dan
hasil perpangkatannya diketahui seperti 2 … = 32. Siswa akan berdiskusi dalam
kelompoknya masing-masing dan dapat memecahkan masalah tersebut dengan
menggunakan notasi logaritma. 2 … = 32 ditulis

2

log 32 = …. 

2

log 32 =

6

5 karena

25 = 32. Setelah diskusi antar kelompok selesai, dua orang dari

masing-masing kelompoknya meninggalkan kelompoknya untuk bertemu dengan
kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu)
mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah
menyajikan hasil kerja kelompoknya terhadap tamu tersebut. Dua orang yang
bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka
telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masingmasing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas
bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan
membahas hasil kerja yang mereka tunaikan. Informasi yang diperoleh siswa dari
dalam kelompok maupun di luar kelompoknya diharapkan pembelajaran TSTS ini
dapat membuat siswa semakin paham tentang materi logaritma.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray
(TSTS) dan Konvensional di Kelas X SMA Negeri 8 Medan T.A 2013/2014”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan masih
bersifat terpusat pada guru.
4. Kemampuan siswa terhadap materi logaritma masih rendah.

1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang diteliti
dalam penelitian ini dibatasi pada :

7

Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif TSTS
dan konvensional pada materi logaritma di kelas X SMA Negeri 8 Medan T.A
2013/2014

1.4 Rumusan Masalah
Sesuai pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa pada materi logaritma dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif TSTS ?
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa pada materi logaritma dengan
menggunakan pembelajaran konvensional?
3. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan
model

pembelajaran

kooperatif TSTS

lebih tinggi

dibandingkan

pembelajaran konvensional pada materi logaritma?

1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa pada materi logaritma
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray
(TSTS) .
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa pada materi logaritma
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
3. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pembelajaran
kooperatif

Two Stay Two Stray (TSTS) lebih tinggi dibandingkan

pembelajaran konvensional pada materi logaritma.

1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama :

8

1.

Bagi peneliti, sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kegiatan belajar
mengajar sebagai calon guru dan sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih
lanjut.

2.

Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

3.

Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada
pokok bahasan logaritma.

4.

Dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis.

62

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh
beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Hasil hasil belajar matematika siswa pada materi logaritma yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS)
dikategorikan tinggi dengan nilai rata-rata 82,1 dengan ketuntasan klasikal.
Dari 40 orang siswa terdapat 25 orang siswa memperoleh nilai ≥ 80
dikategorikan siswa dengan kemampuan tinggi, 11 siswa memperoleh nilai
diantara 70-79 dan siswa tersebut termasuk kategori siswa dengan
kemampuan sedang sedangkan 4 siswa lainnya memperoleh nilai  69
termasuk dalam kategori kemampuan rendah.
2. Hasil hasil belajar matematika siswa pada materi logaritma yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional

dikategorikan sedang

dengan nilai rata-rata 75,1 dengan ketuntasan klasikal. Dari 40 orang siswa
terdapat 18 orang siswa memperoleh nilai ≥ 80 dikategorikan siswa dengan
kemampuan tinggi, 7 siswa memperoleh nilai diantara 70-79 dan siswa
tersebut termasuk kategori siswa dengan kemampuan sedang sedangkan 15
siswa lainnya memperoleh nilai  69 termasuk dalam kategori kemampuan
rendah.
3. Secara statistik dengan menggunakan uji-t dan hasil ketuntasan klasikal
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada logaritma siswa kelas
X SMA Negeri 8 Medan, T.A 2012/2013. Hal ini dibuktikan dari hasil
pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel

62

yaitu 3,147> 1,668. Karena hasil

63

belajar matematika siswa siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional, maka model pembelajaran kooperatif Two
Stay Two Stray (TSTS) berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar
matematika siswa pada materi logaritma di kelas X SMA Negeri 8 Medan
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
1.

Kepada guru khususnya guru matematika sebaiknya menerapkan model
pembelajaran kooperatif TSTS karena lebih dapat meningkatkan hasil
belajar siswa khususnya pada materi logaritma.

2.

Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif
TSTS sebagai model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi
lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.

3.

Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif TSTS supaya bisa memaksimalkan waktu sebaik mungkin dan
persiapan yang matang agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik.

4.

Megingat keterbatasan penelitian ini maka penulis menyarankan pada
peneliti yang lain agar meneliti hal yang sama pada sekolah-sekolah yang
lain dan juga dengan materi yang berbeda agar dapat dijadikan studi
perbandingan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan
khususnya pada mata pelajaran matematika.

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Arifin, Zainal, (2009), Evaluasi Pembelajaran, P.T. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Arikunto,S., (2006), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Asmin, (2007), Penilaian Hasil Belajar, Diktat, FMIPA, Unimed, Medan.
Dimyati dan Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, B.S., (2011), Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, S dan Aswan Z., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik, Penerbit Pustaka Pelajar, Jakarta.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Lie, Anita, (2010), Cooperative Learning, Mempraktekkan Cooperative Learning
di Ruang-ruang Kelas, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Purwanto, (2008), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Surakarta.
Sanjaya, Wina., (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, kencana, Jakarta.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, P.T. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

65

Sukino, (2006), Matematika Untuk SMA Kelas X Semester 1, Erlangga, Jakarta.
Wirodikromo, S., (2006), Matematika Untuk SMA Kelas X Semester 1, Erlangga,
Jakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-2 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG

0 4 22

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DIBANDINGKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DI KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 AMBARAWA PRINGSEWU TAHUN 2012

0 8 75

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS IV SDN 2 JATIAGUNG KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 78

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH

1 23 105

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

6 25 59

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNGTAHUN PELAJARAN 2

2 4 81

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 10

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY – TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X IPA 8 SMA NEGERI 2 CIREBON TAHUN PELAJARAN 2016-2017

0 0 10

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ANTARA TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) BERDASARKAN GAYA KOGNITIF SISWA

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitriagmail.com ABSTRAK - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS

0 0 12